ANALISIS MOLEKULER DAN FENOTIPE GALUR PADI TRANSGENIK IR64 GENERASI T 3 YANG MENGANDUNG PENANDA AKTIVASI UNTUK TOLERANSI KEKERINGAN HABIB VIO NANDA
|
|
- Liani Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS MOLEKULER DAN FENOTIPE GALUR PADI TRANSGENIK IR64 GENERASI T 3 YANG MENGANDUNG PENANDA AKTIVASI UNTUK TOLERANSI KEKERINGAN HABIB VIO NANDA DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
2
3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Molekuler dan Fenotipe Galur Padi Transgenik IR64 Generasi T 3 yang Mengandung Penanda Aktivasi untuk Toleransi Kekeringan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015 Habib Vio Nanda NIM G
4 ABSTRAK HABIB VIO NANDA. Analisis Molekuler dan Fenotipe Galur Padi Transgenik IR64 Generasi T 3 yang Mengandung Penanda Aktivasi untuk Toleransi Kekeringan. Dibimbing oleh DJAROT SASONGKO HAMISENO dan TRI JOKO SANTOSO. Padi transgenik cv. IR64 penanda aktivasi telah dikembangkan dengan cara mengintroduksikan konstruk penanda aktivasi transposon Ac/Ds. Tanaman padi transgenik tersebut belum dianalisis fenotipenya yang berkaitan dengan toleransi cekaman kekeringan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi galur-galur tanaman padi transgenik cv. IR64 generasi T 3 yang menunjukkan toleransi terhadap kekeringan. Metode seleksi tanaman dilakukan dengan menumbuhkan tanaman padi, menguji toleransinya terhadap kekeringan, mendeteksi keberadaan gen bar dan hpt, dan mengidentifikasi perubahan karakter agronomisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 33 dari 84 tanaman diketahui toleran terhadap kekeringan. Setelah dilakukan analisis PCR diperoleh sebanyak 23 tanaman positif mengandung gen bar dan mengindikasikan mutan yang stabil. Secara umum, tanaman padi transgenik cv. IR64 generasi T 3 mengalami perubahan karakter agronomis jika dibandingkan dengan tanaman nontransgenik. Sebanyak sembilan tanaman mengalami peningkatan tinggi tanaman, sebanyak enam tanaman memiliki umur panen lebih cepat, dan sebanyak 21 tanaman memiliki bobot 100 butir gabah isi yang lebih tinggi dari tanaman nontransgenik. Kata kunci: Padi (Oriza sativa L.), penanda aktivasi, toleran kekeringan ABSTRACT HABIB VIO NANDA. Molecular and Phenotipic Analysis of T 3 Generation Transgenic Rice cv. IR64 Containing Activation Tagging Construct for Tolerance to Drought Stress. Supervised by DJAROT SASONGKO HAMISENO and TRI JOKO SANTOSO. Activation tagging transgenic rice cv. IR64 had been developed by introducing a construct of activation tagging transposon Ac/Ds. Phenotipic character associated with drought stress tolerance of the transgenic rice lines have not been analyzed. This study aimed to evaluate T 3 generation of activation tagging transgenic rice lines cv. IR64 to drought stress treatment. The methodology of study consisted of several steps including germination of samples seeds, screening the seedling with drought strees treatment, molecular analysis of the rice lines identify hpt and bar genes, and observation of agronomic character. Results of study showed that there were 34 out of 84 plants that tolerant to drought stress. A total of 23 plants of tolerant plants were detected carrying only bar gene after PCR analysis and indicated that the plants were stable mutants. Generaly, compared to the non-transgenic plants, there were changes in several agronomic parameters of transgenic rice plants cv. IR64 T 3 generation. A total of
5 nine plants increased of its height, six plants had a faster harvesting time, and 21 plants had higher weight of 100 seeds compared by non-transgenic plants. Keywords: Rice (Oryza sativa L.), activation tagged, drought stress tolerance
6
7 ANALISIS MOLEKULER DAN FENOTIPE GALUR PADI TRANSGENIK IR64 GENERASI T 3 YANG MENGANDUNG PENANDA AKTIVASI UNTUK TOLERANSI KEKERINGAN HABIB VIO NANDA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biokimia DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
8
9 Judul Skripsi : Analisis Molekuler dan Fenotipe Galur Padi Transgenik IR64 Generasi T 3 yang Mengandung Penanda Aktivasi untuk Toleransi Kekeringan Nama : Habib Vio Nanda NIM : G Disetujui oleh Dr Djarot Sasongko Hamiseno, MS Pembimbing I Dr Tri Joko Santoso, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir I Made Artika, M App Sc Ketua Departemen Tanggal Lulus:
10 PRAKATA Puji dan syukur penulis limpahkan hehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Analisis Molekuler dan Fenotipe Galur Padi Transgenik IR64 Generasi T 3 yang Mengandung Penanda Aktivasi untuk Toleransi Kekeringan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Djarot Sasongko H. MS dan Dr Tri Joko Santoso, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, kritik, dan bimbingannya selama penyusunan karya ilmiah. Selain itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman Biokimia 47 dan semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan berguna dalam penulisan ini. Penulis juga berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Maret 2015 Habib Vio Nanda
11 DAFTAR ISI ABSTRAK iv PRAKATA iv DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 METODE 2 Bahan 2 Alat 3 Prosedur Penelitian 3 HASIL 6 PEMBAHASAN 11 SIMPULAN DAN SARAN 14 Simpulan 14 Saran 14 DAFTAR PUSTAKA 14 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 24
12 DAFTAR TABEL 1 Klasifikasi tanggap tanaman terhadap kekeringan (daun menggulung) 4 2 Klasifikasi tanggap tanaman terhadap kekeringan (daun mengering) 4 3 Kuantitas dan kemurnian DNA daun padi 8 4 Tanaman yang dapat pulih setelah perlakuan cekaman kekeringan 9 5 Tinggi tanaman padi IR64 transgenik generasi T Umur panen padi IR64 transgenik generasi T Bobot 100 butir gabah tanaman padi IR64 transgenik generasi T3 11 DAFTAR GAMBAR 1 Vektor penanda aktivasi berdasarkan transposon 2 2 Kecambah biji padi yang ditambah dengan larutan basta 6 3 Kecambah biji padi di dalam trey tanpa perlakuan basta 7 4 Tanaman padi sebelum perlakuan kekeringan 7 5 Tanaman padi setelah perlakuan kekeringan selama 8 hari 8 6 Amplifikasi PCR padi transgenik menggunakan primer gen hpt 9 7 Amplifikasi PCR padi transgenik menggunakan primer gen bar 10 DAFTAR LAMPIRAN 1 Bagan alir penelitian 17 2 Benih tanaman padi transgenik IR64 yang tumbuh pada media basta 18 3 Benih tanaman padi transgenik IR64 yang tumbuh tanpa perlakuan basta 19 4 Seleksi tanaman padi yang toleran cekaman kekeringan dengan 20 5 Keberadaan gen hpt dan bar dalam tanaman transgenik IR64 generasi T Pengamatan karakter agronomi padi transgenik penanda aktivasi 23
13 PENDAHULUAN Tanaman padi telah banyak digunakan sebagai model dalam penelitian untuk mendapatkan padi yang memiliki sifat unggul. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produksi ataupun kualitas padi seperti yang diinginkan (Mulyaningsih et al. 2010). Salah satu sifat unggul yang diinginkan ada pada tanaman padi yaitu toleransi tanaman terhadap cekaman abiotik, seperti kekeringan. Kekeringan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman dan dapat menurunkan produktivitas tanaman sebesar 70% (Bray et al. 2000). Dalam kondisi kekurangan air, tanaman harus memiliki sistem pertahanan untuk menanggapi cekaman kekeringan agar dapat bertahan hidup (Widyasari et al. 2004). Mengatasi masalah tersebut, penggunaan tanaman padi yang toleran terhadap kekeringan merupakan langkah sederhana yang dapat dilakukan (Lestari dan Mariska 2006). Tanaman padi yang toleran terhadap kekeringan ini dapat dikembangkan melalui teknik rekayasa genetika. Proses isolasi dan identifikasi terkait gen yang toleran terhadap kekeringan dapat dilakukan, sehingga fungsi dari gen-gen tersebut dapat dipelajari lebih lanjut (Santoso et al. 2013). Berdasarkan penjelasan Trijatmiko et al. (2005), bahwa proses identifikasi terkait fungsi suatu gen dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu forward genetics dan reverse genetics. Pendekatan forward genetics dilakukan dengan menguji perbedaan fenotipe tanaman mutan dengan tipe liar atau melakukan skrining populasi mutan over ekspresi dengan teknik penanda aktivasi (activation tagging), selanjutnya dilakukan analisis fungsi gen dari tanaman mutan kemudian dilanjutkan ke sekuen gennya. Pendekatan reverse genetics dilakukan dengan berpedoman dari informasi sekuen gen yang telah diketahui (Sisharmini et al. 2009; Santoso et al. 2013). Penelitian ini menggunakan sampel tanaman padi transgenik kultivar IR64 yang diketahui mengandung vektor penanda aktivasi. Penanda aktivasi adalah potongan DNA yang dapat meningkatkan ekspresi gen-gen di daerah sekitar insersi. Vektor penanda aktivasi berdasar transposon yang digunakan dalam penelitian ini adalah pac-dsatag-bar-gosgfp (Gambar 1) (Trijatmiko et al. 2005). Vektor penanda aktivasi ini mengandung dua elemen. Elemen pertama, yaitu elemen Ac (activator) yang mengkode enzim transposase di bawah kontrol promotor Ac. Elemen kedua, yaitu elemen Ds (dissociation) berisi elemen 4x enhancer dari promotor 35S CaMV (Cauliflower Mosaic Virus) dan gen yang menyandi ketahanan terhadap basta di bawah kendali promotor Ubiquitin (Sisharmini 2009). Transposon Ac/Ds dapat diidentifikasi menggunakan gen hpt dan gen bar. Gen hpt merupakan marka penyeleksi yang mengidentifikasi keberadaan transposon Ac, sedangkan gen bar merupakan marka penyeleksi untuk mengidentifikasi keberadaan transposon Ds (Marsch-Martinez et al. 2002). Vektor penanda aktivasi yang menyisip ke dalam gen tanaman padi akan meningkatkan aktivitas gen tanaman tersebut, sehingga ekspresi gen juga akan meningkat (Marsch-Martinez et al. 2002). Peningkatan ekspresi ini yang nantinya akan diidentifikasi untuk menentukan fungsi dari gen tersebut. Selanjutnya tanaman ini bisa diseleksi berdasarkan sifat yang diinginkan, dalam hal ini bersifat toleran kekeringan (Sisharmini et al. 2009).
14 2 Gambar 1 Vektor penanda aktivasi berdasarkan transposon yang terdiri atas 2 elemen, yaitu Ac dan Ds. Keterangan: Elemen Ac (bawah) dan elemen Ds (atas) pada daerah T-DNAnya (Trijatmiko et al. 2005). Populasi tanaman padi transgenik kultivar IR64 dibentuk dengan cara mengintroduksikan konstruk penanda aktivasi transposon Ac/Ds ke dalam genom tanaman padi IR64 dengan bantuan A. tumefaciens. Populasi tersebut sudah diketahui positif mengandung konstruk penanda aktivasi, namun belum diketahui perubahan karakternya akibat aktivasi dari sisipan konstruks tersebut. Karakter agronomis suatu tanaman dapat diamati berdasarkan sifat yang tampak secara visual. Identifikasi karakter agronomi dalam penelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah malai produktif, umur panen, dan bobot 100 butir (Sisharmini et al. 2013). Populasi tanaman padi transgenik kultivar IR64 generasi T 3 diindikasikan mengandung individu yang memiliki sifat beraneka ragam sebagai akibat dari insersi transposon Ac/Ds (Marsch-Martinez et al. 2002). Penelitian ini bertujuan mengevaluasi galur-galur tanaman padi transgenik varietas IR64 generasi T 3 yang mengandung elemen transposon penanda aktivasi yang tahan terhadap cekaman kekeringan. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh galur-galur yang toleran terhadap cekaman kekeringan sehingga dapat langsung dikembangkan menjadi varietas tanaman baru. Selain itu, galurgalur tanaman padi toleran kekeringan dapat digunakan sebagai materi tanaman untuk mengidentifikasi dan mengisolasi gen-gen yang terkait dengan toleransi terhadap kekeringan. METODE Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah padi IR64 transgenik penanda aktivasi generasi T 3 sebagai subjek penelitian, padi Gajah Mungkur, IR20, Cabaccu, IR64 tipe liar sebagai pembanding, etanol 70%, nitrogen cair, buffer ekstraksi (Tris-HCl ph 8.0, etilen diamin tetraasetat (EDTA), natrium klorida (NaCl), setiltrimetil amonium bromide (CTAB), polivinil
15 pirolidon (PVP), dan merkaptoetanol), larutan TE (Tris-EDTA), DNA hasil PCR, 2x KAPA2G Fast, primer hpt dan bar, cetakan DNA, DMSO, ddh2o, bubuk agarosa, Gel Red, loading dye, 1x bufer TAE, dan marker 1 kb (0.1 µg/µl). Alat Alat-alat yang digunakan adalah microfuge, pipet mikro, neraca analitik, autoklaf, vorteks, UV Illuminator ChemiDoc EQ Biorad, elektroforesis, erlenmeyer, kertas aluminium, penangas air, microwave, gelas ukur, mesin PCR Bio-Rad Prosedur Penelitian Seleksi Benih Padi Menggunakan Larutan Basta (Santoso et al. 2013) Sebanyak 30 galur padi transgenik dan kontrol, masing-masing 20 biji dikecambahkan di dalam cawan petri berisi kertas saring yang selalu basah. Setelah 3 hari, semua kecambah galur transgenik dan 5 kecambah kontrol dipindahkan ke dalam cawan petri baru berisi kertas saring yang diberi larutan basta dengan konsentrasi 200 mg/l sebanyak 10 ml. Pengujian ini dilakukan untuk menyeleksi kecambah yang tahan terhadap basta dengan yang tidak tahan terhadap basta. Kecambah yang tahan terhadap basta akan tumbuh, sedangkan yang tidak tahan terhadap basta pertumbuhannya akan terhambat. Setelah 6 hari, kecambah yang tumbuh dipindahkan kedalam pot yang berisi media tanah:pasir dan pupuk (1:1:1). Penumbuhan padi tanpa perlakuan basta (Santoso et al. 2013) Varietas padi yang digunakan adalah varietas IR64 transgenik penanda aktivasi generasi T 3, yang memiliki gen mutan dari hasil transformasi transposon Ac/Ds, serta kontrol yang digunakan adalah varietas IR64, cabacu, gajah mungkur, dan IR20. Sebanyak 60 benih diambil dari tiap varietas. Benih di oven selama semalam pada suhu 50 o C. Benih padi kemudian ditanam menggunakan tray dengan media yang terdiri atas tanah, pasir, dan pupuk (1:1:1). Setiap lubang tray berisi 5 benih padi. Benih tersebut disiram dengan air secukupnya pada pagi dan sore hari hingga tumbuh tunas. Perlakuan Toleransi Kekeringan (Santoso et al. 2013) Padi dipindahkan ke media pot yang berisi tanah, pasir, dan pupuk (1:1:1) di ditumbuhkan selama 3-4 minggu dengan disiram air sebanyak 50 ml pada pagi dan sore hari. Kemudian diberikan perlakuan kekeringan selama 8 hari, dengan cara tidak diberi air selama perlakuan. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap respon padi yang menunjukkan gejala daun layu dan daun mengering. Setelah diperlakukan kekeringan, padi disiram sebanyak 50 ml air untuk proses recovery (pemuliahan). Sampel padi yang mengalami recovery dibiarkan hidup selama 2-3 minggu, agar dapat dilakukan isolasi DNA. Penilaian skor penggulungan dan pengeringan daun dilakukan berdasarkan skor pengamatan seperti yang dijelaskan pada Standard Evaluation System for Rice (IRRI 1996; Silitonga et al. 2003) yang tertera pada Tabel 1 dan Tabel 2.
16 4 Tabel 1 Klasifikasi tanggap tanaman terhadap kekeringan (daun menggulung pada fase vegetatif) Skor/Skala Keterangan 0 Daun-daun sehat 3 Daun-daun melipat (sangat berbentuk huruf V) 5 Daun betul-betul kuncup (membentuk huruf U) 7 Ujung-ujung daun bersentuhan (bentuk O) 9 Daun menggulung ketat Tabel 2 Klasifikasi tanggap tanaman terhadap kekeringan (daun mengering pada fase vegetatif) Skor/Skala Keterangan 0 Tidak ada gejala 1 Ujung daun sedikit mengering 3 Ujung daun mengering sampai ¼ panjang dari semua daun 5 ¼ sampai ½ dari semua daun betul-betul kering 7 Lebih dari 2/3 dari semua daun betul-betul kering 9 Tanaman mati Isolasi DNA daun padi (Doyle & Doyle 1987) Sampel yang digunakan untuk isolasi adalah daun padi mutan varietas IR64. Daun padi dipanen dengan mengambil daun padi yang masih muda. Daun padi kemudian dimasukkan ke dalam tabung effendorf yang telah diberi label dan ditempatkan di dalam cool box. Daun padi yang sudah dipanen selanjutnya digerus. Penggerusan dilakukan dengan merendam tabung effendorf yang berisi daun padi dengan nitrogen cair supaya daun membeku, dan dihaluskan dengan menggerus daun dengan sumpit di dalam tabung tersebut. Daun yang sudah halus kemudian ditambah dengan buffer CTAB 1000 µl. Buffer CTAB dengan kandungan garam yang tinggi dapat memisahkan polisakarida dari dinding sel. Tahap selanjutnya dilakukan proses inkubasi selama 15 menit di dalam penangas air dengan suhu 65 o C. Tahapan ini dilakukan untuk mengoptimalkan kerja buffer ekstrak yang ditambahkan ke dalam sampel. Sebanyak 100 µl Naasetat dan 1000 µl larutan Chisam ditambahkan ke dalam suspensi, selanjutnya dilakukan sentrifus selama 5 menit dengan kecepatan rpm. Na-asetat adalah senyawa yang berikatan dengan debris sel dan protein sehingga membentuk senyawa kompleks dengan CTAB-potassium asetat-protein-debris sel. Suspensi bagian atas kemudian dipisahkan ke dalam tabung baru yang telah diberi label. Ke dalam tabung ditambahkan Na-asetat sebanyak 1/10 dan isopropanol sebanyak 2/3 dari rata-rata suspensi yang diambil dari hasil sentrifus. Penambahan isopropanol yang berfungsi untuk pengendapan protein dan dilanjutkan proses presipitasi DNA dengan menggunakan etanol yang berfungsi sebagai penghilang pengotor. Larutan kemudian disentrifus kembali dengan kecepatan rpm selama 15 menit untuk mendapatkan DNA. Setelah itu dilakukan dekantasi dan ditambahkan etanol 70% sebanyak 200 µl ke dalam tabung. Suspensi kemudian disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan rpm. Supernatan hasil sentrifus dibuang dan tubung dikeringkan didalam oven selama ±5 menit. Setelah itu ditambahkan TE-RNAse sebanyak 50 µl ke dalam tabung, selanjutnya di inkubasi dengan suhu 37 o C selama 30 menit didalam inkubator.
17 Pengukuran kuantitas dan kemurnian DNA (Thermo Fisher Scientific 2009) Ekstrak DNA padi hasil isolasi diukur konsentrasinya dengan menggunakan spektrofotometer nanodrop. Volume yang digunakan untuk pengukuran pada nanodrop sebanyak 1 µl. Larutan blanko yang digunakan adalah buffer TE sebanyak 1 µl. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 260 nm, sedangkan untuk mengetahui kemurnian ekstrak DNA dilakukan dengan menggunakan perbandingan absorbansi 260/280 (A260/280). Kalibrasi nanodrop harus dilakukan sebelum digunakan untuk pengukuran sampel DNA. Buffer TE sebanyak 1 µl ke dalam pedestal dan ditutup kembali. Toolbar blank ditekan dan tunggu hingga tertulis masukkan sampel. Sampel dimasukkan sebanyak 1 µl ke dalamnya dan tekan tombol F1. Tombol reports diklik dan dilanjutkan dengan tombol exports, print, graph, dan print ke Microsoft XPS document writer. Menurut Brown (2001) DNA yang murni mempunyai nilai absorbansi 260 dibagi dengan nilai absorbansi 280 (A260/280) berkisar 1.8 hingga 2.0. Apabila nilainya kurang dari 1.8 maka sampel DNA masih mengandung kontaminan protein dan untuk menghilangkannya ditambahkan proteinase. Apabila nilainya lebih dari 2.0 maka sampel DNA masih mengandung kontaminan RNA, dan untuk menghilangkannya ditambahkan ribonuklease. DNA yang telah diperoleh dari hasil isolasi dan telah dilakukan uji kuantitatif selanjutnya diencerkan. Pengenceran yang dilakukan adalah pengenceran 10 kali dan dibuat stok sebanyak 50 µl. Stok DNA yang diperoleh diambil sebanyak 5 µl dan ditambahkan dengan Nuclease Free Water (NF) sebanyak 45 µl ke dalam tube 0.5 ml. Amplifikasi DNA menggunakan PCR (Sambrook et al. 2001) Amplifikasi gen tanaman padi mutan yang toleran terhadap kekeringan dilakukan dengan menggunakan primer hpt dan bar. Amplifikasi PCR dilakukan pada volume total reaksi 10 µl yang mengandung 1 µl DNA genomik cetakan, ddh 2 O sebanyak 2.5 µl, 5 µl 2X Kapa 2G, 0.5 µl sepasang primer spesifik masing-masing dengan konsentrasi 5 µm, dan 0.5 µl DMSO. Setiap reaksi dilakukan pada tabung mikro 200 µl. Reaksi amplifikasi dilakukan dengan program sebagai berikut: denaturasi awal pada suhu 95 ºC selama 3 menit sebanyak 1 siklus, dilanjutkan dengan 35 siklus yang terdiri atas denaturasi pada suhu 95 ºC selama 15 detik, penempelan primer pada suhu 63ºC selama 15 detik, pemanjangan primer pada suhu 72 o C selama 20 detik. Pemanjangan primer terakhir selama 7 menit pada suhu 72 o C. Produk PCR (amplikon) kemudian dielektroforesis dengan menggunakan gel agarosa. Elektroforesis gel agarosa (Sambrook et al. 2001) Elektroforesis DNA yang dilakukan mengacu pada metode Sambrook & Russell (2001). Terlebih dahulu disiapkan 1% gel agarosa dengan 1x buffer TE. Agarosa dipanaskan sampai mendidih lalu diamkan pada suhu ruang beberapa detik. Saat suhu agarosa cukup dingin lalu dituangkan pada cetakan. Setelah gel agarosa memadat kemudian dimasukkan ke dalam tangki elektroforesis yang berisi 1x buffer TE. Sebanyak 6 µl produk PCR dari masing-masing sampel ditambahkan dengan 1 µl loading dye dan dicampur sempurna, kemudian dimasukkan ke dalam sumur di dalam gel. Untuk menentukan ukuran dari produk 5
18 6 PCR disertakan juga DNA standar (1 kb) sebagai pembanding. Sampel dielektroforesis dengan tegangan 95 volt selama kurang lebih 40 menit. Analisis Karakter Agronomi (Sisharmini et al. 2013) Analisis karakter agronomi ini dilakukan dengan mengamati tinggi tanaman, bobot 100 butir, dan umur panen padi. Tinggi tanaman padi diukur mulai dari pangkal batang di atas permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi. Tinggi tanaman padi ini dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu tinggi (>130 cm), sedang ( cm), dan rendah (<110cm) (Departemen Pertanian 2003). Umur panen padi dihitung dari hari mulai tanam sampai gabah matang penuh (hari setelah tanam). Penggolongan umur panen berdasarkan Samaullah (2009), yaitu ultra genjah (<90 hari), sangat genjah ( hari), genjah ( hari), sedang ( hari), dan dalam (>150 hari). Penghitungan bobot 100 butir dilakukan dengan menghitung dari berat 100 biji isi. HASIL Penumbuhan Padi IR64 Transgenik T3 dan Seleksi benih pada Larutan basta Benih padi yang berhasil berkecambah setelah dilakukan seleksi dengan perlakuan basta berjumlah 200 benih dengan persentase rata-rata sebesar 42.97% (Lampiran 2). Sebanyak 6 kecambah dari 200 benih yang berkecambah tersebut berhasil tumbuh di pot sampai masa perlakuan kekeringan. Galur padi yang tumbuh tersebut adalah galur , galur , dan galur Seleksi benih padi dengan perlakuan basta dapat dilihat pada Gambar 2. Sementara itu, benih yang berkecambah tanpa perlakuan basta terdapat 680 benih dan yang ditumbuhkan di pot sebanyak 320 kecambah (sebanyak 300 kecambah padi transgenik dan 20 kecambah padi kontrol). Dari 320 kecambah tersebut, sebanyak 78 tanaman (sebanyak 72 kecambah padi transgenik dan 6 kecambah padi kontrol) yang berhasil tumbuh di pot sampai masa perlakuan kekeringan (dapat dilihat pada Lampiran 3). Gambar 2 Kecambah biji padi yang ditambah dengan larutan basta (a) Kontrol tanpa basta; (b) Kontrol dengan basta; (c) Sampel dengan basta.
19 7 Gambar 3 Kecambah biji padi di dalam tray tanpa perlakuan basta Kuantitas dan kemurnian DNA Jumlah sampel yang diuji kualitas dan kuantitasnya sebanyak 34 sampel. Kemurnian DNA yang diperoleh dari pengujian berada pada rentang nilai kemurnian ini diperoleh dari perbandingan antara nilai absorbansi 260 dengan nilai absorbansi 280 (Brown 2001). Sementara itu, kemurnian DNA yang diperoleh berkisar antara ng/µl. Hasil pengujian kuantitas dan kemurnian DNA ini dapat dilihat pada Tabel 3. Galur Padi IR64 Transgenik yang Toleran terhadap Kekeringan Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat 34 tanaman dari 84 tanaman padi IR64 yang diuji merupakan tanaman toleran terhadap kekeringan (Tabel 4). Tanaman yang toleran tersebut terdiri atas galur IR64 (kontrol), , , , , , , , , , , , , , , dan Tanaman yang toleran kekeringan dapat dilihat dari kemampuan recovery (pulih) setelah dilakukan cekaman kekeringan selama 8 hari perlakuan. Penampakan tanaman padi setelah dilakukan perlakuan kekeringan selama 8 hari perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4. Keberadaan gen hpt dan bar Menggunakan Teknik PCR Pengujian ini dilakukan terhadap 34 sampel tanaman. Sebanyak 10 sampel tanaman positif mengandung gen hpt dan gen bar, sedangkan 23 sampel tanaman positif mengandung gen bar dan tidak mengandung gen hpt (Lampiran 5). Keberadaan gen hpt dan bar ini ditunjukkan adanya amplikon masing-masing berukuran 500 bp (dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7). Gambar 4 Tanaman padi sebelum perlakuan kekeringan. (a) Kontrol dan (b) Sampel.
20 8 Gambar 5 Tanaman padi setelah perlakuan kekeringan selama 8 hari. (a) Kontrol dan (b) Sampel Tabel 3 Kuantitas dan kemurnian DNA daun padi Galur Konsentrasi (ng/µl) A260 A280 A260/A280 IR
21 Tabel 4 Tanaman yang dapat pulih setelah perlakuan cekaman kekeringan Galur Jumlah tanaman yang diberi Tanaman yang pulih perlakuan kekeringan Jumlah Persentase (%) IR IR Cabaccu Gajah mungkur Jumlah Gambar 6 Amplifikasi PCR tanaman padi transgenik menggunakan primer hpt. Keterangan: M= marker, P= plasmid, K= kontrol negatif, E= 4.5.1, F= 4.5.2, G= , H= , I= 5.3.2, J= 5.3.8, = menunjukkan hasil positif.
22 10 Gambar 7 Amplifikasi PCR tanaman padi transgenik menggunakan primer bar. Keterangan: M= marker, P= plasmid, K= kontrol negatif, E= 4.5.1, F= 4.5.2, G= , H= , I= 5.3.2, J= Karakter Agronomi Galur Padi IR64 transgenik generasi T 3 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tinggi tanaman padi berada pada kelompok sedang dan rendah. Jumlah tanaman padi pada kelompok sedang adalah 9 tanaman (27.27%) dan kelompok rendah berjumlah 24 tanaman (72.73%) (Tabel 5). Umur panen juga menghasilkan dua kelompok umur, yaitu umur genjah dengan jumlah 6 tanaman dan umur sedang dengan jumlah 27 tanaman (Tabel 6). Sementara itu, untuk bobot 100 butir gabah terdapat tiga kelompok. Sebanyak 2 tanaman memiliki bobot antara gram, sebanyak 10 tanaman memiliki bobot anatara gram, dan sebanyak 21 tanaman memiliki bobot antara gram (Tabel 7). Data hasil pengamatan karakter agronomi padi IR64 untuk setiap individu dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 5 Tinggi tanaman padi IR64 transgenik generasi T3 Galur Tinggi tanaman (cm) Jumlah tanaman Persentase (%) IR64 transgenik Rendah (<110) penanda aktivasi Sedang ( ) Tinggi (>130) - - IR64 nontransgenik 84 cm Tabel 6 Umur panen padi IR64 transgenik generasi T3 Galur Umur panen (hari) Jumlah tanaman Persentase (%) IR64 transgenik Ultragenjah (<90) - - penanda aktivasi Sangat genjah (90-104) - - Genjah ( ) Sedang ( ) Dalam (>150) - - IR64 nontransgenik 140 hari
23 Tabel 7 Bobot 100 butir gabah tanaman padi IR64 transgenik generasi T3 Galur Bobot 100 butir (g) Jumlah tanaman Persentase (%) IR64 transgenik penanda aktivasi IR64 nontransgenik 1.93 g 11 PEMBAHASAN Penumbuhan Padi IR64 Transgenik T 3 dan Seleksi Benih dengan Perlakuan Basta Hasil pengujian ketahanan tanaman padi IR64 terhadap herbisida Basta disajikan pada Lampiran 2. Sebanyak 456 kecambah yang diberi perlakuan basta (kecambah direndam dengan larutan basta konsentrasi 200 mg/l), diperoleh 200 tanaman yang tahan terhadap basta. Hal ini ditandai dengan mulai munculnya daun dari benih yang berkecambah (Gambar 2c). Namun dari 200 tanaman yang tahan terhadap basta tersebut, hanya diperoleh sebanyak 6 tanaman yang tumbuh di pot sampai masa perlakuan kekeringan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi, seperti suhu dan tanah. Menurut Suwarto dan Farid (2004), peningkatan suhu dapat mengakibatkan kelembaban tanah berkurang, sehingga penyerapan unsur hara pada tanaman dapat berkurang. Hal ini dapat dikaitkan dengan keadaan rumah kaca untuk penumbuhan padi yang digunakan dalam penelitian ini, karena suhu di dalam rumah kaca tersebut mencapai 40 o C. Proses seleksi dengan larutan basta dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang tahan terhadap herbisida basta, karena tanaman ini mengandung gen katahanan terhadap basta. Seperti yang diketahui, padi hasil konstruk rakitan penanda aktivasi yang digunakan dalam penelitian ini selain mengandung elemen 4 enhancer, juga membawa gen ketahanan terhadap herbisida basta (Santoso et al. 2013). Sehingga dapat diketahui bahwa sebanyak 6 tanaman yang tumbuh tersebut positif mengandung gen ketahanan terhadap basta. Ketahanan terhadap herbisida Basta merupakan ekspresi dari gen bar yang telah terintegrasi dan terekspresi pada tanaman yang diuji. Skrining dengan larutan Basta juga telah dilakukan oleh Sisharmini et al. (2009) menggunakan teknik pengolesan daun padi dengan larutan Basta. Teknik ini dilakuakan dengan mengoleskan larutan basta ke ujung daun padi. Ketahanan padi transgenik terhadap basta ditandai dengan tidak terbakarnya daun setelah pengolesan, sementara padi yang tidak tahan akan terbakar. Skrining ketahanan terhadap basta dengan cara merendam benih saat perkecambahan lebih baik dibandingkan dengan pengolesan, karena tanaman padi yang tahan (membawa gen bar) akan diketahui lebih awal. Di samping itu, skrining lebih akurat karena benih dapat kontak langsung dengan larutan basta, sementara teknik pengolesan hanya dilakukan pada ujung daun dan diduga respon ketahanannya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pencahayaan dan suhu. Penelitian ini juga melakukan penumbuhan padi tanpa dilakukan seleksi menggunakan larutan basta. Padi transgenik yang berkecambah sebanyak 300 benih dan padi nontransgenik sebanyak 20 benih. Hasil penumbuhan di pot
24 12 diperoleh sebanyak 72 tanaman padi transgenik dan 6 padi nontarnsgenik yang tumbuh sampai masa perlakuan (Lampiran 3). Tanaman yang tumbuh tersebut belum diketahui ketahanan terhadap herbisida basta, sehingga perlu dilakukan analisis PCR untuk mengetahui keberadan gen bar di dalam genom tanaman. Galur Padi IR64 Transgenik yang Toleran terhadap Kekeringan Tanaman yang mampu pulih dan bertahan hidup ketika mendapat cekaman kekeringan dikatakan sebagai tanaman toleran terhadap kekeringan (Santoso et al. 2013). Perlakuan kekeringan dalam penelitian ini dilakukan selama 8 hari. Menurut Widyasari et al. (2004), ciri tanaman yang mengalami cekaman kekeringan dapat dilihat dari perubahan pada organ daun yang mengering ataupun layu. Selama proses perlakuan, dilakukan penilaian terhadap perubahan pada organ daun tanaman padi. Hal ini dilakukan untuk melihat ketahanan tanaman terhadap cekaman kekeringan. Klasifikasi penilaian tanaman yang tanggap terhadap kekeringan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Hasil perlakuan kekeringan dari 80 sampel tanaman transgenik penanda aktivasi dan 4 tanaman kontrol, diperoleh sebanyak 34 tanaman yang toleran terhadap kekeringan (Lampiran 4). Tanaman yang peka terhadap kekeringan akan tampak berwarna coklat dan mengering serta anakannya terlihat patah, sedangkan tanaman yang toleran akan kembali menghijau setelah dilakukan penyiraman (Gambar 5). Kontrol padi yang digunakan sebagai pembanding (padi tipe liar) seperti IR20, Gajah Mungkur, dan Cabaccu tidak mengalami pemulihan, sedangkan untuk kontrol IR64 masih dapat pulih setelah dilakukan penyiraman. Harahap et al. (1995) menjelaskan bahwa gajah mungkur dan cabaccu merupakan varietas yang termasuk padi toleran kekeringan dan sering digunakan sebagai pembanding untuk daya tembus akar padi. Tanaman padi IR64 nontransgenik yang mampu pulih setelah dilakukan perlakuan kekeringan dapat disebabkan oleh waktu yang digunakan untuk proses seleksi tidak cukup untuk menekan pertumbuhan tanaman tersebut. Selain itu, dapat disebabkan oleh perbedaan morfologi dan fisiologi sehingga tanaman tidak mudah untuk kehilangan air selama tercekaman kekeringan (Moctava et al. 2013). Menurut Yakushiji et al. (1998), cekaman kekeringan akan berpengaruh terhadap aspek pertumbuhan tanaman yang mencakup aspek morfologis, fisiologi, dan biokimia tanaman. Adanya cekaman kekeringan dalam setiap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat menurunkan hasil yang disebabkan adanya hambatan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Tanaman padi hasil seleksi yang menunjukkan sifat toleran terhadap kekeringan, kemudian tanaman dipindahkan ke ember berisi tanah dan dirtumbuhkan sampai memiliki daun untuk bahan analisis molekuler. Selanjutnya dilakukan perbandingan karakter agronomi antara kontrol dengan padi transgenik penanda aktivasi. Deteksi Keberadaan gen hpt dan bar Menggunakan Teknik PCR Keberadaan gen hpt dan bar di analisis secara molekuler menggunakan teknik PCR untuk mengkonfirmasi keberadaan transposon Ac/Ds dalam genom tanaman padi transgenik penanda aktivasi. Berdasarkan konstruk T-DNA yang digunakan pada transformasi sebelumnya (Gambar 1) menunjukkan bahwa transposon Ac telah disisipkan gen hpt dan pada transposon Ds telah disisipkan
25 gen bar. Gen hpt berfungsi sebagai marka untuk mengidentifikasi keberadaan transposon Ac dan gen bar untuk mengidentifikasi transposon Ds. Konfirmasi keberadaan transposon Ac/Ds perlu dilakukan untuk mengetahui keberhasilan transfomasi pada sampel tanaman padi generasi T 3, serta untuk menentukan kestabilan mutan tersebut. Sallaud et al. (2004) menyatakan bahwa tanaman padi mutan dikatakan stabil apabila tanaman hanya mengandung elemen Ds namun tidak disertai oleh elemen Ac. Keberadaan elemen Ac akan menghasilkan enzim transposase, sehingga mampu bertransposisi yang menyebabkan elemen Ds tidak stabil berada dalam genom sehingga masih dapat berpindah-pindah. Hasil PCR menggunakan gen bar (Gambar 7) menunjukkan bahwa 33 sampel tanaman padi transgenik penanda aktivasi mengandung gen bar. Adanya gen bar ini diindikasikan oleh keberadaan amplikon DNA yang berukuran 500 bp. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam genom padi IR64 transgenik mengandung elemen Ds. Sementara itu, untuk analisis PCR menggunakan gen hpt (Gambar 6), diperoleh 10 tanaman yang positif mengandung gen hpt yang ditunjukkan oleh amplikon DNA berukuran 500 bp. Hal ini menunjukkan bahwa 10 tanaman tersebut masih mengandung elemen Ac di dalam genom padi tersebut. Sebanyak 10 tanaman yang positif terhadap gen hpt, juga positif terhadap gen bar (Tabel 5). Jadi, dapat dinyatakan bahwa di dalam genom tanaman tersebut mengandung elemen Ac dan juga mengandung elemen Ds, sehingga elemen Ds yang terdapat di dalam genom belum stabil karena masih memungkinkan elemen ini untuk bertransposisi. 13 Karakter Agronomi Galur Padi IR64 Transgenik Generasi T 3 Pengamatan karakter agronomi ini dilakukan dengan membandingkan padi IR64 transgenik penanda aktivasi dengan padi IR64 tipe liarnya. Tinggi tanaman IR64 tipe liar adalah 84 cm yang termasuk kategori rendah. Menurut Suprihatno et al. (2009), tinggi tanaman padi IR64 berkisar antara cm. Hasil pengamatan tinggi tanaman menunjukkan bahwa sebanyak 24 tanaman padi IR64 transgenik penanda aktivasi memiliki tinggi tanaman yang tergolong rendah, dan sebanyak 9 tanaman yang termasuk kategori sedang (Tabel 5). Dari pengamatan tersebut diperoleh bahwa terjadi perubahan karakter tinggi tanaman padi IR64 penanda aktifasi, yaitu 9 tanaman yang tinggi tanamannya termasuk kategori sedang. Perubahan karakter tinggi tanaman tersebut dapat dikarenakan adanya insersi konstruk penanda aktivasi (Santoso et al. 2013). Umur panen atau umur tanaman ditentukan dari hari mulai tanam sampai gabah matang penuh. Samaullah (2009) mengklasifikasikan umur panen padi berdasarkan 5 kelompok, yaitu ultra genjah (<90 hari), sangat genjah ( hari), genjah ( hari), sedang ( hari), dan dalam (>150 hari). Hasil pengamatan terhadap umur panen dari tanaman IR64 transgenik penanda aktivasi menunjukkan hasil yang bervariasi (Tabel 6). Umur panen paling pendek dari populasi tanaman IR64 transgenik adalah 118 hari dengan jumlah tanaman sebanyak 6 tanaman. Jika dibandingkan dengan tanaman padi IR64 nontransgenik, terdapat selisih waktu 22 hari. Namun dari populasi tanaman IR64 transgenik tersebut, didapatkan 27 tanaman yang mempunyai umur panen sama dengan tanaman nontransgenik yaitu 140 hari (umur sedang). Perbedaan umur panen ini
26 14 diduga adanya pengaruh insersi konstruk penanda aktivasi pada bagian gen yang berkaitan dengan sifat kegenjahan pada padi. Penghitungan bobot 100 butir merupakan salah satu parameter untuk mengukur produktivitas tanaman padi. Pada penelitian ini bobot 100 butir digolongkan dalam tiga kategori (Tabel 7). Bobot 100 butir tanaman padi IR64 transgenik paling banyak terdapat antara g dengan persentase 63.64%, sedangkan bobot 100 butir padi nontransgenik adalah 1.93 g. Bobot 100 butir gabah paling tinggi dari tanaman padi IR64 transgenik adalah 2.35 g. Dari populasi tanaman yang diamati, diperoleh 2 tanaman (6.06%) yang tidak menghasilkan biji isi atau hampa, dan sebanyak 10 tanaman bobot 100 butir gabah isinya diantara g. Berdasarkan hasil tersebut, padi IR64 transgenik masih memiliki produktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan padi IR64 nontransgenik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tanaman padi IR64 transgenik generasi T3 yang diketahui toleran terhadap kekeringan sebanyak 33 dari 84 tanaman. Analisis PCR yang dilakukan terhadap tanaman padi yang toleran kekeringan, diperoleh sebanyak 10 tanaman mengandung gen hpt dan bar yang mengindikasikan adanya transposon Ac dan Ds di dalam genom tanaman tersebut. Selain itu, juga diperoleh sebanyak 23 tanaman yang hanya mengandung gen bar dan mengindikasikan adanya transposon Ds yang stabil. Secara umum, tanaman padi transgenik cv. IR64 generasi T 3 mengalami perubahan karakter agronomis jika dibandingkan dengan tanaman nontransgenik. Sebanyak sembilan tanaman mengalami peningkatan tinggi tanaman, sebanyak enam tanaman memiliki umur panen lebih cepat, dan sebanyak 21 tanaman memiliki bobot 100 butir gabah isi yang lebih tinggi dari tanaman nontransgenik. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari fungsi gen-gen yang terkait perubahan fenotipe padi transgenik yang toleran terhadap kekeringan. Evaluasi lebih lanjut ketahanan tanaman transgenik yang stabil terhadap kekeringan perlu dilakukan. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Berita Resmi Statistik. Jakarta: BPS. Bray EA., J Bailey-Serres, E Weretilniyk Response to abiotic stresses. In:Eds.Gruissem W, Buchannan B, Jones R Bio-chemistry and molecular
27 Biology of Plants. Pp American Society of Plant Physiologists, Rockville. Departemen Pertanian Panduan Sistem Karakterisasi dan Evaluasi Tanaman Padi. Komisi Nasional Plasma Nutfah. Bogor. 68 hlm. Doyle J.J and Doyle J.L A Rapid DNA Isolation Procedure for Small Quantities of Fresh Leaf Tissue. Phytochem. Bull. 19: Harahap Z, Suwarno, E Lubis, TW Susanto Padi Unggul Toleran Kekeringan dan Naungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. 21 hlm. International Rice Research Institute Standard evaluation system for rice. 4 th ed, IRTO, IRRI. Los Banos, Philippines. 54p. Lestari EG dan Mariska I Identifikasi Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti dan IR 64 Tahan Kekeringan Menggunakan Polyethylene Glycol. Bul. Agron. 35(2): Marsch-Martinez N, R Greco, GV Arkel, LH Estrella, A Pereira Activation tagging using the En-Imaize transposon system in Arabidopsis. Plant Physiol 129: Moctava MA, Koesriharti, M. Dawam Respon Tiga Varietas Sawi (Brassica rapa L.) terhadap Cekaman Air. Jurnal Produksi Tanaman. 1(2): Mulyaningsih ES, H Aswidinnoor, D Soepandi, PBF Ourwerkerk, S Nugroho, IH Slamet Loedin Perbandingan Tiga Metode Transformasi AgrobacteriumUntuk Pencarian Gen-gen Terkait Toleransi Kekeringan Menggunakan Transposon Ac/Ds pada padi cv. Batutegi. Jurnal Biologi Indonesia 6(3): Santoso TJ, A Apriana, A Sisharmini, KR Trijatmiko Identifikasi Galur dan Gen-gen Terkait Toleran Kekeringan pada Padi Transgenik cv. T309 yang Mengandung Vektor Penanda Aktivasi. Jurnal AgroBiogen 9(3): Samaullah Y Indeks pertanaman padi IP 400 strategi, kebijakan, program dan uji coba [terhubung berkala]. one/18/pdf/indeks%20 (20 Desember 2014). Sambrook J, DW Russell Molecular Cloning: A Laboratory Manual. Ed-3. New York: Coldspring Harbor Laboratory Press. Silitongga TS, Somantri IH, Daradjat AA, Kurniawan H Panduan Sistem Karakterisasi dan Evaluasi Tanaman Padi. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Komisi Nasional Plasma Nutfah. 58h. Sisharmini A Penanda Aktivasi: Sebuah Pendekatan untuk Analisis Fungsi Gen pada Padi. Warta Biogen 5:4-6. Sisharmini A, A Apriana,W Enggarini, KRTrijatmiko Pengembangan Populasi Mutan Penanda Aktivasi: I. Transformasi Padi Japonica Tropis
28 16 Lokal Sulawesi cv. Asemandi dengan bantuan Agrobacterium tumefaciens. Jurnal AgroBiogen 5(2): Sisharmini A, A Apriana, Diah N, TJ Santoso, KR Trijatmiko Identifikasi Perubahan Karakter Agronomis Padi Transgenik Penanda Aktivasi cv. Asemandi Generasi T 1. Jurnal AgroBiogen 9(3): Suprihatno B, Daradjat A, Satoso, Baehaki, Widiarta, Setyono A, Indrasari DS, Lesmana Deskripsi Varietas Padi. Subang: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Departemen Pertanian. Suwarto dan Farid N Studi beberapa karakter morfologi dan fisiologi lima genotipe padi gogo toleral naungan. Agronomika 4(1): Thermo Fisher Scientific Nanodrop 2000/200c Spectrpphotometer V1.0 User Manual. Wilmington: Thermo Fischer Scientific. Trijatmiko KR, Gv Arkel, A Karaba, Ev Enckevort, and A Pereira Activation tagging using En-I and Ac-Ds maize transposon systems in rice. In Comparative Analysis of Drought Resist-ance Genes in Arabidopsis and Rice. Ph.D. Thesis Wageningen University, Wageningen, The Netherland with Summaries in English, Dutch and Indonesian. p Widyasari WB, Bambang S, Cahya I, Kabul W, Untung M Isolasi dan Analisis Gen Yang Responsif terhadap Cekaman Kekeringan pada Tebu. Berk. Penel. Hayati 9: Yakushiji H, K Morinaga, H Nonami Sugar Accumulation and Partitioning in Satsuma Mandarin Tree Tissue and Fruit in Responsse to Drought Stress. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 123(4):
29 17 Lampiran 1 Bagan alir penelitian LAMPIRAN Penumbuhan benih padi Perlakuan kekeringan Analisis molekuler Analisis karakter agronomi (fenotipe) Isolasi DNA Elektroforesis gel agarosa Umur panen PCR dengan marka hpt dan bar Tinggi tanaman Bobot 100 butir gabah isi
30 18 Lampiran 2 Benih tanaman padi transgenik IR64 yang tumbuh pada media basta konsentrasi 200 mg/l Galur Jumlah benih Berkecambah Kecambah Tahan basta Jumlah tumbuh di Jumlah Persentase pot IR64** IR20** Cabaccu** Gajah Mungkur** Jumlah Rata-rata % ** tanaman kontrol
31 Lampiran 3 Benih tanaman padi transgenik IR64 yang tumbuh tanpa perlakuan basta Galur Jumlah benih Berkecambah Ditumbuhkan di pot Jumlah tumbuh di pot IR64** IR20** Cabaccu** Gajah Mungkur** Jumlah ** tanaman kontrol 19
32 20 Lampiran 4 Hasil seleksi tanaman padi yang toleran cekaman kekeringan dengan perlakuan kekeringan selama 8 hari Galur Gejala Keterangan Daun menggulung Daun kering IR64** 7 7 IR20** 7 7 Mati*** Cabaccu** 7 7 Mati*** Gajah mungkur** 9 9 Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati*** Mati Mati*** Mati*** Mati * Mati Mati Mati*** Mati Mati Mati
33 Mati Mati*** Mati*** * * * Mati * Mati * Mati Mati Mati*** Mati Mati Mati Mati Mati Mati Mati*** Mati Mati Mati * tanaman yang tahan terhadap herbisida basta ** tanaman kontrol *** tanaman mati setelah dipindahkan ke ember 21
34 22 Lampiran 5 Keberadaan gen hpt dan bar dalam tanaman transgenik IR64 generasi T3 Galur Gen hpt Gen bar IR64** * * * * * * * tanaman yang tahan terhadap herbisida basta ** tanaman kontrol
35 23 Lampiran 6 Hasil pengamatan karakter agronomi padi transgenik penanda aktivasi hasil seleksi kekeringan Galur Tinggi (cm) Jumlah anakan Anakan produktif Bobot 100 butir Malai 1 Malai 2 Malai 3 Umur panen IR64** , * * * * * * * tanaman yang tahan terhadap herbisida basta
Identifikasi Perubahan Karakter Agronomis Padi Transgenik Penanda Aktivasi cv. Asemandi Generasi T 1
Jurnal AgroBiogen 9(3):107-116 Identifikasi Perubahan Karakter Agronomis Padi Transgenik Penanda Aktivasi cv. Asemandi Generasi T 1 Atmitri Sisharmini 1 *, Aniversari Apriana 1, Diah Nurmaliki 2, Tri J.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118
45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 sampel. Berdasarkan hasil digesti DNA dengan enzim EcoRI, diperoleh sebanyak 74 sampel tanaman dari 118
Lebih terperinciFAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI
ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.
Lebih terperinciAMPLIFIKASI GEN BAR DAN GEN HPT TERKAIT STABILITAS PADI MUTAN SERTA EVALUASI KARAKTER AGRONOMINYA NETRIA WAHYUNI
i AMPLIFIKASI GEN BAR DAN GEN HPT TERKAIT STABILITAS PADI MUTAN SERTA EVALUASI KARAKTER AGRONOMINYA NETRIA WAHYUNI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciAsam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml
36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer
LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian
Lebih terperinciFAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI
Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan
Lebih terperinciIdentifikasi Galur dan Gen-gen Terkait Toleran Kekeringan pada Padi Transgenik cv. T309 yang Mengandung Vektor Penanda Aktivasi
Jurnal AgroBiogen 9(3):97-16 Identifikasi Galur dan Gen-gen Terkait Toleran Kekeringan pada Padi Transgenik cv. T39 yang Mengandung Vektor Penanda Aktivasi Tri J. Santoso*, Aniversari Apriana, Atmitri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi
Lebih terperinciANALISIS MOLEKULER DAN FENOTIPIK PADI NIPPONBARE-OsPPCK GENERASI T1 UNTUK TOLERANSI KEKERINGAN SARI WAHONO ROMY NUR SENO
ANALISIS MOLEKULER DAN FENOTIPIK PADI NIPPONBARE-OsPPCK GENERASI T1 UNTUK TOLERANSI KEKERINGAN SARI WAHONO ROMY NUR SENO DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:
BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan
Lebih terperinciII. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di
II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat
12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan
Lebih terperinci1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini
BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer
LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
Lebih terperinciTOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN ABSTRAK ABSTRACT
BEBERAPA MODIFIKASI PERLAKUAN UNTUK MENGEKSTRAKSI DNA DARI BAHAN HERBARIUM (Several modifications of treatment in extracting DNA from herbarium material) TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciPembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA
LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel
16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik
Lebih terperinciI. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan
I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii
21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii R.Br dan Rafflesia
Lebih terperinciEvaluasi Sifat Daya Tembus Akar dan Identifikasi Mutan Stabil pada Populasi Penanda Aktivasi
Jurnal AgroBiogen 12(1):21 28 Evaluasi Sifat Daya Tembus Akar dan Identifikasi Mutan Stabil pada Populasi Penanda Aktivasi (Evaluation of Root Penetration Ability and Identification of Stable Mutants in
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green House dan Laboratorium Genetika dan Molekuler jurusan Biologi Fakultas Sains dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;
BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna
Lebih terperinciKUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI. Disusun Oleh: Nama : Anatasia NIM : Kelompok : Selasa Asisten : Nimas Ayu
KUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI Disusun Oleh: Nama : Anatasia NIM : 125040200111140 Kelompok : Selasa 09.15-11.00 Asisten : Nimas Ayu UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi
Lebih terperinciMETODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b
METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu penanaman padi dan analisis fisiologi dan marka molekuler. Penanaman padi secara gogo pada tanah masam dilakukan di rumah kaca Cikabayan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor
BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari Oktober 2010
Lebih terperinciHASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.
2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling
16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth
III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas
26 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas Lampung dari bulan Februari-Juni 2015. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam
Lebih terperincidimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)
Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juli 2012, yang bertempat di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler Jurusan Biologi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2017 di Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih
BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Lebih terperinciterkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh
PEMBAHASAN UMUM Kebutuhan pangan berupa beras di Indonesia terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi di masa datang kemampuan pertanian di Indonesia untuk menyediakan beras
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah simplisia CAF yang berasal dari daerah Cihanjuang Kota Cimahi dan simplisia
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA
LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA
6 konsentrasinya. Untuk isolasi kulit buah kakao (outer pod wall dan inner pod wall) metode sama seperti isolasi RNA dari biji kakao. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA Larutan RNA hasil
Lebih terperinciANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD
ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD Herdiyana Fitriani Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian. I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium
2. Terdapat genotipe-genotipe padi yang toleran terhadap salinitas melalui pengujian metode yang terpilih. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November
Lebih terperinciBab III Bahan dan Metode III.1 Bahan III. 2 Alat
Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan Pada penelitian ini, sampel yang digunakan dalam penelitian, adalah cacing tanah spesies L. rubellus yang berasal dari peternakan cacing tanah lokal di Sekeloa, Bandung.
Lebih terperinciBAB III METODE A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Waktu dan Lokasi Penelitian D. Alat dan Bahan Rizki Indah Permata Sari,2014
34 BAB III METODE A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni atau pure research yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and
23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba
Lebih terperinciPengamatan Pertumbuhan dan Produksi Tinggi Tajuk dan Panjang Akar Analisis Askorbat peroksidase (APX) Bobot Tajuk dan Bobot Akar
3 kemudian dilakukan hidrasi selama 24 jam di botol kecil. Setelah 24 jam dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot jenuh (BJ. Untuk mengetahui bobot kering (BK maka potongan daun tersebut dikeringkan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian
14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah berlangsung sejak bulan Januari 2012 - Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi, Lab. Optik, Lab. Genetika dan Lab. Biologi Molekuler Jurusan
Lebih terperinciBab III Bahan dan Metode
Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong
Lebih terperinciIII. Bahan dan Metode
III. Bahan dan Metode A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2011 yang dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. B. Bahan Penelitian Sampel yang digunakan
Lebih terperinciPengujian DNA, Prinsip Umum
Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kerjasama Bioteknologi Indonesia- Belanda (BIORIN) dan Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman (BMST), Pusat
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA
LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN V (HIBRIDISASI) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 HIBRIDISASI DOT BLOT TUJUAN blot) Praktikum ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen
BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan memanipulasi objek penelitian (Nazir, 2005).
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA
LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA
Lebih terperinciKARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman
KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.)TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI 080307008/Pemuliaan Tanaman PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian
BAHAN DAN METODE 1. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode
16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,
Lebih terperinciDETEKSI GEN hpt DAN bar UNTUK UJI KESTABILAN GEN TRANSPOSON Ac/Ds PADA PADI MUTAN IR64 CLARA SHINTA AYU FITRIYANTI
DETEKSI GEN hpt DAN bar UNTUK UJI KESTABILAN GEN TRANSPOSON Ac/Ds PADA PADI MUTAN IR64 CLARA SHINTA AYU FITRIYANTI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi
3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial
Lebih terperinciANALISIS INSERSI T-DNA PEMBAWA TRANSPOSON Ac/Ds PADA T0 DAN AKTIVITAS Ds PADA T1 TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR NIPPONBARE MELINDA REMELIA
ANALISIS INSERSI T-DNA PEMBAWA TRANSPOSON Ac/Ds PADA T0 DAN AKTIVITAS Ds PADA T1 TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR NIPPONBARE MELINDA REMELIA 030404054Y UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis
Lebih terperinciLampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid
LAMPIRAN 9 Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid Satu ruas tungkai udang mantis dalam etanol dipotong dan dimasukkan ke dalam tube 1,5 ml. Ruas tungkai yang telah dipotong (otot tungkai)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Lewikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang terletak pada ketinggian
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Lebih terperinciSINERGISITAS DAN STABILITAS EKSPRESI GEN
0031: Tri Joko Santoso dkk. PG-169 SINERGISITAS DAN STABILITAS EKSPRESI GEN OsERF1 dan OsDREB1A PADA PROGENI SILANGAN CIHERANG X NIPPONBARE TRANSGENIK UNTUK TOLERANSI TERHADAP SALINITAS TINGGI Tri Joko
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
Lebih terperinci1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan
Lampiran 1. Data dan analisis karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. 1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi
TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode
24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Alasan menggunakan metode deskriptif yaitu pada penelitian ini hanya mengamati laju pertumbuhan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green House Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di Desa Tamantirto,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini termasuk
30 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen karena telah dilakukan manipulasi terhadap objek penelitian serta
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Lebih terperinci