PEMBUATAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA KELAS XI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBUATAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA KELAS XI"

Transkripsi

1 PEMBUATAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA KELAS XI Skripsi Oleh : Tri Wahyuningsih K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 i

2 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama NIM Jurusan/Program Studi : Tri Wahyuningsih : K : PMIPA/Pendidikan Fisika menyatakan bahwa skripsi saya berhudul PEMBUATAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA KELAS XI ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya. Surakarta, Desember 2012 Yang membuat pernyataan Tri Wahyuningsih ii

3 PEMBUATAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA KELAS XI Oleh : Tri Wahyuningsih K Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 iii

4 HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada Hari : Senin Tanggal : 7 Januari 2013 Persetujuan Pembimbing Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Trustho Raharjo, M.Pd. NIP Dyah Fitriana Masithoh, M.Sc. NIP iv

5 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada Hari :. Tanggal :. Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Drs. Supurwoko, M.Si.. Sekretaris : Drs. Pujayanto, M.Si... Anggota I : Drs. Trustho Raharjo, M.Pd. Anggota II : Dyah Fitriana Masithoh, M.Sc... Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan, Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP v

6 ABSTRAK Tri Wahyuningsih. PEMBUATAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA KELAS XI. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember Tujuan penelitian ini adalah menyusun dan menghasilkan instrumen tes diagnostik untuk mengungkap miskonsepsi siswa dalam materi Fluida dan Teori Kinetik Gas di Sekolah Menengah Atas kelas XI semester genap. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pengembangan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah tes diagnostik untuk mengidentifikasi miskonsepsi Fisika pada siswa. Model pengembangan yang digunakan yaitu model pengembangan 4-D oleh S. Thigarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4-D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Pendefinisian, (2) Perancangan, (3) Pengembangan, dan (4) Penyebaran. Obyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 6 Surakarta dan siswa kelas XII IPA 4 dan 5 SMA Negeri 1 Kartasura. Hasil draft awal sebanyak 56 butir soal tes diagnostik yang sudah di validasi teoritik. Validasi empiris dilakukan dengan dua kali uji coba. Uji coba I digunakan soal sebanyak 56 item dengan bentuk soal pilihan ganda alasan yang telah ditentukan. Selanjutnya dilakukan revisi soal berdasarkan hasil analisis dan wawancara terhadap siswa. Uji coba II digunakan bentuk soal pilihan ganda alasan terbuka dengan dua tipe soal, yaitu A dan B. Jumlah soal untuk masing-masing tipe adalah 33 butir soal. Uji coba I diperoleh nilai reliabilitas cukup, yaitu 0,41. Artinya, instrumen tersebut tingkat keajegan dalam mengungkap miskonsepsi siswa adalah cukup. Uji coba II dihasilkan nilai reliabilitas cukup, yaitu 0,611 untuk soal tipe A dan 0,6 untuk soal tipe B. Artinya, instrumen tersebut tingkat keajegan dalam mengungkap miskonsepsi siswa adalah cukup. Dari Penelitian dihasilkan instrumen tes diagnostik untuk mengungkap miskonsepsi materi Fluida dan Teori Kinetik Gas dengan dua tipe soal yaitu A dan B. Bentuk soal pilihan ganda dengan alasan terbuka dengan jumlah soal masing-masing tipe adalah 33 butir soal. Kata kunci: Tes diagnostik, miskonsepsi, Fluida, Teori Kinetik Gas vi

7 ABSTRACT Tri Wahyuningsih. THE MAKING OF DIAGNOSTIC TEST INSTRUMENT OF PHYSICS SUBJECT FOR SENIOR HIGH SCHOOL GRADE XI. Skripsi. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. SebelasMaret University. December The objective of this study is to draw up and to produce an instrument of diagnostic test to uncover the students misconception in learning Fluid and Kinetics Theory of Gases for Senior High School grade XI in even semester. This study is categorized as research development. Learning device that was developed is diagnostic test. It is to identify the students misconception of physics. The model of development used is four D model by S. Thigarajan, Dorothy S. Semmel and Melvyn I. Semmel. The four D model consists of four main stages: (1) Define, (2) Design (3) Develop, and (4) Disseminate. The object of this research is the students of SMA Negeri 6 Surakarta grade XI Sience 2 and the students of SMA Negeri 1 Kartasura grade XII Science 4 and XII Sience 5. The result of the first draft is 56 items of diagnostic test, which the validity theoretically had been proved. The testing of empirical validity was done for twice. Test I used questions of 56 items with the form of multiple choices the specified reasons. Then, the items were revised based on the results of the analysis and the interview to students. Test II used questions of 56 items with the form of multiple choices the opened reason by two types of questions, namely A and B. The number of questions for each type is 33 items. Test I obtained sufficient reliability values, that is 0, 41. It means that, the consistency of the instruments in uncovering the students misconception is enough. Test II obtained sufficient reliability values, that is 0, 611 for the question type A and 0, 6 for the question type B. It means that, the consistency of the instruments in uncovering the students misconception is enough. The result of the study is the instrument of diagnostic test, which is to uncover the students misconception in learning Fluid and Kinetics Theory of Gases by two types of questions, namely A and B. The form of the questions is multiple choices the opened reason by the number of questions for each type is 33 items. Keywords: Diagnostic tests, misconception, Fluid, Kinetic Theory of Gases vii

8 MOTTO Bersemangatlah atas apa yang bermanfaat bagimu (Penulis) viii

9 PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: Bapak dan Ibuku yang kucintai, terimakasih atas doa, dukungan dan kepercayaan yang diberikan kepadaku selama ini. ix

10 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya, sehinnga penyusunan Skripsi yang berjudul : "PEMBUATAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA KELAS XI " dapat diselesaikan. Penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Sebelas Maret. 3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA Universitas Sebelas Maret. 4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd dan Bapak Drs. Surantoro, M.Si. Koordinator Skripsi Program Fisika P.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun Skripsi ini. 5. Bapak Drs. Trustho Raharjo, M.Pd dan Ibu Dyah Fitriana Masithoh, M.Sc. Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi. 6. Bapak Dwi Teguh Raharjo, S.Si, M.Si. Dosen Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan validasi materi pada penyusunan instrumen tes diagnostik Fisika SMA kelas XI. 7. Bapak Drs. Yusmar Setyobudi, M.M, M.Pd. Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk penelitian dalam rangka menyusun Skripsi. 8. Bapak Drs. Widodo, M.M. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kartasura yang telah memberikan ijin untuk penelitian dalam rangka menyusun Skripsi. 9. Bapak Tri Bagyo, S.Pd, M.M dan Ibu Dra. Tini. Guru Mata Pelajaran Fisika di SMA Negeri 6 Surakarta yang telah banyak membantu penulis melaksanakan penelitian dalam rangka menyusun commit Skripsi. to user x

11 10. Bapak Hari Supriyanto, S.Pd, M.Eng. Guru Mata Pelajaran Fisika di SMA Negeri 1 Kartasura yang telah banyak membantu penulis melaksanakan penelitian dalam rangka menyusun Skripsi. 11. Nur Yazid, Gunawan, Vista, Ziva, Alya, Habil yang telah memberikan banyak semangat penulis dalam menyelesaikan Skripsi. 12. Rani, Fatimah, Ani, Utik, Desti, Desi, Yunda, Trisni, Nashril, Kholif, Yoga, Nanda, Navis, dan Bimanto yang telah memberikan inspirasi dan masukan penulis dalam rangka menyusunan instrumen tes diagnostik Fisika SMA kelas XI. 13. Sahabat-sahabatku Fisika 2008 untuk segala dukungan, persahabatan, dan bantuannya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini jauh dari sempurna. Namun demikian, penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Surakarta, Desember 2012 Penulis xi

12 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.. i HALAMAN PERNYATAAN ii HALAMAN PENGAJUAN... iii HALAMAN PERSETUJUAN... iv HALAMAN PENGESAHAN v HALAMAN ABSTRAK vi HALAMAN MOTTO. vii HALAMAN PERSEMBAHAN ix KATA PENGANTAR x DAFTAR ISI.. xii DAFTAR TABEL.. xiv DAFTAR GAMBAR. xvi DAFTAR LAMPIRAN.. xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah... 5 D. Rumusan Masalah... 5 E. Tujuan Penelitian... 5 F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan... 6 G. Manfaat Penelitian... 6 H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan... 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 7 B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berfikir D. Pertanyaan Penelitian xii

13 BAB III BAB IV BAB V METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian B. Model Pengembangan C. Prosedur Pengembangan D. UjiCoba Produk Desain Uji Coba Subjek Coba Jenis Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis Data HASIL PENELITIAN A. Data Uji Coba. 38 B. Analisis Data C. Revisi Produk. 42 D. Kajian Produk Akhir.. 57 SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan tentang Produk B. Keterbatasan Penelitian C. Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Pengelompokkan Derajat Pemahaman Konsep Jumlah Soal Tiap Konsep Uji Coba I Jumlah Soal Tiap Konsep Uji Coba II Revisi Soal Konsep Massa Jenis Revisi Soal Konsep Tekanan Revisi Soal Konsep Tekanan Hidrostatik Revisi Soal Konsep Tekanan Terukur Revisi Soal Konsep Tekanan Atmosfir Revisi Soal Konsep Hukum Pascal Revisi Soal Konsep Hukum Pokok Hidrostatika Revisi Soal Konsep Hukum Archimedes Revisi Soal Konsep Tegangan Permukaan Revisi Soal Konsep Kontinuitas Revisi Soal Konsep Debit Revisi Soal Konsep Hukum Bernoulli Revisi Soal Konsep Viskositas Revisi Soal Konsep Hukum-Hukum Gas Revisi Soal Konsep Tekanan pada Gas Revisi Soal Konsep Energi Kinetik Translasi Rata-Rata Revisi Soal Konsep Kecepatan rms Revisi Soal Konsep Kecepatan Gas xiv

15 4.21 Revisi Soal Konsep Ekipartisi Energi Revisi Soal Konsep Energi Dalam. 55 xv

16 Gambar DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D Thiagarajan (Trianto, 2007: 65) Kerangka Berpikir Alur Pengembangan Soal Tes Diagnostik Fisika Desain Uji Coba. 34 xvi

17 Lampiran DAFTAR LAMPIRAN 18 Validasi Ahli Instrumen Tes Diagnostik Fluida Dan Teori Kinetik Gas Uji Coba commit I to user 216 xvii Halaman 1 Jadwal Penelitian Silabus Pembelajaran Kisi-Kisi Konsep Materi Kisi-Kisi Konsep Materi (Revisi 1) Kisi-Kisi Tes Diagnostik Fluida dan Teori Kinetik Gas (Revisi 2) Kisi-Kisi Tes Diagnostik Fluida dan Teori Kinetik Gas (Revisi 3) Kisi-Kisi Tes Diagnostik Fluida dan Teori Kinetik Gas (Revisi 4) Materi Tahap Pendefinisian Konsep Kisi-Kisi Tes Diagnostik Fluida dan Teori Kinetik Gas Uji Coba I Tes Diagnostik Fluida dan Teori Kinetik Gas Kunci Jawaban Lembar Jawaban Tes Diagnostik Fluida dan Teori Kinetik Gas Kisi-Kisi Tes Diagnostik Fluida dan Teori Kinetik Gas Uji Coba II Tes Diagnostik Fluida dan Teori Kinetik Gas Tipe A Tes Diagnostik Fluida dan Teori Kinetik Gas Tipe B Rubrik Penilaian Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI Uji Coba II 181

18 19 Validasi Ahli Instrumen Tes Diagnostik Fluida Dan Teori Kinetik Gas Uji Coba II Analisis Jawaban Tes Uji Coba I Analisis Jawaban Tes Uji Coba II (Soal Tipe A) Analisis Jawaban Tes Uji Coba II (Soal Tipe B) Surat Perizinan. 340 xviii

19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari mata pelajaran Fisika di SMA dan MA menurut kurikulum 2004 antara lain sebagai sarana: Mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif; menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip Fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (Depdiknas, 2003: 7). Siswa diharapkan memiliki kemampuan menguasai konsep-konsep Fisika setelah pembelajaran berakhir. Dahar menyatakan bahwa : Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi (1989: 79). Permasalahan pendidikan yang mendasar sering berkaitan dengan penanaman pemahaman konsep yang kadang-kadang keliru. Sebagian orang berpendapat bahwa kesalahan pemahaman siswa terhadap suatu konsep Fisika adalah sesuatu yang wajar dan dapat dianggap sebagai kurang berhasilnya proses belajar mengajar. Kesalahan pemahaman konsep oleh siswa secara konsisten akan mempengaruhi efektivitas proses belajar selanjutnya dari siswa yang bersangkutan. Setelah pembelajaran di sekolah, ternyata seringkali kerangka konsep yang telah dibangun oleh siswa tersebut menyimpang dari konsep yang benar. Selanjutnya kerangka konsep siswa yang salah tersebut akan disebut sebagai miskonsepsi. Belajar Fisika adalah belajar tentang alam. Proses belajar alam dapat diperoleh seseorang sejak orang tersebut berinteraksi dengan alam melalui pengalaman. Banyak hal yang dapat diperoleh melalui pengalaman dan hal 1

20 2 tersebut menjadi sebuah pengetahuan awal ketika seseorang tersebut memasuki pendidikan formal. Pengetahuan awal yang dimiliki seorang anak sebelum jenjang pendidikan sekolah bisa benar atau salah. Hal ini disebabkan pengetahuan awal tersebut diperoleh dari pengalaman yang berbeda-beda dan sumber informasi yang tidak akurat. Padahal penguasaan pengetahuan awal yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap perolehan pengetahuan di sekolah. Sebelum mengikuti pembelajaran secara formal di sekolah, siswa sudah membawa konsep tertentu yang mereka kembangkan lewat pengalaman hidup mereka sebelumnya. Sesuai dengan pernyataan Pinker (2003) bahwa: Siswa hadir di kelas umumnya tidak dengan kepala kosong, melainkan mereka telah membawa sejumlah pengalaman-pengalaman atau ide-ide yang dibentuk sebelumnya ketika mereka berinteraksi dengan lingkungannya (Simamora & Redhana, 2007: 150). Konsep yang dibawa siswa dapat sesuai dengan konsep ilmiah tetapi juga dapat tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Konsep awal yang dimiliki siswa disebut dengan konsepsi. Konsep awal atau konsepsi yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah disebut sebagai miskonsepsi. Miskonsepsi dapat berbentuk konsep awal, kesalahan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang salah. Novak & Gowin (1984) menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima (Suparno, 2005: 4). Secara rinci, miskonsepsi dapat merupakan pengertian yang tidak akurat tentang konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah tentang penerapan konsep, pemaknaan konsep yang berbeda, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar. Miskonsepsi yang dialami setiap siswa di sekolah bisa berlainan dengan penyebab yang berbeda-beda. Pada satu kelas dapat terjadi bermacam-macam miskonsepsi dengan penyebab miskonsepsi berbeda pula. Sebagai fasilitator pembelajaran, guru hendaknya memiliki kemampuan untuk menggali dan mengenali pengetahuan awal siswa, commit terutama to user pengetahuan awal yang salah agar

21 3 tidak terjadi miskonsepsi yang berkepanjangan. Selain itu, guru juga hendaknya memiliki kemampuan untuk mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal yang menjadi penyebab miskonsepsi pada siswa. Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu : siswa, guru, buku teks, konsteks, dan metode mengajar. Penyebab yang berasal dari siswa dapat terdiri berbagai hal, seperti prakonsepsi awal, kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berpikir, dan teman lain. Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru yang berelasi dengan siswa kurang baik. Konteks, seperti budaya dan bahasa sehari - hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa. Sedangkan metode mengajar yang hanya menekankan kebenaran satu segi sering memunculkan salah pengertian pada siswa (Suparno, 2005:29). Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu adanya tes diagnostik dalam menganalisis miskonsepsi yang dialami siswa. Djamarah berpendapat, Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar siswa yang dialami siswa berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya (2002: 215). Diagnosis kesulitan belajar siswa lebih luas dari pada pelaksanaan tes diagnostik, sehingga dalam pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar, selain pelaksanaan tes, perlu dilakukan kegiatan lain, yaitu penelusuran jenis, sumber serta penyebab kesalahan. Namun guru masih mengalami kebingungan perihal model asesmen yang baik agar dapat merekam dan menganalisis miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Yunita Kurnia Sholfiani telah melakukan penelitian yang berjudul Penyusunan Tes Diagnostik Fisika Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus Untuk Siswa Kelas X SMA di Kota Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa butir tes diagnostik Fisika yang disusun memiliki taraf kesukaran rata-rata sedang, dan daya pembeda rata-rata cukup. Persentase kevalidan soal 94,28%, derajat realibilitasnya tergolong sedang dengan koefisien realibilitas soal pilihan ganda sebesar 0.56 dan untuk soal esai Persentase pencapaian siswa secara commit umum to user berada di bawah batas pencapaian

22 4 (passing score) yaitu 65%. Siswa secara umum memiliki kelemahan pada pencapaian tujuan pengajaran, penguasaan prasyarat pengetahuan, pengetahuan terstruktur dan masih mangalami miskonsepsi. Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Permasalahan pendidikan yang mendasar sering berkaitan dengan penanaman pemahaman konsep yang kadang-kadang keliru. Namun, sebagian orang berpendapat bahwa kesalahan pemahaman siswa terhadap suatu konsep Fisika adalah sesuatu yang wajar dan dapat dianggap sebagai kurang berhasilnya proses belajar mengajar. 2. Pengetahuan awal yang dimiliki seorang anak sebelum jenjang pendidikan sekolah bisa benar atau salah. Padahal penguasaan pengetahuan awal yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap perolehan pengetahuan di sekolah. 3. Sebelum mengikuti pembelajaran secara formal di sekolah, siswa sudah membawa konsep tertentu yang mereka kembangkan lewat pengalaman hidup mereka sebelumnya. Tetapi, konsep yang dibawa siswa dapat sesuai dengan konsep ilmiah tetapi juga dapat tidak sesuai dengan konsep ilmiah. 4. Miskonsepsi yang dialami setiap siswa di sekolah bisa berlainan dengan penyebab yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk mengenali miskonsepsi dan penyebabnya yang terjadi pada siswa. 5. Perlu adanya tes diagnostik dalam menganalisis miskonsepsi yang dialami siswa. Namun, guru masih mengalami kebingungan perihal model asesmen yang baik agar dapat merekam dan menganalisis miskonsepsi yang dialami oleh siswa.

23 5 6. Ada miskonsepsi siswa kelas X SMA di kota Semarang tahun pelajaran 2005/2006 pada materi Kinematika Gerak Lurus, dimungkinkan terdapat pula miskonsepsi pada materi Fluida dan Teori Kinetik Gas untuk siswa kelas XI SMA di Surakarta. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini dibatasi dengan ruang lingkup dan arahan yang jelas. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah: 1. Penelitian ini dilaksanakan untuk disusun dan dihasilkan instrumen tes diagnostik miskonsepsi mata pelajaran Fisika semester genap yang dialami siswa kelas XI pada materi Fluida dan Teori Kinetik Gas. 2. Objek penelitian difokuskan pada siswa SMA Negeri 6 Surakarta kelas XI dan siswa SMA Negeri 1 Kartasura kelas XII. D. Rumusan Masalah Permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah instrumen tes yang memenuhi standar untuk mendiagnosis miskonsepsi siswa dalam pembelajaran Fisika pada materi Fluida dan Teori Kinetik Gas siswa SMA kelas XI? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menyusun dan menghasilkan instrumen tes diagnostik untuk mengungkap miskonsepsi siswa dalam materi Fluida dan Teori Kinetik Gas di Sekolah Menengah Atas kelas XI semester genap.

24 6 F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan butir soal diagnostik untuk mengungkap miskonsepsi pada materi Fluida dan Teori Kinetik Gas yang terjadi pada siswa. Bentuk soal yang dipilih adalah pilihan ganda dengan alasan terbuka. Tujuan dari bentuk pilihan ganda dengan alasan terbuka adalah untuk mempermudah dalam mendiagnosis kesalahan konsep yang terjadi pada siswa. G. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis. Soal tes diagnostik yang tersusun diharapkan dapat menambah keragaman tes yang digunakan dalam proses pembelajaran. 2. Manfaat Praktis Dengan tersusunnya soal tes diagnostik, diharapkan dapat dipakai sebagai alat evaluasi untuk mendiagnosis adanya kesalahan konsep yang terjadi pada siswa. H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Asumsi Dalam pembelajaran Fisika masih terjadi miskonsepsi pada siswa dalam memahami konsep Fisika. Keterbatasan pengembangan Penelitian ini hanya menyusun instrumen tes diagnostik untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan konsep pada siswa. Uji coba dilaksanakan dua kali setelah proses pembelajaran materi Fluida dan Teori Kinetik Gas. Keterbatasan lain adalah instrumen ini tidak dapat digunakan untuk semua SMA, tetapi akan cukup baik apabila digunakan untuk SMA dengan kemampuan siswa kelas IPA hampir sama dengan siswa kelas IPA di SMA Negeri 1 Kartasura.

25 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Fisika Fisika adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari sifat-sifat alam. Berbagai keteraturan yang terjadi pada berbagai zat di sekitar, biasanya dipahami sebagai hal yang wajar karena setiap orang mengamati dan mengalaminya setiap hari. Misalnya, sebelum terjadi hujan lebat, biasanya muncul awan tebal sehingga cuaca menjadi mendung dan gelap. Jika dipelajari, akan banyak dijumpai keteraturan di sekitar. Fisika berasal dari kata Yunani yang berarti alam, karena Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala, kejadiankejadian alam. Beberapa sifat yang dipelajari dalam Fisika merupakan sifat yang ada dalam semua sistem materi yang ada, seperti hukum kekekalan energi. Sifat semacam ini sering disebut sebagai hukum Fisika. Fisika sering disebut sebagai "ilmu paling mendasar", karena setiap ilmu alam lainnya (biologi, kimia, geologi,dan lain-lain) mempelajari jenis sistem materi tertentu yang mematuhi hukum Fisika. Mundilarto menyatakan, Fisika sebagai ilmu merupakan landasan pengembangan teknologi, sehingga teori-teori Fisika membutuhkan tingkat kecermatan yang tinggi (2010: 3). Kecermatan yang tinggi sangat diperlukan ketika mempelajari Fisika, di samping keterampilan berhitung, memanipulasi dan observasi, serta keterampilan merespon suatu masalah secara kritis. Sifat mata pelajaran Fisika salah satunya adalah bersyarat, artinya setiap konsep baru ada kalanya menuntut prasyarat pemahaman atas konsep sebelumnya. Oleh karena itu, bila terjadi kesulitan belajar pada salah satu pokok bahasan akan terbawa ke bahasan berikutnya, atau bila terjadi miskonsepsi akan terbawa sampai jenjang pendidikan berikutnya. Dalam Jurnal Pengajaran Fisika Sekolah Menengah oleh Sutrisno, bahwa mempelajari Fisika dapat menumbuhkan nilai-nilai positif, di antaranya: (1) 7

26 8 belajar Fisika: (1) usaha memahami alam; (2) berlatih berpikir logis; (3) menyelesaikan persoalan fisis: berlatih berpikir logis dan analitis; (4) menyelesaikan soal Fisika dengan perhitungan: melatih ketelitian dan berpikir kritis; (5) melakukan eksperimen: melatih sikap hati-hati, teratur dan jujur (2009: 15-16). Kemampuan menerapkan formula dengan tepat dan menyelesaikan perhitungan sangat perlu diajarkan pada proses pembelajaran Fisika. Penyelesaian soal Fisika yang baik adalah jika tidak ada kesalahan baik dalam angka mau pun satuan. Untuk mencapai tahap seperti ini, maka siswa perlu berlatih melakukan perhitungan dengan ketelitian tinggi. a. Pengertian Konsep 2. Konsep Van Den Berg menyatakan, Konsep adalah benda-benda, kejadiankejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau suatu simbol (1991: 8). Sedangkan Sudarminta, J. menyatakan, Konsep adalah suatu medium yang menghubungkan subjek penahu dan objek yang diketahui, pikiran dan kenyataan (2002: 87). Dengan demikian untuk membentuk suatu konsep diperlukan suatu pengalaman dan generalisasi serta abstraksi dari ciri-ciri suatu objek untuk mempermudah komunikasi manusia. Setiap konsep dapat dibedakan menurut bentuk dan tingkatannya. Menurut Dahar (1989), berdasarkan tingkat pencapaiannya konsep dapat dibedakan menjadi empat yaitu : 1) Tingkat Konkret. Dapat disimpulkan bahwa seseoerang telah mencapai konsep pada tingkat konkret, apabila orang itu mengenal suatu benda yang telah dihadapi sebelumnya. Untuk mencapai konsep tingkat konkret, siswa harus dapat memperhatikan benda itu, dan dapat membedakan benda itu dari stimulus-stimulus yang ada di lingkunganya. 2) Tingkat Identitas. Pada tingkat identitas seseorang akan mengenal suatu objek jika (a) sudah selang suatu waktu (b) bila orang itu mempunyai orientasi ruang yang berbeda terhadap objek itu, atau (c) bila objek itu ditentukan melalui suatu indera yang berbeda, misalnya, mengenal suatu bola dengan cara menyentuh bagian dari bola itu bukan dengan melihatnya.

27 3) Tingkat Klasifikatori. Pada tingkat klasifikatori, siswa mengenal persamaan dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Operasi mental yang terlibat dalam pencapaian konsep pada tingkat klasifikatori ialah mengadakan generalisasi bahwa dua contoh atau lebih sampai batasbatas tertentu itu ekuivalen, mengklasifikasikan contoh contoh dan noncontoh noncontoh dari konsep, sekalipun contoh contoh dan non contoh non contoh itu mempunyai banyak atribut-atribut yang mirip. 4) Tingkat Formal. Untuk pencapaian konsep pada tingkat formal, siswa harus dapat menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep. Siswa telah mencapai tingkat formal bila siswa dapat memberi nama konsep itu, mendefinisikan konsep dalam atribut-atribut yang membatasi, dan mengevaluasi atau memberikan secara verbal contoh-contoh dan non contoh dari konsep (hlm ). 9 b. Belajar Konsep Dahar berpendapat, Perbedaan utama belajar konsep dengan belajar yang lain adalah dalam belajar konsep anak yang belajar memberikan suatu respon terhadap sejumlah stimulus (1989: 86). Dari teori kognitif Gagne (1988) berpendapat, Pendekatan-pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses perolehan konsep-konsep, sifat-sifat konsep, dan bagaimana konsepkonsep disajikan dalam struktur kognitif (Dahar, 1989: 84). c. Konsepsi Dalam Fisika kebanyakan konsep telah mempunyai arti yang jelas dan telah disepakati oleh para tokoh Fisika, akan tetapi konsepsi para siswa berbedabeda sesuai dengan pengalaman dan cara pandangnya masing-masing. Tafsiran dari setiap orang mengenai konsep yang berbeda-beda inilah yang disebut sebagai konsepsi. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia karya Fajri & Ratu dinyatakan, "Konsepsi adalah pendapat, paham, pandangan, pengertian, cita-cita yang telah terlintas dipikiran" (2003: 483). Sedangkan Van Den Berg menyatakan, "Konsepsi adalah tafsiran perorangan dari suatu konsep ilmu" (1991: 10). Misal, inti konsep dari proses melihat sebuah benda adalah benda dapat dilihat oleh mata sebab benda tersebut memancarkan cahaya sendiri atau memantulkan cahaya yang berasal dari sumber cahaya yang mengenainya kemudian cahaya tersebut sampai

28 10 ke mata. Akan tetapi banyak siswa yang memiliki konsepsi berbeda, mereka cenderung berpikir bahwa benda dapat dilihat oleh mata karena benda tersebut hanya memantulkan cahaya yang mengenainya sampai ke mata. d. Prakonsepsi Gagasan-gagasan atau ide-ide yang dimiliki oleh siswa sebelum menerima suatu pembelajaran disebut prakonsepsi. Siswa sering kali mengalami konflik dalam dirinya ketika berhadapan dengan informasi baru bertentangan dengan prakonsepsi siswa/ide-ide yang dibawa sebelumnya. Van Den Berg menyatakan, Prakonsep adalah konsepsi yang dimiliki siswa sebelum pelajaran walaupun mereka sudah pernah mendapatkan pelajaran formal (1991: 10). Saat siswa memasuki kelas untuk belajar Fisika, siswa telah memiliki pengetahuan tertentu tentang Fisika yang disebut prakonsep. Prakonsep yang dimiliki siswa belum tentu benar. Hal ini kurang atau bahkan tidak diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Prakonsep siswa akan mempengaruhi proses belajar mengajar. e. Miskonsepsi Van Den Berg mendefinisikan miskonsepsi sebagai "Konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi para Fisikawan" (1991: 13). Suparno menyatakan, "Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah itu biasanya disebut miskonsepsi atau salah konsep" (2005: 2). Sedangkan Fowler (1987) dalam Suparno (2005: 5)menyatakan, "...miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar. Abraham, dkk. membagi derajat pemahaman konsep menjadi tiga kelompok, yaitu derajat tidak memahami, derajat miskonsepsi, dan derajat memahami konsep (1994). Ditunjukkan pada Tabel 2.1.

29 Tabel 2.1. Pengelompokkan Derajat Pemahaman Konsep Kategori Derajat Pemahaman Kriteria Tidak memahami konsep - tidak ada respon - tidak memahami a. tidak ada jawaban/kosong b. menjawab saya tidak tahu c. mengulang pertanyaan d. menjawab tetapi tidak berhubungan dengan pertanyaan dan tidak jelas Miskonsepsi - miskonsepsi a. menjawab dengan penjelasan tidak logis - memahami b. jawaban menunjukkan adanya konsep sebagian dengan yang dikuasai tetapi ada pernyataan miskonsepsi dalam jawaban yang menunjukkan miskonsepsi 11 Memahami Konsep - memahami sebagian - memahami konsep (Sumber: Abraham, dkk., 1994: 152) a. jawaban menunjukkan hanya sebagian konsep dikuasai tanpa ada miskonsepsi b. jawaban menunjukkan konsep dipahami dengan semua penjelasan benar 3. Identifikasi Prakonsepsi dan Miskonsepsi a. Alat Identifikasi Identifikasi prakonsepsi atau miskonsepsi adalah suatu upaya penyelidikan yang dilakukan terhadap siswa untuk mengetahui prakonsepsi atau miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Miskonsepsi adalah konsep yang dimiliki siswa yang tidak sesuai dengan konsep para ahli. Sedangkan prakonsepi adalah sejumlah pengalaman-pengalaman atau ide-ide yang dibentuk sebelum siswa hadir di kelas, yaitu ketika mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam buku Miskonsepsi & Perubahan Konsep Pendidikan Fisika, Suparno menyatakan, Ada beberapa alat deteksi yang sering digunakan para peneliti dan guru (2005: 121). Alat-alat tersebut yaitu:

30 12 1) Peta Konsep Peta konsep sebagai suatu alat skematis untuk merepresentasikan suatu rangkaian konsep yang digambarkan dalam suatu kerangka proposisi. Peta konsep merupakan suatu alat yang mengungkapkan hubungan-hubungan antara konsepkonsep dan gagasan-gagasan pokok. Konsep esensial diletakkan berada di bagian atas peta, oleh karenanya peta konsep ini disusun hirearkis. Dengan melihat peta konsep tersebut, dapat dideteksi konsep-konsep yang kurang tepat dan adanya perubahan konsep dari siswa. 2) Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka Tes pilihan ganda dengan alasan terbuka merupakan tes pilihan ganda dimana siswa harus menjawab dan menulis alasan dari jawaban tersebut. Jawaban-jawaban yang salah dalam pilihan ganda ini selanjutnya dijadikan bahan tes berikutnya. Pada tes pilihan ganda dengan alasan terbuka, di bagian alasan siswa harus menuliskan alasan dari jawaban yang dipilihnya. Beberapa peneliti lain menggunakan pilihan ganda dengan interview. Berdasarkan hasil jawaban yang tidak benar dalam pilihan ganda itu mereka mewawancarai siswa. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk meneliti bagaimana siswa berfikir dan mengapa mereka berfikir seperti itu. 3) Tes Esai Tertulis Tes tertulis biasanya diujikan kepada siswa sebelum diajarkan atau sesudah diajarkan materi. Melalui jawaban yang ditulis langsung oleh siswa, dapat diketahui pemahaman yang dimiliki oleh siswa dan di bidang materi apa. Dengan adanya tes esai tertulis ini, jika guru memberikannya sebelum materi diajarkan, guru dapat mengetahui prakonsep (konsepsi awal) siswa. Sedangkan jika tes ini diujikan setelah materi diajarkan maka guru dapat mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswanya.

31 13 4) Diskusi dalam Kelas Dalam kelas siswa diminta mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang telah diajarkan oleh guru. Melalui keterampilan bertanya yang dimiliki oleh guru, siswa dapat berperan aktif dalam diskusi tersebut. Dari diskusi kelas ini guru dapat mengetahui gagasan siswa itu tepat atau tidak dan mengerti konsep alternative dari siswa. 5) Praktikum dengan Tanya Jawab Dalam praktikum di laboratorium atau di kelas, guru juga dapat mengasah ketrampilan bertanyanya untuk mendeteksi prakonsep atau bahkan miskonsepsi siswa. Siswa dapat berperan aktif dalam praktikum misalnya menjelaskan prosedur percobaan dan mengaitkan materi praktikum dengan materi yang sedang diajarkan oleh guru di luar praktikum. Sehingga konsep di luar praktikum juga dapat terdeteksi. 6) Wawancara Wawancara berdasarkan beberapa konsep Fisika tertentu dapat dilakukan juga untuk melihat konsep alternatif pada siswa. Guru memilih beberapa konsep Fisika yang diperkirakan sulit dimengerti siswa. b. Tes Diagnostik Secara etimologis, diagnostik diambil dari bahasa Inggris diagnostic. Bentuk kata kerjanya adalah to diagnose, yang artinya to determine the nature of disease from observation of symptoms. Mendiagnosis berarti melakukan observasi terhadap penyakit tertentu, sebagai dasar menentukan macam atau jenis penyakitnya. Sehingga, tes diagnostik sengaja dirancang sebagai alat untuk menemukan kesulitan belajar yang sedang dihadapi siswa. Hasil tes diagnostik dapat digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa sebenarnya, commit termasuk to user kesulitan-kesulitan belajarnya.

32 Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Hasil tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karenanya, tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh siswa, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah. Depdiknas (2007) dalam Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Sains SMP menyatakan: Tes diagnostik memiliki karakteristik: (a) dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, (b) dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah siswa, (c) menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Kelemahan-kelemahan ini dapat berupa: (a) tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat; (b) terjadinya miskonsepsi; dan (c) rendahnya kemampuan memecahkan masalah (problem solving). Jadi tes diagnostik dapat digunakan untuk mengetahui prakonspsi yang dialami siswa sehingga hasil tersebut dapat ditindak lanjuti berupa perlakuan yang tepat (hlm. 2). Brueckner & Melby menyatakan, Tes diagnostik digunakan untuk menentukan elemen-elemen dalam suatu mata pelajaran yang mempunyai kelemahan-kelemahan khusus dan menyediakan alat untuk menemukan penyebab kekurangan tersebut (1981: 73). Ada beberapa tipe tes diagnostik: seperti the Compass Arithmetic Tests, tes yang berguna untuk mencari kelemahan siswa berkenaan dengan berbagai unsur yang mendasari keseluruhan proses. Perbandingan prestasi siswa dengan skor standar memungkinkan guru untuk menentukan langkah secara umum, seperti penjumlahan bilangan bulat, maupun pecahan. Tes yang lain seperti the Brueckner Diagnostik Tests, tes yang berguna untuk mencari kelemahan siswa berkenaan dengan pecahan dan sistem desimal. Tes diagnostik di dalam aritmatika seperti latihan inventori yang menyeluruh dengan maksud guru dapat menempatkan tipe contoh atau proses tertentu yang sulit untuk siswa secara berkelompok atau untuk siswa secara individu. Dalam beberapa hal hampir semua tes mungkin disebut diagnostik. Banyak dari tes yang diberi label diagostik oleh penyusunnya, tetapi kenyataannya adalah tes prestasi umum karena hasil tes tidak menyediakan informasi yang khusus mengenai 14

33 15 prestasi siswa yang mungkin digunakan untuk tujuan diagnostik. Suwarto & Afif A. berpendapat, Tes yang benar-benar untuk keperluan diagnostik adalah tes yang harus berdasarkan pada analisa terperinci yang mengijinkan penempatan yang tepat kelemahan di mana ada kesukaran, atau tahap secara umum di mana ada kekurangan (2011: 147). Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu adanya tes diagnostik dalam menganalisis miskonsepsi yang dialami siswa. Djamarah berpendapat, Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar siswa yang dialami siswa berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya (2002: 215). Djiwandono berpendapat bahwa Tes diagnostik digunakan untuk memastikan kesulitan belajar yang dialami siswa (2008: 412). Diagnosis kesulitan belajar siswa lebih luas dari pada pelaksanaan tes diagnostik, sehingga dalam pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar, selain pelaksanaan tes, perlu dilakukan kegiatan lain, yaitu penelusuran jenis, sumber serta penyebab kesalahan. Mehrens & Lehmann menyatakan, Tes diagnostik yang baik dapat memberikan gambaran akurat tentang miskonsepsi yang dimiliki siswa berdasarkan informasi kesalahan yang dibuatnya (1973: 410). Zeilik memberikan batasan fungsi tes diagnostik yaitu digunakan untuk menilai pemahaman konsep siswa terhadap konsep-konsep kunci (key concepts) pada topik tertentu, secara khusus untuk konsep-konsep yang cenderung dipahami secara salah (1998). Berdasarkan pendapat ini, dapat didefinisikan ciri-ciri tes diagnostik, yaitu topik terbatas dan spesifik, serta ditujukan untuk mengungkap miskonsepsi, dan menyediakan alat untuk menemukan penyebab kekurangannya. Tes diagnostik yang digunakan, dapat berupa tes berbentuk multiple choice (pilihan ganda) dengan reasoning terbuka, multiple choice dengan alasan yang telah ditentukan dan tes esai tertulis. Berikut penjelasannya: 1) Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka Di dalam tes ini siswa dapat memilih jawaban yang tersedia berbentuk pilihan ganda. Namun siswa harus memberikan alasan mengapa memilih salah

34 16 satu jawaban yang tersedia, dengan jawaban yang terbuka, logis dan terkait dengan materi yang diujikan. Kelebihan tes ini, siswa dapat memilih langsung dengan jawaban yang tersedia dan dapat menuangkan ungkapan tentang materi yang mereka ketahui guna sebagai pendukung atau alasan mereka memilihsalah satu jawaban. Kekurangan tes ini, dikarenakan setiap siswa memberikan alasan yang menurut mereka benar, tetapi guru akan kesulitan saat mengoreksi hasil tes tersebut. 2) Tes Multiple Choice dengan Reasoning yang Telah Ditentukan Tes multiple choice dengan reasoning yang telah ditentukan merupakan salah satu bentuk tes konsep yang menyediakan pilihan jawaban beserta alasannya. Kelebihan dari tes ini, memudahkan guru dalam mengoreksi dan menganalisis data yang diperoleh. Adapun kelemahannya adalah siswa tidak dapat mengungkapkan gagasannya secara bebas dalam materi yang mereka jawab. Sehingga alasan yang dipilih siswa tidak dapat terungkap dengan jelas. 3) Tes Esai Tertulis Tes esai tertulis ini merupakan suatu bentuk tes konsep dimana siswa dapat mengungkapkan gagasan, alasan dan mengaitkan materi yang dijawabnya. Adapun beberapa kelebihan dari soal tes ini adalah Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri, siswa tidak menerkanerka jawabannya, tes ini cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar yang sukar terukur oleh soal tes objektif. Kelemahannya adalah guru sukar menilai secara tepat, sulit mendapatkan soal yang standar nasional maupun internasioanl dan membutuhkan waktu dalam memeriksa hasilnya. c. Bentuk Tes yang Digunakan Dalam Penelitian Berdasarkan uraian macam-macam tes yang digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi yang dimiliki siswa, pada awalnya disusun tes multiple choice

35 dengan reasoning yang telah ditentukan. Kemudian direvisi dan disusun tes multiple choice dengan reasoning terbuka. 4. Kriteria Tes yang Baik Untuk bisa memberikan data yang akurat, sesuai dengan fungsinya maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, untuk dapat dikatakan sebagai tes yang baik. Menurut Poerwanti, secara umum tes yang baik memiliki syaratsyarat antara lain: (1) hanya mengukur satu aspek saja. Tes yang baik memiliki sebuah aspek saja yang akan diukur; (2) handal dalam pengukuran, kehandalan ini meliputi ketepatan hasil pengukuran dan keajegan hasil pengukuran (2001: 33). Untuk dapat menjadi alat ukur yang baik dan dapat memberikan informasi yang akurat maka setiap soal sebagai bagian dari konstruksi tes harus dijaga kualitasnya. Poerwanti (2001) menyatakan: Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes yang berkualitas, yaitu: a. Valid. Soal dikatakan valid bila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, validitas soal dapat dilihat dari kesesuaian soal dengan tujuan instruksional khusus dan tujuan pengukuran yang telah ditetapkan. Validitas dapat pula dilihat dari kemampuannya memprediksi prestasi di masa yang akan datang. b. Relevan. Tes yang relevan mengandung soal-soal yang dapat mengukur kemampuan belajar sesuai dengan tingkat kemampuan yang ditetapkan dalam indikator pencapaian hasil belajar (ranah kognitif, afektif, dan psikomotor). Bila kompetensi dasar dan indikator bertujuan mengungkap ranah afektif, pertanyaan soal harus pula mengarah ke sikap dan seterusnya. c. Spesifik. Soal harus direncanakan sedemikian rupa agar jawabannya pasti dan tidak menimbulkan ambivalensi atau spekulasi dalam memberikan jawaban. Kesulitan soal tidak saja kesulitan materi juga bisa ditambah kesulitan dalam memahami soal bila soal tidak disusun secara spesifik. d. Representatif. Soal tes sebaiknya dikembangkan dari satuan materi yang jelas cakupannya, dan bersifat komprehensif dalam pengertian materi tes harus mencakup seluruh materi pengajaran, untuk itu seluruh pokok bahasan (sub pokok bahasan) idealnya harus terwakili dalam soal tes. Syarat ini akan dapat mengurangi error terhadap hasil pengukuran. e. Seimbang. Dalam proses pengajaran dosen akan tahu persis, bahwa setiap pokok bahasan memiliki commit to tingkat user kesulitan yang berbeda, soal tes 17

36 dikatakan seimbang bila pokok bahasan yang terpenting mendapat porsi terbanyak dalam soal. Kalau dalam keadaan terpaksa hal tersebut tidak dapat dilakukan maka keseimbangan dapat dicapai dengan memberikan bobot yang berbeda pada pokok bahasan yang memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. f. Sensitif. Syarat ini berkait erat dengan taraf kesukaran soal, butir tes yang baik harus memiliki sensitivitas untuk membedakan siswa yang benar-benar menguasai materi dengan yang tidak, hal ini tidak akan tercapai bila soal terlalu sulit sehingga semua siswa tidak dapat mengerjakan, atau soal yang terlalu gampang sehingga semua siswa dapat mengerjakan dengan benar. g. Fair. Tes hasil ujian hendaklah bersifat terbuka dalam pengertian tidak mengandung jebakan, jelas cakupan materinya, kejelasan norma yang dipakai serta kriteria keberhasilannya. Dalam pelaksanaannya obyektif, tidak merugikan kelompok tertentu. h. Praktis. Dalam pengertian bahwa tes tidak sulit untuk dilaksanakan dilihat dari segi pembiayaan maupun pelaksanaannya. Tes yang baik harus efisien dan mudah untuk dilaksanakan (hlm ). Kualitas instrumen sebagai alat ukur ataupun alat pengumpul data diukur dari kemampuan alat ukur tersebut untuk dapat mengungkapkan dengan secermat mungkin fenomena-fenomena ataupun gejala yang diukur. Kualitas yang menunjukkan pada tingkat keajegan, kemantapan serta konsistensi dari data yang diperoleh itulah yang disebut validitas dan reliabilitas. a. Validitas Validitas alat ukur menunjukkan kualitas kesahihan suatu instrumen atau alat pengumpul data dapat dikatakan valid atau sahih apabila alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur/diinginkan, sehingga alat ukur dikatakan sahih apabila dapat mengungkap secara cermat dan tepat data dari variabel yang diteliti. Tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data dari variabel yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Kerlinger (1986) menyatakan bahwa validitas alat ukur tidak cukup ditentukan oleh derajad ketepatan alat ukur dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, tetapi perlu pula diihat dari tiga kriteria yang lain yaitu Appropriatness, Meaningfullness, dan Usefullness (Poerwanti, 2001: 36). 18

37 Mundilarto (2010) menyatakan ada beberapa tipe validitas baik yang menggunakan kriteria internal maupun eksternal, yakni: 1) Validitas isi (content validity) yang menggunakan kriteria internal berkaitan dengan isi atau materi dan format dari instrumen tes. Seberapa tepat dan seberapa lengkap butir-butir instrumen tes mampu menggambarkan isi, materi, konsep, kemampuan, atau variabel yang akan diukur. Penggunaan panel atau expert judgement merupakan cara menentukan validitas isi. Apabila tes dimaksudkan untuk menilai hasil belajar, maka yang digunakan sebagai kriteria atau pedoman adalah kurikulumnya. 2) Validitas konstruk (construct validity) yang juga menggunakan kriteria internal berkaitan dengan kajian teoritis tentang konstruk dan karakteristik dari variabel atau konsep yang akan diukur. Validitas konstruk ditentukan berdasarkan pada kajian teoritis yang diterjemahkan ke dalam definisi operasional tentang variabel atau konsep yang akan diukur. Dengan demikian, hal penting yang harus dilakukan dalam rangka menentukan validitas konstruk adalah pendefinisian variabel atau konsep yang akan diukur. 3) Validitas kriterion (criterion validity) menggunakan kriteria eksternal ditentukan berdasarkan korelasi antara skor yang diperoleh melalui instrumen tes yang sedang dikembangkan dengan skor yang diperoleh melalui instrumen tes lain yang sudah dinyatakan valid dan digunakan sebagai kriteria. Terdapat dua jenis validitas kriterion, yakni concurrent validity dan predictive validity. Concurrent validity menggunakan kriteria skor dari tes sejenis yang sudah dinyatakan valid, sedangkan predictive validity menggunakan kriteria skor dari penilaian atas penampilan seseorang di dalam situasi nyata di kemudian hari. Teknik korelasi point biserial atau biserial dapat digunakan untuk menentukan validitas criterion (hlm. 92). Idealnya, suatu tes hasil belajar harus memenuhi syarat validitas baik validitas internal maupun eksternal. Validitas internal ditetapkan berdasarkan pada asumsi bahwa jika setiap faktor, setiap subtes, atau setiap butir tes sudah dinyatakan valid, maka tes tersebut secara keseluruhan dapat dikatakan valid. Validitas internal ditentukan melalui analisis butir soal yang meliputi tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda butir soal, distribusi jawaban tes, dan reliabilitas tes. Mehrens & Lehmann menyatakan, Tes diagnostik bisa dianggap valid jika: (1) bagian-bagian tes kemampuan komponen harus menekankan hanya pada satu jenis kesalahan; dan (2) commit perbedaan-perbedaan to user bagian tes harus dapat 19

38 dipercaya. Hal ini bisa dicapai hanya apabila bagian tes memiliki reliabilitas yang tinggi dan korelasi antar-tes yang rendah (1973: 462). Dapat diambil kesimpulan pengertian tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk menilai pemahaman konsep siswa, terutama kelemahan (miskonsepsi) pada topik tertentu dan mendapatkan masukan tentang respon siswa untuk memperbaiki kelemahannya. b. Reliabilitas Pengertian yang paling sederhana dari reliabilitas adalah kemantapan alat ukur dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut dapat diandalkan atau memiliki keajegan hasil. Pada dasarnya hubungan antara validitas dan reliabilitas dapat dikemukakan bahwa alat ukur yang valid akan cenderung menghasilkan pengukuran yang reliabel, sebaliknya alat ukur yang reliabel sama sekali tidak menunjuk pada validitas alat ukur tersebut. Kerlinger (1986) mengemukakan bahwa reliabilitas dapat diukur dari tiga kriteria yaitu: (1) stability, adalah kriteria yang menunjuk pada keajegan (konsistensi) hasil yang ditunjukkan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama, pada waktu yang berbeda; (2) dependability, yaitu kriteria yang mendasarkan diri pada kemantapan alat ukur atau seberapa jauh alat ukur dapat diandalkan; (3) predictability, karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan berkesinambungan, maka kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat diramalkan hasilnya dan meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya (Poerwanti, 2001: 38). Mundilarto (2010) menyatakan: Indeks reliabilitas tes dapat ditentukan menggunakan: 1) Teknik ulangan (test retest method). Teknik ulangan merupakan konsistensi eksternal. Penyelenggaraan tes dilakukan dua kali pada waktu yang berbeda. Teknik ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada stabilitas atau konsistensi antara hasil tes pertama dengan hasil tes kedua. Namun demikian, apakah dengan teknik ini factorfaktor yang mempengaruhi stabilitas pengukuran telah dipenuhi. Teknik ini memiliki kelemahan yaitu sulitnya kita membuat kondisi penyelenggaraan tes yang benar-benar sama. 2) Teknik bentuk paralel (equivalent forms method). Teknik bentuk paralel juga merupakan konsistensi eksternal. Pada teknik ini, kita menyiapkan dua bentuk commit tes yang to user seimbang untuk diberikan kepada sekelompok subjek yang sama. Dengan teknik ini ingin diketahui 20

PEMBUATAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA KELAS XI 1)

PEMBUATAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA KELAS XI 1) ISSN: 2338 0691 Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.1 halaman 111 April 2013 PEMBUATAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA KELAS XI 1) Tri Wahyuningsih 2), Trustho Raharjo 3), Dyah Fitriana Masithoh

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K2309072 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI

ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI 1 ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI Skripsi Oleh : Anggesta Yulita Ristaniva Putri X 2306017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA MODUL

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA MODUL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA MODUL KONTEKSTUAL INTERAKTIF BERBASIS WEBSITE OFFLINE DENGAN PENGGUNAAN PROGRAM EXE LEARNING V-1.04.0 UNTUK SMA KELAS XI POKOK MATERI FLUIDA Skripsi Oleh : Utik Rahayu

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FISIKA TENGAH SEMESTER GASAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FISIKA TENGAH SEMESTER GASAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FISIKA TENGAH SEMESTER GASAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI SKRIPSI Oleh: Imam Mustofa K2308038 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2015

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN FORMATIF FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GENAP KURIKULUM 2013

PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN FORMATIF FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GENAP KURIKULUM 2013 PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN FORMATIF FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GENAP KURIKULUM 2013 Skripsi Oleh: Istiqomah Nur Hidayah K 2310053 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA Skripsi Oleh: Gilang Ramadhan K 2310046 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FLIPBOOK FISIKA APLIKASI CORELDRAW X5 DENGAN SIMULASI VIDEO UNTUK SISWA SMA. Skripsi Oleh : Dwi Prihartanto K

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FLIPBOOK FISIKA APLIKASI CORELDRAW X5 DENGAN SIMULASI VIDEO UNTUK SISWA SMA. Skripsi Oleh : Dwi Prihartanto K PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FLIPBOOK FISIKA APLIKASI CORELDRAW X5 DENGAN SIMULASI VIDEO UNTUK SISWA SMA Skripsi Oleh : Dwi Prihartanto K2309016 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

PROFIL MISKONSEPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA KONSEP LISTRIK DINAMIS. Skripsi Oleh: Isdiana Kurniawati NIM K

PROFIL MISKONSEPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA KONSEP LISTRIK DINAMIS. Skripsi Oleh: Isdiana Kurniawati NIM K PROFIL MISKONSEPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA KONSEP LISTRIK DINAMIS Skripsi Oleh: Isdiana Kurniawati NIM K2309038 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER II MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI WILAYAH SURAKARTA

ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER II MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI WILAYAH SURAKARTA ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER II MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI WILAYAH SURAKARTA Skripsi Oleh: Unik Nela Sintiasari K2308125 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA IPA TERPADU UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER II

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA IPA TERPADU UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER II PENYUSUNAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA IPA TERPADU UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER II Skripsi Oleh: Andri Setyawan K2307015 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN TES FISIKA ULANGAN AKHIR SEMESTER KELAS XI SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 1 PURWOKERTO

ANALISIS INSTRUMEN TES FISIKA ULANGAN AKHIR SEMESTER KELAS XI SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 1 PURWOKERTO ANALISIS INSTRUMEN TES FISIKA ULANGAN AKHIR SEMESTER KELAS XI SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 1 PURWOKERTO Skripsi Oleh : Shinta Melani Permatasari K2308053 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : Rendy Nichoyosep Rusade K

Skripsi. Oleh : Rendy Nichoyosep Rusade K IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN BERUPA ALAT PERAGA MURAH BERBASIS TEKNOLOGI SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA Skripsi Oleh : Rendy Nichoyosep

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI USAHA DAN ENERGI PADA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I

ANALISIS MISKONSEPSI USAHA DAN ENERGI PADA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I ANALISIS MISKONSEPSI USAHA DAN ENERGI PADA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I Skripsi Oleh : Salis Afifi Hapsari K2308116 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MEDIA PERMAINAN MONOPOLI

PENGARUH PENERAPAN MEDIA PERMAINAN MONOPOLI PENGARUH PENERAPAN MEDIA PERMAINAN MONOPOLI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP Skripsi Oleh: Bety Kurniawati K2308075 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SUHU DAN KALOR SKRIPSI OLEH : FRISKA AMBARWATI K2311029 FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI MATERI FLUIDA PADA BUKU AJAR FISIKA SMA. Skripsi. Oleh: Nirmala Respatiningrum K

ANALISIS MISKONSEPSI MATERI FLUIDA PADA BUKU AJAR FISIKA SMA. Skripsi. Oleh: Nirmala Respatiningrum K ANALISIS MISKONSEPSI MATERI FLUIDA PADA BUKU AJAR FISIKA SMA Skripsi Oleh: Nirmala Respatiningrum K2310066 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 i PERNYATAAN KEASLIAN

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA SMP KELAS VII DI KABUPATEN REMBANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS INSTRUMEN TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA SMP KELAS VII DI KABUPATEN REMBANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS INSTRUMEN TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA SMP KELAS VII DI KABUPATEN REMBANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Oleh: Dewi Puspitasari K2309013 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA DENG

PEMBELAJARAN FISIKA DENG PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI ILMIAH SISWA PADA MATERI FLUIDA KELAS XI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT Skripsi Oleh : Emilia Nur

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARAKREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN NUMERIKDENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA SMPKELAS VIII

HUBUNGAN ANTARAKREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN NUMERIKDENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA SMPKELAS VIII HUBUNGAN ANTARAKREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN NUMERIKDENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA SMPKELAS VIII Skripsi Oleh: Dwi Isworo K 2308082 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD

Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD (Mengembangkan Tes sebagai Instrumen Asesmen) Selamat bertemu kembali dengan saya Yuni Pantiwati sebagai tutor dalam mata kuliah Asesmen Pembelajaran SD. Kali ini merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA KELAS VIII DALAM MELAKUKAN PRAKTIKUM TEKANAN ZAT CAIR SMP NEGERI 4 PURWANTORO HALAM AN JUDUL

ANALISIS ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA KELAS VIII DALAM MELAKUKAN PRAKTIKUM TEKANAN ZAT CAIR SMP NEGERI 4 PURWANTORO HALAM AN JUDUL ANALISIS ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA KELAS VIII DALAM MELAKUKAN PRAKTIKUM TEKANAN ZAT CAIR SMP NEGERI 4 PURWANTORO HALAM AN JUDUL SKRIPSI Oleh: CHARLY WAHYU PAMUJI K2308076 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI FISIKA PADA SISWA SMP

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI FISIKA PADA SISWA SMP PENYUSUNAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI FISIKA PADA SISWA SMP Skripsi Oleh: Emi Rofiah K2308084 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i ii PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR UNTUK SISWA SMA KELAS X

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR UNTUK SISWA SMA KELAS X PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR UNTUK SISWA SMA KELAS X Skripsi Oleh: Apriyanto Budi Utomo K2310012 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN PERSEPSI CARA MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL KOGNITIF BELAJAR FISIKA SISWA SMA

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN PERSEPSI CARA MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL KOGNITIF BELAJAR FISIKA SISWA SMA HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN PERSEPSI CARA MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL KOGNITIF BELAJAR FISIKA SISWA SMA Skripsi Oleh : Muhammad Irfan Jaya K 2308103 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI GERAK HARMONIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA N 1 BOYOLALI Skripsi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA UNTUK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA MATERI POKOK HIMPUNAN KELAS VII SMP

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA UNTUK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA MATERI POKOK HIMPUNAN KELAS VII SMP PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA UNTUK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA MATERI POKOK HIMPUNAN KELAS VII SMP SKRIPSI Oleh: DAVID PRATAMA (K1311020) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI MIA 5 SMA NEGERI 3 SURAKARTA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL Skripsi Oleh: Lia Aristiyaningsih

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO

PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO SKRIPSI Oleh : NIKEN TRI WIDAYATI K 2312049 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PROFIL PRAKONSEPSI SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI CAHAYA

PROFIL PRAKONSEPSI SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI CAHAYA PROFIL PRAKONSEPSI SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI CAHAYA Skripsi Oleh : Ratih Astuti Handayani K 2309061 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PERNYATAAN KEASLIAN

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN TEMATIK BERBASIS SALINGTEMAS DI SMP

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN TEMATIK BERBASIS SALINGTEMAS DI SMP UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN TEMATIK BERBASIS SALINGTEMAS DI SMP Skripsi Oleh: Ani Solikhah K2308065 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TTW (THINK, TALK, WRITE) PADA MATERI OPTIK UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI MB SMK NEGERI 2 KARANGANYAR Skripsi Oleh: Uly Azmi

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA NEGERI 1 PONOROGO KELAS X-8 PADA MATERI OPTIKA TAHUN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: July Trianita Widya Rahayu K

SKRIPSI. Oleh: July Trianita Widya Rahayu K EKSPERIMEN BLENDED LEARNING TIPE KELAS MURNI DAN APLIKASI PRAKTIS SUB TEMA BIOMASSA ENERGI TERBARUKAN DITINJAU DARI MINAT SISWA KELAS VIII SMP N 7 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: July Trianita Widya Rahayu K2311039

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SKRIPSI Oleh: SRI MEKARWATI K2309074 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 BULU SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: PRIHATIN NURUL ASLAMIN K7109152 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KEMASAN I KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : SITI RASYIDAH

Lebih terperinci

UMMU MUSLIHAH K

UMMU MUSLIHAH K PENGGUNAAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH MATERI ELASTISITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X MIA 6 SMA MTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Rian Ari Utomo K

SKRIPSI. Oleh: Rian Ari Utomo K Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Prezi Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Kognitif Siswa Kelas X 3 SMA Negeri 1 Cawas Klaten Tahun Pelajaran 2014/2015 SKRIPSI Oleh: Rian Ari

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REFLEKTIF PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REFLEKTIF PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REFLEKTIF PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : ABDI PRASETYO K4309001 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA

EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA Skripsi Oleh : Anantyas Kusuma D K2311006 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi

Lebih terperinci

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014 Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 4 MENGEMBANGKAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA TIGA TINGKAT SEBAGAI ALAT EVALUASI MISKONSEPSI MATERI OPTIK Sri Lestari Handayani, Ani Rusilowati dan Sugianto Program

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INTERAKTIF BERBASIS IT POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP SKRIPSI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INTERAKTIF BERBASIS IT POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INTERAKTIF BERBASIS IT POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP SKRIPSI Oleh: Sri Kurniawati NIM 090210102048 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI KELAS X SMA BERSTANDAR NCTM (NATIONAL COUNCIL OF TEACHERS OF MATHEMATICS)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI KELAS X SMA BERSTANDAR NCTM (NATIONAL COUNCIL OF TEACHERS OF MATHEMATICS) PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI KELAS X SMA BERSTANDAR NCTM (NATIONAL COUNCIL OF TEACHERS OF MATHEMATICS) SKRIPSI Oleh : Indah Syurya Ningsih NIM. 090210101010

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA SDN NGADIROYO 2012/2013 SKRIPSI Oleh: HARYANI K7109090 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN FISIKA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) WILAYAH SURAKARTA

ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN FISIKA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) WILAYAH SURAKARTA ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN FISIKA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) WILAYAH SURAKARTA Skripsi Oleh: Sebastianus Hardi Suryono K2308118 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS VII SMP

KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS VII SMP KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS VII SMP Skripsi Oleh: Ros Hana Elok Prastiwi K2310085 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: TRI WIRATNA K7109190

Lebih terperinci

GALIH PRIAMBADA NIM K

GALIH PRIAMBADA NIM K PENGARUH PEMBELAJARAN VIDEO ANIMASI PANCA INDERA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XII DI SLB C YPSLB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Disusun oleh : GALIH PRIAMBADA

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : Nur Oktavia K

Skripsi. Oleh : Nur Oktavia K UPAYA PENINGKATAN KERJASAMA SISWA KELAS X SMA ISLAM 1 SURAKARTA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE Skripsi Oleh : Nur Oktavia K2312052 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MODIFIKASI PERILAKU DENGAN TEKNIK TOKEN ECONOMIC

KEEFEKTIFAN MODIFIKASI PERILAKU DENGAN TEKNIK TOKEN ECONOMIC KEEFEKTIFAN MODIFIKASI PERILAKU DENGAN TEKNIK TOKEN ECONOMIC UNTUK MENINGKATKAN KEBERANIAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DI KELAS PADA SISWA KELAS V SD N TRITIH WETAN 01 CILACAP TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh: Aprilia Dwinta Karlina NIM K

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh: Aprilia Dwinta Karlina NIM K PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP TERMODINAMIKA Skripsi Oleh: Aprilia Dwinta Karlina NIM K2310010 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Agustus 2016

Lebih terperinci

: BERNADETA BEKA FITRI APRIANTI K

: BERNADETA BEKA FITRI APRIANTI K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF BERMAIN JAWABAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IIS 2 SMA NEGERI 1 BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014-2015 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR LEARNING

PENERAPAN METODE OUTDOOR LEARNING PENERAPAN METODE OUTDOOR LEARNING DENGAN MEDIA FLIP CHART UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII-G SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : ACHMAD MASHFUFI

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI POKOK TEORI KINETIK GAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI POKOK TEORI KINETIK GAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013 ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI POKOK TEORI KINETIK GAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013 Skripsi Oleh Isni Rifa atul Mahmudah NIM K2309039 FAKULTAS

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X7 SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 o l e h: MIKE DEVY PERMATASARI K8409039

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT KEHADIRAN

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT KEHADIRAN HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT KEHADIRAN SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENJASORKES PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: M. YUSUF ARBIANSYAH K5612057 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY SUB POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI KELAS VII SMP Ahmad Rif an F 33, Dinawati.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODUL FISIKA KELAS XI SMA PADA MATERI DINAMIKA GETARAN MENGGUNAKAN APLIKASI SPREADSHEET BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN

IMPLEMENTASI MODUL FISIKA KELAS XI SMA PADA MATERI DINAMIKA GETARAN MENGGUNAKAN APLIKASI SPREADSHEET BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN IMPLEMENTASI MODUL FISIKA KELAS XI SMA PADA MATERI DINAMIKA GETARAN MENGGUNAKAN APLIKASI SPREADSHEET BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN Skripsi Oleh: Dwi Prasetyo K2310030 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN SEBAGAI MODEL PENILAIAN AUTHENTIC PADA PEMBELAJARAN FISIKA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

PENYUSUNAN INSTRUMEN SEBAGAI MODEL PENILAIAN AUTHENTIC PADA PEMBELAJARAN FISIKA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) PENYUSUNAN INSTRUMEN SEBAGAI MODEL PENILAIAN AUTHENTIC PADA PEMBELAJARAN FISIKA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) Skripsi Oleh : Luthfiyyatun Nuur Jannah K2310060 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA MAGNIT MELALUI ALAT PERAGA KIT IPA BAGI SISWA TUNADAKSA KELAS V SEMESTER II SLB/D YPAC SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: Sri Rahayuningsih

Lebih terperinci

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI UNTUK

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI UNTUK BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENGURANGI PELANGGARAN TATA TERTIB SEKOLAH (PENELITIAN PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014) SKRIPSI Oleh : ZAFIRAH FARIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUALITAS BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) DENGAN BUKU CETAK FISIKA SMP KELAS VIII PADA MATERI GAYA DAN TEKANAN

PERBANDINGAN KUALITAS BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) DENGAN BUKU CETAK FISIKA SMP KELAS VIII PADA MATERI GAYA DAN TEKANAN PERBANDINGAN KUALITAS BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) DENGAN BUKU CETAK FISIKA SMP KELAS VIII PADA MATERI GAYA DAN TEKANAN Skripsi Oleh : Desy Endah Kurniawati K 2308015 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODUL PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X

IMPLEMENTASI MODUL PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X IMPLEMENTASI MODUL PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X SEMESTER I MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN BERBASIS CTL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA Skripsi Oleh: Nur Huda Abdullah K 2308049 FAKULTAS

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA SKRIPSI Oleh: Dwi Yuliani K2309017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION (RME) SUB POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS VII SMP SKRIPSI Oleh : Desi Indriyani NIM.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES KALKULUS LANJUT 2 BERBASIS PEMECAHAN MASALAH. Fitrianto Eko Subekti dan Reny Amalia Widiyanti

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES KALKULUS LANJUT 2 BERBASIS PEMECAHAN MASALAH. Fitrianto Eko Subekti dan Reny Amalia Widiyanti PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES KALKULUS LANJUT BERBASIS PEMECAHAN MASALAH Fitrianto Eko Subekti dan Reny Amalia Widiyanti Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRACT This research

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh DALIMIN X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Nopember 2013.

SKRIPSI. Oleh DALIMIN X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Nopember 2013. PENGGUNAAN ALAT PERAGA SEMPOA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN KELAS IV TUNAGRAHITA SEDANG DI SDLB DAWE KUDUS SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh DALIMIN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PBI (PROBLEM BASED INSTRUCTION)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PBI (PROBLEM BASED INSTRUCTION) PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PBI (PROBLEM BASED INSTRUCTION) PADA SUB POKOK BAHASAN JAJAR GENJANG DAN BELAH KETUPAT UNTUK SISWA SMP KELAS VII Skripsi Oleh: Azimatun Ni mah 080210101035

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GLOBALISASI (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: Muhammad Fauzan K8412052 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Ovika Dwi Listyawati K

Skripsi. Oleh: Ovika Dwi Listyawati K PEMBELAJARAN REMEDIAL MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MEMBANTU SISWA KELAS XI MIA 2 SMAN 1 GEMOLONG MENCAPAI NILAI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL MATERI TEORI KINETIK

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES SUMATIF FISIKA KELAS XI SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 7 SURAKARTA

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES SUMATIF FISIKA KELAS XI SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 7 SURAKARTA PENYUSUNAN INSTRUMEN TES SUMATIF FISIKA KELAS XI SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 7 SURAKARTA Skripsi Oleh: Kenny Anindia Ratopo K2310055 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. experimental dan deskriptif. Metode pre experimental digunakan untuk melihat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. experimental dan deskriptif. Metode pre experimental digunakan untuk melihat 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain dan Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre experimental dan deskriptif. Metode pre experimental digunakan untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO INTERAKTIF FISIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI USAHA DAN ENERGI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO INTERAKTIF FISIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI USAHA DAN ENERGI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO INTERAKTIF FISIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI USAHA DAN ENERGI Skripsi Oleh : Happy Noer Firstdiyansah K2309031 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Shinta Nurroh Novitasari K

Skripsi Oleh : Shinta Nurroh Novitasari K UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII H SEMESTER

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas II SD Negeri Carangan NO. 22 Surakarta tahun

Lebih terperinci

PERBEDAAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN ATAS DI SMP NEGERI 1 SAMBIREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PERBEDAAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN ATAS DI SMP NEGERI 1 SAMBIREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PERBEDAAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN ATAS DI SMP NEGERI 1 SAMBIREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: RINI MUKTI HADIATI NIM K8409055 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT Skripsi Oleh : May Shofiana Amalia K2308101 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014 Skripsi Oleh: Fitri Aprilianingrum K2310041 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS XI DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS INSTRUMEN TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS XI DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS INSTRUMEN TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS XI DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Oleh : Triyani K 2309079 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN PENCEMARAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI GRUJUGAN BONDOWOSO SKRIPSI Oleh: Benny Satria

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PROJECT BASED

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PROJECT BASED EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) DISERTAI MEDIA MIND MAP TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID DI KELAS XI IPA SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN PENGGOLONGAN BENDA MELALUI

PENINGKATAN PEMAHAMAN PENGGOLONGAN BENDA MELALUI PENINGKATAN PEMAHAMAN PENGGOLONGAN BENDA MELALUI METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN VIDEO INTERAKTIF PADA ANAK KELOMPOK A TK EKA PURI MANDIRI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: NOVITA EKA NURJANAH

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DIPADU DIAGRAM ROUNDHOUSE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: SISKA RAHMAWATI K4310078 FAKULTAS

Lebih terperinci

Oleh : Wardatus Sholihah

Oleh : Wardatus Sholihah PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (BUKU SISWA) MATEMATIKA UNTUK SISWA TUNARUNGU BERDASARKAN STANDAR ISI DAN KARAKTERISTIK SISWA TUNARUNGU PADA SUB POKOK BAHASAN MENENTUKAN HUBUNGAN DUA GARIS, BESAR SUDUT, DAN JENIS

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Oleh : TRI RETNO HASTUTI NIM : X5212229 FAKULTAS

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS X DI SURAKARTA MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK EMPAT TAHAP DENGAN RADIO FREQUENCY COMPUTER BASED TEST

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS X DI SURAKARTA MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK EMPAT TAHAP DENGAN RADIO FREQUENCY COMPUTER BASED TEST IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS X DI SURAKARTA MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK EMPAT TAHAP DENGAN RADIO FREQUENCY COMPUTER BASED TEST PADA MATERI SUHU DAN KALOR Skripsi Oleh: Yovita Yuliana K2312079

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN (POE)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN (POE) PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN (POE) MATERI HUKUM NEWTON TENTANG GERAK KELAS X MIPA 6 SMAN 1 SUKOHARJO Skripsi Oleh : Wahyu Widyaningsih

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PARTISIPASI SISWA KELAS VIII.I SMP NEGERI 3 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN E-MODUL KIMIA BERBASIS PROBLEM SOLVING DENGAN MENGGUNAKAN MOODLE PADA MATERI HIDROLISIS GARAM UNTUK KELAS XI SMA/MA SEMESTER II TESIS

PENGEMBANGAN E-MODUL KIMIA BERBASIS PROBLEM SOLVING DENGAN MENGGUNAKAN MOODLE PADA MATERI HIDROLISIS GARAM UNTUK KELAS XI SMA/MA SEMESTER II TESIS PENGEMBANGAN E-MODUL KIMIA BERBASIS PROBLEM SOLVING DENGAN MENGGUNAKAN MOODLE PADA MATERI HIDROLISIS GARAM UNTUK KELAS XI SMA/MA SEMESTER II TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design. Alasan penggunaan metode ini adalah karena adanya variabel luar yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X PADA KONSEP LISTRIK DINAMIS Skripsi Oleh: Kusnia Setiarti K2309042 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN AUTHENTIC ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

PENGEMBANGAN INSTRUMEN AUTHENTIC ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK SISWA SMP KELAS VIII PENGEMBANGAN INSTRUMEN AUTHENTIC ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK SISWA SMP KELAS VIII (Pada Materi Indera Penglihatan dan Alat Optik Kelas VIII Semester Genap Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN CONCEPT MAPPING DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT PADA POKOK BAHASAN PEMANTULAN CAHAYA DI SMP SKRIPSI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN CONCEPT MAPPING DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT PADA POKOK BAHASAN PEMANTULAN CAHAYA DI SMP SKRIPSI 1 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN CONCEPT MAPPING DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT PADA POKOK BAHASAN PEMANTULAN CAHAYA DI SMP SKRIPSI Oleh : Nila Anggar Arum Sari NIM. 100210102072 PROGRAM

Lebih terperinci

IMANUEL DALAPANG K

IMANUEL DALAPANG K HALAMAN JUDUL UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PENGELASAN LAS LISTRIK MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PAIKEM PADA SISWA KELAS X TPM II SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang berorientasi pada produk. Produk yang dikembangan dalam penelitian

Lebih terperinci