ISOLAT LEMAH SEBAGAI AGENS PROTEKSI SILANG PADA TANAMAN CABAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISOLAT LEMAH SEBAGAI AGENS PROTEKSI SILANG PADA TANAMAN CABAI"

Transkripsi

1 41 6 EVLUSI KEMMPUN Chili veinal mottle virus ISOLT LEMH SEGI GENS PROTEKSI SILNG PD TNMN CI (Evaluation of Weak Isolates of Chili veinal mottle virus for gent of Cross Protection in Chili Pepper) bstrak Inokulasi virus isolat lemah merupakan salah satu strategi pengendalian penyakit yang didasarkan pada prinsip proteksi silang. Lima isolat lemah Chili veinal mottle virus (ChiVMV), yaitu isolat-isolat KR, SPR, SKT, CSR, dan PGL digunakan sebagai agens proteksi silang untuk melindungi tanaman cabai dari infeksi isolat kuat ChiVMV-CK. Inokulasi dilakukan secara mekanis dan efisiensi proteksi silang dievaluasi dengan mengamati gejala penyakit yang muncul dan bobot buah. Inokulasi ChiVMV isolat lemah pada interval waktu 7 hari sebelum inokulasi ChiVMV isolat kuat tidak mampu melindungi tanaman dari infeksi isolat kuat. Pengaruh inokulasi isolat lemah mulai tampak pada interval waktu,, dan yaitu berupa penghambatan gejala penyakit dan produksi tanaman yang tidak berbeda nyata dengan tanaman sehat. Oleh karena itu disarankan inokulasi ChiVMV isolat lemah sebagai perlakuan imunisasi dilakukan seawal mungkin sebelum terjadi infeksi oleh isolat kuat. Kata kunci :Chili veinal mottle virus, imunisasi, strain lemah bstract Management of plant viral diseases based-on cross protection approach is done by inoculation of weak isolate of virus. Five weak isolates of Chili veinal mottle virus (ChiVMV), i.e. isolates KR, SPR, SKT, CSR, and PGL was used as cross protection agent to protect chili pepper plants from infection of severe isolate of ChiVMV-CK. The weak isolates were inoculated mechanically and efficiency of cross protection was evaluated by observing symptom development and measuring crop yield. Inoculation of weak isolates 7 days prior inoculation of severe isolate was not able to protect the plant from infection of severe isolate ChiVMV-CK. Positive effect was observed when weak isolates was inoculated 14 days, 21 days, and 28 days prior inoculation of severe isolate. Symptom development was suppressed or delayed, and crop yield was not significantly different with healthy plants. Therefore it is recommended to inoculate the plant with weak isolate of ChiVMV as immunization treatment as early as possible before infection by severe isolate occurred. Keywords : Chili veinal mottle virus, immunization, weak strain.

2 42 Pendahuluan Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas unggulan hortikultura. Tanaman cabai ditanam hampir diseluruh provinsi di Indonesia dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga mendapat prioritas untuk dikembangkan (Direktorat Jenderal ina Produksi Hortikultura 28). Produksi cabai di Indonesia masih rendah dengan rata-rata hasil 7.34 ton/ha (adan Pusat Statistik 212) bila dibandingkan dengan potensi produksi cabai yang dapat mencapai 12 ton/ha (Purwati et al. 2). Rendahnya produksi ini salah satunya disebabkan oleh penyakit tanaman. Tanaman cabai sangat sensitif terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus dan dilaporkan infeksi virus dapat menurunkan produksi secara nyata. Diantara virus-virus yang menginfeksi cabai Chili veinal mottle virus (ChiVMV) merupakan virus penting dan dapat menurunkan hasil sampai 5% (Shah et al. 21). Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus pada umumnya sulit dilakukan (Hull 22). Sampai saat ini belum ada strategi pengendalian ChiVMV yang efektif, sehingga perlu dicari alternatif pengendalian yang lain. Salah satu strategi pengendalian yang perlu dievaluasi adalah teknik proteksi silang. Proteksi silang merupakan strategi biologi untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh virus. Fenomena ini menggunakan virus strain lemah untuk melindungi tanaman dari kerusakan ekonomi yang disebabkan oleh virus strain kuat (Komar et al. 28). Keberhasilan proteksi silang telah dilaporkan pada Cucurbitaceae terhadap Zucchini yellow mosaic virus (ZYMV) (Kosaka et al. 26; lecog et al 1991; Walkey et al. 1992), pada pepaya dan Cucurbitaceae terhadap Papaya ringspot virus (PRSV) (Rezende 1998; Wang et al. 1987; You et al. 25). Dilaporkan pula bahwa lima virus strain kuat di Jepang telah berhasil secara efisien dikendalikan melalui strategi proteksi silang yaitu Tomato mosaic virus (ToMV), Tobacco mosaic virus (V), Cucumber green mottle mosaic virus (CGMMV), Soybean mosaic virus (SMV), dan Citrus tristeza virus (CTV) (Tsuda 25). Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan strain lemah dalam proteksi silang sangat berguna dalam pengendalian penyakit (Pearson et al. 1999), akan tetapi proteksi silang pada ChiVMV belum pernah dilaporkan. Mekanisme proteksi silang sangat berkaitan dengan proses replikasi virus dalam sel tanaman inang. Menurut Hull (22) virus isolat lemah mampu berkompetisi dengan virus isolat kuat untuk mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan dalam proses replikasi, sehingga virus isolat lemah dapat menekan replikasi virus isolat kuat. Menurut Ziebell et al. (27) virus isolat lemah dapat menyebabkan penghambatan proses translasi dari virus isolat kuat sehingga tidak terbentuk protein, mekanisme tersebut dikenal dengan post transcription gene silencing (PTGS). Pada penelitian tentang interaksi antara ChiVMV isolat lemah dengan isolat kuat ( 5) telah diperoleh hasil bahwa ChiVMV isolat lemah berinteraksi interferensi (kompetisi) dengan isolat kuat ChiVMV-CK. Inokulasi ChiVMV isolat lemah seminggu sebelum inokulasi isolat kuat ChiVMV-CK dapat menekan keparahan penyakit 84.73% sampai 97.23%, hal ini menunjukkan bahwa ChiVMV isolat lemah berpotensi untuk digunakan sebagai agens proteksi silang.

3 43 Untuk mengeksploitasi strain lemah dalam proteksi silang, maka penting untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap tanaman dan produksi serta kemampuannya dalam melindungi tanaman dari infeksi virus strain kuat. Menurut Kosaka et al. (26) strain lemah sangat sedikit mempengaruhi berat buah, tetapi sedikit memperpanjang periode panen. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari (1) pengaruh ChiVMV isolat lemah (KR, SPR, SKT, CSR, dan PGL) terhadap tanaman dan produksi, dan (2) kemampuan ChiVMV isolat lemah dalam melindungi tanaman cabai dari infeksi ChiVMV isolat kuat. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai dasar pengelolaan penyakit yang disebabkan oleh ChiVMV. ahan dan Metode Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Cikabayan dan Laboratorium Virologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian ogor, dari bulan Desember 211 sampai Juli 212. Isolat Virus dan Sumber Inokulum Lima isolat lemah ChiVMV hasil penelitian sebelumnya ( Interaksi antara ChiVMV Isolat Lemah dengan Isolat Kuat [ 5]) digunakan pada penelitian ini. Lima ChiVMV isolat lemah (KR, SPR, SKT, CSR, dan PGL) dan satu isolat kuat ChiVMV-CK masing-masing diinokulasi secara mekanis ke tanaman cabai C.annuum IP C13. Tanaman yang telah diinokulasi dipelihara dalam rumah kaca kedap serangga sebagai sumber inokulum. Perlakuan Proteksi Silang Tanaman uji yang digunakan adalah tanaman cabai C.annuum IP C13. ibit cabai diinokulasi dengan masing-masing ChiVMV isolat lemah (KR, SPR, SKT, CSR, dan PGL) sebagai isolat proteksi dan selanjutnya selang beberapa hari tanaman diinokulasi dengan isolat kuat. Pada penelitian ini terdapat 3 perlakuan kontrol yaitu (1) tanaman diinokulasi dengan bufer, (2) tanaman diinokulasi dengan masing-masing ChiVMV isolat lemah saja, dan (3) tanaman diinokulasi dengan isolat kuat ChiVMV-CK saja. Inokulasi ChiVMV dilakukan secara mekanis. Semua tanaman cabai yang telah diinokulasi dengan ChiVMV isolat lemah diuji melalui metode TI untuk memastikan infeksi isolat lemah sebelum diinokulasi dengan isolat kuat ChiVMV-CK. Rancangan Penelitian dan Pengamatan Penelitian menggunakan Rancangan Faktorial dalam Rancangan cak Lengkap (RL) dengan dua faktor yaitu faktor pertama isolat ChiVMV dengan 7 taraf terdiri dari ChiVMV isolat lemah sebagai isolat proteksi (KR, SPR, SKT, CSR, PGL, dan kontrol [CK,inokulasi dengan bufer]) dan faktor kedua yaitu interval inokulasi antara inokulasi isolat lemah dengan inokulasi isolat kuat dengan 5 taraf (kontrol [tanpa isolat kuat],,,, dan ). Masing-masing perlakuan diulang 3 kali dan masing-masing ulangan terdiri atas 4 tanaman.

4 44 Pengamatan meliputi pengamatan penyakit dan pengamatan komponen produksi. Pengamatan penyakit meliputi masa inkubasi, jenis gejala, keparahan penyakit, dan jumlah tanaman bergejala. Masa inkubasi diamati setiap hari sampai 112 hari setelah inokulasi isolat kuat ChiVMV-CK, sedangkan pengamatan jenis gejala, keparahan penyakit, dan jumlah tanaman bergejala diamati pada, 56 hari, 84 hari, dan 112 hari setelah inokulasi isolat kuat ChiVMV-CK. Pengamatan komponen produksi meliputi bobot buah dan jumlah buah. nalisis data diolah dengan Statistical nalysis System (SS). Perlakuan yang berbeda nyata diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%. Hasil dan Pembahasan Pengaruh Proteksi Silang terhadap Penyakit yang disebabkan oleh Isolat Kuat ChiVMV-CK Tanaman cabai yang diinokulasi dengan isolat lemah sebelum inokulasi isolat kuat menunjukkan masa inkubasi lebih panjang. Semakin panjang interval waktu inokulasi antara isolat lemah dengan isolat kuat maka semakin panjang masa inkubasi. Masa inkubasi bervariasi dari 29 hari sampai 11 hari (setelah inokulasi isolat kuat). Interval cenderung menyebabkan masa inkubasi yang relatif cepat. Pada interval, ChiVMV isolat lemah (PGL dan CSR) dapat sempurna melindungi tanaman dari infeksi isolat kuat sampai pengamatan masing-masing berturut-turut pada hari ke 11 hari dan 96 hari. Proteksi sempurna (semua tanaman tidak menunjukkan gejala) paling lama diperoleh pada interval yaitu 11 hari dimana pada masa ini tanaman sudah tua. Pada isolat lemah ChiVMV-SKT proteksi sempurna pada interval,, dan diperoleh sampai masing-masing berturut-turut, 89 hari, dan 11 hari setelah inokulasi isolat kuat ChiVMV-CK (Tabel 6.1). Disisi lain tanaman yang diinokulasi dengan ChiVMV isolat lemah (SKT, CSR, dan PGL) tidak menunjukkan gejala sampai selesai pengamatan. Inokulasi dengan ChiVMV isolat lemah (KR dan SPR) menunjukkan gejala pada masingmasing isolat berturut-turut 11 hari dan 19 hari setelah inokulasi. Sebaliknya tanaman yang diinokulasi dengan isolat kuat ChiVMV-CK (kontrol) menunjukkan gejala pada 3 sampai 5 hari setelah inokulasi (Tabel 6.1). Menurut Roossinck (25) pada proteksi silang diperlukan interval beberapa hari setelah virus strain lemah diinfeksikan ke tanaman untuk terjadinya proteksi terhadap virus kedua (strain kuat). You et al. (25) menambahkan bahwa strain lemah yang terakumulasi dalam sel terinfeksi dapat berkompetisi dengan strain kuat sehingga dapat mencegah replikasi virus strain kuat. odaghi et al. (24) menambahkan bahwa adanya interval waktu inokulasi antara isolat lemah dengan isolat kuat menyebabkan keterlambatan munculnya gejala. Interval waktu dapat menyediakan kesempatan untuk perbanyakan dan penyebaran isolat lemah yang lebih baik, sehingga menyebabkan lebih efisien dalam melindungi tanaman terhadap virus kuat. Lecog et al. (1991) melaporkan bahwa gejala baru muncul pada tanaman Cucurbitaceae yang dilindungi dengan strain lemah ZYMV-WK secara proteksi silang pada 4 minggu setelah inokulasi ZYMV strain kuat.

5 45 Tabel 6.1 Masa inkubasi penyakit yang disebabkan Chili veinal mottle virus pada tanaman cabai IP C13 pada berbagai interval waktu inokulasi antara isolat lemah dengan isolat kuat Isolat ChiVMV Interval waktu inokulasi Masa inkubasi (hari) KR SPR SKT CSR PGL CK** * *** N N N N, tanaman tidak menunjukkan gejala sampai selesai pengamatan. * adalah perlakuan inokulasi isolat lemah saja. ** Pada perlakuan inokulasi isolat kuat saja (CK) tanaman diinokulasi terlebih dahulu dengan bufer sebagai pengganti isolat lemah. *** Perlakuan kontrol untuk perlakuan inokulasi isolat kuat saja (CK) adalah dengan menginokulasi ChiVMV-CK pada waktu yang bersamaan dengan kontrol isolat lemah.

6 46 Tabel 6.2 Tipe gejala penyakit yang disebabkan Chili veinal mottle virus pada tanaman cabai IP C13 pada berbagai interval waktu inokulasi antara isolat lemah dengan isolat kuat Isolat ChiVMV KR SPR SKT CSR PGL CK Interval waktu inokulasi* Tipe gejala pada pengamatan hari ke ,M,U,K,M,U,K,M,U,K,M,U,M,U,K,M,U,K,M,U,K,M,U,M,M,U,K,M,U,K,M,U,K,M,U,M S S,M,U,K,M,U,K,M,U,K,M,U,M Tanaman sehat, tidak muncul;, belang ringan; S, belang sedang;, belang berat; M, malformasi; U, ujung daun meruncing dan lamina daun menyempit; K, tanaman kerdil. * Penjelasan mengenai interval waktu inokulasi sama dengan penjelasan pada Tabel 6.1.

7 47 C Gambar 6.1 Tanaman cabai yang diinokulasi dengan Chili veinal mottle virus. ) isolat lemah saja, ) isolat kuat saja, C) isolat kuat setelah isolat lemah. Tanaman yang diinokulasi dengan isolat lemah pada berbagai interval waktu inokulasi dan tanaman yang diinokulasi dengan isolat lemah saja tidak menunjukkan gejala atau bila gejala muncul hanya tergolong belang ringan; tetapi tanaman yang diinokulasi dengan isolat kuat ChiVMV-CK menunjukkan gejala berupa belang berat, malformasi, ujung daun meruncing dan lamina menyempit, serta tanaman kerdil (Tabel 6.2 dan Gambar 6.1). Hal ini menunjukkan bahwa isolat lemah dapat menekan atau memperlambat ekspresi gejala yang ditimbulkan oleh isolat kuat atau isolat kuat masih mampu menunjukkan gejala tetapi replikasi isolat kuat menjadi lebih lambat. Menurut Pearson et al. (1999) tanaman vanili yang diinokulasi dengan Vanilla necrosis virus (VNV) isolat kuat menunjukkan gejala pada 2 sampai 3 bulan setelah inokulasi, tetapi pada tanaman yang diproteksi dengan isolat lemah VNV- V1 atau V2 memperlihatkan gejala pada 2 tahun setelah inokulasi. guilar et al. (2) melaporkan tanaman tembakau yang diproteksi dengan Tobacco mild green mosaic (GMV) pada berbagai interval waktu inokulasi selalu dapat melindungi tanaman dari infeksi Oilseed rape mosaic virus (ORMV). Diduga GMV menghalangi atau memperlambat ORMV untuk bergerak dari daun yang diinokulasi ke daun yang tidak diinokulasi, serta mencegah akumulasi ORMV. Kositratana et al. (1991) menyatakan bahwa ekspresi penyakit pada tanaman pepaya yang diberi perlakuan pre-immunisasi dengan strain lemah lebih lambat menunjukkan gejala dan tingkat ekspresi gejala lebih ringan daripada tanaman yang hanya diinokulasi dengan Papaya ringspot virus (PRSV) strain kuat. Masa inkubasi yang lebih panjang mengindikasikan bahwa ChiVMV isolat lemah dapat melindungi tanaman cabai dalam waktu yang lama terhadap infeksi isolat kuat ChiVMV-CK. Hal ini sejalan dengan penelitian Lin et al. (22) yaitu CTV isolat lemah dapat melindungi tanaman jeruk terhadap CTV isolat kuat dalam waktu yang lama. Demikian pula Walkey et al. (1992) melaporkan bahwa strain lemah ZYMV-WK yang diinokulasi pada bibit Cucurbita pepo pada 16 hari dan 22 hari sebelum inokulasi strain kuat ZYMV-S sangat efektif melindungi tanaman terhadap strain kuat.

8 48 Tabel 6.3 Tingkat keparahan penyakit yang disebabkan Chili veinal mottle virus pada tanaman cabai IP C13 yang diinokulasi dengan isolat-isolat ChiVMV pada berbagai interval waktu inokulasi antara isolat lemah dengan isolat kuat Isolat ChiVMV KR SPR SKT CSR PGL CK Interval waktu inokulasi* Keparahan penyakit (%) pada pengamatan hari ke Tanaman sehat * Penjelasan mengenai interval waktu inokulasi sama dengan penjelasan pada Tabel

9 49 Jumlah tanaman tidak bergejala Pengamatan hari ke Gambar 6.2 Perkembangan jumlah tanaman tidak bergejala pada perlakuan berbagai isolat lemah (KR, SPR, SKT, CSR, dan PGL), isolat kuat (CK) dan interval waktu inokulasi antara isolat lemah dengan isolat kuat Chili veinal mottle virus (ChiVMV)-CK. Pada CSR garis dan, PGL garis dan, CK garis dan masing-masing berada pada posisi yang sama.

10 5 Perlakuan inokulasi dengan isolat kuat ChiVMV-CK menimbulkan infeksi yang berat dengan keparahan penyakit 1% dan keparahan penyakit menurun seiring dengan bertambahnya umur tanaman waktu diinokulasi isolat kuat. Sebaliknya semua tanaman yang diinokulasi dengan ChiVMV isolat lemah tidak menunjukkan gejala, kecuali pada isolat lemah KR dan SPR dengan keparahan penyakit masing-masing % pada pengamatan 112 hari setelah inokulasi. Tanaman cabai yang diinokulasi dengan isolat lemah pada berbagai interval waktu inokulasi dapat melindungi tanaman cabai dari infeksi isolat kuat ChiVMV-CK yang ditandai dengan menurunnya keparahan penyakit. Keparahan penyakit pada proteksi silang menurun seiring dengan meningkatnya interval waktu inokulasi antara isolat lemah dengan isolat kuat (Tabel 6.3). Sel yang telah terinfeksi oleh satu virus tidak dapat di infeksi oleh virus kedua yang sekerabat. Mekanisme kompetisi niche (tempat) memiliki argumentasi bahwa virus yang sekerabat bersaing terhadap faktor inang yang sama untuk digunakan dalam melengkapi siklus hidupnya. Selain itu tanaman mungkin secara aktif (host-mediated) menginduksi respon imunitas spesifik inang seperti PTGS terhadap satu virus (Roossinck 25). PTGS merupakan mekanisme proteksi silang, dimana proteksi silang dimediasi oleh pre-aktivasi melalui RN-induced silencing complex (RISC) dengan small interfering RN (sirn) yang berasal dari RN virus strain lemah, yang dapat menghambat replikasi virus kuat (Gal-on dan Shiboleth 26). Mekanisme lain dari proteksi silang adalah menghalangi uncoating virus strain kuat melalui interferensi oleh coat protein virus strain lemah (You et al. 25). Fenomena proteksi silang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu inisiasi (awal), resistensi, dan pertahanan. Proteksi silang pada tanaman tidak terinduksi jika virus strain lemah tidak bereplikasi. Pada fase awal, mungkin terjadi kompetisi untuk replikasi virus sehingga perlindungan oleh strain lemah menjadi tidak sempurna pada fase awal ini yang ditandai dengan strain lemah hanya mampu memperlambat perkembangan gejala yang ditimbulkan oleh strain kuat, mungkin selama fase ini kompetisi untuk replikasi tetap digunakan oleh virus strain lemah. Pada fase resistensi, reaksi pertahanan tanaman telah terinduksi, sehingga menyebabkan penurunan tajam akumulasi virus strain lemah, walaupun strain lemah tetap bertahan pada titer rendah. Pada fase pertahanan strain lemah dengan titer yang rendah akan merangsang tanaman untuk terus menerus mensintesis faktor inang untuk menjaga reaksi pertahanan dan memberikan derajat proteksi silang yang tinggi. Walaupun sebagian besar proteksi silang terjadi pada fase resistensi dan pertahanan sebagai hasil dari mekanisme pertahanan inang, namun keterlibatan kompetisi sesama virus selama fase awal tidak dapat diabaikan (Lin et al. 27). Sejalan dengan itu dalam penelitian ini interval waktu antara inokulasi isolat lemah dengan inokulasi isolat kuat ChiVMV-CK menunjukkan proteksi lebih rendah dibanding interval,, dan. Inokulasi isolat kuat ChiVMV-CK pada setelah inokulasi proteksi menunjukkan 8 sampai 9 tanaman tidak bergejala dari 12 tanaman yang diinokulasi, sedangkan inokulasi isolat kuat pada interval menunjukkan 9 sampai 11 tanaman tidak bergejala, inokulasi pada interval menunjukkan 1 sampai 11 tanaman tidak bergejala, sebaliknya tanaman yang diinokulasi dengan isolat ChiVMV-CK semua tanaman menunjukkan gejala. Hal ini menunjukkan bahwa

11 51 semakin panjang interval inokulasi antara isolat lemah dengan isolat kuat maka jumlah tanaman bergejala menjadi semakin sedikit dan ekspresi gejala lebih ringan daripada tanaman tidak diproteksi (Gambar 6.2 dan Tabel 6.2). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kositratana et al. (1991) dimana semakin panjang interval waktu inokulasi antara PRSV strain lemah dengan PRSV strain kuat maka jumlah tanaman yang memperlihatkan gejala semakin sedikit. Kosaka dan Fukunishi (1993) melaporkan inokulasi strain kuat SMV pada 4 atau 6 hari setelah inokulasi strain lemah SMV menunjukkan hasil semua tanaman bergejala keriting, sedangkan inokulasi strain kuat pada 8 atau 12 hari tidak ada tanaman yang bergejala. Pengaruh Proteksi Silang terhadap Produksi Cabai kibat Infeksi oleh Isolat Kuat ChiVMV-CK Tanaman yang diinokulasi isolat lemah pada berbagai interval waktu inokulasi dengan isolat kuat ChiVMV-CK dan tanaman yang diinokulasi dengan isolat lemah saja tidak memperlihatkan gejala atau menunjukkan gejala belang ringan pada tanaman yang sudah tua. obot buah (Tabel 6.4) dan jumlah buah (Tabel 6.5) yang dihasilkan pada interval waktu inokulasi berbeda nyata dengan bobot buah dan jumlah buah pada tanaman sehat, tanaman yang diinokulasi dengan isolat lemah saja, tanaman yang diinokulasi pada interval 14 hari,, dan dan tanaman diinokulasi dengan isolat kuat saja. Sebaliknya inokulasi isolat lemah pada interval waktu,, dan menghasilkan bobot buah dan jumlah buah tidak berbeda nyata dengan bobot buah dan jumlah buah pada tanaman sehat, tanaman yang diinokulasi dengan isolat lemah saja. Tanaman yang diinokulasi dengan isolat lemah saja tidak mempengaruhi produksi baik kuantitas maupun kualitas, hal ini dapat diketahui dari bobot buah dan jumlah buah yang dihasilkan tidak berbeda nyata dengan tanaman sehat, tetapi berbeda nyata dengan tanaman yang diinokulasi dengan isolat kuat ChiVMV-CK saja. Sebaliknya semua tanaman yang diinokulasi isolat kuat saja memperlihatkan gejala sangat berat pada tanaman yang masih muda, sehingga tanaman sedikit atau bahkan tidak menghasilkan buah dan buah berukuran kecil (Gambar 6.3). Inokulasi isolat kuat ChiVMV-CK pada berbagai waktu inokulasi menunjukkan bobot buah yang tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan tanaman sehat. Hasil yang sama juga diperoleh Shah et al. (29) yaitu tanaman yang terinfeksi ChiVMV strain kuat di lapangan menunjukkan pembentukan bunga dan buah menurun atau tanaman yang terinfeksi menjadi tidak berbuah atau ukuran buah menjadi kecil. Wang et al. (1991) melaporkan infeksi ZYMV strain kuat pada tanaman Cucurbitaceae berumur satu atau dua minggu menyebabkan tanaman tidak dapat menghasilkan buah. Walkey et al. (1992) menyatakan bahwa tanaman yang dilindungi dengan strain lemah ZYMV-S menghasilkan lebih banyak jumlah buah daripada tanaman yang tidak dilindungi, sementara strain lemah tidak mengurangi jumlah buah dan bobot buah, Lecog et al. (1991) melaporkan hasil yang sama ketika digunakan strain lemah ZYMV-WK. Dilaporkan oleh Kosaka et al. (26) bahwa tanaman ketimun yang diinokulasi dengan strain lemah ZYMV-22 memperlihatkan gejala mosaik ringan tetapi tidak mempengaruhi terhadap hasil. onilha et al.

12 52 (29) melaporkan tanaman Cucurbita pepo yang diinokulasi dengan strain lemah ZYMV-M tidak menyebabkan pengurangan hasil pada total buah yang di panen. Komar et al. (28) juga melaporkan GFLV strain lemah tidak mempengaruhi produksi anggur. Tabel 6.4 Rata-rata bobot buah pertanaman pada berbagai perlakuan interval waktu inokulasi antara isolat-isolat lemah Chili veinal dengan isolat kuat ChiVMV-CK Isolat ChiVMV obot buah per tanaman (g) pada berbagai interval inokulasi KR SPR SKT CSR PGL CK Tanaman sehat (bufer) a* ^ a a a a.53 b 23.3 a c C bc bc 16.5 b 157. b 2.3 d a b a a a a 5.43 c a a 28.5 a a 25. a a 11.3 b a a a a a 21.4 a 13.1 b a * Rata-rata jumlah buah pada masing-masing interval waktu yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda (DMRT 5%). ^ Rata-rata jumlah buah pada masing-masing interval waktu yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda (DMRT 5%). C D E F G Gambar 6.3 entuk buah cabai pada perlakuan interval waktu inokulasi Chili veinal mottle virus isolat lemah dengan inokulasi isolat kuat. ) interval, ) interval, C) interval, D) interval 7 hari, E) isolat lemah saja, F) tanaman sehat, dan G) isolat kuat ChiVMV-CK saja.

13 53 Tabel 6.5 Rata-rata jumlah buah pertanaman pada berbagai perlakuan interval waktu inokulasi antara isolat-isolat lemah Chili veinal dengan isolat kuat ChiVMV-CK Isolat ChiVMV Jumlah buah per tanaman pada berbagai interval inokulasi KR SPR SKT CSR PGL CK Tanaman sehat (bufer) 43. a* ^ 43. a 45. a a 44. a.33 b 47. a b b b b 35. b 1.33 c a b 4.67 b 42. ab 4. b 41. b.33 c a b ab ab b ab 7.17 c a ab b ab ab ab 7.33 c a * Rata-rata jumlah buah pada masing-masing interval waktu yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda (DMRT 5%). ^ Rata-rata jumlah buah pada masing-masing interval waktu yang diikuti oleh huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda (DMRT 5%). Efektivitas proteksi silang pada penelitian ini dipengaruhi oleh jenis isolat lemah ChiVMV yang digunakan sebagai isolat proteksi dan interval waktu inokulasi antara inokulasi isolat lemah dengan inokulasi isolat kuat. ChiVMV isolat lemah (KR, SPR, SKT, CSR, dan PGL) berhasil melindungi tanaman dari infeksi isolat kuat ChiVMV-CK melalui proteksi silang pada interval waktu inokulasi,,, dan. Proteksi silang lebih efektif pada ChiVMV isolat lemah (SKT, CSR, dan PGL) dari pada ChiVMV isolat lemah (KR dan SPR) dan proteksi efektif pada interval waktu mulai setelah inokulasi isolat lemah. Penggunaan isolat lemah harus tidak merugikan terhadap tanaman dan harus stabil artinya tidak berubah ke arah virulen. Menurut Yeh dan Gonsalves (1984) efektivitas proteksi silang dipengaruhi oleh interval waktu inokulasi isolat lemah dengan isolat kuat. Kositratana et al. (1991) menyatakan bahwa efektivitas proteksi silang pada tanaman pepaya dipengaruhi oleh PRSV strain lemah yang digunakan dan interval waktu antara inokulasi strain lemah dengan strain kuat. Proteksi dengan strain lemah PRSV- C1 dan F1 pada interval waktu inokulasi 3 hari atau 4 hari lebih efektif daripada strain lemah PRSV- 2 dan G1 pada interval waktu inokulasi 15 hari, 2 hari, dan 25 hari pada pengamatan 1 hari atau 12 hari setelah inokulasi strain kuat. Kosaka et al. (26) melaporkan isolat lemah ZYMV-22 merupakan isolat yang paling baik karena tidak atau sangat sedikit mempengaruhi produksi dari segi kuantitas maupun kualitas buah ketimun dibandingkan dengan isolat kuat ZYMV-Z5-1.

14 54 Kesimpulan ChiVMV isolat lemah (KR, SPR, SKT, CSR, dan PGL) berhasil melindungi tanaman cabai dari infeksi isolat kuat ChiVMV-CK. Tanaman yang dilindungi tidak menimbulkan gejala atau hanya gejala belang ringan pada tanaman yang sudah tua dan tidak mempengaruhi produksi baik kualitas maupun kuantitas. Interval waktu mulai merupakan yang terbaik dari segi perlindungan terhadap infeksi isolat kuat maupun produksi.

Abstrak. Kata kunci : Chili veinal mottle virus, isolat lemah, isolat kuat. Abstract

Abstrak. Kata kunci : Chili veinal mottle virus, isolat lemah, isolat kuat. Abstract 31 5 INTERAKSI ANTARA Chili veinal mottle virus ISOLAT LEMAH DENGAN ISOLAT KUAT (Interaction between Weak Isolates and Severe Isolate of Chili veinal mottle virus) Abstrak Salah satu virus yang banyak

Lebih terperinci

Penggunaan Galur Lemah Chili veinal mottle virus untuk Proteksi Silang. The Use of Mild Strains of Chili veinal mottle virus for Cross Protection

Penggunaan Galur Lemah Chili veinal mottle virus untuk Proteksi Silang. The Use of Mild Strains of Chili veinal mottle virus for Cross Protection ISSN: 2339-249 Volume 9, Nomor 5, Oktober 2013 Halaman 5 152 DOI: 10.692/jfi.9.5.5 Penggunaan Galur Lemah Chili veinal mottle virus untuk Proteksi Silang The Use of Mild Strains of Chili veinal mottle

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : Chili veinal mottle virus, isolat lemah, tanaman cabai. Abstract

Abstrak. Kata kunci : Chili veinal mottle virus, isolat lemah, tanaman cabai. Abstract 3 3 EKSPLORASI Chili veinal mottle virus ISOLAT LEMAH DARI PERTAMAN CABAI (Exploration of Weak Isolates of Chili veinal mottle virus from Chili Pepper) Abstrak Salah satu virus utama yang menginfeksi tanaman

Lebih terperinci

4 KISARAN INANG Chili veinal mottle virus ISOLAT LEMAH (Host Range Study of Weak Isolates of Chili veinal mottle virus)

4 KISARAN INANG Chili veinal mottle virus ISOLAT LEMAH (Host Range Study of Weak Isolates of Chili veinal mottle virus) 22 4 KISARAN INANG Chili veinal mottle virus ISOLAT LEMAH (Host Range Study of Weak Isolates of Chili veinal mottle virus) Abstrak Chili veinal mottle virus (ChiVMV) merupakan salah satu penyakit penting

Lebih terperinci

Eksplorasi Isolat Lemah Chili Veinal Mottle Potyvirus pada Pertanaman Cabai di Jambi, Sumatera Barat, dan Jawa Barat

Eksplorasi Isolat Lemah Chili Veinal Mottle Potyvirus pada Pertanaman Cabai di Jambi, Sumatera Barat, dan Jawa Barat Asniwita et al.: Eksplorasi Isolat Chili Veinal Mottle J. Hort. Potyvirus J. Hort. Vol. 222(2):181-186, pada Pertanaman 212... Eksplorasi Isolat Chili Veinal Mottle Potyvirus pada Pertanaman Cabai di Jambi,

Lebih terperinci

7 KARAKTER MOLEKULER Chili veinal mottle virus ISOLAT LEMAH (Molecular Characterization of Weak Isolates of Chili veinal mottle virus)

7 KARAKTER MOLEKULER Chili veinal mottle virus ISOLAT LEMAH (Molecular Characterization of Weak Isolates of Chili veinal mottle virus) 55 7 AKTER MOLEKULER Chili veinal mottle virus ISOLAT LEMAH (Molecular Characterization of Weak Isolates of Chili veinal mottle virus) Abstrak Pre-imunisasi dengan isolat-isolat lemah Chili veinal mottle

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun Bogor dikenal sebagai salah satu daerah sentra pertanian khususnya tanaman hortikultura seperti buah-buahan, cabai, tomat, kacang panjang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Inokulasi Virus Tungro pada Varietas Hibrida dan Beberapa Galur Padi di Rumah Kaca Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 2 menunjukkan variasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tumbuhan terhadap Waktu Inkubasi, Kejadian Penyakit, Keparahan, dan NAE Waktu inkubasi. Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh beragam waktu

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGUJIAN ISOLAT VIRUS YANG DILEMAHKAN DENGAN PEMANASAN UNTUK MELINDUNGI KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI VIRUS MOSAIK

SKRIPSI PENGUJIAN ISOLAT VIRUS YANG DILEMAHKAN DENGAN PEMANASAN UNTUK MELINDUNGI KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI VIRUS MOSAIK SKRIPSI PENGUJIAN ISOLAT VIRUS YANG DILEMAHKAN DENGAN PEMANASAN UNTUK MELINDUNGI KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI VIRUS MOSAIK Oleh : Ismira Suryaningsih H0712103 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai yang dibudidayakan di Indonesia dikelompokkan menjadi dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Cabai besar dicirikan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM

VII. PEMBAHASAN UMUM VII. PEMBAHASAN UMUM Tanaman cabai (Capsicum annuum) merupakan salah satu komoditas andalan hortikultura di Indonesia. Tanaman tersebut ditanam di seluruh provinsi di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis

Lebih terperinci

Infeksi Cucumber Mosaic Virus dan Chili Veinal Mottle Virus terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai

Infeksi Cucumber Mosaic Virus dan Chili Veinal Mottle Virus terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Hayati, Juni 2006, hlm. 53-57 Vol. 13, No. 2 ISSN 0854-8587 Infeksi ucumber Mosaic Virus dan hili Veinal Mottle Virus terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman abai ucumber Mosaic Virus and hili Veinal Mottle

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Cendawan Endofit terhadap Gejala dan Titer ChiVMV pada Tanaman Cabai Tanaman cabai varietas TM88 yang terinfeksi ChiVMV menunjukkan gejala yang ringan yaitu hanya

Lebih terperinci

PREVALENSI VIRUS PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) DI KABUPATEN BOGOR, CIANJUR DAN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT

PREVALENSI VIRUS PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) DI KABUPATEN BOGOR, CIANJUR DAN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT i PREVALENSI VIRUS PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) DI KABUPATEN BOGOR, CIANJUR DAN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT MARTIN BASTIAN DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Cikabayan dan Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai 77 PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi Begomovirus, penyebab penyakit daun keriting kuning, merupakan komponen utama yang diandalkan dalam upaya pengendalian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun (Cucumis sativus Linn.) Mentimum adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Infeksi Virus pada Tanaman Cucurbitaceae di Lapangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Infeksi Virus pada Tanaman Cucurbitaceae di Lapangan HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Infeksi Virus pada Tanaman Cucurbitaceae di Lapangan Sampel Cucurbitaceae dari lapangan menunjukkan gejala yang bervariasi dari ringan hingga berat. Gejala pada tanaman mentimun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Tanaman Phalaenopsis pada setiap botol tidak digunakan seluruhnya, hanya 3-7 tanaman (disesuaikan dengan keadaan tanaman). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

Seed Transmission Efficiency of Squash mosaic virus on Cucurbitaceae

Seed Transmission Efficiency of Squash mosaic virus on Cucurbitaceae ISSN: 0215-7950 Volume 10, Nomor 3, Juni 2014 Halaman 81 86 DOI: 10.14692/jfi.10.3.81 Efisiensi Tular Benih Squash mosaic virus pada Cucurbitaceae Seed Transmission Efficiency of Squash mosaic virus on

Lebih terperinci

Proteksi Silang untuk Pengendalian Virus Mosaik Mentimun pada Krisan

Proteksi Silang untuk Pengendalian Virus Mosaik Mentimun pada Krisan Raharjo, I.B. dan Y. Sulyo: Proteksi silang untuk pengendalian virus mosaik mentimun pada krisan J. Hort. 15(2):129-134, 2005 Proteksi Silang untuk Pengendalian Virus Mosaik Mentimun pada Krisan Rahardjo,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor Kutudaun Aphis craccivora yang dipelihara dan diidentifikasi berasal dari pertanaman kacang panjang, sedangkan A. gossypii berasal dari pertanaman cabai.

Lebih terperinci

PENGARUH TETUA BETINA PADA PEWARISAN KETAHANAN CABAI TERHADAP CHILI VEINAL MOTTLE VIRUS DALAM POPULASI PERSILANGAN PBC495XPBC275

PENGARUH TETUA BETINA PADA PEWARISAN KETAHANAN CABAI TERHADAP CHILI VEINAL MOTTLE VIRUS DALAM POPULASI PERSILANGAN PBC495XPBC275 Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember 2012 Vol. 1 No.1 Hal : 43-47 ISSN 2302-6308 PENGARUH TETUA BETINA PADA PEWARISAN KETAHANAN CABAI TERHADAP CHILI VEINAL MOTTLE VIRUS DALAM POPULASI PERSILANGAN

Lebih terperinci

POTENSI LIMA EKSTRAK TUMBUHAN DALAM MENEKAN INFEKSI VIRUS MOSAIK PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna unguiculata subsp.

POTENSI LIMA EKSTRAK TUMBUHAN DALAM MENEKAN INFEKSI VIRUS MOSAIK PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna unguiculata subsp. POTENSI LIMA EKSTRAK TUMBUHAN DALAM MENEKAN INFEKSI VIRUS MOSAIK PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna unguiculata subsp. sesquipedalis) LULU KURNIANINGSIH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

TAHLIYATIN WARDANAH A

TAHLIYATIN WARDANAH A PEMANFAATAN BAKTERI PERAKARAN PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN (PLANT GROWTH- PROMOTING RHIZOBACTERIA) UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU (TOBACCO MOSAIC VIRUS) PADA TANAMAN CABAI TAHLIYATIN WARDANAH

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Penanaman Tanaman Uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Penanaman Tanaman Uji 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan

I. PENDAHULUAN. sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan pangan, pakan ternak, maupun bahan

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS EKSTRAK NABATI TERHADAP INFEKSI Cucumber Mosaic Virus (CMV) PADA TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.

PENGARUH BERBAGAI JENIS EKSTRAK NABATI TERHADAP INFEKSI Cucumber Mosaic Virus (CMV) PADA TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L. Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 Januari 2015 ISSN : 2338-4336 PENGARUH BERBAGAI JENIS EKSTRAK NABATI TERHADAP INFEKSI Cucumber Mosaic Virus (CMV) PADA TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) Roswita Nur Kumalasari,

Lebih terperinci

Aviva Aviolita Parama Putri, M. Martosudiro dan T. Hadiastono

Aviva Aviolita Parama Putri, M. Martosudiro dan T. Hadiastono Jurnal HPT Volume 1 Nomor 3 September 2013 ISSN : 2338-4336 1 PENGARUH PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA (PGPR) TERHADAP INFEKSI SOYBEAN MOSAIC VIRUS (SMV), PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA TANAMAN KEDELAI

Lebih terperinci

EVALUASI KETAHANAN 14 GENOTIPE CABAI TERHADAP INFEKSI CHIVMV (CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS) 1)

EVALUASI KETAHANAN 14 GENOTIPE CABAI TERHADAP INFEKSI CHIVMV (CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS) 1) EVALUASI KETAHANAN 14 GENOTIPE CABAI TERHADAP INFEKSI CHIVMV (CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS) 1) (Evaluation of Resistance to Chilli Veinal Mottle Virus on 14 Chillipepper Genotypes) Zahratul Millah 2) 1 Sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

Infeksi Cucumber mosaic virus dan Chilli veinal mottle virus pada Cabai di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu

Infeksi Cucumber mosaic virus dan Chilli veinal mottle virus pada Cabai di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu ISSN: 0215-7950 Volume 8, Nomor 4, Agustus 2012 Halaman 110-115 Infeksi Cucumber mosaic virus dan Chilli veinal mottle virus pada Cabai di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu Infection of Cucumber mosaic

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan dengan kandungan protein nabati yang tinggi dan harga yang relatif murah. Kedelai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Isolasi Kandidat RPPT dari Rizosfer

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Isolasi Kandidat RPPT dari Rizosfer 25 dikeringkan untuk mengetahui biomas keringnya. Data dari parameter jumlah bunga, buah, panjang batang, biomas basah dan kering dianalisis dengan One-Way Analisis of Variance (AOV) dengan program Statistix

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI RAWIT DI TANAH GAMBUT

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI RAWIT DI TANAH GAMBUT PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI RAWIT DI TANAH GAMBUT EFFECT OF CHICKEN MANURE DOSE ON THE GROWTH AND YIELD OF HOT PEPPER ON PEAT SOILS Efendi Simanungkalit

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

Pengaruh Dry Heat Treatment dengan Penundaan Waktu Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.

Pengaruh Dry Heat Treatment dengan Penundaan Waktu Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L. Pengaruh Dry Heat Treatment dengan Penundaan Waktu Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.) I KADE DARMAWAN I DEWA NYOMAN NYANA*) I KETUT SIADI Program Studi Agroekoteknologi

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN TERHADAP COWPEA MILD MOTTLE VIRUS PADA SEMBILAN BELAS POPULASI F 1 TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) HASIL PERSILANGAN DIALEL

UJI KETAHANAN TERHADAP COWPEA MILD MOTTLE VIRUS PADA SEMBILAN BELAS POPULASI F 1 TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) HASIL PERSILANGAN DIALEL UJI KETAHANAN TERHADAP COWPEA MILD MOTTLE VIRUS PADA SEMBILAN BELAS POPULASI F 1 TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) HASIL PERSILANGAN DIALEL Maimun Barmawi, Setyo Dwi Utomo, Hasriadi Mat Akin, dan

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU

TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU PROSES INFEKSI DAN GEJALA SERANGAN TOBACCO MOZAIC VIRUS PADA TANAMAN TEMBAKAU Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

RESPON BEBERAPA KULTIVAR MENTIMUN TERHADAP ZYMV (Zucchini Yellow Mosaic Virus) U. Sumpena

RESPON BEBERAPA KULTIVAR MENTIMUN TERHADAP ZYMV (Zucchini Yellow Mosaic Virus) U. Sumpena RESPON BEBERAPA KULTIVAR MENTIMUN TERHADAP ZYMV (Zucchini Yellow Mosaic Virus) U. Sumpena Peneliti Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu 517 Bandung 40391 E-mail; sumpenauum@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Masalah yang sering dihadapi dan cukup meresahkan petani adalah adanya serangan hama

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SPESIES POTYVIRUS PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN CABAI (Capsicum frutescens L.) MELALUI SIKUEN NUKLEOTIDA GEN Coat Protein

IDENTIFIKASI SPESIES POTYVIRUS PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN CABAI (Capsicum frutescens L.) MELALUI SIKUEN NUKLEOTIDA GEN Coat Protein IDENTIFIKASI SPESIES POTYVIRUS PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN CABAI (Capsicum frutescens L.) MELALUI SIKUEN NUKLEOTIDA GEN Coat Protein I Gede Rian Pramarta 1, I Gede Rai Maya Temaja 1*), I Dewa

Lebih terperinci

Vaksin CARNA 5 untuk Memproteksi Tanaman Krisan Varietas Reagent Orange dari Infeksi Virus Mosaik Mentimun

Vaksin CARNA 5 untuk Memproteksi Tanaman Krisan Varietas Reagent Orange dari Infeksi Virus Mosaik Mentimun J. Hort. 18(2):193-199, 2008 Vaksin CARNA 5 untuk Memproteksi Tanaman Krisan Varietas Reagent Orange dari Infeksi Virus Mosaik Mentimun Rahardjo, I.B., E. Diningsih, dan Y. Sulyo Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

Inang Alternatif Cucumber Mosaic Virus (CMV) Penyebab Penyakit Mosaik pada Tanaman Mentimun

Inang Alternatif Cucumber Mosaic Virus (CMV) Penyebab Penyakit Mosaik pada Tanaman Mentimun 622 Inang Alternatif Cucumber Mosaic Virus (CMV) Penyebab Penyakit Mosaik pada Tanaman Mentimun Pandawani Ni Putu (1), Farida Hanum (2) dan Suryani Ni Nyoman (3) (1) (2)Fakultas Pertanian (3) Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kisaran Inang Potyvirus Isolat Nilam Bogor Tanaman nilam sakit banyak terdapat di daerah Bogor yang memperlihatkan gejala mosaik dengan ciri-ciri hampir sama dengan yang pernah diutarakan

Lebih terperinci

Tabel 6.2 Gejala infeksi tiga strain begomovirus pada beberapa genotipe tanaman tomat Genotipe

Tabel 6.2 Gejala infeksi tiga strain begomovirus pada beberapa genotipe tanaman tomat Genotipe 134 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gejala Infeksi Strain Begomovirus pada Genotipe Tanaman Tomat Hasil inokulasi tiga strain begomovirus terhadap genotipe tanaman tomat menunjukkan gejala yang beragam (Tabel

Lebih terperinci

Respons Lima Varietas Kacang Panjang terhadap Bean common mosaic virus

Respons Lima Varietas Kacang Panjang terhadap Bean common mosaic virus ISSN: 0215-7950 Volume 10, Nomor 4, Agustus 2014 Halaman 112 118 DOI: 10.14692/jfi.10.4.112 Respons Lima Varietas Kacang Panjang terhadap Bean common mosaic virus Response of Five Varieties of Yard Long

Lebih terperinci

Deteksi Molekuler Cucumber Mosaic Virus (Cmv) pada Tanaman Gamal (Gliricidia Sepium) Sebagai Barier pada Pertanaman Cabai

Deteksi Molekuler Cucumber Mosaic Virus (Cmv) pada Tanaman Gamal (Gliricidia Sepium) Sebagai Barier pada Pertanaman Cabai Deteksi Molekuler Cucumber Mosaic Virus (Cmv) pada Tanaman Gamal (Gliricidia Sepium) Sebagai Barier pada Pertanaman Cabai IDA BAGUS GDE PRANATAYANA I GEDE RAI MAYA TEMAJA*) KETUT AYU YULIADHI 1 I DEWA

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BEBERAPA CARA PENULARAN VIRUS MOSAIK PADA TANAMAN CABAI

EFEKTIVITAS BEBERAPA CARA PENULARAN VIRUS MOSAIK PADA TANAMAN CABAI Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 2, Oktober 2014 ISSN : 1412 6885 EFEKTIVITAS BEBERAPA CARA PENULARAN VIRUS MOSAIK PADA TANAMAN CABAI Sopialena 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman Samarinda,

Lebih terperinci

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kombinasi Agens Biokontrol terhadap Kejadian Penyakit Layu Bakteri

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kombinasi Agens Biokontrol terhadap Kejadian Penyakit Layu Bakteri HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kombinasi Agens Biokontrol terhadap Kejadian Penyakit Layu Bakteri Kejadian penyakit adalah angka yang menunjukkan jumlah tanaman sakit dibandingkan dengan jumlah tanaman

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI)

KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) HUBUNGAN ANTARA POPULASI AFID VEKTOR DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CMV PADA TEMBAKAU H382 YANG DIINTRODUKSI BAKTERI Pseudomonas aeruginosa, CACING MERAH (Lumbricus rubellus) DAN VIRUS CMV-48 KARYA ILMIAH TERTULIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang. termasuk dalam family Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan),

BAB I PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang. termasuk dalam family Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatan pendapatan petani dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama

Lebih terperinci

H099 MEKANISME INFEKSI VIRUS KUNING CABAI (PEPPER YELLOW LEAF CURL VIRUS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES FISIOLOGI TANAMAN CABAI

H099 MEKANISME INFEKSI VIRUS KUNING CABAI (PEPPER YELLOW LEAF CURL VIRUS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES FISIOLOGI TANAMAN CABAI H099 MEKANISME INFEKSI VIRUS KUNING CABAI (PEPPER YELLOW LEAF CURL VIRUS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES FISIOLOGI TANAMAN CABAI Nur Aeni Ariyanti, M.P. 1) 1) Staff Pengajar di Jurusan Pendidikan Biologi,

Lebih terperinci

IV RESPON TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP CUCUMBER MOSAIC VIRUS DAN CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS

IV RESPON TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP CUCUMBER MOSAIC VIRUS DAN CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS IV RESPON TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP CUCUMBER MOSAIC VIRUS DAN CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS Abstrali Percobaan untuk mengetahui respon 6 tetua dan 15 hibridanya terhadap infeksi Chfl dan

Lebih terperinci

BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU

BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU Annisrien Nadiah, SP POPT Ahli Pertama annisriennadiah@gmail.com Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Setiap tahun, produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budi Daya dan Sifat Tanaman Mentimun

TINJAUAN PUSTAKA Budi Daya dan Sifat Tanaman Mentimun 4 TINJAUAN PUSTAKA Budi Daya dan Sifat Tanaman Mentimun Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) termasuk satu keluarga (famili) dengan melon (C. melo L.), waluh (C. mochata Duch), semangka (Citrulus vulgaris

Lebih terperinci

Penggunaan ELISA untuk Mendeteksi Cucumber Mosaic Virus dan Tobacco Mosaic Virus pada Tanaman Cabai

Penggunaan ELISA untuk Mendeteksi Cucumber Mosaic Virus dan Tobacco Mosaic Virus pada Tanaman Cabai Penggunaan ELISA untuk Mendeteksi Cucumber Mosaic Virus dan Tobacco Mosaic Virus pada Tanaman Cabai (The Use of ELISA Technique in Detecting Cucumber Mosaic Virus and Tobacco Mosaic Virus on Pepper) MUHAMMAD

Lebih terperinci

KETAHANAN LIMA VARIETAS TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) TERHADAP INFEKSI TMV (TOBACCO MOSAIC VIRUS) PADA UMUR TANAMAN YANG BERBEDA

KETAHANAN LIMA VARIETAS TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) TERHADAP INFEKSI TMV (TOBACCO MOSAIC VIRUS) PADA UMUR TANAMAN YANG BERBEDA Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April 2013 66 KETAHANAN LIMA VARIETAS TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) TERHADAP INFEKSI TMV (TOBACCO MOSAIC VIRUS) PADA UMUR TANAMAN YANG BERBEDA Dian Eka Kusumawati

Lebih terperinci

TESIS. DETEKSI SIMULTAN CMV DAN ChiVMV PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN CABAI RAWIT (CAPSICUM FRUTESCENS L.) DENGAN DUPLEX RT-PCR

TESIS. DETEKSI SIMULTAN CMV DAN ChiVMV PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN CABAI RAWIT (CAPSICUM FRUTESCENS L.) DENGAN DUPLEX RT-PCR TESIS DETEKSI SIMULTAN CMV DAN ChiVMV PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN CABAI RAWIT (CAPSICUM FRUTESCENS L.) DENGAN DUPLEX RT-PCR diawasi dandidukung dengan I GEDE AGUS ADI CHANDRA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI. EFEKTIVITAS PERLAKUAN DRY HEAT DAN UMUR BIBIT TERHADAP HASIL TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens)

LAPORAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI. EFEKTIVITAS PERLAKUAN DRY HEAT DAN UMUR BIBIT TERHADAP HASIL TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens) Bidang Unggulan : Ketahanan Pangan Kode/Nama Bidang Ilmu: 154 LAPORAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun EFEKTIVITAS PERLAKUAN DRY HEAT DAN UMUR BIBIT TERHADAP HASIL TANAMAN CABAI

Lebih terperinci

EFISIENSI PENULARAN VIRUS MOSAIK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin. Benth) MELALUI SERANGGA Myzus persicae

EFISIENSI PENULARAN VIRUS MOSAIK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin. Benth) MELALUI SERANGGA Myzus persicae EFISIENSI PENULARAN VIRUS MOSAIK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin. Benth) MELALUI SERANGGA Myzus persicae NINING TRIANI THAMRIN Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) EFFECT OF DENSITY AND PLANTING DEPTH ON THE GROWTH AND RESULTS GREEN BEAN (Vigna radiata L.) Arif Sutono

Lebih terperinci

INSIDENSI PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI (Capsicum anuum) DI DESA KAKASKASEN II KECAMATAN TOMOHON UTARA KOTA TOMOHON Oleh:

INSIDENSI PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI (Capsicum anuum) DI DESA KAKASKASEN II KECAMATAN TOMOHON UTARA KOTA TOMOHON Oleh: INSIDENSI PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI (Capsicum anuum) DI DESA KAKASKASEN II KECAMATAN TOMOHON UTARA KOTA TOMOHON Oleh: Liho Adrian Vivaldy 1, Ratulangi Max M 2, Manengkey Guntur S J 2 1). Mahasiswa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Survei dan Identifikasi Virus yang Menginfeksi Mentimun Pengambilan Sampel

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Survei dan Identifikasi Virus yang Menginfeksi Mentimun Pengambilan Sampel 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan sejak Februari 2011 sampai Agustus 2011. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Institut Pertanian Bogor di Cikabayan, Dramaga dan Laboratorium

Lebih terperinci

UJI KISARAN INANG POTYVIRUS PENYEBAB MOSAIK NILAM (Pogostemon cablin (Blanco) Benth) ASAL SULAWESI TENGGARA

UJI KISARAN INANG POTYVIRUS PENYEBAB MOSAIK NILAM (Pogostemon cablin (Blanco) Benth) ASAL SULAWESI TENGGARA JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2014 Vol. 4 No. 3. Hal 194-201 ISSN: 2087-7706 UJI KISARAN INANG POTYVIRUS PENYEBAB MOSAIK NILAM (Pogostemon cablin (Blanco) Benth) ASAL SULAWESI TENGGARA Host Range Test of

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS SATELIT RNA YANG BERASOSIASI DENGAN CUCUMBER MOSAIC VIRUS (CARNA-5) UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN TOMAT

EFEKTIVITAS SATELIT RNA YANG BERASOSIASI DENGAN CUCUMBER MOSAIC VIRUS (CARNA-5) UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN TOMAT J. HPT Tropika. ISSN 1411-7525 Akin et al. Efektivitas Satelit RNA yang Berasosiasi dengan CMV 177 Vol. 12, No. 2: 177 184, September 2012 EFEKTIVITAS SATELIT RNA YANG BERASOSIASI DENGAN CUCUMBER MOSAIC

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT DOSIS PUPUK KCL TERHADAP INFEKSI TUMV (Turnip Mosaic Virus) PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.).

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT DOSIS PUPUK KCL TERHADAP INFEKSI TUMV (Turnip Mosaic Virus) PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.). Jurnal HPT Volume 2 Nomor 1 Pebruari 2014 ISSN : 2338-4336 PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT DOSIS PUPUK KCL TERHADAP INFEKSI TUMV (Turnip Mosaic Virus) PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.). Amanda Yayu Natasya,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala pada Larva S. litura

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala pada Larva S. litura HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala pada Larva S. litura Aplikasi Spodoptera litura NPV pada daun kedelai mempengaruhi perilaku makan larva S. litura tersebut. Aktivitas makan dan pergerakannya semakin menurun

Lebih terperinci

V. INDUKSI KETAHANAN SISTEMIK TANAMAN ANGGREK TERHADAP ODONTOGLOSSUM RINGSPOT VIRUS MENGGUNAKAN ASAM SALISILAT

V. INDUKSI KETAHANAN SISTEMIK TANAMAN ANGGREK TERHADAP ODONTOGLOSSUM RINGSPOT VIRUS MENGGUNAKAN ASAM SALISILAT 105 V. INDUKSI KETAHANAN SISTEMIK TANAMAN ANGGREK TERHADAP ODONTOGLOSSUM RINGSPOT VIRUS MENGGUNAKAN ASAM SALISILAT ABSTRAK IRWAN LAKANI. Induksi Ketahanan Sistemik Tanaman Anggrek terhadap Odontoglossum

Lebih terperinci

DETEKSI SIMULTAN CMV DAN CHIVMV PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN CABAI DENGAN DUPLEX RT-PCR. Udayana. Jl. PB. Sudirman Denpasar Bali Indonesia

DETEKSI SIMULTAN CMV DAN CHIVMV PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN CABAI DENGAN DUPLEX RT-PCR. Udayana. Jl. PB. Sudirman Denpasar Bali Indonesia DETEKSI SIMULTAN CMV DAN CHIVMV PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN CABAI DENGAN DUPLEX RT-PCR I Gede Agus Adi Chandra 1, I Dewa Nyoman Nyana 2*, I G N Alit Susanta Wirya 2, Gede Suastika 3 1 Program

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fitoplasma pada Tanaman Sumber Inokulum Sumber inokulum yang digunakan dalam uji penularan adalah tanaman kacang tanah yang menunjukkan gejala penyakit sapu yang berasal dari

Lebih terperinci

KETAHANAN EMPAT VARIETAS TOMAT (Lycopersicum esculentum MILL.) TERHADAP INFEKSI Tobacco Mosaic Virus (TMV)

KETAHANAN EMPAT VARIETAS TOMAT (Lycopersicum esculentum MILL.) TERHADAP INFEKSI Tobacco Mosaic Virus (TMV) Jurnal HPT Volume 4 Nomor 3 September 2016 ISSN : 2338-4336 KETAHANAN EMPAT VARIETAS TOMAT (Lycopersicum esculentum MILL.) TERHADAP INFEKSI Tobacco Mosaic Virus () Nevi Linda Purnamasari, Tutung Hadiastono,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat banyak dibudidayakan, baik di Indonesia maupun di dunia. Ada berbagai jenis tanaman tomat yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai alternatif sumber protein yang relatif murah.kandungan

I. PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai alternatif sumber protein yang relatif murah.kandungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan anggota famili Leguminaceae yang sangat populer dan bernilai ekonomi tinggi.kandungan protein tinggi di dalamnya dapat dijadikan sebagai alternatif

Lebih terperinci

SELEKSI INDEKS KEARAH DAYA HASIL DAN KETAHANAN TERHADAP VIRUS PADA GENOTIPE CABAI MERAH INTRODUKSI

SELEKSI INDEKS KEARAH DAYA HASIL DAN KETAHANAN TERHADAP VIRUS PADA GENOTIPE CABAI MERAH INTRODUKSI Seleksi Ketahanan Cabai SELEKSI INDEKS KEARAH DAYA HASIL DAN KETAHANAN TERHADAP VIRUS PADA GENOTIPE CABAI MERAH INTRODUKSI (Index Selection Towards High Yielding and Virus Resistance on Introduced Hot

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang

Lebih terperinci

Produksi Benih Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Bebas TMV(Tobacco mosaic virus) Melalui Dry Heat Treatment

Produksi Benih Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Bebas TMV(Tobacco mosaic virus) Melalui Dry Heat Treatment AGROTROP, 2 (1): 77-84 (2012) ISSN: 2088-155X C Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia Produksi Benih Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Bebas TMV(Tobacco mosaic virus) Melalui

Lebih terperinci

MEKANISME INFEKSI VIRUS KUNING CABAI (PEPPER YELLOW LEAF CURL VIRUS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES FISIOLOGI TANAMAN CABAI

MEKANISME INFEKSI VIRUS KUNING CABAI (PEPPER YELLOW LEAF CURL VIRUS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES FISIOLOGI TANAMAN CABAI M109 MEKANISME INFEKSI VIRUS KUNING CABAI (PEPPER YELLOW LEAF CURL VIRUS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES FISIOLOGI TANAMAN CABAI Nur Aeni Ariyanti Staff Pengajar di Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang

Lebih terperinci

DETEKSI POTYVIRUS PADA NILAM (Pogostemon Cablin (BLANCO) BENTH) DENGAN TEKNIK ELISA DI SULAWESI TENGGARA

DETEKSI POTYVIRUS PADA NILAM (Pogostemon Cablin (BLANCO) BENTH) DENGAN TEKNIK ELISA DI SULAWESI TENGGARA JURNAL AGROTEKNOS Maret 2014 Vol. 4 No. 1. Hal 53-57 ISSN: 2087-7706 DETEKSI POTYVIRUS PADA NILAM (Pogostemon Cablin (BLANCO) BENTH) DENGAN TEKNIK ELISA DI SULAWESI TENGGARA Detection of Potyvirus on Patchouli

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah suatu penambahan sel yang disertai perbesaran sel yang di ikut oleh bertambahnya ukuran dan berat tanaman. Pertumbuhan berkaitan dengan proses pertambahan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

RESPONS GALUR HARAPAN KEDELAI ADAPTIF LAHAN PASANG SURUT TERHADAP Soybean Mosaic Virus

RESPONS GALUR HARAPAN KEDELAI ADAPTIF LAHAN PASANG SURUT TERHADAP Soybean Mosaic Virus RESPONS GALUR HARAPAN KEDELAI ADAPTIF LAHAN PASANG SURUT TERHADAP Soybean Mosaic Virus Alfi Inayati dan Eriyanto Yusnawan Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan strategis ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Sejalan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum)

RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) JURNAL AGROTEKNOS Juli 2012 Vol.2. No.2. hal. 63-68 ISSN: 2087-7706 RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) Resistance Response of Tomato Varieties

Lebih terperinci

Koleksi, Pemurnian Dan Uji Hayati Isolat-Isolat Virus CMV Asal Sumatera Utara

Koleksi, Pemurnian Dan Uji Hayati Isolat-Isolat Virus CMV Asal Sumatera Utara Koleksi, Pemurnian Dan Uji Hayati Isolat-Isolat Virus CMV Asal Sumatera Utara Edy Batara Mulya Siregar Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Latar Belakang Virus Mosaik

Lebih terperinci

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK (Effect of Cloves (Syzygium aromaticum) Leaves Powder on The Growth and Yield of Organik Tomatoes (Solanum lycopersicum )) Evita

Lebih terperinci

Kisaran Inang Bean Common Mosaic Virus (Bcmv) Penyebab Penyakit Mosaik Pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

Kisaran Inang Bean Common Mosaic Virus (Bcmv) Penyebab Penyakit Mosaik Pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Kisaran Inang Bean Common Mosaic Virus (Bcmv) Penyebab Penyakit Mosaik Pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) A. A. GEDE PUTRA ADHITYA 1 I GEDE RAI MAYA TEMAJA 1 NI NENGAH DARMIATI 1 I DEWA NYOMAN

Lebih terperinci

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 4, No. 1, Januari 2015

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 4, No. 1, Januari 2015 Deteksi Cucumber Mosaic Virus (CMV) dan Chili Veinal Mottle Virus (ChiVMV) pada Gulma Commelina spp. di Pertanaman Cabai (Capsicum spp.) Melalui Teknik Uji Serologi dan Molekuler NI KADEK VENIARI 1 KETUT

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

TINGKAT KETAHANAN SEMBILAN KULTIVAR KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI BEAN COMMON MOSAIC VIRUS (BCMV) Oleh. Lina Setyastuti A

TINGKAT KETAHANAN SEMBILAN KULTIVAR KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI BEAN COMMON MOSAIC VIRUS (BCMV) Oleh. Lina Setyastuti A TINGKAT KETAHANAN SEMBILAN KULTIVAR KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI BEAN COMMON MOSAIC VIRUS (BCMV) Oleh Lina Setyastuti A44102061 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HARI PRIWIRATAMA A

HARI PRIWIRATAMA A PENGARUH EMPAT STRAIN BAKTERI PERAKARAN PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN WAKTU INOKULASI VIRUS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEPARAHAN PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN CABAI HARI PRIWIRATAMA A44102014 PROGRAM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci