HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Cendawan Endofit terhadap Gejala dan Titer ChiVMV pada Tanaman Cabai Tanaman cabai varietas TM88 yang terinfeksi ChiVMV menunjukkan gejala yang ringan yaitu hanya terdapat mosaik pada permukaan daun dan tidak merubah bentuk daun. Umumnya gejala muncul pada 10 hari setelah inokulasi (HSI) dan terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan tanaman. Gejala infeksi ChiVMV yang lebih parah dilaporkan oleh Siriwong et al. (1995), Wang et al. (2006), dan Asniwita et al. (2012) yaitu daun cabai menjadi kecil, belang hijau gelap, dan malformasi daun. Gejala infeksi virus dapat beragam mulai dari jenis gejala ringan sampai berat, diantaranya dipengaruhi oleh kultivar tanaman. Kultivar cabai yang tahan atau toleran, umumnya hanya menunjukan gejala mosaik atau belang yang ringan atau tidak bergejala, sedangkan kultivar yang rentan akan menunjukan gejala mosaik berat sampai terjadi malformasi daun (Sulyo dan Duriat 1996). Menurut Agrios (2005) keparahan gejala yang disebabkan oleh infeksi virus tergantung oleh beberapa hal diantaranya yaitu umur tanaman ketika terjadi infeksi virus, lingkungan yang mendukung terhadap perkembangan virus, virulensi dari virus yang menyerang tanaman tersebut, serta keberadaan serangga sebagai agen pembawa virus. Perlakuan cendawan endofit isolat H1, H5, dan H12 pada tanaman cabai sebelum inokulasi ChiVMV ternyata dapat menimbulkan keragaman respon tanaman terhadap infeksi ChiVMV. Respon tanaman yang muncul dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu tidak menunjukkan gejala, gejala ringan, dan gejala berat (Gambar 1). Tanaman yang tidak bergejala memiliki bentuk, warna dan memiliki ukuran daun yang sama dengan tanaman sehat. Tanaman cabai dengan gejala ringan memiliki bentuk daun normal, pada permukaan daun terdapat warna hijau yang tidak merata atau berwarna lebih tua tapi hanya sedikit muncul di permukaan daun. Tanaman cabai yang bergejala berat mengalami perubahan bentuk daun (malformasi), pertulangan daun menebal, terdapat bercakbercak hijau lebih tua dari pada warna aslinya, ukuran daun mengecil dan permukaan daun tidak rata atau bergelombang. A B C Gambar 1 Respon tanaman cabai varietas TM88 terhadap infeksi ChiVMV. (A) tidak menunjukkan gejala, (B) gejala ringan, (C) gejala berat.

2 8 3 Rata-rata masa inkubasi ChiVMV pada tanaman cabai yang diberi perlakuan cendawan endofit sebelum inokulasi virus adalah 4 hari. Masa inkubasi tersebut tergolong singkat dan tidak berbeda dengan masa inkubasi ChiVMV pada tanaman kontrol (tanpa perlakuan cendawan endofit). Terjadinya masa inkubasi yang singkat dapat disebabkan oleh faktor tingkat virulensi virus yang tinggi (Goodman et al. 1986). Opriana (2009) melaporkan, bahwa ChiVMV isolat Cikabayan dapat digolongkan sebagai isolat yang virulen. Beberapa varietas cabai telah dievaluasi sifat ketahanannya terhadap ChiVMV Cikabayan yaitu varietas Jatilaba, Helem, Keriting Bogor, Tit Super, Beauty Bell, Gelora, dan IPBC Tanjung dapat digolongkan varietas yang rentan, karena kejadian penyakitnya berkisar 68-10%. Untuk varietas VC246, PBC496, Keriting Sumatera dapat digolongkan sebagai varietas yang tahan, karena kejadian penyakitnya hanya berkisar 12-20% (Opriana 2009). Varietas cabai TM88 belum pernah diuji sifat ketahanannya terhadap ChiVMV, sehingga hasil penelitian ini memberikan informasi yang baru mengenai respon varietas TM88 terhadap ChiVMV. Berdasarkan pengukuran nilai absorbansi ELISA, terdapat perbedaan antara tanaman yang menunjukkan gejala ringan atau berat (Tabel 1). Nilai absorbansi ELISA tanaman tidak bergejala menunjukkan reaksi negatif, kecuali perlakuan cendawan endofit isolat H5. Nilai absorbansi ELISA tanaman yang bergejala ringan tidak jauh berbeda dengan tanaman yang bergejala berat, dan disimpulkan tanaman-tanaman tersebut positif terinfeksi ChiVMV. Bila dibandingkan, nilai absorbansi ELISA tanaman-tanaman yang diberi perlakuan cendawan endofit cenderung lebih rendah daripada tanaman-tanaman yang tidak diberi perlakuan cendawan endofit. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa perlakuan cendawan endofit dapat menekan perkembangan ChiVMV dalam jaringan tanaman, terutama cendawan endofit isolat H5. Kejanggalan terjadi untuk pengukuran nilai absorbansi ELISA dimana tanaman tidak bergejala tetapi memberikan reaksi positif ELISA. Hal tersebut diduga disebabkan kondisi lingkungan seperti suhu dan cahaya yang tidak sesuai membuat suatu gejala menjadi tidak muncul atau gejala terselubung (masking symptom) (Semangun 1991). Lebih lanjut Zitter (1984) menjelaskan bahwa gejala masking muncul disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi. Menurut Agrios (2005) gejala masking muncul disebabkan oleh kondisi suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kejadian penyakit akibat infeksi ChiVMV bervariasi pada setiap perlakuan cendawan endofit. Penghitungan kejadian penyakit ChiVMV dilakukan dengan dua cara yaitu berdasarkan gejala yang muncul dan pengukuran hasil ELISA. Berdasarkan gejala yang muncul, kejadian penyakit tertinggi (97%) tercatat pada perlakuan tanpa cendawan endofit, dilanjutkan perlakuan cendawan endofit isolat H12 (96%) dan sendawan endofit isolat H1 dan H5 (86%). Berdasarkan hasil ELISA, nilai kejadian penyakit tertinggi tercatat pada perlakuan tanpa cendawan endofit dan cendawan endofit isolat H12 (86%), dilanjutkan perlakuan cendawan endofit isolat H1 dan H5 (78%). Nilai kejadian penyakit berdasarkan gejala cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan hasil ELISA (Tabel 2). Hal tersebut terjadi karena setiap tanaman yang menghasilkan gejala tidak selalu mengandung titer virus ChiVMV dalam jumlah yang tinggi, tetapi memunculkan ekpresi gejala yang parah. Oleh karena itu pengujian secara serologi perlu dilakukan dan sangat dianjurkan agar kepastian adanya infeksi virus (ChiVMV) benar-benar akurat dan pasti.

3 Taufik (2005) melaporkan infeksi ganda antara ChiVMV dan CMV pada tanaman cabai di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat. Menurut Subekti (2005) infeksi ganda antara ChiVMV dan CMV akan menyebabkan konsentrasi ChiVMV didalam tanaman cenderung lebih tinggi, dari pada infeksi ChiVMV secara tunggal. Berdasarkan pengukuran kejadian penyakit dapat disimpulkan bahwa jumlah tanaman bergejala lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah tanaman terinfeksi (Tabel 2). Hal tersebut dapat terjadi karena gejala mosaik yang dihasilkan oleh virus tidak hanya disebabkan oleh ChiVMV saja tetapi ada beberapa virus lain yang menyebabkan munculnya gejala mosaik pada tanaman uji. Beberapa virus penyebab mosaik diantaranya CMV dan TMV (Habazar dan Hidrayani 2005), selain itu ada beberapa anggota potyvirus penyebab gejala mosaik pada cabai diantaranya yaitu PVY, Tobacco etch virus (TEV), Pepper mottle virus (PMV), Pepper veinal mottle virus (PvMV) (Narayanasamy 2011). Bastian (2008) melaporkan ChiVMV sering ditemukan bersama dengan CMV dalam menginfeksi cabai dari pada keberadaan virus lain. Perlakuan cendawan endofit tidak berpengaruh terhadap perkembangan penyakit ChiVMV, dikarenakan cendawan endofit tidak dapat menekan perkembangan serangan ChiVMV. Perlakuan tanpa cendawan endofit dan perlaku 93 Tabel 1 Rata-rata nilai absorbansi hasil ELISA pada tanaman cabai dengan perlakuan cendawan endofit berdasarkan jenis gejala infeksi ChiVMV Perlakuan Cendawan Endofit Jenis Gejala Tidak Bergejala Gejala Ringan Gejala Berat H H H Tanpa cendawan endofit Nilai absorbansi ELISA menunjukan reaksi positif terhadap antiserum ChiVMV Nilai absorbansi kontrol negatif = Tabel 2 Kejadian penyakit belang pada tanaman cabai dengan perlakuan cendawan endofit Perlakuan Kejadian Penyakit ᵃ (%) Jumlah Tanaman Terinfeksi ChiVMV ᵇ (%) H H H Tanpa cendawan endofit a) Kejadian penyakit ditentukan berdasarkan gejala muncul. b) Jumlah tanaman terinfeksi ditentukan berdasarkan hasil ELISA.

4 10 3 an dengan cendawan endofit menghasilkan nilai persentase kejadian penyakit yang sangat besar (Tabel 2). Pengaruh Perlakuan Cendawan Endofit terhadap Tinggi dan Pertumbuhan Akar Tanaman Cabai. Respon pertumbuhan tinggi tanaman cabai varietas TM88 untuk setiap perlakuan berbeda-beda baik yang menggunakan perlakuan cendawan endofit yaitu H1, H5, dan H12 maupun yang tidak menggunakan perlakuan cendawan endofit. Perlakuan cendawan endofit sebelum inokulasi ChiVMV menyebabkan perbedaan pada pertumbuhan tinggi tanaman yaitu pada perlakuan cendawan endofit isolat H5, terutama pada awal pertumbuhan tanaman (Tabel 3). Tanaman yang diinokulasi cendawan endofit isolat H5 tumbuh lebih cepat dibandingkan tanaman yang diinokulasi cendawan endofit isolat H1, H12 atau tanpa perlakuan cendawan endofit. Perlakuan cendawan endofit isolat H5 memberikan pengaruh pada peningkatan tinggi tanaman yaitu dari umur tanaman 1 MST hingga umur tanaman 4 MST, tetapi mulai 5 MST pengaruhnya cenderung berkurang. Perlakuan cendawan endofit isolat H1 dan H12 tidak memberikan pengaruh pada peningkatan tinggi tanaman. Berdasarkan pengukuran tinggi tanaman dapat disimpulkan bahwa diantara tiga isolat cendawan endofit yang diuji hanya isolat H5 yang memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap perkembangan tinggi tanaman. Setelah dilakukan pengujian dengan statistika disimpulkan bahwa perlakuan cendawan endofit berbeda nyata dengan ketiga perlakuan yang lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan cendawan endofit H5 dapat mempercepat pertumbuhan tinggi tanaman. Peran cendawan endofit bagi pertumbuhan tinggi tanaman sangat penting dan telah banyak para peneliti yang melaporkan bahwa perlakuan cendawan endofit dapat menginduksi pertumbuhan tinggi tanaman. Rik Tabel 3 Perkembangan tinggi tanaman cabai terinfeksi ChiVMV pada perlakuan cendawan endofit Perlakuan 1MST 2MST 3MST 4MST 5MST 6MST H ±1.09b 7.23±1.14b 11.46±1.52b 17.89±2.75b 25.99±4.30b 34.12±4.68c H1 5.17±1.26b 7.53±1.35b 12.06±1.73b 18.26±2.82b 25.63±4.32b 34.38±5.42bc H5 8.32±1.15a 12.07±1.57a 18.21±2.85a 25.39±4.63a 33.19±7.15a 38.70±9.41a Tanpa cendawan endofit 4.61±0.95b 7.17±1.11b 12.42±1.40b 20.13±2.41b 30.09±4.83a 38.03±6.28ab ᵃAngka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%

5 mawati (2011) melaporkan Tricoderma sp. IIb1 dan Phoma sp. Ia3 dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman tetapi tidak memberi perbedaan nyata terhadap diameter batang dan jumlah daun. Menurut Khairy (2012) cendawan endofit Nigrospora, Penicillium, dan Acremonium dapat memacu pertumbuhan bibit padi yaitu dengan memacu pertumbuhan bibit, akar bibit dan daya perkecambahan, tetapi perlakuan cendawan endofit tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman dan pengendalian terhadap serangan hama padi di lapang. Walaupun demikian tidak semua cendawan endofit dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman dan juga tidak semua cendawan endofit yang memiliki spesies yang sama dapat menekan perkembangan penyakit pada penyakit yang berbeda, dan sifat cendawan endofit ini lebih spesifik. Perlakuan cendawan endofit sebelum inokulasi ChiVMV tidak menyebabkan perbedaan terhadap pertumbuhan akar tanaman cabai. Perlakuan tanpa cendawan endofit cenderung menyebabkan pertumbuhan akar yang lebih baik dibandingkan tanaman dengan perlakuan cendawan endofit (Gambar 2). Tanaman yang diberi perlakuan tanpa cendawan endofit memiliki pertumbuhan rambut-rambut akar yang sangat banyak dan melebar. Sementara tanaman yang diberi perlakuan cendawan endofit (H1, H5, dan H12) memiliki perkembangan akar yang sangat buruk, ditandai dengan hanya memilki sedikit rambut-rambut akar dan ukurannya sangat pendek. Cendawan endofit yang diberikan ke tanaman uji tampaknya tidak memberi pengaruh sebagai penginduksi pertumbuhan akar A B C D Gambar 2 Pertumbuhan akar tanaman cabai terinfeksi ChiVMV dengan perlakuan cendawan endofit. Tanpa perlakuan cendawan endofit (A), cendawan endofit H1 (B), cendawan endofit H5 (C), cendawan endofit H12 (D).

6 12 3 Hasil pengukuran volume akar menunjukkan tidak ada perbedaan antara perlakuan tanpa cendawan endofit dengan perlakuan cendawan endofit (Gambar 3). Volume akar pada tanaman tanpa perlakuan cendawan endofit mencapai nilai tertinggi (2,80 ml), sedangkan volume akar terkecil (1,89 ml) terdapat pada perlakuan cendawan endofit isolat H12. Tanaman dengan perlakuan cendawan endofit isolat H1 dan H5 masing-masing memiliki besar volume akar yaitu 2,64 ml dan 2,09 ml. Setelah dilakukan pengujian secara statistika didapatkan hasil bahwa perlakuan cendawan endofit tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa cendawan endofit. Sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan ketiga cendawan endofit yaitu H1, H5, dan H12 tidak dapat merangsang perkembangan akar tanaman cabai varietas TM88. Menurut Istikorini (2008) terdapat beberapa cendawan endofit yang dapat menginduksi perkembangan akar, tinggi tanaman, bobot kering, bobot basah brangkasan, dan menekan kejadian penyakit antraknosa yaitu Acremonium sp RJ3, F. solani CJ1 dan F. oxysporum CB5. Dampak dari penggunaan cendawan endofit tersebut muncul 24 hari setelah inokulasi. Pertumbuhan akar menjadi lebih baik disebabkan oleh keberadaan cendawan endofit yang dapat menyebabkan jumlah rambut akar, percabangan rambut akar dan akar lateral meningkat. Akar lateral dapat memperluas daerah penyerapan unsur hara oleh tanaman sehingga kebutuhan nutrisi lebih cepat, sehingga menyebabkan pertumbuhan akar meningkat (Vasudevan et al. 2002). Gambar 3 Volume akar tanaman cabai terinfeksi ChiVMV dengan perlakuan cendawan endofit

7 Keefektifan pengendalian hayati sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pengaruh inang tanaman, faktor abiotik, mikro-iklim, sifat fisik dan kimia permukaan tanaman, lingkungan, dan populasi mikroba. Inang tanaman sangat berpengaruh terhadap keefektifan agens antagonis dalam menekan perkembangan patogen, disebabkan oleh kondisi inang tanaman tertentu yang dapat menyediakan relung lingkungan yang sesuai dan nutrisi yang dibutuhkan oleh agens antagonis yang berasal dari eksudat akar, biji, bunga dan daun tanaman inang, sehingga jika kondisi tersebut terpenuhi maka agens antagonis dapat berkembangbiak dan menekan patogen. Faktor abiotik juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan agens antagonis yaitu faktor suhu, tekanan udara dan kondisi lapang, jika kondisi tersebut sesuai dengan kebutuhan agens antagonis maka perkembangan agens antagonis akan lebih pesat sehingga patogen dapat ditekan perkembangannya. Sifat fisik dan kimia permukaan tanaman juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan agens antagonis yaitu elemen makro dan mikro, gula, gula alkohol, senyawa pektat, asam amino, dan asam organik, jika sifat fisik dan kimia sesuai dengan kondisi agens antagonis maka hal tersebut dapat mempercepat perkembangan agens antagonis dan proses pengendalian pathogen pun dapat terjadi dengan efektif. Populasi mikroba asli juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan agens antagonis, karena pada permukaan tanaman inang mikroba yang hidup sangat banyak dan persaingan untuk berkembang biak dan hidup sangat ketat, jika agens antagonis tidak dapat bertahan hidup maka proses penekanan patogen tidak akan efektif dan patogen akan terus berkembang biak. Semua kondisi tersebut harus terpenuhi agar perkembangbiakan agens antagonis dapat terjadi dengan cepat dan pesat dan tentu saja agens antagonis harus hidup, sehingga dapat dengan mudah menekan perkembangan patogen pembawa penyakit (Soesanto 2008). Penyakit belang yang disebabkan oleh ChiVMV pada tanaman cabai di Indonesia telah dilaporkan oleh Taufik (2005) yaitu di daerah Pasirwaru Jawa Barat, Bulakparen dan Kresek Jawa Tengah, Gowa, Baraka, Sudu dan Kalosi Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil deteksi sampel cabai yang dikumpulkan terjadi penyebaran ChiVMV yang semakin luas yaitu di Cikabayan Jawa Barat, Keradenan Jawa Tengah, Belung Jawa Timur, Panggong Kalimantan Tengah, Tanah Datar Sumatera Barat dan Aceh Tengah (Opriana 2009). Banyak faktor yang menyebabkan cepat meluasnya penyebaran ChiVMV, diantaranya pola budidaya tanaman yang dilakukan di lapang. Petani cenderung menggunakan satu macam kultivar secara terus-menerus bahkan dalam areal yang cukup luas (Taufik 2005). Infeksi ChiVMV lebih banyak ditemukan pada lahan yang menggunakan pola budidaya monokultur dan tumpang sari, baik pada daerah dataran rendah maupun daerah dataran tinggi. Di Indonesia rata-rata pola penanaman cabai dengan cara monokultur walaupun ada juga yang tumpang sari. Pola tanam dengan cara monokultur sangat rawan terserang penyakit (Goodman 1986). Selain faktor diatas penyebaran ChiVMV yang semakin cepat ini disebabkan oleh faktor penting yaitu serangga vektor. Serangga vektor merupakan agen penular virus ChiVMV yang sangat potensial dan cepat, karena serangga ini memiliki kemampuan untuk berpindah tempat dengan sayapnya, walaupun tidak dengan cepat. Serangga yang biasa menjadi vektor adalah dari kelompok kutu daun (Aphididae: Homoptera). Beberapa kutu daun yang dilaporkan dapat 13

8 menularkan ChiVMV secara non persisten adalah Aphis craccivora, A. gossypii, A. spiraecola, Myzus persicae, Toxoptera citricidus, Hystreroneura setariae dan R. maydis (Pracaya 2003). Dengan demikian kutu daun memegang perananan penting dalam penyebaran ChiVMV. Adapun cara pengendalian yang lain yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan mulsa, hal ini dapat dilakukan karena pada kondisi udara yang tenang biasanya kutu daun suka dengan kondisi pertanaman yang berwarna hijau. Akan tetapi setiap kutu daun memiliki prevalensi warna yang berbeda-beda tergantung dari spesiesnya. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, hampir semua kutu daun menghindari pantulan cahaya perak. Karena sifat dari kutu daun yang tidak menyukai warna perak maka mulsa plastik yang berwarna perak dapat digunakan untuk mengendalikan kutu daun sebagai vektor ChiVMV. Selain dengan mulsa dapat menggunakan tanaman yang lebih tinggi untuk menghalangi datangnya kutu daun yang memiliki sifat penularan non persisten. Pengendalian yang paling penting yaitu mengusahakan agar kutu daun dengan tanaman cabai tidak terjadi kontak secara langsung, sehingga virus pun tidak dapat menular dan menyerang tanaman cabai (Blackman dan Eastop 2000).

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai yang dibudidayakan di Indonesia dikelompokkan menjadi dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Cabai besar dicirikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor Kutudaun Aphis craccivora yang dipelihara dan diidentifikasi berasal dari pertanaman kacang panjang, sedangkan A. gossypii berasal dari pertanaman cabai.

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN CENDAWAN ENDOFIT UNTUK MENEKAN INFEKSI CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.

KEEFEKTIFAN CENDAWAN ENDOFIT UNTUK MENEKAN INFEKSI CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L. 2 KEEFEKTIFAN CENDAWAN ENDOFIT UNTUK MENEKAN INFEKSI CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) ARIF MARWANTO DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Masalah yang sering dihadapi dan cukup meresahkan petani adalah adanya serangan hama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Inokulasi Virus Tungro pada Varietas Hibrida dan Beberapa Galur Padi di Rumah Kaca Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 2 menunjukkan variasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun Bogor dikenal sebagai salah satu daerah sentra pertanian khususnya tanaman hortikultura seperti buah-buahan, cabai, tomat, kacang panjang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tumbuhan terhadap Waktu Inkubasi, Kejadian Penyakit, Keparahan, dan NAE Waktu inkubasi. Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh beragam waktu

Lebih terperinci

III. VIRULENSI BEBERAPA ISOLAT Chilli Veinal mottle Potyvirus PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) Abstrak

III. VIRULENSI BEBERAPA ISOLAT Chilli Veinal mottle Potyvirus PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) Abstrak III. VIRULENSI BEBERAPA ISOLAT Chilli Veinal mottle Potyvirus PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) Abstrak Infeksi Chilli veinal mottle potyvirus (ChiVMV) di daerah sentra tanaman cabai di Indonesia dilaporkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Cikabayan dan Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae.

BAB I PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae. Golongan kacang panjang ini merupakan tanaman perdu semusim yang memiliki banyak manfaat bagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat

Lebih terperinci

Infeksi Cucumber mosaic virus dan Chilli veinal mottle virus pada Cabai di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu

Infeksi Cucumber mosaic virus dan Chilli veinal mottle virus pada Cabai di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu ISSN: 0215-7950 Volume 8, Nomor 4, Agustus 2012 Halaman 110-115 Infeksi Cucumber mosaic virus dan Chilli veinal mottle virus pada Cabai di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu Infection of Cucumber mosaic

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Penanaman Tanaman Uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Penanaman Tanaman Uji 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Tanaman Phalaenopsis pada setiap botol tidak digunakan seluruhnya, hanya 3-7 tanaman (disesuaikan dengan keadaan tanaman). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fitoplasma pada Tanaman Sumber Inokulum Sumber inokulum yang digunakan dalam uji penularan adalah tanaman kacang tanah yang menunjukkan gejala penyakit sapu yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pengembangan dan pemasaran yang cukup baik karena banyak dimanfaatkan oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kombinasi Agens Biokontrol terhadap Kejadian Penyakit Layu Bakteri

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kombinasi Agens Biokontrol terhadap Kejadian Penyakit Layu Bakteri HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kombinasi Agens Biokontrol terhadap Kejadian Penyakit Layu Bakteri Kejadian penyakit adalah angka yang menunjukkan jumlah tanaman sakit dibandingkan dengan jumlah tanaman

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM

VII. PEMBAHASAN UMUM VII. PEMBAHASAN UMUM Tanaman cabai (Capsicum annuum) merupakan salah satu komoditas andalan hortikultura di Indonesia. Tanaman tersebut ditanam di seluruh provinsi di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan

I. PENDAHULUAN. sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan pangan, pakan ternak, maupun bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

PREVALENSI VIRUS PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) DI KABUPATEN BOGOR, CIANJUR DAN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT

PREVALENSI VIRUS PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) DI KABUPATEN BOGOR, CIANJUR DAN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT i PREVALENSI VIRUS PENYEBAB PENYAKIT MOSAIK PADA CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) DI KABUPATEN BOGOR, CIANJUR DAN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT MARTIN BASTIAN DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Ditinjau dari aspek pertanaman maupun nilai produksi, cabai (Capsicum annuum L. ) merupakan salah satu komoditas hortikultura andalan di Indonesia. Tanaman cabai mempunyai luas

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai rawit ( Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu dari beberapa tanaman holtikultura yang potensial untuk dikembangkan. Buah cabai rawit berubah warnanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi budidaya tanaman yang dilakukan perlu berorientasi pada pemanfaatan sumber daya alam yang efektif penggunaannya, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang terus meningkat. Segala upaya untuk meningkatkan produksi selalu

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang terus meningkat. Segala upaya untuk meningkatkan produksi selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan tanaman yang memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia sebagai bahan utama pangan. Peningkatan produksi padi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai 77 PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi Begomovirus, penyebab penyakit daun keriting kuning, merupakan komponen utama yang diandalkan dalam upaya pengendalian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi (Oryza sativa L.) Pentingnya Padi sebagai Tanaman Pangan Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditi pangan yang mendapat prioritas utama dalam pembangunan pertanian karena menjadi

Lebih terperinci

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp. 4 Tinggi tanaman kumulatif dikonversi menjadi LADKT (luasan area di bawah kurva perkembangan tinggi tanaman) menggunakan rumus sama seperti perhitungan LADKP. KB dihitung dengan rumus (Sutopo 2002): Perhitungan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan diusahakan secara komersial baik dalam skala besar maupun skala kecil (Mukarlina et

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI. EFEKTIVITAS PERLAKUAN DRY HEAT DAN UMUR BIBIT TERHADAP HASIL TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens)

LAPORAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI. EFEKTIVITAS PERLAKUAN DRY HEAT DAN UMUR BIBIT TERHADAP HASIL TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens) Bidang Unggulan : Ketahanan Pangan Kode/Nama Bidang Ilmu: 154 LAPORAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun EFEKTIVITAS PERLAKUAN DRY HEAT DAN UMUR BIBIT TERHADAP HASIL TANAMAN CABAI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Tinggi Tanaman (cm ) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak tanam yang berbeda serta interaksi antara kedua perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian 11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap

Lebih terperinci

PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA

PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA Nurul Hidayah dan Supriyono *) PENDAHULUAN Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor pembatas dalam budi daya tanaman, termasuk tembakau virginia. Berbagai penyakit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

HASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C

HASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C HASIL Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro Pertumbuhan Koloni S. rolfsii dengan Inokulum Sklerotia Pada 5 HSI diameter koloni cendawan pada semua perlakuan seduhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan simbiosis yang saling menguntungkan antara akar tanaman dengan fungi tertentu. Melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan tanaman yang rentan terhadap hama seperti hama thrips

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan tanaman yang rentan terhadap hama seperti hama thrips Pengaruh Pemberian Mulsa Plastik Hitam Perak Dalam Produksi Tanaman Cabai (Capsicum sp) (Leni, Seminar Program Studi Hortikultura Semester V, Politeknik Negeri Lampung. 4 November 2012) I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga anggrek adalah salah satu jenis tanaman hias yang mampu memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, terus menghasilkan ragam varietas anggrek

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati SERANGGA HAMA Di lapang Di gudang Menyerang benih dengan kadar air masih tinggi Mampu menyerang benih berkadar air rendah Serangga hama di penyimpanan dibedakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi

I. PENDAHULUAN. kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi yang menjadi kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan tanaman semusim yang membentuk rumpun, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm (Rahayu, 1999). Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran yang tergolong tanaman tahunan berbentuk perdu.

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara komersial di negara-negara tropis. Tercatat berbagai spesies cabai yang

BAB I PENDAHULUAN. secara komersial di negara-negara tropis. Tercatat berbagai spesies cabai yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersial di negara-negara tropis. Tercatat berbagai spesies cabai yang telah didomestikasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pembiakan P. fluorescens pada Beberapa Formulasi Limbah Organik Populasi P. fluorescens pada beberapa limbah organik menunjukkan adanya peningkatan populasi. Pengaruh komposisi limbah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Mengacu pada program pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Mengacu pada program pemerintah akan 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kentang merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi. Sebagai sumber karbohidrat, kentang merupakan sumber bahan pangan yang dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya (Parwiro,

BAB I PENDAHULUAN. atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya (Parwiro, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati. Pestisida adalah zat khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang merupakan komoditas penunjang ketahanan pangan dan juga berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh negara beriklim tropik maupun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Perkembangan Koloni Bakteri Aktivator pada NA dengan Penambahan Asam Humat Pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa pada bagian tanaman tomat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Kedelai Tanaman kedelai dapat mengikat Nitrogen di atmosfer melalui aktivitas bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Virus Terbawa Benih Uji serologi menggunakan teknik deteksi I-ELISA terhadap delapan varietas benih kacang panjang yang telah berumur 4 MST menunjukkan bahwa tujuh varietas

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Hal tersebut menyebabkan permintaan bawang merah

Lebih terperinci

TINGKAT KETAHANAN SEMBILAN KULTIVAR KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI BEAN COMMON MOSAIC VIRUS (BCMV) Oleh. Lina Setyastuti A

TINGKAT KETAHANAN SEMBILAN KULTIVAR KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI BEAN COMMON MOSAIC VIRUS (BCMV) Oleh. Lina Setyastuti A TINGKAT KETAHANAN SEMBILAN KULTIVAR KACANG PANJANG TERHADAP INFEKSI BEAN COMMON MOSAIC VIRUS (BCMV) Oleh Lina Setyastuti A44102061 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit darah (blood disease) merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman pisang di Indonesia (Supriadi 2005). Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1920-an

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27 Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lahan Kecamatan Pangalengan berada pada ketinggian sekitar 1500 m di atas permukaan laut (dpl). Keadaan iklim di lokasi ini adalah sebagai berikut meliputi curah hujan rata-rata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI DENGAN TEKNIK RAMAH LINGKUNGAN

PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI DENGAN TEKNIK RAMAH LINGKUNGAN LAPORAN TAHUNAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN 2015 PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI DENGAN TEKNIK RAMAH LINGKUNGAN Tahun ke 2 dari rencana 3 tahun KETUA : Dr. Ir. I Dewa Nyoman Nyana, MSi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanah Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kacang tanah adalah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Keasaman (ph) tanah yang optimal untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri Endofit Asal Bogor, Cipanas, dan Lembang Bakteri endofit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tiga tempat yang berbeda dalam satu propinsi Jawa Barat. Bogor,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungi Mikoriza Arbuskular Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk kelangsungan hidupnya fungi berasosiasi dengan akar tanaman. Spora berkecambah dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 Maret 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus L. (Merr)) merupakan salah satu tanaman yang banyak

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus L. (Merr)) merupakan salah satu tanaman yang banyak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas (Ananas comosus L. (Merr)) merupakan salah satu tanaman yang banyak ditemukan di hampir semua daerah di Indonesia karena mudah dibudidayakan di lahan

Lebih terperinci

Gambar 1 Struktur manajemen dan kerjasama penghijauan tanaman sengon

Gambar 1 Struktur manajemen dan kerjasama penghijauan tanaman sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Organisasi dan Manajemen CV. Parama Mulya Abadi (PMA) merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang penghijuan berupa tanaman sengon. CV. PMA bermitra dan bekerjasama dengan kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun (Cucumis sativus Linn.) Mentimum adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 6, No. 3, Juli 2017

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 6, No. 3, Juli 2017 Pengaruh Infeksi Beberapa Jenis Virus Terhadap Penurunan Hasil Produksi Tanaman Tomat ( Solanum lycopersicum Mill.) Di Dusun Marga Tengah, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar IDA BAGUS GEDE

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI RAWIT DI TANAH GAMBUT

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI RAWIT DI TANAH GAMBUT PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI RAWIT DI TANAH GAMBUT EFFECT OF CHICKEN MANURE DOSE ON THE GROWTH AND YIELD OF HOT PEPPER ON PEAT SOILS Efendi Simanungkalit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996).

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996). 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Kingdom Divisio Class Ordo Famili Genus : Myceteae : Eumycophyta : Basidiomycetes : Aphyllophorales : Ganodermataceae : Ganoderma

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG Nerty Soverda, Rinaldy, Irmia Susanti Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Survei dan Identifikasi Virus yang Menginfeksi Mentimun Pengambilan Sampel

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Survei dan Identifikasi Virus yang Menginfeksi Mentimun Pengambilan Sampel 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan sejak Februari 2011 sampai Agustus 2011. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Institut Pertanian Bogor di Cikabayan, Dramaga dan Laboratorium

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu komoditas unggulan di beberapa daerah di Indonesia, meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok tetapi hampir selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang. termasuk dalam family Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan),

BAB I PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang. termasuk dalam family Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatan pendapatan petani dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar. Jagung

Lebih terperinci