BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Kebonan. Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Kebonan. Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Lokasi Penelitian Gambaran Umum Dusun Kebonan Secara geografis Dusun Kebonan yang ditunjukkan melalui lingkaran merah pada gambar 2, berada di Desa Tolokan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah yang terletak di kaki Gunung Merbabu dan Telomoyo. Wilayah Dusun Kebonan berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan curah hujan per hari 22 milimeter (mm), dengan suhu harian C. Dusun Kebonan juga memiliki luas wilayah kurang lebih 25 hektar (Ha). Tolokan Wates 4 Banaran Sidomukti Keterangan: 1. : Dusun Tolokan 2. : Dusun Dangklik 3. : Dusun Salaran 4. : Dusun Kebonan 5. : Dusun Kejalan 6. : Dusun Bagongan Gambar 2. Peta Batas Wilayah Dusun Kebonan, Desa Tolokan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Sumber: Pemerintah Kabupaten Semarang, Kecamatan Getasan, Desa/ Kelurahan Tolokan Tahun

2 33 Wilayah administrasi Dusun Kebonan diapit oleh dua pemerintahan yakni Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Batas wilayah Dusun Kebonan bagian Timur adalah Dusun Banaran dan Wates, bagian Selatan berbatasan dengan Sidomukti, bagian Barat berbatasan dengan Dusun Kejalan dan bagian Utara berbatasan dengan Dusun Tolokan Gambaran Demografi a. Penduduk Pada akhir tahun 2015 diketahui jumlah penduduk Dusun Kebonan mencapai 402 jiwa yang tersebar di dua RT (Rukun Tetangga) yakni RT 06 dan RT 07, dengan berbagai variasi usia, seperti yang disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 1. Jumlah Penduduk Dusun Kebonan Menurut Kelompok Umur Tahun 2015 Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Total 402 Sumber: Pemerintah Kabupaten Semarang, Kecamatan Getasan Desa/Kelurahan Tolokan Tahun Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa komposisi penduduk Dusun Kebonan terdiri dari berbagai variasi umur dan

3 rata-rata umur penduduk didominasi oleh penduduk masa anakanak (6-11 tahun) dan dewasa akhir (35-39 tahun) (Depkes RI, 2009). Hal ini di karenakan banyak penduduk telah menutup usia pada masa Manula (manusia lanjut usia) 65 tahun ke atas akibat berbagai macam penyakit degeneratif (keturunan) yang diderita, seperti penyakit hipertensi, jantung dan stroke Partisipan Partisipan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan yaitu warga asli lokal bertempat tinggal di Dusun Kebonan yang dibuktikan dengan identitas berupa KTP (Kartu Tanda Penduduk), berusia 25 tahun keatas, dengan pertimbangan dapat berkomunikasi dengan baik serta bersedia memberikan informasi sesuai tujuan penelitian, yang ditandai dengan kesediaan mengisi dan menandatangani informed consent untuk menjadi partisipan selama penelitian berlangsung. Bukti informed consent masing-masing partisipan dapat dilihat pada lampiran 2. Sesuai dengan kesepakatan dalam informed consent untuk menjaga kerahasiaan partisipan dan informasi, maka peneliti menyajikan identitas partisipan dalam tabel berikut ini: Tabel 2. Identitas Partisipan No Identitas Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3 (P1) (P2) (P3) 1 Inisial Tn. P Tn. B Ny. T 2 Usia Asal Dusun Kebonan Dusun Kebonan Dusun Kebonan 4 Pekerjaan Petani Petani Petani 34

4 Informan Selain mewawancarai P1, P2, dan P3, peneliti juga berusaha mendapatkan data yang akurat dari informan pertama dan ke dua yakni tenaga kesehatan yang juga bergerak di bagian kesehatan lingkungan dan Kadus Kebonan untuk melakukan cross check data yang sebelumnya telah didapatkan dari P1, P2 dan P3. Berikut adalah tabel identitas diri informan yang terlibat dalam penelitian ini: Tabel 3. Identitas Informan No Identitas Informan 1 Informan 2 Jadwal (In.1) (In.2) Wawancara 1 Inisial Tn. M Tn. S 4 Mei Status Kepala Dusun Kebonan Tenaga Kesehatan Puskesmas 5 Mei Analisis Data dan Temuan Penelitian Kategorisasi Data hasil wawancara dan observasi yang berbentuk transkrip selanjutnya dikategorisasi untuk mengidentifikasi ucapan-ucapan partisipan yang relevan dan tidak relevan bagi penelitian ini. Cara yang dilakukan peneliti adalah membuat coding pada setiap ucapan-ucapan partisipan yang relevan dengan fenomena yang sedang diteliti. Hasil identifikasi tersebut dapat dilihat pada lampiran 9.

5 Tema Hasil kategorisasi direduksi ke dalam tema-tema sebagai hasil temuan penelitian. Berikut adalah ringkasan temuan tema-tema dalam penelitian ini.

6 37 Tabel 4. Ringkasan Tema Informan Partisipan Coding Sub tema Tema P1, P2, P3 Pengetahuan tentang PHBS Variabel Modifikasi/Pengubah PEMBENTUKAN PERSEPSI P1 Sosialisasi PHBS (Modifying Variables) KESERIUSAN, In. 1, In. 2 P1,P2, P3 Keikutsertaan dalam sosialisasi PHBS Pendorong untuk bertindak (Cues to Action) KERENTANAN, KEUNTUNGAN DAN HAMBATAN WARGA In.1 P1, P2, P3 Keseriusan penyakit Persepsi Keseriusan Persepsi Ancaman MENGENAI PHBS (Seriousness) P2 Rentan terhadap bencana alam Persepsi Kerentanan P1, P3 Rentan terhadap penyakit (Susceptibility) P1, P3 Rentan kerugian materil P2 Terhindar dari penyakit Persepsi Keuntungan Evaluasi Perilaku P1, P3 Sehat dan bahagia (Benefits) P3 Terhindar dari kerugian materil In. 1, In.2 P1, P2 Pengaruh Negatif Lingkungan Sosial Persepsi P1, P2 Kebiasaan Merokok hambatan/rintangan In. 1, In.2 P2 Ketiadaan Fasilitas BAB (Barriers) P2 Keterbatasan Biaya P1, P2, P3 Peran Warga Peran Warga menciptakan lingkungan bersih dan sehat PERSEPSI DIBUTUHKANNYA PERAN SEMUA WARGA DALAM MENCIPTAKAN KEBERSIHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL P1. P2 Frekuensi Membersihkan Lingkungan Fisik Menjaga kebersihan lingkungan fisik In. 1, In. 2 P1, P2, P3 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Mengolah sampah rumah tangga (RT) In. 1, In. 2 P1, P2, P3 Penggunaan jamban Menggunakan Jamban In. 1, In. 2 P1, P2, P3 Perilaku Cuci Tangan Mencuci tangan P2 Perilaku Mandi Mandi PERSEPSI MENGENAI USAHA-USAHA YANG DAPAT DILAKUKAN WARGA SEBAGAI PERWUJUDAN PERILAKU SEHAT

7 38 P3 Mengganti celana dalam Menjaga kebersihan organ reproduksi wanita In. 1, In. 2 P1, P2, P3 Frekuensi Menguras Bak Mandi Menguras bak mandi In. 1, In. 2 P1, P2, Kebiasaan Merokok sejak kecil Merokok PERSEPSI MENGENAI P1, P2, Frekuensi Merokok KEBIASAAN MEROKOK YANG SULIT DIHILANGKAN

8 Deskripsi Tema Sebelum mendeskripsikan masing-masing tema, peneliti juga terlebih dahulu menyajikan kata-kata kunci yang telah berhasil dianalisis peneliti sesuai tujuan penelitian dan pernyataan ketiga partisipan agar lebih mudah dipahami, seperti berikut ini: 1. Pembentukan Persepsi Keseriusan, Kerentanan, Keuntungan dan Hambatan Warga Mengenai PHBS Kata Kunci Sub Tema Tema Ketakutan: Takut terkena penyakit paru, kuman penyakit yang menyebabkan sakit perut, rugi material terkena penyakit, memiliki pantangan makanan. Persepsi Ancaman: Persepsi Keseriusan (Seriousness) Kondisi lingkungan: selokan yang mampet menyebabkan jentik-jentik nyamuk, transportasi umum terpapar kuman penyakit. Kebiasaan:Tidak mencuci tangan dapat menyebabkan penyakit diare, menggunakan transportasi diare umum yang yang terkontaminasi kuman penyakit diare Kerugian: gagal memanen hasil kebun dan ladang, tidak mendapatkan penghasilan, mengeluarkan biaya yang banyak jika terkena penyakit gula, Mudah terkena bencana alam dan penyakit: banjir, tanah longsor, DB dan diare Dampak Positif: kesehatan tetap terjaga karena terhindar dari penyakit, tidak mudah terkana penyakit diare dan DB, rumah dan anggota keluarga menjadi sehat dan bahagia, hidup menjadi tenang, tidak mengeluarkan biaya yang mahal untuk kesehatan. Pengaruh lingkungan: ajakan teman semasa sekolah untuk mencoba merokok menyebabkan kecanduan dan terbawa hingga sekarang. Keterbatasan fasilitas BAB: tidak memiliki jamban, dan harus menumpang BAB pada jamban tetangga. Kekurangan materi: biaya belum cukup terkumpul. Persepsi Ancaman: Persepsi Kerentanan (Susceptibility) Evaluasi perilaku: Persepsi keuntungan (benefits) Evaluasi perilaku: Persepsi hambatan (barriers) Pembentukan persepsi keseriusan, kerentanan, keuntungan dan hambatan warga mengenai PHBS

9 40 Pemahaman: memahami perilaku hidup bersih penting untuk dilakukan seperti menjaga kebersihan lingkungan (drainase kurang lancar). Materi sosialisasi yang diterima: pengertian PHBS, bentuk PHBS (menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat), kesehatan organ kewanitaan Keaktifan sosialisasi PHBS: sering mengikuti sosialisasi terkait PHBS di rumah Kadus Variabel modifikasi: pengetahuan Variabel modifikasi: sosialisasi PHBS Pendorong tindakan: keikutsertaan sosialisasi PHBS Pembentukan persepsi keseriusan, kerentanan, keuntungan dan hambatan warga mengenai PHBS Gambar 3.Tema 1 Pembentukan persepsi Keseriusan, Kerentanan, Keuntungan dan Hambatan Warga Mengenai PHBS Sesuai gambar di atas, persepsi yang terbentuk mengenai PHBS terdiri dari persepsi terhadap ancaman dan evaluasi perilaku. Persepsi ancaman terdiri dari persepsi keseriusan (seriousness) dan kerentanan (susceptibility), sedangkan persepsi terhadap evaluasi perilaku meliputi persepsi keuntungan (benefits) dan hambatan atau rintangan (barries). Adanya persepsi-persepsi tersebut dipengaruhi oleh variabel modifikasi atau pengubah (modifying variabels) dan pendorong untuk bertindak (cues to action). Persepsi keseriusan merupakan persepsi individu terhadap tingkat keseriusan suatu penyakit yang juga dapat dilihat berdasarkan risiko-risiko yang ditimbulkan oleh suatu penyakit. Persepsi keseriusan ini ditemukan pada P1, P2 dan P3. Berikut kutipan pernyataan wawancaranya:

10 41 P1, Baris: Waduh banyak sekali dampak negatif terutama bagi kesehatan itu ya penyakit itu paru-paru. P2, Baris: Ya...itu kan yang menimbulkan bahaya juga tuh jamban itu, karena itu bisa menimbulkan kuman penyakit itu, seperti sakit perutlah apa itu. P3, Baris: kalau sudah sakit nanti yang ada bisa rugi, karena sudah tidak tenang makanpun tidak enak, penyakit juga mudah menyerang, penyakit tambah parah...nah misalnya penyakit apa itu, ya sakit gula kan itu...nanti juga kalau yang punya banyak penyakit itu kan, makanannya di larang semua. Pada kutipan pernyataan wawancara P1 mempersepsikan merokok merupakan perilaku yang akan mengganggu kesehatan, karena dapat menyebabkan penyakit paru, sedangkan P2 mempersepsikan jamban yang tidak bersih akan menimbulkan banyak kuman yang dapat menyebabkan sakit perut, sementara itu pada kutipan pernyataan wawancara P3, P3 mempersepsikan semakin banyak sakit penyakit yang diderita maka akan semakin banyak pantangan makanan, salah satu contoh penyakitnya adalah penyakit gula (Diabetes Mellitus). Adanya persepsi keseriusan yang dimiliki P1, P2, P3 juga ikut didukung oleh pernyataan In. 1, berikut kutipan pernyataan wawancaranya: In. 1, Baris: Kasarnya gini, kalo mereka sudah rasakan sakit dan alami penyakit, ya itu baru mereka bergerak, sama halnya dengan ketika mereka merasa butuh, misalnya butuh jamban baru mereka buat jamban. Selanjutnya, persepsi kerentanan merupakan persepsi yang memotivasi individu untuk melakukan tindakan preventif (pencegahan). Persepsi kerentanan dalam penelitian ini juga

11 42 ditemukan pada P1, P2 dan P3. P1 dan P3 mempersepsikan diri mereka rentan terhadap penyakit, serta kerugian materil seperti kutipan pernyataan wawancara ketiganya berikut ini: P1, Baris: , apalagi depan rumah saya kan got, biasanya kan ada sampah-sampah itu, ya saya angkat supaya nggak mampet, kan biasanya kalo mampet nanti ada jentik-jentik nyamuk, entar bisa DB lagi. Bahaya kan itu mba....kita pulang dari kebun nggak cuci tangan langsung aja makan. Pasti kita gampang terkena penyakit, yang jelas itu penyakit perut, ya diare itu maksudnya kan. P3, Baris: Misalnya, saya kan sering naik bis, kan kalau bisnya penuh kan saya selalu pegangan nah itu kan biasanya ada kumannya itu. Apalagi langsung makan, wah kita bisa sakit perut itu. P1, Baris: , Rugi dari segi ekonomi...aturan di target segini selesai, jadi nggak selesai itu otomatis kalau pas nanti yang sehat sudah panen kita yang sakit-sakitan kan nggak bisa panen, jadi kita rugi. Disitu kan jelasnya, nggak dapat penghasilan itu. P3, Baris: Nah misalnya penyakit apa itu, ya sakit gula kan itu. Uang yang di keluarkan juga nantinya banyak. Pada kutipan pernyataan wawancara dapat dilihat P1 mempersepsikan dirinya memiliki kerentanan terhadap penyakit DBD dan diare, karena memiliki rumah yang berada tidak jauh dari selokan yang kurang bersih dan apabila tidak mencuci tangan setelah beraktivitas. Selanjutnya, P3 dalam kutipan pernyataan wawancaranya mempersepsikan bahwa dirinya akan mengalami sakit perut, karena sering menggunakan transportasi umum (bis) yang menurutnya banyak terdapat kuman penyebab penyakit. Sementara itu keduanya juga pada kutipan pernyataan wawancara P1 dan P3 mempersepsikan diri mereka juga rentan terhadap pengeluaran biaya yang banyak jika terkena suatu penyakit.

12 43 Selanjutnya dalam kutipan pernyataan wawancara P2, P2 juga menambahkan bahwa selain memiliki kerentanan terhadap penyakit, dirinya dan keluarganya juga memiliki kerentanan terhadap bencana alam. Berikut kutipan pernyataan wawancara P2: P2, Baris: Saya dan keluarga saya bisa dapat imbasnya itu, misalnya nih nanti keluarga saya kena penyakit DB, terus yang paling utama semua warga juga bisa kena masalah bencana alam, Ya dapat menimbulkan bahaya, seperti banjir, tanah longsor, terus kalo di misalnya di sekitar sini deketdeket got kan bisa menimbulkan penyakit itu misalnya DB, atau diare gitu. Pada kutipan pernyataan wawancara P2, P2 merasa dirinya dan keluarganya rentan terhadap penyakit DBD dan diare, serta bencana alam seperti tanah longsor dan banjir, karena rumahnya berada tidak jauh dari selokan. Di samping itu, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa selain persepsi ancaman juga terdapat persepsi evaluasi perilaku (keuntungan dan hambatan atau rintangan). Persepsi keuntungan atau manfaat merupakan persepsi yang memotivasi perilaku seseorang. Persepsi keuntungan tersebut dinyatakan P1 karena dapat terhindar dari penyakit, memiliki keadaan yang sehat dan bahagia oleh P2, serta terhindar dari kerugian materil oleh P3. Berikut kutipan pernyataan wawancara P1, P2 dan P3: P1, Baris: Kalo positifnya ya, yang jelas kita tetap bisa menjaga kesehatan tidak mudah kena penyakit itu kan seperti diare, DB apalagi itu kan yang pertama itu yang positif ya. P2, Baris: Keuntungannya bisa menimbulkan rumah sehat, keluarga juga jadi bahagia gitu kan. P3, Baris: hidupnya jadi tenang, damai terbebas dari penyakit, apalagi kesehatan itu penting terus harganya mahal juga.

13 44 Sesuai kutipan pernyataan wawancara P1 di atas, P1 menyatakan bahwa keuntungan yang akan didapatkan dari berperilaku hidup bersih dan sehat adalah dapat terhindar dari penyakit, seperti diare dan DBD. Pada kutipan pernyataan wawancara P2, P2 menyatakan bahwa keuntungannya memiliki rumah yang sehat sehingga dapat menciptakan kebahagiaan bagi anggota keluarga, selanjutnya sesuai kutipan pernyataan wawancara P3, P3 mengungkapkan bahwa keuntungannya adalah hidup menjadi tenang dan tidak perlu mengeluarkan biaya karena sehat itu mahal harganya. Selanjutnya, persepsi hambatan atau rintangan merupakan persepsi terhadap rintangan atau hambatan-hambatan yang digunakan individu sebagai evaluasi dalam berperilaku. Pada P1 dan P2 ditemukan bahwa mereka merasa adanya rintangan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat akibat adanya pengaruh negatif lingkungan, serta perilaku merokok yang telah menjadi kebiasaan sehingga membuat mereka mengalami kesulitan untuk tidak merokok. Selain itu menurut P2, ketiadaan fasilitas BAB (Buang Air Besar) dan keterbatasan biaya juga merupakan hambatan atau rintangan yang harus dihadapi, seperti kutipan pernyataan wawancara P1, P2, P3 dibawah ini: P1, Baris: karena pergaulan juga. Dulu saya usia SMP saya belum doyan merokok, setelah usia SMP sering main sama teman yang suka merokok, nah akhirnya saya ikut nyoba-nyoba kan jadi enak, dulu itu jaman saya sekolah itu rokok yang dilinting sendiri itu, bukan yang beli itu.

14 45 P2, Baris: , Awal mulanya sih juga cuman terpengaruh sama teman-teman itu, jadi kecanduan gitu.. Intinya terpengaruh lingkungan gitu. P1, Baris: 160 Iya selesai SMP itu, itu saya sudah ngerokok. Pengennya berhenti cuman nggak bisa. P2, Baris: Kalo saya merokok itu sejak keluar SD sampai sekarang, itu nggak berhenti-berhenti itu sampai sekarang. P2, Baris: , 293 Belum, ya memang saya akui memang rumah ini belum punya...ya sementara saya numpang dulu di rumah depan untuk BAB, dulunya ada, numpang dulu sebentar kemarin kan sudah ada bantuan-bantuan itu ya tapi kan belum dapat menjalankan gitu, soalnya belum ada waktu juga. P2, Baris: Ya karena saya belum mampu mba, itu juga materialnya saya kurang lengkap itu hanya kloset saja yang sudah ada, kalau material lain ya belum bisa beli, soalnya uangnya belum cukup terkumpul. Sesuai kutipan pernyataan P1 dan P2 di atas, keduanya mempersepsikan adanya pengaruh lingkungan lewat ajakan teman sebaya sehingga membuat keduanya merokok semasa sekolah dulu dan telah menjadi kebiasaan yang terus dilakukan hingga sekarang, sementara itu P2 menjelaskan bahwa rintangan yang harus dihadapi adalah belum adanya biaya yang cukup terkumpul, sehingga mengakibatkan P2 harus menumpang BAB pada jamban milik tetangganya. Adanya persepsi hambatan atau rintangan seperti kebiasaan merokok serta ketiadaan fasilitas BAB pada P2 juga diakui oleh In. 1 dan In. 2, melalui kutipan pernyataan wawancara triangulasi sumber berikut ini: In. 1, Baris: masalah merokok itu masih belum bisa diatasi, ya masih dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan sih mba. In. 2, Baris: Wah..kalo merokok hampir semuanya masih ya, sudah itu untuk dihilangkan, kan setiap harinya mereka harus merokok, sudah kebiasaan jadinya, kan jatohnya ngerokok terus kan.

15 46 In. 1, Baris: Tentu susah mba, nah proses itu kan bisa dilalui dengan pengetahuan yang bersangkutan, kedua lingkungan yang bersangkutan di masyarakat, ketiga mungkin kaitannya dengan ekonomi yang juga berpengaruh gitu kan. In. 2, Baris: Kalo disini tuh ya seperti yang saya bilang tadi mungkin banyak kesibukan, dan SDMnya juga belum begitu mampu ya dari segi ekonomi juga kan, makanya ya mereka kurang memperhatikan juga. Terbentuknya persepsi keseriusan, kerentanan, keuntungan dan hambatan dipengaruhi oleh dua variabel modifikasi. Variabel modifikasi dalam penelitian ini yang ditemukan pada P1, P2, P3 yaitu, pengetahuan dan sosialisasi. Berikut kutipan pernyataan wawancara P1, P2, P3: P1, Baris: 8-12, Yang dimaksud perilaku hidup bersih dan sehat...itu eee merupakan apa ya kalo saya itu, menurut saya itu hidup yang sehat itu penting, bersih juga pokok...contohnya ya mungkin dari kebersihan rumah, mungkin dari apa misalkan ada drainase yang kurang lancar paling sebatas hanya itu-itu aja. Sama ini apa, kadang-kadang nanti ada akibatnya bila kita tidak hidup bersih itu ada akibatnya, paling sosialisasinya seperti itu. P2, Baris: Biasanya itu ya, tentang cara mencuci tangan, ya harus jaga kebersihan lingkungan, ya itu. P3, Baris: Biasanya sih tentang gimana cara untuk menjaga lingkungan tetap bersih, terus cara menjaga kesehatan kewanitaan. P1, Baris: Ya...kalo untuk dinas kesehatan sendiri kalo sosialisasi di rumahnya pak kadus atau balai desa itu biasanya yang diutamakan itu kebersihan yang ada di sekitar rumah kita. Itu fokusnya, kalo kebersihan diri sendiri itu mungkin jarang disosialisasikan yang banyak disosialisasikan kebersihan lingkungan. Sesuai kutipan pernyataan wawancara P1 di atas, P1 mengetahui bahwa PHBS merupakan perilaku yang penting untuk dijalankan, contohnya perilaku menjaga kebersihan rumah dan lingkungan di sekitar rumah. Sedangkan menurut P2 dan P3, PHBS merupakan perilaku yang dapat dilakukan dengan cuci tangan, menjaga kebersihan lingkungan, serta menjaga kebersihan organ

16 47 kewanitaan. Sementara itu P1 juga menjelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki didapat dari adanya sosialisasi dari Dinas Kesehatan mengenai kebersihan lingkungan. Selain variabel modifikasi, variabel pendorong tindakan juga ikut mempengaruhi terbentuknya persepsi. Variabel pendorong tindakan adalah peristiwa-peristiwa (kejadian-kejadian), orang atau bendabenda yang dapat menggerakkan individu untuk mengubah perilaku mereka. Variabel pendorong tindakan yang ditemukan dalam penelitian ini berasal dari keikutsertaan P1, P2, P3 dalam sosialisasi mengenai PHBS, seperti pernyataan kutipan wawancara P1, P2, P3 berikut ini: P1, Baris: Oh...sering itu, setiap ada sosialisasi saya selalu ikut, tidak pernah alpa kalo saya. P2, Baris: 225 Saya ikut mba. Cuman sekarang jarang, karena banyak pekerjaan mba. P3, Baris: 389 Sering sih, tapi pertemuan saya tuh kadang di balai desa, ya kadang dari kecamatan, dari dusun kan sering. Kalau sekarang ini saya lebih sering ikut yang di desa P1, Baris: Ya...kalo untuk dinas kesehatan sendiri kalo sosialisasi di rumahnya pak kadus atau balai desa itu biasanya yang diutamakan itu kebersihan yang ada di sekitar rumah kita. Itu fokusnya, kalo kebersihan diri sendiri itu mungkin jarang disosialisasikan yang banyak disosialisasikan kebersihan lingkungan. Pada P1, P2 dan P3 ketiganya menjelaskan bahwa mereka aktif dalam mengikuti sosialisasi yang diselenggarakan di dusun mereka sendiri maupun dusun lainnya. Pernyataan keikutsertaan akan sosialisasi juga didukung oleh pernyataan In. 1 selaku tenaga kesehatan Puskesmas dan In. 2 selaku Kepala Dusun Kebonan:

17 48 In. 1, Baris: 683 Ya mereka ya aktif datang mendengarkan, untuk melanjutkan ya itu kembali lagi itu kan terkait kebiasaan dan kemauan mereka sebenarnya, nah itu yang perlu kita sadari juga kita mencoba untuk bagaimana dia itu rasa butuh, itu kalo masyarakat itu klo nggak butuh. In. 2, Baris: 811 Ya kalo mengikutinya aktif, semuanya itu aktif sekali, ya makanya sosilisasi itu sangat bermanfaat itu jadinya ya mereka tahu, cuman ya ada beberapa warga yang sudah menjalankan, tapi ada juga yang belum. 2. Persepsi Dibutuhkannya Peran Semua Warga dalam Menciptakan Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Tempat Tinggal Kata Kunci Sub Tema Tema Peran warga: Butuh partisipasi warga dalam penerapan PHBS terhadap lingkungan fisik agar seluruh dusun menjadi sehat dan bersih. Peran Warga menciptakan lingkungan bersih dan sehat Persepsi Dibutuhkannya Peran Semua Warga Dalam Menciptakan Kebersihan Dan Kesehatan Lingkungan Tempat Tinggal Gambar 4. Tema 2. Persepsi Dibutuhkannya Peran Semua Warga Dalam Menciptakan Kebersihan Dan Kesehatan Lingkungan Tempat Tinggal Berdasarkan gambar 4, selain terbentuknya keempat persepsi yang telah dideskripsikan pada tema sebelumnya dan disertai oleh beberapa faktor atau variabel yang mempengaruhi terbentuknya persepsi, ditemukan juga persepsi mengenai peran semua warga yang dinyatakan oleh P1, P2 dan P3. Peran yang dimaksud adalah sekelompok tingkah laku yang berhubungan dengan suatu posisi atau status sosial masyarakat. Berikut kutipan pernyataan wawancara P1, P2, P3:

18 49 P1, Baris: 41-44, 47-50, Kalo menurut saya sih semuanya punya peran penting yaitu seluruh warga itu punya peran penting skali itu, semuanya berperan kalo harus hidup bersih sehat, peran penting banget itu, semuanya... Karena gini, umpama dari satu keluarga doang itu kan yang bersih hanya satu lingkungan kita sendiri, kalo warga kan bisa keseluruhan sampe satu kampung, satu dusun bisa hidup bersih dan sehat.... Wah itu sangat penting, karena bila kita contohnya gini...kalo kita nggak biasa berperilaku hidup sehat, hidup bersih nanti kita ada penyakitnya, nah misalkan itu kan diare tuh, apalagi DB itu kan cacingan juga, nah itu kan nanti kita udah rugi dari segi apa saja umpama kita jatuh sakit diare atau disentri aturan kita ke kebun nggak jadi ke kebun iya kan gitu.. P2, Baris: Kan kalau nggak semua warga terus kalau sendiri tentu kan nggak bisa. Baiknya jika semua warga menjalankan, kan kalau sebagian warga yang jalankan kan percuma saja kan... Ya menurut saya itu penting itu. Ya menurut saya itu penting itu. P3, Baris: , Ya warga punya peran penting harus itu, karena begini kita ini kan warga, warga kan satu desa. Satu desa kan itu jika dibandingkan satu rumah itu kan sama. Misalkan begini, kalau saya bersih mana tetangga saya nggak bersih nah istilahnya sama aja kan. Lingkungan pasti akan tetap kotor, padahal kita sendiri sudah bersih tapi orang lain tidak misalnya....tapi sehat perilaku yang baik itu kan harus karena kita ini kan hidup itu kan meskipun kita banyak harta tapi kalau perilakunya tidak sehat itu juga tidak bagus. Tapi meskipun kita pas-pasan tapi perilakunya kita sehat tapi kan hidupnya kita akan enak aja. Kutipan pernyataan wawancara P1, P2, P3 di atas menunjukkan bahwa ketiganya mempersepsikan dalam menciptakan serta mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat tidak bisa dicapai apabila hanya beberapa orang saja yang berperan, melainkan dibutuhkannya peran semua warga untuk sama-sama menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat tersebut melalui perilaku sehat mereka terhadap lingkungan fisik.

19 50 3. Persepsi Mengenai Usaha-Usaha yang Dapat Dilakukan Warga Sebagai Perwujudan Perilaku Sehat Kata Kunci Sub Tema Tema Kebersihan lingkungan: membersihkan selokan dan lingkungan rumah 2-3 kalii sehari Pengelolaan sampah: memisahkan sampah sampah organik (daun-daun) untuk dijadikan pupuk kandang, sedangkan anorganik berbahan plastik dibakar atau dikubur Kebiasaan BAB: menggunakan jamban untuk BAB, Menjaga kebersihan lingkungan fisik Mengolah sampah rumah tangga Menggunakan Jamban Persepsi Mengenai Usaha- Usaha Yang Dapat Dilakukan Warga Sebagai Perwujudan Perilaku Sehat Mencuci Tangan: cuci tangan memakai sabun setelah beraktivitas di kebun. Mencuci tangan Pencegahan jentik nyamuk: menguras bak mandi dengan menyikat dinding bak tiap 2-3 hari sekali. Mandi 2 kali sehari, rutin Menguras bak mandi Kebersihan diri: mandi 2 kali sehari Mandi Kebersihan organ reproduksi: rutin mengganti celana dalam Menjaga organ reproduksi kewanitaan Gambar 5. Tema 3. Persepsi Mengenai Usaha-Usaha yang Dapat Dilakukan Warga Sebagai Perwujudan Perilaku Sehat Selanjutnya, dalam hasil penelitian ini juga ditemukan adanya persepsi mengenai usaha-usaha yang dapat dilakukan warga sebagai perwujudan dari perilaku sehat oleh P1, P2 dan P3. Ketiganya mempersepsikan usaha-usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan lingkungan fisik, mengelola sampah RT (Rumah Tangga), mencuci tangan, serta menguras bak mandi, seperti kutipan pernyataan wawancara berikut ini:

20 51 P1, Baris: kadang-kadang rumah depan saya kan ada got paling saya bersihin 2 kali sehari apa 3 hari sekali biar nggak mampet got. P2, Baris: kalo saya sih sering 2 3 kali sehari ya gimana yah saya bersih-bersih lingkungan rumah bahkan tiap bulan sekali. Pada kutipan pernyataan wawancara di atas menunjukkan bahwa P1 dan P2 mempersepsikan untuk menjaga kebersihan lingkungan fisik dapat ditunjukkan dengan frekuensi mereka dalam membersihkan lingkungan fisik yang biasanya dilakukan 2-3 kali sehari terutama dalam membersihkan lingkungan rumah. Selanjutnya untuk mengelola sampah RT ketiganya menyatakan bahwa pengelolaan sampah dapat dilakukan sesuai dengan jenis sampah yaitu sampah anorganik dan organik, seperti kutipan pernyataan wawancara P1, P2, P3: P1, Baris: , kan biasanya sampah sini kan, kalo sampah yang anorganik kan langsung saya bakar, saya kan punya tungku buat hangatin air kan itu bisa dimanfaatkan untuk hangatin air. Kayak plastik itu kan bisa dimanfaatkan untuk hangatin air. Terus kalo yang organik itu kan, saya taruh di kandang, saya kan punya kandang di sana tempat adek saya, ini kan bisa campuran untuk itu, bisa dimanfaatkan untuk di kebun.... Iya kebanyakan kan kayak plastik bungkusan makanan saya kumpulin terus saya bakar. P2, Baris: Dibakar, kalo nggak dibakar dikubur...misalnya kalo apa itu yang bisa dibakar ya dibakar, kalo yang dibakar ya nggak mempan ya dikubur. Misalnya sampah plastik atau apa itu namanya ya pokoknya yang bisa dibakar itu, kalo yang nggak bisa itu, misalnya kaleng, atau apa itu ya dikubur. P3, Baris: yang utama kalau yang plastik-plastik itu saya bakar. Tapi kalau misalkan daun-daun itu ya, ya taruh buat nanti pupuk itu. Sesuai kutipan pernyataan wawancara di atas, P1 mempersepsikan pengelolaan sampah anorganik (sampah plastik) dapat dilakukan dengan memanfaatkannya menjadi bahan bakar untuk menghangatkan air, sedangkan untuk sampah organik pada

21 52 P1 dan P2 memiliki persepsi yang sama yaitu dengan membuat pupuk dari sampah organik dengan mencampurnya dengan kotoran hewan. Akan tetapi, berbeda halnya dengan pengelolaan sampah anorganik menurut sudut pandang (persepsi) P2 dan P3. P2 dan P3 menyatakan bahwa membakar dan mengubur sampah bagi sampah yang tidak bisa dibakar juga merupakan salah satu cara pengelolaan sampah RT. Persepsi mengenai usaha-usaha perilaku sehat (pengolahan sampah RT), sesuai dengan hasil pengamatan peneliti di dapur dan kandang hewan milik P1 dan P3. Pengelolaan sampah RT yang dilakukan oleh P1, P2, dan P3 juga dibenarkan oleh pernyataan In. 1 dan In. 2, berikut kutipan pernyataan wawancarannya: In. 1, Baris: kalo daun-daunnya kalo dari rumput atau apa itu kan biasanya kalo punya hewan ya dikasikan dijadikan pupuk juga kan. In.2, baris: , Ya.. e.. kalo sampah seperti daun-daun buangnya di kandang-kandang di jadikan pupuk...tapi kalo plastik yang ada manfaatnya itu, nggak dibuang ke kali, kan ada yang nyari sini, untuk dikumpulin atau di jual itu kan ada...ada juga yang dibakar, biasanya yang plastik pembungkus ya juga dibakar. Selain pengelolaan sampah RT dan menjaga kebersihan lingkungan fisik, penggunaan jamban saat BAB (Buang Air Besar) serta mencuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas serta menguras bak mandi untuk menjaga bak tetap bersih dan sehat. Menurut ketiganya hal tersebut merupakan bagian dari perilaku sehat, seperti kutipan pernyataan wawancara di bawah ini:

22 53 P1, Baris: 92 Nggak ada, kalau saya selalu BAB di jamban. Itu kan juga salah satu perilaku sehat kan itu. P2, Baris: 293 Ya sementara saya numpang dulu di rumah depan untuk BAB, dulunya ada, numpang dulu sebentar kemarin kan sudah ada bantuan-bantuan itu ya tapi kan belum dapat menjalankan gitu, soalnya belum ada waktu juga. P3, Baris: Nggak kalo saya harus cepat pulanglah terus kalo BAB ya di jamban, kalau disana saya nggak bisa keluar.. Meskipun harus larinya kayak apa kayak dikejar setan, ya pastinya harus pulang. P1, Baris: Kalo saya cuci tangan ya pake sabun dulu, kalo memang dari kebun, saya kan kadang pegang pupuk atau apa kan cuci tangan pake sabun dulu. P2, Baris: Iya saya cuci tangan, misalnya kalo pulang kerja nggak cuman cuci tangan, misalnya pulang dari kebun bawa apa gitu atau apa gitu... P3, Baris: 446 Nggak, saya sering kali cuci tangan, karena tangan kan. Misalnya, saya kan sering naik bis, kan kalau bisnya penuh kan saya selalu pegangan nah itu kan biasanya ada kumannya itu. P1, Baris: , Ya sering menguras bak mandi, bak penampungan air, terus air-air yang menggenang harus dialirkan supaya itu nggak dibuat tempat bertelur dari nyamuk...minimal ya seminggu dua kali. P2, Baris: Kalo yang ini sering, apalagi musim hujan begini ya tiap hari. 2-3 kali itu saya bersihkannya. P3, Baris: tiap 3 hari baknya saya bersihkan kalau nggak ya, setiap sudah kotor tetap saya bersihkan pake sabun, terus sikat supaya yang nempel-nempel di bak itu bisa hilang. Perilaku menggunakan jamban yang diungkapkan P1, P2, P3, menunjukkan bahwa ketiganya mempersepsikan perilaku sehat adalah dengan menggunakan jamban untuk BAB. Selain itu, mencuci tangan menurut persepsi ketiganya dapat dilakukan dengan menggunakan sabun oleh P1 dan setelah pulang kerja oleh P2 dan P3. Menguras tempat penampungan air juga menurut ketiganya merupakan bagian dari perilaku sehat. Persepsi tersebut juga sesuai dengan hasil pengamatan peneliti ditandai dengan kepemilikan jamban di rumah P1 dan P3 dan jamban milik tetangga yang sering digunakan P2 untuk BAB, tempat

23 54 penampungan (bak mandi) yang terlihat bersih dan tidak ada kotoran. Persepsi dan hasil pengamatan ini juga sama dengan persepsi In. 1 dan In. 2 mengenai perilaku sehat warga, seperti kutipan pernyataan triangulasi sumber In. 1 dan In.2 berikut ini: In. 1, Baris: , 613, Ya pada umumnya sudah menggunakan jamban, dalam menjalankan BABnya ya, karena kita sudah mencanangkan bahwa kecamatan Getasan itu sudah UDP, sudah tidak ada yang PHBS di sembarang tempat...karena ya sebagian juga sudah CTPS...pemberantasan jentik nyamuk sendiri, ya bisa dikatakan sudah dari perilakunya mereka ya sudah bisa seperti membersihkan selokan-selokan itu, bak mandi juga itu kan, ya. In. 2, Baris: , Kalo BAB sendiri, ya disini sudah nggak ada yang BAB sembarangan semuanya ya sudah pake jamban ya, karena sewaktu mereka ada yang ketahuan buang air besar, entar mau difoto disini, mau dipajang gitu, ya itu sanksi dari saya itu...cuman ya palingan ada sudah itu pake sabun atau mungkin bisa kadang-kadang bisa lupa juga kan gitu...kalo pemberantasan jentik nyamuk ya, sebagian sudah bisa sih, seperti membersihkan selokan, mengubur sampah yang bisa jadi empat genangan air kalo hujan, Selain beberapa persepsi mengenai perilaku sehat di atas, P2 mempersepsikan mandi juga merupakan perilaku sehat oleh P2, sementara P3 mengatakan menjaga kebersihan organ kewanitaan dengan rutin mengganti celana dalam juga merupakan perilaku sehat agar tidak menimbulkan gatal-gatal pada organ kewanitaan, seperti kutipan pernyataan wawancara berikut ini: P2, Baris: kalo saya langsung mandi, biarpun dua kali ya mandi dua kali gitu, biasanya sih saya mandi dulu baru makan. P3, Baris: Kalo saya ya iya mba, biasanya saya beres-beres rumah, ngepel, terus kan itu kita kan cewek ya harus CDnya tuh harus diganti setiap mandi itu kan, biar nggak gatal-gatal organ kewanitaannya itu.

24 55 4. Persepsi Mengenai Kebiasaan Merokok yang Sulit Dihilangkan Kata Kunci Sub Tema Tema Jumlah rokok yang dikonsumsi: dua belas batang dalam sehari. Frekuensi merokok Persepsi Mengenai Kebiasaan Merokok yang Sulit Dihilangkan Kebiasaan merokok: setiap hari mengonsumsi rokok. Merokok Gambar 6. Tema 4. Persepsi Mengenai Kebiasaan Merokok yang Sulit Dihilangkan Selain memiliki persepsi mengenai perilaku sehat, dalam hasil penelitian juga ditemukan adanya persepsi mengenai perilaku tidak merokok, yang ditemukan pada P1 dan P2. Keduanya mempersepsikan merokok sebagai perilaku yang dahulunya tidak dilakukan akan tetapi karena merokok telah menjadi kebiasaan sejak kecil maka sulit untuk dihentikan, meskipun sadar akan bahaya atau dampak rokok bagi kesehatan. Berikut kutipan pernyataan wawancara P1 dan P2: P1, Baris: 160 Iya selesai SMP itu, itu saya sudah ngerokok. Pengennya berhenti cuman nggak bisa......banyak sekali dampak negatif terutama bagi kesehatan itu ya penyakit itu paru-paru. P2, Baris: Kalo saya merokok itu, sejak keluar SD sampai sekarang nggak berhentiberhenti itu sampai sekarang. P1, Baris: 146 Kalo satu bungkus itu kan dua belas batang. Kalo saya bangun tidur kan biasanya saya kalo habis sholat subuh saya gosok gigi, bikin minum, terus yang saya ambil dulu bukan apa-apa dulu tapi rokok dulu. P2, Baris: Wah itu nggak tertentu itu, kalo baru nganggur itu ya misalnya rokok yang bungkusan itu ya satu bungkus satu hari.

25 56 Sesuai dengan kutipan pernyataan wawancara P1 dan P2 diatas dapat dilihat bahwa memang keduanya adalah perokok sejak SD (Sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah Menengah Pertama) dengan frekuensi merokok 1 (satu) bungkus per harinya. Persepsi yang ada sesuai dengan hasil observasi peneliti, yang mana saat wawancara berlangsung keduanya merokok. Mengenai persepsi perilaku tidak merokok yang sulit untuk dihilangkan, didukung juga oleh hasil wawancara triangulasi sumber, berikut kutipan pernyataan In. 1 dan In. 2: In. 1, Baris: masalah merokok itu masih belum bisa diatasi, ya masih dilakukankarena sudah menjadi kebiasaan sih mba. In. 2, baris: Wah..kalo merokok hampir semuanya masih ya, sudah itu untuk dihilangkan, kan setiap harinya mereka harus merokok, sudah kebiasaan jadinya, kan jatohnya ngerokok terus kan Pembahasan Hasil analisis data dan temuan penelitian ini menghasilkan empat tema. Keempat tema tersebut adalah: (1) pembentukan persepsi keseriusan, kerentanan, keuntungan dan hambatan warga mengenai PHBS, (2) persepsi dibutuhkannya peran semua warga dalam menciptakan kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat tinggal, (3) persepsi mengenai usaha-usaha yang dapat dilakukan warga sebagai perwujudan perilaku sehat, dan (4) persepsi mengenai kebiasaan merokok yang sulit dihilangkan.

26 57 1. Pembentukan Persepsi Keseriusan, Kerentanan, Keuntungan dan Hambatan Warga Mengenai PHBS Perilaku kesehatan bergantung pada cara individu mempersepsi, sehingga memberikan motivasi pada perilakunya yang berasal dari persepsi individu akan kerentanannya terhadap penyakit dan berujung pada pengambilan keputusan individu untuk melakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit (Notoadmodjo, 2010). Teori Health Beliefs Model (HBM) menyatakan bahwa persepsi dapat dikelompokkan menjadi empat berdasarkan penilaian terhadap ancaman dan evaluasi perilaku, yaitu persepsi keseriusan (seriousness), keuntungan (benefit), kerentanan (susceptibility), dan rintangan atau hambatan (barrier) (Hayden, 2013). Persepsi terkait ancaman terdiri dari persepsi atau keyakinan individu terhadap keseriusan atau risiko-risiko yang ditimbulkan dari suatu penyakit sehingga memotivasi individu dalam berperilaku, yaitu untuk melakukan pencegahan dan mencari pengobatan penyakit yang disebut juga sebagai persepsi keseriusan. Upaya tersebut dapat didorong oleh tingkat keseriusan penyakit yang dipersepsi maupun risiko yang mungkin ditimbulkan bagi dirinya (Notoatmodjo, 2010). Persepsi ini juga seringkali didasarkan pada informasi-informasi medis atau pengetahuan yang juga dapat berasal dari keyakinan

27 58 individu tentang kesulitan atau dampak yang ditimbulkan oleh penyakit pada kehidupannya secara umum (Hayden, 2013). Seperti yang ditemukan pada P1, P2, P3, kesadaran mereka terkait ancaman penyakit muncul dan mendorong mereka untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit, jika mereka mempersepsikan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit seperti penyakit yang menyerang paru dan juga penyakit DM (Diabetes Mellitus). Persepsi selanjutnya yang terbentuk terkait ancaman adalah persepsi kerentanan. Persepsi kerentanan merupakan penilaian individu terkait kerentanannya terhadap suatu penyakit. Teori HBM juga menyatakan bahwa tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang merasa dirinya dan keluarganya rentan terhadap penyakit (Hayden, 2013). Pada hasil temuan ini, P1, P2, P3 dalam mempersepsikan kerentanan dirinya dan keluarganya terhadap suatu penyakit juga dikaitkan dengan kerugian-kerugian lain yang menyertai. Seperti rentan terhadap bencana alam (misalnya: banjir dan tanah longsor) dan kerugian materi akibat penyakit. Adanya persepsi terkait ancaman (keseriusan dan kerentanan) yang memotivasi perilaku pencegahan sesuai dengan hasil penelitian Mukaffi & Abdul (2016), yang menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

28 59 masyarakat dalam mengadopsi perilaku sehat sebagai perilaku pencegahan, yaitu sudut pandang (persepsi) masyarakat terhadap adanya tingkat keseriusan penyakit, kerentanan dirinya dan keluarga terhadap penyakit dan kerugian-kerugian akibat munculnya penyakit bagi hidup mereka. Di antara dua persepsi tersebut persepsi yang lebih dominan adalah kerentanan. Persepsi kerentanan tersebut dimiliki P1, P2 dan P3, yang mungkin saja dilatarbelakangi oleh pengalaman mereka yang pernah mengalami banjir tahun 2008 silam yang menimbulkan kerugian materi dan masalah-masalah penyakit lainnya. Ditambah dengan pekerjaan ketiganya yang hanya bertani, tentunya akan sangat membebani jika harus mengeluarkan biaya tambahan yang cukup mahal untuk kesehatan. Oleh karena itu, tindakan pencegahan akan dirasakan lebih baik dan menguntungkan untuk dilakukan. Seperti yang dinyatakan oleh P1, P2, P3 bahwa penerapan PHBS merupakan salah satu tindakan pencegahan yang dapat membantu mereka terhindar dari ancaman penyakit, kerugian material, sehingga membuat mereka menjadi sehat serta bahagia. Persepsi ini juga disebut persepsi keuntungan. Adanya persepsi keuntungan dalam memotivasi individu untuk melakukan tindakan pencegahan juga didukung oleh penelitian Gamelia & Wijayanti (2013) yang menyatakan bahwa faktor lain yang juga ikut

29 60 mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan pencegahan yakni perilaku sehat, adalah evaluasi terhadap keuntungan yang dipersepsi oleh individu sebagai hasil dari penerapan perilaku sehat. Dengan kata lain, individu akan berperilaku sehat (tindakan pencegahan) jika ia merasakan adanya keuntungan yang didapat dari perilaku tersebut bagi dirinya maupun keluarganya. Teori HBM juga menambahkan bahwa persepsi keuntungan merupakan persepsi yang diperoleh dengan penerapan perilaku baru. Individu yang mempersepsikan keuntungan yang diperoleh dari penerapan perilaku baru akan menurunkan peluang mereka terserang penyakit (Hayden, 2013). Akan tetapi, perubahan perilaku dengan mengadaptasi perilaku baru bukan hal yang mudah, karena bergantung pada hambatan-hambatan yang dijumpai dan dipersepsikan oleh masing-masing individu. Jika individu mempersepsikan hambatan itu sebagai penghalang yang cukup besar dan sulit diatasi, maka upaya untuk mengarahkan diri pada pencapaian tujuan akan berkurang sehingga dapat mempengaruhi perubahan perilaku yang sudah direncanakan; khususnya terkait upaya-upaya pencegahan. Evaluasi terhadap rintangan-rintangan inilah yang disebut sebagai persepsi hambatan (Hayden, 2013). Hambatanhambatan tersebut dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh

30 61 negatif lingkungan, kebiasaan dan keterbatasan biaya serta pengadaan fasilitas. Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor interpersonal yang berpengaruh terhadap keputusan berperilaku sehat pada individu. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh yang positif dan negatif melalui sharing pikiran, nasihat, perasaaan, dukungan emosional dan bahkan melalui jasa yang ditawarkan (Hayden, 2013). Seperti yang ditemukan pada P1 dan P2, bahwa mereka mengenal perilaku merokok dari pengaruh teman-temannya dan sejak saat itu terbiasa merokok hingga saat ini. Dan karena telah menjadi sebuah kebiasaan, sulit bagi mereka untuk meninggalkan perilaku tersebut sekalipun mereka sadar akan bahaya kesehatan yang mengancam. Ini sejalan dengan pernyataan Sarafino (2011) bahwa perilaku lama yang telah menjadi kebiasaan dan bersifat adiktif seperti merokok memang akan sulit dimodifikasi atau bahkan dihilangkan. Hal ini dikarenakan perilaku merokok telah membawa hal yang menyenangkan (secara emosi) sehingga banyak orang lebih suka mempertahankannya daripada berhenti. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Mulyani & Sulati (2015) yang menyatakan bahwa dengan berperilaku merokok dapat memberi rasa tenang, rileks, semangat sehingga sangat sulit untuk dihilangkan. Perasaan yang demikian, tentunya akan

31 62 semakin memperkuat alasan individu untuk tidak meninggalkan atau menghentikan perilaku merokok tersebut. Demikian juga dalam mempersepsikan keterbatasan biaya dan pengadaan fasilitas pendukung PHBS. Jika individu merasa kesulitan karena tidak didukung oleh fasilitas dan pendanaan yang memadai, maka niat dan upaya untuk mengadopsi perilaku PHBS akan melemah serta praktik tindakannya akan sulit terwujud (Notoadmodjo, 2010). Pernyataan tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Anggraeni dkk., (2016) yang menyatakan bahwa status ekonomi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi individu dalam menerapkan perilaku sehat, karena bergantung pada biaya yang akan dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan prasarana penunjang terlaksananya perilaku sehat. Di antara P1, P2 dan P3, hambatan inilah yang sangat dirasakan oleh P2, karena P2 sendiri belum memiliki jamban, sehingga dirinya dan keluarganya terpaksa menumpang di rumah tetangga. Walaupun ia sadar betul akan pentingnya jamban bagi kesehatan dan tetap mengupayakan untuk bisa buang air besar pada jamban, tetapi mungkin saja akses penggunaan jamban akan terganggu karena sungkan sehingga mempengaruhi kecepatan untuk mengadopsi PHBS dan menjadikan itu sebagai kebiasaan yang baik.

32 63 Keempat persepsi di atas tidak terbentuk dengan sendirinya. Terdapat variabel-variabel yang juga ikut memodifikasi atau mempengaruhi terbentuknya keempat persepsi tersebut. Teori HBM menyatakan bahwa variabel-variabel tersebut antara lain: budaya, tingkat pengetahuan, pengalaman masa lalu, kemampuan individu dan motivasi. Seluruh variabel ini merupakan karakteristik-karakteristik individual yang mempengaruhi persepsi individu (Notoadmodjo, 2010; Hayden, 2013). Berdasarkan uraian di atas, persepsi PHBS yang terbentuk pada P1, P2 dan P3 umumnya merupakan persepsi yang positif. Hal ini dikarenakan peran sosialisasi dari Dinas Kesehatan yang bekerjasama dengan perangkat dusun dalam mengadakan penyuluhan terkait PHBS dan telah menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi warga Dusun Kebonan. Penyuluhan sebagai sumber informasi tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Junios & Rina (2014) yang menyatakan bahwa informasi-informasi seputar kesehatan melalui penyuluhan atau sosialisasi memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan warga, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi warga untuk berperilaku sehat. Perlu diketahui bahwa informasi-informasi yang disosialisasikan dan disarankan kepada warga berupa

33 64 pengertian PHBS, bentuk PHBS, serta bagaimana dampak penerapannya bagi kesehatan yang tentunya akan semakin meyakinkan mereka tentang keuntungan maupun kerugian yang diderita serta mendorong kesadaran individu terkait kerentanannya terhadap berbagai penyakit akibat menerapkan pola hidup yang tidak sehat. Teori HBM menyebutnya sebagai cues to actions (pendorong untuk bertindak). 2. Persepsi Dibutuhkannya Peran Semua Warga dalam Menciptakan Kesehatan Lingkungan Tempat Tinggal Persepsi positif yang telah terbentuk dan telah dibahas sebelumnya, rupanya mendorong P1, P2 dan P3 merasa bahwa dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat dibutuhkan peran semua warga setempat dalam berperilaku sehat. Peran yang dimaksudkan disini adalah sekelompok tingkah laku atau perilaku yang berkaitan dengan keberadaan status sosial masyarakat dalam suatu wilayah tertentu terutama dalam hal menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan (Laksana, 2013). Hal ini berarti bahwa dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat dibutuhkannya peran warga secara keseluruhan, sehingga bukan lingkungan tertentu saja yang bersih dan sehat melainkan semua lingkungan. Mengingat, lingkungan hidup manusia sangat dipengaruhi oleh perilaku

34 65 manusia, yang tentu saja berkaitan dengan peran mereka yang berada pada wilayah tersebut (Asmadi, 2005). Artinya apabila hanya beberapa orang saja yang berperan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, dari sekian jumlah warga yang tinggal di wilayah tersebut, tanpa didukung oleh peran warga lainnya, maka semua akan terlihat sia-sia saja, dengan kata lain lingkungan yang ada dapat dipastikan tetap menjadi lingkungan yang tidak bersih dan sehat. Kondisi demikian akan menciptakan persoalan baru terhadap kesehatan warga setempat bagi mereka yang memiliki wilayah yang tidak bersih dan sehat ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok berisiko (Notoatmodjo, 2010). Umumnya, banyak hal yang dapat dilakukan warga untuk ikut mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat baik secara pribadi maupun sebagai bagian dari elemen yang mendiami suatu wilayah tertentu dan juga memiliki keterkaitan dengan perilaku kesehatan. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Sulistiyorini dkk., (2015) yang mengungkapkan bahwa terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat sangat diperlukan peran serta warga masyarakat secara keseluruhan yaitu dalam hal perbaikan lingkungan yang dapat dilakukan dengan memberi sumbangan tenaga berupa kerja bakti dan ikut serta dalam pengelolaaan sampah.

35 66 Keterkaitan antara peran dengan perilaku sehat warga tersebut juga bergantung pada faktor-faktor motivasional dan secara partikular dengan persepsi-persepsi individu terhadap penanganan penyakit, nilai-nilai perilaku dalam mengurangi penanganan (Sarafino, 2011), sehingga tidak heran pada kenyataannya masih ditemukan warga yang belum sepenuhnya menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, sementara yang lainnya sudah berperilaku sehat. Hal ini tentu saja dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berasal dari dalam maupun dari luar diri individu, bahkan kelompok masyarakat, sebagai contoh minimnya kesadaran diri, serta sarana dan prasarana penunjang terwujudnya perilaku sehat. 3. Persepsi Mengenai Usaha-Usaha yang Dapat Dilakukan Warga Sebagai Perwujudan Perilaku Sehat Perilaku sehat merupakan segala aktivitas yang ditunjukkan individu untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya (Sarafino, 2011). Hayden (2013) menambahkan bahwa perilaku sehat juga termasuk segala hal yang dilakukan dan dapat mempengaruhi fisik, mental, emosi, psikologis dan spiritual. Berdasarkan hasil temuan di lapangan bahwa P1, P2 dan P3 mempersepsikan beberapa usaha-usaha yang dapat dilakukan sebagai perwujudan perilaku sehat di antaranya, penggunaan

36 67 jamban untuk buang air besar, pemberantasan jentik nyamuk dengan menguras bak mandi, serta mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas. Keempat perilaku tersebut sesuai dengan indikator PHBS yang ditetapkan pada tahun 2011 oleh Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan mencakup 10 indikator, yang sekaligus digunakan dalam Riskesdas (2013), yaitu: (1) persalinan oleh tenaga kesehatan, (2) penimbangan bayi dan balita, (3) memberikan ASI eksklusif, (4) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, (5) memakai jamban sehat, (6) melakukan aktivitas fisik setiap hari, (7) konsumsi buah dan sayur setiap hari, (8) tidak merokok di dalam rumah, (9) penggunaan air bersih, dan (10) memberantas jentik nyamuk. Adanya persepsi mengenai perilaku-perilaku sehat yang sesuai dengan indikator PHBS, tentu saja sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman yang didapatkan dari masing-masing partisipan tentang PHBS yang sebelumnya telah dibahas. Menariknya dalam penelitian ini, P1, P2 dan P3 juga menambahkan beberapa perilaku lain di luar indikator PHBS yang dipersepsikan sebagai bentuk dari perilaku sehat baik terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan fisik maupun pada diri individu. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Gani & Abdul (2013), yang mengungkapkan bahwa perilaku sehat bukan hanya dapat dilakukan dengan menjaga

Lembar Penjelasan Sebagai Partisipan. Kepada Yth. Di Tempat- Saya yang bertanda tangan dibawah: : Aprillia Vanessha Mailoa NIM :

Lembar Penjelasan Sebagai Partisipan. Kepada Yth. Di Tempat- Saya yang bertanda tangan dibawah: : Aprillia Vanessha Mailoa NIM : Lampiran 1 Lembar Penjelasan Sebagai Partisipan PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Kepada Yth Calon Partisipan an Di Tempat- Dengan hormat, Saya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

Persepsi warga mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di Dusun Kebonan, Semarang

Persepsi warga mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di Dusun Kebonan, Semarang Persepsi warga mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di Dusun Kebonan, Semarang The society perception about clean and healthy behavior in Kebonan Village, Semarang Aprillia Vanessha Mailoa, Maria Dyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare.

BAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Tolokan adalah salah satu wilayah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang memiliki angka kasus diare tertinggi. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya menjaga kesehatan bagi masyarakat adalah hal mutlak. Karena dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat terus produktif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan di institusi pendidikan (Health Promoting School) yang dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2005) menggunakan model holistik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama jumlah penderita DBD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. Panti Asuhan Harapan Kita bertempat di Desa Huntu Utara, Kabupaten Bone Bolango, yang didirikan pada tanggal 2 Agustus 2003. Panti

Lebih terperinci

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan dapat dipelajari. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Kepesertaan masyarakat dalam program JKN sebagai bentuk adanya perubahan perilaku dalam pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini anak usia sekolah dasar

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon responden penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden DBD terjadi baik di daerah tropik

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya : Dengan sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS

Lebih terperinci

A. Pengetahuan Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X).

A. Pengetahuan Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X). Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Guru GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP GURU TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PELAKSANAAN PHBS PADA GURU SD NEGERIDI PERKEBUNAN TANAH GAMBUS TAHUN 2015 IDENTITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak dasar manusia yang merupakan karunia Tuhan yang sangat tinggi nilainya. Karena dengan sehat kita dapat melakukan aktivitas setiap hari. Hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Program Indonesia Sehat tahun 2015 yang dicanangkan oleh pemerintah mendorong seluruh penduduk Indonesia untuk memiliki status kesehatan yang berkualitas secara sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak menjadi bagian penting terhadap pencapaian tumbuh kembang anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan, memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih efisein dan efektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang serius terutama pada anak usia 1-5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Ngelo. Tengah dengan luas wilayah ha/m 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Ngelo. Tengah dengan luas wilayah ha/m 2 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Dusun Ngelo Dusun Ngelo merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Getasan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan wawancara. Perilaku kesehatan ibu hamil yang menderita malaria pada suku Amungme di Timika

Lampiran 1. Panduan wawancara. Perilaku kesehatan ibu hamil yang menderita malaria pada suku Amungme di Timika Lampiran 1. Panduan wawancara Perilaku kesehatan ibu hamil yang menderita malaria pada suku Amungme di Timika Daftar pertanyaan 1. Siapa nama Ibu? 2. Berapa umur Ibu? 3. Sejak kapan dan tinggal disini?

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Nama saya Sam Hilda NH, saya adalah mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Nama saya Sam Hilda NH, saya adalah mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Nama saya Sam Hilda NH, saya adalah mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. Saat ini saya sedang melakukan penelitian

Lebih terperinci

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan Menanam dan merawat pohon Mengelola sampah dengan benar Mulai dari diri sendiri menjaga kebersihan untuk hidup sehat 1 Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk menggali informasi dari informan adalah : 1. Bisakah ibu menceritakan bagaimana ibu

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan bersifat dinamis (berubah setiap saat), dan dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Maka untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan untuk mencapai Indonesia

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi 75 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Veny C Pelamonia NIM : 462012021 Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak dasar manusia yang merupakan karunia tuhan yang sangat tinggi nilainya. Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok adalah perilaku membakar dedaunan (tembakau) yang dilinting atau diletakkan pada pipa kecil lalu menghisapnya melalui mulut dan dilakukan secara berulang-ulang

Lebih terperinci

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga Surabaya, ehealth. Apakah anda merasa bahwa diri anda dan keluarga anda merupakan keluarga sehat? Mungkin mayoritas langsung menganggukkan kepala jika

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Desa Bukit Tingki merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Popayato dengan luas wilayah 5.250 Ha,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Sementara itu, derajat kesehatan

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap orangtua terhadap Perilaku

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap orangtua terhadap Perilaku Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Nama saya adalah Elly Tetty Purba / 111121115, mahasisiwi di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT 1. Pendahuluan Dalam rangka mengoptimalkan fungsi Pusat Kesehatan Masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan

Lebih terperinci

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Sasaran Waktu : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah : Siswa-siswa dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini: 50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data wawancara langsung kepada responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekolah dasar merupakan tempat belajar anak usia antara 7-12 tahun, kelompok tingkat kerawanan tinggi karena dalam proses pertumbuhan. Karakteristik anak sekolah dasar

Lebih terperinci

Oleh: Aulia Ihsani

Oleh: Aulia Ihsani Makalah Pribadi Oleh: Aulia Ihsani 07120133 Pembimbing: dr. Yuniar Lestari, M.Kes dr. Rima Semiarty, MARS Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban. 79 Lampiran 1 EVALUASI PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM KEPEMILIKAN JAMBAN DI DESA BUNGIN KECAMATAN TINANGKUNG KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Leni Setyawati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 ) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara berkembang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden :

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden : LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden : PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT, POLA ASUH, STATUS GIZI, DAN STATUS KESEHATAN ANAK BALITA DI WILAYAH PROGRAM WARUNG ANAK SEHAT (WAS) KABUPATEN SUKABUMI

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Kepada Yth. Di Tempat. Saya yang bertanda tangan dibawah: : Destinady Kadiser Miden NIM :

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Kepada Yth. Di Tempat. Saya yang bertanda tangan dibawah: : Destinady Kadiser Miden NIM : 64 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Kepada Yth Calon Partisipan Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah: Nama : Destinady Kadiser Miden NIM : 462012049 Adalah

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco

Lebih terperinci

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik 1 Hidup Sehat untuk Jadi Anak Hebat Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Kesehatan juga merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluknya. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene Perorangan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui panca indera seseorang (penginderaan) terhadap

Lebih terperinci

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS BAMBANG PRIHUTOMO, SKM., MPH. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Bidang Kemitraan dan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan bangsa yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa menuju Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. harapan bangsa yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa menuju Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah tunas bangsa, generasi penerus bangsa, dan tumpuan harapan bangsa yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa menuju Indonesia yang bermartabat (Din

Lebih terperinci

1

1 BAB 1 PEDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular Diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global ( Riskesdas, 2013 ). dan prevalensinya

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Probo Adi Saputro NIM : 20130320119 Alamat : Pangukan Tridadi Sleman RT/RW 003/010 Adalah

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA INDA AINI NOOR FADILAH MA 0712072 INTISARI Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar?

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar? Setting: Di suatu hari yang cerah beberapa hari setelah dilakukannya implementasi oleh perawat Evita mengenai senam kaki dan edukasi mengenai terapi diet bagi sekelompok masyarakat yang menderita DM. Maka

Lebih terperinci

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS Lampiran 1 LEMBAR INFORMASI Judul Penelitian: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS Gambaran Singkat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya menuju dewasa. Remaja cenderung memiliki peer group yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya menuju dewasa. Remaja cenderung memiliki peer group yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang saling bergantung dengan manusia yang lainnya sehingga membutuhkan bantuan orang lain. Manusia merupakan makhluk sosial yang dapat membantu

Lebih terperinci

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH M.Adam MT, Nurhidayati, Ade Suhendra dan Robi Putra Mahasiswa Universitas Muara Bungo Abstrak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perilaku pemukim di bantaran sungai Jakarta merupakan perilaku yang merugikan dan memiliki sejumlah alasan kuat untuk dirubah karena berdampak buruk pada kerusakan lingkungan,

Lebih terperinci

Wawancara. Pertanyaan 1: Siapakah yang mengelola perpustakaan saat ini? (pustakawan/ pustakawan guru/ tenaga honorer) dan berapa jumlahnya?

Wawancara. Pertanyaan 1: Siapakah yang mengelola perpustakaan saat ini? (pustakawan/ pustakawan guru/ tenaga honorer) dan berapa jumlahnya? LAMPIRAN 1 : Hasil Wawancara Wawancara Pertanyaan 1: Siapakah yang mengelola perpustakaan saat ini? (pustakawan/ pustakawan guru/ tenaga honorer) dan berapa jumlahnya? Hay (206) Bja (215) oleh Mas Dodi,

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3 31 STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3 Annida Aulia Fauziah 1, Ellis Endang Nikmawati 2, Rita Patriasih 2 Abstrak : Anak usia sekolah rawan akan masalah kesehatan, seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian mencakup bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan pada umumnya, disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit, (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI I. DATA UMUM : Tanggal Konseling : No. Rekam Medik : Nama : Umur : Nama orang tua/kk : Pekerjaan : Alamat RT/RW/RK : Kelurahan/Desa : II. IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Oleh ROSTIN GALOMAT (NIM. 841 410 062, Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Maluku Rumah Sakit Jiwa Ambon di mulai tahun anggaran 1981/1982 Rumah Sakit

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah, Higiene Perorangan dan Karakteristik Orangtua dengan Kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi kurang merupakan salah satu masalah malnutrisi yang membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini karena kondisi kurang gizi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian

Lebih terperinci

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR Saat ini Kota Bogor merupakan salah satu kota di Indonesia yang turut menghadapi masalah kesehatan triple burden, yaitu masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan di

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN

LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN LAMPIRAN 68 LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN Kecemasan 1. Bagaimana perasaan anda menghadapi tindakan pemasangan WSD? 2. Apa yang anda cemaskan menghadapi tindakan pemasangan WSD? instrumental 1. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam GBHN 1993 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas hidupnya. Pada Repelita VI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut : 4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Kondisi Demografi Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten

Lebih terperinci

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011 sisipan:layout 1 7/25/09 2:05 AM Page 1 Suplemen PHBS di Sekolah 1 Pengantar Kementerian Kesehatan memberikan perhatian lebih pada kesehatan anak. Bukan karena tahun ini Kemenkes menjadi penanggungjawab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang. RW IV ini terdiri dari 10 RT dengan

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN Siti Rabiah 1, Elmiyanti 2 1 Dosen Program Studi D III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan pencegahan (Lastriyah, 2011). Yang dimaksud dengan kebersihan lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan pencegahan (Lastriyah, 2011). Yang dimaksud dengan kebersihan lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan unsur yang fundamental dalam ilmu kesehatan dan pencegahan (Lastriyah,

Lebih terperinci