BAB I PENDAHULUAN. harapan bangsa yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa menuju Indonesia
|
|
- Herman Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah tunas bangsa, generasi penerus bangsa, dan tumpuan harapan bangsa yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa menuju Indonesia yang bermartabat (Din as Kesehatan Provinsi Bali, 2014). Remaja didefinisikan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini & Sundari, 2004). Masa remaja berlangsung melalui tiga tahapan yaitu masa remaja awal (10-14 tahun), menengah (15-16 tahun), dan akhir (17-20 tahun) (Soetjiningsih,2004). Menurut Potter dan Perry (2009), proses tumbuh kembang remaja mengalami banyak perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja meliputi, peningkatan pertumbuhan tulang rangka, otot, dan organ dalam, perubahan distribusi otot dan lemak serta perkembangan sistem reproduksi dan karaterisitik seksual sekunder. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakkan serta perkembangan karakteristik seks sekunder, sementara itu perubahan yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan fungsi alat kelamin yang disertai dengan kemampuan untuk bereproduksi (Wong, 2009). Proses pematangan fisik pada remaja terjadi lebih cepat dari proses pematangan psikososial. Hal ini sering menyebabkan berbagai masalah. Di satu sisi remaja sudah merasa matang secara fisik dan ingin bebas serta mandiri. Di sisi 1
2 2 lain mereka tetap membutuhkan bantuan, dukungan, serta perlindungan orang tua. Orang tua sering tidak mengetahui atau tidak memahami perubahan yang terjadi pada remaja sehingga tidak jarang terjadi konflik di antara keduanya. Hal ini menyebabkan remaja seringkali memperlihatkan agresifitas yang dapat mengarah pada perilaku berisiko tinggi. Seiring dengan perkembangan zaman, lingkungan telah banyak merubah perilaku para remaja dan banyak yang menjurus ke perilaku risiko tinggi ( risk-taking behaviour) dengan segala konsekuensi akibat dari perilaku tersebut (Dhamayanti, 2013). Perubahan-perubahan yang dialami oleh remaja baik perubahan fisik maupun perubahan psikososial dapat menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan remaja. Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan dapat mencakup kesehatan reproduksi, penyakit menular, yang diakibatkan oleh kebersihan diri dan lingkungan, kecelakaan, kegemukan, anemia, perilaku merokok, minum alkohol, seks bebas dan penggunaan obat terlarang (Potter & Perry, 2009; Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999; Depkes RI, 2007). Masalah kesehatan ini dapat dicegah, dan bentuk pencegahannya adalah dengan upaya promosi kesehatan. Salah satu bentuk program promosi kesehatan yang telah diterapkan oleh pemerintah terkait dengan masalah kesehatan adalah Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat adalah upaya yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di semua bidang kehidupan agar terwujud pribadi dan lingkungan yang sehat demi
3 3 mencapai derajat kesehatan optimal dan kesejahteraan bangsa sesuai yang diamatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (Farida, 2009). Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005, tentang PHBS dilakukan melalui pendekatan tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, sekolah, tempat-tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan. Penerapan PHBS secara nasional sudah lama diterapkan sejak tahun Pengembangan PHBS dilaksanakan pada 30 provinsi dengan jumlah kumulatif sebanyak 7,5 juta lebih di tatanan rumah tangga, lebih di tatanan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), lebih di tatanan tempat umum (terminal, pelabuhan, pasar) dan di tatanan sarana kesehatan pemerintah dan swasta (Fitriani, 2011). Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sekolah sehat (Sari,dkk., 2013). Sebagai generasi penerus, usia sekolah dengan jumlah 30% dari jumlah penduduk Indonesia memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan dalam hal mempromosikan PHBS (Sari,dkk., 2013). Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Bali (2014), tercatat bahwa kelompok usia remaja merupakan kelompok yang cukup besar, sekitar 23% dari seluruh populasi. Hal ini merupakan aset bangsa atau modal utama sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa di masa yang
4 4 akan datang untuk menciptakan negara Indonesia yang maju. Kemajuan suatu negara diukur melalui tingkat kesehatan penduduknya (Yanti, 2010). Program pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat yang sudah dilakukan pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Bali yaitu mengadakan survei cepat tentang perilaku siswa menerapkan kebiasaan PHBS di sekolah untuk mengetahui tentang kebiasaan hidup sehat bagi anak-anak di sekolah mulai dari tingkat SD, SMP dan SMU. Adapun indikator yang digunakan adalah delapan indikator yaitu kebiasaan mencuci tangan, menggunakan jamban sekolah, kebiasaan jajan sehat di kantin sekolah, mengikuti kegiatan olahraga dan aktifitas fisik, pemberantasan jentik nyamuk, kebiasaan merokok, menimbang berat badan dan tinggi badan serta membuang sampah pada tempatnya (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2011). Kesehatan lingkungan pada kawasan sekolah adalah upaya untuk memberdayakan anggota lingkungan sekolah agar sadar, mau dan mampu melaksanakan kesehatan lingkungan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit serta berperan aktif dalam menggerakan kesehatan lingkungan sekolah (Departemen Kesehatan, 2010). Perilaku akan pentingnya kesehatan lingkungan di sekolah menjadi dasar terciptanya kesehatan lingkungan secara keseluruhan. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari tidak sehat dan menciptakan lingkungan sehat di sekolah. Perubahan ini dapat dilakukan melalui promosi kesehatan (Fitriani, 2011). Kesehatan lingkungan di sekolah erat kaitannya dengan peran usaha kesehatan sekolah (UKS). Usaha kesehatan sekolah merupakan salah satu usaha
5 5 kesehatan pokok yang dilakukan oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama. Usaha kesehatan di sekolah juga merupakan wadah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Tujuan UKS adalah untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik melalui tiga program pokok usaha kesahatan di sekolah yaitu melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat (Efendi & Makhfudli, 2008). Program promosi kesehatan yang dilakukan harus dengan metode yang tepat sehingga nantinya siswa-siswi memperoleh informasi yang tepat tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang benar. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan akan merangsang terjadinya perubahan sikap dan bahkan tindakan seorang individu. Metode promosi kesehatan yang paling sering digunakan untuk berbagai pengetahuan dan fakta kesehatan adalah metode ceramah karena pertimbangan waktu, biaya, tenaga dan sarana. Namun Ewles dan Simnettt (1994) mengungkapkan bahwa metode ceramah yang dilaksanakan sering merupakan proses komunikasi satu arah dan cenderung membosankan, sehingga pesan yang disampaikan mudah dilupakan setelah beberapa saat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode ceramah yang selama ini dilaksanakan kurang efektif, sehingga perlu dicari metode lain dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman (Murti, Prabandari dan Riyanto, 2006). Metode pendidikan kesehatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode peer education.
6 6 Peer Education adalah suatu proses komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan oleh dan untuk kalangan yang sebaya yaitu kalangan satu kelompok, ini dapat berarti kelompok sebaya pelajar, kelompok mahasiswa, sesama rekan profesi dan jenis kelamin (Harahap & Andayani, 2004). Peer education diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada remaja. Hal ini didukung dengan perkembangan remaja pada masa transisi yang dialami remaja. Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman dan suka berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki pengaruh yang kuat pada evaluasi diri dan perilaku remaja (Wong, 2009). Menurut Fitriani (20 11) edukasi sebaya (peer education) dapat memberikan tekanan atau pengaruh terhadap perilaku sehat dan lebih praktis dibandingkan dengan pengajaran yang ditangkan dalam kurikulum kesehatan. Penelitian-penelitian dengan metode peer education sudah banyak diaplikasikan sebagai metode dalam pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan. Namun saat ini yang banyak diteliti adalah pengaruh metode peer education dalam peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan HIV/AIDS. Hasil penelitian dari Widastra, Bagiarta dan Suamerta mengenai pengaruh metode peer education terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS menyatakan bahwa metode peer education dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS. Berdasarkan data tersebut menunjukkan seluruh responden mengalami peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS setelah diberikan metode peer education. Penelitian selanjutnya yang sudah dilakukan dengan menggunakan metode peer education yaitu penelitian yang dilakukan oleh
7 7 Fitriani (2011) tentang pengaruh edukasi sebaya (peer education) terhadap PHBS pada agregat anak usia sekolah yang berisiko kecacingan. Penelitian menggunakan sampel anak usia sekolah kelas 5 dan kelas 4 sekolah dasar. Berdasarkan hasil analisis statistik penelitian didapatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan anak usia sekolah lebih baik dari sebelum diberikan edukasi sebaya pada kelompok intervensi. Sebagai suatu metode promosi kesehatan, peer education yang berbasis teman sebaya sangat tepat diaplikasikan di tatanan pasraman atau lebih dikenal dengan istilah boarding school. Boarding school merupakan lembaga pendidikan di mana para siswa tidak hanya belajar tetapi juga bertempat tinggal dan hidup menyatu dengan di lembaga tersebut. Boarding School mengkombinasikan tempat di rumah dan dipindah ke institusi sekolah, di mana di sekolah tersebut disediakan berbagai fasilitas tempat tinggal, ruang tidur, ruang tamu, ruang belajar dan tempat olahraga, perpustakaan, kesenian (Maksudin, 2006). Karakteristik boarding school dari segi sosial cenderung mengisolasikan anak didik dari lingkungan heterogen yang buruk. Di lingkungan sekolah asrama, anak siswa relatif homogen yakni teman sebaya dan didampingi oleh guru pembimbing selama di asrama. Selain itu dari segi proses pendidikan perhatian pihak sekolah lebih optimal dan waktu interaksi yang dilakukan antar siswa lebih banyak dan intens. Segi jumlah siswa yang lebih sedikit dibandingkan dengan sekolah umumnya menjadi nilai plus keakraban antar siswa. Salah satu bentuk sekolah boarding school di Bali yaitu Pasraman Gurukula Bangli. Yayasan Pasraman Gurukula Bangli merupakan salah satu yayasan di wilayah utara Bangli
8 8 yang dibangun untuk memfasilitasi anak-anak yang tidak mampu dari segi ekonomi agar memperoleh pendidikan yang layak. Yayasan Pasraman Gurukula memiliki sekolah-sekolah formal yang terdiri atas Play Group dan TK Pra Widyalaya Gurukula Bangli, SMP Gurukula Bangli, dan SMA Gurukula Bangli. Pasraman Gurukula Bangli merupakan satu-satunya lembaga pendidikan Hindu yang mengasramakan siswanya khususnya semua siswa SMP Gurukula diharuskan tinggal menetap di Asrama Siswa Pasraman Gurukula Bangli selama menempuh pendidikan. Hasil studi pendahuluan di SMP Gurukula Bangli yaitu melihat hasil pemeriksaan kesehatan siswa-siswi SMP Gurukula Bangli yang dilakukan oleh Yayasan Bali Kids. Berdasarkan buku catatan pemeriksaan kesehatan empat bulan terakhir, siswa-siswi SMP Gurukula Bangli setiap bulannya terdapat siswa dengan kondisi penyakit yang beragam yaitu gatal-gatal, sakit perut, sesak nafas, pilek dan sakit kepala. Berdasarkan data bulan Agustus 2014 hingga November 2014, terjadi fluktuasi kasus beberapa penyakit tersebut. Catatan kesehatan terkahir di bulan November 2014 menujukkan bahwa beberapa siswa SMP Gurukula Bangli menderita Scabies. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terlihat penerapan PHBS di sekolah Gurukula belum optimal. Kurangnya fasilitas untuk mencuci tangan di SMP Gurukula seperti tidak tersedia sabun untuk mencuci tangan. Banyaknya fasilitas kamar mandi yang rusak sehingga tidak dapat digunakan siswa-siswi SMP Gurukula. Selain itu pelaksanaan pemberantasan jentik nyamuk yang sudah dilakukan di SMP Gurukula hanya sebatas menutup penampungan air yang ada
9 9 dan melihat kondisi lingkungan Gurukula yang berpotensi berkembang biaknya nyamuk. Kondisi wilayah Yayasan Pasraman Gurukula merupakan salah satu wilayah di Bangli yang kesulitan air. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa di yayasan, menjelaskan terkadang siswa-siswi harus mencari air dan mandi di sungai. Dari sisi kegiatan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan tidak dilakukan secara rutin dan siswa-siswi Yayasan Pasraman Gurukula tidak menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang sudah dimiliki. Hasil wawancara dengan salah satu siswa mengatakan jika di Yayasan Pasraman pernah terdapat beberapa siswa yang merokok dan belum pernah ada penyuluhan terkait merokok. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan jika status kesehatan siswasiswi SMP Gurukula Bangli masih rendah. Hal ini harus segera diatasi, karena mempengaruhi dari absensi siswa dan potensi untuk menularkan ke siswa lainnya yang tinggal dalam satu asrama lebih besar. Sementara itu, pelaksanaan UKS di Yayasan Pasraman Gurukula belum berjalan dengan efektif. Yayasan Pasraman Gurukula sudah menyediakan fasilitas ruang UKS bagi siswa-siswinya untuk pelayanan kesehatan di sekolah. Namun, dari hasil wawancara dengan pihak sekolah, UKS di Yayasan Pasraman Gurukula belum optimal. Hal ini dilihat dari segi pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang sudah tersedia di UKS. Selain itu, program berupa pendidikan kesehatan belum berjalan dengan efektif. Maka dari itu perlu untuk dilakukan program promosi kesehatan di sekolah Gurukula agar terciptanya kesehatan lingkungan di sekolah Gurukula. Pendidikan
10 10 kesehatan tentang PHBS sudah pernah dilakukan di SMP Gurukula Bangli terkait dengan kesehatan reproduksi, cuci tangan dan sikat gigi yang baik dan benar. Bentuk pendidikan kesehatan yang dilakukan yaitu berupa penyuluhan dan poster. Metode pendidikan kesehatan dalam bentuk lain belum pernah dilakukan di SMP Gurukula Bangli. Berdasarkan latar belakang di atas dan mengingat penerapan PHBS di tatanan sekolah menentukan tingkat kesehatan siswa, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh promosi kesehatan melalui metode peer education terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah Gurukula. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: apakah ada pengaruh metode peer education terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di SMP Gurukula Bangli? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu: Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh metode peer education terhadap pengetahuan, sikap dan psikomotor remaja tentang perilaku hidup bersih dan sehat di SMP Gurukula Bangli Tujuan Khusus
11 11 1. Mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang perilaku hidup bersih dan sehat sebelum dan setelah diberikan metode peer education. 2. Mengidentifikasi sikap remaja tentang perilaku hidup bersih dan sehat sebelum dan setelah diberikan metode peer education. 3. Mengidentifikas psikomotor remaja tentang perilaku hidup bersih dan sehat sebelum dan setelah diberikan metode peer education. 4. Menganalisis pengaruh metode peer education terhadap pengetahuan remaja tentang perilaku hidup bersih dan sehat. 5. Menganalisis pengaruh metode peer education terhadap sikap remaja tentang perilaku hidup bersih dan sehat. 6. Menganalisis pengaruh metode peer education terhadap psikomotor remaja tentang perilaku hidup bersih dan sehat. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Praktis 1. Bagi Remaja Bagi remaja diharapkan dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah dengan benar sehingga nantinya remaja sebagai penerus bangsa dapat menciptakan lingkungan sekolah bersih dan sehat. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan informasi dan salah satu metode pendidikan kesehatan yang dapat diaplikasikan bagi pihak sekolah dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
12 12 3. Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini dapat menjadi masukkan mengenai metode pendidikan kesehatan peer education agar diaplikasikan di lingkungan sekolah maupun masyarakat sebagai upaya promosi kesehatan. 4. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah untuk selalu menjalankan program-program kesehatan yang memfokuskan pada remaja dan PHBS khususnya Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini dapat dipelajari untuk menambah referensi asuhan keperawatan yaitu dalam menggunakan metode edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan psikomotor remaja tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang salah satunya dengan menerapkan metode peer education. 2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya serta mendukung penelitian yang lebih luas.
BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah program pemerintah yang diluncurkan pada tahun 2006 yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat tidak sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekolah dasar merupakan tempat belajar anak usia antara 7-12 tahun, kelompok tingkat kerawanan tinggi karena dalam proses pertumbuhan. Karakteristik anak sekolah dasar
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Populasi anak usia sekolah merupakan elemen yang cukup penting karena proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia (Reksoprodjo,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini anak usia sekolah dasar
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan di institusi pendidikan (Health Promoting School) yang dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2005) menggunakan model holistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu untuk melangsungkan kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. Upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin
Lebih terperinciSTUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3
31 STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3 Annida Aulia Fauziah 1, Ellis Endang Nikmawati 2, Rita Patriasih 2 Abstrak : Anak usia sekolah rawan akan masalah kesehatan, seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktivitas hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak
Lebih terperinciPENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH
PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH M.Adam MT, Nurhidayati, Ade Suhendra dan Robi Putra Mahasiswa Universitas Muara Bungo Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan menjadi bagian yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang agar dapat melakukan aktifitas. Kesehatan dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia tersebut seorang anak rentan terhadap masalah kesehatan. Menurut Mikail (2011, dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar dapat melakukan segala
Lebih terperinciSuplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011
sisipan:layout 1 7/25/09 2:05 AM Page 1 Suplemen PHBS di Sekolah 1 Pengantar Kementerian Kesehatan memberikan perhatian lebih pada kesehatan anak. Bukan karena tahun ini Kemenkes menjadi penanggungjawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Usaha kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar kesehatan masyarakat. Usaha ini merupakan usaha yang perlu didukung oleh ahli rekayasa secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan
Lebih terperincisekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan UUD 1945 diselenggarakan menurut GBHN 1993 menekankan bahwa tujuan pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 1. Defenisi Usaha Kesehatan Sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui pilot project di Jakarta dan Bekasi yang merupakan kerjasama antara Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)
EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandari*) Abstrak Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan visi pembagunan Indonesia tahun 2025 yaitu Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang sosial kemanusiaan
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN A.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian intergral dari pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah antara lain cuci tangan dengan air bersih dan sabun, jajan di kantin sekolah, Buang Air Besar
Lebih terperinciUpaya penerapan PHBS di Sekolah
BAB I PENDAHULUAN Kualitas sumber daya manusia (SDM) antara lain ditentukan dua faktor yang satu sama lain saling berhubungan, berkaitan dan saling bergantung yakni pendidikan dan kesehatan. Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan
BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan bersifat dinamis (berubah setiap saat), dan dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Maka untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
87 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan siswa-siswi tingkat sekolah dasar di Kedaung Wetan masih keliru. Mereka beranggapan bahwa hanya mencuci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Sementara itu, derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia sekolah merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Periode ini juga disebut sebagai periode kritis karena pada masa ini anak mulai mengembangkan
Lebih terperinciPemberian Sarana Penunjung Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SMP Islam Mahfilud Duror Jelbuk
Pemberian Sarana Penunjung Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SMP Islam Mahfilud Duror Jelbuk Rossalina Adi Wijayanti #1, Novita Nuraini #2, Arisanty Nur Setia R #3 # Jurusan Kesehatan, Politeknik
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA
PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA INDA AINI NOOR FADILAH MA 0712072 INTISARI Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan dapat dipelajari. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Landasan teori Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa anak ketika berusia 5 10 tahun, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan hidup manusia di zaman modernisasi, namun pendidikan terasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era sekarang ini pendidikan sangatlah penting guna mengimbangi perkembangan hidup manusia di zaman modernisasi, namun pendidikan terasa kurang lengkap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini di Indonesia terdapat lebih dari sekolah negeri,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian. Pada saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 250.000 sekolah negeri, swasta maupun sekolah agama dari berbagai tingkatan. Dimana jumlah anak sekolah diperkirakan
Lebih terperinciPROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR
PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR Ni Putu Dewi Sri Wahyuni Fakultas Olahraga dan Kean, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Email
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak bisa lepas dari berbagai dukungan dan peran aktif yang dilakukan oleh seluruh masyarakat. Dalam
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses kematangan emosional, psiko-sosial dan seksual yang ditandai dengan mulai berfungsinya organ reproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian. A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berdasarkan Keputusan
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
71 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013 1. Pilihlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanakkanak ke masa dewasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan visi pembangunan nasional dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Fakta bahwa sekitar 2000 anak diseluruh dunia umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PHBS PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE SELING. ABSTRAK
IMPLEMENTASI PHBS PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE SELING Sri Margowati 1) ; Febru Puji Astuti 2) 1). Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Magelang email: margowati@yahoo.co.id 2).Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Program Indonesia Sehat tahun 2015 yang dicanangkan oleh pemerintah mendorong seluruh penduduk Indonesia untuk memiliki status kesehatan yang berkualitas secara sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih efisein dan efektif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak dasar manusia yang merupakan karunia Tuhan yang sangat tinggi nilainya. Karena dengan sehat kita dapat melakukan aktivitas setiap hari. Hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin
Lebih terperinciTerciptanya kondisi lingkungan yang kondusif yang terbebas dari : Pengertian UKS
Misi Visi Visi : Sekolah sehat, aman, dan bersih Indikator : Terciptanya kondisi lingkungan yang kondusif yang terbebas dari : 1. Bebas polusi 2. Bebas rokok 3. Tersedia air bersih 4. Sarana sanitasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah
Lebih terperinciKata kunci : PHBS,Tatanan Sekolah
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Terhadap PHBS Tatanan Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Lampung Utara Tahun 2015 Zendri Julistia Dosen Tetap Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Perilaku hidup bersih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas adalah suatu masa usia anak yang sangat berbeda dengan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:
LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya : Dengan sesungguhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin
Lebih terperincisecara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan,
Lebih terperinciPELATIHAN DOKTER KECIL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA DI SDN 2 LABUAPI
PELATIHAN DOKTER KECIL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA DI SDN 2 LABUAPI ABSTRAK NOVA BUDIHARJO Akademi Kesehatan Gigi Karya Adi Husada Mataram e-mail : akg.mataram@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imunisasi, status gizi, dan penyakit infeksi pada anak. Faktor-faktor tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah generasi masa depan suatu bangsa. Pembentukan generasi masa depan bangsa yang kuat, cerdas, kreatif, dan produktif, merupakan tanggungjawab semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan, memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini
Lebih terperinciLaporan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sumberjambe 2016 BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktivitas manusia lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah terinfeksi HIV. Penyebaran dan penularan HIV/AIDS dominan terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Menurut UU Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat semakin maraknya penggunaan narkoba, kekhawatiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi kesehatan merupakan pilar dalam penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit (Notoatmodjo et al., 2012). Target dari promosi
Lebih terperinciDadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan
PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah di SDN Sukarasa 3 Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi
Lebih terperinciUSULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA
Kode/Rumpun Ilmu : 371/Ilmu Keperawatan USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PELAKSANAAN PROGRAM UKS DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEDUNG KANDANG KOTA MALANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak menjadi bagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak menjadi bagian penting terhadap pencapaian tumbuh kembang anak yang
Lebih terperinciMENUJU SEKOLAH YANG RAMAH TERHADAP ANAK MELALUI DUKUNGAN PSIKOLOGIS AWAL. Subdit Pendidikan Anak dan Remaja Yogyakarta, 9-12 Februari
MENUJU SEKOLAH YANG RAMAH TERHADAP ANAK MELALUI DUKUNGAN PSIKOLOGIS AWAL Subdit Pendidikan Anak dan Remaja Yogyakarta, 9-12 Februari Model Jalinan Kemitraan Keluarga-Satuan Pendidikan-Masyarakat Keluarga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa dewasa, dengan rentang usia 10-19 tahun (WHO, 2003). Secara demografis kelompok remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau young people adalah anak yang berusia 10-19 tahun (World Health Organization, 2011). Pada periode ini manusia mengalami masa transisi dengan kebutuhan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk di dalamnya adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012). Pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dermawan (2012) dan Mubarak, Chayatin, Santoso (2012) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dermawan (2012) dan Mubarak, Chayatin, Santoso (2012) menyatakan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menjadi tanggungjawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mempertahankan kesehatan anak merupakan tanggung jawab orang tua, namun demikian sekolah-sekolah umum dan departemen kesehatan telah berkontribusi dalam upaya peningkatan
Lebih terperinciPEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH ABSTRAK
PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Posyandu Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen Kesehatan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signifikan antara kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan kualitas
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang dilakukan penelitian, pernyataan masalah penelitian, pernyataan tujuan umum dan tujuan khusus penelitian, kerangka konseptual dan teoritikal
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. usaha yang dilakukan sekolah untuk menolong murid dan juga warga sekolah
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian UKS Usaha kesehatan sekolah atau yang disingkat dengan UKS adalah suatu usaha yang dilakukan sekolah untuk menolong murid dan juga warga sekolah yang sakit di kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Tolokan adalah salah satu wilayah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang memiliki angka kasus diare tertinggi. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi
Lebih terperinci