BAB II TINJAUAN TEORITIS
|
|
- Handoko Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan ini menyebabkan alasan individu menyenangi suatu objek, sedangkan orang lain belum tentu menyenangi objek yang sama. Perbedaan tersebut, disebabkan oleh bagaimana cara individu menanggapi objek dengan persepsinya (Notoatmodjo, 2012). Menurut Walgito (2002), persepsi merupakan pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap objek yang diamati dan merupakan aktivitas terpadu dalam diri individu, sehingga apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam memberikan persepsi. Pendapat lain juga menyatakan bahwa persepsi merupakan pandangan atau pun pendapat individu terhadap suatu kejadian (Aruan & Trianingsih, 2006). Dengan demikian, persepsi merupakan suatu proses yang terjadi didalam diri individu, sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati atau dilakukan, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam diri individu. 7
2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Sifat Persepsi Memaknai dan menafsirkan suatu objek yang menjadi perhatian antar individu satu dengan lainnya tentu berbeda-beda. Meskipun objek yang sama, mereka dapat mempersepsikannya secara berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh adanya sejumlah faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Menurut Robins (2003) faktorfaktor tersebut terdiri dari: 1. Pelaku persepsi, apabila seseorang memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran tersebut akan dipengaruhi oleh karakteristik dari pelaku persepsi. Di antara karakteristik pribadi yang relevan dengan persepsi adalah sikap, motif, kepentingan, atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan. 2. Target, karakteristik dari target atau objek yang diamati dapat mempengaruhi persepsi terkait dengan cara individu mengelompokkan benda-benda yang memiliki kesamaan makna. Objek atau target yang memiliki kemiripan cenderung dipersepsikan sebagai kelompok yang sama, demikian sebaliknya. 3. Situasi, dalam menafsirkan serta memaknai suatu objek, akan sangat ditentukan oleh unsur lingkungan. Lingkungan yang baik akan memberikan persepsi yang baik pula, sebaliknya demikian.
3 9 Selain memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya, persepsi juga memiliki beberapa sifat. Newcomb (1985) dalam Arindita (2003) menyatakan bahwa terdapat beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yakni: a. Konstansi (menetap): Individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri, walaupun perilaku yang disertakan berbeda-beda. b. Selektif: persepsi dipengaruhi oleh suatu keadaan psikologis perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga tidak semua informasi yang didapat akan diterima seutuhnya melainkan, informasi tertentu saja yang dapat diterima dan diserap. c. Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi sama yang dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda. Faktor-faktor serta sifat persepsi yang menyertai, saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Melalui beberapa faktor yang ada maka individu atau kelompok akan menentukkan persepsinya mengenai suatu hal, yang akan berdampak pada persepsi apa yang akan diberikan maupun perilaku apa yang akan ditunjukkan, sebagai hasil akhir dari proses pengolahan persepsi di dalam diri (Arindita, 2003; Notoatmodjo, 2010).
4 Persepsi Sehat Sakit Istilah sehat dan sakit mengandung banyak muatan karena ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya terutama faktor sosial dan budaya sehingga pada kenyataannya masih sering ditemukan sebagian masyarakat memiliki perbedaan sudut pandang atau persepsi terkait sehat dan sakit. Umumnya, masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasa sakit belum tentu bertindak. Akan tetapi, apabila sudah mendapat penyakit dan mengalami sakit, maka akan muncul berbagai macam perilaku dan usaha untuk mengatasinya. Biasanya persepsi yang demikian timbul dengan alasan penyakit tersebut belum sepenuhnya mengganggu kegiatan sehari-hari. Kejadian seperti ini, tentu saja berkaitan dengan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai konsep sehat sakit sendiri, namun terkadang faktor inilah yang kemudian sering dilupakan oleh layanan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Akibatnya, sebagian masyarakat tetap memegang pemahaman mereka yang tidak sesuai dengan konsep sehat dan sakit. Berbicara mengenai sehat, sakit serta penyakit tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Menurut Blum (1974) dalam Asmadi (2005), ada empat faktor yang mempengaruhi status kesehatan seseorang, yaitu:
5 11 1. Keturunan (heredity) Keturunan yang dimaksudkan disini adalah, keturunan yang berkaitan dengan penyakit keturunan. Penyakit keturunan disebabkan oleh faktor genetik. 2. Layanan kesehatan, berkaitan dengan letak geografis, kualitas, biaya, sistem layanan kesehatan juga dapat mempengaruhi keterjangkauan masyarakat terhadap layanan kesehatan dalam memberikan layanan kepada masyarakat. 3. Lingkungan, memberi pengaruh besar terhadap kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Lingkungan yang bersih dan sehat, tentunya tidak terlepas dari adanya peran masyarakat yang berada pada wilayah tersebut. Peran yang dimaksudkan disini adalah sekelompok tingkah laku atau perilaku anggota masyarakat yang berkaitan dengan keberadaan status sosial masyarakat dalam suatu wilayah tertentu (Laksana, 2013). 4. Perilaku, sehat sakitnya individu, kelompok atau masyarakat dipengaruhi oleh perilaku. Jika perilaku pada komunitas tersebut sehat, maka dapat dipastikan status kesehatan komunitas tersebut juga sehat, begitupun sebaliknya. Hal ini karena lingkungan hidup manusia sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakatnya, dan tentunya sangat berkaitan dengan peran semua orang yang berada pada suatu
6 12 lingkungan. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan, kebiasaan, adat istiadat, sosial ekonomi dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan mengenai persepsi konsep sehat sakit beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dikatakan bahwa sehat merupakan kondisi individu yang tidak mengalami gangguan secara fisik, mental, spiritual, maupun ekonomi, yang juga dalam pencapaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar faktor klinis dan biologis, dari keempat faktor tersebut perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya yang akan ditunjukkan sebagai hasil akhir dari persepsi terhadap sakit, penyakit bahkan kondisi sehat sekalipun. Menurut teori Health Belief Models (HBM) dalam Hayden (2013), menyatakan bahwa terdapat empat (4) variabel kunci yang menjadi konstruksi utama untuk menjelaskan penentuan perilaku sehat sesuai kepercayaan atau keyakinan-keyakinan individu atau persepsi-persepsi tentang penyakit dan ketersediaan strategistrategi untuk mengurangi penyakit-penyakit tersebut. Empat macam persepsi yang menjadi konstruk utama dari teori ini adalah: 1. Persepsi keseriusan (seriousness) Persepsi keseriusan adalah persepsi mengenai tingkat keseriusan atau kegawatan suatu penyakit dan risiko-risiko atau konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh
7 13 penyakit, sehingga memotivasi individu dalam berperilaku. Perilaku tersebut meliputi pencegahan maupun pengobatan penyakit (Notoatmodjo, 2010). Persepsi keseriusan dapat diperoleh dari informasi medis, maupun pengetahuan individu yang berasal dari dalam diri individu (keyakinan) akan dampak maupun kesulitan yang ditimbulkan suatu penyakit. 2. Persepsi kerentanan (susceptibility) Persepsi kerentanan merupakan persepsi mengenai kerentanan terhadap munculnya suatu penyakit. Ketika individu percaya dirinya tidak rentan terhadap penyakit maka perilaku sehat pun bisa saja tidak terjadi, akan tetapi sebaliknya, jika individu mempersepsikan bahwa dirinya rentan terhadap suatu penyakit perilaku sehat pun dapat terjadi, ini berarti bahwa semakin besar risiko yang dirasakan maka semakin besar kemungkinan individu terlibat dalam perilaku untuk mengurangi risiko-risiko tersebut. Persepsi keseriuan dan kerentanan keduanya juga merupakan persepsi ancaman yang biasanya digunakan untuk memotivasi terjadinya perilaku sehat. 3. Persepsi keuntungan (benefit) Persepsi keuntungan merupakan persepsi mengenai keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan perilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan untuk
8 14 meningkatkan kesehatan sehingga tidak ada peluang terkena penyakit. 3. Persepsi rintangan atau hambatan (barriers) Persepsi keuntungan dan hambatan merupakan evaluasi individu terhadap adaptasi perilaku. Persepsi terhadap keuntungan dan hambatan merupakan persepsi yang memainkan peranan penting dalam menentukan perubahan perilaku. Dengan kata lain agar sebuah perilaku dapat diadaptasi individu perlu meyakini keuntungan-keuntungan dari perilaku tersebut, termasuk konsekuensi-konsekuensi akibat melanjutkan perilaku yang sebelumnya dilakukan. Persepsi keuntungan dan hambatan juga merupakan persepsi yang dijadikan sebagai evaluasi terhadap perilaku sehat. Keberadaan empat persepsi yang menjadi konstruk utama di atas juga dipengaruhi oleh variabel-variabel lain seperti, budaya, level atau tingkat pendidikan, kemampuan, pengalaman masa lalu dan motivasi yang didalamnya juga termasuk karakteristikkarakteristik individual yang juga ikut berpengaruh terhadap persepsi (Notoadmodjo, 2010; Hayden, 2013). Selain terdapat empat kepercayaan atau persepsi dan variabelvariabel yang berpengaruh, teori HBM juga menjelaskan bahwa perilaku juga dapat dipengaruhi oleh variabel pendorong untuk
9 15 bertindak (cues to actions). Variabel pendorong untuk bertindak yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa (kejadian-kejadian), orang, benda-benda yang dapat menggerakkan individu untuk mengubah perilaku mereka, termasuk didalamnya penyakitpenyakit yang diderita anggota keluarga, laporan media atau media massa, saran-saran atau masukan-masukan dari orang lain, kartu pos pengingat dari penyedia jasa layanan kesehatan atau label peringatan kesehatan pada suatu produk tertentu (Hayden, 2013). Teori HBM lebih lanjut menegaskan bahwa prinsip dasar perilaku kesehatan bergantung pada cara individu mempersepsi, sehingga memberikan motivasi pada perilakunya yang berasal dari, persepsi individu akan kerentanannya terhadap penyakit dan berujung pada pengambilan keputusan individu melakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku terbentuk melalui sebuah proses yang berlangsung dalam diri manusia melalui persepsi yang dimiliki (Notoadmodjo, 2010) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pengertian Perilaku Sehat Sebelum membahas lebih jauh mengenai perilaku, hal pertama yang perlu dilakukan adalah memahami pengertian perilaku itu sendiri. Umumnya, perilaku adalah tindakan atau aktivitas manusia yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain, berpikir,
10 16 berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, dan sebagainya yang dapat diamati secara langsung (Notoatmodjo, 2010). Selanjutnya, Blum (1980) dalam Notoadmodjo (2010), membagi domain atau ranah perilaku menjadi tiga, sebagai berikut: 1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya), sehingga menghasilkan pengetahuan yang ditentukan oleh intensitas perhatian, dan persepsi terhadap objek. 2. Sikap (attitude) Newcomb (1985) dalam Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan biasanya merupakan predisposisi perilaku. Sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi lebih mengarah pada predisposisi perilaku (tindakan), yang juga disebut sebagai reaksi tertutup. Dalam menentukan sikap, pengetahuan, persepsi, pikiran, keyakinan dan emosi juga ikut memegang peranan penting. 3. Praktik (Practice) Sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu adanya faktor lain, yaitu adanya
11 17 fasilitas atau sarana dan prasarana yang mendukung terwujudnya praktik atau tindakan nyata. Melihat definisi perilaku dan domain perilaku jika dihubungkan dengan perilaku sehat, dapat dikatakan bahwa perilaku sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan yang dapat terwujud dalam praktik atau tindakan yang nyata. Sarafino (2011) juga menyatakan bahwa perilaku sehat adalah segala aktivitas yang ditunjukkan individu untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya, termasuk persepsi terhadap status kesehatannya atau perilakunya untuk mencapai tujuannya. Perilaku sehat secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yakni (Notoatmodjo, 2013): a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) Perilaku ini mencakup pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, perilaku gizi (makanan) dan minuman, dimana merupakan usaha-usaha untuk memelihara dan juga menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila terkena penyakit. b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas layanan kesehatan (health seeking behaviour) Perilaku ini meliputi upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau mengalami kecelakaan.
12 18 c. Perilaku kesehatan lingkungan Perilaku ini terkait bagaimana seseorang merespon lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Selanjutnya Hayden (2013) menambahkan, perilaku sehat termasuk segala hal yang kita lakukan yang mempengaruhi fisik, mental, emosi, psikologis dan spiritual. Berikut penjelasannya: a. Status Sosial Ekonomi (SES) SES secara signifikan berkontribusi terhadap kesehatan termasuk status pendidikan, pendapatan dan pekerjaan. Di antara ketiganya, tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang paling baik untuk memprediksi status kesehatan, ini disebabkan karena level pendidikan yang tinggi dapat memberikan kesempatan kerja yang lebih tinggi dan secara otomatis pendapatannya juga meningkat dan status kesehatannya juga ikut meningkat. Dengan pengetahuan maka seseorang dapat membuat keputusan tentang kesehatan mereka dan sebagai hasilnya mereka akan meningkatkan perilaku sehatnya. b. Kemampuan (skill) Skema utama adanya kemampuan lebih relatif memberikan informasi baru untuk meningkatkan pengetahuan mereka, tetapi tanpa kemampuan atau pengetahuan untuk
13 19 menggunakan pengetahuan itu sama saja tidak ada gunanya. Jadi perilaku juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan kemampuan. c. Budaya (Culture) Terkadang masih banyak orang yang tidak menggunakan apa yang mereka ketahui dan melakukan apa yang mereka ketahui untuk dilakukan, hal ini dikarenakan perilaku secara signifikan dipengaruhi oleh budaya. Di setiap budaya terdapat normanorma atau harapan-harapan, nilai-nilai dan kepercayaan yang mendasari adanya suatu perilaku. d. Gender Gender adalah salah satu faktor penting lainnya yang menentukan perilaku sehat. Hasil penelitian menunjukkan lakilaki lebih rendah untuk menunjukkan perilaku promosi kesehatan daripada perempuan, akan tetapi perempuan menunjukkan gaya hidup sehat yang lebih rendah. Laki-laki lebih menyukai makanan rendah serat, kurang tidur dan lebih sering kelebihan berat badan daripada perempuan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat dan Tidak Sehat Keterkaitan antar perilaku kesehatan itu bergantung pada faktorfaktor motivasional dan secara partikular dengan persepsi-persepsi individu terhadap penanganan penyakit, nilai-nilai perilaku dalam
14 20 mengurangi penanganan, akan tetapi beberapa perilaku tidak sehat seperti miras (minuman keras), dan merokok seringkali menyenangkan untuk dilakukan hasilnya banyak individu yang tidak tahan dan memulai perilaku tidak sehat, dan mungkin menolak usaha-usaha atau saran-saran untuk membuat mereka berhenti (Sarafino, 2011). Persoalan semacam ini sudah menjadi hal yang biasa, dan selalu menjadi batu sandungan dalam menjalankan promosi kesehatan, terutama mengenai perilaku sehat. Sarafino (2011) menyatakan bahwa umumnya bagi sekelompok orang yang menganggap cara-cara untuk meningkatkan kesehatan mereka diperlukan perjuangan dalam menghadapi masalah-masalah yang sering ditemui dalam kehidupan nyata. Salah satu masalahnya adalah banyak orang yang mempersepsikan beberapa perilaku sehat sebagai perilaku yang kurang menarik atau mudah daripada alternatif sehat mereka. Beberapa orang yang menghadapi situasi ini mengatasinya dengan menjaga keseimbangan dalam hidup mereka, menetapkan batas kewajaran pada perilaku tidak sehat yang mereka lakukan, sehingga individu akan cenderung mengabaikan anjuran-anjuran kesehatan dan menolak mempraktikannya dengan menggunakan alasan-alasan tersebut. Tetapi tidak demikian bagi beberapa orang lainnya, yang tidak memilih untuk mendukung perubahan perilaku dan kadang
15 21 berupaya untuk berubah di masa mendatang: Contohnya, Saya akan diet minggu depan. Di samping itu, terdapat empat faktor lain dalam diri individu yang juga penting. Pertama, dalam mengadopsi gaya hidup sehat akan membuat individu mampu merubah perilaku yang sudah lama menetap, yang menjadi kebiasaan dan mungkin terkait kecanduan seperti merokok. Kebiasaan atau perilaku-perilaku adiktif sangat sulit untuk dimodifikasi. Kedua, orang membutuhkan sumbersumber kognitif tertentu seperti kemampuan dan pengetahuan untuk mengetahui apakah perilaku-perilaku sehat yang diadopsi untuk membuat rencana-rencana perubahan perilaku dan mengatasi hambatan-hambatan perubahan seperti, memiliki sedikit waktu atau tidak memiliki tempat latihan. Ketiga, individu membutuhkan self effifacy terkait kemampuan mereka untuk mempertahankan perubahan. Tanpa self effifacy motivasi mereka akan berubah menjadi lemah. Keempat, adanya sakit dapat mempengaruhi mood dan tingkatan energi, yang juga dapat mempengaruhi level energi dan motivasi individu (Sarafino, 2011). Selanjutnya, Hayden (2013) mengatakan bahwa di antara semuanya pengaruh interapersonal berfokus pada faktor-faktor dalam diri individu sehingga dapat mempengaruhi perilaku, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, motivasi, konsep diri, latar belakang perkembangan pengalaman masa lalu dan kemampuan.
16 22 Faktor Interpersonal juga menjelaskan pengaruh orang lain terhadap perilaku. Orang lain mempengaruhi perilaku melalui sharing pikiran, nasihat dan perasaan-perasaan melalui dukungan emosional, dan memberikan jasa mereka. Orang lain ini bisa merupakan keluarga, teman, kelompok teman sebaya dan penyedia jasa layanan kesehatan Indikator PHBS Indikator PHBS yang ditetapkan pada tahun 2011 yang juga dimuat dalam Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 adalah sebagai berikut: 1. Persalinan oleh tenaga kesehatan Persalinan oleh tenaga kesehatan yang dimaksud adalah persalinan yang dibantu langsung oleh tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, perawat yang memiliki pengetahuan serta kemampuan untuk membantu selama proses persalinan berlangsung. 2. Melakukan penimbangan bayi dan balita Indikator ini menggunakan variabel usia 0 sampai 59 bulan yang mempunyai riwayat pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir. 3. Memberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif Pemberian ASI eksklusif dalam analisis ini adalah bayi usia 6 bulan yang hanya mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir.
17 23 4. Mencuci tangan Perilaku mencuci tangan merupakan salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan jari dan telapak tangan dengan menggunakan air dan sabun dengan maksud memutuskan mata rantai kuman. Indikator mencuci tangan dengan benar mencakup mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum dan setelah beraktivitas (menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan, setelah memegang pupuk dan lain-lain). 5. Memakai jamban sehat Perilaku menggunakan jamban sehat dapat diukur dari perilaku buang air besar dengan menggunakan jamban saja. 6. Melakukan aktivitas fisik setiap hari, Indikator ini diukur berdasarkan individu yang biasanya melakukan aktivitas fisik berat atau sedang dalam tujuh hari seminggu. 7. Konsumsi buah dan sayur setiap hari, Perilaku konsumsi buah dan sayur diukur berdasarkan individu yang biasa mengonsumsi buah dan sayur selama tujuh hari dalam seminggu. 8.Tidak merokok dalam rumah Pengertian tidak merokok adalah individu yang tidak mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah saat ada anggota keluarga maupun orang lain di dalam rumah tersebut.
18 24 9. Penggunaan air bersih Perilaku menggunakan air bersih didapatkan dari data rumah tangga yang menggunakan sumber air bersih sesuai syaratsyarat air bersih dan dapat digunakan untuk seluruh keperluan rumah tangga. 10. Memberantas jentik nyamuk. Perilaku memberantas jentik nyamuk dalam indikator ini adalah perilaku menguras bak mandi satu kali atau lebih, dalam seminggu.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. kedua adalah pelayanan kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor yaitu faktor lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, dan keturunan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI dan ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu cairan yang terbentuk dari campuran dua zat yaitu lemak dan air yang terdapat dalam
Lebih terperincisecara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan,
Lebih terperincimemang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari
TUGAS PILIH SATU PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN JAWAB SECARA RINCI JAWABAN HARUS 2 SPASI SEBANYAK 2000 KATA 1. Langkah awal dalam melakukan perubahan peri laku terkait gizi adalah membangkitkan motivasi. Bagaimana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Kolostrum 2.1.1 Pengertian Kolostrum merupakan air susu yang keluar pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir, berwarna agak kekuningan lebih kuning dari ASI biasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan dapat dipelajari. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya menjaga kesehatan bagi masyarakat adalah hal mutlak. Karena dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat terus produktif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang serius terutama pada anak usia 1-5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Kepesertaan masyarakat dalam program JKN sebagai bentuk adanya perubahan perilaku dalam pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi kurang merupakan salah satu masalah malnutrisi yang membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini karena kondisi kurang gizi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan visi pembagunan Indonesia tahun 2025 yaitu Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang sosial kemanusiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak dasar manusia yang merupakan karunia Tuhan yang sangat tinggi nilainya. Karena dengan sehat kita dapat melakukan aktivitas setiap hari. Hidup
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapkan (Setiawati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja mengalami peningkatan kebutuhan gizi karena pertumbuhan yang sangat cepat. Tetapi masukan zat gizi mereka sering tidak sesuai dengan kebiasaan makan karena kelompok
Lebih terperinciOleh: Aulia Ihsani
Makalah Pribadi Oleh: Aulia Ihsani 07120133 Pembimbing: dr. Yuniar Lestari, M.Kes dr. Rima Semiarty, MARS Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025
Lebih terperinciHUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan
HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciTerapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga
Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga Surabaya, ehealth. Apakah anda merasa bahwa diri anda dan keluarga anda merupakan keluarga sehat? Mungkin mayoritas langsung menganggukkan kepala jika
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 Anih Kurnia, S.Kep., Ners. Program Studi D-III Keperawatan STIKes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat,
Lebih terperinciSTUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3
31 STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3 Annida Aulia Fauziah 1, Ellis Endang Nikmawati 2, Rita Patriasih 2 Abstrak : Anak usia sekolah rawan akan masalah kesehatan, seperti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. data atau informasi indikator-indikator perilaku dapat melalui beberapa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Perilaku merupakan respon dari makhluk hidup terhadap suatu rangsangan yang bisa diamati secara langsung atau tidak langsung, (Notoatmodjo, 2007).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Tolokan adalah salah satu wilayah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang memiliki angka kasus diare tertinggi. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem kesehatan nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
Lebih terperinciDilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih efisein dan efektif.
Lebih terperinciV. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan menjadi bagian yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang agar dapat melakukan aktifitas. Kesehatan dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam
Lebih terperinciPROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang
PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang Teori Sebab Akibat adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
Lebih terperinciLEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA
LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA DATA PRIBADI Nama : Jenis Kelamian : L / P Umur : tahun
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313
Kabupaten Sumedang PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp 0261-202114 Sumedang 45313 Puskesmas Sumedang Selatan KERANGKA ACUAN (TERM OF
Lebih terperinciII. TINJAUAN TEORITIS
II. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Promosi Kesehatan (Health Promotion) Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat (Blum, dalam
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN A.
Lebih terperinciBUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, Menimbang : a. Bahwa
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:
LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya : Dengan sesungguhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dalam suatu negara yang sangat potensial bagi pembangunan nasional. Maka diperlukan bimbingan serta pembinaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
Lebih terperinciLEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon responden penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan untuk mencapai Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian ASI eksklusif sejak hari pertama tidak selalu mudah karena banyak wanita menghadapi masalah dalam melakukannya. Keadaan yang sering terjadi pada hari
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health Organization (1) pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan
BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan bersifat dinamis (berubah setiap saat), dan dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Maka untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan
Lebih terperinciPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ely Isnaeni, S. Kep, M. Kes
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ely Isnaeni, S. Kep, M. Kes PERILAKU MERUPAKAN PENYEBAB TERBESAR MASALAH KESEHATAN HAKIKAT PERILAKU PENGETAHUAN SIKAP TINDAKAN TAHU/ TIDAK TAHU MAU/ TIDAK MAU MAMPU/
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan pada umumnya, disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit, (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KEHAMILAN RISIKO TINGGI 2.1.1 Defenisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN Siti Rabiah 1, Elmiyanti 2 1 Dosen Program Studi D III Kebidanan
Lebih terperinciBab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan
Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan
Lebih terperinciKEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG
KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG PEMENUHAN HAK KESEHATAN REPRODUKSI DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat
Lebih terperinciMenjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik
1 Hidup Sehat untuk Jadi Anak Hebat Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Kesehatan juga merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluknya. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan kehilangan cairan tubuh dalam 24 jam dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (Word Health Organization, 2009). Gejala ini manifestasi
Lebih terperinciBerbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi
Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data nasional Indonesia pada tahun 2014 mencatat jumlah angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Program Indonesia Sehat tahun 2015 yang dicanangkan oleh pemerintah mendorong seluruh penduduk Indonesia untuk memiliki status kesehatan yang berkualitas secara sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perumahan dan permukiman yang dikelola dengan baik merupakan sebuah indikator kesejahteraan dan target intervensi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat (Thomson, 2001).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status nutrisi Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan manfaat zat zat gizi. Perubahan pada dimensi tubuh mencerminkan keadaan kesehatan
Lebih terperinciPERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN
PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN. Berbasis Masyarakat di desa Ronga-Ronga kecamatan Gajah Putih
KUESIONER PENELITIAN Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di desa Ronga-Ronga kecamatan Gajah Putih A. Data Demografi No. Responden : Umur : Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. Panti Asuhan Harapan Kita bertempat di Desa Huntu Utara, Kabupaten Bone Bolango, yang didirikan pada tanggal 2 Agustus 2003. Panti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah arterial yang abnormal. Berdasarkan etiologi, hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer dan sekunder (Lewis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini anak usia sekolah dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian intergral dari pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
Lebih terperinciPERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN
PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Rokok merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia dan juga salah satu pembunuh paling berbahaya saat ini. Merokok merupakan salah satu faktor resiko utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Kebonan. Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Lokasi Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Dusun Kebonan Secara geografis Dusun Kebonan yang ditunjukkan melalui lingkaran merah pada gambar 2, berada di Desa Tolokan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkunagan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Sekolah 2.1.1 Definisi Anak Usia Sekolah Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari delapan belas tahun dan sedang berada dalam masa tumbuh
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan di institusi pendidikan (Health Promoting School) yang dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2005) menggunakan model holistik
Lebih terperinci1
BAB 1 PEDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular Diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global ( Riskesdas, 2013 ). dan prevalensinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia dimana sejak zaman dahulu kala, telah banyak dilakukan upaya-upaya untuk menjaga dan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia tersebut seorang anak rentan terhadap masalah kesehatan. Menurut Mikail (2011, dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama kehidupan merupakan suatu misi primer dalam program kesehatan masyarakat dunia yang direkomendasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara berkembang
Lebih terperinciLembar Persetujuan Menjadi Responden. melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap orangtua terhadap Perilaku
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Nama saya adalah Elly Tetty Purba / 111121115, mahasisiwi di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek
Lebih terperinciPENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS BAMBANG PRIHUTOMO, SKM., MPH. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Bidang Kemitraan dan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kab.
Lebih terperinciKuesioner penelitian
84 Kuesioner penelitian GAMBARAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI DESA PERLABIAN KECAMATAN KAMPUNG RAKYAT KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN TAHUN 2014 I. Karakteristik
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PENELITIAN
BAB 6 HASIL PENELITIAN Setelah melakukan pengambilan data dengan wawancara kepada responden, selanjutnya dilakukan tahapan pengolahan data. Dari data 180 responden yang diwawancara, terdapat 6 responden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola
Lebih terperinci