BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Liana Leony Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografi Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato berada di wilayah kecamatan Bone Raya, yang wilayahnya terdiri atas 9 desa, yakni desa Mootayu,Mootawa, Tombulilato, Alo, Moopiya, Pelita Jaya, Inomata, Mootinelo, dan Laut Biru. Luas wilayah Kecamatan Bone Raya adalah : km 2 dengan kepadatan penduduk : 1 jiwa / km 2. Letak Puskesmas Tombulilato Kecamatan Bone Raya secara geografis batas wilayah kerjanya sebagai berikut : Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Bulawa Kabupaten Bone Bolango Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Bone Kabupaten Bone Bolango Sebelah Selatan Sebelah Barat : Berbatasan dengan Laut Tomini : Berbatasan dengan SDN 1 Tombulilato Kabupaten Bone Bolango Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk di Kecamatan Bone Raya di tahun 2012 adalah jiwa dengan perincian laki laki sebanyak jiwa dan perempuan jiwa dengan jumlah KK
2 4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan maka hasil penelitian adalah sebagai berikut : Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel yang di sertai tabel distribusi frekuensi dan presentase 1 Karakteristik Responden 1) Gambaran Responden menurut jenis umur Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur Di wilayah kerja Puskesmas Tombulilato Tahun 2012 Kasus Kontrol Total Umur Sumber : Data Primer Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka didapatkan responden menurut umur terbanyak adalah pada umur tahun yakni sebanyak 141 jiwa ( 77.9 % ) yakni pada kelompok kasus sebanyak 74 jiwa dan pada kelompok kontrol sebanyak 67 jiwa, pada umur tahun yakni sebanyak 38 jiwa ( 21.0 % ) yakni pada kelompok kasus 21 jiwa dan kontrol 17 jiwa,dan paling sedikit pada umur tahun yakni sebanyak 2 jiwa (1.1 % ) kasus sebanyak 1 jiwa dan kontrol sebanyak 1 jiwa. Kelompok umur tahun merupakan kelompok umur terbanyak. Hal ini dapat dilihat dari manifestasi klinis Filariasis yang timbul bertahun-tahun
3 kemudian setelah infeksi, sehingga menyebabkan penderita Filariasis pada umur dibawah 26 tahun lebih sedikit dibandingkan umur di atas 26 tahun. Filariasis pada umumnya menyerang pada semua kelompok umur, namun jarang terjadi pada anak - anak. Pada dasarnya setiap orang dapat tertular filariasis apabila mendapat tusukan nyamuk infektif ( mengandung larva stadium 3 ) ribuan kali ( Kodim, 2008 ). 2) Gambaran Responden Menurut Jenis Kelamin Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di wilayah kerja Puskesmas TombulilatoTahun 2012 Kasus Kontrol Total Jenis kelamin Laki laki Perempuan Sumber : Data Primer Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan responden terbanyak adalah laki-laki yakni sebanyak 106 jiwa ( 58.6 % ) dan perempuan 75 jiwa ( 41.4 % ). Dapat di lihat pada tabel 4.2. Jenis kelamin juga sangat menunjang terjadinya Filariasis. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan hal ini biasanya disebabkan oleh gaya hidup antara laki laki dan perempuan sangatlah berbeda. Pada umumnya juga laki laki lebih sering kontak langsung dengan vektor karena pekerjaannya di bandingkan dengan perempuan yang aktifitasnya lebih banyak berada di rumah.
4 3) Gambaran Responden menurut Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Responden menurut Pendidikan Di wilayah kerja Puskesmas Tombulilato Tahun 2012 Kasus Kontrol Total Pendidikan Perguruan tinggi SMA SMP SD Tidak sekolah Sumber : Data Primer Hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato ditemukan masih banyak masyarakat yang tidak sekolah yakni sebesar 23.8% adapun sebagian masyarakat yang memiliki pendidikan terakhir mereka adalah SD yaitu sebesar 49.7% kemudian SMP sebesar 20.4%, SMA sebesar 5.5% dan yang paling sedikit Perguruan Tinggi yakni sebesar 0.6%. Berdasarkan tabel 4.3 Dapat disimpulkan bahwa masih banyak masyarakat yang berpendidikan rendah, yang artinya pendidikan mereka masih minim. Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Seseorang yang berpendidikan rendah tidak terlalu memikirkan dengan serius permasalahan yang mereka hadapi begitu juga dengan kesehatan, sehingga mengakibatkan derajat kesehatan yang kurang atau menurun. Sebaliknya seseorang yang berpendidikan akan berpikir jernih dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi terutama masalah kesehatan ( Notoadmodjo, 2007 ).
5 4) Gambaran responden menurut alamat tempat tinggal Tabel 4.4 Distribusi Responden menurut alamat tempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tombulilato tahun 2012 Kasus Kontrol Total Alamat Mootayu Mootawa Tombulilato Alo Moopiya Pelita Jaya Inomata Mootinelo Laut biru Sumber : Data primer Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango sebagaimana yang telah disajikan pada tabel 4.4 didapatkan responden yang beralamat di desa Mooatayu lebih banyak yakni 46 responden ( 25.4% ), desa Mootawa sebanyak 40 responden ( 22.1 ), desa Pelta jaya sebanyak 21 responden ( 11.6 % ), desa Tombulilato sebanyak 17 responden ( 9.4 ), Laut Biru sebanyak 16 responden (8.8 %), desa Mootinelo sebanyak 13 responden ( 7.2 % ), desa Alo sebanyak 11 responden ( 6.1% ), desa Moopiya 9 responden ( 4.9 % ), desa Inomata sebanyak 8 responden ( 4.4 % ).
6 6. Karakteristik Pekerjaan responden Tabel 4.6 Distribusi responden menurut pekerjaan Di wilayah kerja Puskesmas Tombulilato Kecamatan Bone Raya Tahun 2012 Kasus Kontrol Total Jenis Pekerjaan PNS Wiraswasta Petani Nelayan Penambang emas URT Sumber : Data Primer Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango didapatkan responden yang pekerjaannya sebagai Penambang emas lebih banyak yakni sebesar 45.3%, Petani sebesar 51%, Wiraswasta sebesar 11%, Nelayan sebesar 9%, PNS sebesar 0.5%, dan ada yang sebagai URT yakni sebesar 6%. 7. Gambaran jenis pekerjaan responden yang berisiko dan tidak berisiko Tabel 4.7 Distribusi responden menurut pekerjaan yang berisiko dan tidak berisiko di wilayah kerja Puskesmas Tombulilato tahun 2012 Kasus Kontrol Total Jenis pekerjaan Berisiko Tidak berisiko Sumber : Data primer Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango didapatkan
7 responden dengan pekerjaannya yang berisiko yakni sebesar 82.3 % dan yang memiliki pekerjaan yang tidak berisiko sebesar 17,7 %. 8. Karakteristik keadaan lingkungan biologi disekitar rumah responden Tabel 4.8 Distribusi responden menurut keadaan lingkungan biologi sekitar rumah di wilayah kerja Puskesmas Tombulilato tahun 2012 Kasus Kontrol Total Keadaan lingkungan Buruk Baik Sumber : Data primer Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango didapatkan keadaan lingkungan dalam kategori buruk yakni sebesar 45.3% dan dalam kategori baik yakni sebesar 54.7%. Lingkungan biologik dapat menjadi faktor pendukung terjadinya penularan filariasis. faktor pendukung lingkungan biologik yakni adanya genangan air, dan semak-semak sebagai tempat pertumbuhan nyamuk Mansonia spp. Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya ( Depkes RI, 2006 ).
8 9. Karakteristik kebiasaan responden Tabel 4.9 Distribusi kebiasaan responden di wilayah kerja Puskesmas Tombulilato tahun 2012 Kasus Kontrol Total Kebiasaan Buruk Baik Sumber : Data primer Hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango didapatkan kebiasaan responden yang berada dalam kategori buruk yakni sebesar 81.2% dan dalam kategori baik sebesar 18.8%. Perilaku atau kebiasaan sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Tradisi dalam masyarakat yang berpengaruh negative terhadap kesehatan masyarakat serta beberapa sikap yang sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat khususnya penyakit filariasis. Seperti kebiasaan masyarakat keluar malam, kebiasaan masyarakat yang tidak mau menggunakan anti nyamuk serta berbagai macam sikap dan kebiasaan masyarakat yang mempengaruhi terjadinya filariasis ( Depkes RI, 2009 ) Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui besar faktor risiko. Untuk mengetahui besar faktor risiko dilihat dari besarnya nilai Odds ratio antara faktor faktor risiko dengan kejadian Filariasis. Jika OR > 1, artinya mempertinggi risiko, jika OR = 1, artinya tidak terdapat asosiasi atau hubungan, jika OR < 1, artinya mengurangi atau memperkecil risiko (Riwidikdo, 2009 ).
9 1. Besar faktor risiko jenis pekerjaan dengan kejadian Filariasis Tabel 4.10 Hasil Analisis besar faktor risiko Antara Jenis Pekerjaan Dengan Kejadian Filariasis Di Wilayah Kerja Puskesmas Tombulilato tahun 2012 Jenis Pekerjaan Responden Berisiko (petani,penambang emas, nelayan ) Tidak berisiko ( PNS, wiraswasta,urt, tidak bekerja ) Kasus Kontrol Total OR Sumber : Data Primer Confidence Interval 95% Berdasarkan hasil analisis secara statistik di peroleh nilai Value odds ratio jenis pekerjaan dengan kejadian Filariasis adalah 2.339, ini merupakan nilai OR sebesar atau OR > 1, Confidence interval (CI) 95% = Artinya jenis pekerjaan berisiko mempertinggi kejadian Filariasis. Dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja sebagai petani, nelayan, dan penambang emas berisiko terkena Filariasis sebesar kali dibandingkan dengan responden yang bekerja sebagai PNS, wiraswasta, dan URT.
10 2. Besar faktor risiko keadaan lingkungan biologi dengan kejadian Filariasis Tabel 4.11 Hasil Analisis besar faktor risiko Antara keadaan lingkungan Dengan Kejadian Filariasis Di Wilayah Kerja Puskesmas Tombulilato tahun 2012 Keadaan Lingkungan Biologi Kasus Kontrol Total OR Confidence Interval 95% Buruk Baik Sumber : Data primer Hasil analisis secara statistik di peroleh nilai Value odds ratio keadaan lingkungan biologi dengan kejadian Filariasis adalah 1.643, ini merupakan nilai OR sebesar atau OR > 1, Confidence interval (CI) 95% = Artinya keadaan lingkungan berisiko mempertinggi kejadian Filariasis. Dapat disimpulkan bahwa keadaan lingkungan biologi yang buruk dapat terkena Filariasis sebesar kali dibandingkan dengan keadaan lingkungan biologi yang baik.
11 3. Besar faktor risiko antara kebiasaan responden dengan kejadian Filariasis Tabel 4.12 Hasil Analisis besar faktor risiko kebiasaan responden Dengan Kejadian Filariasis Di Wilayah Kerja Puskesmas Tombulilato tahun 2012 Kebiasaan Responden Kasus Kontrol Total OR Confidence Interval 95% Buruk Baik Sumber : Data primer Hasil analisis secara statistik di peroleh nilai Value odds ratio kebiasaan responden dengan kejadian Filariasis adalah 0.868, ini merupakan nilai OR sebesar atau OR < 1, Confidence interval (CI) 95% = Artinya kebiasaan responden dapat mengurangi risiko kejadian Filariasis. Dapat disimpulkan bahwa kebiasaan responden yang yang buruk dapat terkena Filariasis hanya sebesar kali dibandingkan dengan kebiasaan responden yang baik Pembahasan 1. Faktor pekerjaan Suatu pekerjaan akan membuat seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Pola dan perilaku seseorang dalam berinteraksi ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, karena pendidikan merupakan tingkat kemampuan seseorang dalam beradaptasi dengan lingkungan, perilaku dan pekerjaannya. Terkadang dalam dunia pekerjaan baik formal maupun nonformal tinggi tingkat pendidikan menjadi
12 landasan dalam menetapkan jenis pekerjaan seseorang, walaupun pada kenyataannya tidak semua tingkat pendidikan itu menjamin pekerjaan akan baik dan tidak berisiko, akan tetapi indikator ini masih dapat diterima ( Viana, 2011 ). Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato, jenis pekerjaan responden berisiko mempertinggi kejadian Filariasis. hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Kodim ( 2008), Menurut Kodim ( 2008 ) bahwa jenis pekerjaan responden merupakan faktor risiko dan mempertinggi risiko terjadinya Filariasis. Jenis pekerjaan, dinyatakan berisiko mempertinggi kejadian Filariasis. Pekerjaan yang lebih banyak Penambang emas, Petani, dan nelayan dapat mengakibatkan status kesehatan atau kejadian Filariasis meningkat, karena seharian mereka tidak berada di rumah tetapi di tempat mereka bekerja dan pekerjaan tersebut juga dilakukan pada malam hari, mereka sering kali menginap tidur di tempat mereka bekerja. Ada yang tempat tidur mereka terlindungi dari gigitan nyamuk dan ada pula yang tidur di tempat terbuka, sehingga dapat terkontak langsung dengan vektor yang dapat menyebabkan Filariasis. sebagaimana kita ketahui bahwa nyamuk yang beraktifitas pada malam hari adalah nyamuk Anopheles, Culex dan Mansonia yakni dari mulai matahari terbenam hingga matahari terbit, dan ada sebagian kecil yang mengigit pada siang hari yakni nyamuk Aedes aegypti. Hasil wawancara dengan responden di peroleh, mereka yang melakukan pekerjaan pada malam hari dan menginap malam di tempat kerja seperti penambang emas, dan petani, untuk menghindari dari gigitan nyamuk mereka
13 terkadang hanya memakai sarung atau membakar kayu membuat api unggun. Keadaan ini belum tentu baik karena kita ketahui bersama asap yang berasal dari bakaran bakaran kayu ini akan menghilang karena api belum tentu hidup sepanjang malam. 2. Faktor lingkungan biologi Lingkungan sangat berpengaruh terhadap distribusi kasus Filariasis dan mata rantai penularannya. Keadaan lingkungan yang tidak baik sangat menunjang terjadinya Filariasis, seperti Keberadaan genangan air dan semak semak. Keberadaan genangan air di sekitar rumah ada yang fungsihkan untuk hal lain, seperti genangan air untuk memelihara ikan, memelihara tanaman dan ada juga genangan air yang berasal dari pembuangan air limbah rumah tangga. Keberadaan semak semak yang dibiarkan tumbuh tanpa ada tindakan untuk membersihkannya. Keadaan seperti ini dapat menambah perkembangbiakkan nyamuk sebagai vektor Filariasis (Depkes, 2009 ). Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan keadaan lingkungan biologi di Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato yakni keadaan lingkungan biologi berisiko mempertinggi kejadian Filariasis. Dapat disimpulkan bahwa keadaan lingkungan biologi yang buruk dapat terkena Filariasis sebesar kali dibandingkan dengan keadaan lingkungan biologi yang baik. Penelitian tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Viana ( 2011 ), menurut Viana keadaan lingkungan yang buruk berisiko terhadap kejadian Filariasis.
14 Keadaan lingkungan disekitar rumah dalam kategori buruk sangat menunjang terjadinya Filariasis, karena dapat menyebabkan perkembangbiakkan nyamuk sehingga sering terjadi kontak langsung dengan nyamuk. keberadaan genangan air dan semak semak dapat meningkatkan populasi nyamuk, karena genangan air dan semak semak merupakan tempat yang di senangi oleh nyamuk untuk berkembang biak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, di temukan ada beberapa genangan air yang di gunakan untuk memelihara bahan pangan seperti kangkung, daun pandan dan ada juga genangan air yang di tumbuhi berbagai jenis tanaman eceng gondok dan rumput rumput liar yang dibiarkan tumbuh dengan subur tanpa ada usaha dari mereka untuk membersihkannya, Begitupun dengan keberadaan semak semak yang di biarkan tumbuh dengan subur. kondisi seperti ini sangat di senangi oleh nyamuk karena sangat cocok untuk tempat nyamuk berkembang biak. 3. Faktor Kebiasaan Perilaku atau kebiasaan sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Tradisi dalam masyarakat yang berpengaruh negative terhadap kesehatan masyarakat serta beberapa sikap yang sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat khususnya penyakit filariasis. Seperti kebiasaan masyarakat keluar malam, kebiasaan masyarakat yang tidak mau menggunakan anti nyamuk serta berbagai macam sikap dan kebiasaan masyarakat yang mempengaruhi terjadinya filariasis ( Depkes RI, 2009 ). Hasil penelitian menunjukkan kebiasaan responden di wilayah kerja Puskesmas Tombulilato dapat mengurangi risiko, artinya risiko terjadinya
15 Filariasis sangat kecil. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yahya ( 2008 ) di Provinsi Sumatra Selatan, bahwa kebiasaan atau perilaku responden merupakan faktor risiko terjadinya Filariasis. Perilaku atau kebiasaan yang kurang disadari oleh sebagian masyarakat adalah perilaku yang mendukung penularan Filariasis. misalnya kebiasaan keluar rumah pada malam hari hingga lebih dari satu jam, hasil wawancara dengan responden diperoleh mereka yang tidak melakukan pekerjaan pada malam hari namun masih keluar rumah pada malam hari dan lebih dari satu jam, kegiatan yang mereka lakukan adalah untuk menonton televisi atau hanya sekedar berbincang bincang dan kegiatan ini mereka lakukan setiap hari. Kebiasaan keluar rumah pada malam hari berkaitan dengan pakaian yang mereka gunakan, penggunaan pakaian pelindung diri dari gigitan nyamuk sewaktu diluar rumah. Kebiasaan tidak memakai kelambu juga menunjang terjadinya Filariasis. berdasarkan wawancara diperoleh tidak semua masyarakat menggunakan kelambu, walaupun sudah menerima bantuan kelambu dari pemerintah setempat, kelambu tersebut tidak mereka fungsihkan. Walaupun tidak menggunakan kelambu, responden menggunakan anti nyamuk bakar. Menggunakan anti nyamuk di waktu tidur adalah usaha untuk menghindari dari gigitan nyamuk. Berdasarkan wawancara anti nyamuk yang sering mereka gunakan adalah anti nyamuk bakar, penggunaan anti nyamuk bakar dapat mengurangi kontak nyamuk dengan seseorang. Penggunaan anti nyamuk bakar ini sudah di kategorikan sebagai pelindung yang aman dari kontak dengan nyamuk. Ada sebagian responden tidur tidak menggunakan kelambu ataupun anti nyamuk, untuk melindungi diri dari
16 gigitan nyamuk di waktu tidur mereka hanya mengunakan sarung, hal ini dapat dijelaskan bahwa yang tidak menggunakan anti nyamuk di waktu tidur mengalami permasalahan kesehatan lainnya seperti adanya gangguan pernafasan dan sebagainya. Walaupun menggunakan anti nyamuk diwaktu tidur akan tetapi responden bekerja di tempat yang berisiko, dan ada juga responden yang tidur malam di tempat mereka bekerja yang untuk menghindari dari gigitan nyamuk mereka hanya menggunakan api unggun sehingga responden akan memiliki risiko terkena filariasis, karena kontak dengan nyamuk akan terjadi.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Kayubulan Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang pada saat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Puskesmas Tirto I Puskesmas Tirto I merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Pekalongan yang terletak di dataran rendah Pantai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.
Lebih terperinciFAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN
FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN 7 Candriana Yanuarini ABSTRAK Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria
Lebih terperinciProses Penularan Penyakit
Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)
32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana
Lebih terperinciSummery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( )
Summery ABSTRAK Nianastiti Modeong. 2012. Deskripsi Lingkungan Fisik Daerah Endemik Malaria di Desa Kotabunan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan
31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Limboto Barat Barat Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni 2012. 3.2 Desain Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Cacing filaria
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini di wilayah Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi
Lebih terperinciDINAMIKA PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN FILARIASIS DI KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014
Volume 18, Nomor 1, Hal. 56-63 Januari Juni 2016 ISSN:0852-8349 DINAMIKA PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN FILARIASIS DI KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014 Dwi Noerjoedianto Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi, diperkirakan pada 2009 dari 225
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis atau elephantiasis dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penyakit kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang disebabkan infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas, sampai saat ini malaria menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Survei
Lebih terperinciUMUM 1. Nama:.. 2. Tanggal Lahir:. 3. Jenis Kelamin: Laki-laki/Perempuan 4. Kelas: 5. Sekolah: SDN Cibogo. Universitas Kristen Maranatha
64 GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU SISWA-SISWI KELAS LIMA DAN ENAM TERHADAP PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI SDN CIBOGO KELURAHAN SUKAWARNA KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG PERIODE JUNI-AGUSTUS
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk
16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN BADAN KESBANGPOL DAN LINMAS PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA UTARA. 1. Sebelum penelitian
LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN BADAN KESBANGPOL DAN LINMAS PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA UTARA 1. Sebelum penelitian 62 2. Setelah penelitian 63 LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang terdapat di dunia. Sekitar 115 juta penduduk terinfeksi W. Bancrofti dan sekitar 13 juta penduduk teridentifikasi sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas Kabila Bone merupakan salah satu puskesmas yang terletak di. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9 desa yaitu : Desa Bintalahe, Desa Botubarani, Desa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York pada bulan September
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Demografis Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, dan memiliki
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Christ Victor Rawis*, Wulan P. J. Kaunang**, Max Tulung*
Lebih terperinciBEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Slamet Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Pontianak
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014 Listautin Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Prodi D III Kebidanan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 6 1.3. Tujuan Penelitian...
Lebih terperinciDemam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian a. Kondisi Puskesmas Tapa Puskesmas Tapa terletak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan derajat dan berat infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menjelaskan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga dalam perawatan klien Skizofrenia di Poliklinik Jiwa Puskesmas Kumun Kota Sungai Penuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia dan memiliki kelembaban dan suhu optimal yang mendukung bagi kelangsungan hidup serangga. Nyamuk merupakan salah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow. a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tutuyan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil A. Gambaran Umum Lokasi Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan luas wilayah 337,80 KM 2, dengan batas wilayah: a. Sebelah Utara
Lebih terperinciPromotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU 1) DaraSuci 2) NurAfni Bagian Epidemiologi
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005
ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 Oleh: TH.Tedy B.S.,S.K.M.,M.Kes. PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang No.23
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan
Lebih terperinciKUESIONER. Hari/Tanggal : Waktu : Pukul... s/d... No. Responden : 1. Nama (inisial) : 2. Umur :
KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU RUMAH TANGGA DALAM MENJEGAH PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2012 Hari/Tanggal : Waktu : Pukul...
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA
IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA Editor: Nama : Istiqomah NIM : G1C015022 FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2015 /2016 1 IDENTIFIKASI FILARIASIS
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular merupakan penyakit yang ditularkan melalui berbagai media. Penyakit menular menjadi masalah kesehatan yang besar hampir di semua negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu Penelitian ini mengambil lokasi di Padukuhan VI Sonosewu pada bulan Mei Agustus 2017. Padukuhan VI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar paling cepat yang disebabkan oleh virus nyamuk. Dalam 50 tahun terakhir, insiden telah meningkat 30 kali
Lebih terperinciKUESIONER ANALISIS FAKTOR KEJADIAN RELAPS PADA PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010
Lampiran 1 KUESIONER ANALISIS FAKTOR KEJADIAN RELAPS PADA PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010 Petunjuk Wawancara : 1. Pakailah bahasa Indonesia yang sederhana, bila perlu dapat menggunakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
Puskesmas Laladon dan data kependudukan dari Kantor Desa Laladon Kabupaten Bogor. 5 Pengolahan dan Analisis Data Analisis data diperoleh dari data primer melaui kuisioner yang berisikan daftar pertanyaan-pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%
Lebih terperinciKata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Sanitasi lingkungan rumah, Faktor risiko
FAKTOR RISIKO SANITASI LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBOTO KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 Nur Ifka Wahyuni NIM 811409109
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue/dbd merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik
BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja Puskesmas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo.
38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografi Wilayah kerja Puskesmas Kabila berada di wilayah Kecamatan Kabila yang wilayahnya terdiri dari 5 Kelurahan (Kelurahan Pauwo,
Lebih terperinciLAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA
LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG
Lebih terperinciRisk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)
Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 4, Desember 2013 Hal : 175-180 Penulis : 1. Junus Widjaja 2. Hayani Anastasia 3. Samarang
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis limfatik adalah penyalit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk dan berdampak pada kerusakan sistem limfe
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Fungsi ekologi hutan mangrove merupakan satu dari dua fungsi lain ekosistem
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi ekologi hutan mangrove merupakan satu dari dua fungsi lain ekosistem mangrove, yakni sebagai fungsi ekonomi dan fungsi sosial (Kustanti, 2011). Ketiga pengkategorian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang dominan di daerah tropis dan sub tropis dan dapat mematikan. Setidaknya 270 penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana saat dewasa hanya bisa hidup di sistem limfatik manusia. Penularannya
Lebih terperinciBAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teori Masalah kesehatan merupakan masalah yang multikausal, sehingga penanganan dan solusi pemecahan masalah kesehatan juga harus dilakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tikupon. b) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tomini
36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Pagimana Merupakan pusat pelayanan kesehatan yang berada di Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai. Kecamatan Pagimana
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah merupakan Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Puskesmas Sukoharjo terletak di Kelurahan Begajah, Kecamatan Sukoharjo. Luas wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo sekitar ± 4.458
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropis di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan
Lebih terperinciFaktor-faktor kejadian malaria
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO TAHUN 20 Sri Wahyunigtyas Syahrain*Nova H. Kapantow,*Woodford B.S.Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciFAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATEN KABUPATEN KARANGANYAR ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATEN KABUPATEN KARANGANYAR ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 KesehatanMasyarakat
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.
20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control. Pendekatan case control adalah suatu penelitian non-eksperimental yang menyangkut bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan
6 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan Pantai Batu Kalang terletak di pinggir pantai selatan Sumatera Barat tepatnya di Kabupaten Pesisir Selatan. Daerah Sumatera
Lebih terperinciSTUDI KEBERADAAN JENTIK DAN PERILAKU PENDERITA CHIKUNGUNYA DI DESA TALUMELITO KECAMATAN TELAGA BIRU
STUDI KEBERADAAN JENTIK DAN PERILAKU PENDERITA CHIKUNGUNYA DI DESA TALUMELITO KECAMATAN TELAGA BIRU Firi Mokoagow 1), Lintje Boekoesoe 2), Sri Manovita Pateda 3). 1 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori). Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Dirgahayu Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru. Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era sekarang ini tantangan dalam bidang pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin banyaknya berbagai penyakit menular yang
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN FILARIASIS DI RASAU JAYA II KABUPATEN KUBU RAYA ABSTRAK
ORIGINAL RESEARCH HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN FILARIASIS DI RASAU JAYA II KABUPATEN KUBU RAYA Tutur Kardiatun 1 1 Staf Pengajar Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya sampai saat ini masih tetap menjadi salah satu penyakit menular yang berisiko menyebabkan tingginya angka kesakitan serta masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi menjadi 109 genus
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal 12 sampai 22 Juni 2017. Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode Purposive
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. obyektif. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yakni
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan menggambarkan suatu keadaan atau obyek yang akan diteliti secara
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi
Lebih terperinciFajarina Lathu INTISARI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran wilayah penelitian kelurahan Limba B
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengelohan data yang dilakukan, maka hasil penelitian sebagai berikut : 4.1.1 Gambaran wilayah penelitian kelurahan Limba B
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian dapat digambarkan bahwa keadaan lokasi penelitian sebagai berikut: 4.1.1Gambaran Umum a. Keadaan Geografi Puskesmas Telaga Biru adalah
Lebih terperinciC030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA
C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA Nurhadi 1,2, Soenarto Notosoedarmo 1, Martanto Martosupono 1 1 Program Pascasarjana Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal Program Pemberantasan Penyakit menitik beratkan kegiatan pada upaya mencegah berjangkitnya penyakit, menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden DBD terjadi baik di daerah tropik
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Dulalowo 1. Geografi, Batas Wilayah Dan Iklim Kelurahan Dulalowo berada di Kecamatan Kota Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.ispa menyebabkan hampir 4 juta orang meninggal setiap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini ber di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Kotamobagu. Wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil
Lebih terperinciBAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Hasil analisa univariat menggambarkan karakteristik responden yang terdiri dari jenis pekerjaan orang tua, jenis kelamin serta usia balita. Hal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan yang digunakan adalah case control untuk mempelajari perbedaan pemberian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta menjadikannya
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makhluk hidup bertahan hidup secara berkegantungan, termasuk nyamuk yang hidupnya mencari makan berupa darah manusia, dan membawa bibit penyakit melalui nyamuk (vektor).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Jumlah penderita DBD cenderung meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Jumlah penderita maupun luas daerah penyebarannya semakin bertambah
Lebih terperinci