ANALISIS FAKTOR PENENTU PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR PENENTU PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR PENENTU PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) di SUNGAI BAHAUR ESTATE (SBHE), PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO (PT BGA), WILAYAH VI METRO CEMPAGA, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH NURUL DWI PRIHUTAMI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN NURUL DWI PRIHUTAMI. Analisis Faktor Penentu Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro (PT BGA), Wilayah VI Metro Cempaga, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. (Dibimbing oleh ABDUL QADIR dan HARIYADI). Jenis data yang digunakan dalam magang ini berupa data primer dan data sekunder yang terdiri dari data untuk laporan umum dan laporan khusus. Data dari laporan khusus untuk analisis faktor penentu produksi yang telah dikumpulkan kemudian sebagian dianalisis dengan fungsi produksi Cobb-Douglas menggunakan persamaan regresi linear berganda dan sebagian lagi dianalisis menggunakan Uji-t. Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah Minitab 14 dan SAS Faktor-faktor penentu produksi TBS yang diduga dapat meningkatkan produksi TBS di SBHE adalah faktor jumlah pupuk, curah hujan, tenaga kerja, kondisi lahan (daratan dan rendahan/lowland), umur tanaman (umur <7 tahun, 7-11 tahun, >11 tahun), dan faktor populasi tanaman per hektar (SPH) (SPH <135, , dan >143), serta analisis terhadap komponen produksi yang terdiri dari jumlah bunga betina per pohon, jumlah janjang per pohon, Berat Janjang Rata- Rata (BJR), dan jumlah pohon produktif per hektar. Hasil korelasi pada empat komponen produksi yang digunakan menunjukkan antara komponen bunga betina per pohon dengan jumlah janjang per pohon memiliki hubungan yang nyata, searah dan sangat erat. Jumlah pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap produksi TBS kelapa sawit di SBHE (nilai signifikan sebesar 0.174) dan faktor jumlah pupuk hanya menyumbang 16.2 % terhadap produksi TBS. Hal ini disebabkan oleh jumlah pupuk yang digunakan kurang sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan sehingga menyebabkan produksi TBS yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pengaruh aplikasi pupuk kurang sesuai dengan rekomendasi

3 menyebabkan kondisi fisik tanaman kelapa sawit di SBHE mengalami defisiensi hara tertinggi pada unsur Kalium (K). Curah hujan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi TBS kelapa sawit di SBHE (nilai signifikan 0.566) dan faktor curah hujan menyumbang 12.3 % terhadap produksi TBS. Hal ini disebabkan oleh adanya keragaman populasi yang tinggi akibat adanya heterogenitas tahun tanam yang tinggi untuk setiap bloknya sehingga pengaruh pengukuran curah hujan yang dibutuhkan tanaman menjadi bias. Tenaga kerja yang digunakan dalam analisis adalah tenaga kerja pemanen. Tenaga kerja memiliki pengaruh yang sangat nyata dalam peningkatan produksi TBS di SBHE (nilai signifikan 0.000) dan faktor tenaga kerja menyumbang 98 % terhadap produksi TBS. Peningkatan produksi TBS dipengaruhi oleh jumlah tenaga pemanen, pengawasan yang ketat oleh pihak supervisi, adanya sistem denda, sanksi, dan premi. Umur tanaman memiliki peranan yang sangat penting terhadap produksi TBS kelapa sawit. Hasil analisis menunjukkan umur tanaman 7-11 tahun memberikan pengaruh terbaik terhadap produksi TBS. Tanaman kelapa sawit pada umur 7-11 tahun dapat mencapai produksi optimum dengan jumlah TBS yang dihasikan banyak dan berat janjang yang dihasilkan juga cukup tinggi sehingga berpengaruh kepada pencapaian produksi TBS per hektarnya yang tinggi pula. Hasil analisis pada populasi tanaman per hektar (SPH) yang memberikan pengaruh terbaik adalah kelompok SPH <135. Kelompok SPH ini memberikan produksi TBS yang maksimum. Hasil analisis pada faktor kondisi lahan yang memberikan pengaruh terbaik dalam produksi TBS kelapa sawit adalah kelompok daratan dibandingkan kelompok rendahan/lowland. SBHE memiliki luasan daratan sebesar 78.85% dan luasan rendahan/lowland sebesar 21.15%. Kehilangan hasil produksi TBS akibat areal rendahan sebesar % dari total produksi TBS. Hal ini berpengaruh terhadap produksi TBS yang dihasilkan.

4 Analisis Faktor Penentu Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman Kelapa Sawi (Elaeis Guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro, Wilayah VI Metro Cempaga, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah The Analysis of Determinant Fresh Fruit Bunch (FFB) Production Factors Palm Oil (Elaeis Guineensis Jacq.) in Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro, Region VI Metro Cempaga, East Kotawaringin, Central Borneo Nurul Dwi Prihutami 1, Abdul Qadir 2 dan Hariyadi 2 1 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB Abstract The internship started from February 14 th to June 14 th The aim of this internship is to find out and analyze about the effects determinant fresh fruit bunch (FFB production factors) of palm oil (Elaeis Guineensis Jacq.) in SBHE, PT Bumitama Gunajaya Agro, Central Borneo. Data used for this internship is time series data from Independent variables are fertilizer, rainfall, employees, ages of plant, SPH, and topography. Dependent variable is FFB production. The data were gained primary data (direct method) and secondary data (indirect method). It used two different method, Cobb-Douglas method with double linear regression analysis equation and t-test method. The double linear regression analysis result shows that the variables of employees has positive and very significant effect, variable of fertilizer has negative and is not significant effect, and variable of rainfall has positive effect is not significant towards the palm production. The t-test results shows that ages of plants, SPH and topography has significant towards the palm production. The coefficient determining (R 2 ) test result shows that the variables of the FFB production as dependent variable can be describe by the independent variables (fertilizer, rainfall and employees) for 98.2 %. Keywords: Palm Oil, FFB Production, Determinant Production Factors

5 ANALISIS FAKTOR PENENTU PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) di SUNGAI BAHAUR ESTATE (SBHE), PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO (PT BGA), WILAYAH VI METRO CEMPAGA, KOTA WARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor NURUL DWI PRIHUTAMI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 Judul : ANALISIS FAKTOR PENENTU PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) di SUNGAI BAHAUR ESTATE (SBHE), PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO (PT BGA), WILAYAH VI METRO CEMPAGA, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Nama : NURUL DWI PRIHUTAMI NIM : A Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Ir. Abdul Qadir, MSi NIP Dr. Ir. Hariyadi, MSi NIP Mengetahui. Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Dr. Ir. Agus Purwito, MSc Agr NIP Tanggal Lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Januari 1989 di Kuala Simpang, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ismanto dan Ibu Dahlia. Pendidikan pertama dijalani penulis di SD DHARMA PATRA YKPP RANTAU pata tahun 1995 sampai Penulis menyelesaikan pendidikan di SMP SWASTA DHARMA PATRA RANTAU pada tahun 2001 sampai Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dilalui penulis di SMA SWASTA PATRA NUSA RANTAU tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007 Penulis diterima di Fakultas IPB pada tahun 2007 melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) yang diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga mengikuti kegiatan kampus. Tahun penulis mengikuti organisasi LDKM AL- Hurriyah yang berstatus sebagai anggota pada Divisi Hubungan Luar, mengikuti kegiatan Masa Perkenalan Kedatangan Mahasiswa Baru (MPKMB) sebagai PJK pada tahun Penulis pernah menjabat sebagai bendahara pada organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa di Divisi Sosial Kemasyarakatan ( ). Tahun 2009 penulis mengikuti kegiatan Masa Perkenalan Departemen (MPD) sebagai PAK. Penulis juga aktif dalam kepanitian Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) yang bernama IMTR (Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong) pada Divisi Kewirausahaan sebagai anggota tahun Penulis mengakhiri masa studi di IPB dengan menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor Penentu Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro (PT BGA), Wilayah VI Metro Cempaga, Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah. Penulisan ini terlaksana atas dukungan serta bimbingan dari Ir. Abdul Qadir, MSi dan Dr. Ir. Hariyadi, MSi.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Alah SWT atas limpahan berkah, rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga magang dan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Faktor Penentu Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro (PT BGA), Wilayah VI Metro Cempaga, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dapat terlaksana. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir magang penulis untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut mendukung dan membantu, baik dari segi moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Abdul Qadir, MSi dan Bapak Dr. Ir. Hariyadi, MSi selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, petunjuk serta nasihat selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. 2. Bapak Ir. Supijatno, MSi selaku dosen penguji. 3. Bapak Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MSi selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi. 4. Kak Arif yang telah membantu dan membimbing penulis dalam mengolah data. 5. Bapak Adityo Herlambang, SP selaku Asisten Divisi I dan sebagai pembimbing lapang selama kegiatan magang berlangsung. 6. Bapak Rudi Ismanto, SP selaku Estate Manager, Bapak Amsah Mulyadi, SP dan Bapak Darlin Bin Darwis, STP selaku Asisten Kepala, Bapak Adi Nugroho, SE selaku Kasie yang terus membantu dan membimbing penulis selama menjalani magang di SBHE. 7. Orang tua serta kakak dan adik atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, nasehat dan kepercayaan kepada penulis. 8. Seluruh keluarga besar SBHE dan PT BGA, Kalimantan Tengah.

9 9. Sahabat tercinta Kalimatul Jumro dan Desi Agustiani yang selalu memberikan saran dan dukungan kepada penulis selama masa studi. 10. Teman-teman Agronomi dan Hortikulktura 44 yang telah memberikan dukungan dan kasih sayangnya. 11. Semua pihak yang telah turut membantu penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, seperti halnya pepatah mengatakan tiada gading yang tak retak, demikian pula skripsi ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna. Semoga Allah SWT Meridhoi amal saleh dan memberikan imbalan yang setimpal dengan niat dan keikhlasan kita. Besar harapan bahwa skripsi ini akan memberikan manfaat bagi kita semua. Bogor, Agustus 2011 Penulis

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman vi viii ix PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Botani Kelapa Sawit... 4 Kondisi Iklim... 5 Curah Hujan... 6 Umur Tanaman... 7 SPH (Stand per Hectare) atau Populasi Tanaman per Hektar... 8 Pemupukan... 8 Faktor Penentu Produksi... 9 Fungsi Produksi Cobb-Douglas... 9 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan Lokasi dan Letak Geografis Keadaan Kondisi Lahan, Tanah dan Iklim Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial PEMBAHASAN... 61

11 Halaman KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 87

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Harga CPO Dunia 5 Tahun Terakhir ( ) Parameter Iklim untuk Kesesuaian Tanaman Kelapa Sawit Pengaruh Curah Hujan terhadap Potensi Produksi TBS Pengaruh Umur Tanaman terhadap Berat Janjang Rata-Rata (BJR) Produksi TBS Kelapa Sawit di SBHE Jumlah Staf dan Non Staf di SBHE Tahun Ketentuan upah Jenis Pupuk, Kelompok Pupuk dan Aplikasi Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit TBM di SBHE Jenis Pupuk, Kelompok Pupuk dan Aplikasi Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit TM di SBHE Rekomendasi Waktu Aplikasi Pemupukan di SBHE Beberapa Tingkat Fraksi TBS Beberapa Tingkat Fraksi TBS di SBHE Potensi Produksi TBS di SBHE Komponen Produksi SBHE pada Beberapa Tahun Tanam Kelapa Sawit Uji Korelasi pada Komponen-Komponen Produksi TBS Pendugaan Faktor Penentu Produksi terhadap Produksi TBS Persentase Realisasi Pemupukan ( ) di SBHE Persentase Defisiensi Unsur Hara di SBHE (2010) Realisasi Pemanenan di SBHE Berdasarkan Luasan Hasil/HK Realisasi Pemanenan di Kebun SBHE Berdasarkan Janjang Panen/HK Pengaruh Umur Tanaman terhadap Produksi TBS di SBHE Pengaruh Umur Tanaman terhadap Produktivitas TBS Kelapa Sawit di SBHE

13 Nomor 23. Pengaruh Faktor SPH terhadap Produksi TBS di SBHE Pengaruh Faktor Kondisi Lahan terhadap Produksi TBS di SBHE... Halaman 79 81

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kondisi Tanaman pada Areal Rendahan Merk Dagang Beberapa Jenis Herbisida yang Digunakan Tim Unit Semprot (TUS) SBHE Teknik Penanaman Muccuna bracteata Persentase Sebaran Produksi di SBHE Histogram Produksi Bulanan di SBHE tahun Pengaruh Kondisi Lahan terhadap Produktivitas TBS di SBHE

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumutam Gunajaya Agro ( ) Peta SBHE Struktur Organisasi Kebun SBHE Peta SBHE Divisi I Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan harian Lepas (KHL) Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Mandor Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Asisten Cara Perhitungan Premi pada Masing-Masing Model Tim Pemanen Komposisi Pohon Kebun SBHE Potensi Produksi TBS berdasarkan RUT di SBHE

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit (CPO- crude palm oil) dan inti kelapa sawit (KPO-Kernel Palm Oil) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non-migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk terus memacu peningkatan akan harga CPO di dunia. Harga CPO di dunia mengalami fluktuasi selama 5 tahun terakhir ( ) pada Tabel 1. Tabel 1. Harga CPO Dunia 5 Tahun Terakhir ( ) Tahun Harga CPO (US$ per ton) Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan (2010) Prospek tanaman kelapa sawit cukup cerah, menjanjikan dan memiliki keunggulan dibandingkan sumber minyak nabati lainnya. Hal ini dapat diketahui dari adanya peningkatan jumlah konsumen yang disebabkan kegunaanya yang bermacam-macam, mulai dari penggunaan untuk bahan industri pangan sampai industri kimia. Minyak nabati yang banyak diperdagangkan di pasar internasional antara lain minyak kedelai, minyak sawit, minyak lobak (rapeseed oil), minyak bunga matahari (sunflower oil), minyak kelapa, minyak jagung, dan minyak kacang tanah. Kelapa sawit memiliki kelebihan dibandingkan minyak nabati lainnya jika ditinjau dari segi produksi. Menurut Direktorat Jendral Perkebunan (2010) pangsa produksi sawit telah mencapai 34 % di seluruh dunia, sementara minyak kedelai 30,1 % dan selebihnya untuk produk minyak nabati lainnya seperti minyak bunga matahari, minyak lobak, minyak kapas, dan minyak kelapa.

17 2 Luas lahan untuk tanaman kelapa sawit di dunia hanya 4,5 %, sedangkan kedelai mencapai 40,5 %, lobak 11,3 %, dan bunga matahari 10,1 %. Perbandingan ini menunjukkan bahwa kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki luasan lahan yang efisien dibandingkan sumber minyak nabati lainnya. Efisiensi lahan ini disebabkan karena kelapa sawit adalah tanaman tahunan yang berbuah sepanjang tahun. Menurut Palm Oil 4 Nation (2010) biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi CPO tergolong lebih murah daripada tanaman pesaing lainnya. Biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu ton CPO di lahan seluas satu hektar sebesar 250 US Dolar. Biaya investasi untuk memproduksi minyak kedelai senilai 380 US Dolar per ton per hektar, dan minyak lobak membutuhkan 370 US Dolar. Hal ini menjadi dasar pertimbangan mengapa harga CPO memiliki harga yang lebih terjangkau bagi konsumen dunia dibandingkan dengan harga minyak nabati lainnya. Produksi TBS merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Keberhasilan produksi TBS sangat tergantung oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, faktor tanaman dan faktor budidaya. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor bahan tanam, curah hujan, pemupukan, populasi tanaman, kondisi lahan, umur tanaman, manusia (pemanen) dengan kapasitas kerjanya, sarana dan prasarana panen, serta faktor pendukung lainnya. Ketersediaan sarana atau faktor-faktor produksi belum berarti produktivitas yang diperoleh suatu perusahaan perkebunan akan tinggi pula. Peningkatan produksi dapat diperoleh dengan mengalokasikan input produksi secara tepat dan berimbang. Komoditi kelapa sawit sebagai salah satu penghasil devisa negara terbesar memiliki peranan yang penting sehingga akan dilakukan magang mengenai analisis produksi TBS tanaman kelapa sawit dengan melihat faktor-faktor penentu produksi yang mempengaruhinya sehingga diharapkan dapat dibentuk sebuah sistem perkebunan kelapa sawit dengan tingkat produktivitas yang tinggi.

18 3 Tujuan Kegiatan magang yang dilaksanakan secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan kerja dan pengalaman lapang mahasiswa dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, baik secara teknis maupun manajerial. Kegiatan magang secara khusus bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis produksi TBS tanaman kelapa sawit dengan melihat faktorfaktor yang mempengaruhinya dengan harapan dapat memberikan masukan yang efektif dan efisien dalam kegiatan produksi dan melatih mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

19 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari tiga kata yaitu Elaeis berasal dari Elation berarti minyak dalam bahasa Yunani, Guineensis berasal dari bahasa Guinea (pantai barat Afrika) dan Jacq. berasal dari nama Botanis Amerika Jacquin. Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah: Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Cocoideae Famili : Palmae Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq. Akar tanaman kelapa sawit adalah serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang telah tumbuh (berkecambah) adalah radikula yang panjangnya dapat mencapai 15 cm. Akar primer mampu bertahan sampai 6 bulan yang bertugas mengambil air dan makanan terkait dengan cadangan makanan pada endosperm biji telah habis yang ditandai dengan lepasnya biji. Akar primer ini akan tumbuh akar sekunder dengan diameter 2-4 mm yang tumbuh horizontal. Akar sekunder ini akan tumbuh pula akar tertier dan kuartener yang berada dekat dengan permukaan tanah. Akar tertier dan kuartener inilah yang paling aktif mengambil air dan hara lain dalam tanah (Lubis, 1992). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base). Batang berbentuk silindris berdiameter 0.5 m. Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium dan tidak bercabang (Lubis, 1992). Menurut Setyamidjaja (2006) setiap tanaman memiliki 8 spiral yang letaknya agak tegak dan mengarah ke kanan atau ke kiri. Sifat ini merupakan sifat genetis.

20 5 Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang daun sejajar. Daun membentuk satu pelepah dengan panjang mencapai lebih dari m. Jumlah anak daun pada setiap pelepah berkisar helai. Pelepah yang dihasilkan pada tanaman dewasa sekitar pelepah. Setiap tahun tanaman kelapa sawit bisa menghasilkan lembar daun (Fauzi et al., 2008). Bunga tanaman kelapa sawit terdiri atas bunga jantan, bunga betina atau hermafrodit. Tiap tandan bunga jantan memiliki cabang (spikelet) yang panjangnya antara cm dan berdiameter 1-1,5 cm. Tiap cabang berisi bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari. Tandan bunga betina memiliki cabang dan setiap cabang terdapat bunga betina. Satu tandan buah tanaman dewasa dapat diperoleh butir buah, tergantung besarnya tandan. Letak bunga betina dan bunga jantan pada satu pohon terpisah dan matangnya tidak bersamaan, sehingga tanaman kelapa sawit biasanya menyerbuk silang. Penyerbukan dilakukan oleh bantuan angin atau serangga (Setyamidjaja, 2006). Buah kelapa sawit disebut juga fructus. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai dengan buah matang siap dipanen kurang lebih 5-6 bulan. Buah kelapa sawit terdiri atas empat bagian yaitu: eksokarp, mesokarp, endokarp dan kernel. Menurut Fauzi et al. (2008) tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan tandan/tahun. Kondisi Iklim Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara-selatan 12 o pada ketinggian m dpl. Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Menurut Fauzi et al. (2008) tanaman kelapa sawit memerlukan suhu optimum yaitu sekitar o C untuk tumbuh dengan baik, tetapi tanaman kelapa sawit masih bisa tumbuh pada suhu terendah 18 o C dan tertinggi 32 o C. Suhu berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80 %. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan.

21 6 Faktor yang mempengaruhi kelembapan adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi. Tabel 2. Parameter Iklim untuk Kesesuaian Tanaman Kelapa Sawit Parameter Iklim Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 (Baik) (Sedang) (Kurang Baik) (Tidak Baik) Curah hujan (mm) < 1500 Defisit air (mm/thn) > 400 Hari tanpa hujan < 10 < 10 < 10 < 10 Temperatur ( 0 C) Penyinaran (jam) 6 6 < 6 < 6 Kelembapan (%) < 80 < 80 Sumber: Sunarko (2007) Curah Hujan Menurut Mangoensoekarjo (2007) curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah mm/tahun, sedangkan Hadi (2004) menyatakan bahwa curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun serta tidak terdapat bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah dengan hujan lebih dari 20 hari. Akar tanaman sulit menyerap unsur bila tanah dalam keadaan kering. Tabel 3. Pengaruh Curah Hujan terhadap Potensi Produksi TBS Curah Hujan Setahun (mm) Potensi Produksi (%) mm atau lebih mm mm atau kurang Sumber : Sunarko (2007) Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006) menjelaskan bahwa terdapat beberapa pengaruh musim kering dan defisit air (water deficit) terhadap produksi kelapa sawit. Water deficit merupakan kondisi suplai air yang tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan air untuk tanaman. Pengaruh water deficit terhadap produksi sebagai berikut:

22 7 a. Pengaruh terhadap produksi semester II 1. Water deficit mencapai batas stadia I (water deficit mm), hal ini belum berpengaruh terhadap produksi. 2. Water deficit mencapai batas stadia II (water deficit mm), maka kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar persen. 3. Water deficit mencapai batas stadia III (water deficit mm), maka kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar persen. 4. Water deficit mencapai stadia IV (water deficit 500 mm), maka kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar persen. Akibat kekerinagn, buah menjadi lebih cepat matang tetapi akan berakibat turunnya rendemen minyak dan jumlah buah parthenocarpi meningkat. b. Pengaruh terhadap produksi tahun II dan III 1. Water deficit mencapai batas stadia I, maka pengaruhnya terhadap produksi tahun II tidak ada. 2. Jika seluruhnya terkena stadia II, maka kemungkinan kehilangan produksi tahunn II mencapai 0 10 persen. Jika seluruhnya terkena stadia III, maka kemungkinan kehilangan produksi semester I tahun II mencapai persen karena mengganggu sex differentiation. Umur Tanaman Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit dipengarui oleh komposisi umur tanaman. Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas maksimal tanaman kelapa sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 11 tahun. Menurut Pahan (2008) produksi optimal dapat dicapai saat rata-rata umur tanaman 15 tahun. Acuan penentuan batasan umur 15 tahun didasarkan pada umur 15 tahun akan tercapai produksi puncak. Menurut Sunarko (2007) jumlah bunga betina pada tanaman muda lebih banyak sehingga buah yang dihasilkan lebih banyak, tetapi bobot yang dihasilkan hanya mencapai kurang kg. Kondisi seperti ini menyebabkan produktivitas tanaman rendah. Tanaman tua memiliki bobot tandan lebih berat dibandingkan tanaman muda. Berat janjang Rata-Rata (BJR) akan sama untuk setiap tahunnya saat tanaman berumur lebih dari 10 tahun.

23 8 Tabel 4. Pengaruh Umur Tanaman terhadap Berat Janjang Rata-Rata (BJR) Umur Tanaman Berat Janjang Rata-Rata (Tahun) (kg) > 12 Sumber : Sunarko (2007) SPH (Stand per Hectare) atau Populasi Tanaman Per Hektar Kerapatan tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit. Risza (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penurunan produksi dengan kerapatan tanam. Kelapa sawit yang hidup di tempat yang terlindung dan kurang mendapatkan cahaya matahari pertumbuhannya akan meninggi, tidak normal, habitusnya kurus, lemah, jumlah daun sedikit, dan produksi bunga betina berkurang. Menurut Lubis (1992) bahan tanaman tipe Dolok Sinumbah, Bah Jambi, SP-540, dan Yangambi dianjurkan menggunakan kerapatan tanaman antara pohon per hektar, sedangkan tipe Lame adalah 143 pohon per hektar. Daerah yang memiliki iklim relatif kering dianjurkan untuk menggunakan kerapatan tanaman 143 pohon per hektar. Pemupukan Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi. Pemupukan tergolong kedalam salah satu tindakan perawatan tanaman. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit bertujuan untuk mendapatkan target produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal dan mendapatkan kualitas minyak yang baik (Adiwiganda dan Siahaan, 1994). Adiwiganda (2002) menyatakan bahwa tidak kurang dari 50 % biaya pemeliharaan berasal dari biaya pemupukan mulai dari biaya pengadaan, transportasi, dan pengawasan. Sugiyono et al. (2005) menambahkan bahwa biaya

24 9 yang diperlukan untuk pemupukan sekitar 30 % terhadap biaya produksi atau sekitar 60 % terhadap biaya pemeliharaan. Menurut Sastrosayono (2006) kebutuhan unsur hara bagi tanaman kelapa sawit untuk setiap fase pertumbuhan berbeda-beda. Jumlah unsur hara yang ditambahkan melalui pupuk harus memperhitungkan kehilangan hara akibat pencucian, penguapan, penambahan hara dari tanaman penutup tanah (cover crop), hara yang terikat dari udara, serta potensi fisik dan kimia tanah. Faktor Penentu Produksi Keberhasilan dalam produksi tergantung pada berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi kelapa sawit meliputi: pengaruh jenis tanah, iklim, defisit air, dan jenis bahan tanam. Kerapatan pohon juga menentukan produksi. Umur tanaman 7-9 tahun telah mencapai panjang pelepah daun yang maksimum. Produksi tertinggi terdapat pada tanaman berumur 7-11 tahun. Keadaan topografi dan kondisi jalan sangat mempengaruhi dalam kegiatan produksi. Jalan yang masih terkendala terkadang menyebabkan panen menjadi tertunda, buah tidak terangkut pada hari panen sehingga banyak buah yang membusuk di lapang. Hal tersebut merupakan contoh faktor yang langsung berhubungan dengan kegiatan produksi. Banyak faktor lain yang perlu dikaji seperti keterampilan pemanen, premi panen, dan lain-lain (Lubis, 1992). Fungsi Produksi Cobb-Douglas Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu menghasilkan dengan baik. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu faktor produksi lahan (tanah), modal, tenaga kerja dan skill atau manajemen. Hubungan antara faktor produksi (input) dengan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi (Soekartawi, 1991). Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Salah satu faktor tidak tersedia menyebabkan proses produksi tidak akan berjalan lancar. Beberapa bentuk fungsi produksi yang umum digunakan misalnya bentuk linier,

25 10 kuadratik, Cobb-Douglas dan CES (Constan Elasticity of Substitution). Fungsi produksi yang umum digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Hal ini disebabkan karena adanya kelebihan yang dipakai oleh fungsi produksi ini. Penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas menghasilkan pendugaan koefisien regresi yang sekaligus menunjukan besaran perubahan output akibat penggunaan input produksi (elastisitas produksi). Besaran elastisitas produksi tersebut sekaligus menunjukkan besarnya respon output terhadap perubahan proporsional input yang disebut dengan skala usaha (retuns to scale). Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua variabel atau lebih variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen, dijelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi, yaitu variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku pada penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas. Secara matematis, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dituliskan dengan persamaan: Y = a X b1 1 X b X bi i... Xn bn e u = aπx bi i eu (1.1) Keterangan: Y = variabel yang dijelaskan (dependen) X = variabel yang menjelaskan (independen) a, b = besaran yang akan diduga u = kesalahan (disturbance term) e = logaritma natural, e = 2,718 Persamaan tersebut memperlihatkan bahwa nilai b1, b2, bi...bn adalah tetap walaupun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini karena b1, b2...bn pada fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukan elastisitas X terhadap Y dan jumlah dari elastisitasnya merupakan ukuran returns to scale. Fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan sebagai hubungan Y dan X sehingga persamaannya menjadi: Y = f (X 1, X 2, X 3,... X i..., Xn) (1.2) Fungsi produksi Cobb-Douglas pada persamaan (1.1) dapat diduga besarnya produksi yang dihasilkan dengan terlebih dahulu diubah menjadi bentuk

26 11 linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut yang ditulis dengan persamaan: Y = f (X 1, X 2 ) dan Y = a X b1 1 X b2 2 e u Logaritma dari persamaan diatas, adalah: Log Y = log a + b 1 log X 1 + log a + b 2 log X 2 + v Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut: 1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol karena logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite). 2. Fungsi produksi memerlukan asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non neutral difference in the respective technologies). Hal ini berarti bila fungsi produksi yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model maka perbedaan model tersebut terletak pada intersep dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

27 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro (PT BGA), Wilayah VI Metro Cempaga, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Metode Pelaksanaan Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang telah ditetapkan oleh kebun, baik aspek teknis di lapangan maupun aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten divisi. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL selama satu bulan pertama meliputi pemeliharaan tanaman kelapa sawit TM (Tanaman Menghasilkan), yaitu: pengendalian gulma secara manual (pembersihan piringan dan gawangan, DAK), pengendalian gulma secara kimiawi (piringan dan gawangan chemist dan oles anak kayu), rawat jalan, pembuatan pasar pikul, pemangkasan (pruning), penanaman Muccuna bracteata (MB) dan Nephrolepis sp., dongkel kentosan, pemupukan, dan pemanenan. Kegiatan sebagai pendamping mandor berlangsung selama satu bulan dengan tugas melaksanakan instruksi dari asisten divisi. Kemandoran yang diikuti meliputi kemandoran panen, kemandoran perawatan, kemandoran chemist, dan kemandoran pemupukan. Kegiatan sebagai pendamping kerani panen dan kerani divisi juga dilaksanakan saat menjadi pendamping mandor. Kegiatan sebagai pendamping asisten divisi dilaksanakan selama satu bulan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain: melakukan pemeriksaan ke lapang, menyusun rencana dan anggaran biaya divisi yang disebut dengan Rencana Kegiatan Bulanan (RKB), membantu membenahi administrasi kantor kebun dan melakukan kunjungan ke pabrik kelapa sawit. Kegiatan yang dilakukan selama satu bulan terakhir adalah mengikuti kegiatan manajerial di kantor induk kebun dan lebih banyak berdiskusi dengan

28 13 staf kebun terkait dengan kroscek kegiatan yang telah dilaksanakan selama menjadi KHL, pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Pengumpulan Data Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui observasi kegiatan di kebun. Pengumpulan data primer terbagi menjadi dua bagian, yaitu data primer untuk laporan umum dan laporan khusus. Data primer untuk laporan umum adalah data prestasi kerja selama menjadi KHL, pendamping mandor dan pendamping asisten. Data primer untuk analisis produksi difokuskan pada pengamatan terhadap komponen produksi, yaitu jumlah bunga betina per pohon, jumlah TBS per pohon, bobot buah per TBS yang dilihat dari nilai Berat Janjang Rata-Rata (BJR) setiap blok berdasarkan tahun tanam dan jumlah pohon produktif. Teknik pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengamatan pada blok contoh yang mewakili untuk beberapa tahun tanam kelapa sawit (tahun tanam 1998, 2002, 2003, 2005, 2007, dan 2008). Pengumpulan data untuk komponen-komponen produksi yang akan diamati diambil contoh pada luasan satu ha dari tiap-tiap blok contoh. Luasan satu hektar terdiri atas dua pasar pikul. Pengamatan pada pasar pikul pertama dilakukan pada baris tanaman ketiga yang terhitung dari pinggir blok dan pengamatan untuk pasar pikul kedua dilakukan selang 10 baris dari baris tanaman pada pengamatan awal. Pengamatan terhadap komponen produksi dilakukan dengan menghitung semua jumlah bunga betina/pohon, jumlah janjang/pohon dan jumlah pohon produktif yang ada dalam setiap pasar pikul pikul yang diamati. Nilai BJR diperoleh dari data kebun untuk blok contoh yang diamati. Pengamatan terhadap komponen produksi ini digunakan untuk mengetahui korelasi tiap-tiap komponen produksi, estimasi produksi semesteran dan potensi produksi per blok berdasarkan tahun tanam. Menurut Lubis (1992) rumus yang digunakan untuk menghitung produksi TBS 6 bulan mendatang dalam satu hektar adalah: P = a x b x d e

29 14 Keterangan: P = Produksi (kg) a = Jumlah tandan bunga betina dan janjang yang diamati (janjang) b = Berat janjang Rata-Rata (BJR) (kg/janjang) d = Jumlah pohon yang diamati (pohon) e = Jumlah seluruh pohon dalam blok (pohon) Data sekunder diperoleh untuk melengkapi informasi di lapangan (data primer) selama kegiatan magang. Data sekunder yang dikumpulkan terbagi menjadi dua, yaitu data sekunder untuk laporan umum dan data sekunder untuk keperluan analisis produksi. Data sekunder untuk laporan umum diperoleh dari laporan manajemen mengenai keadaan umum perusahaan, letak geografis, keadaan tanah dan iklim, kondisi tanah dan produksi, luas areal dan tata guna lahan, organisasi dan manajemen, penerapan teknik budidaya dan peta kebun. Data sekunder yang diperlukan untuk keperluan analisis produksi berupa data produksi TBS setiap tahun ( ), data curah hujan, umur tanaman, populasi tanaman per hektar, pemupukan, data penyebaran kondisi lahan, data kebutuhan tenaga kerja dan data-data pendukung lainnya. Data sekunder yang digunakan untuk keperluan analisis adalah data tiga tahun terakhir ( ). Data untuk keperluan analisis ini disesuaikan dengan kelengkapan data yang ada pada administrasi kebun dan melihat kondisi kebun yang baru dilakukan pemutihan umur tanaman pada tahun Pemutihan umur tanaman merupakan penggenapan perkiraan tahun tanam suatu blok yang heterogen ke dalam tahun penanaman terdekat atau dapat diketahui dengan menghitung komposisi umur tanaman berdasarkan Rata-Rata Umur Tanaman (RUT). Data pupuk merupakan data realisasi jumlah pupuk yang telah digunakan setiap bulannya. Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan per bulan. Data curah hujan dan data realisasi pemupukan yang digunakan adalah data dua tahun sebelum produksi TBS karena pengaruh curah hujan dan realisasi pemupukan terhadap produksi dapat dilihat setelah dua tahun kemudian. Data kondisi lahan yang digunakan untuk areal daratan adalah pengurangan dari luasan total setiap blok dengan luasan areal rendahan/lowland pada blok tersebut. Persentase areal rendahan/lowland dan daratan tersebut dihubungkan dengan

30 15 produksi TBS pada blok tersebut. Data kelompok umur tanaman diperoleh dari hasil pengurangan tahun yang digunakan untuk analisis ( ) dengan tahun tanaman kelapa sawit sehingga diperoleh data umur tanaman kelapa sawit yang dikaitkan dengan produksi TBS yang dicapai. Data SPH merupakan data SPH yang diambil pada setiap divisi dan dikelompokkan berdasarkan kategori SPH yang telah ditentukan yang dihubungkan terhadap pencapaian produksi TBS. Metode Pengolahan dan Analisa Data Data primer dan data sekunder yang dihasilkan selanjutnya dianalisis secara kuantitatif lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Data yang telah diperoleh sebagian dianalisis dengan fungsi produksi Cobb-Douglas menggunakan persamaan regresi linear berganda dan sebagian lagi dianalisis menggunakan Uji-t. Hal ini disebabkan oleh kelengkapan data yang tersedia di kebun yang akan digunakan untuk keperluan analisis. 1. Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas dengan Menggunakan Persamaan Regresi Linear Berganda Metode yang digunakan dalam menganalisis data yang telah diperoleh adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda (double linear regression analysis) dengan alat bantu Minitab 14 Analisis regresi linear berganda adalah suatu teknik statistical yang digunakan untuk menganalisis variabel mana yang memberikan pengaruh yang terbaik di antara beberapa variabel independen (faktor-faktor penentu produksi) terhadap peubah dependen (produksi TBS). Model persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas sebagai berikut : Y = ax b1 1 X b2 b3 2 ax 3 Fungsi produksi Cobb-Douglas diubah kedalam persamaan linier berganda setelah terlebih dahulu diubah dalam bentuk Ln (Logaritma natural). Persamaannya adalah sebagai berikut : Ln Y = Ln a + b 1 Ln X 1 + b 2 Ln X 2 + b 3 Ln X 3 + U

31 16 Keterangan : Y X1 X2 X3 a bij = Produksi Tandan Buah Segar (TBS) yaitu TBS yang dihasilkan dari kebun dan siap untuk diolah (kg) = Faktor jumlah pupuk (kg) = Faktor curah hujan (mm/bulan) = Faktor tenaga kerja (orang) = intersep, merupakan besaran parameter = koefisien produksi yang juga merupakan elastisitas produksi i = 1, 2, 3 j u = sub faktor produksi = kesalahan e = Logaritma natural ( e = ) Hasil perhitungan dari fungsi produksi Cobb-Douglas diuji pengaruh masing-masing faktor secara individu menggunakan Uji-t (Walpole, 1990). Hipotesa yang diajukan dalam analisa ini adalah sebagai berikut: bi sbi H 0 : bi = 0 H 1 : bi 0 T hit = bi sbi, = koefisien regresi variabel ke-i = standar error variabel ke- i Bila : t hit > t tab tolak H 0 t hit < t tab terima H 0 H 0 ditolak membuktikan bahwa faktor produksi yang digunakan berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. H 0 membuktikan bahwa faktor produksi tidak berpangaruh nyata terhadap hasil produksi. Nilai koefisien determinasinya (R 2 ) digunakan untuk melihat besarnya persentase pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi adalah 0 sampai dengan 1. Nilai R 2 semakin mendekati nol memperlihatkan semakin kecil pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R 2 semakin mendekati satu memperlihatkan semakin besar pula pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen.

32 17 2. Analisis Menggunakan Uji-t Sebagian faktor penentu produksi TBS yang digunakan untuk keperluan analisis adalah menggunakan Uji-t. Hal ini disebabkan oleh data yang diperoleh berupa data hasil produksi akibat dari pengaruh variabel faktor penentu produksi yang digunakan untuk analisis. Variabel faktor produksi yang digunakan adalah variabel kelompok umur tanaman (umur tanam <7 tahun, 7-11 tahun dan > 11 tahun), kelompok SPH (SPH <135, SPH , dan SPH > 143) dan kelompok kondisi lahan (daratan dan rendahan/lowland). Nilai yang diperoleh dari analisis selanjutnya dilihat kelompok variabel mana dari variabel faktor penentu produksi tersebut yang memberikan pengaruh terbaik terhadap produksi TBS.

33 KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998 dengan dibangunnya PT Karya Makmur Bahagia (KMB) seluas 255 ha. BGA telah mengelola lahan perkebunan kelapa sawit seluas hektar hingga akhir BGA mengakuisisi tiga perusahaan perkebunan kelapa sawit yakni PT Windu Nabatindo Lestari, PT Hati Prima Agro, dan PT Surya Barokah pada tahun Percepatan tanam yang spektakuler dimulai sejak tahun 2004 dengan pencapaian luasan tanam ha, tahun 2005 dengan pencapaian luasan tanam ha dan tahun 2006 dengan pencapaian luasan tanam ha. Total luasan kebun kelapa sawit hingga akhir tahun 2006 mencapai ha. BGA mengalami pertumbuhan yang signifikan hingga mencapai areal tanam lebih dari hektar pada akhir tahun Areal perkebunan BGA juga tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Riau. BGA menargetkan total luas areal yang digarap mencapai sedikitnya ha dalam rangka mewujudkan langkah pertumbuhan yang pesat untuk jangka waktu hingga Profil Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit. BGA Group berkomitmen mewujudkan kelapa sawit lestari (sustainable palm oil). BGA Group senantiasa melakukan kegiatan standarisasi praktek operasional sesuai Prinsip dan Kriteria Roundtable On Sustainable Palm Oil (RSPO) demi terwujudnya kelapa sawit lestari. BGA menaungi beberapa perusahaan diantaranya PT Windu Nabatindo Lestari, PT Hati Prima Agro, dan PT Surya Barokah. PT Surya Barokah bergerak di bidang pengusahaan kayu yang kemudian beralih ke bidang perkebunan dengan HPH (Hak Pengusahaan Kayu). PT Surya Barokah mulai mengusahakan

34 19 perkebunan untuk mendapatkan IPK (Izin Pemanfaatan Kayu). Pengusahaan ini dilakukan sejak tahun 1996 hingga tahun PT Surya Barokah mengalami kebangkrutan pada tahun 2004, kemudian di take over dan diakuisisi kepada PT BGA menjadi PT Windu Nabatindo Abadi (PT WNA) dengan luas areal tanam PT WNA menaungi 3 kebun, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Bangun Koling Estate (BKLE) dan Sungai Cempaga Estate (SCME). Sungai Bahaur Estate (SBHE) merupakan kebun take over yang berasal dari PT Surya Barokah yang terletak di Kecamatan Cempaga Hulu Kotawaringin Timur dengan luas areal ha. Jumlah karyawan Kebun SBHE adalah 761 karyawan, yang terdiri atas 8 Orang staf, 40 orang karyawan bulanan, 424 KHT, 244 KHL. ITK SBHE adalah 0.18 yang terdiri dari ITK untuk kegiatan perawatan sebesar 0.12 HK/ha kegiatan panen sebesar 0.06 HK/ha. Lokasi dan Letak Geografis Secara geografis SBHE berada antara o o BT dan 1.80 o o LS yang terletak di Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Batas wilayah SBHE sebelah utara adalah Sungai Cempaga Estate (SCME) dan sebelah timur berbatasan dengan PT Bisma Darma Kencana. Keadaan Kondisi lahan, Tanah dan Iklim SBHE mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Puncak musim hujan terjadi pada April dan Desember, sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada Februari dan Agustus berdasarkan data curah hujan tahun Curah hujan rata-rata selama 5 tahun terakhir ( ) di SBHE adalah mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.00 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah bulan/tahun. Menurut klasifikasi Schimidth-Ferguson, iklim di SBHE termasuk tipe iklim A (sangat basah). Keadaan curah hujan di SBHE dapat dilihat pada Lampiran 1.

35 20 Keadaan kondisi lahan di SBHE mayoritas adalah relatif datar dengan tingkat kemiringan 0-8 % dan sedikit daerah bergelombang dengan tingkat kemiringan 9 15 %. Jenis tanah di SBHE terdiri atas tanah inceptisol sebesar 60.28%, kaolin sebesar 19.86%, ultisol sebesar 17.73% dan tanah entisol sebesar 0.71%. Menurut Resman, et al. (2006) tanah inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih remah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induk. Warna tanah inceptisol beraneka ragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu menunjukkan bahan induknya berasal dari endapan sungai. Warna coklat kemerahan terbentuk karena mengalami proses reduksi. Warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi. Menurut Jalaluddin dan Jamaluddin T (2005) kaolin adalah salah satu jenis tanah lempung yang tersusun dari mineralmineral. Tanah lempung jenis ini berwarna putih keabu-abuan. Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006) ultisol berkembang dari berbagai bahan induk, baik yang bersifat masam hingga basa. Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan. Menurut Utami dan Handayani (2003) tanah entisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Tanah ini mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara yang tersedia rendah. Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit di SBHE termasuk kedalam lahan kelas S3 (sesuai marjinal) dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah pasir berlempung. Pemanfaatan tanah berdasarkan kelas lahan ini untuk pengembangan kelapa sawit, khususnya di SBHE harus diikuti dengan upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Upaya tersebut diantaranya adalah penanaman tanaman kacangan penutup tanah, pemupukan, dan aplikasi bahan organik. Berbagai perbaikan yang dilakukan pada kondisi tanah tersebut diharapkan dapat mencapai protensi produksi yang ingin dicapai sesuai dengan siklus tanaman kelapa sawit.

36 21 Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas areal tanam PT Windu Nabatindo Abadi adalah ha yang terbagi ke dalam tiga kebun, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE) ha, Bangun Koling Estate (BKLE) ha, dan Sungai Cempaga Estate (SCME) ha. SBHE terdiri dari 5 Divisi. Divisi I memiliki 24 Blok dengan luas areal tanam ha. Divisi II memiliki 31 Blok dengan luas areal tanam 855 ha. Divisi III memiliki 24 Blok dengan luas areal tanam 672 ha. Divisi IV memiliki 32 Blok dengan luas areal tanam 959 ha. Divisi V memiliki 30 Blok dengan luas areal tanam 806 ha. Luas keseluruhan areal perkebunan SBHE adalah ha yang terdiri dari luas kebun kelapa sawit inti ha dan luas kebun kelapa sawit plasma ha. Peta SBHE dapat dilihat pada Lampiran 2. Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di SBHE adalah varietas Marihat yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak tegak lurus antar baris adalah 7.97 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi tanaman per hektarnya 136 pohon. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa populasi tanaman per hektarnya beragam. Tanaman kelapa sawit sebelum berpindah tangan kepada PT WNA kurang terawat dan hanya areal daratan saja yang ditanami pohon kelapa sawit dengan jarak tanam yang digunakan beragam. Tanaman kelapa sawit tersebut di lakukan konsolidasi dan ditambah dengan tanaman kelapa sawit sisipan setelah berganti kepemilikan. Standar yang digunakan untuk populasi tanaman di SBHE adalah 136 pohon/ha. Kondisi ini yang menyebabkan SBHE memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi, yaitu dalam satu blok memiliki beberapa tahun tanam dengan SPH yang beragam. Keragaman populasi tanaman juga disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit, kondisi lahan yang banyak terdapat sungai-sungai sehingga ada sebagian tanaman yang terkena erosi dan kondisi lahan lainnya yang tidak mungkin untuk ditanami.

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan 14 KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Profil Perusahaan 4.1.1.1. Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

NB: KERANGKA EKSEKUTIF PROPOSAL PKL DISUSUN MAKSIMAL 5 HALAMAN 1 SPASI (kecuali cover dan lembar pengesahan)

NB: KERANGKA EKSEKUTIF PROPOSAL PKL DISUSUN MAKSIMAL 5 HALAMAN 1 SPASI (kecuali cover dan lembar pengesahan) FORMAT EKSEKUTIF PROPOSAL PKL Berikut ini kerangka eksekutif proposal PKL dengan format sebagai berikut 1. COVER JUDUL / TOPIK 2. PENDAHULUAN Latar belakang Identifikasi permasalahan Tujuan umum dan khusus

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi)

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi) PEMBAHASAN Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Tujuan utamanya untuk menghasilkan produksi yang optimal. Produk yang dihasilkan berupa TBS

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 11 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantation, Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, selama empat bulan mulai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus, adapun

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus, adapun 6 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus, adapun taksonomi dari tanaman kelapa sawit yakni termasuk divisi Tracheophyta dengan subdivisi Pteropsida. Kelapa

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Produktivitas Produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Menurut Dewan Produktivitas Nasional

Lebih terperinci

Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau

Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau Production Analysis of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Pelalawan, Riau Muhammad Firdaus Lubis dan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA RANI KURNILA A24052666 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A34104040 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP. Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, (1) : 2-3 KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP 1 Mardiana Wahyuni, Hasan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KELAPA SAWIT RAKYAT DI KABUPATEN SELUMA ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KELAPA SAWIT RAKYAT DI KABUPATEN SELUMA ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KELAPA SAWIT RAKYAT DI KABUPATEN SELUMA Zul Efendi, Wahyuni Amelia Wulandari dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Kelapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi

Lebih terperinci

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU ANALISIS HARGA POKOK TANDAN BUAH SEGAR(TBS), CPO DAN INTI SAWIT DI KEBUN GUNUNG BAYU PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KABUPATEN SIMALUNGUN M. Zainul Arifin SPY 1), Salmiah 2) dan Emalisa 3) 1) Alumni Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Havest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A24051966 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Tanggal : 28 Juli 2011 PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PELANTARAN AGRO ESTATE

Lebih terperinci

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911.

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911. I. LATAR BELAKANG MASALAH Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911. Klasifikasi tanaman kelapa sawit berdasarkan taksonominya yaitu tergolong Kelas: Angiospermae, Subkelas:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan.

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul Manajemen Panen

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN 54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT

ANALISIS PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT 1 ANALISIS PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SERAWAK DAMAI ESTATE (SDME), PT WINDU NABATINDO LESTARI (WNL), BUMITAMA GUNA JAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH INDRI PERMATA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

Lastiar Ningsih Simanjuntak, Rosita Sipayung, Irsal

Lastiar Ningsih Simanjuntak, Rosita Sipayung, Irsal PENGARUH CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT BERUMUR 5, 10 DAN 15 TAHUN DI KEBUN BEGERPANG ESTATE PT.PP LONDON SUMATRA INDONESIA, Tbk Influence of Rain Fall and Rain Day Toward Oil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat 11 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009. Pelaksanaan meliputi kegiatan lapang dan pengolahan data. Lokasi penelitian terletak

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH MOLIYA NURMALISA A24070050 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian unggulan di negara Indonesia. Tanaman kelapa sawit dewasa ini

Lebih terperinci

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014 Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 IMPLEMENTASI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) POLA MASYARAKAT PADA

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I)

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) Oleh M. TAUFIQUR RAHMAN A01400022 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah:

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah: TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Elaesis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), Jacq berasal

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang berada di bumi

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang berada di bumi PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang berada di bumi dan memiliki pengaruh dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, karena dapat dijadikan sebagai tempat tinggal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di PT. Agro Masang. Perkasa Plantation Unit-II (AMP-II) Tapian Kandis, Kecamatan

KATA PENGANTAR. Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di PT. Agro Masang. Perkasa Plantation Unit-II (AMP-II) Tapian Kandis, Kecamatan KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan yang berjudul Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci