BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diharapkan dapat mensejajarkan posisi Indonesia dengan negara-negara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diharapkan dapat mensejajarkan posisi Indonesia dengan negara-negara"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor konstruksi dalam bidang infrastruktur sedang mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia. Hal itu dikarenakan pemerintah mulai sadar bahwa bidang infrastruktur inilah yang akan membantu kelancaran dari aktivitas sektor-sektor lain, serta akan berakibat positif terhadap perekonomian yang akan berkembang dengan lebih baik dimasa depan. Perbaikan dan perkembangan sektor konstruksi dalam bidang infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia diharapkan dapat mensejajarkan posisi Indonesia dengan negara-negara di dunia khususnya ASEAN dalam hal infrastruktur dalam suatu negara. Infrastruktur di Indonesia sendiri masih sangat jauh tertinggal dari negara-negara di dunia, khususnya Singapura, Malaysia, dan Thailand untuk lingkup negara di ASEAN. Infrastruktur Indonesia didalam dunia internasional menurut Global Competitiveness Report berada pada posisi ke-56 dari 144 negara, berada dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand, yang masing-masing menduduki posisi 2, 25, dan 48 ( Tidak heran, demi menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Indonesia harus bekerja cukup keras dalam penyediaan infrastruktur.

2 Tabel 1.1 Perbandingan Ranking Infrastruktur Empat Negara Besar di ASEAN Subjek / Ranking dunia Indonesia Singapura Malaysia Thailand Peringkat dunia dalam infrastruktur Kualitas infrastruktur secara keseluruhan Kualitas jalan Kualitas jalur kereta Kualitas pelabuhan Kualitas transportasi udara Ketersediaan kursi dalam penerbangan Kualitas ketersediaan listrik Langganan telepon seluler Sambungan telepon pasti Sumber: Schwab dan Sala-i-Martin, 2015 Ketertinggalan Indonesia dalam hal infrastruktur baik oleh negara-negara di dunia maupun oleh negara-negara tetangga, membuat pemerintah harus bekerja keras dalam membangun bidang yang vital ini demi kemajuan negara. Ketertinggalan yang cukup jauh, membuat pemerintah harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit demi memenuhi kebutuhan perkembangan dan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Sebenarnya, rencana pembangunan infrastruktur di Indonesia sudah ada sejak tahun-tahun yang lalu, tetapi pemerintah baru mulai menunjukkan keseriusannya pada semester akhir tahun Kebutuhan Indonesia dalam pembangunan infrastruktur akan menjadi sangat besar di tahun-tahun mendatang dikarenakan banyak hal yang harus dibangun demi majunya bidang infrastruktur di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Republik Indonesia memberikan prioritas pembangunan infrastruktur dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional.

3 Kebutuhan infrastruktur prioritas tahun 2010 hingga tahun 2015 sebesar $76,2 miliar, yang terdiri dari sektor penerbangan sebesar $500 juta, sektor kelautan sebesar $3,3 miliar, sektor energi sebesar $16 miliar, sektor perhubungan darat untuk rel kereta sebesar $29,9 miliar, sektor perhubungan darat untuk jalan sebesar $25 miliar, dan untuk kebutuhan infrastruktur lain sebesar $1,4 miliar. Kemudian, kebutuhan infrastruktur prioritas tahap kedua tahun 2016 sampai tahun 2030 sebesar $856,5 miliar, nilai itu terdiri dari sektor penerbangan sebesar $10,6 miliar, sektor kelautan sebesar $32,5 miliar, sektor energi sebesar $90,8 miliar, sektor perhubungan darat untuk rel kereta sebesar $342,2 miliar, sektor perhubungan darat untuk jalan sebesar $288,6 miliar, dan untuk kebutuhan infrastruktur lain sebesar $91,8 miliar (Bappenas, 2011). Rencana pembangunan bidang infrastruktur yang akan dilakukan oleh pemerintah akan meliputi berbagai jenis infrastruktur yang diharapkan akan menunjang perekonomian Indonesia di masa mendatang. Rencana pembangunan infrastruktur itu telah disampaikan kepada publik dengan rincian berupa pembangunan jalan, pembangunan infrastruktur penerbangan, pembangunan rel, pembangunan infrastruktur bus, dan pembangunan infrastruktur kelautan. Pembangunan jalan akan meliputi pembangunan jalan baru sepanjang Km, pembangunan jalan tol sepanjang Km, dan pemeliharaan jalan sepanjang Km. Pembangunan disektor infrastruktur penerbangan akan meliputi pembangunan 15 bandara baru, pengadaan 20 pesawat perintis, dan pengembangan bandara untuk pelayanan kargo udara di 6 lokasi. Pembangunan untuk sektor hubungan darat akan meliputi pembangunan jalur kereta dan infrastruktur bus.

4 Pembangunan jalur kereta akan dibangun sepanjang Km yang terbagi menjadi pembangunan jalur kereta antar kota Km dan jalur kereta perkotaan Km, kemudian pembangunan infrastruktur bus akan meliputi pembangunan BRT (Bus Rapid Transit) di 29 kota dan pembangunan angkutan massal cepat diperkotaan (6 kota metropolitan, 17 kota besar). Yang terakhir yaitu pembangunan infrastruktur laut yang meliputi pembangunan 24 pelabuhan baru, pengadaan 26 kapal barang perintis, pengadaan 2 kapal ternak, pengadaan 500 unit kapal rakyat, pembangunan pelabuhan penyeberangan di 60 lokasi, dan pengadaan kapal penyeberangan perintis sebanyak 50 unit (BAPPENAS yang diakses melalui Perkembangan ekonomi dunia, persaingan antarnegara yang semakin ketat, serta akan dilaksanakannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membuat kebutuhan akan infrastruktur yang memadai di Indonesia menjadi sangat mendesak demi perkembangan perekonomian Indonesia. Kebutuhan akan perkembangan sektor infrastruktur ini akan selalu tinggi dalam tiap tahun dikarenakan perekonomian yang selalu menuntut mobilitas yang cepat dan tanpa batas ke antarwilayah demi terjadinya perpindahan manusia, barang, dan jasa yang lebih mudah dan murah. Kebutuhan yang tinggi mengenai bidang infrastruktur di Indonesia akan direalisasikan oleh badan usaha milik negara dalam sektor konstruksi, salah satu badan usaha milik negara dalam sektor konstruksi yang terbesar yaitu PT Adhi Karya Tbk. PT Adhi Karya Tbk. merupakan salah satu badan usaha milik negara dalam bidang konstruksi yang terkemuka di Indonesia. PT Adhi Karya Tbk. menjadi

5 perseroan milik pemerintah dalam sektor konstruksi yang pertama terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). PT Adhi Karya Tbk. mempunyai lima lini bisnis yaitu konstruksi, Engineering Procurement Construction (EPC), properti, real estate, dan investasi. Pada tahun 2014 perseroan sedang menjalankan beberapa proyek di berbagai daerah seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga uap, apartemen dan komersial, perumahan dan komersial, pembangunan rumah sakit umum daerah, perbaikan saluran irigasi untuk Perusahaan Daerah Air Minum, perbaikan dermaga, serta pembangunan jalan dan jembatan ( Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean, PT Adhi Karya Tbk. siap memulai kemitraan bisnis dengan investor asing dalam bidang infrastruktur dan properti. Salah satu usaha nyata yang dilakukan oleh PT Adhi Karya Tbk. yaitu membangun kerjasama dengan Wuhuan Engineering dalam rangka perluasan pabrik amonia-urea II milik PT Petrokimia Gresik, dengan total nilai proyek sebesar Rp5 triliun (Laporan Tahunan PT Adhi Karya Tbk tahun 2014). Pada tahun 2015, PT Adhi Karya Tbk. mendapat tugas dari pemerintah untuk merealisasikan infrastruktur dalam bidang transportasi massal berbasis rel yaitu Light Rail Transit (LRT). Light Rail Transit akan dibangun beserta stasiun dan properti pendukung dengan konsep Transit Oriented Development (TOD), termasuk fasilitas park and ride, yang akan memberi dampak dalam transportasi di Indonesia. Dalam merealisasikan semua target dan pekerjaan infrastruktur yang ditangani oleh perseroan, serta untuk menunjang pertumbuhan dan pengembangan usaha perseroan kedepannya, perseroan membutuhkan pendanaan yang lebih besar

6 dari yang telah dimiliki sekarang. Oleh karena itu, PT Adhi Karya Tbk. merasa perlu untuk meningkatkan struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha. Dalam usaha untuk melakukan peningkatan struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha PT Adhi Karya Tbk. memilih aksi korporasi dengan penerbitan saham baru. Keinginan perseroan dalam penerbitan saham baru direalisasikan dengan diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 22 September 2015, RUPSLB memutuskan disetujuinya peningkatan modal ditempatkan dan modal disetor perseroan melalui Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) dengan penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue. Rencana right issue PT Adhi Karya Tbk. telah didukung dengan adanya landasan hukum berupa Surat Menteri Keuangan Nomor S- 62/MK.06/2015 tanggal 28 Januari 2015, Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Privatisasi Nomor S-29.1/M.EKON/01/2015 tanggal 30 Januari 2015, dan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) Nomor TU.03/6983/DPR RI/IX/2008 tanggal 22 September 2008 ( Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue sebagaimana yang terdapat dalam penjelasan Pasal 82 ayat 1 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah hak yang melekat pada saham yang memberikan kesempatan bagi pemegang saham yang bersangkutan untuk membeli efek baru sebelum ditawarkan kepada pihak lain. Dalam Peraturan Bapepam Nomor IX. D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) angka 1 huruf a, definisi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu didefinisikan sebagai hak yang melekat pada

7 saham yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli efek baru, termasuk saham, efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada pihak lain. Hak tersebut wajib dapat dialihkan. Beberapa perusahaan yang melakukan right issue pada tahun 2015 yaitu sebagai berikut. Tabel 1.2 Daftar Emiten yang Melakukan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Harga Harga Harga Kenaikan/ Nama Emiten PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk (BIPP) PT Adhi Karya Tbk (ADHI) PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) Tanggal HMETD Penawaran PUT (Rp) Penutupan Saat PUT (Rp) 30/12/2015 (Rp) Penurunan (%) 30/07/ (37) 21/10/ /11/ (15) 05/11/ /11/ /11/ Sumber: dan (diolah) Seperti dikutip dari Metrotvnews.com, Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk. Kiswodarmawan berencana akan melakukan right issue dengan total Rp2,735 triliun. Nantinya emiten konstruksi ini akan menyiapkan ekuitas tersebut dan akan dibawa ke bank untuk mendapatkan pinjaman. Right issue perlu dilakukan lantaran dalam pengerjaan proyek percepatan pembangunan LRT, Adhi Karya mendapatkan

8 porsi pengerjaan prasarana 80 persen dan sarana 20 persen. Kiswodarmawan menambahkan ekuitas dari right issue akan digunakan untuk melakukan pembangunan prasarana, sedangkan sisanya untuk pengembangan lahan Transit Oriented Development (TOD). Dalam penambahan modal ditempatkan dan disetor penuh oleh PT Adhi Karya Tbk. melalui Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) akan dikeluarkan sebanyak (satu miliar tujuh ratus lima puluh sembilan juta lima ratus dua puluh sembilan ribu tiga ratus tujuh puluh enam) saham dari portepel dengan nilai nominal per saham Rp100,00, dan akan ditawarkan dengan harga per saham sebesar Rp1.560,00. Hasil yang akan didapatkan dari Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) yaitu pendanaan sebesar Rp ,00 (dua triliun tujuh ratus empat puluh empat miliar delapan ratus enam puluh lima juta delapan ratus dua puluh enam ribu lima ratus enam puluh rupiah). Pendanaan tersebut akan digunakan sebagian untuk membiayai proyek transportasi massal berbasis rel beserta stasiun dan properti pendukung dengan konsep Transit Oriented Development, termasuk fasilitas park and ride, setelah dikurangi biaya emisi ( Aksi perseroan PT Adhi Karya Tbk. dalam memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha melalui penerbitan saham baru atau right issue akan menyebabkan porsi kepemilikan saham mayoritas milik negara di dalam perseroan menurun. Untuk mempertahankan komposisi kepemilikan saham mayoritas milik negara pada perseroan PT Adhi Karya Tbk. sebesar 51 persen, perlu dilakukan penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) Republik Indonesia ke dalam modal saham perseroan PT Adhi Karya Tbk. yang bersumber dari

9 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran Nilai penambahan penyertaan modal negara sebesar paling banyak Rp1,4 triliun. Besarnya nilai penambahan penyertaan modal negara itu ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan hasil pelaksanaan penerbitan saham baru yang disampaikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2015). Harga penawaran saham pada saat right issue PT Adhi Karya Tbk. tanggal 21 Oktober 2015 sebesar Rp1.560,00 dan harga saham perseroan mengalami kenaikan pada saat penutupan penjualan saham pada hari tersebut. Penutupan harga saham PT Adhi Karya Tbk. tanggal 21 Oktober 2015 berada pada harga Rp2.285,00. Kemudian harga saham PT Adhi Karya Tbk. sempat mengalami kenaikan selama beberapa hari, tetapi mengalami fluktuasi dan tren penurunan setelahnya sampai pada penutupan akhir tahun Harga saham PT Adhi Karya Tbk. pada penutupan tahun 2015 berada pada harga Rp2.140,00. Harga pada penutupan saham akhir tahun itu mengalami penurunan sebesar Rp145,00 dari penutupan harga saham pada saat right issue ditanggal 21 Oktober 2015 sebesar Rp2.285,00. Fluktuasi dan tren penurunan saham PT Adhi Karya Tbk. dapat dilihat dalam Gambar 1.1 sebagai berikut.

10 Harga Saham 2500 Pergerakan Harga Saham ADHI Agustus September 21 Oktober November Tanggal 2015 Transaksi di Bursa Efek Indonesia Desember 2015 Gambar 1.1 Pergerakan Harga Saham PT Adhi Karya Tbk. Sumber: diakses tanggal 31 Desember Fluktuasi dan tren penurunan harga saham PT Adhi Karya Tbk. sejak dilakukan right issue menunjukkan adanya kemungkinan bahwa harga saham yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia untuk emiten PT Adhi Karya Tbk. tidak berada pada nilai yang wajar. Berkaitan dengan hal itu, maka perlu dilakukan sebuah evaluasi lebih mendalam untuk menentukan berapa kisaran nilai wajar saham PT Adhi Karya Tbk dalam rangka right issue. PSAK 68 mendefinisikan nilai wajar (fair value) sebagai harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Harga saham dalam bursa tidak mencerminkan kondisi riil perusahaan secara fundamental. Harga saham dapat dinilai terlalu tinggi atau terlalu

11 rendah dalam pasar. Berdasarkan hal itu, penting bagi para investor untuk mengetahui nilai wajar saham emiten dengan kondisi fundamental yang terjadi agar para investor mengetahui saham yang akan dibeli tidak mengalami overvalued. Menurut Tambunan (2007 dalam Ivalandari, 2010), penilaian saham (valuasi) adalah nilai sekarang (present value) dari arus kas imbal hasil yang di harapkan (expected cash flows). Untuk mengkonversi cash flows menjadi harga saham, maka cash flows didiskontokan dengan tingkat bunga yang diinginkan (required rate of return). Penting bagi para investor dalam menilai harga wajar saham konstruksi, agar sebagai investor tahu apakah nilai sekarang saham konstruksi di dalam pasar mengalami overvalued atau undervalued. Aksi perseroan PT Adhi Karya Tbk. berupa right issue menarik untuk dilakukan penelitian, karena right issue yang dilakukan didalam bursa efek oleh perseroan milik negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) jarang terjadi, khususnya oleh BUMN dalam bidang konstruksi. Ditambah lagi, sektor konstruksi dan infrastruktur sedang mengalami perkembangan yang pesat akibat pemerintah yang mulai berkonsentrasi dalam pembangunan infrastruktur Indonesia secara besar-besaran mulai semester kedua tahun Alasan terakhir, dikarenakan sebelum adanya aksi perseroan berupa Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) saham perseroan telah beredar didalam bursa dan harga saham PT Adhi Karya Tbk. telah terbentuk didalam pasar. Berdasarkan alasan-alasan tersebut membuat penilaian mengenai nilai wajar saham PT Adhi Karya Tbk. yang berdasarkan kinerja perseroan menarik untuk dilakukan penelitian lebih mendalam. Nilai wajar saham PT Adhi Karya Tbk. diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak

12 yang berkepentingan di dalam pengambilan keputusan terkait saham PT Adhi Karya Tbk. dan penilaian tersebut diharapkan dapat mengurangi terjadinya bias terhadap harga pasar saham yang sering kali terbentuk akibat tindakan spekulasi yang dilakukan didalam bursa saham. Dengan penjelasan dalam latar belakang mengenai right issue yang dilakukan oleh PT Adhi Karya Tbk. serta uraian ketertarikan peneliti dalam aksi perseroan berupa right issue, menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Penelitian yang peneliti lakukan yaitu mengenai evaluasi nilai wajar saham PT Adhi Karya Tbk. dalam rangka Penawaran Umum Terbatas I (right issue), serta apakah nilai saham perseroan dalam keadaan undervalued, overvalued, atau dalam keadaan keseimbangan dengan nilai wajarnya. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang penilaian saham perusahaan telah banyak dilakukan di dalam dan di luar negeri. Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut. Tabel 1.3 Penelitian terdahulu tentang Saham Perusahaan No Peneliti Penelitian Metode yang Digunakan 1. Fernandez Valuing Discounted (2009) Companies by cash flows Cash Flow Discounting: Ten Methods and Nine 2. Liu, Nissim, and Thomas (2007) Theories Is Cash Flow King in Valuations? cash flows, book value, earnings and revenues Hasil Penelitian All ten methods always give the same value. This result is logical, since all the methods analyze the same reality under the same hypotheses; they differ only in the cash flows taken as the starting point for the valuation. First, since multiple valuations can only be calculated when the value driver is positive, we exclude firms with non-positive values for the multiples examined, Second, nonearnings forecasts are more

13 3. Ispindar Zen (2012) 4. Rahmanto (2013) Analisis Penentuan Nilai Pasar Wajar Saham PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Pasca Kebijakan Right Issue 31 Desember 2012 Estimasi Nilai Pasar Wajar Saham PT Aneka Tambang (persero) Tbk. Dalam Rangka Privatisasi Melalui Right Issue Tahun Azzuhry (2014) Estimasi Nilai Wajar Saham PT Bank Bukopin Tbk. Pasca Penawaran Umum Terbatas (Right Issue) III Tahun Desirani (2014) Estimasi Nilai Pasar Wajar Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Dalam Metode arus kas terdiskonto (discounted cash flow) dengan model arus kas bebas ke perusahaan (free cash flow to the firm) dan pendekatan pasar (relative valuation) Discounted cash flow dan relative valuation Discounted cash flow (FCFE), relative valuation, dan residual income method Discounted cash flow (Cash Flow to Equity Model) dan relative valuation (PBV dan P/S) likely to be provided in sectors where earnings forecasts are less informative and nonearnings forecasts are more in formative, relative to other sectors, The final caveat relates to our use of market price as a proxy for intrinsic ( true ) value. Rekonsiliasi estimasi nilai intrinsik atau nilai wajar saham Bank Danamon Indonesia Tbk. ditentukan dengan pemberian bobot yang sama antara kedua pendekatan tersebut sehingga didapatkan nilai Rp5.481,98. Hasil rekonsiliasi dari dua metoda ini menghasilkan nilai pasar wajar saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar Rp1.395 per lembar saham. Kisaran nilai pasar wajar sebagai acuan harga jual adalah batas bawah Rp1.290 dan batasatas Rp Hasil rekonsiliasi estimasi nilai wajar saham PT Bank Bukopin Tbk. Per tanggal 28 Nopember 2013 sebelum right Issue dengan menggunakan ketiga metode menghasilkan nilai sebesar Rp657 per lembar saham. Kemudian nilai estimasi nilai wajar yang telah direkonsiliasi per tanggal 28 Februari 2014 dengan menggunakan metode yang sama menghasilkan nilai Rp676. Nilai pasar wajar saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. per tanggal 31 Maret 2014 dengan menggunakan metoda discounted cash flow-cash flow to equity model adalah Rp486 per lembar saham, dan nilai pasar wajar

14 Rangka Right Issue Tahun Hasani (2014) Estimasi Nilai Pasar Wajar Saham PT MNC Land (Persero) Tbk Dalam Rangka Right Issue Tahun Sugianto (2014) Penilaian Saham PT Smartfren Telecom Tbk Pasca Right Issue Discounted cash flow (Cash Flow to Equity Model dan Cash Flow to Firm Model) dan relative valuation (PBV-Price to Book Value) Metode Discounted Cash Flow (FCFF) dan relative valuation (P/S, PBV, P/BVIC, MVIC, dan MVIC/BV) saham berdasarkan metode relative valuation adalah Rp596 per lembar saham. Hasil rekonsiliasi dari dua metoda ini dengan diskon likuiditas pasar sebesar 10 persen menghasilkan nilai pasar wajar saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Sebesar Rp462 per lembar saham. Nilai pasar wajar saham PT MNC Land (Persero) Tbk. per tanggal 31 Desember 2013 dengan menggunakan metode discounted cash flow-cash flow to equity model adalah Rp1.291 per lembar saham, dengan metode discounted cash flow-cash flow to firm model adalah Rp1.291 per lembar saham, dan nilai pasar wajar saham berdasarkan metode relative valuation adalah Rp1.505 per lembar saham. Hasil rekonsiliasi dari tiga metode ini menghasilkan nilai pasar wajar saham PT MNC Land Tbk. Sebesar Rp1.334 per lembar saham. Indikasi nilai pasar wajar ekuitas PT Smartfren Telecom Tbk setelah direkonsiliasi pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp atau sebesar Rp139 per lembar saham. Penelitian mengenai aksi perusahaan yang mempengaruhi harga saham perusahaan telah banyak dilakukan di dalam dan di luar negeri, seperti yang telah ditunjukkan dalam Tabel 1.3. Penelitian mengenai estimasi nilai wajar saham dalam rangka dan pasca right issue telah banyak dilakukan. Oleh karena itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada objek penelitiannya dan waktu penelitian. Objek penelitian dalam tulisan ini adalah PT Adhi Karya Tbk. dan waktu penelitiannya pada tahun Dengan pertimbangan karakteristik perusahaan dan

15 ketersediaan data, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Discounted Cash Flow (DCF), dengan pendekatan Free Cash Flow to The Firm (FCFF). Kemudian, penulis juga menggunakan pendekatan relative valuation dengan aplikasi multiple PER (Price Earnings Ratio), PBV (Price to Book Value), dan P/S (Price to Sales Ratio). 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang mengenai masalah infrastruktur dan kebutuhan perseroan akan dana yang lebih besar demi menjalankan proyek Light Rail Transit (LRT), maka PT Adhi Karya Tbk. menjadi subjek penelitian yang menarik bagi peneliti. Kenaikan harga saham PT Adhi Karya Tbk. dalam beberapa hari setelah dilakukan right issue, kemudian cenderung mengalami penurunan sampai pada penutupan tahun 2015 mengindikasikan harga saham yang ditawarkan pada saat right issue dianggap tidak ditawarkan pada harga wajar sahamnya. Berdasarkan hal itu, peneliti merumuskan masalah pada penelitian ini yaitu perlunya evaluasi untuk penentuan harga wajar saham PT Adhi Karya Tbk. dalam rangka right issue atau Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) dan perhitungan nilai wajar saham perseroan sebagai dasar pembanding harga penawaran saham right issue perseroan. 1.4 Pertanyaan Penelitian PT Adhi Karya Tbk. melakukan right issue untuk memperoleh pendanaan yang akan digunakan dalam proyek pembangunan infrastruktur dalam bidang transportasi massal berbasis rel yaitu Light Rail Transit (LRT). Right Issue yang

16 dilakukan oleh PT Adhi Karya Tbk. pada tanggal 21 Oktober 2015 menawarkan sebanyak (satu miliar tujuh ratus lima puluh sembilan juta lima ratus dua puluh sembilan ribu tiga ratus tujuh puluh enam) saham dari portepel dengan nilai nominal per saham Rp100,00, dan ditawarkan dengan harga per saham sebesar Rp1.560,00. Hasil yang akan didapatkan dari Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) yaitu pendanaan sebesar Rp ,00. Berdasarkan hal itu, peneliti merumuskan pertanyaan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Berapakah nilai wajar saham PT Adhi Karya Tbk. pada saat right issue? 2. Apakah harga saham yang ditawarkan PT Adhi Karya Tbk. pada saat melakukan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue merupakan harga wajar saham, overvalued, atau undervalued? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan atas rumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian yang saya lakukan adalah sebagai berikut. 1. Melakukan evaluasi nilai wajar saham PT Adhi Karya Tbk. dalam rangka right issue yang digunakan sebagai perbandingan atas harga saham yang ditawarkan perseroan pada saat dilakukannya right issue. 2. Mengetahui dan menentukan kondisi harga saham PT Adhi Karya Tbk. yang ditawarkan pada saat right issue, apakah harga saham berada dalam keadaan overvalued, undervalued, atau keseimbangan terhadap nilai wajarnya.

17 1.6 Manfaat Penelitian Saya berharap penelitian ini dapat memberi manfaat kepada pihak pihak lain seperti: 1. bagi PT Adhi Karya Tbk. hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam penentuan nilai wajar saham perusahaan yang akan ditawarkan kepada publik; 2. bagi perusahaan lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam menentukan metode yang digunakan untuk menentukan harga per lembar saham jika perusahaan hendak melakukan aksi korporasi berupa Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD); 3. bagi investor, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terkait dengan investasi saham PT Adhi Karya Tbk. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari 5 bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I adalah Pendahuluan yang berisi pemaparan mengenai latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II adalah Tinjauan Pustakan dan Landasan Teori, bab ini berisi pemaparan mengenai tinjauan pustaka, landasan teori, serta konsep dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III adalah Metode Penelitian, bab ini berisi tentang desain penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, rekonsiliasi nilai, dan keputusan investasi.

18 Bab IV adalah Analisis data dan Pembahasan, bab ini memaparkan mengenai gambaran umum perusahaan, analisis makro ekonomi, analisis perusahaan, analisis nilai, dan rekonsiliasi nilai. Bab V adalah Simpulan dan Implikasi, bab ini berisi tentang simpulan, implikasi, keterbatasan, serta saran dalam penelitian ini.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. tumbuh berkembang dan meningkatkan nilai perusahaan, namun upaya ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. tumbuh berkembang dan meningkatkan nilai perusahaan, namun upaya ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pengembangan usaha sangat diperlukan perusahaaan untuk dapat terus tumbuh berkembang dan meningkatkan nilai perusahaan, namun upaya ini seringkali menghadapi kendala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1913 dan kini telah menjadi salah satu perusahaan rokok terkemuka di

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1913 dan kini telah menjadi salah satu perusahaan rokok terkemuka di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), selanjutnya disebut Sampoerna, berdiri pada tahun 1913 dan kini telah menjadi salah satu perusahaan rokok terkemuka di Indonesia. Sampoerna

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dari suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Hal ini dapat dipenuhi dengan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki nilai pasar yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut (Hartono 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan. Gambar 1.1 Logo Perusahaan. Sumber: waskita.co.id

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan. Gambar 1.1 Logo Perusahaan. Sumber: waskita.co.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Perusahaan Sumber: waskita.co.id Didirikan pada 1 Januari 1961 Waskita Karya adalah salah satu BUMN terkemuka

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perusahaan untuk memperoleh dana, salah satunya adalah dengan Right issue.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perusahaan untuk memperoleh dana, salah satunya adalah dengan Right issue. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan dalam pengembangan dan ekspansi usahanya akan memerlukan tambahan modal. Banyak mekanisme yang bisa ditempuh oleh perusahaan untuk memperoleh dana, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal memiliki dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika perusahaan tidak memiliki sumber dana internal yang mencukupi, pasar modal merupakan salah satu tempat bagi perusahaan mencari sumber dana alternatif selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Perusahaan sebagai salah satu penopang perekonomian baik itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Perusahaan sebagai salah satu penopang perekonomian baik itu sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian menciptakan berbagai kebutuhan baru untuk mampu berkembang ataupun bertahan pada kondisi yang memiliki persaingan tinggi. Perusahaan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini tidak terlepas dari tuntutan era globalisasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Kinerja Operasi PT. Acset Indonusa Tbk Depresiasi dari Rupiah telah menyebabkan memburuknya defisit neraca berjalan. Bank Indonesia memprediksi defisit

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dan keuangan global tahun 1997 dan 2008 yang telah berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia, mempengaruhi menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya di industri perbankan dibutuhkan sebuah bank nasional yang besar, kuat, kompeten, maju,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlambatan ekonomi sepanjang tahun 2015 memberikan pengaruh tersendiri terhadap pertumbuhan beberapa sektor industri dalam negeri, tak terkecuali bagi sektor properti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). IPO merupakan simbol

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). IPO merupakan simbol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan dana untuk mengembangkan bisnis dalam suatu perusahaan menjadi prasyarat yang harus dipenuhi agar target pengembangan bisnis tercapai. Perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. struktur permodalan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan usaha.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. struktur permodalan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan usaha. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Harga pasar saham merupakan cerminan dari kinerja keuangan sebuah perusahaan. Jika kinerja perusahaan meningkat maka hal ini akan diapresiasi oleh pasar dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki masalah dengan modal pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki masalah dengan modal pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tanggal 10 April 2014 PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu bank yang memiliki masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emas) atau berbentuk aktiva keuangan (surat-surat berharga) yang diperjual-belikan

BAB I PENDAHULUAN. emas) atau berbentuk aktiva keuangan (surat-surat berharga) yang diperjual-belikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan aktivitas yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan nilai atau jumlah sumber daya yang dimiliki saat ini untuk masa yang akan datang (Tandelilin,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia, sepanjang tahun 2012, kinerja industri perbankan syariah nasional yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia, sepanjang tahun 2012, kinerja industri perbankan syariah nasional yang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan Indonesia yang dinamis beberapa tahun belakangan membawa dampak angin segar pada industri perbankan syariah. Berdasarkan data Laporan Perkembangan Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Tidak hanya berpengaruh terhadap perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Tidak hanya berpengaruh terhadap perindustrian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis keuangan global yang terjadi di tahun 2008 harus diakui telah memberikan dampak negatif ke seluruh dunia dan juga berimbas buruk kepada perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam menentukan keputusan, pimpinan perusahaan dituntut untuk

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam menentukan keputusan, pimpinan perusahaan dituntut untuk BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dalam menentukan keputusan, pimpinan perusahaan dituntut untuk mengambil keputusan yang dapat memaksimalkan nilai perusahaannya. Di lain pihak, pimpinan juga dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. waktu karena sebab-sebab tertentu pemegang saham utama atau pendiri (founders)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. waktu karena sebab-sebab tertentu pemegang saham utama atau pendiri (founders) BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Komposisi pemegang saham di perusahaan publik tidak selamanya tetap. Selalu ada peluang untuk terjadi perubahan susunan pemegang saham, bahkan perubahan di level pemegang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. dan Desember Kebijakan-kebijakan tersebut telah meningkatkan kegairahan

PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. dan Desember Kebijakan-kebijakan tersebut telah meningkatkan kegairahan PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal Indonesia yang pesat dimulai sejak ditetapkannya paket-paket kebijakan oleh pemerintah pada bulan Desember 1987, Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latarbelakang. Dengan berkembang pesatnya industri telekomunikasi baik yang Global

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latarbelakang. Dengan berkembang pesatnya industri telekomunikasi baik yang Global BAB I PENGANTAR. Latarbelakang Dengan berkembang pesatnya industri telekomunikasi baik yang Global System for Mobil Communication (GSM) maupun Code Division Multiple Access (CDMA) masing-masing perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ekspansi. Salah satunya melalui penambahan modal melalui program Employee

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ekspansi. Salah satunya melalui penambahan modal melalui program Employee A B S T R A C T Basically, this study aims to estimate the intrinsic value of the shares of PT MNC Investama. in order to compare with the ESOP stock price MSOP performed using the income approach method

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Komodo, begitulah julukan yang diberikan The Economist. salah satu negara yang perekonomiannya stabil dan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Komodo, begitulah julukan yang diberikan The Economist. salah satu negara yang perekonomiannya stabil dan meningkat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia tampak mengalami perkembangan si Ekonomi Komodo, begitulah julukan yang diberikan The Economist untuk menggambarkan perekonomian Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf

BAB I PENDAHULUAN. peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sektor pertanian dan perkebunan adalah salah satu industri yang memiliki peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf Khusus Presiden

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder 38 III.METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di Amerika Serikat, yang diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal,

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal, sebaiknya ada beberapa analisis yang penting investor lakukan. Alasannya agar investor

Lebih terperinci

SSIA MERENCANAKAN MELAKUKAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM SENILAI Rp 200 MILIAR

SSIA MERENCANAKAN MELAKUKAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM SENILAI Rp 200 MILIAR SSIA MERENCANAKAN MELAKUKAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM SENILAI Rp 200 MILIAR Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 2/POJK.04/2013 Tahun 2013 tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan

Lebih terperinci

PT Trimegah Securities Tbk ( Perseroan )

PT Trimegah Securities Tbk ( Perseroan ) K E T E R B U K A A N I N F O R M A S I Dalam Rangka Memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 2/POJK.04/2013 Sehubungan dengan Rencana Perseroan untuk Melakukan Pembelian Kembali Saham Perseroan (Buy

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata mergere yang berarti. (1) bergabung, bersama, menyatu, berkombinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata mergere yang berarti. (1) bergabung, bersama, menyatu, berkombinasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Merger Merger merupakan salah satu strategi perusahaan dalam mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata mergere yang berarti (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahun 2012 merupakan tahun yang menggembirakan bagi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahun 2012 merupakan tahun yang menggembirakan bagi Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2012 merupakan tahun yang menggembirakan bagi Indonesia. Kondisi perekonomian bangsa terus membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Perekonomian Indonesia tumbuh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan Real Estate yang membagikan dividen kepada para pemegang saham secara tunai dan rutin selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kondisi persaingan usaha yang semakin ketat dan kompetitif, mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam industri maupun strategi keunggulan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. dan penerbitan Obligasi Subordinasi tahun 2012 melalui top-down analysis serta

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. dan penerbitan Obligasi Subordinasi tahun 2012 melalui top-down analysis serta BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh estimasi nilai wajar saham PT Bank Permata Tbk. per tanggal 15 Juli 2013 pasca Penawaran Umum Terbatas V, dan penerbitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pemerintah Indonesia dari tahun mengalokasikan anggaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pemerintah Indonesia dari tahun mengalokasikan anggaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pemerintah Indonesia dari tahun 2011-2014 mengalokasikan anggaran Rp 577 trilyun untuk anggaran infrastruktur. Hal ini berdasarkan pernyataan dari Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menjaga dan mengelola kekayaan negera dengan baik. Hal ini selaras

BAB I PENDAHULUAN. adalah menjaga dan mengelola kekayaan negera dengan baik. Hal ini selaras BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tugas penting yang diamanatkan oleh rakyat kepada pemerintah adalah menjaga dan mengelola kekayaan negera dengan baik. Hal ini selaras dengan UUD 45 pasal

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan jenisnya, data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data aplikatif kuantitatif. Seperti disampaikan oleh peneliti dimuka bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil objek perusahaan yang tergolong ke dalam sektor industri telekomunikasi yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persaingan yang semakin tajam antar perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu persaingan yang semakin tajam antar perusahaan. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang semakin ketat dewasa ini menciptakan suatu persaingan yang semakin tajam antar perusahaan. Dalam menghadapi persaingan tersebut, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan bagi investor atau pemegang saham baik itu individu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan bagi investor atau pemegang saham baik itu individu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara, karena pasar modal merupakan salah satu sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan 30 Juni 2009 sampai 30 Juni 2014, untuk

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan 30 Juni 2009 sampai 30 Juni 2014, untuk 64 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 2 (dua) Badan Usaha Milik Negara bidang perbankan yang terdaftar di BEI yaitu PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya bagi perusahaan perusahaan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya bagi perusahaan perusahaan yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi investor untuk menginvestasikan dananya bagi perusahaan perusahaan yang membutuhkan dana dan terdaftar dalam Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berjalan selama ini di Indonesia terhadap perusahaan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. yang berjalan selama ini di Indonesia terhadap perusahaan teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara umum perkembangan perusahaan teknologi informasi rintisan, hal-hal yang mendukung perkembangannya, ketertarikan investor terhadap perusahaan teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan dengan kekayaan alam yang melimpah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan dengan kekayaan alam yang melimpah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan kekayaan alam yang melimpah. Salah satu kekayaan alam Indonesia adalah kekayaan potensi mineral bahan galian pertambangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam sebuah perekonomian modern bergantung pada adanya sektor keuangan yang efisien. Salah satu komponen penting dari sektor keuangan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan investasi bagi setiap individu mengandung risiko dan

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan investasi bagi setiap individu mengandung risiko dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Keputusan investasi bagi setiap individu mengandung risiko dan ketidakpastian. Setiap individu tidak mengetahui hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun 1995 bahwa tujuan pembangunan nasional Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakan adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pasar modal bagi perusahaan bagaikan lumbung dana yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pasar modal bagi perusahaan bagaikan lumbung dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya perekonomian di Indonesia, investasi dalam pasar modal pun turut mengalami perkembangan. Keberadaan pasar modal memiliki peran penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi, alternatif investasi pun semakin beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi, alternatif investasi pun semakin beragam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ekonomi, alternatif investasi pun semakin beragam. Investasi dapat diartikan sebagai penanaman uang di suatu perusahaan dengan tujuan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Goyahnya perekonomian global, terutama di Amerika Serikat dan Eropa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Goyahnya perekonomian global, terutama di Amerika Serikat dan Eropa, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Goyahnya perekonomian global, terutama di Amerika Serikat dan Eropa, tidak menjadikan perekonomian Indonesia menjadi stagnan. Indonesia mampu bertahan dari gejolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Infrastruktur adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh publik untuk memenuhi kebutuhan dalam lingkup sosial dan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekanbaru mempunyai Pelabuhan Pelita Pantai, Pelabuhan Laut Sungai Duku dan

BAB I PENDAHULUAN. Pekanbaru mempunyai Pelabuhan Pelita Pantai, Pelabuhan Laut Sungai Duku dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Riau, khususnya Pekanbaru sangat meningkat. Pekanbaru merupakan Kota dengan pertumbuhan dan perkembangan tertinggi di Indonesia. Kota yang diprediksi

Lebih terperinci

Penilaian Nilai Intrinsik Saham (Valuation)

Penilaian Nilai Intrinsik Saham (Valuation) Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Penilaian Nilai Intrinsik Saham (Valuation) Ada beragam cara yang digunakan manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks LQ45 merupakan indeks yang terdiri dari 45 saham di Bura Efek Indonesia dengan likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang memiliki sejarah dan pengalaman panjang pada jalur bisnis utamanya di bidang jasa

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang memiliki sejarah dan pengalaman panjang pada jalur bisnis utamanya di bidang jasa BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang PT. Nindya Karya (Persero) Nindya adalah perusahaan BUMN Jasa Konstruksi yang memiliki sejarah dan pengalaman panjang pada jalur bisnis utamanya di bidang jasa konstruksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal, para investor perlu melakukan kegiatan untuk menilai atas saham.

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal, para investor perlu melakukan kegiatan untuk menilai atas saham. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum memulai untuk melakukan investasi dengan membeli saham di pasar modal, para investor perlu melakukan kegiatan untuk menilai atas saham. Hal ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan nilai..., Ivalandari, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan nilai..., Ivalandari, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, pilihan berinvestasi masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito, emas, ataupun properti mulai bergeser ke dalam bentuk saham. Sebagaimana

Lebih terperinci

INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM SEHUBUNGAN DENGAN RENCANA PEMBELIAN KEMBALI SAHAM PT PROVIDENT AGRO TBK ( PERSEROAN )

INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM SEHUBUNGAN DENGAN RENCANA PEMBELIAN KEMBALI SAHAM PT PROVIDENT AGRO TBK ( PERSEROAN ) INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM SEHUBUNGAN DENGAN RENCANA PEMBELIAN KEMBALI SAHAM PT PROVIDENT AGRO TBK ( PERSEROAN ) Informasi ini penting untuk diperhatikan oleh Pemegang Saham Perseroan. Jika Anda mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. ini Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu memiliki tujuh aset idle yang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. ini Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu memiliki tujuh aset idle yang BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil identifikasi terhadap aset tetap non operasional milik Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu diperoleh informasi bahwa pada saat ini Pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juta rupiah. Belum lagi green fee dan pemasukan dari club house yang menyediakan

I. PENDAHULUAN. juta rupiah. Belum lagi green fee dan pemasukan dari club house yang menyediakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri golf saat ini mengalami perkembangan yang sangat cepat, minat para golfer setiap tahunnya terus bertambah. Sebagai industri, golf memang ladang bisnis yang menggiurkan.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu,

BAB I PENDAHULUAN. kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi pariwisata sebagai pilar penting perekonomian terus ditingkatkan di seluruh dunia dengan pertumbuhannya saat ini mencapai angka 5% atau duatiga kali lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi saham property dan real estate adalah salah satu pilihan investasi yang menarik. Industri property memiliki supply lahan yang terbatas sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, semakin meningkatnya peran pasar modal di Indonesia, sehingga pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pengawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat usaha serta rekreasi di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini membuka

BAB I PENDAHULUAN. tempat usaha serta rekreasi di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini membuka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Indonesia menciptakan kebutuhan akan tempat tinggal yang lebih baik dan juga tempat usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal keuangan sebagai suatu upaya untuk menciptakan uang lebih banyak (the use of financial capital in

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH xi xi xii xii 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 10 Manfaat Penelitian 10 Ruang Lingkup Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian a. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian a. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Industri telekomunikasi Indonesia sudah berkembang sejak tahun 1970-an meskipun saat itu memang masih tergolong sangat sederhana, yaitu hanya terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. stabil merupakan salah satu pendorong berkembangnya pasar modal.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. stabil merupakan salah satu pendorong berkembangnya pasar modal. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan alternatif pembiayaan pendanaan perusahaan selain pembiayaan oleh bank. Adapun kondisi di pasar modal memiliki kaitan yang erat dengan kondisi perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan perekonomian dunia mengalami perkembangan yang pesat. Hal tersebut mendorong transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu negara, khususnya bagi negara berkembang seperti Indonesia. Peranan pasar modal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan

I. PENDAHULUAN. Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan tujuan investasi yang dinyatakan dalam risiko maupun return. Investor harus memahami bahwa ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan karakter masing-masing investor. Pasar modal tentunya mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan karakter masing-masing investor. Pasar modal tentunya mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia investasi Indonesia saat ini mengalami perkembangan pesat. Hal ini ditandai dengan antusias masyarakat yang terjun ke berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hutang perusahaan sangat berkaitan erat dengan struktur modal suatu perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan pendanaan

Lebih terperinci

5. Penilaian Saham Perseroan

5. Penilaian Saham Perseroan 5. Penilaian Saham Perseroan 5.1 Pendekatan Aset Pendekatan ini disebut juga dengan balance sheet approach, karena menghitung nilai perusahaan atau ekuitas melalui penyesuaian nilai buku menjadi nilai

Lebih terperinci

BAB 3 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB 3 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB 3 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 3.1 Deskripsi Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pendanaan melakukan usaha dalam mendapatkan dana. Dana untuk sebuah

BAB I PENDAHULUAN. karena pendanaan melakukan usaha dalam mendapatkan dana. Dana untuk sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bagi suatu perusahaan pendanaan merupakan fungsi penting dalam menentukan keberhasilan usaha perusahaan. Fungsi pendanaan menjadi penting karena pendanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan pasar modal dan industri industri

Lebih terperinci

Dasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal)

Dasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal) Proses Valuasi Dasar-Dasar Valuasi Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis 1. Perekonomian Fiscal Policy Longgar: mendorong konsumsi (Kebijakan Fiskal) Ketat: memperlambat konsumsi Monetary Policy (Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Garuda Indonesia (persero) Tbk adalah maskapai penerbangan milik negara atau bisa disebut juga perusahaan BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ). Perusahaan

Lebih terperinci

PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN INFORMASI ATAS KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM PT MNC SKY VISION TBK

PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN INFORMASI ATAS KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM PT MNC SKY VISION TBK PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN INFORMASI ATAS KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM PT MNC SKY VISION TBK Dalam rangka memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.38/POJK.04/2014 tentang Penambahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia- Nya, dapat menyelesaikan Executive Summary Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia investasi semakin marak. Banyaknya masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi menambah semakin berkembangnya

Lebih terperinci

Ermia Fayana/ Pembimbing : Dr. Singgih Jatmiko, M.Sc., S.Si

Ermia Fayana/ Pembimbing : Dr. Singgih Jatmiko, M.Sc., S.Si PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL (DDM) DAN METODE PRICE TO BOOK VALUE RATIO (PBV RATIO) PADA SEKTOR PERBANKAN YANG TERMASUK SAHAM LQ45 DI BEI Ermia Fayana/20208453

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan memberikan kontribusinya pada perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan memberikan kontribusinya pada perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manufaktur merupakan sektor industri yang penting di lingkup perekonomian Indonesia, jumlah perusahaannya yang sangat besar dibagi menjadi sektor-sektor, salah

Lebih terperinci

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5504 OJK. Pungutan. Kewajiban. Pelaksanaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 33) PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia (BEI) menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam melakukan bisnis perekonomian. Pasar modal menjembatani bertemunya investor yang menginvestasikan dananya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis sekarang ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, dapat dilihat terdapat cukup banyak perusahaan-perusahaan baru yang bermunculan dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki program pembangunan yang mendukung infrastruktur nasional melalui Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk jangka waktu 2011-2025

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kegiatan privatisasi Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN menjadi isu yang sangat kontroversial. Privatisasi BUMN yang banyak dijalankan terutama di

Lebih terperinci

ANALISIS VALUASI SAHAM PT. ADHI KARYA (PERSERO) TBK DENGAN METODE DISCOUNTED CASH FLOW (DCF)

ANALISIS VALUASI SAHAM PT. ADHI KARYA (PERSERO) TBK DENGAN METODE DISCOUNTED CASH FLOW (DCF) Journal JOURNAL Of Economic OF ECONOMIC Management MANAGEMENT & Business - Vol. 14, & No. BUSINESS 4, Oktober 2013 391 Volume 14, Nomor 4, Oktober 2013 ISSN: 1412 968X Hal. 391-396 ANALISIS VALUASI SAHAM

Lebih terperinci