BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini tidak terlepas dari tuntutan era globalisasi untuk bergerak cepat dan dinamis. Selain itu, industri penerbangan terus melaju seiring tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang bertahan dalam kisaran 5 hingga 6 persen. Peluang semakin terbuka lebar mengingat wilayah geografis Indonesia berupa kepulauan dan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 240 juta orang atau terbesar keempat di dunia. Kondisi ini turut berdampak pada munculnya banyak maskapai penerbangan baru yang siap bersaing dengan maskapai penerbangan lain yang telah ada di Indonesia. Persaingan yang semakin kompetitif ini banyak memotivasi industri penerbangan di Indonesia untuk tidak hanya bersaing dalam harga, namun tetap mengutamakan kualitas, keamanan, dan kenyamanan penumpang. Salah satu maskapai penerbangan terbesar di Indonesia adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Perusahaan ini merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang transportasi penerbangan. Sejarah Garuda Indonesia sebagai bagian dari sejarah industri penerbangan komersial di Indonesia dimulai saat masih berjuang merebut kemerdekaan. Pada tanggal 26 Januari 1949, penerbangan komersial pertama dari Calcutta ke Rangoon dilakukan dengan pesawat Douglas DC-3 Dakota bernomor RI 001 yang bernama Indonesian Airways. Di tahun yang sama, pada 28 Desember 1949, pesawat 1

2 DC-3 lain yang terdaftar sebagai PK-DPD dengan logo Garuda Indonesian Airways terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Penerbangan ini merupakan penerbangan pertama dengan menggunakan nama Garuda Indonesian Airways, nama pemberian Presiden Soekarno. Pada tahun 1950, Garuda Indonesia resmi terdaftar sebagai Perusahaan Negara dan terus mengembangkan diri pada tahun-tahun berikutnya ( Sebagai salah satu maskapai penerbangan terbesar di Indonesia, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. terus berproses untuk dapat tetap berkembang dan bersaing di Indonesia dengan mengutamakan kualitasnya. Untuk itu, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. telah menganggarkan dana sejumlah Rp4 triliun untuk membiayai ekspansi dan pengembangan bisnis perseroan pada tahun 2014 ini ( Terkait pendanaan tersebut, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. berencana untuk melakukan right issue dengan melepas saham sebesar 10 persen pada kuartal I tahun Untuk itu, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. telah menujuk penjamin emisi yakni Mandiri Sekuritas, Danareksa Sekuritas, dan Bahana Securities ( Menurut Tandelilin (2010: 37) bukti right adalah sekuritas yang memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru perusahaan pada harga yang telah ditetapkan selama periode tertentu. Oleh karena itu, bukti right ini dikenal juga dengan sebutan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang diterbitkan melalui penawaran umum terbatas (right issue). Keputusan right issue ini ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam penawaran umum terbatas, perusahaan tidak menjual saham 2

3 barunya kepada masyarakat umum namun menawarkannya kepada para pemegang sahamnya dengan maksud untuk menjaga proporsi kepemilikan. Aksi korporasi ini telah mendapat persetujuan dari para pemegang sahamnya. Selain untuk pengembangan usahanya, right issue ini dilakukan untuk memperkuat struktur permodalan perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan dapat bertambah dan diharapkan dengan langkah tersebut dapat meningkatkan likuiditas saham. Dalam Kerangka Acuan Kinerja (KAK) mengenai Pengadaan Pekerjaan Penjamin Pelaksana Emisi dalam rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Melalui Penawaran Umum Terbatas (Right Issue) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. November 2013 Nomor: KAK/TIM- PRIVATISASI /001/11/13, disebutkan bahwa rencana right issue PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. telah mendapat persetujuan secara kronologis seperti tertuang sebagai berikut. 1. Surat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat termuat dalam surat No: PW.01/5972/DPRRI/IX/2009 tanggal 16 September 2009 perihal Persetujuan Privatisasi PT Krakatau Steel dan PT Garuda Indonesia. 2. Peraturan Pemerintah (PP) RI No: 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Struktur Kepemilikan Saham Negara Melalui Penerbitan dan Penjualan Saham Baru pada Perusahaan Perseroan PT Perusahaan Penerbangan Garuda Indonesia. 3. Persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2013, yang dilaksanakan pada tanggal 26 April 2013 pada agenda kesebelas. Sebelumnya, pada tanggal 11 Februari 2011, PT Garuda Indonesia telah memulai langkahnya menuju bursa saham melalui Initial Public Offering/IPO. Pemerintah menyatakan bahwa harga saham PT Garuda Indonesia adalah Rp750,- 3

4 per lembar dan mengurangi penawaran saham dari 9,362 milyar lembar ke 6,3 milyar lembar saham. Menurut Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar di Jakarta pada 19 Februari 2013, PT Garuda Indonesia mendapat izin untuk IPO dengan melepas 40 persen sahamnya. Namun dalam pelaksanaannya, saham yang ditawarkan hanya sejumlah 30 persen sehingga masih terdapat sisa 10 persen yang belum ditawarkan ( Untuk itu, dalam rencana right issue tahun 2014 ini, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. akan melepas 10 persen saham tersebut. Dalam ketentuan pasal 36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, dinyatakan bahwa saham yang dikeluarkan dalam rangka penambahan modal harus ditawarkan terlebih dahulu kepada setiap pemegang saham seimbang dengan jumlah saham yang dimilikinya (untuk klasifikasi saham yang sama). Jika pemegang saham tidak menggunakan haknya untuk mengambil saham baru yang akan diterbitkan, maka saham-saham baru tersebut akan ditawarkan kepada karyawan. Selanjutnya, jika karyawan tidak menggunakan haknya untuk mengambil saham baru yang akan diterbitkan, maka saham-saham baru tersebut akan ditawarkan kepada pihak luar perusahaan (bukan pemegang saham lama dan juga bukan karyawan). Pada dasarnya, penerbitan saham dalam right issue hanya terbatas pada para pemegang saham lama yang telah ada sebelumnya. Namun demikian, dalam hal pemilik saham lama yang tidak menggunakan hak tersebut, dibutuhkan standby buyer atau pihak yang siap membeli saham yang tidak terjual. Sesuai dengan Peraturan Bapepam No.IX.D.1: Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No.26/PM/ 2003 tanggal 14 Juli 2003 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, dalam 4

5 penerbitan right issue tidak selalu diperlukan standby buyer. Namun, dalam hal pihak manajemen telah menetapkan dalam prospektus tentang jumlah dana yang akan diterima dari hasil right issue berikut penggunaan dana tersebut, maka harus ada standby buyer yang akan mengambil sisa saham baru yang tidak diambil oleh pemegang saham lama. Uang yang dikeluarkan investor untuk membeli bukti rights akan masuk ke dalam modal perusahaan yang melakukan right issue. Untuk itu, agar keputusan investor/pembeli siaga tepat dan dapat menghasilkan return yang diharapkan, investor perlu melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap saham-saham yang dipilihnya. Penilaian saham yang menghasilkan nilai instrinsik ini selanjutnya akan dibandingkan dengan harga pasar saham untuk menentukan posisi jual atau beli terhadap suatu saham perusahaan (Tandelilin, 2010: 301). Kinerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dalam kurun waktu 5 tahun terakhir selalu mencatatkan laba (laba bersih setelah dikurangi pajak), walaupun memang dapat dikatakan fluktuatif di mana mengalami penurunan laba bersih pada tahun 2010 dan 2013, sebagaimana Tabel 1.1. Tabel 1.1 Laba Bersih PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Setelah Dikurangi Pajak No. Tahun Laba Bersih (setelah dikurangi pajak) Rp1,108 triliun Rp515,5 miliar Rp805,5 miliar Rp1,105 triliun Rp110,4 miliar Sumber: Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.,

6 Penurunan laba bersih yang cukup drastis pada tahun 2010 berkaitan dengan terjadi krisis ekonomi global tahun 2008, hingga pada tahun tersebut, hampir seluruh perusahaan maskapai di dunia mengalami penurunan, baik pendapatan maupun labanya. Selain itu, pada rentang waktu tersebut, terjadi kenaikan harga minyak dunia yang berdampak pada kenaikan harga bahan bakar pesawat. Dengan naiknya harga bahan bakar pesawat ini, terjadi peningkatan beban operasional perseroan yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan pendapatan. Terlebih lagi, kenaikan tersebut juga membuat maskapai dunia membatalkan investasinya ( Pada tahun 2013, penurunan laba bersih yang lebih drastis terjadi hingga mencapai 89 persen. Selain diakibatkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan faktor tingginya harga bahan bakar, hal ini juga merupakan dampak dari investasi yang dilakukan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dalam jumlah besar berupa penambahan armada untuk menunjang peningkatan operasional dan proses pengembangan Citilink sebagai Low Cost Carrier (LCC) yang beroperasi secara mandiri ( Namun demikian, penurunan laba bersih yang terjadi tersebut tidak menyurutkan langkah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. untuk melakukan right issue pada tahun 2014 ini. Selain didukung pertumbuhan pendapatan yang cukup baik, penurunan laba bersih yang ada tidak semata-mata mengacu pada rendahnya kinerja perusahaan. Bahkan, pada tahun 2013, frekuensi penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. baik domestik maupun internasional mengalami peningkatan sebesar 28,1 persen. Investasi yang dilakukan PT Garuda Indonesia 6

7 (Persero) Tbk. pada tahun 2013 diyakini dapat meningkatkan dan mengembangkan perusahaan sehingga dapat meraih keuntungan di tahun-tahun mendatang. Dari sisi pergerakan saham, pasca IPO pada 11 Februari 2011, harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. berada di bawah harga saham perdananya. Harga saham perdana PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. ditawarkan pada Rp750,- dan ditutup pada Rp620,- per lembarnya pada perdagangan hari pertama di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selanjutnya, dalam proses IPO ini, saham yang terserap pasar hanya sejumlah 52,5 persen atau 3,32 miliar saham dan sisanya 47,5 persen atau 3,008 miliar saham harus diserap penjamin pelaksana emisinya yakni PT Mandiri Sekuritas, PT Bahana Securities, dan PT Danareksa Sekuritas ( Hal ini berdampak pada kerugian yang dialami ketiga penjamin emisi tersebut. Setahun setelahnya, tepatnya pada 27 April 2012, CT Corp melalui PT Trans Airways membeli 10,9 persen saham PT Garuda Indonesia pada harga Rp620,- per lembar dengan total sebesar Rp1,53 triliun. Harga ini lebih rendah dari harga terendah yaitu Rp395,- per lembar, tapi masih di bawah harga IPO sebesar Rp750,- per lembar ( Pergerakan saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. sejak IPO hingga awal tahun 2014 ditunjukkan pada Gambar

8 Sumber: Gambar 1.1 Pergerakan Harga dan Volume Perdagangan Saham Garuda Indonesia Pergerakan harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. pada tahun 2011 berada pada kisaran Rp400,-. Penurunan harga saham ini sempat memunculkan rencana buy back saham pada tahun Namun rencana tersebut akhirnya dibatalkan karena perseroan masih membutuhkan banyak dana untuk menjaga dan meningkatkan arus kas (cash flow) perseroan. Selain itu, batalnya rencana buy back saham ini juga dipengaruhi oleh meningkatnya harga saham perseroan di pasar pada akhir tahun 2011 hingga 2012 ( Pada pertengahan tahun 2012, harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mengalami peningkatan setara dengan harga penawarannya saat IPO sebesar Rp750,-, bahkan sempat menyentuh level tertinggi Rp770,- ( Selanjutnya, harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. tahun 2013 berada pada level stagnan dengan harga tertinggi Rp680.- ( dan pada awal tahun 2014 berada pada kisaran Rp Rp495,-. 8

9 Estimasi akan nilai pasar wajar saham dapat memberikan informasi bagi perusahaan maupun investor. Dalam hal perusahaan adalah BUMN, di mana sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah, terdapat potensi kerugian pemerintah/negara apabila harga penawaran sahamnya terlalu rendah dibanding nilai wajarnya. Demikian pula sebaliknya, apabila harga yang ditawarkan terlalu tinggi dari nilai wajarnya, investor tidak akan berinvestasi pada perusahaan tersebut. Pergerakan saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang secara umum berada di bawah harga saham perdananya saat IPO ini memunculkan suatu indikasi bahwa harga penawaran saat IPO overvalued atau berada di atas nilai pasar wajarnya. Selain itu, adanya opini bahwa kinerja perseroan yang belum memuaskan turut menjadi alasan harga sahamnya yang cenderung stagnan ( Estimasi nilai pasar wajar saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. ini akan dilakukan dengan menggunakan 2 pendekatan yakni discounted cash flow method dan relative valuation method. Dalam Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep-340/BL/2009 tanggal 5 Oktober 2009 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha dinyatakan bahwa perusahaan paling tidak harus menggunakan dua metoda pendekatan dalam melakukan penilaian dari tiga metoda pendekatan yang diakui yaitu pendekatan pendapatan, pendekatan pasar, dan pendekatan aktiva. Topik ini menarik untuk diteliti karena selain adanya indikasi terkait penetapan nilai saat IPO dan kinerja perusahaan di atas, komposisi kepemilikan pemerintah akan mengalami dilusi menjadi sekitar 60 persen, sementara saham 9

10 publik naik menjadi 40 persen. Di sisi lain, dalam hal ini harga saham dan waktu pelaksanaan right issue menjadi isu yang sensitif, terlebih lagi saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. baru saja keluar dari perhitungan indeks LQ 45 pada Agustus 2013 karena terjadinya penurunan transaksi (detikfinance.com). Selanjutnya, laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah disusun secara lengkap, disajikan sesuai ketentuan Bapepam-LK dan telah diaudit oleh kantor akutan publik sehingga memudahkan penelitian Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah adanya potensi kerugian yang akan dialami perusahaan maupun pemerintah/negara apabila tidak dilakukan penilaian saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dengan tepat. Apabila harga penawaran saham tersebut terlalu rendah dibanding nilai wajarnya, maka dana yang diperoleh tidak maksimal dan perusahaan maupun pemerintah/negara akan mengalami kerugian. Demikian pula sebaliknya, apabila harga yang ditawarkan terlalu tinggi dari nilai wajarnya, investor tidak akan berinvestasi pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai penilaian saham perusahaan telah banyak dilakukan, baik di Indonesia maupun di luar negeri diantaranya oleh Fernandez (2009), Arezzo, Plastino, dan Shaked (2010), Mandyara (2010), Yonimurwanto (2010), Nurbiyanto (2011), Riyanto (2013), Rahmanto (2013), dan Widiantoro (2013) sebagaimana Tabel 1.2 berikut. 10

11 Tabel 1.2 Penelitian Saham Perusahaan Peneliti Fernandez (2009) Penelitian Perbedaan 10 metoda DCF dan 9 teori yang paling sering digunakan untuk menilai perusahaan dengan menggunakan discounted cash flow Alat Analisis Discounted cash flow Hasil Penelitian Penelitian menunjukkan bahwa 10 metoda yang digunakan dalam menilai perusahaan dengan discounted cash flow memberikan nilai yang sama. Arezzo, Plastino, dan Shaked (2010) Metoda penilaian dengan pendekatan data pasar Relative valuation dengan aplikasi multiple/ angka pengganda Penggunaan multiple dalam penilaian disesuaikan dengan kondisi perusahaan, contohnya perusahaan yang masih baru dan perusahaan dalam kondisi kesulitan keuangan/ bangkrut. Mandyara (2010) Evaluasi nilai wajar saham PT Jakarta Propertindo Assesment Discounted cash flow dan relative valuation Harga saham PT Jakarta Propertindo Assesment yang diperdagangkan di BEI bila dibandingkan dengan estimasi nilai wajarnya mengalami undervalued. Yonimurwanto (2010) Penentuan nilai wajar/intrinsik saham PT. Bank Muamalat Tbk dalam rangka right issue tahun 2010 Discounted cash flow, relative valuation, dan Residual Income Model Rekonsiliasi dari metodametoda yang digunakan menghasilkan indikasi nilai wajar saham sebesar Rp1.139,-. Kesimpulan harga saham penawaran right issue Rp.1.160,- dibanding nilai instrinsiknya adalah overvalued. 11

12 Peneliti Nurbiyanto (2011) Penelitian Estimasi nilai wajar ekuitas PT Semen Baturaja (Persero) dalam rangka privatisasi tahun 2011 Riyanto (2013) Estimasi harga wajar saham PT Waskita Karya saat penawaran umum perdana tahun 2012 Rahmanto (2013) Widiantoro (2013) Estimasi nilai pasar wajar saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. dalam rangka privatisasi melalui Right Issue tahun 2013 Estimasi nilai intrinsik saham PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. terkait Unusual Market Activity tahun 2012 Alat Analisis Discounted cash flow, relative valuation, dan Residual Income Method Discounted cash flow dan relative valuation Discounted cash flow dan relative valuation Discounted cash flow dan relative valuation Hasil Penelitian Estimasi nilai wajar ekuitas PT Semen Baturaja (Persero) adalah Rp ,00 dengan batas terendah Rp ,00 dan batas tertinggi Rp ,00. Harga saham PT Waskita Karya (Persero) yang diperdagangkan di BEI bila dibandingkan dengan estimasi nilai wajarnya mengalami undervalued. Estimasi nilai pasar wajar saham PT Antam (Persero) Tbk. per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp1.395,00 per lembar saham dengan batas bawah Rp1.290,00 dan batas atas Rp 1.499,00. Estimasi nilai intrinsik saham PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. pada saat pelaksanaan IPO tanggal berada pada kisaran batas atas Rp5.515,43 dan batas bawah Rp4.745,84. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya di mana dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan yaitu pendekatan discounted cash flow dengan menggunakan free cash flow to equity model, dan relative valuation method dengan menggunakan equity multiple yaitu price to book value (PBV) dan price to sales ratio (P/S). Namun demikian, objek dan waktu penelitian membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. 12

13 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah melakukan estimasi atas nilai pasar wajar saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dalam rangka right issue tahun Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. bagi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dan pemerintah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk menentukan harga penawaran saham yang wajar pada saat penambahan saham baru; 2. bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan terkait investasi terhadap saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.; 3. bagi penilai, akademisi dan peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi bagi yang tertarik pada bidang penilaian bisnis, khususnya mengenai penentuan nilai wajar saham perusahaan dalam rangka right issue. 1.4 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun menjadi empat bab. Bab I adalah pendahuluan yang berisi uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II adalah tinjauan pustaka dan alat analisis, berisi uraian tentang tinjauan pustaka, landasan teori, serta data dan alat analisis yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian. 13

14 Bab III adalah analisis dan pembahasan, berisi tentang gambaran umum perusahaan, analisis makroekonomi dan prospek perusahaan, serta proses penilaian berdasarkan metoda-metoda yang berbeda dan rekonsiliasi untuk menghasilkan estimasi nilai akhir. Bab IV adalah penutup, berisi uraian tentang kesimpulan hasil penelitian yang didapatkan sebagai jawaban dari tujuan penelitian dan saran sebagai sumbangan pemikiran, serta keterbatasan dalam penelitian ini. 14

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perusahaan untuk memperoleh dana, salah satunya adalah dengan Right issue.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perusahaan untuk memperoleh dana, salah satunya adalah dengan Right issue. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan dalam pengembangan dan ekspansi usahanya akan memerlukan tambahan modal. Banyak mekanisme yang bisa ditempuh oleh perusahaan untuk memperoleh dana, salah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dari suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Hal ini dapat dipenuhi dengan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. tumbuh berkembang dan meningkatkan nilai perusahaan, namun upaya ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. tumbuh berkembang dan meningkatkan nilai perusahaan, namun upaya ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pengembangan usaha sangat diperlukan perusahaaan untuk dapat terus tumbuh berkembang dan meningkatkan nilai perusahaan, namun upaya ini seringkali menghadapi kendala

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia.

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia. Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk., suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Nomor 8 tanggal 4 Maret 1975 dan memperoleh status badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1913 dan kini telah menjadi salah satu perusahaan rokok terkemuka di

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1913 dan kini telah menjadi salah satu perusahaan rokok terkemuka di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), selanjutnya disebut Sampoerna, berdiri pada tahun 1913 dan kini telah menjadi salah satu perusahaan rokok terkemuka di Indonesia. Sampoerna

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki nilai pasar yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut (Hartono 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Perusahaan sebagai salah satu penopang perekonomian baik itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Perusahaan sebagai salah satu penopang perekonomian baik itu sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian menciptakan berbagai kebutuhan baru untuk mampu berkembang ataupun bertahan pada kondisi yang memiliki persaingan tinggi. Perusahaan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di Amerika Serikat, yang diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia, sepanjang tahun 2012, kinerja industri perbankan syariah nasional yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia, sepanjang tahun 2012, kinerja industri perbankan syariah nasional yang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan Indonesia yang dinamis beberapa tahun belakangan membawa dampak angin segar pada industri perbankan syariah. Berdasarkan data Laporan Perkembangan Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal memiliki dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika perusahaan tidak memiliki sumber dana internal yang mencukupi, pasar modal merupakan salah satu tempat bagi perusahaan mencari sumber dana alternatif selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pada saat ini, sektor transportasi nasional khususnya jasa udara dihadapkan pada situasi persaingan yang sangat ketat. Kondisi tersebut mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). IPO merupakan simbol

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). IPO merupakan simbol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan dana untuk mengembangkan bisnis dalam suatu perusahaan menjadi prasyarat yang harus dipenuhi agar target pengembangan bisnis tercapai. Perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, semakin meningkatnya peran pasar modal di Indonesia, sehingga pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pengawasan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dan keuangan global tahun 1997 dan 2008 yang telah berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia, mempengaruhi menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. struktur permodalan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan usaha.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. struktur permodalan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan usaha. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Harga pasar saham merupakan cerminan dari kinerja keuangan sebuah perusahaan. Jika kinerja perusahaan meningkat maka hal ini akan diapresiasi oleh pasar dalam bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga konsumsi baja dapat digunakan sebagai indikasi kemajuan suatu negara (Hudson, 2010). Kecenderungan konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan. Gambar 1.1 Logo Perusahaan. Sumber: waskita.co.id

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan. Gambar 1.1 Logo Perusahaan. Sumber: waskita.co.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Perusahaan Sumber: waskita.co.id Didirikan pada 1 Januari 1961 Waskita Karya adalah salah satu BUMN terkemuka

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kondisi persaingan usaha yang semakin ketat dan kompetitif, mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam industri maupun strategi keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks LQ45 merupakan indeks yang terdiri dari 45 saham di Bura Efek Indonesia dengan likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Garuda Indonesia (persero) Tbk adalah maskapai penerbangan milik negara atau bisa disebut juga perusahaan BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ). Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. waktu karena sebab-sebab tertentu pemegang saham utama atau pendiri (founders)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. waktu karena sebab-sebab tertentu pemegang saham utama atau pendiri (founders) BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Komposisi pemegang saham di perusahaan publik tidak selamanya tetap. Selalu ada peluang untuk terjadi perubahan susunan pemegang saham, bahkan perubahan di level pemegang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan dengan kekayaan alam yang melimpah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan dengan kekayaan alam yang melimpah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan kekayaan alam yang melimpah. Salah satu kekayaan alam Indonesia adalah kekayaan potensi mineral bahan galian pertambangan.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam menentukan keputusan, pimpinan perusahaan dituntut untuk

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam menentukan keputusan, pimpinan perusahaan dituntut untuk BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dalam menentukan keputusan, pimpinan perusahaan dituntut untuk mengambil keputusan yang dapat memaksimalkan nilai perusahaannya. Di lain pihak, pimpinan juga dituntut

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Kinerja Operasi PT. Acset Indonusa Tbk Depresiasi dari Rupiah telah menyebabkan memburuknya defisit neraca berjalan. Bank Indonesia memprediksi defisit

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH xi xi xii xii 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 10 Manfaat Penelitian 10 Ruang Lingkup Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlambatan ekonomi sepanjang tahun 2015 memberikan pengaruh tersendiri terhadap pertumbuhan beberapa sektor industri dalam negeri, tak terkecuali bagi sektor properti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau Initial Public Offering (IPO) dalam rangka rencana Perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau Initial Public Offering (IPO) dalam rangka rencana Perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2007 PT Elnusa Tbk melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) dalam rangka rencana Perusahaan untuk melakukan pengembangan

Lebih terperinci

PT. RIMAU MULTI PUTRA PRATAMA, Tbk

PT. RIMAU MULTI PUTRA PRATAMA, Tbk PT. RIMAU MULTI PUTRA PRATAMA, Tbk 1 PROFIL PERSEROAN KEGIATAN USAHA PERSEROAN KINERJA KEUANGAN JANUARI SEPTEMBER 2017 LAPORAN KEUANGAN UPAYA PENINGKATAN KINERJA PERSEROAN KEJADIAN PENTING TAHUN 2015 S.D.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang memiliki sejarah dan pengalaman panjang pada jalur bisnis utamanya di bidang jasa

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang memiliki sejarah dan pengalaman panjang pada jalur bisnis utamanya di bidang jasa BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang PT. Nindya Karya (Persero) Nindya adalah perusahaan BUMN Jasa Konstruksi yang memiliki sejarah dan pengalaman panjang pada jalur bisnis utamanya di bidang jasa konstruksi.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perusahaan memiliki alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan, umumnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya di industri perbankan dibutuhkan sebuah bank nasional yang besar, kuat, kompeten, maju,

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf

BAB I PENDAHULUAN. peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sektor pertanian dan perkebunan adalah salah satu industri yang memiliki peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf Khusus Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. stabil merupakan salah satu pendorong berkembangnya pasar modal.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. stabil merupakan salah satu pendorong berkembangnya pasar modal. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan alternatif pembiayaan pendanaan perusahaan selain pembiayaan oleh bank. Adapun kondisi di pasar modal memiliki kaitan yang erat dengan kondisi perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki masalah dengan modal pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki masalah dengan modal pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tanggal 10 April 2014 PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu bank yang memiliki masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya seluruh perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan laba dan mengembangkan usaha sebesar mungkin, oleh karena itu perusahaan perlu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan 30 Juni 2009 sampai 30 Juni 2014, untuk

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan 30 Juni 2009 sampai 30 Juni 2014, untuk 64 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 2 (dua) Badan Usaha Milik Negara bidang perbankan yang terdaftar di BEI yaitu PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian perusahaan atau perseroan dirumuskan sebagai badan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian perusahaan atau perseroan dirumuskan sebagai badan hukum yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas, pengertian perusahaan atau perseroan dirumuskan sebagai badan hukum yang merupakan persekutuan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia.

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini berbagai sektor korporasi melakukan ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emas) atau berbentuk aktiva keuangan (surat-surat berharga) yang diperjual-belikan

BAB I PENDAHULUAN. emas) atau berbentuk aktiva keuangan (surat-surat berharga) yang diperjual-belikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan aktivitas yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan nilai atau jumlah sumber daya yang dimiliki saat ini untuk masa yang akan datang (Tandelilin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pasar modal bagi perusahaan bagaikan lumbung dana yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pasar modal bagi perusahaan bagaikan lumbung dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya perekonomian di Indonesia, investasi dalam pasar modal pun turut mengalami perkembangan. Keberadaan pasar modal memiliki peran penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai akuisisi PT. Indosat Tbk jika dibuyback oleh pemerintah. Dengan menggunakan Empat metode yang saling keterkaitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juta rupiah. Belum lagi green fee dan pemasukan dari club house yang menyediakan

I. PENDAHULUAN. juta rupiah. Belum lagi green fee dan pemasukan dari club house yang menyediakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri golf saat ini mengalami perkembangan yang sangat cepat, minat para golfer setiap tahunnya terus bertambah. Sebagai industri, golf memang ladang bisnis yang menggiurkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kegiatan privatisasi Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN menjadi isu yang sangat kontroversial. Privatisasi BUMN yang banyak dijalankan terutama di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Tidak hanya berpengaruh terhadap perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Tidak hanya berpengaruh terhadap perindustrian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis keuangan global yang terjadi di tahun 2008 harus diakui telah memberikan dampak negatif ke seluruh dunia dan juga berimbas buruk kepada perekonomian

Lebih terperinci

PT Trimegah Securities Tbk ( Perseroan )

PT Trimegah Securities Tbk ( Perseroan ) K E T E R B U K A A N I N F O R M A S I Dalam Rangka Memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 2/POJK.04/2013 Sehubungan dengan Rencana Perseroan untuk Melakukan Pembelian Kembali Saham Perseroan (Buy

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latarbelakang. Dengan berkembang pesatnya industri telekomunikasi baik yang Global

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latarbelakang. Dengan berkembang pesatnya industri telekomunikasi baik yang Global BAB I PENGANTAR. Latarbelakang Dengan berkembang pesatnya industri telekomunikasi baik yang Global System for Mobil Communication (GSM) maupun Code Division Multiple Access (CDMA) masing-masing perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sipil (PNS) dan Tabungan Hari Tua (THT) sebagaimana ditetapkan dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sipil (PNS) dan Tabungan Hari Tua (THT) sebagaimana ditetapkan dalam BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang PT. Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT. Taspen (Persero) adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. dan penerbitan Obligasi Subordinasi tahun 2012 melalui top-down analysis serta

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. dan penerbitan Obligasi Subordinasi tahun 2012 melalui top-down analysis serta BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh estimasi nilai wajar saham PT Bank Permata Tbk. per tanggal 15 Juli 2013 pasca Penawaran Umum Terbatas V, dan penerbitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara umum ialah badan usaha yang seluruhnya maupun sebagian besar modalnya dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menjaga dan mengelola kekayaan negera dengan baik. Hal ini selaras

BAB I PENDAHULUAN. adalah menjaga dan mengelola kekayaan negera dengan baik. Hal ini selaras BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tugas penting yang diamanatkan oleh rakyat kepada pemerintah adalah menjaga dan mengelola kekayaan negera dengan baik. Hal ini selaras dengan UUD 45 pasal

Lebih terperinci

Ermia Fayana/ Pembimbing : Dr. Singgih Jatmiko, M.Sc., S.Si

Ermia Fayana/ Pembimbing : Dr. Singgih Jatmiko, M.Sc., S.Si PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DIVIDEND DISCOUNT MODEL (DDM) DAN METODE PRICE TO BOOK VALUE RATIO (PBV RATIO) PADA SEKTOR PERBANKAN YANG TERMASUK SAHAM LQ45 DI BEI Ermia Fayana/20208453

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN Prof. DR. H. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW Analisis sekuritas berdasarkan analisis fundamental. Analisis perusahaan merupakan tahap ketiga dari analisis fundamental,

Lebih terperinci

Cegah Kongkalingkong, BUMN akan IPO Harus Diperiksa

Cegah Kongkalingkong, BUMN akan IPO Harus Diperiksa Cegah Kongkalingkong, BUMN akan IPO Harus Diperiksa Rencana pemerintah yang akan melepas penawaran saham perdana delapan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke pasar modal mendapatkan respon positif dari pelaku

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan jenisnya, data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data aplikatif kuantitatif. Seperti disampaikan oleh peneliti dimuka bahwa penelitian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam sebuah perekonomian modern bergantung pada adanya sektor keuangan yang efisien. Salah satu komponen penting dari sektor keuangan tersebut

Lebih terperinci

PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI RENCANA PENAMBAHAN MODAL TANPA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU

PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI RENCANA PENAMBAHAN MODAL TANPA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI RENCANA PENAMBAHAN MODAL TANPA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU INFORMASI SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN INFORMASI ATAS KETERBUKAAN

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan EPS dan laporan keuangan perusahaan Price Earning Ratio Estimasi nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal,

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal, sebaiknya ada beberapa analisis yang penting investor lakukan. Alasannya agar investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak mulai didirikannnya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991 maka ekonomi syariah mulai banyak dikenal masyarakat dan mengalami perkembangan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA

BAB III KAJIAN PUSTAKA BAB III KAJIAN PUSTAKA 3.1. Landasan Teori 3.1.1. Harga Saham Harga saham yang digunakan dalam melakukan transaksi dipasar modal merupakan harga yang terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahun 2012 merupakan tahun yang menggembirakan bagi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahun 2012 merupakan tahun yang menggembirakan bagi Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2012 merupakan tahun yang menggembirakan bagi Indonesia. Kondisi perekonomian bangsa terus membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Perekonomian Indonesia tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan berlomba lomba untuk memperoleh sumber pendanaan. Hal ini terlihat dari data yang dirilis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public

BAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan persaingan bisnis yang ada pada saat ini tentunya akan menciptakan suatu persaingan yang ketat. Hal tersebut menuntut perusahaan untuk bertumbuh

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT BURSA EFEK INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT BURSA EFEK INDONESIA SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT BURSA EFEK INDONESIA Nomor Perihal Tgl. Dikeluarkan : 30 Januari 2009 Tgl. Diberlakukan : 01 Mei 2009 : Kep-00009/BEI/01-2009 : PERATURAN NOMOR II-H TENTANG PERSYARATAN DAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah mencapai laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah mencapai laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan adalah mencapai laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ekspansi. Salah satunya melalui penambahan modal melalui program Employee

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ekspansi. Salah satunya melalui penambahan modal melalui program Employee A B S T R A C T Basically, this study aims to estimate the intrinsic value of the shares of PT MNC Investama. in order to compare with the ESOP stock price MSOP performed using the income approach method

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi, alternatif investasi pun semakin beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi, alternatif investasi pun semakin beragam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ekonomi, alternatif investasi pun semakin beragam. Investasi dapat diartikan sebagai penanaman uang di suatu perusahaan dengan tujuan memperoleh

Lebih terperinci

PT MNC KAPITAL INDONESIA TBK.

PT MNC KAPITAL INDONESIA TBK. PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN INFORMASI ATAS KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PARA PEMEGANG SAHAM PT MNC KAPITAL INDONESIA TBK TERKAIT RENCANA PENAMBAHAN MODAL TANPA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk menghasilkan laba yang sebesar besarnya yang pada akhirnya akan meningkatkan kekayaan dari pemegang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Saham / Sekuritas. untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Saham / Sekuritas. untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang BAB II LANDASAN TEORI II Kerangka Teori dan Literatur II.1 Saham / Sekuritas II.1.1 Pengertian Saham / Sekuritas Menurut Suad Husnan (2005 : 29), sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak

Lebih terperinci

Pengaruh Pelaporan Selisih Kurs Dan Laba Per Saham Terhadap Nilai Perusahaan

Pengaruh Pelaporan Selisih Kurs Dan Laba Per Saham Terhadap Nilai Perusahaan Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2016-01-28 Pengaruh Pelaporan Selisih Kurs Dan Laba Per Saham Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

SSIA MERENCANAKAN MELAKUKAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM SENILAI Rp 200 MILIAR

SSIA MERENCANAKAN MELAKUKAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM SENILAI Rp 200 MILIAR SSIA MERENCANAKAN MELAKUKAN PEMBELIAN KEMBALI SAHAM SENILAI Rp 200 MILIAR Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 2/POJK.04/2013 Tahun 2013 tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Banyak perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Banyak perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk BAB I PENDAHULUAN ` 1.1 Latar Belakang Era Globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin meningkat. Banyak perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk pengembangan usahanya. Dalam mengembangkan

Lebih terperinci

CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23

CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23 http://www.deden08m.wordpress.com Estimasi nilai intrinsik saham Price Earning Ratio EPS dan laporan keuangan perusahaan Overview analisis perusahaan CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23 Analisis perusahaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan nilai..., Ivalandari, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan nilai..., Ivalandari, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, pilihan berinvestasi masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito, emas, ataupun properti mulai bergeser ke dalam bentuk saham. Sebagaimana

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.  CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan EPS dan laporan keuangan perusahaan Price Earning Ratio Estimasi nilai intrinsik saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham perusahaan go public pada dasarnya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham perusahaan go public pada dasarnya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Harga saham perusahaan go public pada dasarnya ditentukan oleh banyaknya permintaan dan penawaran akan suatu saham dimana titik harga keseimbangan antara permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan manfaatnya sebagai salah satu sarana untuk mengambil keputusan. Mengkomunikasikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal. Pasar modal merupakan sarana untuk menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal. Pasar modal merupakan sarana untuk menghimpun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis di Indonesia didukung dengan adanya perkembangan pasar modal. Pasar modal merupakan sarana untuk menghimpun dana jangka panjang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hutang perusahaan sangat berkaitan erat dengan struktur modal suatu perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan pendanaan

Lebih terperinci

Dasar Hukum Privatisasi

Dasar Hukum Privatisasi Dasar Hukum Privatisasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Pasal 74 84) Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pasar modal memiliki peranan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara, karena perusahaan dapat mendapatkan dana menunjang kegiatan operasionalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun 1995 bahwa tujuan pembangunan nasional Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakan adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sartono (2010:8) dalam Ayu (2013:359) Persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sartono (2010:8) dalam Ayu (2013:359) Persaingan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Sartono (2010:8) dalam Ayu (2013:359) Persaingan dalam industri manufaktur membuat setiap perusahaan manufaktur semakin meningkatkan kinerja agar

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan EPS dan laporan keuangan perusahaan Price Earning Ratio Estimasi nilai intrinsik saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai suatu harga keseimbangan yang baru (Jogiyanto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai suatu harga keseimbangan yang baru (Jogiyanto, 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang kepemilikan sahamnya sebagian dimiliki oleh publik, manajemen dituntut dan harus bekerja profesional. Dengan cara tersebut, perusahaan akan

Lebih terperinci

KETERBUKAAN INFORMASI SEHUBUNGAN DENGAN RENCANA PEMBELIAN KEMBALI SAHAM PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA (PERSERO) Tbk ( Perseroan )

KETERBUKAAN INFORMASI SEHUBUNGAN DENGAN RENCANA PEMBELIAN KEMBALI SAHAM PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA (PERSERO) Tbk ( Perseroan ) KETERBUKAAN INFORMASI SEHUBUNGAN DENGAN RENCANA PEMBELIAN KEMBALI SAHAM PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA (PERSERO) Tbk ( Perseroan ) PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Kegiatan Usaha: Jaringan dan Jasa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. makro atas suatu negara, sedangkan investasi di pasar modal merupakan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. makro atas suatu negara, sedangkan investasi di pasar modal merupakan 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sebagian dari gambaran perekonomian secara makro atas suatu negara, sedangkan investasi di pasar modal merupakan gambaran suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Bakrie and Brothers Tbk adalah perusahaan investasi strategis internasional

BAB I PENDAHULUAN. PT. Bakrie and Brothers Tbk adalah perusahaan investasi strategis internasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Bakrie and Brothers Tbk adalah perusahaan investasi strategis internasional yang berbasis di Jakarta, Indonesia. PT. Bakrie and Brothers Tbk didirikan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal dewasa ini telah menjadi salah satu indikator perkembangan perekonomian sebuah negara. Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan demi kemakmuran para pemegang saham. Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging voor den Effectenhandel pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan pilihan jenis-jenis investasi serta perantara untuk berinvestasi

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan pilihan jenis-jenis investasi serta perantara untuk berinvestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan investasi, investor memerlukan tempat berinvestasi yang memberikan pilihan jenis-jenis investasi serta perantara untuk berinvestasi sesuai yang diinginkan

Lebih terperinci