BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahun 2012 merupakan tahun yang menggembirakan bagi Indonesia.
|
|
- Vera Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2012 merupakan tahun yang menggembirakan bagi Indonesia. Kondisi perekonomian bangsa terus membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Perekonomian Indonesia tumbuh di atas angka 6,3 persen. Perekonomian yang kondusif dan stabil didukung peningkatan ekonomi domestik yang tetap tinggi, menjadi momentum penting bagi pelaku usaha di Indonesia untuk tetap tumbuh, berkembang, bahkan selalu terdepan di kawasan ASEAN. Goyahnya perekonomian global, terutama di Amerika Serikat dan Eropa, tidak menjadikan perekonomian Indonesia menjadi stagnan. Indonesia mampu bertahan dari gejolak ekonomi yang melanda negara-negara adidaya tersebut. Perkembangan kondisi global dan terjaganya indikator-indikator pertumbuhan menempatkan Indonesia pada posisi yang kuat dalam percaturan ekonomi global. Dalam konteks regional kawasan Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi Indonesia paling tinggi bila dibanding negara lain dalam kelompok ASEAN 5 (Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Vietnam) yang hanya tumbuh sekitar 5,4 persen. Di antara negara di kawasan Asia, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di bawah China, tetapi telah melampaui India. Pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak disumbang oleh pertumbuhan yang terjadi hampir di semua sektor ekonomi. Sektor konsumsi domestik di negara-negara Asia termasuk Indonesia, menjadi salah satu pengaman dalam menjaga ketahanan ekonomi secara keseluruhan dan berlindung terhadap dampak 1
2 2 krisis secara langsung. Ke depannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan ditopang oleh permintaan domestik yang cukup kuat dan potensi ekspor yang membaik. Hal tersebut juga didukung oleh masih cukup kuatnya sumber pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Jawa. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan produk domestik bruto (PDB) pada 2012 mencapai 6,23 persen dibandingkan realisasi 2011, karena peningkatan di semua sektor ekonomi. Kinerja perekonomian Indonesia yang kondusif tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah. Berbagai sektor mengalami peningkatan, termasuk pada sektor konstruksi yang turut membukukan kenaikan kinerja. Adapun sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor transportasi dan komunikasi yang mencapai 9,98 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8,11 persen, sektor konstruksi 7,50 persen. Pertumbuhan yang positif itu, terjadi pada sektor konstruksi tumbuh 4,02 persen, sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh 3,34 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 2,74 persen, sektor transportasi dan komunikasi tumbuh 2,00 persen, sektor jasa tumbuh 1,96 persen, sektor industri pengolahan tumbuh 1,41 persen, sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan tumbuh 1,23 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 0,20 persen. Kinerja sektor bangunan (konstruksi) yang mencapai 7,50 persen ini mengindikasikan masih tingginya kegiatan investasi, terlihat dari berbagai realisasi proyek investasi baik pemerintah maupun korporasi swasta. Pertumbuhan di sektor konstruksi ini seiring dengan Program Masterplan Percepatan dan
3 3 Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dicanangkan pemerintah dari 2011 hingga Saat ini rata-rata pertumbuhan sektor konstruksi per tahun mencapai 6 persen sampai 7 persen. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang berhasil meraih predikat layak investasi. Terjadinya krisis ekonomi Eropa dan Amerika Serikat menjadikan Indonesia sebagai pasar alternatif yang sangat menjanjikan bagi investor asing. Masih kuatnya ekonomi Indonesia menunjukkan sentimen yang positif bagi proyeksi pengerjaan proyekproyek konstruksi. Keadaan yang positif ini akan menguntungkan bagi kinerja perusahaan konstruksi dan menjadi peluang yang bagus untuk meningkatkan kinerja serta pendapatan. Menyikapi perkembangan ekonomi yang terus membaik tersebut, pemerintah telah melaksanakan program privatisasi beberapa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) melalui pasar modal di Indonesia. Dalam terminologi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), penawaran saham kepada masyarakat ini dikenal dengan privatisasi. Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, privatisasi dilakukan dengan cara penjualan saham persero, baik sebagian atau keseluruhan kepada pihak lain dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, nilai tambah perusahaan, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemilikan saham. Melalui privatisasi diharapkan pengelolaan Badan Usaha Milik Negara menjadi lebih profesional, transparan dan akuntabel. Privatisasi dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran.
4 4 Pedoman pelaksanaan privatisasi Badan Usaha Milik Negara diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero). Di dalam peraturan pemerintah tersebut disebutkan bahwa privatisasi dapat dilakukan dengan: 1. penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal; 2. penjualan saham secara langsung kepada investor; 3. penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan persero yang bersangkutan. Kemudian dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero), yang dimaksud dengan penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal antara lain adalah penjualan saham melalui penawaran umum (initial public offering/go public), penerbitan obligasi konversi, dan efek lain yang bersifat ekuitas. Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dilakukan dengan tujuan untuk: 1. memperluas kepemilikan masyarakat atas persero; 2. meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan; 3. menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik/kuat; 4. menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif; 5. menciptakan Persero yang berdaya saing dan berorientasi global; 6. menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas pasar. Pelaksanaan privatisasi dilakukan dengan penawaran umum perdana atau IPO (Initial Public Offering). Pada proses penawaran umum perdana, saham
5 5 perusahaan akan dijual di pasar perdana, sebelum diperjualbelikan di pasar sekunder. Dana yang diperoleh perusahaan melalui penjualan saham merupakan hasil perdagangan saham-saham perusahaan yang dilakukan di pasar perdana dengan harga yang telah ditetapkan sebelumya. Setelah saham tersebut dijual perusahaan di pasar perdana, barulah kemudian saham diperjualbelikan oleh investor-investor di pasar sekunder atau dikenal juga dengan sebutan pasar reguler. Transaksi yang dilakukan investor di pasar sekunder tidak akan memberikan tambahan dana lagi bagi perusahaan yang menerbitkan sekuritas (emiten), karena transaksi hanya terjadi antar investor, bukan dengan perusahaan (Tandelilin, 2010: 27). Salah satu perusahaan konstruksi BUMN yang ada di Indonesia yang telah ikut program privatisasi (IPO) pada tanggal 10 September 2010 adalah PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (dengan kode emiten PTPP), yang beralamat di Jalan Letjend. TB Simatupang No. 57, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Berdasarkan Laporan Keuangan 2012 dan Press Release 30 April 2013, perolehan kontrak selama tahun 2012 meningkat tajam melebihi target yang ditetapkan, kenaikan sebesar 57,65 persen dari perolehan kontrak tahun sebelumnya sebesar Rp12,3 triliun menjadi Rp19,4 triliun. Pendapatan Perseroan juga meningkat sebesar 28,43 persen dari Rp6,23 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp8 triliun dan berpengaruh positif pada kenaikan laba bersih sebesar Rp309,68 miliar pada tahun 2012, atau meningkat sebesar 29 persen dari Rp240,22 miliar di tahun Kenaikan laba bersih tersebut ditopang oleh perolehan kontrak baru, peningkatan pendapatan serta program efisiensi dan inovasi yang terus menerus dilakukan oleh perseroan.
6 6 Triwibowo, (2012) mengatakan bahwa PT Pembangunan Perumahan ke depan, pertumbuhan Perusahaan akan ditopang dari 5 (lima) bisnis, yaitu konstruksi, properti, EPC, investasi dan bisnis lain-lain seperti industri. Pada tahun 2013, aksi korporasi yang dilakukan perseroan untuk bisnis properti di antaranya sebagai berikut. 1. Spin Off Divisi Properti menjadi anak perusahaan. 2. Pengembangan Grand Sungkono Surabaya dengan nilai sekitar Rp5 triliun. 3. Pengembangan Kemala Lagoon Jakarta secara bertahap dengan nilai total sekitar Rp11 triliun. 4. Optimalisasi aset perseroan untuk pengembangan hotel. 5. Sinergi dengan BUMN. Seiring dengan pertumbuhan perseroan yang terus membaik dan adanya aksi korporasi tersebut, maka harga saham PTPP di BEI juga terus naik secara tajam dibandingkan dengan pada saat IPO, yaitu dari Rp580,- (harga penutupan 25 Februari 2010) menjadi Rp1750,- (harga penutupan 31 Mei 2013), atau terjadi kenaikan harga sebesar 302 persen (selama 3 tahun). Dengan kenaikan harga saham ini, akibatnya nilai ekuitas dari PTPP akan meningkat, yang selanjutnya kekayaan Negara dalam bentuk nilai kontribusi BUMN juga akan naik dalam Laporan Keuangan Negara. Dalam kenyataannya, proyek-proyek besar di Indonesia banyak yang jatuh ke tangan asing. Atas dasar tersebut, Kementerian BUMN kemudian akan melakukan spesialisasi BUMN karya, terutama kontraktor Infrastruktur. Iskan (2012) dalam berita yang dimuat di situs pada 26 Februari 2012 mengatakan bahwa proyek infrastruktur nasional, dikuasai
7 7 oleh kontraktor asing hingga 70 persen, untuk swasta nasional 20 persen. Seyogyanya, porsi yang diambil BUMN karya tak lebih dari 10 persen saja. Misalnya keterlibatan PT Adhi Karya dalam proyek nasional hanya berkisar 3 persen. Meskipun perusahaan plat merah itu mengambil porsi terbesar dari perusahaan BUMN lainnya, namun jumlahnya sangat kecil, berikutnya Wijaya Karya (2,75 persen), dan Pembangunan Perumahan (2,5 persen). Menurut Iskan, kondisinya sangat memprihatinkan. Padahal, Kementerian BUMN memiliki sekitar 14 BUMN karya. Di bidang jasa konstruksi di antaranya Adhi Karya, Hutama Karya, Wijaya Karya, Waskita Karya, Nindya Karya, Istaka Karya, Pembangunan Perumahan, dan Brantas Abipraya. Di bidang konsultan konstruksi, antara lain Bina Karya, Indah Karya, Indra Karya, Virama Karya, dan Yodya Karya. Selanjutnya, Iskan mengatakan 14 BUMN karya tersebut nantinya akan digabung menjadi satu perusahaan induk (holding) pada Hal ini menunggu selesainya penyusunan undang-undang jasa kontruksi. Pendapatan keempat belas BUMN karya ini juga ditargetkan meningkat hingga 50 persen sekitar Rp45 triliun tahun depan, untuk tahun ini, targetnya sekitar Rp30 triliun. Pembentukan holding dalam rangka efisiensi perusahaan sekaligus program perampingan BUMN dari saat ini 142 perusahaan menjadi 78 perusahaan tahun Sebanyak 14 BUMN karya nantinya akan disatukan dalam satu perusahaan, diantaranya PT. Istaka Karya, PT. Hutama Karya, PT. Waskita karya, PT. Brantas Abipraya, PT. Nikarya, PT. Adhi Karya Tbk., PT. Wijaya Karya Tbk., dan PT. Pembangunan Perumahan Tbk. Sebagai persiapan pembentukan holding company BUMN kekaryaan tersebut, maka diperlukan nilai wajar ekuitas dari masing-masing perusahaan,
8 8 sehingga diperoleh porsi atau kontribusi masing-masing perusahaan terhadap holding company. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis perlu mengkaji: Valuasi Nilai Wajar Saham PT. Pembangunan Perumahan (Persero), Tbk Terkait Rencana Pembentukan Holding Company BUMN Kekaryaan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya. Penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Berapakah Nilai Pasar Wajar Saham PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, terkait rencana pembentukan holding company BUMN Kekaryaan tersebut? 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai penentuan nilai perusahaan yang kemudian menjadi nilai pasar wajar saham telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penilaian perusahaan atau penilaian saham perusahaan, adalah sebagai berikut. Deloof, dkk. (2002: 230) melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk menginvestigasi penilaian yang dilakukan oleh underwriter terhadap 33 perusahaan yang melakukan IPO di pasar modal Belgia dalam kurun waktu , kemudian membandingkan dengan harga yang ditawarkan dengan harga saham pada satu bulan pertama setelah didaftarkan. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dari beberapa pendekatan atau metoda yang digunakan oleh underwriter dalam menilai saham metoda discounted cash flow adalah yang paling populer digunakan, sedangkan harga penawaran ditentukan dengan
9 9 menggunakan discounted dividend model. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penilaian yang menggunakan discounted dividend model cenderung menghasilkan nilai yang underestimate, sedangkan yang menggunakan metoda discounted cash flow dapat menghasilkan nilai yang tidak bias. Siahaan (2003) melakukan penelitian tentang penilaian saham dengan menggunakan Gordon model. Objek yang diteliti adalah saham PT. Century Textile Industry Tbk. Adapun data yang digunakan adalah Laporan Keuangan PT. Century Textile Industry Tbk. mulai 1995 sampai dengan Penelitian tersebut dibuat dengan tujuan untuk menganalisis penggunaan model gordon (Gordon growth methodology), memasyarakatkan konsep/teori yang berkaitan dengan penilaian perusahaan dan sekuritas dan memberi contoh penggunaan teori dalam menganalisis harga wajar saham sesuai dengan persepsi masyarakat serta menganalisis apakah pasar modal sudah efisien atau belum. Froidevaux (2004) melakukan penelitian yang bertujuan menilai saham biasa/common stocks dengan mengunakan model penilaian discounted cashflow (DCF). Froidevaux membangun sebuah model dan mengestimasi input-input dengan mencoba mereplikasi sedekat mungkin tentang perilaku investor dalam menilai saham pada pasar modal dan secara konsekuen menggunakan metoda campuran untuk menentukan pertumbuhan arus kas/cash flow growth, durasi pertumbuhan/the growth duration dan discount rate. Kesimpulan penelitian tersebut adalah bahwa discounted cash flow valuation model dapat mengidentifikasi dan mengekploitasi systematic mispricing pada stock market. Tauriesanto (2007) melakukan penelitian untuk menentukan harga saham PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. apakah undervalued atau overvalued
10 10 sehubungan dengan rencana divestasi saham Bank BNI tahun 2007 oleh pemerintah guna mengatasi defisit APBN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data historis laporan keuangan Bank BNI mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, adapun hasil yang diperoleh adalah bahwa harga saham BNI saat itu yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia apabila dibandingkan dengan estimasi nilai intrinsiknya mengalami undervalued. Noviastoko (2011), melakukan penelitian untuk menentukan nilai pasar wajar saham PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. (kode ADHI) pasca kebijakan insentif pajak. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data historis laporan keuangan ADHI mulai tahun 2007 sampai tahun 2010, adapun hasil yang diperoleh adalah bahwa harga saham ADHI saat itu yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia apabila dibandingkan dengan estimasi nilai intrinsiknya mengalami undervalued. Kumaratih (2012), melakukan valuasi nilai wajar saham PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk (kode emiten WIKA), terkait rencana pembentukan holding company BUMN bidang kekaryaan Metoda yang digunakan dalam penelitian adalah discounted cashflow (DCF) dan Relative Valuation (perbandingan harga pasar). Harga saham WIKA yang diperoleh dengan metoda DCF adalah Rp546,-, sedangkan dengan metoda Relative Valuation diperoleh Rp484,-. Hasil rekonsiliasi diperoleh harga saham WIKA antara Rp484,- - Rp546,-. Jika dibandingkan dengan harga yang terjadi pada saat penutupan di BEI per 30 Desember 2010 sebesar Rp680,- (saat itu), berarti harga di pasar modal termasuk over valued. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini terletak pada penilaian nilai pasar wajar saham PT Pembangunan Perumahan
11 11 (Persero) Tbk, terkait rencana pembentukan holding company BUMN Kekaryaan tersebut, yang belum pernah ada peneliti lain melakukannya. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Penelitian bertujuan mengestimasi nilai wajar atau nilai intrinsik perlembar saham PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Ini terkait rencana pembentukan holding company BUMN Kekaryaan Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan di antaranya dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Bagi PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk; hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang penilaian saham perusahaan yang berhubungan dengan rencana pembentukan holding company BUMN kekaryaan. 2. Bagi investor dan masyarakat pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan atau refrensi bagi pengambilan keputusan investasi, khususnya untuk saham PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. 3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan berkaitan dengan metoda penilaian suatu usaha terkait rencana pembentukan holding company BUMN Kekaryaan. 4. Sebagai referensi bagi peneliti yang akan datang dengan kajian yang lebih mendalam, dan menemukan hal sama.
12 Sistematika Penulisan Penelitian ini ditulis dalam empat bab. Bab I merupakan pengantar, mencakup uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Lebih lanjut dalam Bab II diuraikan mengenai tinjauan pustaka dan alat analisis, mencakup tentang tinjauan pustaka, landasan teori dan alat analisis. Bab III merupakan analisis data dan pembahasan, yang menjelaskan tentang Gambaran Umum Perusahaan, Kondisi Ekonomi dan Industri Konstruksi, cara penelitian, pengolahan dan analisis data. Bab IV berisikan kesimpulan dan saran.
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Goyahnya perekonomian global, terutama di Amerika Serikat dan Eropa,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Goyahnya perekonomian global, terutama di Amerika Serikat dan Eropa, tidak menjadikan perekonomian Indonesia menjadi stagnan. Indonesia mampu bertahan dari gejolak
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dari suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Hal ini dapat dipenuhi dengan pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. stabil merupakan salah satu pendorong berkembangnya pasar modal.
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan alternatif pembiayaan pendanaan perusahaan selain pembiayaan oleh bank. Adapun kondisi di pasar modal memiliki kaitan yang erat dengan kondisi perekonomian.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki program pembangunan yang mendukung infrastruktur nasional melalui Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk jangka waktu 2011-2025
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah menjaga dan mengelola kekayaan negera dengan baik. Hal ini selaras
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tugas penting yang diamanatkan oleh rakyat kepada pemerintah adalah menjaga dan mengelola kekayaan negera dengan baik. Hal ini selaras dengan UUD 45 pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan. Gambar 1.1 Logo Perusahaan. Sumber: waskita.co.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Perusahaan Sumber: waskita.co.id Didirikan pada 1 Januari 1961 Waskita Karya adalah salah satu BUMN terkemuka
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. tumbuh berkembang dan meningkatkan nilai perusahaan, namun upaya ini
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pengembangan usaha sangat diperlukan perusahaaan untuk dapat terus tumbuh berkembang dan meningkatkan nilai perusahaan, namun upaya ini seringkali menghadapi kendala
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam sebuah perekonomian modern bergantung pada adanya sektor keuangan yang efisien. Salah satu komponen penting dari sektor keuangan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. waktu karena sebab-sebab tertentu pemegang saham utama atau pendiri (founders)
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Komposisi pemegang saham di perusahaan publik tidak selamanya tetap. Selalu ada peluang untuk terjadi perubahan susunan pemegang saham, bahkan perubahan di level pemegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya di industri perbankan dibutuhkan sebuah bank nasional yang besar, kuat, kompeten, maju,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi. Perusahaan sebagai salah satu penopang perekonomian baik itu sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian menciptakan berbagai kebutuhan baru untuk mampu berkembang ataupun bertahan pada kondisi yang memiliki persaingan tinggi. Perusahaan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan di industri building construction yang sudah masuk di listing Bursa Efek Indonesia per 8 Agustus 2011.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlambatan ekonomi sepanjang tahun 2015 memberikan pengaruh tersendiri terhadap pertumbuhan beberapa sektor industri dalam negeri, tak terkecuali bagi sektor properti.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di Amerika Serikat, yang diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi pariwisata sebagai pilar penting perekonomian terus ditingkatkan di seluruh dunia dengan pertumbuhannya saat ini mencapai angka 5% atau duatiga kali lebih tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga konsumsi baja dapat digunakan sebagai indikasi kemajuan suatu negara (Hudson, 2010). Kecenderungan konsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). IPO merupakan simbol
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan dana untuk mengembangkan bisnis dalam suatu perusahaan menjadi prasyarat yang harus dipenuhi agar target pengembangan bisnis tercapai. Perolehan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perusahaan untuk memperoleh dana, salah satunya adalah dengan Right issue.
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan dalam pengembangan dan ekspansi usahanya akan memerlukan tambahan modal. Banyak mekanisme yang bisa ditempuh oleh perusahaan untuk memperoleh dana, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya bagi perusahaan perusahaan yang membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi investor untuk menginvestasikan dananya bagi perusahaan perusahaan yang membutuhkan dana dan terdaftar dalam Bursa Efek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak di wilayah Asia, diantaranya Asia Tenggara yaitu Indonesia. (sumber:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan harga properti dunia pada tahun 2012 mengalami penurunan, akibat adanya kondisi krisis hutang Eropa, salah satunya merupakan kenaikan harga rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinvestasi dalam bentuk investasi berwujud seperti emas, tanah ataupun rumah. Akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum pemilik dana mengenal saham, banyak pemilik dana lebih memilih berinvestasi dalam bentuk investasi berwujud seperti emas, tanah ataupun rumah. Akan tetapi muncul
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu bentuk kegiatan investasi yang dilakukan adalah dengan terlibat menjadi investor dalam pasar modal. Pasar modal merupakan alternatif perusahaan dalam memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Komodo, begitulah julukan yang diberikan The Economist. salah satu negara yang perekonomiannya stabil dan meningkat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia tampak mengalami perkembangan si Ekonomi Komodo, begitulah julukan yang diberikan The Economist untuk menggambarkan perekonomian Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kondisi persaingan usaha yang semakin ketat dan kompetitif, mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam industri maupun strategi keunggulan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Kinerja Operasi PT. Acset Indonusa Tbk Depresiasi dari Rupiah telah menyebabkan memburuknya defisit neraca berjalan. Bank Indonesia memprediksi defisit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal memiliki dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika perusahaan tidak memiliki sumber dana internal yang mencukupi, pasar modal merupakan salah satu tempat bagi perusahaan mencari sumber dana alternatif selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan bunga atau yang sering disebut Net Interest Margin (NIM), selain itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu organisasi jasa yang mempunyai peranan penting dalam upaya pembangunan ekonomi nasional. Bank berperan sebagai lembaga intermediasi penyalur dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian yang pesat selalu diiringi dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Tidak hanya berpengaruh terhadap perindustrian di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis keuangan global yang terjadi di tahun 2008 harus diakui telah memberikan dampak negatif ke seluruh dunia dan juga berimbas buruk kepada perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. struktur permodalan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan usaha.
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Harga pasar saham merupakan cerminan dari kinerja keuangan sebuah perusahaan. Jika kinerja perusahaan meningkat maka hal ini akan diapresiasi oleh pasar dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melaksanakan privatisasi Bank Tabungan Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia melaksanakan privatisasi Bank Tabungan Negara (Bank BTN), salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia, melalui Initial Public
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahun 2012 merupakan tahun yang penuh gejolak bagi perekonomian dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2012 merupakan tahun yang penuh gejolak bagi perekonomian dunia sebagai dampak dari krisis keuangan di kawasan Eropa, perekonomian global tumbuh melambat 3,2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam menentukan keputusan, pimpinan perusahaan dituntut untuk
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dalam menentukan keputusan, pimpinan perusahaan dituntut untuk mengambil keputusan yang dapat memaksimalkan nilai perusahaannya. Di lain pihak, pimpinan juga dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara tersebut. Untuk itu banyak para ahli keuangan yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal pada saat ini menjadi perhatian penting di berbagai negara. Hal ini dikarenakan aktivitas yang tinggi di pasar modal maupun pasar uang akan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sektor pertanian dan perkebunan adalah salah satu industri yang memiliki peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf Khusus Presiden
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kegiatan privatisasi Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN menjadi isu yang sangat kontroversial. Privatisasi BUMN yang banyak dijalankan terutama di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pemerintah Indonesia dari tahun mengalokasikan anggaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pemerintah Indonesia dari tahun 2011-2014 mengalokasikan anggaran Rp 577 trilyun untuk anggaran infrastruktur. Hal ini berdasarkan pernyataan dari Kepala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menerangkan alasan penulis dalam memilih judul dan topik
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menerangkan alasan penulis dalam memilih judul dan topik penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan kerangka pemikiran. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emas) atau berbentuk aktiva keuangan (surat-surat berharga) yang diperjual-belikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan aktivitas yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan nilai atau jumlah sumber daya yang dimiliki saat ini untuk masa yang akan datang (Tandelilin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat. menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam) dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Obligasi merupakan salah satu sumber dana perusahaan selain laba, utang bank, dan saham. Levinger et al. (2014) menyatakan bahwa obligasi menjadi sumber pembiayaan yang efektif
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia,
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dan keuangan global tahun 1997 dan 2008 yang telah berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia, mempengaruhi menurunnya
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini tidak terlepas dari tuntutan era globalisasi
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging voor den Effectenhandel pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1971 setelah penggunaan nama PT Pembangunan Perumahan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Profil Perusahaan Nama PT. Pembangunan Perumahan (Persero) secara resmi digunakan pada tahun 1971 setelah penggunaan nama PT Pembangunan Perumahan pada tahun 1953 dan PT Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang semakin meningkat kita dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu perekonomian berkembang dari waktu ke waktu dalam jangka waktu yang cukup panjang. Perekonomian Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan dalam tatanan ekonomi dunia. Dinamika perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang terus terjadi telah membawa perubahan dalam tatanan ekonomi dunia. Dinamika perekonomian Indonesia tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak mengenal bank dan tidak berhubungan dengan bank. Perbankan sendiri memegang peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global.
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1913 dan kini telah menjadi salah satu perusahaan rokok terkemuka di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), selanjutnya disebut Sampoerna, berdiri pada tahun 1913 dan kini telah menjadi salah satu perusahaan rokok terkemuka di Indonesia. Sampoerna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang mempunyai fungsi sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak
Lebih terperinciDasar Hukum Privatisasi
Dasar Hukum Privatisasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Pasal 74 84) Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero)
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki nilai pasar yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut (Hartono 2009:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global dan kawasan serta berbagai kemajuan dalam perbaikan, iklim investasi, infrastruktur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Harga saham perusahaan go public pada dasarnya ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Harga saham perusahaan go public pada dasarnya ditentukan oleh banyaknya permintaan dan penawaran akan suatu saham dimana titik harga keseimbangan antara permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN
BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat Indonesia semakin rentan terhadap berbagai gejolak pada lingkungan eksternal, baik yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun 1995 bahwa tujuan pembangunan nasional Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakan adil dan makmur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama Pasar Modal. Pasar Modal bisa dijadikan sebagai dinamika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian suatu negara tidak bisa lepas dari investasi terutama Pasar Modal. Pasar Modal bisa dijadikan sebagai dinamika perekonomian suatu negara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, adalah menjadikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dituntut untuk senantiasa
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dituntut untuk senantiasa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya melalui pembinaan pilar ekonomi yang dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi, yang efektif untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan
BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam melakukan bisnis perekonomian. Pasar modal menjembatani bertemunya investor yang menginvestasikan dananya
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. makro atas suatu negara, sedangkan investasi di pasar modal merupakan
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sebagian dari gambaran perekonomian secara makro atas suatu negara, sedangkan investasi di pasar modal merupakan gambaran suatu perusahaan yang
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND
LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal didalam mendorong kinerja operasionalnya agar perusahaan tetap berjalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini kebutuhan untuk memenuhi hidup sangatlah tinggi, begitu juga dengan perusahaan. Didalam memenuhi kebutuhan perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran aktif lembaga pasar modal sangat diperlukan dalam membangun perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang strategis dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua negara mulai melakukan reformasi di bidang ekonomi dengan mulai membuka diri terhadap
Lebih terperinciBAB I. masyarakat Indonesia. Pelaku bisnis di industri bioskop Indonesia pada saat ini
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada saat ini Industri bioskop di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki masalah dengan modal pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tanggal 10 April 2014 PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu bank yang memiliki masalah
Lebih terperinciPENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.
PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal, sebaiknya ada beberapa analisis yang penting investor lakukan. Alasannya agar investor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang memiliki sejarah dan pengalaman panjang pada jalur bisnis utamanya di bidang jasa
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang PT. Nindya Karya (Persero) Nindya adalah perusahaan BUMN Jasa Konstruksi yang memiliki sejarah dan pengalaman panjang pada jalur bisnis utamanya di bidang jasa konstruksi.
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. dan Desember Kebijakan-kebijakan tersebut telah meningkatkan kegairahan
PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal Indonesia yang pesat dimulai sejak ditetapkannya paket-paket kebijakan oleh pemerintah pada bulan Desember 1987, Oktober
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi dapat definisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2008: 5).
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. surat berharga di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan investor. Perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kondisi perekonomian baik global maupun regional dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami pasang surut, contohnya krisis ekonomi yang terjadi di Eropa
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan tertentu. Tujuan suatu perusahaan pada umumnya adalah mempertahankan kelangsungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan mempertimbangkan risiko dan return. Setiap investor yang melakukan
74 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang (Eduardus,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal keuangan sebagai suatu upaya untuk menciptakan uang lebih banyak (the use of financial capital in
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan baik terhadap perusahaan. Meskipun instrumen-instrumen yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pasar modal sedang marak terjadi di Indonesia sejak tahun 1990an. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran pemodal atau investor yang melakukan transaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi dan moneter di Indonesia sektor properti menjadi salah satu sektor yang paling parah menderita kerugian karena peristiwa tersebut.
Lebih terperinci