Pembuatan Membran Datar Asimetris CaTiO 3

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pembuatan Membran Datar Asimetris CaTiO 3"

Transkripsi

1 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) Pembuatan Membran Datar Asimetris CaTiO 3 Khomsatu Dian Husnah dan Hamzah Fansuri Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia h.fansuri@chem.its.ac.id Abstrak Membran datar asimetris CaTiO 3 telah berhasil dibuat melalui metode inversi fasa dengan variasi ukuran serbuk perovskit lolos 60 mesh, 120 mesh, dan 200 mesh. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi sintesis oksida perovskit CaTiO 3 melalui metode solid state, pembuatan membran mentah dengan penambahan polieterimida (PEI) sebagai binder polimer dan N-metil-2-pirolidon sebagai pelarut yang diikuti dengan proses sintering pada membran. Difraktogram XRD menunjukkan bahwa hasil sintesis CaTiO 3 adalah oksida perovskit. Hasil SEM pada penampang lintang membran mengindikasikan telah terbentuknya struktur asimetris. Ukuran partikel tidak berpengaruh terhadap morfologi penampang lintang membran CaTiO 3 namun berpengaruh terhadap kerapatan membran pada bagian permukaan. Semakin kecil ukuran partikel semakin besar kerapatan membran. Kata Kunci CaTiO 3, oksida perovskit, membran keramik, membran asimetris T I. PENDAHULUAN EKNOLOGI membran memiliki potensi yang besar dalam penghematan energi dan proses pemisahan gas. Teknologi tersebut telah menjadi acuan dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh para peneliti karena kriteria tertentu yang cocok digunakan sesuai kebutuhan aplikasinya. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan di dalam pemilihan membran antara lain stabilitas termal dan mekanik pada kondisi operasi, produktivitas dan efisiensi pemisahan, serta biaya. Kriteriakriteria tersebut juga didasarkan pada sifat membran yaitu selektivitas dan permeabilitas [4]. Menurut (Ismail dan Lai, 2004 ) [6], kinerja membran berdasarkan proses pemisahan gas lebih bergantung pada tingkat selektivitas dan permeabilitas dari membran itu sendiri. Semakin tinggi selektivitas maupun permeabilitas membran, maka tingkat produktivitas dan efisiensi pemisahannya juga semakin tinggi. Sebagian bahan membran penghantar ion oksigen, khususnya dari bahan oksida perovskit, memiliki kemampuan katalitik untuk reaksi oksidasi. Kemampuan mengkatalisis reaksi oksidasi tersebut apabila dikombinasikan dengan sifat hantaran selektif ion oksigen dapat dimanfaatkan pada reaksi oksidasi parsial gas metana menjadi syngas yang selanjutnya dapat digunakan untuk mensintesis bahan bakar cair pengganti minyak bumi. Oksidasi parsial dengan membran katalis ini merupakan alternatif dari proses Fischer-Tropsch untuk menghasilkan syngas (CO + H 2 ) yang membutuhkan infrastruktur dan suplay gas metana yang besar dan berjangka waktu lama. Produksi syngas melalui reaksi oksidasi parsial metana telah diketahui dapat memberikan keuntungan yang menarik karena rasio gas yang dihasilkan sesuai untuk konversi metana menjadi bahan bakar cair. Reaksi tersebut dapat berlangsung dengan baik jika dilakukan kontrol oksigen yang ketat dalam pembentukan syngas. Salah satu cara yang efektif digunakan untuk mengontrol oksigen adalah dengan menggunakan suatu material anorganik seperti oksida perovskit karena sifatnya yang dapat menghantarkan ion oksigen (fluks oksigen) dengan baik sehingga jumlah ion oksigen yang diperoleh lebih tepat [8,9] [14]. Oksida perovskit merupakan suatu material anorganik yang dapat digunakan sebagai membran penghantar oksigen dalam reaksi oksidasi parsial metana. Pada reaksi tersebut, pengaturan laju permeasi (fluks) oksigen yang sesuai akan mempengaruhi tingkat keefektifan dan efisiensi dari kinerja membran. Selain itu, oksida perovskit yang memiliki sifat permeabilitas tinggi juga diketahui dapat menghasilkan fase pemisahan yang baik pada membran [3]. Salah satu dari beberapa jenis oksida perovskit yang dapat digunakan adalah Kalsium Titanat (CaTiO 3. ). Kemampuan oksida perovskit yang digunakan sebagai membran dalam menghantarkan ion oksigennya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah komposisi dan jenis perovskit, luas permukaan membran serta ketebalannya [2]. Semakin besar luas permukaan membran, maka fluks oksigen yang dihasilkan juga semakin tinggi sehingga akan menunjukkan sifat permeabilitas dan stabilitas kimia yang lebih baik. Begitu juga dengan ketebalannya, semakin tipis ketebalan suatu membran maka fluks oksigen yang dihasilkan akan semakin tinggi [9]. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan faktor-faktor tersebut, penggunaan membran rapat asimetris dapat direkomendasikan sebagai salah satu cara yang tepat. Membran rapat asimetris dapat dibuat dengan beberapa metode. Penelitian yang dilakukan oleh (Jin dkk., 2001 ) [7] melaporkan bahwa pembuatan membran dengan tipe oksida perovskit La 0,6 Sr 0,4 Co 0,2 Fe 0,8 O 3-δ melalui metode pelapisan slurry pada permukaan pendukung mentah akan menghasilkan membran dengan tingkat kerapatan yang tinggi dan keretakan yang rendah. Namun, metode tersebut juga memiliki sisi kekurangannya yaitu proses dan tahapannya yang terlalu rumit sehingga membutuhkan waktu yang lama serta biaya produksi yang terlalu mahal. Di sisi lain, (Li dkk., 2006 ) [10] melaporkan bahwa pembuatan membran keramik rapat asimetris La 0,6 Sr 0,4 Co 0,2 Fe 0,8 O 3-δ (LSCF) dapat dilakukan dengan metode inversi fasa. Membran yang dihasilkan melalui metode tersebut mampu membentuk struktur asimetris dengan berbagai macam bentuk pori serta prosesnya yang

2 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) tidak terlalu rumit. Oleh karena itu, metode inversi fasa sangat efektif digunakan dalam pembuatan membran asimetris. Pembuatan membran rapat asimetris melalui metode inversi fasa memiliki peranan penting dalam pembentukan morfologi membran. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi morfologi membran pada metode tersebut adalah binder polimer, pelarut, non-pelarut, viskositas, suhu sintering, dan ukuran partikel serbuk perovskit [10] [12]. Diantara beberapa faktor tersebut, ukuran partikel serbuk perovskit merupakan salah satu faktor yang sangat berkaitan dengan pembentukan membran perovskit. Menurut Li dkk., (2006) [10] ukuran partikel serbuk perovskit memiliki efek yang signifikan terhadap kerapatan dan distribusi ukuran pori pada morfologi membran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibahas tentang pengaruh perbedaan ukuran partikel serbuk perovskit terhadap morfologi membran asimetris CaTiO 3. Ukuran partikel yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan kerapatan pada membran perovskit yang dihasilkan. URAIAN PENELITIAN A. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan diantaranya adalah krusibel porselin, mortar dan alu porselin, pengaduk spatula, kaca arloji, magnetic stirrer, furnace, serta seperangkat alat-alat kimia seperti Erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, serta pipet tetes. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan diantaranya Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polieterimida (PEI, Sigma Aldrich, 99.0%), N-metil-2- pirolidon (NMP, Merck, 99.8%), serbuk CaCO 3 dan TiO 2 (teknis), dan aqua DM. B. Prosedur Kerja Sintesis Oksida Perovskit CaTiO 3 Oksida perovskit CaTiO 3 dapat disintesis menggunakan metode solid state. Sintesis tersebut diawali dengan pencampuran dan penggerusan bahan-bahan awal penyusunnya seperti CaCO 3 dan TiO 2 yang keduanya berbentuk serbuk berwarna putih. Komposisi dari bahan yang digunakan disesuaikan menurut perhitungan stoikiometri sehingga diperoleh massa dari CaCO 3 sebesar 147,245 gram dan TiO 2 sebesar 117,496 gram. Kemudian bahan-bahan tersebut dicampur dan digerus selama 2 jam. Hasil penggerusan tersebut (prekursor) dikalsinasi menggunakan muffle furnace dengan laju kenaikan 3 /menit yang ditahan pada suhu 400 C dan 600 C selama 1 jam, 900 C selama 2 jam, serta dilanjutkan sintering pada suhu 1200 C selama 4 jam. Pembuatan Membran Datar Asimetris Pembuatan membran datar asimetris diawali dengan pencampuran PEI dengan persen berat (w/w) 13% dan NMP 42% ke dalam erlenmeyer tertutup yang diaduk menggunakan magnetic stirer pada suhu 70 C selama 24 jam hingga membentuk larutan polimer yang homogen. Penggunaan waktu dan suhu dalam pengadukan tersebut merujuk pada penelitian (Ren dkk., 2010 ) dan (Bakeri dkk., 2011 ) [1] [11]. yang berfungsi untuk melarutkan polieterimida secara homogen. Kemudian serbuk CaTiO 3 dengan persen berat 45% dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam larutan polimer sambil diaduk menggunakan magnetic stirer hingga tercampur sempurna. Ukuran serbuk CaTiO 3 yang digunakan dalam pembuatan membran ini adalah lolos ayakan 60 mesh,120 mesh, 200 mesh. Larutan homogen dengan viskositas yang sesuai tersebut selanjutnya dituang ke dalam cetakan plat kaca dan diratakan hingga membentuk membran datar. Setelah itu, hasil cetakan beserta plat kaca dicelupkan ke dalam bak koagulan yang berisi aqua DM dan didiamkan selama 60 menit untuk membentuk membran yang keras. C. Karakterisasi Karakterisasi dengan difraksi sinar-x (XRD) digunakan untuk mengetahui struktur dan tingkat kristalinitas oksida perovskit CaTiO 3, TGA digunakan untuk memperoleh suhu minimum sintering membran serta SEM digunakan untuk mengetahui morfologi membran. HASIL DAN PEMBAHASAN D. Sintesis Oksida Perovskit CaTiO 3 Oksida perovskit CaTiO 3 telah berhasil disintesis menggunakan metode solid state. Hasil sintesis berupa serbuk kecoklatan yang homogen. Serbuk tersebut kemudian dikarakterisasi menggunakan XRD untuk mengetahui fasa kristal yang terbentuk. Analisa XRD dilakukan pada 2θ antara 20 sampai 80 dengan radiasi sinar CuKα. Gambar 1 menunjukkan puncak khas oksida perovskit CaTiO 3 pada sudut 2θ 23,36 ; 33,21 ; 39,22 ; 47,60 ; 58,96 ; dan 59,42 yang sesuai dengan database PCPDF nomor tahun Puncak-puncak CaTiO 3 yang dihasilkan memiliki intensitas tinggi dan tajam yang menunjukkan bahwa serbuk CaTiO 3 tersebut adalah kristalin. Gambar 1. Pola XRD oksida perovskit CaTiO 3 hasil sintesis E. Pembuatan Membran Asimetris CaTiO 3 Hasil pembuatan membran dengan variasi ukuran serbuk CaTiO 3 dari sintesis sebelumnya berbentuk datar bewarna kecoklatan. Membran mentah tersebut kemudian dianalisis menggunakan TGA untuk menentukan metode sinteringnya agar dihasilkan membran asimetris CaTiO 3. Analisa TGA dilakukan dalam atmosfir udara dengan laju kenaikan suhu 5 C/menit dan rentang suhu mulai dari suhu

3 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) kamar sampai 1000 C. Kurva TGA dari membran mentah dapat ditunjukkan pada Gambar tampak berpori namun keduanya membentuk pori yang lebih kecil. Pori-pori tersebut terbentuk akibat pertukaran laju difusi pelarut (NMP) dengan pelarut (aqua DM) ketika proses inversi fasa berlangsung [10]. Massa (mg) kehilangan massa 20,2% pori Suhu ( ) Gambar 2. Kurva TGA membran CaTiO 3 mentah Termogram TGA tersebut menunjukkan adanya kehilangan massa dari sampel pada suhu sekitar C sebesar 20,2%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Farong dkk., 1987) [5], hilangnya massa tersebut merupakan indikasi terjadinya dekomposisi pada PEI. Selanjutnya dilakukan proses sintering yang bertujuan untuk meningkatkan kerapatan membran karena pada proses tersebut terjadi densifikasi (penggabungan partikel-partikel padatan) [16]. Sintering dilakukan pada suhu 890 C secara bertahap dengan laju kenaikan 1 C/menit menggunakan muffle furnace. Tahap pertama dilakukan pada suhu 150 C yang ditahan selama 1 jam untuk menghilangkan kadar non-pelarut (aqua DM) yang masih terkandung pada membran. Tahap kedua pada suhu 350 C yang ditahan selama 1 jam untuk menghilangkan kandungan polimer (PEI) pada membran. Selanjutnya tahap ketiga dilakukan pada suhu 500 C yang ditahan selama 1 jam untuk menyempurnakan dekomposisi seluruh kandungan polimer yang masih tersisa di dalam membran. Kemudian tahap terakhir pada suhu 890 C yang ditahan selama 5 jam untuk mempercepat proses densifikasi membran. Penahanan yang dilakukan di setiap suhu tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya letupan akibat laju suhu yang terlalu tinggi. Akan tetapi, membran yang dihasilkan dari proses sintering tersebut masih terlihat rapuh dan mudah retak. Oleh karena itu, proses sintering dilanjutkan hingga mencapai suhu 1200 C yang ditahan selama 4 jam dengan kenaikan laju 1 C/menit menggunakan Carbolyte High Temperature Furnace. Membran yang telah dihasilkan baik sebelum maupun setelah sintering dikarakterisasi menggunakan Scanning Microscopy Electron (SEM) ZEISS EVO M10 untuk mengetahui morfologi membran yang terbentuk.sem dilakukan pada bagian permukaan rapat dan berpori serta penampang lintang. Gambar 3 memberikan informasi bahwa pada lapisan berpori, membran mentah (sebelum sintering) dengan ukuran partikel lolos 60 mesh yang ditunjukkan pada gambar 3 memiliki kecenderungan pori yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran partikel lolos 120 mesh dan lolos 200 mesh. Membran mentah dengan ukuran partikel lolos 120 mesh dan 200 mesh yang ditunjukkan pada gambar dan juga pori pori Gambar 3. Mikrograf SEM permukaan berpori membran mentah (sebelum disinter) dengan variasi ukuran serbuk CaTiO 3 lolos ayakan 60 mesh, 120 mesh, 200 mesh Selanjutnya dilakukan pengamatan pada membran setelah proses sintering yang ditunjukkan pada Gambar 4. Morfologi permukaan berpori membran dengan variasi ukuran partikel lolos 60 mesh, pori besar yang sebelumnya dihasilkan dari membran mentahnya mengalami penyusutan sehingga terlihat sedikit lebih rapat. Hal yang serupa terjadi pada membran dengan variasi ukuran partikel lolos 120 mesh dan 200 mesh yang keduanya juga mengalami penyusutan pada pori-porinya. Namun, membran dengan ukuran partikel lolos 120 mesh yang ditunjukkan pada Gambar 4 memiliki permukaan berpori yang cenderung tidak rata dibandingkan dengan yang lain. Penyusutan pori pada membran disebabkan ketika proses sintering pada suhu tinggi, butiran serbuk perovskit mengalami pertumbuhan butiran yang akan mempercepat

4 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) proses densifikasi sehingga tingkat porositas yang dihasilkan tampak lebih kecil (menyusut) seiring dengan perbedaan ukuran partikelnya [17]. membran tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh penelitian (Khusniyah, 2013 ) [8]. Gambar 4. Mikrograf SEM permukaan berpori membran setelah disinter dengan variasi ukuran serbuk CaTiO 3 lolos ayakan 60 mesh, 120 mesh, 200 mesh Gambar 5 memberikan informasi bahwa permukaan rapat membran mentah sebelum proses sintering (a-c) dengan perbedaan variasi ukuran serbuk perovskit memiliki kecenderungan yang sama. Ketiga gambar tersebut menunjukkan sebelum proses sintering antar butiran serbuk perovskit masih terlihat belum bergabung satu sama lain. Ketiganya tampak rapat terselimuti oleh PEI. Namun tampak bahwa permukaan membran mentah dengan ukuran partikel lolos 60 mesh yang ditunjukkan pada gambar 4.9 memiliki morfologi yang lebih rata dibandingkan dengan morfologi membran mentah pada gambar 5 dan. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat banyak polimer (PEI) yang masih menyelimuti serbuk perovskit pada bagian permukaan Gambar 5. Mikrograf SEM permukaan rapat membran mentah (sebelum disinter) dengan variasi ukuran serbuk CaTiO 3 lolos ayakan 60 mesh, 120 mesh, 200 mesh. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada morfologi permukaan rapat membran hasil sintering yang ditunjukkan pada Gambar 6. Ketiga permukaan membran dengan variasi ukuran partikel serbuk perovskit memiliki kecenderungan yang berbeda. (Wei dkk., 2007 ) [15] menjelaskan bahwa suhu sintering tersebut mempengaruhi tingkat kerapatan pada membran. Pada saat proses sintering, polimer (PEI) yang terkandung di dalam membran akan terdekomposisi sempurna sehingga hanya tersisa butiran serbuk perovskit penyusunnya saja. Butiran perovskit tersebut akan mengalami pertumbuhan butiran dan menjadi bergabung satu sama lain seiring dengan perbedaan ukuran partikelnya. Pertumbuhan butiran yang terjadi dapat mempercepat proses densifikasi pada membran. Semakin kecil ukuran partikel, permukaan membran yang dihasilkan akan semakin rapat.

5 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) Sementara itu, membran mentah dengan ukuran partikel lolos 200 mesh pada Gambar 7 menghasilkan pori finger-like yang berukuran lebih besar dan lebar dengan lapisan atas yang tampak lebih rapat. (Li dkk., 2006 ) [10] menyatakan bahwa pori finger-like yang terbentuk disebabkan oleh laju difusi non-pelaut (aqua DM) yang terlalu cepat dibandingkan dengan laju pelarut (NMP) pada permukaan bagian dalam membran. Sedangkan pembentukan pori sponge-like disebabkan oleh laju difusi antara pelarut (NMP) dan non-pelarut (aqua DM) yang berjalan seimbang. Sponge-like Gambar 6. Mikrograf SEM permukaan rapat membran setelah disinter dengan variasi ukuran serbuk CaTiO 3 lolos ayakan 60 mesh, 120 mesh, 200 mesh. Gambar 7 menunjukkan bahwa membran mentah (sebelum sintering) telah membentuk struktur asimetris dengan berbagai bentuk pori. Menurut (Wei dkk., 2007 ) [15] ketika proses inversi fasa terjadi, pelarut (NMP) pada larutan pasta akan terdifusi keluar sementara non-pelarut (aqua DM) akan berdifusi masuk ke dalam larutan pasta. Difusi pelarut akan menyebabkan butiran serbuk perovskit yang telah diselimuti polimer bergerak menuju ke permukaan. Hal ini akan mengakibatkan adanya ruang kosong yang ditinggalkan butiran perovskit beserta polimer ketika menuju ke permukaan yang disebut pori. Pori yang dihasilkan terbentuk pada penampang lintang membran mentah. Foto SEM membran mentah (sebelum sintering) yang ditunjukkan pada Gambar 7 dengan ukuran partikel lolos ayakan 60 mesh memiliki kecenderungan pori finger-like yang terbentuk secara jelas dan teratur. Kemudian pada membran mentah dengan ukuran partikel lolos 120 mesh yang ditunjukkan Gambar 7 memiliki kecenderungan membentuk 2 jenis pori yaitu finger-like dan sponge-like. Gambar 7. Mikrograf SEM penampang lintang membran sebelum disinter dengan variasi ukuran serbuk CaTiO 3 lolos ayakan 60 mesh, 120 mesh, 200 mesh. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada morfologi penampang lintang membran setelah proses sintering dengan variasi ukuran partikel perovskit lolos 60 mesh, lolos 120 mesh, dan lolos 200 mesh. Bentuk pori pada ketiga membran dengan variasi ukuran tersebut memiliki kecenderungan yang hampir sama. Membran hasil sintering dengan ukuran partikel lolos 60 mesh yang ditunjukkan pada Gambar 8 memiliki

6 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) struktur asimetris dengan permukaan atas yang tampak rapat serta kecenderungan bentuk pori finger-like pada bagian tengah sesuai dengan membran mentahnya. Kemudian pada gambar 8 dengan ukuran partikel lolos 120 mesh memiliki kecenderungan membentuk 2 bentuk pori yakni pori fingerlike dan sponge-like yang juga serupa dengan membran mentahnya. Selanjutnya, membran hasil sintering yang ditunjukkan pada Gambar 8 dengan ukuran partikel lolos 200 mesh juga membentuk pori finger-like yang sama seperti lainnya. Ketiga morfologi membran dengan variasi ukuran partikel tersebut dapat dikatakan mampu mempertahankan struktur maupun pori yang terbentuk pada membran mentahnya. Membran hasil sintering ketiga variasi ukuran partikel tersebut memiliki morfologi penampang lintang yang nampak lebih rapat dibandingkan dengan membran mentahnya. Kerapatan yang diperoleh selama proses sintering sesuai dengan penjelasan (Tan dkk., 2001 ) [17] sebelumnya yakni disebabkan karena pada suhu tinggi butiran partikel mengalami pertumbuhan butiran sehingga mempercepat proses densifikasi yang akan mempengaruhi tingkat kerapatan membran seiring dengan perbedaan ukuran partikel serbuk perovskit yang digunakan. Dari foto SEM diatas, dapat diketahui bahwa membran dengan struktur asimetris terbaik adalah pada membran dengan variasi ukuran partikel perovskit lolos 60 mesh yang menghasilkan pori finger-like secara teratur. rapat rapat Gambar 8. Mikrograf SEM penampang lintang membran setelah disinter dengan variasi ukuran serbuk CaTiO 3 lolos ayakan 60 mesh, 120 mesh, 200 mesh II. KESIMPULAN Membran datar asimetris oksida perovskit CaTiO 3 telah dibuat melalui teknik inversi fasa menggunakan polieterimida sebagai bahan pembentuk membran dan N-metil-2-pirolidon sebagai pelarutnya. Membran CaTiO 3 yang disinter pada suhu 1200 C sudah membentuk gabungan antar butiran perovskit satu sama lain namun masih terlihat kurang rapat pada bagian permukaannya. Membran yang dihasilkan dari proses inversi fasa ini telah membentuk struktur asimetris dengan berbagai bentuk pori. Perbedaan ukuran partikel serbuk perovskit mempengaruhi tingkat kerapatan pada morfologi permukaan membran. Membran CaTiO 3 dengan struktur asimetris terbaik dihasilkan dengan variasi ukuran partikel perovskit lolos 60 mesh. Bentuk pori yang dihasilkan pada ukuran tersebut adalah finger-like yang terjajar secara teratur pada bagian penampang lintang membran. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hamzah Fansuri selaku dosen pembimbing penulis. rapat Sponge-like DAFTAR PUSTAKA [1] Bakeri G., Matsuura T. and Ismail A. F. (2011) The effect of phase inversion promoters on the structure and performance of polyetherimide hollow fiber membrane using in gas liquid contacting process. Journal of Membrane Science 353, [2] Balachandran U., Dusek J. T. and Mievelle R. L. (1995) Dense ceramic membranes for partial oxidation of methane to syngas. Applied Catalysis A: General 133, [3] El-Gendi A. T., Ahmed S. A. and Talaat H. A. (2006) Preparation and evaluation of flat membranes for phenols separation. Desalination 206, [4] Fallanza M., Ortiz A., Gorri D. and Ortiz I. (2013) Polymer ionic liquid composite membranes for propane/propylene separation by facilitated transport. Journal of Membrane Science 444, [5] Farong H., Xueqiu W. and Shijin L. (1987) The Thermal Stability of Polyetherimide. Polymer Degradation and Stability 18,

7 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) [6] Ismail A. F. and Lai P. Y. (2004) Development of defect-free asymmetric polysulfone membranes for gas separation using response surface methodology. Separation Purification Technology 40, [7] Jin W., Li S., Huang P., Xu N. and Shi J. (2001) Preparation of an asymmetric perovskite-type membrane and its oxygen permeability. Journal of Membrane Science 185, [8] Khusniyah H. (2013) Pembuatan Membran Rapat Hollow Fiber La0,7Sr0,3Co0,8Fe0,2O3-δ. Thesis, Institui Teknologi Sepuluh Nopember. [9] Kusaba H., Shibata Y., Sasaki K. and Teraoka Y. (2006) Surface effect on oxygen permeation through dense membrane of mixed-conductive LSCF perovskite-type oxide. Solid State Ionics 177, [10] Li K., Tan X. and Liu Y. (2006) Single-step fabrication of ceramic hollow fibers for oxygen permeation. Journal of Membrane Science 272, 1 5. [11] Ren J., Zhou J. and Deng M. (2010) Morphology transition of asymmetric flat sheet and thickness-gradient membranes by wet phaseinversion process. Desalination 253, 1 8. [12] Tan X., Liu S. and Li K. (2001) Preparation and characterization of inorganic hollow fiber membranes. Journal of Membrane Science 188. [13] Jin W., Li S., Huang P., Xu N. and Shi J. (2001) Preparation of an asymmetric perovskite-type membrane and its oxygen permeability. Journal of Membrane Science 185, [14] Teraoka Y., Honbe Y., Ishii Y., Furukawa H. and Moriguchi I. (2002) Catalytic Effects in Oxygen Permeation Through Mixed-Conductive LSCF Perovskite Membranes. Solid State Ionics 152, [15] Wei C. C., Chen O. Y., Liu Y. and Liu K. (2007) Ceramic Asymmetric Hollow Fiber Membranes-One Step Fabrication Process. Journal of Membrane Science 320, [16] Ismunandar (2006) Padatan Oksida Logam: Struktur Sintesis dan Sifatsifatnya., FMIPA-ITB, Bandung. [17] Tan X., Liu S. and Li K. (2001) Preparation and characterization of inorganic hollow fiber membranes. Journal of Membrane Science 188.

PENGARUH UKURAN PARTIKEL OKSIDA PEROVSKIT TERHADAP MORFOLOGI MEMBRAN ASIMETRIS CaTiO3

PENGARUH UKURAN PARTIKEL OKSIDA PEROVSKIT TERHADAP MORFOLOGI MEMBRAN ASIMETRIS CaTiO3 SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VI Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen Dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 21 Juni

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Maya Machfudzoh 1410100038 Dosen Pembimbing : Ir. Endang Purwanti S., MT. Hamzah Fansuri, M.Si, Ph.D 25 Juli

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Maya Machfudzoh, Hamzah Fansuri, dan Endang Purwanti

Lebih terperinci

Pembuatan Membran Perovskit CaTiO 3 dengan Metode Inversi Fasa Menggunakan Polieterimida dan Aditif Polietilen Glikol

Pembuatan Membran Perovskit CaTiO 3 dengan Metode Inversi Fasa Menggunakan Polieterimida dan Aditif Polietilen Glikol JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 1-4 1 Pembuatan Membran Perovskit CaTiO 3 dengan Metode Inversi Fasa Menggunakan Polieterimida dan Aditif Polietilen Glikol Zulita Dian Utami dan Hamzah

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF POLIETILENA GLIKOL PADA MEMBRAN ASIMETRIS CaTiO3

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF POLIETILENA GLIKOL PADA MEMBRAN ASIMETRIS CaTiO3 SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VI Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen Dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 21 Juni

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEMBRAN RAPAT PEROVSKIT La 0,7 Sr 0,3 Co 0,8 Fe 0,2 O 3-δ BERBENTUK TABUNG

PEMBUATAN MEMBRAN RAPAT PEROVSKIT La 0,7 Sr 0,3 Co 0,8 Fe 0,2 O 3-δ BERBENTUK TABUNG SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEMBRAN RAPAT LaCo 1-x Cu x O 3-δ

PEMBUATAN MEMBRAN RAPAT LaCo 1-x Cu x O 3-δ SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA MEMBRAN DATAR ASIMETRIS OKSIDA PEROVSKIT LaCo 0.8 Ni 0.2 O 3 dan LaCo 0.8 Cu 0.2 O 3

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA MEMBRAN DATAR ASIMETRIS OKSIDA PEROVSKIT LaCo 0.8 Ni 0.2 O 3 dan LaCo 0.8 Cu 0.2 O 3 PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA MEMBRAN DATAR ASIMETRIS OKSIDA PEROVSKIT LaCo 0.8 Ni 0.2 O 3 dan LaCo 0.8 Cu 0.2 O 3 THE ADDITIVE EFFECT IN ASYMMETRIC FLAT MEMBRANE FROM PEROVSKITE OXIDE LaCo 0.8 Ni 0.2

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN WAKTU SINTERING TERHADAP KINERJA MEMBRAN PEROVSKIT La 0.7 Sr 0.3 Co 0.8 Fe 0.2 O 3-δ

PENGARUH SUHU DAN WAKTU SINTERING TERHADAP KINERJA MEMBRAN PEROVSKIT La 0.7 Sr 0.3 Co 0.8 Fe 0.2 O 3-δ PENGARUH SUHU DAN WAKTU SINTERING TERHADAP KINERJA MEMBRAN PEROVSKIT La 0.7 Sr 0.3 Co 0.8 Fe 0.2 O 3-δ INFLUENCE OF SINTERING TEMPERATURE AND DWELL TIME ON THE PERFORMANCE La 0.7 Sr 0.3 Co 0.8 Fe 0.2 O

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1 JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH POLI(VINIL ALKOHOL) DAN PATI JAGUNG DALAM MEMBRAN POLI(VINIL FORMAL) TERHADAP PENGURANGAN ION KLORIDA

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis difraksi sinar X serbuk ZrSiO 4 ZrSiO 4 merupakan bahan baku utama pembuatan membran keramik ZrSiO 4. Untuk mengetahui kemurnian serbuk ZrSiO 4, dilakukan analisis

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEMBRAN RAPAT LSCF SEBAGAI MEMBRAN KATALIS PADA REAKSI OKSIDASI PARSIAL GAS METANA

PEMBUATAN MEMBRAN RAPAT LSCF SEBAGAI MEMBRAN KATALIS PADA REAKSI OKSIDASI PARSIAL GAS METANA EN-120 PEMBUATAN MEMBRAN RAPAT LSCF SEBAGAI MEMBRAN KATALIS PADA REAKSI OKSIDASI PARSIAL GAS METANA Hamzah Fansuri 1,Adilah Aliyatulmuna 1, Didik Prasetyoko 1, Nurul Widiastuti 1, dan Bambang Prijamboedhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik Program studi Kimia FMIPA ITB sejak bulan September 2007 hingga Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

Pembuatan Membran Rapat LaCo 1-x Ni x O 3-δ

Pembuatan Membran Rapat LaCo 1-x Ni x O 3-δ SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

3 Metodologi Percobaan

3 Metodologi Percobaan 3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS. M. ALAUHDIN NIM : Program Studi Kimia

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS. M. ALAUHDIN NIM : Program Studi Kimia PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh M. ALAUHDIN NIM : 20506017

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

PENGUJIAN FLUKS OKSIGEN PADA MEMBRAN DATAR BERBAHAN DASAR OKSIDA PEROVSKIT La 0,7 Sr 0,3 Co 0,8 Fe 0,2 O 3 DAN Ba 0,5 Sr 0,5 Co 0,8 Fe 0,2 O 3

PENGUJIAN FLUKS OKSIGEN PADA MEMBRAN DATAR BERBAHAN DASAR OKSIDA PEROVSKIT La 0,7 Sr 0,3 Co 0,8 Fe 0,2 O 3 DAN Ba 0,5 Sr 0,5 Co 0,8 Fe 0,2 O 3 PENGUJIAN FLUKS OKSIGEN PADA MEMBRAN DATAR BERBAHAN DASAR OKSIDA PEROVSKIT La 0,7 Sr 0,3 Co 0,8 Fe 0,2 O 3 DAN Ba 0,5 Sr 0,5 Co 0,8 Fe 0,2 O 3 DETERMINATION OF OXYGEN FLUX ON FLAT MEMBRANES MADE OF La

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah karakter zeolit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ERFAN PRIYAMBODO NIM : 20506006

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU SINTERING TERHADAP MEMBRAN RAPAT ASIMETRIS PEROVSKIT La 0,6 Sr 0,4 Co 0,2 Fe 0,8 O 3-δ YANG DISIAPKAN DENGAN METODE INVERSI FASA

PENGARUH SUHU SINTERING TERHADAP MEMBRAN RAPAT ASIMETRIS PEROVSKIT La 0,6 Sr 0,4 Co 0,2 Fe 0,8 O 3-δ YANG DISIAPKAN DENGAN METODE INVERSI FASA Skripsi PENGARUH SUHU SINTERING TERHADAP MEMBRAN RAPAT ASIMETRIS PEROVSKIT La 0,6 Sr 0,4 Co 0,2 Fe 0,8 O 3-δ YANG DISIAPKAN DENGAN METODE INVERSI FASA RIFKA ETRIANA NRP. 1413100015 Dosen Pembimbing 1 Hamzah

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

Diterima tanggal 19 September 1998, disetujui untuk dipublikasikan 5 April 1999

Diterima tanggal 19 September 1998, disetujui untuk dipublikasikan 5 April 1999 JMS Vol. 4 No. 1, hal. 13-19 April 1999 Penggunaan Differential Thermal Analysis (DTA) Pada Penentuan Aktivitas Dan Reaktivitas Katalis Fe 2 O 3, Co 3 O 4, NiO, CuO, dan LaMO 3 (M=Fe, Co, dan Ni) Untuk

Lebih terperinci

Bab III Metoda Penelitian

Bab III Metoda Penelitian 28 Bab III Metoda Penelitian III.1 Lokasi Penelitian Sintesis senyawa target dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Kimia Fisik-Material Departemen Kimia, Pengukuran fotoluminesens

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas 39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung. Analisis distribusi ukuran partikel dilakukan di UPT. Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN LAPORAN TUGAS AKHIR SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN Oleh: Lisma Dian K.S (1108 100 054) Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. 1

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian tugas akhir ini dibuat membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase untuk penguraian pati menjadi oligosakarida sekaligus sebagai media pemisahan hasil penguraian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesa Katalis Dalam penelitian ini, katalis disintesis menggunakan metode impregnasi kering. Metode ini dipilih karena metode impregnasi merupakan metode sintesis yang

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN DESY TRI KUSUMANINGTYAS (1409 100 060) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

Preparasi Ion Cu Yang Didukung Oleh ZnAl 2 O 4

Preparasi Ion Cu Yang Didukung Oleh ZnAl 2 O 4 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Preparasi Ion Cu Yang Didukung Oleh ZnAl 2 O 4 * Eka Angasa, Ghufira, Sal Prima Yudha S, Devi Ratnawati, Keny Serarety, Albert DW Jurusan Kimia FMIPA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Pengujian TGA - DTA Gambar 4.1 memperlihatkan kuva DTA sampel yang telah di milling menggunakan high energy milling selama 6 jam. Hasil yang didapatkan

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam pembuatan lapisan film tebal CuFe O 4 yaitu dengan menggunakan screen printing (penyablonan). Teknik screen printing merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan 3 Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, seperti gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, labu

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal Hasil karakterisasi struktur kristal dengan menggunakan pola difraksi sinar- X (XRD) keramik komposit CS- sebelum reduksi

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Anorganik Program Studi Kimia ITB. Pembuatan pelet dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan di Laboratorium Kimia Fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL

PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL Imroatul Qoniah (1407100026) Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc. Kamis, 14 Juli 2011 @ R. J111 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal Oleh: Risa Fitriya H. Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 sampai Desember 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III.1

BAB III METODOLOGI III.1 BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan bahan Alat yang digunakan adalah : a. Pembuatan serbuk LiFePO 4 1. Gelas beaker 250 ml 2. Gelas beaker 500 ml 3. Sendok 4. Cawan porselin 5. Magnetic Stirer 6. Pipet volume

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi sampel dan uji sifat fisis akan dilakukan di Laboratorium Fisika Material

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156,

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK DENGAN VARIASI TEPUNG BERAS SEBAGAI ADITIF UNTUK PROSES MIKROFILTRASI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK DENGAN VARIASI TEPUNG BERAS SEBAGAI ADITIF UNTUK PROSES MIKROFILTRASI 52 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK DENGAN VARIASI TEPUNG BERAS SEBAGAI ADITIF UNTUK PROSES MIKROFILTRASI Preparation and Characterization of Ceramic Membrane with Variations of Rice Flour as

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Fabrikasi Membran PES Fabrikasi membran menggunakan bahan baku polimer PES dengan berat molekul 5200. Membran PES dibuat dengan metode inversi fasa basah yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini salah satu jenis material aplikasi yang terus dikembangkan adalah komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan atau lebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Superkonduktor merupakan material yang dapat mengalirkan arus listrik tanpa adanya hambatan atau resistansi (ρ = 0), sehingga dapat menghantarkan arus listrik tanpa kehilangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI Oleh AHMAD EFFENDI 04 04 04 004 6 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 disintesis dengan metode kopresipitasi dengan rasio fasa aktif Cu, promotor ZnO, penyangga dan Al 2 O 3 yaitu

Lebih terperinci

Terakreditasi: SK No.: 66b/DIKTI/Kep/2011 Website :

Terakreditasi: SK No.: 66b/DIKTI/Kep/2011 Website : p-issn 0852 0798 e-issn 2407 5973 Terakreditasi: SK No.: 66b/DIKTI/Kep/2011 Website : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/reaktor/ Reaktor, Vol. 16 No. 2, Juni Tahun 2016, Hal. 87-95 Kerapatan, Kekerasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Percobaan pendahuluan berupa penyiapan umpan, karakterisasi umpan,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO Disampaikan oleh: Kurmidi [1106 100 051] Dosen Pembimbing Drs. Suminar Pratapa, M.Sc.,Ph.D. Sidang Tugas Akhir (J 102) Komponen Otomotif :

Lebih terperinci

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu 18 Electron Optical Colw.in Anqcl* Apcftvte High Voitag«E)>clron Gwi Elsctfofi Bern Deflection Coiis- G«aef«tor CftT Oitpliy t Flnjl Aperlur* Oetcdo' Sample Oiiplay Controls Gambar 10. Skema peralatan

Lebih terperinci