BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Customer Centered Strategy Seiring ekonomi modern mengarah ke bisnis berbasis pelayanan, banyak perusahaan memperoleh keuntungan dari penciptaan dan mempertahankan hubungan mereka dengan pelanggan. Dalam lingkungan seperti ini, marketing berperan memaksimalkan customer lifetime value (CLV) dan customer equity, yang merupakan hitungan lifetime value pelanggan. Artikel ini membahas sejumlah model CLV yang dapat diimplementasikan yang berguna bagi segmentasi pasar dan alokasi sumbersumber marketing untuk akuisisi, retensi, dan cross-selling. Pertama, adanya tekanan yang semakin meningkat di perusahaan untuk mempertanggung jawabkan marketing. Metrik marketing tradisional seperti brand awareness, sikap, atau bahkan sales dan share tidaklah cukup untuk menunjukkan hasil investasi marketing. Nyatanya, kegiatan marketing yang meningkatkan sales atau share sebenarnya bisa membahayakan keuntungan jangka panjang suatu merek. Hal ini persis seperti yang ditemukan Yoo dan Hanssens (2005) ketika mereka meneliti pasar mobil mewah. Kedua, metrik keuangan seperti harga saham dan jumlah keuntungan perusahaan atau suatu unit bisnis juga tidak menyelesaikan masalah. Walaupun ukuran ini berguna, didalamnya masih terdapat batasan kemampuan diagnosa. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa tidak semua pelanggan adalah profitabel secara merata. Dengan demikian, dimungkinan untuk menghilangkan beberapa

2 7 pelanggan atau mengalokasikan sumber-sumber berbeda ke kelompok pelanggan berbeda (Blattberg, Getz, dan Thomas 2001; Gupta dan Lehmann 2005; Rus, Lemon, dan Zeithaml 2004). Diagnosa seperti ini tidaklah mungkin dari ukuran keuangan. Sebaliknya, CLV adalah metrik terpisah yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pelanggan yang profitable dan mengalokasikan sumber-sumber secara merata (Kumar dan Reinartq 2006). Pada saat yang sama, CLV dari pelanggan yang ada dan yang akan ada di masa datang (disebut juga customer equity atau CE) merupakan suatu contoh baik dari nilai perusahaan secara keseluruhan (Gupta, Lehmann, dan Stuart 2004). Ketiga, perkembangan di bidang teknologi informasi telah memudahkan perusahaan-perusahaan mendapatkan data-data transaksi pelanggan. Hal ini memudahkan perusahaan menggunakan data-data berdasarkan pilihan yang muncul daripada tujuan. Selain daripada itu, sampling tidak lagi diperlukan ketika semua data pelanggan yang ada sudah didapatkan. Teknologi yang sekarang ada memungkinkan pemahaman ini ditingkatkan dan program marketing dibuat untuk pelanggan individu. (Modelling customer lifetime value Journal, 2006) Customer Lifetime Value menggambarkan nilai sekarang arus laba masa depan yang diharapkan selama pembelian seumur hidup pelanggan. Perusahaan harus mengurangi dari pendapatan yang diharapkan, biaya untuk menarik, menjual, dan melayani pelanggan itu. (Kotler, 2005).

3 8 2.2 The True Lifetime Value of the Customer Fokus hanya pada produk dapat membahayakan bagi perusahaan tetapi bagaimana perusahaan menilai performa melalui hubungan yang terbina baik dengan para pelanggan. Kunci dari penilaian ini adalah dengan mengevaluasi lifetime value dari pelanggan untuk mengukur dan memonitor customer equity The Continuing Customer Relationship Perubahan yang terjadi pada dua puluh tahun terakhir dari developed economies menjadi service economies merupakan perhatian dari perubahan pemasaran yang transactions menjadi relationships. Perubahan ini belum banyak dimengerti oleh banyak pelaku bisnis, tetapi dapat membentuk metode yang efektif dalam menjalankan bisnis Transaction Vs Relationship Pada abad 20 pemasaran melalui media masa seperti radio dan televisi sering dilakukan, produksi masal ini diperkuat dengan metode assembly-line standardization. Pada era produk fokus ini antara tahun 1920 sampai 1960 didapat seluruh penjualan didapat dari transaksi. Dimisalkan, sebuah perusahaan mengiklankan produk dengan merk A, banyak pelanggan yang terpengaruh dengan iklan dan membeli produk bermerk A, kemudian pada minggu atau bulan selanjutnya gelombang baru iklan mencoba menstimulasi lebih penjualan. Fokus terdapat pada brand dan dan iklan. Penjualan dan keuntungan diperkirakan pada periode waktu tertentu misalnya satu tahun.

4 9 Bisnis secara berangsur-angsur berubah, pelayanan (service) menjadi paling penting dalam developed economy, dan hal-hal yang menjadi masalah pada pelayanan juga berbeda. Hubungan antara pelanggan dengan penyedia pelayanan menjadi lebih penting dibandingkan semua iklan (Roland T. Rust; Valarie A. Zeithaml; Katherine N. Lemon: Driving Customer Equity (p.32-33; 2000). Product View (Transaction) $ $ $ Period 1 Product A Sales Period 2 Product A Sales Period 3 Product A Sales Customer View (Relationships) Customer 1 A A B B B B B A Customer 2 B B B C B B C C B Customer 3 A A B B C C Period 1 Period 2 Period 3 Customer s Choice of Brand (A,B,C) Over Time Sumber : Roland T. Rust; Valarie A. Zeithaml; Katherine N. Lemon: Driving Customer Equity (p.33; 2000) Gambar 2.1 Product View vs Customer View

5 Current Sales Vs Future Sales Penjualan saat ini (Current sales) merupakan gambaran yang belum sempurna, yang lebih penting bagi perusahaan modern saat ini adalah prospek penjualan dimasa mendatang (Future sales). Secara berangsur-angsur tetapi tidak mempengaruhi, bisnis secara tradisional berkosentrasi pada periode penjualan saat ini, profitability, dan efektivitas iklan dari setiap produk yang ditawarkan kini sudah berganti. Pada perusahaan modern, pokok permasalahan atau fokus saat ini adalah penjualan masa mendatang dan profitability, kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dan retensi (retention), efektivitas hubungan dari setiap pelanggan. Sebagai tolak ukur organisasi yang sehat adalah perusahaan harus mulai menyadari tidak hanya performa saat ini dari setiap produk tetapi juga performa dari hubungan dengan pelanggan dimasa mendatang. Pelanggan dan kelompok pelanggan harus di evaluasi berdasarkan proyeksi lifetime value bagi perusahaan (Roland T. Rust; Valarie A. Zeithaml; Katherine N. Lemon: Driving Customer Equity (p.34; 2000) Monitoring the Benefits from Customer Memonitor lifetime value dari pelanggan merupakan definisi pertama dari keuntungan atau manfaat yang berasal dari pealanggan, untuk itu perusahaan sebaiknya menegaskan pendapatan keseluruhan, keuntungan keseluruhan, atau kontribusi keseluruhan.

6 11 a) Revenue Awal dari memperhitungkan lifetime value dari pelanggan berdasarkan dari memperhitungkan pendapatan masa mendatang. Membutuhkan bangunan database yang menyimpan alur transaksi dari setiap pelanggan keseluruhan, termasuk pendapatan dari setiap transaksi. Menjaga alur dari pendapatan merupakan awal yang baik, beberapa transaksi (misal, rutin mengecek aktifitas rekening di bank) dengan low-margin, atau tidak menguntungkan. Sementara beberapa transaksi lainnya (misal, deposito) biasanya mempunyai margin yang tinggi. Ini berarti bahwa seorang pelanggan yang menciptakan pendapatan yang besar dengan margin yang rendah pada transaksi boleh jadi pelanggan yang memberikan nilai terkecil dibandingkan pelanggan yang menciptakan pendapatan yang kecil dari margin yang tinggi dari transaksi. b) Profit Banyaknya pelanggan yang puas pada database merupakan alur dari profit yang diberikan pelanggan. Sangat sulit bagi organisasi untuk berlaku adil mengalokasikan fixed costs. Pengeluaran yang tersentral tidak langsung berhubungan dengan pelanggan seperti pengeluaran manajemen, bangunan, peralatan, dll, yang bisa dialokasikan kepada pelanggan dengan barbagai cara misalnya, berdasarkan penjualan, banyaknya transaksi, direct cost, dan beberapa cara lainnya. Ini membuat sangat sulit untuk mempertahankan alur profitabilitas pelanggan.

7 12 c) Contribution Kontribusi pada profit didefinisikan sebagai pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan, dikurangi direct cost dari pelayanan pada pelanggan. Pendekatan ini membutuhkan pengumpulan data pendapatan yang diberikan pelanggan per transaksi (atau per periode), dan juga data direct cost per transaksi (atau per periode). Dari sini kontribusi diperoleh The Nature of Repeat Purchase Perhitungan kontibusi profit dari pelanggan yang ada merupakan langkah yang penting, tetapi ini tidak cukup memadai untuk menghitung lifetime value dari pelanggan. Ini dikarenakan berubah-ubahnya keinginan dari pelanggan. Pelanggan datang dan pergi, meskipun pelanggan menguntukan saat ini, tahun depan (atau transaksi berikutnya) mungkin saja mereka memutuskan untuk pergi. Untuk alasan ini, perusahaan harus mempunyai konsep kerangka kerja untuk menganalisa pergerakan ini. a) Retention Cara untuk memperhitungkan pergerakan pelanggan ialah dengan cara customer retention. Frederick Reichheld menuliskan bahwa customer retention dilihat dari beberapa sudut pandang merupakan kemungkinan pelanggan untuk berpindah atau pergi di setiap periode atau transaksi. sebagai contoh, jika seorang pelanggan mempunyai 90% kesempatan untuk dipertahankan dari period ke periode, maka sudut pandang ini akan mengatakan bahwa probability mereka akan dipertahankan setelah

8 13 satu periode adalah 90%, setelah periode kedua 90% X 90% = 81%, setelah periode ketiga 90% X 90% X 90% = 72.9% dan seterusnya. Retention View US US US THEM THEM (Gone forever) Time Purchase 1 Purchase 2 Purchase 3 Switching View US US US US THEM THEM (Gone temporarily) Time Purchase 1 Purchase 2 Purchase 3 Purchase 4 Sumber : Roland T. Rust; Valarie A. Zeithaml; Katherine N. Lemon: Driving Customer Equity (p.36; 2000) Gambar 2.2 Retention View vs Switching View

9 14 b) Switching Professor Grahame Dowling dan Mark Uncles mengemukakan pendapat dengan melihat loyalitas pelanggan dari cara pandang berbeda. Mengikuti pendekatan yang dipergunakan para peneliti pada consumer packaged goods mereka menempatkan perpindahan pelanggan dari satu merk ke merk lainnya dan kemungkinan kembali lagi. Mereka menyebutnya polygamous loyalty. Brand yang dipilih sekarang mempengaruhi pemilihan brand dimasa mendatang Calculating the Lifetime Value of a Customer Perhitungan lifetime value dari pelanggan meliputi: 1. Periode waktu yang akan di analisis (misal, bulan, tahun, quarter) 2. Discount Rate (Cost of Capital perusahaan) 3. Planning horizon perusahaan (berapa periode?) 4. Frekuensi pembelian dari pelanggan di setiap periode pada product category 5. Rata-rata kontribusi pembelian dari brand 6. Brand yang paling sering dipilih oleh pelanggan 7. Estimasi probability pelanggan dari pemilihan setiap brand pada pembelian berikutnya Berikut model perhitungan Customer Lifetime Value: Customer Lifetime Value Berdasarkan Time Horizon Sumber: Journal of Service Research: Modelling Customer Lifetime Value (2006)

10 15 Dimana: p 1 = Price paid by a consumer at time t, c 1 = Direct cost of servicing the customer at time t, i =Discount rate or cost of capital for the firm, r 1 = Probability of customer repeat buying or being alive at time t, AC = Acquisition cost, and T = Time horizon for estimating CLV Beberapa penjelasan tambahan akan membantu. Frekuensi pembelian disetiap periode, dan rata-rata kontibusi pembelian dari brand pada setiap periode, biasanya tidak dapat diketahui pada periode kedepan, tetapi dapat diperkirakan melalui frekuensi dan kontribusi sekarang. Ini kadangkala dapat diatur, jika ada penjelasan tambahan tentang bagaimana pelanggan merubah pengeluaran keseluruhan. Sebagai contoh, dapat diketahui dari data empirik bahwa rata-rata pelanggan pada suatu kategori produk meningkatkan pengeluaran untuk kategori produk 2% per tahun. Rata-rata waktu pembelian pelanggan pada periode waktu adalah waktu diantara pembelian. Ini dapat diperhitungkan dengan 1/ (rata-rata pembelian per periode) Projecting Share of Wallet Dari brand yang sering dipilih dan estimasi probability pemilihan brand berikutnya akan membangun matrix yang menggabungkan informasi ini (dapat dilihat pada gambar 2.3). tabel pada kolom paling atas yang terjadi pada pelanggan yang saat

11 16 ini membeli Brand A. dapat dilihat bahwa 70% dari mereka membeli Brand A pada pembelian berikutnya, 20% akan membeli Brand B, dan 10% akan membeli Brand C. Pola seperti ini sering dilakukan pada banyak industri, karena Brand A melakukan program retensi yang tinggi pada semua pelanggannya. Demikian juga bagi para pelanggan Brand B, 10% akan berpindah pada Brand A, 80% akan tetap pada Brand B, dan 10% akan berpindah pada Brand C. Brand Purchased Next Time A B C Brand Currently Purchased 70% 20% 10% 10% 80% 10% 25% 15% 60% A B C (Customer Retention Probabilities Circled) Sumber : Roland T. Rust; Valarie A. Zeithaml; Katherine N. Lemon: Driving Customer Equity (p.39; 2000) Gambar 2.3 The Customer Switching Matrix

12 17 Pada kolom diagonal yang dilingkari adalah probability customer retention yang perusahaan tabulasikan. Tabel ini juga memperlihatkan bahwa pelanggan dapat berpindah dari satu brand ke brand lainnya dan kembali lagi. Sebagai contoh, probability pelanggan yang membeli Brand A akan berpindah pada Brand B dan akan kembali lagi pada dua pembelian berikutnya adalah 20% ( kemungkinan perpindahan dari A ke B) dibagi 10% (kemungkinan perpindahan dari B ke A) menghasilkan 2%. Rata-rata pembelian pelanggan dua kali per periode yaitu AA, AB, AC, BA, BB, BC, CA, CB, atau CC. setiap kemungkinan memiliki probability yang dapat dikalkulasikan dari switching matrix, jika kita mengetahui brand apa yang terakhir dipilih pelanggan. Dari sini kita akan dapatkan ekspektasi share of wallet, persentase ekspektasi bisnis dari pelanggan untuk ketiga brand. Kita dapat melanjutkan proses ini pada kesempatan pembelian sesuai kebutuhan (menggunakan rata-rata waktu pembelian pelanggan) diluar planning horizon perusahaan Obtaining the Lifetime Value Setelah mendapatkan proyeksi brand s share of wallet dari pelangan ditambah list masukan sebelumnya dapat langsung dihitung estimasi customer lifetime value dari pelanggan. Customer lifetime value adalah total, seluruh periode dimasa mendatang, kontribusi pelanggan pada profit pada setiap periode. Periode mendatang sudah didiskontokan untuk merefleksikan fakta bahwa pendapatan dimasa mendatang yang mungkin berarti dibandingkan pendapatan saat ini. Agar didapat hasil seakurat mungkin, perhitungan customer lifetime value harus mencakupi kemungkinan

13 18 pelanggan saat ini untuk berpindah kepada pesaing tetapi akan kembali pada periode mendatang Factors Influencing Lifetime Value Sangatlah penting untuk mengetahui bahwa pengaruh beberapa faktor company-related dapat diprediksi melalui perhitungan customer lifetime value. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi adalah time horizon dan discount rate. a) Planning Horizon Waktu perencanaan (planning horizon) yang pendek akan mengurangkan customer lifetime value. Pada suatu kasus didapat hanya profit yang diperhitungkan dan lifetime value pelanggan merupakan nilai dari pelanggan pada periode saat ini. Selama periode dari planning horizon meningkat maka lifetime value dari pelanggan ikut meningkat, ini dikarenakan pendapatan masa mendatang mejadi faktor dalam perhitungan. b) Discount Rate Semakin tingginya discount rate perusahaan semakin kecil lifetime value dari pelanggan. Dalam beberapa keadaan, penjualan di masa mendatang tidak terlalu berarti dan discount rate yang sangat tinggi. Pada saat ini penjualan diperhitungkan. Oleh karena itu, hanya penjualan saat ini yang dipermasalahkan. Pada kebanyakan, perusahaan tidak akan memotivasi untuk meningkatkan sercice dan mensimulasi

14 19 customer retention. Lifetime value dari pelanggan sebagian besar berasal dari penjualan saat ini. Disisi lain, memperhitungkan rendahnya inflasi ekonomi dimana discount rate rendah. Pada beberapa perusahaan, penjualan masa mendatang menghasilkan net present value yang berarti, dimana perusahaan termotivasi untuk membangkitkan penjualan masa mendatang melalui beberapa strategi dan service yang memuaskan. Lifetime value dari pelanggan sangat dipengaruhi dari penjualan masa mendatang Customer Lifetime Value in Business-to-Business Market a) Share of wallet Pada pasar business to business pelanggan yang berbentuk perusahaan tidak terbiasa untuk menggunakan supplier secara bersamaan. Para pelanggan melakukan ini dikarenakan dengan cara ini mereka akan mendapatkan keuntungan pada harga negosiasi dan membuat mereka tidak terlalu bergantung pada supplier khusus. Hasil ini didapat bahwa pemilihan supplier adalah masalah share of wallet. Dalam B2B market, customer lifetime value digambarkan dalam bentuk "share of wallet" dimana suatu produsen atau perusahaan akan mendapatkan bagian (wallet) yang berbeda atas merk yang dikeluarkan atau diproduksi, sehingga konsumen bisnis seringkali berpindah merek atau identitas dalam rangka mencari tingkat utilitas masing-masing. Hal ini mengakibatkan terjadinya "share of wallet". Oleh karena itu, tugas seorang marketer adalah mengatur bagaimana membuat perencanaan yang matang sehingga nilai ekuitas pelanggan meningkat secara simultan atau berkesinambungan, hal ini berdampak pada meningkatnya "share of

15 20 wallet" perusahaan yang bertambah dan pada akhirnya nilai customer lifetime value perusahan juga meningkat. b) Fuzzy Brand Choice Pada pasar business to business pelanggan bukan memilih brand A atau B atau C secara eksklusif tetapi lebih memilih sebagian dari brand A kemudian dari brand B dan seterusnya. Logika ini disebut fuzzy logic. Misalnya pada business to business digunakan pada pemilihan brand. c) Calculating Lifetime Value Setelah proyeksi share of wallet dilakukan, perhitungan lifetime value dari pelanggan sama dengan memperhitungkan pelanggan pada pasar. Secara general tentunya nilai dari pelanggan lebih tinggi pada pasar business to business. d) Other Factor That Effect Lifetime Value Faktor-faktor lain pada lifetime value seperti maintenance cost, marketing cost dan efek loyalitas (increasing revenues, decresed cost, word of mouth, and upgrading). e) Relationship Maintenance Cost Terutama pada service yang berkelanjutan terdapat customer specific cost yang berhubungan dengan membina hubungan dengan pelanggan (maintaining customer relationship). Relationship maintenance cost bukan meruapakan direct cost

16 21 yang terdapat dalam transaksi melainkan biaya yang dikeluarkan untuk membina hubungan baik dengan pelanggan dan customer lifetime value mencakupi biaya ini. f) Marketing Expenditure Pendekatan langsung marketing misalnya direct mail harus didefinikan sebagai faktor dalam customer lifetime value. Pendekatan pada segmen yang spesifik juga akan mempengaruhi, apabila memungkinkan untuk mengidentifikasi biaya yang berasal dari pelanggan yang sprsifik. g) Increasing Revenues Salah satu keuntungan dari long term customer adalah mereka akan memperlihatkan kecenderungan dari keuntungan yang meningkat dari period ke periode pada perusahaan. Apabila kecenderungan ini dapat dipastikan secara empiric pada semua pelanggan, maka perhitungan customer lifetime value dapat dijadikan dasar bagi efek ini. h) Decreased Cost Keuntungan lain dari long term customer adalah mereka learn the drill yaitu mereka tahu apa yang mereka perlukan. Mereka sangat ahli menjadi pelanggan perusahaan. Pada gilirannya, mengarahkan pada pengurangan biaya, karena beberapa permintaan pelanggan kurang diperhatikan, membuat sedikit kesalahan. Efek ini juga meruapakan bagian dari customer lifetime value. Walaupun mengestimasi efek ini secara akurat mungkin akan problematic.

17 22 Revenues Profits $ Costs Time as Customer Sumber : Roland T. Rust; Valarie A. Zeithaml; Katherine N. Lemon: Driving Customer Equity (p.45; 2000) Gambar 2.4 Increasing Profit for Long-Term Customers i) Word of Mouth Keuntungan lain dari pelanggan jangka panjang adalah dengan tidak mengindahkan formulasi dari efek word of mouth. Utnuk itu, apabila pelanggan senang dapat mempengaruhi pelanggan lain untuk membeli, dan akan berdampak langsung pada pendapatan dan keuntungan perusahaan. Perhitungan customer lifetime value yang menghilangkan word of mouth biasanya meremehkan the lifetime value.

18 23 j) Cross-Seling Pelanggan jangka panjang biasanya dapat cross-sold dengan produk lainnya. Perusahaan yang pandai akan menyusun database pelanggan mereka dengan memperlihatkan bisnis dengan pelanggan pada dokumen pelanggan dan ringkasan berdasarkan total revenue, total cost, dan total contribution terhadap profit. k) Upgrading Hampir sama dengan cross selling terkadang pelanggan akan berpindah dari produk biasa menjadi produk dengan kualitas premium, perusahaan yang pandai akan men-set up semua data para pelanggannya menjadi satu Dynamic Influences on Lifetime Customer Value a) New Entrance Perusahaan sebaiknya berhati-hati akan para pesaing yang akan berpengaruh terhadap customer lifetime value. Persaingan yang sangat berpengaruh terhadap customer lifetime value adalah persaingan yang datang dari pesaing baru dalam industry. b) Competitive Reaction Faktor kompetisi lain yang sangat berpengaruh adalah competitive reaction to strategic initiatives. Apabila inisiatif strategi ini visiable dan effective maka memungkinkan akan menyebabkan competitive response. Di sisi lain, competitive

19 24 reaction mungkin akan berdampak merugikan pada customer lifetime value perusahaan. 2.3 Customer Equity Customer Equity Management adalah sistem pemasaran integrative dan dinamis yang memanfaatkan teknik-teknik penilaian finansial dan data mengenai pelanggan untuk mengoptimalkan akuisisi, retensi, dan penjualan produk-produk tambahan kepada para pelanggan perusahaan, dan untuk memaksimumkan nilai relasi pelanggan selama siklus hidupnya bagi perusahaan (Blattberg, Getz, Thomas, 2001, p.3) Customer equity is term used to describe the asset value of the relationship. The value of customer equity is determinded by customer s volume of purchase, the margin of those purchases, and duration of the purchase stream. (Wayland, Cole, 1997, p.5) Tujuan Manajemen Relasional Pelanggan (CRM: Customer Relationship Management) adalah untuk menghasilkan ekuitas pelanggan (Customer Equity) yang tinggi. Ekuitas pelanggan adalah total nilai seumur hidup semua pelanggan perusahaan yang didiskontokan. Yang jelas, semakin setia pelanggan, semakin tinggi ekuitas pelanggan. (Rust, Zeithmal, dan Lemon, 2000) Faktor Yang Mempengaruhi Customer Equity Menurut Para Ahli Menurut Philip Kotler

20 25 Menurut Philip Kotler ada tiga faktor yang mempengaruhi terciptanya Customer Equity yaitu: 1. Ekuitas Nilai adalah penilaian objektif pelanggan atas kegunaan tawaran berdasarkan pemikirannya tentang manfaat yang kemudian dibandingkan dengan biayanya. Sub-pendorong (subdriver) ekuitas nilai adalah mutu, harga, dan kenyamanan. Tiap-tiap industri harus mendefinisikan faktor-faktor spesifik yang melandasi tiap-tiap sub-pendorong dalam rangka menemukan program yang bisa memperbaiki ekuitas nilai. 2. Ekuitas Merek adalah penilaian subyektif dan tak berwujud pelanggan terhadap merek, yang diluar dan melampaui nilai yang dipikirkan secara objektif. Sub-pendorong ekuitas merek adalah kesadaran pelanggan akan suatu merek, sikap pelanggan terhadap merek, dan pemikiran pelanggan mengenai etika merek. Perusahaan menggunakan iklan, humas, dan alat komunikasi lain untuk mempengaruhi sub-pendorong tersebut. Ekuitas merek itu lebih penting daripada pendorong ekuitas pelanggan lainnya jika produknya kurang terdiferensiasi dan memiliki dampak emosional yang lebih besar. 3. Ekuitas Relasional adalah kecenderungan pelanggan untuk tetap setia pada merek, yang diluar dan melampaui penilain objektif dan subjektif atas nilainya. Sub-pendorong ekuitas relasional mencakup program kesetiaan, dan program pemahaman dan perlakuan khusus, program pembentukan komunitas, dan program pembentukan pengetahuan. Ekuitas relasional sangat penting jika relasi pribadi banyak diperhitungkan dan jika pelanggan

21 26 cenderung terus berhubungan dengan para pemasok sepenuhnya berdasarkan kebiasaan atau yang tidak pernah berubah Menurut Robert C. Blattberg, Garry Getz, Jacquelyn S. Thomas 1. Acquisition Equity Sejumlah pelanggan baru yang diperoleh dari hasil usaha-usaha pemasaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Perusahaan harus memiliki asset terlebih dahulu sebelum mereka bisa mengelolanya. Untuk alasan ini, akuisisi pelanggan patut diperhatikan. Tidak hanya untuk alasan ini, akuisisi pelanggan juga penting untuk alasan-alasan lainnya. Jelasnya adalah bahwa semua perusahaan termasuk perusahaan dengan tingkat retensi tinggi kehilangan pelanggan dan selanjutnya mereka secara terus-menerus harus mencari asset pelanggan baru. Kedua, semakin efisien dan efektif akuisisi pelanggan yang dimiliki sebuah perusahaan, semakin besar kesempatan untuk asset pelanggan yang bisa diperoleh yang retensi dan nilai add-on selling bisa didapatkan. Ketiga, hubungan pelanggan-perusahaan yang berkembang selama tahap akuisisi sangat mempengaruhi retensi dan add-on selling. Banyak yang bergantung pada jenis pelanggan yang dimiliki sebuah perusahaan dan pada ekspektasi yang dimiliki pelanggan ini. Banyak perusahaan beryindak seolah-olah elemen-elemen stratejik ekuitas pelanggan akuisisi, retensi, Add-on selling berfungsi secara terpisah. Misalnya, perusahaan sering menganalisa data tentang pelanggan yang ada tanpa mempertimbangkan data respon dan interaksi tentang prospek/calon pelanggan yang belum dimiliki. Hal ini mengakibatkan salah pengambilan kesimpulan dan

22 27 hilangnya kesempatan karena tidak adnya pengetahuan tentang apa yang menghalangi prospek tersebut untuk menjadi pelanggan. Gagal menghubungkan akuisisi pelanggan dengan retensi juga mengakibatkan kesalahan lainnya. Termasuk ramalan yang tidak tepat tentang berapa lama pelanggan akan tetap bertahan, profitabilitas pelanggan, dan dampak dari usaha-usaha pemasaran. Hasilnya adalah sebuah strategi pemasaran akuisisi yang tidak jelas yang tidak menyentuh hal penting, yaitu Customer Equity. 2. Retention Equity Pelanggan yang melakukan pembelian ulang produk atau service dalam waktu tertentu. Retensi, seperti halnya akuisisi, tidak mudah didefinisikan. Satu definisi retensi pelanggan yang mungkin adalah pelanggan terus melakukan pembelian produk atau jasa setelah periode tertentu. Sayangnya, tidak semua produk dibeli secara cukup sering untuk membuat definisi ini bisa diterapkan kepada banyak pembelian produk bernilai tinggi dan frekwensi jarang. Dalam industri komisi, misalnya, seorang pelanggan yang tidak membeli keamanan untuk beberapa waktu tertentu (misal: empat bulan atau setahun) tetapi mungkin berkeinginan untuk membeli ketika kondisinya tepat. Definisi ini, tentu saja, menimbulkan pertanyaan. Bagaiman mendefinisikan produk alur pembelian lama? Untuk menyesuaikan keuangan serupa yang melaporkan periode untuk sebuah perusahaan, definisi ini memudahkan analisa retensi untuk mendefinisikan produk alur pembelian lama sebagai produk dengan alur pembelian lebih lama dari satu tahun.

23 28 Di beberapa bisnis, perhatian pelanggan tidak dapat ditentukan dari pengeluaran keuangan. Misalnya, beberapa majalah online seperti Salon.com yang tidak mengharuskan pembacanya mambayar. Akan tetapi, pembaca yang sering dan teratur membaca bisa dianggap sebagai pelanggan tetap karena mereka memberi tanda kepada perusahaan melalui tingkah laku mereka bahwa mereka ingin melanjutkan hubungan mereka dengan perusahaan. Jadi, definisi retensi tidak boleh berasumsi bahwa pengasilan dari seorang pelanggan menentukan apakah pelanggan itu setia atau tidak. Attrition dan silent attrition juga adalah istilah penting. Attrition (pengurangan) trejadi ketika pelanggan memutuskan untuk tidak menggunakan lagi produk atau jasa dan telah mengkomunikasikan hal tersebut kepada perusahaan bahwa ia bukan lagi pelanggan meraka. Tetapi, kebanyakan pelanggan tidak mengkomunikasikan hal serupa kepada perusahaan bahwa mereka telah berhenti menjadi pelanggan. Silent attrition terjadi ketika pelanggan telah memutuskan untuk tidak lagi membeli produk atau jasa tetapi tidak mengkomunikasikan kepada perusahaan bahwa ia tidak lagi menjadi pelanggan. Satu hal penting: Retensi tidak sama dengan loyalitas atau bagian dari persyaratan. Seorang pelanggan yang menginvestasikan sebagian uangnya melaui broker tradisional dan sebagian uangnya lagi melalui broker internet tidak bisa dianggap sebagai pelanggan setia pada salah satu broker tersebut, tetapi pelanggan ini terpelihara oleh kedua broker tersebut. Jadi, pelanggan yang terpelihara tidak perlu menjadi pelanggan setia.

24 29 3. Add-on Selling aktivitas yang berhubungan dengan menjual berbagai macam produk dan jasa tambahan kepada pelanggan sekarang Menurut Roland T. Rust, Valerie A. Zeithaml, Katherine N. Lemon 1. Value Equity, Bagi semua pelanggan, keputusan untuk memilih berdasarkan pada persepsi dari Value yang merupakan susunan persepsi dari kualitas, harga dan Convenience. Persepsi ini terbentuk dari cognitive, objective, dan rational. Dapat disebutkan Customer Equity diperoleh dari persepsi nilai pelanggan (Customer Value) yaitu Value Equity perusahaan. Value equity merupakan nilai dari konsumen di masa mendatang yang memberikan kontirbusi terhadap perusahaan sekarang berdasarkan tingkat diskon tertentu dalam jangka waktu tertentu. 2. Brand Equity, Pelanggan juga mempunyai persepsi dari sebuah merek (brand) yang tidak dapat dijelaskan dari objective attributes. Dapat disebutkan Customer Equity didapat dari penilaian subjektif dari sebuah merek yaitu Brand Equity perusahaan. Brand equity merupakan nilai dari merk perusahaan, dimana peneliti tidak memperhitungkan nilai ekuitas dari merk perusahaan ytang diteliti yang dapat memepengaruhi customer lifetime value secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan perusahan yang dijadikan sampel penelitian merupakan perusahaan Wholesales, sehingga kekuatan merek kurang diperhatikan (dibandingkan perusahaan retail). Perusahaan ini lebih melihat kekuatan saluran distribusi baik secara Wholesales maupun Business to business (distributor).

25 30 3. Retention Equity, Customer Equity berasal dari pemilihan pelanggan terhadap bisnis yang akan dijalankan bersama perusahaan. Beberapa bisnis perusahaan berasal dari pelanggan yang sering melakukan pembelian dan memilih kembali dan beberapa lainnya diperoleh dari pelanggan yang belum pernah melakukan pembelian atau pelanggan baru. Bagi pelanggan yang melakukan pembelian ulang, program retention dan relationship-building activities akan meningkatkan keingginan pelanggan untuk kembali memilih perusahaan. Dapat dikatakan Customer Equity diperoleh dari program retention dan relationship building yaitu Retention Equity. VALUE EQUITY CUSTOMER EQUITY BRAND EQUITY RETENTION EQUITY Sumber : Roland T. Rust; Valarie A. Zeithaml; Katherine N. Lemon: Driving Customer Equity (p.9; 2000) Gambar 2.5 Drivers of Customer Equity

26 31 Faktor retention equity mempengaruhi nilai customer lifetime value perusahaan secara tidak langsung, hal ini dikarenakan dapat dilihat dari data nilai penjualan per konsumen per tahunnya, selain itu faktor ini merupakan parameter dari besar kecilnya ekuitas pelanggan dalam waktu tertentu. Nilai RE (relationship equity) yang tinggi akan meningkatakan nilai Ekuitas pelanggan sehingga menghasilkan Nilai customer lifetime value perusahaan yang tinggi juga Pendekatan Customer Equity Ada dua alasan utama mengapa perusahaan menggunakan pendekatan customer equity (Blattberg, Getz, Thomas, 2001, p.7), yaitu: 1. Beberapa teknologi baru yang dibutuhkan bisa digabungkan untuk menghasilkan asset berbasis manajemen. 2. Untuk menyesuaikan perubahan-perubahan yang muncul dalam bisnis saat ini, kecanggihan teknologi ini menjadi suatu persyaratan pengelolaan pemasaran untuk memperbesar jumlah nilai asset pelanggan perusahaan. Customer Equity bergantung pada teknologi karena customer equity menuntut kemampuan membuat dan menggunakan database pembelian pelanggan. Perusahaan yang bisa menggunakan semua data tentang perilaku pembelian pelanggan akan mendapatkan pelanggan baru, mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan akan lebih efektif menjual daripada perusahaan yang tidak menggunkan data tersebut. Selain daripada itu, perusahaan yang menggunakan data mampu menghubungkan pengetahuan mereka dengan data biaya secara sangat efisien. Gambar 2.6 menunjukan elemen-elemen utama dari model customer equity.

27 32 Aquisition Retention Add-on Selling Customer Life Cycle Spending Sumber : Blattberg, Getz, Thomas, 2001, P.11 Gambar 2.6 The Customer Equity Model Customer Equity bergantung pada teknologi karena customer equity menuntut kemampuan membuat dan menggunakan database pembelian pelanggan. Perusahaan yang bisa menggunakan semua data tentang perilaku pembelian pelanggan akan mendapatkan pelanggan baru, mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan akan lebih efektif menjual daripada perusahaan yang tidak menggunkan data tersebut. Selain daripada itu, perusahaan yang menggunakan data mampu menghubungkan pengetahuan mereka dengan data biaya secara sangat efisien. Gambar 2.6 menunjukan elemen-elemen utama dari model customer equity Dasar-dasar Customer Equity

28 33 Customer Equity Management bergantung pada empat pilar untuk memaksimalkan nilai dari pelanggan sebagai asset finansial. 1. Mengatur daur hidup pelanggan 2. Mengeksploitasi kekuatan database 3. Mengukur nilai pelanggan yang tepat 4. Mengoptimalkan gabungan dari akuisisi, retensi, dan penjualan produkproduk tambahan Empat pilar customer equity management ini memberikan kepada perusahaan stuktur yang dibutuhkan untuk mentargetkan, mengolah, dan mendapatkan hasil nilai pelanggan. 1. Customer Life Cycle Customer equity management mengakui bahwa hubungan pelanggan dengan perusahaan, seperti halnya hubungan hubungan pada umumnya tidak terkait waktu. Gambar 2.3 menunjukan lima tahapan daur hidup pelanggan: Prospects, first time buyers, early repeat buyers, core customers, dan defectors. Proscpects : Prospects belum menjadi pelanggan, tetapi mereka mewakili nilai potensial First Time Buyers : Pelanggan melangkah ke tahapan ini setelah melakukan satu kali pembelian Early Repeat Buyers : Pelanggan berada pada tahap ini setelah mereka melakukan satu kali pembelian ulang

29 34 Customer Equity First-Time and Early Repeat Buyers Core Customers Defectors Prospects Stage in Life Cycle Gambar 2.7 The Customer Life Cycle Core Customers : Pelanggan memasuki tahapan ini setelah mereka memulai untuk melakukan pembelian ulang secara teratur Defactors : Pelanggan menjadi berhasrat untuk berubah, beberapa faktor bisa menjadi alasannya, produk atau jasa pesaing baru, masalah pelayanan pelanggan yang tidak sepantasnya, atau kebosanan pelanggan. 2. Mengekspolitasi kekuatan Database Untuk itu, perusahaan membutuhkan database pelanggan dalam pelngelolaan asset pelanggan. Tanpa pengetahuan tentang database yang bisa digunakan untuk menerka tinglah laku pelanggan di masa mendatang, perusahaan akan mengalami

30 35 kesulitan untuk menentukan pilihan strategi dan taktik ketika berhadapan dengan masalah akuisisi, retensi, dan penjualan produk tambahan lainnya. Manfaat database sangat penting untuk membuat target dan analisis karena dengan database memungkinkan perubahan tingkatan; dan segmentasi tingkat tiga (self-selection) ke segmentasi tingkat satu: kreasi dari penawaran masing-masing individu dilakukan berdasarkan karakteristik dan tingkah laku pelanggan. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan yang memasukkan database ke dalam hubungan dan upaya-upaya penilaian pelanggan mereka sebagai bagian dari pendekatan customer equity yang lebih luas lagi akan mampu menyeimbangkan program-program akuisisi dengan upaya-upaya yang diinginkan dan akan mampu memperoleh nilai asset pelanggan yang besar. 3. Mengukur Nilai Pelanggan Yang Tepat Customer Equity Management meitik beratkan pada kemampuan mengukur dan membentuk nilai pelanggan. Sebuah perusahaan bisa saja menentukan hubungan matematis antara harga akuisisi tersebut berdasarkan dampak-dampaknya bagi customer equity. Hal yang sama, sebuah perusahaan bisa saja membuat tingkatan retensi sebagai suatu fungsi penetapan harga retensi bagi tingkat retensi. Fungsi ini nantinya akan mampu menentukan penetapan harga retensi tertinggi per segmen berdasarkan pada nilai jangka panjang pelanggan, bukan hanya pada penjualan saat ini. Persamaan mendasar model statistic dan analitik menjelaskan penetapan harga, pembuatan iklan dan hubungan pembuatan keputusan sehingga perusahaan bisa

31 36 mengelola semua itu untuk membuat akuisisi lebih besar, meningkatkan penjualan produk-produk tambahan, taktik dan pengeluaran retensi. 4. Mengoptimalkan Gabungan dari Acquisition, Retention, dan Add-on Selling Customer Equity Management terbentuk oleh tiga strategi inti: akuisisi, retensi, dan penjualan produk-produk tambahan. Kebanyakan perusahaan mengembangkan inisiatif-inisiatif bagi pelayanan pelanggan baru untuk meningkatkan retensi. Mereka membuat produk-produk baru untuk meningkatkan keuntungan melalui add-on selling. Mereka hampir tidak pernah mencari tahu hubungan antara strategi-strategi ini ataupun analisa keuangan yang diteliti memerlukan waktu untuk menunjukan strategi mana yang banyak mendapatkan investasi terbesar pada waktu-waktu tertentu. 2.4 Strategic Marketing Terdapat beberapa strategi dalam Customer-Level Marketing yang diuraikan dalam tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Customer-Level Marketing Strategy Tactics Description Link to Financial Performance Choose the right customer Langkah pertama untuk mencapai strategi marketing yang sukses adalah mengetahui pelanggan mana yang berpotensi memberikan value back kepada perusahaan. Untuk itu, perusahaan perlu melakukan Melakukan pengukuran customer lifetime value merupakan dasar dari membangun variabel customer-level strategy. Mengetahui value dari setiap pelanggan membantu perusahaan

32 37 Contact the customer Send the right message at the right time Manage multichannel shopping pengukuran customer lifetime value dari setiap pelanggannya. Setelah perusahaan mengetahui value dari setiap pelanggan, langkah selanjutnya adalah perusahaan membutuhkan penetapan metode yang optimal dan frekuensi komunikasi dengan pelanggan guna meelanjutkan memaksimalkan value dari setiap pelanggan di masa depan. Perusahaan sebaiknya dapat menentukan produk-produk yang paling sering dibeli oleh para pelanggan. Dengan ini memungkinkan perusahaan dalam menyesuaikan pesan yang spesifik pada setiap pelanggan guna mendapatkan response rate yang tinggi dari pelanggan. Perusahaan sebaiknya tidak mengharapkan dari para pelanggan akan membeli produk pada satu tempat/channel. Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui profil dan kebiasaan pembelian pada pelanggan yang membeli pada satu, banyak, atau seluruh tempat/channel untuk membantu perusahaan mengambil keputusan dalam menunjukkan pelanggan pada pilihan tempat/channel baru yang dibuat perusahaan. untuk menambah performa kinerja keuangan perusahaan dengan memilih hanya pelanggan yang tepat. Berhubungan dengan pelanggan yang tepat dengan frekuensi komunikasi yang tepat pula membantu perusahaan pada posisi komunikasi yang streamline dan mengoptimalkan pendapatan dari setiap maketing communication Mendapatkan response rate yang tinggi dari pelanggan dengan mengetahui produk-produk yang paling sering mereka beli membantu perusahaan mencapai level performa financial yang tinggi dengan menurunkan marketing cost dan menaikkan pendapatan (revenue). Dengan mengetahui pelanggan yang paling sering melakukan pembelian di berbagai tempat membantu perusahaan mentargetkan pealanggan untuk menggunakan tempat/channel baru dalam melakukan pembelian. Pelanggan yang melakukan pembelian di lebih dari satu tempat seringkali lebih banyak berbelanja dibandingkan dengan pelanggan yang hanya membeli di satu tempat/channel.

33 38 Manage highcost customers Find and keep the right customers Manage loyalty and profitability simultaneously Perusahaan selalu mempunyai pelanggan yang memberikan level revenue yang tinggi dan memerlukan biaya yang tinggi pula untuk melayaninya. Sebaiknya perusahaan berfokus pada profitability yang dihasilkan dan bukan pada cost. Disarankan untuk mencoba memindahkan kelompok pelanggan yang memberikan kontribusi profit kecil ke dalam kelompok dengan biaya yang rendah guna menjadikan mereka menjadi lebih menguntungkan. Mengambil keputusan untuk mengakuisisi (acquire) dan mempertahankan pelanggan (retention) sebaiknya tidak dilakukan secara bebas. Perusahaan perlu mengetahui bagaimana menyeimbangkan sumber daya secara tepat untuk mempertahankan pelanggan yang tepat, sementara itu pada saat yang bersamaan perusahaan mencari kemungkinan (prospect) pelanggan yang akan memberikan kontribusi probability yang tinggi dan future value back pada perusahaan. Pelanggan yang loyal belum tentu pelanggan yang memberikan kontribusi keuntungan (profitable) besar. Karenanya, perusahaan perlu menentukan apakah para pelanggannya yang loyal maupun tidak mungkin memberikan kontribusi high positif lifetime value dan perusahaan dapat bekerja sama dengan para pelanggan untuk Memindahkan pelanggan yang memerlukan pembiayaan yang tinggi (high cost customer) ke dalam kelompok pelanggan dengan pembiayaan yang rendah akan membantu perusahaan mengurangi biaya marketing pada pelanggan yang mempunyai nilai (value) rendah guna meningkatkan profitability secara keseluruhan. Memperoleh pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan yang berpotensi mempunyai high value di masa mendatang akan memberikan kesempatan terbaik bagi perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas secara keseluruhan di masa mendatang. Mengadakan program kesetiaan (loyalty program) bagi pelanggan dengan saling memberikan manfaat antara pelanggan dan perusahaan. Seperti perusahaan memberikan layanan tambahan bagi pelanggan yang memberikan kontribusi keuntungan (profitable) pada

34 39 memaksimalkan profitability, customer equity, dan shareholder value bagi perusahaan. perusahaan, kemudian keuntungan bagi perusahaan dengan meningkatnya probability keseluruhan perusahaan. Sumber : V. Kumar dan J. Andrew Petersen: Using a Customer-Level Marketing Strategy to Enhance Firm Performance: A Review of Theoretical and Empirical Evidence (p.509; 2005)

Customer Retention Marketing

Customer Retention Marketing Modul ke: Customer Retention Marketing LT dan Strategi CRM Senin, November 2016 Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Periklanan & Komunikasi Pemasaran www.mercubuana.ac.id Gadis Octory, S.Ikom, M.Ikom

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data 4.1.1 Perhitungan Customer Lifetime Value Tabel 4.1 Daftar Pelanggan JohnsonDiversey Indonesia yang Memberikan 80% Kontribusi Penjualan per July 2008

Lebih terperinci

MARKETING MANAGEMENT 12 th edition. Pertemuan 5 Menciptakan Customer Value, Satisfaction, and Loyalty

MARKETING MANAGEMENT 12 th edition. Pertemuan 5 Menciptakan Customer Value, Satisfaction, and Loyalty MARKETING MANAGEMENT 12 th edition Pertemuan 5 Menciptakan Customer Value, Satisfaction, and Loyalty Kotler Keller Figure 5.1 Organizational Charts 5-2 Penentu Customer Value Customerdelivered value Total

Lebih terperinci

Anselia Dyah W

Anselia Dyah W PERANCANGAN DASHBOARD UNTUK MEMONITOR CUSTOMER EQUITY PADA PT.XYZ Anselia Dyah W 5208100049 Dosen pembimbing : Rully A Hendrawan, S.Kom, M.Eng Review Permasalahan dan Tujuan TA Permasalahan: Memonitor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan JohnsonDiversey merupakan salah satu perusahaan global yang memproduksi produk-produk kebersihan dan sanitasi pada skala industri. JohnsonDiversey

Lebih terperinci

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto C U S T O M E R E Q U I T Y The Way to Boost Your Marketing Performance Dheni Haryanto dheni_mqc@yahoo.com Marketing Quotient Community http://www.mqc.cjb.net F o c u s On Marketing Mengembangkan suatu

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMASARAN NILAI PELANGGAN, KEPUASAN PELANGGAN LOYALITAS PELANGGAN

MANAJEMEN PEMASARAN NILAI PELANGGAN, KEPUASAN PELANGGAN LOYALITAS PELANGGAN MANAJEMEN PEMASARAN NILAI PELANGGAN, KEPUASAN PELANGGAN LOYALITAS PELANGGAN Pendahuluan Dasar dari orientasi pemasaran yang dibentuk dengan baik adalah hubungan pelanggan yang kuat Pemasar harus berhubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Teori pemasaran melakukan berbagai pembahasan terkait dengan perusahaan dan pelanggan. Berbagai macam teori telah dikeluarkan oleh para pakar marketing baik dari dalam maupun dari

Lebih terperinci

Bab 5 Menciptakan Nilai, Kepuasan & Loyalitas Pelanggan

Bab 5 Menciptakan Nilai, Kepuasan & Loyalitas Pelanggan Bab 5 Menciptakan Nilai, Kepuasan & Loyalitas Pelanggan Pentingnya Pelanggan Dasar dari orientasi pemasaran adalah hubungan pelanggan yang kuat Menciptakan pelanggan yang loyal adalah inti dari setiap

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN

IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN Indri Hastuti Listyawati Akademi Manajemen Administrasi (AMA) YPK Yogyakarta ABSTRAK Strategi mempertahankan kesetiaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Loyalitas Pelanggan (customer loyalty) Loyalitas atau kesetiaan didefinisikan sebagai komitmen yang dipegang kuat unyuk membeli atau berlangganan lagi produk atau jasa tertentu

Lebih terperinci

Kotler Keller. Marketing Management. Donald Picauly, S.E., M.M.

Kotler Keller. Marketing Management. Donald Picauly, S.E., M.M. Phillip Kevin Lane Kotler Keller Marketing Management Donald Picauly, S.E., M.M. donald_pic4uly@yahoo.com Menciptakan Nilai, Kepuasan, dan Loyalitas Pelanggan Pertanyaan pada bab ini 1. Apakah nilai, kepuasan,

Lebih terperinci

Minggu-15. Product Knowledge and Price Concepts

Minggu-15. Product Knowledge and Price Concepts Product Knowledge and Price Concepts Minggu-15 Membangun Nilai, Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan (2) (building customer value, satisfaction, and loyalty) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information

Lebih terperinci

STRATEGIC PLANNING Strategic Planning Proses manajerial Growth Competitive Position Geographic Scope Objective lain

STRATEGIC PLANNING Strategic Planning Proses manajerial Growth Competitive Position Geographic Scope Objective lain STRATEGIC PLANNING Strategic Planning/Rencana Strategis (menurut Koetler & Keller, 2006) Proses manajerial untuk membangun & memelihara keseimbangan antara tujuan, kemampuan, sumber daya dari perusahaan

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6 Pemasaran Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si Definisi Pemasaran Kotler dan Lane (2007): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas terus bergulir dan sulit untuk dihindari. Terlebih di era

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas terus bergulir dan sulit untuk dihindari. Terlebih di era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan bebas terus bergulir dan sulit untuk dihindari. Terlebih di era kecanggihan informasi dan teknologi seperti sekarang ini, apapun bisa di perjual belikan

Lebih terperinci

Bagaimana Memperoleh Customer Retention dengan Mengaplikasikan CRM? Oleh: Oky Simbolon, ST, MT

Bagaimana Memperoleh Customer Retention dengan Mengaplikasikan CRM? Oleh: Oky Simbolon, ST, MT 1 Bagaimana Memperoleh Customer Retention dengan Mengaplikasikan CRM? Oleh: Oky Simbolon, ST, MT P ada saat 6 bulan setelah service kendaraan apakah pernah mendapat SMS: Selamat siang Bapak/Ibu X, service

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Drucker mengatakan bahwa hanya ada satu defisini dari tujuan bisnis, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Drucker mengatakan bahwa hanya ada satu defisini dari tujuan bisnis, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelanggan merupakan public eksternal perusahaan yang memiliki kedudukan penting bagi kelangsungan usaha suatu perusahaan. Keberhasilan perusahaan dalam memberikan

Lebih terperinci

CRM Hello, Goodbye. Babak Baru dalam Kesetiaan Pelanggan

CRM Hello, Goodbye. Babak Baru dalam Kesetiaan Pelanggan CRM Hello, Goodbye Babak Baru dalam Kesetiaan Pelanggan Era Tradisional Perusahaan lebih fokus pada APA bukan SIAPA Berusaha menjual sebanyak mungkin produk/jasa tanpa memperhatikan siapa yang membeli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Aktivitas Pemasaran Melalui Media Sosial Persepsian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Aktivitas Pemasaran Melalui Media Sosial Persepsian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Pemasaran Melalui Media Sosial Persepsian Sosial media marketing merupakan tambahan terbaru dalam dunia marketing di mana digunakan untuk menjalin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Marketing 2.1.1 Barang Konsumsi Barang Konsumsi (consumer goods) adalah produk yang ditujukan untuk pengguna akhir. Dasar klasifikasi barang konsumsi yang biasa digunakan

Lebih terperinci

MODEL STOKASTIK RANTAI MARKOV EMPAT STATUS PADA PENENTUAN NILAI HIDUP PELANGGAN. Dony Permana

MODEL STOKASTIK RANTAI MARKOV EMPAT STATUS PADA PENENTUAN NILAI HIDUP PELANGGAN. Dony Permana Eksakta Vol. 18 No. 1, April 2017 http://eksakta.ppj.unp.ac.id E-ISSN : 2549-7464 P-ISSN : 1411-3724 MODEL STOKASTIK RANTAI MARKOV EMPAT STATUS PADA PENENTUAN NILAI HIDUP PELANGGAN Dony Permana Prodi Statistika,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kesetiaan. Secara umum loyalitas dapat diartikan sebagai kesetiaan seseorang

BAB II LANDASAN TEORI. kesetiaan. Secara umum loyalitas dapat diartikan sebagai kesetiaan seseorang 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Customer Loyalty Secara harfiah loyal berarti setia dan loyalitas diartikan sebagai suatu kesetiaan. Secara umum loyalitas dapat diartikan sebagai kesetiaan seseorang suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak liberalisasi perbankan tahun 1988, persyaratan pembukaan bank dipermudah, bahkan setoran modal untuk mendirikan bank relatif dalam jumlah yang kecil. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler,2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler,2003). 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam dunia pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinisikan sebagai serangkaian alat pemasaran taktis

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan ini untuk mengembangkan usahanya, termasuk negara Indonesia. Di

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan ini untuk mengembangkan usahanya, termasuk negara Indonesia. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak beredarnya isu mengenai investasi besar besaran yang akan memasuki wilayah Asia Tenggara pada awal tahun 2015, banyak perusahaan menggunakan kesempatan ini untuk

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning

Enterprise Resource Planning MODUL PERKULIAHAN Enterprise Resource Planning Supply Chain Management and Customer Relationship Management Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Sistem Informasi Sistem Informasi 04 MK18046

Lebih terperinci

Implementasi E-Bisnis e-crm Concept And Aplication Part-4

Implementasi E-Bisnis e-crm Concept And Aplication Part-4 Implementasi E-Bisnis e-crm Concept And Aplication Part-4 Pendahuluan Kegiatan marketing mengelola seluruh aspek dari daur hidup pelanggan. CRM merupakan strategi komprehensif dari perusahaan agar setiap

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka dan Pengembangan Hipotesis 2.1.1 Repetitive Buying Dalam memperhatikan posisi dalam suatu industri, minat beli ulang dari pelanggan merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama dari suatu perusahaan adalah mempertahankan pelanggan, karena pelanggan yang loyal akan berkomitmen untuk setia kepada suatu perusahaan

Lebih terperinci

BABA II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. yang sangat berarti pada kualitas pelayanan sehingga mempengaruhi pada tingkat

BABA II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. yang sangat berarti pada kualitas pelayanan sehingga mempengaruhi pada tingkat BABA II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan adalah keunggulan yang di harapkan dan mengendalikan atas tingkat keunggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya nasabah bank di

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya nasabah bank di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pada sektor perbankan saat ini sangatlah pesat di Indonesia. hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya nasabah bank di Indonesia setiap tahunnya. Saat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendek, tetapi disisi lain akan sulit dijangkau pelanggan. Marjin laba yang besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendek, tetapi disisi lain akan sulit dijangkau pelanggan. Marjin laba yang besar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Harga Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah satunya disebabkan oleh kebutuhan masyarakat yang jumlahnya terus meningkat. Salah

Lebih terperinci

Customer Relationship Management (CRM) Software dari SAP Fitur & Fungsi Sistem CRM: Marketing Software

Customer Relationship Management (CRM) Software dari SAP Fitur & Fungsi Sistem CRM: Marketing Software Customer Relationship Management (CRM) Software dari SAP Fitur & Fungsi Sistem CRM: Marketing Software disusun oleh Satrya Nurrachman 09.11.2820 Kelas : E-Bisnis 2 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bidang usaha namun juga terjadi lintas sektor. Setiap badan usaha harus

BAB I PENDAHULUAN. atau bidang usaha namun juga terjadi lintas sektor. Setiap badan usaha harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Persaingan bisnis tidak saja terjadi antar perusahaan dalam suatu industry atau bidang usaha namun juga terjadi lintas sektor. Setiap badan usaha harus memiliki keunggulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Metode pengukuran kinerja di PT Tera Data Indonusa Selama ini PT. Tera Data Indonusa mengukur kinerja dengan melakukan analisis terhadap laporang keuangannya dan membandingkannya

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PEMASARAN PADA PT.MEGA FATTALA

ANALISIS KINERJA PEMASARAN PADA PT.MEGA FATTALA ANALISIS KINERJA PEMASARAN PADA PT.MEGA FATTALA Elian Octaviana Binus University, Jakarta, Indonesia, 11480 elianoctaviana@ymail.com Robertus Tang Herman Binus University, Jakarta, Indonesia, 11480 ABSTRAK

Lebih terperinci

10 c. Persepsi sikap terhadap penggunaan (attitude) d. Persepsi minat perilaku (behavioral intention to use) Persepsi pengguna terhadap manfaat teknol

10 c. Persepsi sikap terhadap penggunaan (attitude) d. Persepsi minat perilaku (behavioral intention to use) Persepsi pengguna terhadap manfaat teknol BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Penerimaan Teknologi Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemasaran tidak ada yang namanya perusahaan, akan tetapi apa yang dimaksud dengan

BAB II LANDASAN TEORI. pemasaran tidak ada yang namanya perusahaan, akan tetapi apa yang dimaksud dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Pemasaran Pemasaran sebagaimana diketahui, adalah inti dari sebuah usaha. Tanpa pemasaran tidak ada yang namanya perusahaan, akan tetapi apa yang dimaksud dengan pemasaran

Lebih terperinci

Bab 5 MENCIPTAKAN NILAI, KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN

Bab 5 MENCIPTAKAN NILAI, KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN Bab 5 MENCIPTAKAN NILAI, KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN MEMBANGUN NILAI, KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN Nilai yang berasal dari Pelanggan Nilai = + Sekarang Nilai di Masa Depan Pelanggan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULIAN. Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju

BAB 1 PENDAHULIAN. Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju 1 BAB 1 PENDAHULIAN 1.1 Latar belakang Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dan memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa konsumen untuk selalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan website dalam memasarkan suatu produk atau jasa merupakan salah satu cara dalam pemasaran yang baik untuk suatu perusahaan. Website adalah salah satu layanan

Lebih terperinci

CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) SOFTWARE FROM SAP

CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) SOFTWARE FROM SAP CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) SOFTWARE FROM SAP Karya Ilmiah E Business Sujiwo (09.11.3212) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Karya ilmiah e-business ini berisikan uraian mengenai lingkungan bisnis

Lebih terperinci

KONTRAK BELAJAR 14 KALI PERTEMUAN PENILAIAN : KEHADIRAN 10% UTS 30% TUGAS/DISKUSI 20% UAS 40%

KONTRAK BELAJAR 14 KALI PERTEMUAN PENILAIAN : KEHADIRAN 10% UTS 30% TUGAS/DISKUSI 20% UAS 40% MANAJEMEN PEMASARAN KONTRAK BELAJAR 14 KALI PERTEMUAN PENILAIAN : KEHADIRAN 10% UTS 30% TUGAS/DISKUSI 20% UAS 40% Materi Perkuliahan (1) BAGIAN 1 : MEMAHAMI MANAJEMEN PEMASARAN - Mendefinisikan Pemasaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian CRM CRM adalah suatu strategi bisnis yang mengintegrasikan proses dan fungsi bisnis untuk meningkatkan kepuasan dan menjaga hubungan dengan pelanggan untuk jangka waktu

Lebih terperinci

CRM pada Marketing 1

CRM pada Marketing 1 CRM pada Marketing 1 Materi Bahasan Dari fokus produk ke fokus pelanggan Manajemen kampanye Inisiatif CRM marketing 2 Dari Fokus Produk ke Pelanggan Tujuan pemasaran: Agar banyak orang mengenal/mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran sebagai salah satu kegiatan utama perusahaan, dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran sebagai salah satu kegiatan utama perusahaan, dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran sebagai salah satu kegiatan utama perusahaan, dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Pemasaran dapat didefinisikan dari dua aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjaga hubungan baik dengan konsumen telah menyita perhatian semua

BAB I PENDAHULUAN. menjaga hubungan baik dengan konsumen telah menyita perhatian semua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif ini, menarik perhatian dan menjaga hubungan baik dengan konsumen telah menyita perhatian semua perusahaan di dunia. Konsep

Lebih terperinci

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Materi 1. What is Financial Management? 2. Goals of Financial Management in the Context of BSC 3. Financial Aspect of BSC What is Financial Management

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasabahnya. Banyak sekali strategi-strategi perbankan yang di tonjolkan

BAB I PENDAHULUAN. nasabahnya. Banyak sekali strategi-strategi perbankan yang di tonjolkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Persaingan bisnis perbankan di Indonesia yang semakin tajam ini menuntut setiap bank agar mampu mempertahankan dan menjaga loyalitas nasabahnya. Banyak sekali

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Jasa Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal (personal service)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari, baik itu kebutuhan yang bersifat primer

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari, baik itu kebutuhan yang bersifat primer BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belanja merupakan aktivitas keseharian masyarakat, setiap orang perlu memenuhi kebutuhannya sehari-hari, baik itu kebutuhan yang bersifat primer (kebutuhan pokok atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. customer life value. Nilai seumur hidup pelanggan atau CLV (Customer Life Value)

BAB I PENDAHULUAN. customer life value. Nilai seumur hidup pelanggan atau CLV (Customer Life Value) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelanggan merupakan aset penting bagi perusahaan karena dengan adanya pelanggan, laba dapat diperoleh sehingga tercapainya nilai seumur hidup atau customer life value.

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENINGKATAN KEUNTUNGAN BANK DENGAN PENDEKATAN RETURN ON QUALITY

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENINGKATAN KEUNTUNGAN BANK DENGAN PENDEKATAN RETURN ON QUALITY PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENINGKATAN KEUNTUNGAN BANK DENGAN PENDEKATAN RETURN ON QUALITY 1 Robiah Rokhatul Ayun, 2 Moses L. Singgih 1 Mahasiswa Magister Managemen Teknologi, Program Studi Managemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat saji hingga restoran yang menyediakan full course menu. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. cepat saji hingga restoran yang menyediakan full course menu. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis restoran di Indonesia selalu di dominasi oleh pangsa pasar asing. Tanpa melihat jauh, pusat-pusat keramaian seperti mall misalnya, saat ini dipadati oleh restoran-restoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu invoatif dalam mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. selalu invoatif dalam mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan pokok 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran perusahaan dalam bersaing kini semakin ketat terutama memasuki abad 21 ini, hal inilah yang pada akhirnya menuntut perusahaan untuk selalu

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

commit to user 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pemasaran Menurut Kotler (2009 : 5) pemasaran adalah mengidentifikasi

commit to user 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pemasaran Menurut Kotler (2009 : 5) pemasaran adalah mengidentifikasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pemasaran Menurut Kotler (2009 : 5) pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Sedangkan menurut beliau, manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama memasuki abad 21 ini, menuntut perusahaan untuk selalu inovatif dalam mengembangkan usahanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh secara signifikan terhadap dimensi citra merek yang secara tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh secara signifikan terhadap dimensi citra merek yang secara tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami kegiatan pemasaran apa yang berpengaruh secara signifikan terhadap dimensi citra merek yang secara tidak langsung akan mempengaruhi

Lebih terperinci

2.1.2 SEO (Search Engine Optimization)

2.1.2 SEO (Search Engine Optimization) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori- Teori Umum 2.1.1 Marketing Menurut (David, 2011, hal. 103), David, Fred R. (2011). Strategic Management : Concept and Cases 13th Edition. marketing dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang permasalahan Industri perbankan di Indonesia mengalami kemajuan sangat pesat. Ditinjau dari masa setelah krisis moneter yang dialami oleh Indonesia pada tahun 1997-1998

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF CUSTOMER LIFETIME VALUE PADA OPERATOR SELULER DI INDONESIA YANG DIKELOLA OLEH PERUSAHAAN PUBLIK. Taufik Hariswara Suhanda

STUDI DESKRIPTIF CUSTOMER LIFETIME VALUE PADA OPERATOR SELULER DI INDONESIA YANG DIKELOLA OLEH PERUSAHAAN PUBLIK. Taufik Hariswara Suhanda STUDI DESKRIPTIF CUSTOMER LIFETIME VALUE PADA OPERATOR SELULER DI INDONESIA YANG DIKELOLA OLEH PERUSAHAAN PUBLIK Taufik Hariswara Suhanda Manajemen Pemasaran / Fakultas Bisnis dan Ekonomika taufik_hariswara@hotmail.com

Lebih terperinci

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Adver & Marcomm 10 43015 Gadis Octory, S.Ikom, M.Ikom Abstract Analisis Lifetime value untuk pelanggan B2B Lifetime

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Merek (Brand) Merek (Brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengenali produk atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Merek (brand) Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai: Nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Manajemen Hubungan Pelanggan (CRM) Pertemuan 1 Konsep Dasar

Manajemen Hubungan Pelanggan (CRM) Pertemuan 1 Konsep Dasar (CRM) Pertemuan 1 Konsep Dasar Pengertian Customer Relationship Management (selanjutnya disingkat CRM) didefinisikan sebagai sebagai suatu rangkaian aktifitas sistematik yang terkelola sebagai usaha untuk

Lebih terperinci

Perencanaan Sumber Daya

Perencanaan Sumber Daya MODUL PERKULIAHAN Perencanaan Sumber Daya Customer Relationship Management Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Program Magister Teknik B11536BA Pascasarjana Industri (M-203) 10 Abstract

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1 Services Marketing Marketing (pemasaran) adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Manajemen pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang tidak mengenal batas membuat dunia bisnis harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang tidak mengenal batas membuat dunia bisnis harus dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi yang tidak mengenal batas membuat dunia bisnis harus dapat meningkatkan kinerja dan kualitas dari suatu bisnis sehingga mampu bertahan

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN DAN KEPUASAN PELANGGAN PERTEMUAN 9 MANAJEMEN PEMASARAN MUHAMMAD WADUD

PERILAKU KONSUMEN DAN KEPUASAN PELANGGAN PERTEMUAN 9 MANAJEMEN PEMASARAN MUHAMMAD WADUD PERILAKU KONSUMEN DAN KEPUASAN PELANGGAN PERTEMUAN 9 MANAJEMEN PEMASARAN MUHAMMAD WADUD POKOK BAHASAN PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHAP-TAHAP DALAM

Lebih terperinci

ANALISIS PASAR. Audit thd semua lingkungan relevant thd suatu brand pada saat tertentu, Misal : produk Bank berupa jasa giro Peluang Pemasaran

ANALISIS PASAR. Audit thd semua lingkungan relevant thd suatu brand pada saat tertentu, Misal : produk Bank berupa jasa giro Peluang Pemasaran ANALISIS PASAR Analisa Pasar merupakan bagian penting dalam manajemen pemasaran, karena dalam konsep pemasaran adalah memberikan kepuasan pada jonsumen sasaran ( kebutuhan dan keinginan ) ANALISA SITUASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja Customer Relationship Management (CRM) berbasis perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja Customer Relationship Management (CRM) berbasis perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja Customer Relationship Management (CRM) berbasis perilaku konsumen merupakan suatu cara untuk memahami perilaku konsumen secara keseluruhan pada suatu pasar

Lebih terperinci

Customer Relationship Management

Customer Relationship Management Customer Relationship Management Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Udinus 2017 Bisnis saat ini Peningkatan pelaku bisnis Permintaan pelanggan cepat berubah Teknologi mendorong perubahan Evolusi strategi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pada bagian ini membahas tentang teori - teori yang digunakan sebagai landasan pada penelitian ini. 3.1 Sistem Informasi Data merupakan bahan baku yang akan di proses untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Peneliti bernama Nursyafitri (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tarif

BAB II URAIAN TEORITIS. Peneliti bernama Nursyafitri (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tarif BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Peneliti bernama Nursyafitri (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tarif Rp 0,5/ detik kartu Simpati Pede terhadap loyalitas pelanggan P.T Telkomsel Medan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumen adalah aset yang berharga bagi perusahaan sehingga perusahaan perlu

BAB I PENDAHULUAN. Konsumen adalah aset yang berharga bagi perusahaan sehingga perusahaan perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumen adalah aset yang berharga bagi perusahaan sehingga perusahaan perlu mengelola asetnya menjadi sesuatu yang menguntungkan. Salah satu cara mengelola konsumen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengalaman pelanggan Pengalaman pelanggan dalah penjelmaan sebuah brand yang mana melingkupi semua interaksi antara organisasi dengan pelanggan (Walkins,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Penelitian Yongju Jeong dan Yongsung Lee (2010) yang berjudul A study on the customer satisfaction and customer loyalty of furniture

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kotler dan Keller (2011:9) pemasaran adalah suatu proses sosial yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kotler dan Keller (2011:9) pemasaran adalah suatu proses sosial yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2011:9) pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepercayaan, kepuasan, loyalitas pelanggan, getok tular, dan pengembangan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepercayaan, kepuasan, loyalitas pelanggan, getok tular, dan pengembangan 7 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pendahuluan Bab ini menjelaskan konsep kualitas hubungan, orientasi pelanggan, kepercayaan, kepuasan, loyalitas pelanggan, getok tular, dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan konsumen. Seperti yang diungkapkan oleh Boyld, dkk. (2000:4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan konsumen. Seperti yang diungkapkan oleh Boyld, dkk. (2000:4) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah kegiatan yang menghubungkan antara perusahaan dengan konsumen. Seperti yang diungkapkan oleh Boyld, dkk. (2000:4)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen. BAB II LANDASAN TEORI A. LOYALITAS MEREK 1. Definisi Loyalitas Merek Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa loyalitas merek merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Perusahaan merupakan hal yang penting dalam upaya untuk memberikan kepuasan terhadap kebutuhan konsumen. Dalam setiap perusahaan, aktivitas dibidang pemasaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar dan Pemasaran Sebelum memahami apa yang disebut sebagai manajemen pemasaran, kita harus lebih dahulu mengetahui definisi dari kata pasar terlebih dahulu. Secara tradisional,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 126 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis mendalam tentang PT. Asuransi Wahana Tata serta melakukan perhitungan terhadap setiap aspek yang berkaitan dengan pengembangan strategi

Lebih terperinci

BAB 2 KEPUASAN PELANGGAN, NILAI DAN RETENSI

BAB 2 KEPUASAN PELANGGAN, NILAI DAN RETENSI BAB 2 KEPUASAN PELANGGAN, NILAI DAN RETENSI Mendefenisikan Nilai Dan Kepuasan Pelanggan Customer perceived value (CPV) adalah perbedaan antara evaluasi prospektif pelanggan dari keseluruhan keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pelanggan Produk dan layanan yang berkualitas berperan penting dalam membentuk kepuasan konsumen, selain itu juga erat kaitannya dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan.

Lebih terperinci

Integrated Marketing Communication I

Integrated Marketing Communication I Modul ke: Integrated Marketing Communication I Konsep Branding Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Martina Shalaty Putri, M.Si. Program Studi Advertising dan Marketing Communication http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. CRM bukanlah konsep yang dapat diterima atau tidak. CRM bukan pula konsep yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. CRM bukanlah konsep yang dapat diterima atau tidak. CRM bukan pula konsep yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Customer Relationship Management (CRM) CRM bukanlah konsep yang dapat diterima atau tidak. CRM bukan pula konsep yang baru ditemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari sudut pandang ruang dan waktu. Persaingan yang ketat inipun tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dari sudut pandang ruang dan waktu. Persaingan yang ketat inipun tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menjelang memasuki tahun 2010 (APEC) dan tahun-tahun selanjutnya didunia ini masing-masing negara seperti tidak mempunyai batas lagi, ditinjau dari sudut pandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan oleh konsumen. Perilaku konsumen didefinisikan sebagai studi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan oleh konsumen. Perilaku konsumen didefinisikan sebagai studi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan didalam dunia marketing. Melalui perilaku konsumen dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kinerja Pengukuran merupakan upaya mencari informasi mengenai hasil yang dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya penyimpangan akibat

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Program Pemasaran 2.1.1 Definisi Program Pemasaran Sejumlah ahli tentang pemasaran telah berupaya untuk merumuskan definisi program pemasaran yang konklusif, namun hingga sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang dinamis dan penuh persaingan menuntut perusahaan untuk melakukan perubahan orientasi terhadap cara mereka melayani konsumen, menangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama (non-durable consumer goods) sangat ketat. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. lama (non-durable consumer goods) sangat ketat. Hal ini disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan perebutan pasar dalam industri barang konsumsi tidak tahan lama (non-durable consumer goods) sangat ketat. Hal ini disebabkan karena barang konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pelanggan merupakan suatu hal yang penting untuk dikelola. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pelanggan merupakan suatu hal yang penting untuk dikelola. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pelanggan merupakan suatu hal yang penting untuk dikelola. Menurut (Lovelock & Wirtz 2011) menargetkan, mengakuisisi, dan mempertahankan konsumen yang tepat adalah

Lebih terperinci