DUKUNGAN SOSIAL DAN EKONOMI KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP DAN KESEJAHTERAAN LANSIA DI KOTA BOGOR MULYATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DUKUNGAN SOSIAL DAN EKONOMI KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP DAN KESEJAHTERAAN LANSIA DI KOTA BOGOR MULYATI"

Transkripsi

1 DUKUNGAN SOSIAL DAN EKONOMI KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP DAN KESEJAHTERAAN LANSIA DI KOTA BOGOR MULYATI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Dukungan Sosial dan Ekonomi Keluarga Terhadap Kualitas Hidup dan Kesejahteraan Lansia di Kota Bogor adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini. Bogor, Oktober 2012 Mulyati NIM I i

3 ABSTRACK MULYATI. Social and Economic Support Family To Elderly Quality of Life and Well-Being In Bogor. Under direction of DIAH KRISNATUTI and SUPRIHATIN GUHARDJA The purpose of this study is to (1)Identifying and analyze differences in socioeconomic characteristics, social and economic support quality of life and wellbeing of the elderly living alone and elderly live with children, (2) Analyze relationship socio-economic characteristics, social and economic support to the quality of life and well-being of the elderly, (3)Analyze the factors that affect quality of life and well-being of the elderly. The results showed there are differences in quality of life between elderly living alone and elderly live with children in term of economic support in the fulfillment of food, clothing among the elderly live alone and the elderly live with children. There are no significant differences in social support and welfare of the elderly but difference is in the condition of the house is currently occupied. There is significant relationship exists between the economic characteristics of individuals with the support of the work and age with quality of life. There is a relationship between economic and social support to the quality of life. And there is a relationship between quality of life and welfare of the elderly. Factors affecting the quality of life are the age and support awards and that affects the welfare of the elderly is the quality of life with dimensions of the psychological health and environment. Key words: elderly, economic support, social support, quality of life, the welfare of the elderly ii

4 RINGKASAN MULYATI. Dukungan Sosial dan Ekonomi Keluarga Terhadap kualitas Hidup dan Kesejahteraan Lansia Di Kota Bogor. Dibimbing Oleh DIAH KRISNATUTI DAN SUPRIHATIN GUHARDJA. Pada dasawarsa ini jumlah penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan yang cukup mencolok. Adanya peningkatan jumlah penduduk lansia yang besar, menyebabkan beban ekonomi, sosial bertambah dan untuk mengurangi beban tersebut perlu ada pemanfaatan potensi lansia. Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal (optimum Aging). Optimum aging bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada pada keadaan maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan lansia bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas. Dukungan keluarga baik berupa dukungan sosial dan ekonomi keluarga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan lansia. Dengan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan karakteritik sosial dan ekonomi, dukungan sosial, dukungan ekonomi, kualitas hidup dan kesejahteraan lansia yang mandiri dan hidup bersama keluarga; (2) Menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi, dukungan sosial, dukungan ekonomi dengan kualitas hidup dan kesejahteraan lansia;(3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan lansia. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dilakukan di Kota Bogor pada dua kecamatan yang dipilih secara purposive berdasarkan aktivitas kegiatan Posbindu. Dua kecamatan terpilih yaitu Bogor Timur dan Bogor Barat, dengan masing-masing tiga kelurahan terpilih yaitu; Baranangsiang, Katulampa dan Sindang Sari untuk wilayah Kecamatan Bogor Timur dan Semplak, Cilendek Barat dan Curug untuk wilayah Kecamatan Bogor Barat. Populasi dari penelitian adalah lansia berusia 60 tahun keatas yang berada di wilayah Bogor Barat dan Bogor Timur yang di kategorikan menjadi 2 yaitu lansia mandiri selanjutnya disebut LM dan lansia yang tinggal dengan anak selanjutnya disebut LA. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara mengisi kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, mencakup (1) Karakteristik lansia (status tinggal, usia, jenis kelamin, status perkawinan); (2) Karakteristik sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga); (3) Karakteristik keluarga (usia, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,jumlah anggota keluarga, hubungan dengan responden); (4) Kualitas hidup lansia (kesehatan fisik, kesehatan psikologis, relasi sosial lingkungan) ;(5) Dukungan sosial keluarga (dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, dukungan informasi); (6) Dukungan ekonomi keluarga ; (7) Kesejahteraan (kepuasaan hidup). Data sekunder meliputi data keadaan wilayah yang didapat dari kantor Kecamatan dan kantor Kelurahan serta dokumentasi yang terkait dengan topik penelitian. Pengolahan dan analisis data menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 17.0 for Windows. Data selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Untuk melakukan analisis uji beda digunakan Independent t test, uji korelasi digunakan Pearson Correlation dan untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh pada kualitas hidup dan kesejahteraan lansia digunakan Multiple Regression. iii

5 Sebanyak tiga perempat (75.8%) contoh berjenis kelamin wanita dan sebanyak 24.2% laki-laki. Lebih dari separuh contoh, baik LM dan LA (58.1%) pada kategori lansia awal, sisanya berada pada kategori lansia tengah (30.6%),lansia tua (9.7%) dan sangat tua (1.6%). Proporsi terbesar pekerjaan lansia adalah sebagai ibu rumah tangga (51.6%) dan wirausaha (13.7%). Sebagian besar (86.3%) LM memiliki anggota keluarga kecil dan separuh (50.6%) LA memiliki jumlah anggota keluarga sedang. Separuh contoh (50%) lansia berstatus janda atau duda meninggal. Hasil uji beda menunjukkan perbedaan yang nyata antara LM dan LA dalam besar keluarga. Hasil penelitian menunjukkan hampir separuh contoh (41.2% ) LM dan lebih dari separuh contoh (56.2%) LA berpendapatan kurang dari Rp Berdasarkan sumber pendapatan, dua pertiga LM (66.7%) berasal dari pensiun atau dari hasil bekerja, sedangkan untuk LA sumber pendapatannya berasal dari anak (58.9%). Hasil penelitian menunjukkan baik LM (76.5%) maupun LA (74%) memperoleh dukungan sosial tinggi. Hasil uji beda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara LM dan LA pada dukungan sosial total, namun terdapat perbedaan yang nyata dalam dukungan emosi dimensi berbagi persoalan dengan teman, dukungan penghargaan dimensi perhatian, rasa cinta dan kepedulian keluarga dan dukungan informasi. Hasil penelitian menunjukkan dukungan ekonomi LM pada tingkatan sangat rendah (35.3%) demikian pula dengan LA dukungan ekonomi berada pada tingkatan rendah (41.1%). Hal ini disebabkan karena para lansia masih mempunyai penghasilan baik dari pensiunan maupun dari usaha (contohnya berdagang). Hasil penelitian menunjukkan hampir tiga perempat LM (74.5%) dan LA (71.2%) memiliki kualitas hidup dalam kategori sedang. Hasil uji beda menunjukkan perbedaan yang nyata (p 0.10) pada LM dan LA. Hal ini berarti LM memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan LA yang terlihat dari kondisi kesehatan fisik LM lebih baik dari LA terutama dari rasa nyeri yang dirasakan, energy dan vitalitas, tidur dan istirahat. Hasil penelitian menunjukkan hampir tiga perempat LM (74.5%) dan lebih dari tiga perempat LA (78.1%) memiliki kesejahteraan (kepuasan hidup) dalam katagori sedang. Hal ini berarti bahwa para lansia merasa puas dengan kehidupannya pada saat ini walaupun serba kekurangan. Hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p 0.10) antara LM dengan LA. Terdapat perbedaan yang nyata pada kondisi rumah yang di tempati saat ini, karena LA lebih merasa puas dengan kondisi perumahan yang ditempati saat ini dibandingkan dengan LM. Hal ini mudah dimengerti karena kebutuhan LA di sediakan oleh anak. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa pekerjaaan (dummy) berhubungan negatif dan nyata dengan dukungan ekonomi (r=-0.207**; p 0.05). Hal ini berarti semakin orang itu bekerja maka dukungan ekonomi semakin rendah karena lansia bekerja mempunyai penghasilan sendiri.sementara itu terdapat hubungan yang nyata dan negatif antara usia dengan kualitas hidup lansia (r= ; p 0.01). Hal ini berarti bahwa semakin tua maka kualitas hidup lansia semakin rendah. Terdapat hubungan nyata dan positif antara dukungan ekonomi dengan dukungan sosial (r =.0254 ; p 0.01). Hal ini berarti semakin baik dukungan ekonomi yang diberikan pada lansia maka semakin baik pula dukungan sosial yang diperoleh. Selain itu hasil uji korelasi menunjukkan juga bahwa dukungan ekonomi berhubungan nyata dan positif (r = 0.177; p 0.05) dengan kualitas hidup lansia. Hal ini berarti semakin baik dukungan ekonomi yang diberikan pada lansia maka kualitas hidup lansia semakin baik. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa dukungan sosial berhubungan nyata dengan kualitas hidup lansia iv

6 (r=0.232; p 0.01). Semakin baik dukungan sosial semakin baik kualitas hidup lansia. Variabel yang memiliki hubungan yang kuat dengan kualitas hidup adalah dukungan penghargaan (r=.340 p 0.01). Hal ini menunjukkan lansia merasa hidupnya lebih berarti karena perhatian dan cinta kasih serta kepedulian yang diberikan oleh keluarga.terdapat korelasi antara dukungan penghargaan (r=.214 ; p 0.05) dan dimensi dukungan emosi(r=.178 ; p 0.05) dengan kesejahteran lansia. Hal ini berarti bahwa kesejahteraan lansia akan diperoleh dari dukungan penghargaan yang berupa pujian, hadiah, pernyataan setuju, penilaian positif terhadap ide, menerima kekurangan dan dukungan emosi berupa ekspresi kasih sayang dan rasa cinta dari keluarga membuat lansia lebih sejahtera dan memperoleh kepuasan hidup. Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang nyata dan positif antara kualitas hidup dengan kesejahteraan lansia ( r = 363; p 0.01). Hal ini berarti bahwa semakin baik kualitas hidup maka semakin baik kesejahteran. Seluruh variabel dalam dimensi kualitas hidup (kesehatan fisik, kesehatan psikologis, relasi sosial dan lingkungan) berhubungan nyata. Koefisien korelasi terbesar adalah lingkungan (r=.0419; p 0.01)). Hal ini berarti lingkungan yang baik, terdiri dari akses informasi, pelayanan kesehatan, rekreasi, keamanan dan kenyamanan lingkungan fisik dan tempat tinggal dan sumber finansial berhubungan dengan tingkat kepuasan yang dirasakan para lansia. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan(p<0.05) pada kualitas hidup adalah usia dan dukungan penghargaan. Usia berpengaruh negatif nyata terhadap kualitas hidup. Faktor yang berpengaruh signifikan pada kesejahteraan adalah kesehatan psikologis(p<0.05) dan lingkungan (p<0.000). Berdasarkan hasil penelitian, disarankan pemberdayaan lansia diperlukan karena rendahnya pendapatan lansia (<Rp /bulan) dengan memberikan keterampilan yang bisa meningkatkan kesejahteraan lansia. Hal ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan program bina keluarga lansia melalui POSDAYA, dengan membentuk kelompok-kelompok kecil lansia untuk dapat melakukan usaha kecil mandiri oleh lansia dan untuk lansia melalui keterampilan yang mampu dikerjakannya. Dukungan sosial dari keluarga sangat diperlukan agar lansia merasa hidupnya bermanfaat. Terutama untuk lansia yang tinggal dengan anak, keluarga/anak harus memberikan perhatian serta mendorong lansia untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan yang berada di lingkungan sehingga para lansia dapat bersosialisasi dengan baik. Keluarga juga diharapkan untuk memberi perhatian yang lebih kepada lansia yang tinggal dengan keluarga karena para lansia juga menginginkan perhatian, rasa cinta dan kepedulian tidak hanya materi yang diberikan. Keluarga diharapkan dapat memberikan informasi yang baik kepada lansia yang tinggal sendiri. Untuk meningkatkan kesejahteraan diperlukan dukungan sosial dan ekonomi dari keluarga. Dengan meningkatnya dukungan sosial dan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup baik dari kesehatan fisik, psikologis, relasi sosial dan lingkungan untuk mencapai kesejahteraan. v

7 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau meyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB vi

8

9 DUKUNGAN SOSIAL DAN EKONOMI KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP DAN KESEJAHTERAAN LANSIA DI KOTA BOGOR MULYATI Tesis Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 i

10 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Tin Herawati, SP. M.Si ii

11 Judul Tesis Nama NIM : Dukungan Sosial dan Ekonomi Keluarga Terhadap Kualitas Hidup dan Kesejahteraan Lansia di Kota Bogor : Mulyati : I Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS Ketua Dr. Ir. Suprihatin Guhardja, MS Anggota Koordinator Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak Dekan Sekolah Pasca Dr. Ir. Herien Puspitawati, MSc, MSc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr Tanggal ujian : 31 Agustus 2012 Tanggal Lulus : iii

12 PRAKATA Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi sekaligus tesis ini. Penulisan tesis ini tentu tidak terlepas dari dorongan semangat dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS dan Dr. Ir. Suprihatin Guhardja, MS. selaku komisi pembimbing atas bimbingan, waktu, nasehat, kesabaran, kesempatan, dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 2. Dr. Tin Herawati, SP. M.Si selaku dosen penguji luar komisi atas atas kesediaan dan waktunya untuk menjadi penguji pada ujian tesis. 3. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc. selaku dosen perwakilan program studi IKA. Terima kasih atas kesediaan, nasehat, semangat dan masukan yang diberikan kepada penulis, baik saat studi maupun saat ujian tesis. 4. Rekan-rekan staff pengajar di Jurusan Tata Boga dan PKK UNJ atas pengertiannya dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melanjutkan studi. 5. Yayasan Damandiri yang telah memberikan beasiswa penelitian. 6. Kepala Puskesmas Semplak, Baranang Siang, Pulo Armin dan para kader Posbindu atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian. 7. Seluruh keluarga, terutama suami dan anak-anak tercinta (Aditya dan Nasywaa ), yang telah mencurahkan cinta, kasih sayang, do a, semangat, pengorbanan moril dan materil untuk keberhasilan penulis menyelesaikan studi ini, serta Papa dan Mama yang selalu mendo akan penulis 8. Teman-teman IKA angkatan 2009, Mba Kenty, Ilham, Dian, Wiwik, Nia dan Puji, yang telah menemani hari-hari indah penuh makna selama menjalani studi ini serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas pelajaran kehidupan yang telah diberikan selama menjalani studi ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat. Bogor, Oktober 2012 Mulyati iv

13 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 24 Desember Penulis anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Muslih Hambali dan ibu Eti Hayati. Penulis menamatkan Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bogor pada tahun Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Program Studi Tata Boga Fakultas Teknik IKIP Jakarta. Penulis memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada tahun Sejak tahun 1998 bekerja sebagai dosen tidak tetap di Akademi Pariwisata Indonesia. Pada tahun 2003 sampai saat ini menjadi pengajar di Jurusan Tata Boga Universitas Negeri Jakarta. Pada tahun 2009, penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Program Magister pada Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak (IKA), Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor v

14 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... viii x xi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Rumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 7 Manfaat Penelitian... 7 TINJAUAN PUSTAKA... 9 Pengertian keluarga dan Pendekatan Teori... 9 Pengertian Keluarga... 9 Teori Struktural Fungsional... 9 Teori Ekologi Keluarga Teori Perkembangan Keluarga Lanjut Usia Pengertian Lansia Batasan Lanjut Usia (Lansia) Proses Menua (Aging) Teori Penuaan Kesejahteraan Lansia Kualitas Hidup Definisi Kualitas hidup Ruang Lingkup Kualitas Hidup Dukungan Bagi Lansia Dukungan Sosial Dukungan Ekonomi Keluarga Sebagai Sumber Dukungan KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain,Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Penentuan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Lansia Contoh 48 Jenis Kelamin. 48 Usia. 48 Pendidikan.. 50 Jenis Pekerjaan. 51 vi

15 Halaman Besar Keluarga.. 52 Status Perkawinan 53 Pendapatan 53 Status Tempat Tinggal. 55 Dukungan Sosial.. 56 Dukungan Ekonomi Kualitas Hidup Kesejahteraan Subyekif Hubungan Variabel Penelitian Karakteristik Individu dengan Dukungan Sosial, Dukungan 76 Ekonomi, Kualitas Hidup dan Kesejahteraan Lansia... Dukungan Ekonomi dengan Dukungan Sosial, Kualitas 77 Hidup dan Kesejahteraan Lansia... Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup dan 77 Kesejahteraan Lansia... Kualitas Hidup dan Kesejahteraan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Hidup Lansia.. 79 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kesejahteraan Lansia.. 80 Pembahasan umum SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA vii

16 DAFTAR TABEL Halaman 1. Persentase penduduk lansia menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan jenis Kelamin Sebaran Posbindu terpilih disetiap kecamatan dan kelurahan Jenis, metode dan skala Nilai alpha cronbach variabel penelitian yang digunakan Variabel pengukuran dan penilaian Katagori dukungan sosial, dukungan ekonomi, kualitas hidup dan kesejahteraan lansia Sebaran penduduk berdasarkan kkelompok umur Sebaran penduduk berdasarkan jenis pekerjaan Sebaran penduduk menurut tingkat pendidikan Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan dan jenis 52 Kelamin Sebaran contoh yang selalu mendapatkan dukungan sosial 56 dimensi dukungan emosional Sebaran contoh yang selalu mendapatkan dukungan sosial 57 dimensi dukungan penghargaan Sebaran contoh yang selalu mendapatkan dukungan sosial 58 dimensi dukungan informasi Sebaran contoh yang selalu mendapatkan dukungan sosial dimensi dukungan instrumental Sebaran contoh yang selalu mendapatkan dukungan ekonomi Sebaran contoh yang selalu terganggu pada kesehatan umum Sebaran contoh yang selalu merasakan gangguan 64 kesehatan fisik aspek rasa nyeri Sebaran contoh selalu merasa terbatasi kesehatan fisik aspek energi dan vitalitas Sebaran contoh selalu merasakan gangguan pada kesehatan 66 fisik aspek tidur dan istirahat Sebaran contoh yang selalu merasakan kesulitan 67 Kesehatan fisik aspek mobilitas Sebaran contoh yang selalu mengalami gangguan kesehatan 67 fisik aspek aktifitas sehari-hari Sebaran contoh yang selalu merasakan gangguan kesehatan 68 fisik aspek kemampuan bekerja Sebaran contoh yang setuju berdasarkan kualitas hidup 70 dimensi kesehatan psikologis Sebaran contoh yang merasa puas dalam dimensi relasi 71 sosial aspek hubungan personal Sebaran contoh yang merasa puas berdasarkan kualitas 72 hidup dimensi relasi sosial aspek hubungan sosial Sebaran contoh yang selalu merasa puas pada dimensi lingkungan aspek akses informasi, pelayanan kesehatan dan rekreasi Halaman viii

17 27. Sebaran contoh yang merasa puas berdasarkan dimensi lingkungan aspek kenyamanan dan keamanan lingkungan fisik dan tempat tinggal Sebaran contoh yang puas berdasarkan kualitas hidup dimensi lingkungan aspek sumber financial Sebaran contoh yang merasa puas berdasarkan kesejahteraan lansia ditinjau dari aspek kepuasan hidup Sebaran koefisien korelasi antara karakteristik individu, dukungan sosial, dukungan ekonomi, kualitas hidup dan kesejahteraan lansia Sebaran koefisien korelasi dukungan sosial, kualitas hidup dan kesejahteraan lansia Sebaran koefisien korelasi kualitas hidup dan kesejahteraan Lansia Hasil uji regresi linear berganda faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup Hasil uji regresi linear berganda faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan lansia ix

18 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka pemikiran Diagram pengambilan contoh Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status tinggal Sebaran contoh berdasarkan usia dan status tinggal Sebaran usia berdasarkan jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan dan status 50 tinggal Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis 51 kelamin Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan dan status 51 tinggal Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan status 53 tinggal Sebaran contoh berdasarkan status perkawinan dan status 53 tinggal Sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan status tinggal Sebaran contoh berdasarkan sumber pendapatan dan status 55 tinggal Sebaran contoh berdasarkan status rumah dan status tinggal Sebaran contoh berdasarkan tingkatan dukungan Sosial Sebaran contoh berdasarkan tingkat dukungan ekonomi Sebaran contoh berdasarkan tingkatan kualitas hidup Sebaran contoh berdasarkan tingkatan Kesejahteraan 76 (Kepuasaan Hidup)... x

19 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Ringkasan Hasil Korelasi 93 xi

20

21 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lanjut Usia (lansia) merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Pada dasawarsa ini jumlah penduduk lansia mengalami peningkatan yang cukup mencolok. Peningkatan ini menurut para ahli terjadi di hampir semua negara termasuk kawasan Asia seperti Jepang, Hongkong, Singapore, Korea, China, Thailand, dan Indonesia. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1980 jumlah penduduk lansia di Asia Tenggara mencapai juta jiwa atau sama dengan 3.7 %, pada tahun 1990 meningkat menjadi 3.9% ( juta jiwa), tahun 2000 menjadi 4.7% ( juta jiwa) dan diperkirakan pada tahun 2025 mencapai 7.2% dari jumlah penduduk (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2005). Peningkatan jumlah penduduk lansia sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 : tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun serta tahun 2000 : tahun (BPS.2000 diacu dalam Suhartini 2004). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Sejak tahun 2000 penduduk Indonesia sudah tergolong berstruktur tua. Suatu wilayah disebut berstruktur tua jika persentase lansia lebih dari 7 persen. Jika dilihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi, persentase penduduk lansia di atas 10 persen ada di provinsi D.I. Yogyakarta (14,02 persen), Jawa Tengah (10,99 persen), Jawa Timur (10,92 persen) dan Bali (10,79 persen) (Komnas Lansia 2009) Peningkatan jumlah penduduk lansia ini antara lain disebabkan membaiknya tingkat sosial ekonomi masyarakat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat. Peningkatan jumlah lansia akan membawa dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi baik dalam keluarga atau masyarakat luas. Implikasi ekonomis yang penting dari meningkatnya jumlah penduduk adalah peningkatan dalam rasio ketergantungan lansia (old age ratio dependency). Hal ini berarti bahwa setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk lansia. Wirakartakusuma dan Anwar (1994) dalam Suhartini (2004) memperkirakan angka ketergantungan

22 2 lansia pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong tujuh orang lansia yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong sembilan orang lansia yang berumur 65 tahun ke atas. Adanya peningkatan jumlah penduduk lansia yang besar, menyebabkan beban ekonomi, sosial bertambah dan untuk mengurangi beban tersebut perlu ada pemanfaatan potensi lansia. Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal (optimum Aging). Optimum aging bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada pada keadaan maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas. Proses penuaan menjadi lansia adalah sebuah proses alamiah bagi setiap manusia yang tidak bisa dihindari oleh siapa pun dalam kedudukan apapun. Hurlock (1994) menguraikan permasalahan umum yang berhubungan dengan lansia, antara lain ; (1) keadaan fisik lemah dan tidak berdaya, (2) status ekonominya sangat terancam, (3) penyesuaian kondisi hidup dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik, (4) mengembangkan kegiatan baru yang lebih cocok untuk orang yang berusia lanjut, dan lain-lain. Penurunan kondisi fisik lansia berpengaruh pada kondisi psikis. Secara fisik, berubahnya penampilan dan menurunnya fungsi panca indra dapat menyebabkan para lansia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi dan masalah psikis adalah rasa kesepian. Permasalahan lain yang dialami para lansia adalah pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan, perumahan, kesehatan, rekreasi dan sosial. Kondisi fisik dan psikis para lansia yang menurun untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin meningkat, seperti kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi yang menderita penyakit ketuaan dan kebutuhan rekreasi. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari lansia berasal dari pensiun, tabungan, bantuan keluarga dan lain-lain. Bagi lansia yang memiliki asset dan tabungan cukup, tidak terlalu banyak masalah, tetapi bagi lansia yang tidak memiliki jaminan hari tua dan tidak memiliki aset dan tabungan yang cukup maka pilihan untuk memperoleh pendapatan jadi semakin terbatas (Silitonga 2007).

23 3 Kualitas hidup penduduk lansia umumnya masih rendah. Kondisi ini dapat terlihat dari sebagian besar penduduk lansia tidak/belum pernah sekolah dan tidak tamat SD. Jika dibandingkan antar jenis kelamin, pendidikan tertinggi yang ditamatkan lanjut usia perempuan secara umum lebih rendah dibandingkan lansia laki-laki (BPS 2007 dalam Komnas Lansia 2009)). Tabel 1 : Persentase penduduk lansia menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan jenis kelamin 2005, 2007 dan Tingkat pendidikan yang ditamatkan L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Tdk/blm pernah sekolah Tdk Tamat SD SD SMP SMA PT Jumlah Sumber : BPS RI-Susenas 2005, 2007 dan 2009 (Komnas Lansia, 2009) Selain pendidikan, penduduk lansia juga mengalami masalah kesehatan. Lansia yang sakit-sakitan akan menjadi beban bagi keluarga, masyarakat dan bahkan pemerintah, sehingga akan menjadi beban dalam pembangunan. Oleh sebab itu, harus diusahakan masa lansia tetap sehat, produktif dan mandiri. Hal ini tidak akan tercapai bila tidak mempersiapkan masa lansia sejak usia dini. Dari sisi ekonomi, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) penduduk lansia masih cukup tinggi, pada tahun 2009, TPAK penduduk lansia sebesar 47,85 persen. TPAK penduduk lansia laki-laki (63,65 persen) hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan lansia perempuan (33,84 persen). Dari hasil penelitian yang dilakukan Komnas Lansia pada tahun 2008, ditemukan bahwa alasan paling umum lansia masih bekerja adalah karena ekonomi yang tidak mencukupi, alasan lain adalah karena ingin tetap aktif dan mandiri, sedangkan alasan lansia tidak bekerja adalah karena kesehatan yang memburuk (Komnas Lansia, 2009) Arah kebijakan tentang lansia sebenarnya lebih menitik beratkan pada keluarga sebagai penanggungjawab utama terhadap lansia. Dalam hal ini dukungan dari keluarga diharapkan menjadi kunci utama untuk kesejahteraan lansia, namun pada kenyataannya di berbagai negara terjadi penurunan dukungan dari anak terhadap lansia. Bagi lansia yang mandiri secara finansial, dukungan yang perlu diberikan adalah perawatan, namun seiring dengan meningkatnya jumlah wanita yang memasuki sektor publik mengakibatkan

24 4 berkurangnya curahan waktu yang diberikan untuk merawat lansia sehingga diperlukan peran pengganti (Noveria, 2000) Dukungan dari keluarga sangat diperlukan oleh para lansia baik dukungan sosial maupun ekonomi. Dukungan keluarga dapat memberikan kekuatan satu sama lain dan kemampuan anggota keluarga menciptakan suasana saling memiliki untuk memenuhi kebutuhan pada perkembangan keluarga usia lanjut. Keluarga merupakan tempat berlindung dari tekanantekanan fisik maupun psikis yang datang dari lingkungannya. Dengan dukungan yang diperoleh dari keluarga, lansia akan mencapai kualitas hidup yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan lansia. Rumusan Masalah Peningkatan jumlah penduduk lansia ini sebagai konsekuensi dari peningkatan usia harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia ini merupakan indikasi berhasilnya pembangunan jangka panjang salah satu di antaranya yaitu bertambah baiknya keadaan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk lansia di seluruh dunia, dan khususnya di Indonesia, memunculkan permasalahan tersendiri, terutama dari sisi kesiapan pemerintah serta masyarakat untuk mendukung kehidupan dan menjamin kesejahteraan lansia. Permasalahan terbesar yang menimpa lansia adalah masalah kesehatan, penurunan kondisi fisik dan kesepian. Sehingga penting kiranya melihat dukungan sosial lansia guna membantu lansia dalam menyesuaikan diri dengan kondisi tuanya. Menurut Kuntjoro (2002) dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orangorang tertentu dalam kehidupannya dan berada pada lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dengan semakin meningkatnya penduduk lansia, dibutuhkan perhatian dari semua pihak dalam mengantisipasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan penuaan penduduk. Fenomena ini menimbulkan permasalahan global. Permasalahan ini disebabkan keterbatasan lansia terutama karena faktor usia dan biologis. Bantuan dan perlindungan bagi lansia diperlukan di berbagai bidang seperti kesempatan kerja, kesehatan, pendidikan dan pelatihan, kemudahan dalam penggunaan fasilitas dan sarana serta prasarana umum, kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum, keagamaan, dan lain-lain.

25 5 Selain itu lansia yang berpengalaman dan memiliki keahlian perlu diberi kesempatan untuk tetap turut serta berpartisipasi dalam pembangunan dan hidup bermasyarakat (Komnas Lansia, 2009). Arah kebijakan lansia sebenarnya lebih menitik beratkan pada keluarga sebagai penanggungjawab utama terhadap lansia. Dalam hal ini dukungan dari keluarga diharapkan menjadi kunci utama untuk kesejahteraan lansia. Kebijakan pemerintah untuk membangun perumahan dalam ukuran yang kecil menyebabkan lansia tidak dapat hidup dengan anak karena keterbatasan tempat tinggal (Kantor Meneg Kependudukan/BKKBN,1998). Perubahan sosial di masyarakat yaitu perubahan struktur keluarga dari keluarga luas (extended family) ke keluarga inti (nuclear family) ikut membawa perubahan terhadap lansia. Sebelumnya lansia tinggal bersama dalam satu rumah dengan anggota keluarga lainnya, namun perubahan menyebabkan lansia tinggal terpisah dengan anak-anak. Demikian juga di zaman modernisasi, hubungan orang muda dan orang tua semakin renggang. Kesibukan yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh waktunya, sehingga hanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkan orang tua. Kondisi seperti ini menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, kurangnya perhatian dan pemberian perawatan terhadap orang tua. Keluarga, sebagai bagian dari suatu komunitas masyarakat, merupakan lingkaran terdekat dan merupakan sumber utama dari dukungan sosial yang dimiliki lansia. Walaupun demikian, bagi anak yang harus menjaga dan mengurus orang tua yang sudah lansia tidaklah mudah, dan sering kali menimbulkan kecemasan dan tekanan. Ada tiga sumber tekanan bagi keluarga yang harus mengurus lansia: (1) Kesulitan menghadapi kenyataan menurunnya kemampuan orang tua, terutama bila melibatkan penurunan kemampuan kognitifnya. Bila keluarga tidak memahami penyebab-penyebab, ketidaktahuan ini akan menimbulkan kecemasan, ambivalensi, serta sikap antagonis terhadap orang tua yang sudah lansia; (2) Bila situasi membuat lansia merasa terkungkung, atau sampai menganggu peran serta tanggung jawab anak (misalnya sebagai istri/suami, orang tua, karyawan), maka akan menimbulkan perasaan marah dan rasa bersalah, di samping kecemasan dan depresi, baik bagi lansia itu sendiri maupun anak atau keluarga yang mengurusnya; (3) Bila keluarga sebagai penanggung jawab utama terhadap lansia maka bentuk

26 6 tanggung jawab seperti apa yang harus diberikan oleh keluarga dan seberapa tanggung jawab tersebut harus dilakukan (Achir 2001). Kondisi perkotaan yang berpacu untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan banyak menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan, ketakutan, bagi penduduknya yang dapat menyebabkan penyakit mental. Kondisi perkotaan yang besifat individualisme menyebabkan kontak sosial menjadi longgar sehingga penduduk merasa tidak aman, kesepian dan ketakutan. Untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia lansia perlu mengetahui kondisi lanjut usia di masa lalu dan masa sekarang sehingga orang lanjut usia dapat diarahkan menuju kondisi kemandirian. Sehubungan dengan kepentingan tersebut perlu diketahui kondisi lansia yang menyangkut kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial. Dengan mengetahui kondisi-kondisi itu, maka keluarga, pemerintah, masyarakat atau lembaga sosial lainnya dapat memberikan perlakuan sesuai dengan masalah yang menyebabkan lansia tergantung pada orang lain. Lansia dapat mengatasi persoalan hidupnya maka dapat ikut serta mengisi pembangunan salah satunya yaitu tidak tergantung pada orang lain, dengan demikian angka ratio ketergantungan akan menurun, sehingga beban pemerintah akan berkurang (Wiratakusumah 2002). Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu : 1. Bagaimana karakteristik lansia yang hidup mandiri dan hidup dengan anak? 2. Bagaimana dukungan sosial dan ekonomi lansia yang hidup mandiri dan hidup dengan anak? 3. Bagaimana kualitas hidup dan kesejahteraan lansia yang mandiri dan hidup dengan anak? 4. Seberapa besar hubungan dukungan sosial dan ekonomi keluarga terhadap kualitas hidup lansia? 5. Apakah ada hubungan antara kualitas hidup dengan kesejahteraan lansia? 6. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan lansia?

27 7 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui pengaruh dukungan ekonomi dan sosial keluarga terhadap kualitas hidup lansia untuk meningkatkan kesejahteraan lansia. Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan karakteritik sosial dan ekonomi, dukungan sosial, dukungan ekonomi, kualitas hidup dan kesejahteraan lansia yang mandiri dan hidup dengan anak. 2. Menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi, dukungan sosial, dukungan ekonomi dengan kualitas hidup dan kesejahteraan lansia, 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan lansia. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi keluarga agar dapat memenuhi kebutuhan lansia guna meningkatkan kualitas hidup lansia. Dan dapat menjadikan acuan bagi lansia untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup lansia sehingga para lansia dapat hidup mandiri. 2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi penelitian lansia selanjutnya terutama ditinjau dari segi ilmu keluarga dan sebagai panduan untuk bahan ajar bagi para pendidik dibidang ilmu keluarga khususnya lansia. 3. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapakan akan dapat menjadikan informasi untuk pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaiatan dengan permasalahan lansia mengingat Indonesia saat ini sedang memasuki negara berstruktur lanjut usia.

28 8 4. Bagi LSM Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk para LSM agar dapat membuat program-program pemberdayaan masyarakat khususnya program untuk lansia.

29 9 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga dan Pendekatan Teori Pengertian Keluarga Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, keluarga adalah suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan adopsi serta berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara lakilaki dan perempuan serta merupakan pemelihara kebudayaan bersama. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Mattessich dan Hill (1987) diacu dalam Zeitlin et al. (1995) mendefinisikan keluarga sebagai suatu kelompok dimana anggotanya memiliki kekerabatan, tempat tinggal, atau hubungan emosional yang sangat erat. Keluarga sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tugas atau fungsi agar sistem tersebut berjalan. Tugas tersebut berkaitan dengan pencapaian tujuan, integritas dan solidaritas, serta pola keseimbangan atau pemeliharaan keluarga artinya adalah bahwa dalam mempertahankan eksistensi institusinya, keluarga dalam melaksanakan tugas-tugasnya tidak lepas dari pola keseimbangan (Megawangi 1999). Teori Struktural Fungsional Pendekatan struktural-fungsional adalah pendekatan teori sosiologi yang dapat diterapkan dalam institusi keluarga. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendekatan ini mengakui adanya keragaman dalam kehidupan sosial yang merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat dan keragaman dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem (Megawangi 1999). Pendekatan teori struktural-fungsional dapat digunakan untuk menganalisa peran anggota keluarga agar keluarga dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat (Muflikhati 2010). Menurut teori struktural fungsional, keluarga juga dapat dilihat sebagai subsistem dalam masyarakat (Megawangi 1999). Keluarga dalam subsistem masyarakat tidak akan terlepas dari interaksinya dengan subsistem-subsistem lainnya yang ada dalam masyarakat, misalnya sistem ekonomi, politik, pendidikan dan agama.

30 10 Dalam interaksi tersebut keluarga berfungsi untuk memelihara keseimbangan sosial dalam masyarakat (equilibrum state). Salah satu aspek penting dari perspektif struktural-fungsional adalah bahwa setiap keluarga yang sehat terdapat pembagian peran atau fungsi yang jelas, fungsi tersebut terpolakan dalam struktur hirarki yang harmonis dan ada komitmen terhadap terselenggaranya peran atau fungsi itu. Peran adalah sejumlah kegiatan yang diharapkan bisa dilakukan oleh setiap anggota keluarga sebagai subsistem keluarga dengan baik untuk mencapai tujuan sistem. Sejumlah kegiatan atau aktivitas yang memiliki kesamaan sifat dan tujuan dikelompokkan ke dalam sebuah fungsi. Teori Ekologi Keluarga Konsep Ekologi manusia menyangkut saling ketergantungan antara manusia dengan lingkungan, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan. Pendekatan ekologi atau ekosistem menyangkut hubungan interdependensi antara manusia dan lingkungan di sekitamya sesuai dengan aturan norma kultural yang dianut. Konsep ekologi manusia juga dikaitkan dengan pembangunan. Keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan sangat bergantung pada faktor manusianya yaitu seluruh penduduk dan sumberdaya alam yang dimiliki serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kaidah ekologi menetapkan adanya ketahanan atau ketegaran (resilience) suatu sistem yang dipengaruhi oleh dukungan yang serasi dari seluruh subsistem (Soerjani, 2000 dalam Puspitawati, 2009) Pendekatan ekologi keluarga merupakan teori yang dapat digunakan untuk mengkaji beragam masalah berkaitan dengan keluarga dalam hubungannya dengan beragam lingkungan. Nilai moral dasar ekologi keluarga terletak pada saling ketergantungan manusia dengan alam, kebutuhan manusia untuk hidup berdampingan satu sama lain dan kebutuhan untuk hidup lebih baik. Nilai moral dasar tersebut diimplementasikan dalam kemampuan adaptasi, daya untuk hidup (survival) dan pemeliharaan keseimbangan (equilibrum atau homeostatis) untuk mengkaji kehidupan manusia yang lebih baik (Sunarti, 2007) Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), lingkungan keluarga dapat diklasifikasikan menjadi lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah kondisi-kondisi di sekitar keluarga baik dalam arti lokasi maupun kontak individu. Lingkungan mikro berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

31 11 Kedua lingkungan ini menjadi penyangga dalam menyerap berbagai masukan dari lingkungan makro. Lingkungan makro atau larger enviroment merupakan aspek yang ada di luar sistem keluarga dan lingkungan mikronya. Keluarga akan mempunyai efek yang kecil terhadap atau bahkan tidak bisa mengontrol keadaan dari lingkungan makro. Pada hakekatnya, lingkungan makro dapat dikelompokkan menjadi (a) lingkungan yang berkaitan dengan sistem kemasyarakatan, yaitu sosial budaya, politik, ekonomi dan teknologi dan (b) lingkungan alam dan buatan disekitarnya, yaitu Kondisi alam (sumberdaya alam) serta struktur yang melingkupi seluruh ekosistem seperti struktur sosial dan kebijakan pemerintah Teori Perkembangan Keluarga Teori perkembangan keluarga menjelaskan perkembangan keluarga secara dinamis dan mengklasifikasikannya ke dalam satu rangkaian tahap perkembangan yang jelas. Tahap-tahap perkembangan dianggap sebagai masamasa stabilitas relatif yang berbeda secara kuantitatif dan kualitatif diantara tahap-tahapnya. Empat asumsi dasar tentang teori perkembangan keluarga: (1) Keluarga berkembang dan berubah dari waktu ke waktu dengan cara-cara yang sama dan dapat diprediksi; (2) Manusia menjadi matang karena berinteraksi dengan orang lain, sehingga mereka memulai tindakan-tindakan serta reaksi terhadap tuntutan lingkungannya; (3) Keluarga dan anggotanya melakukan tugas-tugas tertentu yang ditetapkan oleh mereka sendiri atau oleh konteks budaya dan masyarakat;(4) Kecenderungan keluarga untuk memulai dengan sebuah awal dan akhir yang kelihatan jelas. Teori perkembangan keluarga meningkatkan pemahaman tentang keluarga pada titik yang berbeda dalam berbagai siklus kehidupan mereka dan menghasilkan deskripsi yang khas tentang kehidupan keluarga dalam berbagai tahap perkembangannya. Setiap fase perkembangan keluarga menghadapi tugas-tugas baru dan belajar teknik adaptasi yang sesuai. Duvall (1962) menggambarkan tipe siklus keluarga dari keluarga utuh dengan lingkaran yang memiliki 8 sektor. Lingkaran ini dapat membantu menempatkan keluarga berada difase yang mana dan memprediksi kapan setiap fase akan dicapai. Dalam fase perkembangan Duvall, lansia memasui fase kehidupan ke 8 yaitu masa tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari

32 12 karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan social, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan. Menurut Duvall tugas perkembangan lansia meliputi: (1) Menemukan rumah yang memuaskan untuk akhir-akhir tahun kehidupan; (2) Menyesuaikan diri terhadap masa pensiun; (3) Membentuk rutinitas rumah tangga yang nyaman; (4) Saling menjaga satu sama lain sebagai suami istri; (5) Menghadapi kehilangan pasangan; (6) Mempertahankan hubungan dengan anak dan cucu; (7) Menjaga minat terhadap orang di luar keluarga; (8) Saling merawat antara satu sama lain sesama lansia; (9) menemukan makna hidup (life review). Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Berdasarkan teori perkembangan Erikson (Latifah 2000), lansia dikelompokkan kedalam tahap perkembangan psikososial yang disebut ego integrity versus despair. Ego integrity mengacu pada kemampuan untuk melihat kebelakang tentang kekuatan dan kelemahan seseorang dengan rasa harga diri (dignity), optimis dan kearifan. Sementara despair mengacu pada keputusasaan sebagai akibat masalah fisik, kesulitan ekonomi, isolasi sosial dan kurangnya pekerjaan yang berarti dalam kehidupan di usia lansia. Dalam hal ini, tentu saja yang diharapkan adalah lansia yang mampu mencapai ego integriity dan bukan sebaliknya. Jika individu tersebut sukses mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi individu yang arif dan bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan kehidupannya berhasil). Namun jika individu tersebut gagal mencapai tahap ini maka dia akan hidup penuh dengan keputusasaan (lansia takut mati, penyesalan diri, merasakan kegetiran dan merasa terlambat untuk memperbaiki diri). Lanjut Usia Pengertian Lansia Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurlock 1994). Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang

33 13 kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Suhartini 2004). Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda. (Suara Pembaharuan 14 Maret 1997 dalam Suhartini 2004) Batasan Lanjut Usia (lansia) Ada berbagai macam batasan kapan seseorang dikatakan lansia. Di Indonesia, lanjut usia dimulai sejak usia 60 tahun sesuai dengan yang tertera pada Undang-Undang no : 13/1998 tentang Kesejahteraan Lansia (pasal 1 ayat 2). Lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 1 ayat 3 dan 4 bahwa lansia itu ada dua macam, yaitu Lansia potensial dan lansia tidak potensial. Lansia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau Jasa. Sedangkan Lansia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah schingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Di Amerika, usia 65 tahun digunakan sebagai benchmark dalam mengelompokkan penduduk berusia lanjut. Hawari (dalam Mulia, 2009) menyebutkan bahwa di dalam gerontologi, lansia dikelompokkan menjadi 2 kelompok umur, yaitu :(1) Young old (65-74 tahun); (2) Old-old (yang berusia di atas 75 tahun). Lebih lanjut Hawari

34 14 menjelaskan bahwa dari segi kesehatan, lansia dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu : (1) Kelompok well old, yakni sehat, tidak sakit-sakitan; (2) Kelompok sick old, yakni lansia yang menderita penyakit dan memerlukan pertolongan medis dan psikiatris. World Health Organization (WHO) membagi umur tua sebagai berikut : (1) Usia pertengahan (middle age), yakni kelompok usia tahun; (2) Usia lanjut (elderly) kelompok usia tahun; (3) Tua (old) antara tahun; (4) Sangat tua (very old) kelompok usia di atas 90 tahun. Sedangkan Wattie (2007 )menjelaskan bahwa konsep lansia dapat dijelaskan dari usia kronologis dan usia biologis. Usia kronologis mengacu pada usia yang sebenarnya, yakni usia dihitung berdasarkan jumlah tahun yang telah dilalui dalam kehidupan seseorang. Sedangkan Usia biologis diperhitungkan berdasarkan faktor fisik, mental, dan sosial yang dialami oleh individu, yang ditentukan oleh faktor genetik, kualitas gizi, gaya hidup, dan kesakitan. Burnside (1979) diacu dalam Arisanti (2010) menentukan batasan lanjut usia berdasarkan usia kronologisnya sebagai berikut : (a) Young-old (60-69 tahun); dianggap sebagai masa transisi utama dari masa dewasa akhir ke masa tua. Biasanya ditandai dengan penurunan pendapatan dan keadaan fisik yang menurun. Sehubungan dengan berkurangnya peran, individu sering merasa kurang memperoleh penghargaan dari lingkungan; (b) Middle-age-old (70-79 tahun); identik dengan periode kehilangan karena banyak pasangan hidup dan teman yang meninggal. Selain itu ditandai dengan kesehatan yang semakin menurun, partisipasi dalam organisasi formal menurun, muncul rasa gelisah dan mudah marah serta aktifitas seks menurun; (c)very Old (80-89 tahun) ; Pada masa ini lanjut usia telah mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Selain itu ketergantungannya terhadap orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari semakin besar; (d) Very-very old (lebih dari 90 tahun); lebih parah dari masa sebelumnya dimana individu benar-benar tergantung pada orang lain dengan kesehatan yang semakin buruk. Untuk keperluan penelitian kali ini pengelompokkan usia berdasarkan Burnisude yang akan digunakan. Proses Menua (Aging) Menua (menjadi tua/aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan

35 15 mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap lesion/luka (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides dalam Darmojo dan Martono 2004). Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Aging proses adalah suatu periode menarik diri yang tak terhindarkan dengan karakteristik menurunnya interaksi antara lansia dengan orang lain di sekitarnya. Individu diberi kesempatan untuk mempersiapkan dirinya menghadapi ketidamampuan dan bahkan kematian (Cox 1984 dalam Miller1995). Teori Penuaan Teori yang berhubungan dengan penuaan dari teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan usia. Teori psikososiol terdiri dari: 1) Teori disengangement (pembebasan) Teori ini menyatakan bahwa orang yang menua menarik diri dari peran yang biasanya dan terikat pada aktivitas yang lebih intropeksi dan berfokus diri sendiri. Empat konsep dadar teori ini yaitu : (i) individu yang menua dan masyarakat secara bersama saling menarik diri, (ii) disengangement adalah intrinsik dan tidak dapat diletakkan secara biologis dan psikologis, (iii) disengangement dianggap perlu untuk proses penuaan, (iv) disengangement bermanfaat baik bagi lansia maupun bagi masyarakat (Potter & Perry, 2005). Dalam kaitannya dengan lansia, teori mengandung arti bahwa lansia yang bahagia adalah lansia yang mampu melepaskan diri dari aktivitas-aktivitas yang selama ini ditekuninya, misalnya bekerja sebagai pimpinan perusahaan, petani atau pedagang, kemudian beralih kepada aktivitas-aktivitas baru yang lebih sesuai dengan kemampuannya terutama kemampuan fisik (Latifah, 1999). 2) Teori aktifitas Lanjut usia dengan keterlibatan sosial yang lebih besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang tinggi, penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif dari pada lanjut usia yang kurang terlibat secara sosial (Potter & Perry, 2005).

36 16 3) Teori kontinuitas (kesinambungan) Teori kontinuitas atau teori perkembangan menyatakan bahwa kepribadiaan tetap sama dan perilaku menjadi lebih mudah diprediksi seiring penuaan. Teori kontinuitas berdasarkan pada asumsi bahwa identitas merupakan fungsi dari hubungan serta interaksi dengan orang lain. Seseorang yang sukses sebelumnya, pada lanjut usia akan tetap berinteraksi dengan lingkungannya serta tetap memelihara indentitas dan kekuatan egonya.teori tahap-tahap perkembangan manusia dari Erickson menerangkan bahwa pada tahap akhir manusia harus memilih antara sense of integrity atau sense of despair, sedangkan Peck menambahkan bahwa pada usia lanjut seseorang harus memilih antara ego differentiation melawan work role preoccupation (pensiun). Juga harus memilih antara memulihkan hubungan yang baik dengan orang lain dan tetap aktif kreatif atau terikat pada pikiran yang terpusat pada kemunduran fisiknya (Rusilanti 2006) Kesejahteraan Lansia Kesejahteraan lansia menurut UU no. 13 tahun 1998 pasal 1 adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila. Kesejahteraan merupakan harapan dan tujuan hidup setiap orang. Tingkat kesejahteraan setiap orang dapat berbeda-beda dalam arti keadaan kesejahteraan yang dialami seseorang belum tentu sama bagi orang lain. Konsep kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subjektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda sehingga memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan ( Andriani 2009). Penanganan dan upaya peningkatan kesejahteran sosial Lansia merupakan tanggung jawab bersama, keluarga - masyarakat - pemerintah. Oleh sebab itu segenap lapisan masyarakat dihimbau untuk lebih meningkatkan kesadaran dan kepeduliannya sehingga dapat berperan nyata baik secara perorangan, kelompok maupun dalam wadah organisasi. Pola penanganan Lansia di dunia telah bergeser dari service ke participation approach. Perubahan

37 17 ini perlu menjadi pemikiran kita karena sebagai negara yang penduduknya sudah berstruktur tua, peran serta setiap warga negara sangat membantu Pemerintah dan kepentingan Lansia. Pemberdayaan dan pendaya gunaan Lansia potensial merupakan amanat undang-undang dalam mewujudkan dunia untuk segala usia. Harapan kita: Mereka tidak selalu menjadi obyek pembangunan tetapi juga sebagai subyek /pelaku pembangunan (Komnas Lansia 2009). Kesejahteraan sulit didefinisikan dan lebih sulit untuk diukur. Secara umum, ukuran kesejahteraan diklasifikasikan menjadi dua katagori, yakni kesejahteraan objektif dan subjektif. Pada penelitian ini yang akan digunakan untuk mengukur kesejahteraan lansia adalah kesejahteraan subyektif. Kesejahteraan secara subyektif menggambarkan evaluasi individu tentang kehidupannya, yang mencakup kebahagian, kondisi emosi yang gembira, kepuasan hidup dan relatif tidak adanya semangat dan emosi yang tidak menyenangkan ( Simanjuntak, 2010). Secara operasional Sumarwan dan Hira (1993) dalam Andriani (2009), variabel kepuasan merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan variabel kebahagian, karena dapat melihat gap antara aspirasi dan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Guhardja et al (1992) puas atau tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan tujuan yang diinginkan. Apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan nilai yang dianut maka diharapkan kepuasan akan terpenuhi. Kepuasan merupakan output yang telah diperoleh keluarga akibat kegiatan manajemen. Ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau bersifat subjektif Kualitas Hidup Definisi Kualitas Hidup Kualitas hidup merupakan persepsi individu dari posisi laki-laki/wanita dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana laki-laki/wanita itu tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian. Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik seseorang, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan dengan karakteristik lingkungan (WHO, 1994) Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto (Anonimous 2011), kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang

38 18 mungkin terjadi dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dengan lingkungan. Sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi Menurut Calman diacu oleh Silitonga (2007) konsep dari kualitas hidup adalah bagaimana perbedaan antara keinginan yang ada dibandingkan perasaan yang ada sekarang, definisi ini dikenal dengan sebutan Calman s Gap. Calman mengungkapkan pentingnya mengetahui perbedaan antara perasaan yang ada dengan keinginan yang sebenarnya. Jika perbedaan antara kedua keadaan ini lebar, ketidakcocokan ini menunjukkan bahwa kualitas hidup seseorang tersebut rendah. Sedangkan kualitas hidup tinggi jika perbedaan yang ada antara keduanya kecil. Ruang Lingkup Kualitas Hidup Kualitas hidup dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu; (1) Internal individu yang terdiri dari fisik, psikologis dan spiritual; (2) Kepemilikan yang berkaiatan dengan hubungan individu dengan lingkungannya yang dibagi dua yaitu secara fisik dan sosial; (3) Harapan yang berupa prestasi dan aspirasi individu dapat dibagi dua yaitu secara praktis dan secara pekerjaan. (Universitas Toronto 2011) Menurut Ventegodt, Merriek & Anderson (2003), kualitas hidup dapat dikelompokkan dalam tiga bagian yang berpusat pada suatu aspek hidup yang baik, yaitu: (1) Kualitas hidup subjektif, yaitu bagaimana suatu kehidupan yang baik dirasakan oleh masing-masing individu yang memilikinya. Masing-masing individu secara personal mengevaluasi bagaimana gambaran sesuatu dan perasaan mereka; (2) Kualitas hidup eksistensial, yaitu seberapa baik hidup seseorang merupakan level yang dalam. Ini mengasumsikan bahwa individu memiliki suatu sifat yang lebih dalam yang berhak untuk dihormati dan dimana individu dapat hidup dalam keharmonisan; (3) Kualitas hidup objektif, yaitu bagaimana hidup seseorang dinilai oleh dunia luar. Kualitas hidup objektif dinyatakan dalam kemampuan seseorang untuk beradaptasi pada nilai-nilai budaya dan menyatakan tentang kehidupannya. Kualitas hidup dalam penelitian ini mengacu pada aspekl-aspek kualitas hidup yang terdapat pada WHOQOL-BREF (Skevington, Lotfy & O Connell 2004) dimana terdapat 4 ranah yang terbagi dalam beberapa fase. Ranah-ranah tersebut adalah tersebut: (1) kesehatan fisik; (2)kesehatan psikologik; (3)

39 19 hubungan sosial; (4)lingkungan, sedangkan secara rinci bidang-bidang yang termasuk kualitas hidup adalah sebagai berikut : 1. Ranah kesehatan fisik terdiri atas sub ranah, yaitu: (a) Aktivitas sehari-hari ; menggambarkan kesulitan dan kemudahan yang dirasakan individu ketika melakukan aktivitas sehari-hari; (b) Ketergantungan pada obat-obatan atau bantuan medis ; mengambarkan ketergantungan individu pada obat-obatan atau bantuan medis dalam aktivitas sehari-hari; (c) Energi dan kelelahan ; menggambarkan tingkat energi yang dimiliki individu dalam menggambarkan kehidupan sehari-hari; (d) Mobilitas ; menggambarkan tingkat mobilitas individu; (e) Sakit dan ketidaknyamanan ; sejauh mana ketidaknyamanan individu terhadap rasa sakit yang dimiliki; (f) Tidur dan istirahat ; menggambarkan kualitas istirahat individu; (g) Kapasitas kerja ; menggambarkan kemampuan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas; (h) Aktivitas seksual ; menggambarkan kehidupan seksual individu. 2. Ranah Psikologis, terdiri dari sub ranah, yaitu: (a) Gambaran tubuh dan penampilan (Bodily image and appearance) ; menggambarkan bagaimana individu memandang keadaan tubuh (body image) dan penampilannya; (b) Penghargaan terhadap diri ; menggambarkan bagaimana individu menilai dan memandang dirinya; (c) Berpikir, belajar, memori dan konsenterasi; menggambarkan aspek kognitif individu yang memungkinkan untuk berkonsentasi, belajar dan menjalankan fungsi kognitif lainnya. 3. Ranah sosial, terdiri dari sub ranah, yaitu: (a) Relasi personal ; menggambarkan hubungan individu dengan anak, menantu, cucu dan kerabat; (b) Relasi sosial ; menggambarkan hubungan sosial dengan tetangga, teman dan dukungan sosial yang dapat diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya. 4. Ranah lingkungan (enviroment), terdiri dari sub ranah, yaitu: (a) Sumber financial ; menggambarkan keadaan financial individu; (b) Keamanan dan kenyaman fisik lingkungan: menggambarkan situasi kondisi keamanan dan kenyaman lingkungan fisik disekitar individu yang dapat mempengaruhi kebebasan dirinya, seperti polusi/kebisingan/iklim; (c) Perawatan kesehatan dan social care ; menggambarkan ketersediaan perawatan kesehatan dan social care yang dapat diperoleh individu; (d) Lingkungan tempat tinggal; menggambarkan keadaan rumah-tempat tinggal individu; (e) Akses informasi, transportasi, dan keterampilan baru : Kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru, ketersediaan transportasi sebagai penunjang kegiatan sehari-hari, dan

40 20 keterampilan (skill) baru; menggambarkan ada atau tidaknya kesempatan bagi individu untuk mendapatkan informasi dan meningkatkan keterampilan yang diperlukan; (f) Partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi atau aktifitas lain pada waktu luang: menggambarkan kegiatan menyenangkan; menggambarkan sejauhmana individu memiliki kesempatan dan dapat berpartisipasi untuk berekreasi atau menikmati waktu luang. Dukungan Bagi Lansia Dukungan yang diperlukan lansia agar bisa menikmati masa tuanya penuh kebahagiaan dan keceriaan atau dengan perkataan lain memiliki kualitas hidup yang baik sangat beragam baik bentuk maupun sumbernya. Bentuknya bisa berbentuk dukungan sosial dan atau dukungan ekonomi. Sumbernyapun bisa berasal dari individu/perorangan dalam keluarga atau luar keluarga, dan institusi baik pemerintah maupun non pemerintah Dukungan Sosial Dukungan sosial bagi lansia sangat diperlukan selama lansia sendiri masih mampu memahami makna dukungan sosial tersebut sebagai penyokong atau penopang kehidupannya. Namun dalam kehidupan lansia seringkali ditemui bahwa tidak semua lansia mampu memahami adanya dukungan sosial dari orang lain, sehingga walaupun ia telah menerima dukungan sosial tetapi masih saja menunjukkan adanya ketidakpuasan, yang ditampilkan dengan cara menggerutu, kecewa, kesal dan sebagainya (Kuntjoro,2002). Padahal menurut Taylor (1999) dukungan sosial merupakan sesuatu yang memberikan pengaruh yang menguntungkan. Seperti yang juga dinyatakan oleh Hoffman (1994) bagi kondisi lansia yang mengalami tekanan yaitu bahwa :...having friends or some other kinds of social support make it much easier for older adults to cope with stress (Hoffman, 1994; 543). yang jika diterjemahkan adalah memiliki teman atau beberapa macam dukungan social lain membuat lansia lebih mudah melakukan koping terhadap stress. Demikian juga Smet (1994) menjelaskan bahwa jika seorang individu merasa didukung oleh lingkungan maka bagi individu tersebut segalanya akan menjadi lebih mudah pada waktu ia mengalami kejadian-kejadian yang tidak

41 21 menyenangkan. Gottlieb (dalam Smet, 1994) mendefinisikan dukungan social secara operasional sebagai berikut : Social support consist of the verbal and/or non verbal information or advice tangible aid or action that is proffer by social intimates or inferred by their presence and has beneficial emotional or behavioral effect on the recipient Jika diterjemahkan secara bebas, dukungan sosial terdiri dari informasi verbal atau non verbal atau nasehat, bantuan yang terlihat atau tindakan yang ditawarkan oleh orang yang memiliki hubungan social dekat/akrab atau mereka yang kehadirannya dirasakan dekat dan memiliki pengaruh emosional dan perilaku yang menguntungkan pada penerima bantuan. Definisi lain dikemukan oleh Siegel (dalam Taylor, 1999) : Social support has been defined as information from other that one is love and care for esteemed and valued, and part of a network of communication and mutual obligation from parents a spouse or lover, other relatives, friend, social and community contact such as churches or clubs or even devoted pet Yang terjemahannya: dukungan sosial adalah informasi dari orang lain yang sayang dan memiliki perhatian, menghormati dan menghargai dan merupakan bagian jaringan komunikasi dan kewajiban timbal balik dari orang tua, pasangan hidup atau kekasih, relasi, teman, kontak social dan lingkungan seperti keanggotan gereja atau club atau bahkan binatang peliharaan. Sarafino (1996) mengartikan dukungan social adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diterima individu dari orang lain, baik sebagai individu perorangan atau kelompok. Bentuk dukungan sosial, menurut Sarafino(1996) terdiri dari : dukungan emosi, penghargaan, informasi dan instrumental Dukungan Emosi. Dukungan emosi merupakan ekspresi kasih sayang dan rasa cinta orang-orang di sekitar individu (Russel, et al.,1994) dalam Puspitawati(2009). Individu dapat mencurahkan perasaan, kesedihan ataupun kekecewaannya pada seseorang, yang membuat individu sebagai penerima dukungan sosial merasa adanya keterikatan, kedekatan dengan pemberi dukungan, sehingga menimbulkan rasa aman dan percaya (Weiss, Cutrona & Russell, 1987; Witty et al, 1992) dalam Conger (1994). Turner (1983) mengemukakan bahwa dukungan emosi ini sangat penting dan dibutuhkan setiap individu dalam setiap perode kehidupan, curahan perhatian yang mendalam membuat individu dapat mencurahkan perasaannya, hal ini sangat

42 22 membantu kesehatan mental dan kesejahteraan individu (Mirowsky & Ross 1989). Demikian pula Sarafino (1996) dalam Tati (2004) mengatakan bahwa dukungan emosi melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini melipuyi perilaku seperti memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain. Dukungan ini biasanya dari orang-orang yang memiliki hubungan erat dengan individu, seperti keluarga, tetangga atau mungkin teman. Dukungan Penghargaan. Dengan adanya pengakuan dari orang lain atas kemampuannyadan kualitas personelnya, maka individu sebagai penerima dukungan merasa memiliki nilai terhadap dirinya dan ia merasa dihargai atas segala yang telah dilakukannya (Cutrona et al, 1994; Felton & Berry, 1992). Dukungan ini dapat berupa pujian, hadiah, pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan atau performa orang lain atau mau menerima atas segala kekurangan pada dirinya. Dukungan Informasi. Dukungan informasi memungkinkan individu sebagai penerima dukungan dapat memperoleh pengetahuan dari orang lain (Felton & Berry, 1992 dalam Conger 1994). Pengetahuan yang diperoleh dapat berupa bimbingan, arahan, diskusi masalah maupun pengajaran suatu keterampilan. Dengan adanya informasi ini, maka individu dapat menyelesaikan masalahnya atau menambah pengetahuan baru. Hasil studi Cobb (1976) dalam Puspitawati (2009) mengemukakan bahwa pengalaman menunjukkan dukungan informasi yang menuntun dan dinilai serta memiliki jaringan tugas-tugas yang saling menguntungkan. seseorang pada sebuah keyakinan bahwa ia diperhatikan, dihargai. Dukungan Instrumental. Bentuk dukungan instrumental melibatkan bantuan langsung, misalnya berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu (Sarafino, 1996). Dukungan berupa materi atau jasa yang diberikan oleh orang lain kepada individu sebagai penerima dukungan (Borgatta, 1992 dalam Tati 2004). Dukungan dapat berbentuk uang, barang kebutuhan sehari-hari atau bantuan praktis, seperti memberikan fasilitas transportasi, memberi pinjaman uang atau barang rumah tangga lainnya, menyediakan waktu dan tenaga untuk mengasuh anak. Collins et al, (1993) membagi dukungan sosial dalam tiga elemen yang saling berhubungan, yaitu :

43 23 a. The significant other help the individual mobilize his psychological resources and master his emotional burdens. b. They share his tasks; and c. They provide him with extra supplies of money, materials, tool, skills and cognitive guidance to improve the handling of his situation. Terjemahan bebasnya adalah: a) Pasangan hidup, atau teman dekat membantu individu memobilisasi sumber-sumber psikologisnya dan penguasaan beban emosionalnya; b) Mereka berbagi dalam mengerjakan pekerjaan yang menjadi tugas individu tersebut; dan selanjutnya c) mereka membantunya dengan memberi uang tambahan, material, peralatan, keterampilan-keterampilan dan petunjuk yang bersifat kognitif untuk memperbaiki cara menangani situasinya. Dikaitkan dengan sumbernya dukungan sosial merupakan segala sesuatu yang berjalan secara kontinyu dan dimulai dari unit keluarga, kemudian bergerak secara progresif dari individu-individu anggota keluarga, dimana keluarga merupakan anggota kelompok yang dianggap penting dalam memberikan dukungan sosial. Secara operasional sumber-sumber dukungan sosial dibagi ke dalam dua golongan, yaitu : a. Sumber dukungan informal, antara lain : Sumber dukungan individu seperti suami/istri, tetangga, saudara, teman. Dukungan yang dapat diperoleh antara lain berupa dukungan emosional, kasih sayang, nasehat, material dan informasi. 1. Sumber dukungan kelompok yaitu dari kelompok-kelompok sosial seperti PKK, BKB, Posbindu, Karangtaruna. b. Sumber dukungan formal, dapat diperoleh dari bidang : 1. Profesional seperti psikiatri, psikolog, pekerja sosial atau spesialis lainnya. 2. Pusat-pusat pelayanan antara lain ; rumah sakit, BP4, panti sosial atau lembaga-lembaga pelayanan lainnya. Sumber utama dukungan sosial yang potensial terdapat dalam keluarga, sebab dalam keluarga mempunyai fungsi-fungsi dukungan tertentu yang tidak dapat berubah, seperti dukungan suami terhadap istri untuk melaksakan perannya sebagai istri atau terhadap istri dalam memerankan seorang ibu untuk

44 24 melaksanakan pengasuhan anak dengan cara suami memberikan simpati, perhatian, kepercayaan yang dilandasi kasih sayang. Dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial keluarga adalah bantuan yang berasal dari keluarga individu yang menerima bantuan. Bentuk bantuan dapat berupa informasi, tingkah laku tertentu, yang dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa disayangi, diperhatikan, dan bernilai. Dukungan sosial yang berasal dari keluarga merupakan dukungan yang sangat penting artinya bagi para lansia. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan kumpulan orang-orang yang dapat diandalkan kesinambungan dukungannya di saat seorang lansia mulai terpisah dari lingkungan luarnya, seperti dari teman sekerja, rekan bisnis, ataupun orang lainnya di luar keluarga Dukungan Ekonomi Pada umumnya para lanjut usia adalah pensiunan atau mereka yang kurang produktif lagi. Secara ekonomis keadaan lanjut usia dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu golongan mantap, kurang mantap dan rawan (Trimarjono, 1997 dalam Suhartini, 2004). Golongan mantap adalah para lanjut usia yang berpendidikan tinggi, sempat menikmati kedudukan/jabatan baik. Mapan pada usia produktif, sehingga pada usia lanjut dapat mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Pada golongan kurang mantap lanjut usia kurang berhasil mencapai kedudukan yang tinggi, tetapi sempat mengadakan investasi pada anakanaknya, misalnya mengantar anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi, sehingga kelak akan dibantu oleh anak-anaknya. Sedangkan golongan rawan yaitu lanjut usia yang tidak mampu memberikan bekal yang cukup kepada anaknya sehingga ketika purna tugas datang akan mendatangkan kecemasan karena terancam kesejahteraan. Dalam hal bantuan finansial bagi lansia beberapa penelitian menunjukkan perbedaan antara negara maju dan dan negara sedang berkembang. Clark dan Spengler (1980) mengemukakan bahwa standar kehidupan yang dapat dicapai oleh lansia di negara maju ditentukan sebagian besar oleh pendapatan perkapita nasional, transfer pemerintah untuk lansia dan kecenderungan dan kemampuan lansia untuk terus bekerja. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan Ai Ju dan Jones (1989). Di negara-negara Barat, social security merupakan sumber pendapatan yang lazim untuk lansia. Misalnya di US tahun 1974, lebih 90 % dari keluarga dengan kepala keluarga lansia mendapatkan jaminan sosial dari

45 25 pemerintah dan sebaliknya dukungan pendapatan langsung dari anggota keluarga bukan hal yang penting. Situasi tersebut berbeda dengan negara-negara sedang berkembang, menurut survai WHO, hampir di semua negara di Asia, sumber utama pendapatan lansia berasal dari keluarga. Walaupun lansia menerima pensiun dari pemerintah dan pendapatan lainnya, namun proporsi pendapatan yang terbesar adalah dari keluarganya (Ogawa 1985). Secara lebih terperinci, penelitian yang dilakukan Ai Ju dan Jones (1989) di negara-negara Asean menunjukkan bahwa anak atau cucu merupakan sumber utama bantuan material untuk sebagian besar lansia wanita, meskipun di Indonesia dan Thailand pendapatan dari aktivitas ekonomi mereka juga relatif dominan. Untuk laki-laki, peran anak dan cucu relatif kurang, tetapi walaupun demikian, di Singapore dan Thailand tetap menjadi sumber utama Selanjutnya jika dibedakan antara desa dengan kota, terlihat bahwa di semua negara, untuk pedesaan sumber utama proporsi pendapatan lansia dari aktivitas ekonomi sendiri dan anak cucu lebih besar dari kota dan untuk kota berasal dari pensiun atau cadangan hari tua lebih besar dibandingkan desa. Tipe tempat tinggal berpengaruh terhadap bentuk dukungan/bantuan yang dapat diberikan keluarga kepada lansia. Bagi lansia tinggal serumah dengan keluarga, dperkirakan bantuan keluarga akan lebih intensif terhadap lansia. El-Badry (1987) mengemukakan pemenuhan berbagai kebutuhan lansia, relatif tidak akan terlalu menjadi masalah selama penduduk usia lanjut masih tinggal dengan keluarganya. Cowgill (1986) juga mengemukakan bahwa hidup dengan dan dekat keluarga memberikan jaminan fisik dan ekonomi yang kuat. Berdasarkan analisis data The General Household Survey (GHS) 1980 di USA, tipe rumah tangga penduduk lansia mencakup: a). hidup sendiri, b). tinggal dengan lansia lain di rumah tangga (baik hanya dengan pasangan lansia, dengan lansia bukan pasangan, maupun dengan pasangan dan anggota rumah tangga dewasa yang belum kawin), dan c). hanya satu lansia di rumah tangga (baik lansia dengan anggota rumah tangga dewasa yang belum kawin, lansia dengan pasangan non-lansia, maupun lansia dengan pasangan non-lansia serta anak-anak) (Arber dan Gilbert,1989). Keluarga sebagai Sumber Dukungan Dukungan keluarga merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam

46 26 lingkungan keluarga yang dapat membuat individu tersebut / penerima merasa diperhatikan, dihargai, dan dicintai. Dukungan keluarga meliputi tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima individu bahkan kehidupan akan terpenuhi. Dukungan keluarga merupakan dukungan alamiah yang memiliki makna penting dalam kehidupan seseorang sehingga individu tersebut dapat menerima dukungan sesuai dengan situasi dan keinginan khusus yang tidak didapatkan dari lingkungan luar. Keluarga merupakan tempat yang paling nyaman bagi para lansia. Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat. Dukungan keluarga merupakan salah satu jenis dari dukungan sosial. Interaksi timbal balik antara individu atau anggota keluarga dapat menimbulkan hubungan ketergantungan satu sama lain. Dukungan keluarga dapat berupa informasi atau nasehat verbal dan nonverbal, bantuan nyata, tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau adanya perasaan bahwa kehadiran orang lain mempunyai nilai emosional atau mempunyai peran terhadap perilaku bagi pihak penerima dukungan sosial. Friedman (1998) menyatakan bahwa. pemberian bantuan dari keluarga dapat berupa tingkah laku atau materi atau hubungan sosial yang akrab sehingga individu merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai Keluarga termasuk dalam program kesehatan masyarakat yang berperan dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan seseorang, dimana dukungan keluarga dalam bentuk perhatian, waktu, empati sangat berpengaruh dalam menentukan status kesehatan seseorang yang sedang mengalami masalah, upaya dukungan keluarga muncul dalam beragam dukungan, misalnya dari suami, orang tua, teman, anak, lingkungan tempat tinggal. Dukungan keluarga merupakan suatu strategi interven premitif yang paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial yang belum digali untuk suatu strategi bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses misalnya dukungan bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).

47 27 KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan jumlah lansia perlu disertai dengan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan agar lansia dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia. Berbagai aspek kesejahteraan sosial lansia masih menghadapi banyak permasalahan yang memerlukan penanganan baik oleh pemerintah maupun masyarakat secara terkoordinasi. Permasalahan pokok kesejahteraan sosial lansia mencakup kesejahteraan, perlindungan dan jaminan sosial, pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan masyarakat, kualitas hidup SDM, ketersediaan prasarana, sarana, dan fasilitas khusus lansia. (Komnas Lansia 2009). Kesejahteraan adalah cermin dari kualitas hidup yang dapat dilihat dari status kesehatan (fisik dan psikologis), umur harapan hidup, tingkat pendidikan dan kemampuan berkerja (Hardywinoto & Setiabudhi, 2005). Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang dapat menikmati segala kemungkinan dalam hidupnya. Kemungkinan-kemungkinan tersebut memiliki dua komponen yaitu pengalaman, kepuasan dan kepemilikan ataupun suatu pencapaian. Kemungkinan-kemungkinan tersebut merupakan hasil dari kesempatan setiap orang dalam hidupnya dalam merefleksikan interaksi faktor personal dan faktor lingkungan (Chang, Viktor, & Weissman, 2004). Untuk meningkatlkan kualitas hidup lansia diperlukan dukungan baik dukungan ekonomi maupun dukungan sosial. Menurut Sarafino (1998) dukungan atau bantuan yang dibutuhkan oleh lanjut usia bisa didapatkan dari bermacammacam sumber seperti keluarga, teman, dokter atau profesional dan organisasi kemasyarakatan. Taylor (1999) menjelaskan, dukungan sosial akan lebih berarti bagi seseorang apabila diberikan oleh orang-orang yang memiliki hubungan signifikan dengan individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, dukungan tersebut diperoleh dari orangtua, pasangan (suami atau istri), anak dan kerabat keluarga lainnya. Gotlib & Hammen (1992) menyatakan bahwa dukungan sosial lebih sering didapat dari relasi yang terdekat, yaitu dari keluarga atau sahabat. Kekuatan dukungan sosial yang berasal dari relasi yang terdekat merupakan salah satu proses psikologis yang dapat menjaga perilaku sehat dalam diri

48 28 seseorang. Sarafino (1998) menyatakan bahwa kebutuhan, kemampuan dan sumber dukungan sosial mengalami perubahan sepanjang kehidupan seseorang. Dalam hal ini, keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya. Dukungan ekonomi sangat dibutuhkan lansia karena kondisi ekonomi lansia juga mengalami perubahan apabila dibandingkan ketika masih muda. Faktor kondisi ekonomi meliputi pekerjaan, penghasilan, dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi ekonomi memegang peranan penting dalam kehidupan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari bagi lansia misalnya kebutuhan makan, pakaian, kesehatan dan rekreasi. Salah satu masalah yang terjadi pada lansia adalah penghasilan yang mereka peroleh pada umumnya lebih rendah dari sebelumnya sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari mereka masih memerlukan bantuan orang lain seperti anak, keluarga, teman, orang lain, pemerintah atau lembaga sosial lainnya. Faktor ekonomi sangat besar peranannya terhadap kemandirian lanjut usia. Dengan ekonomi yang mapan segala kebutuhan lanjut usia akan terpenuhi, misalnya kebutuhan sandang, pangan, perumahan, dan kesehatan, rekreasi dan sosial. Terpenuhinya kebutuhan dasar lanjut usia akan menjadikan lanjut usia hidup sejahtera. Arah kebijakan tentang lansia sebenarnya lebih menitik beratkan pada keluarga sebagai penanggungjawab utama terhadap lansia. Dalam hal ini dukungan dari keluarga sebagai caregiver diharapkan menjadi kunci utama untuk kesejahteraan lansia. Namun pada kenyataannya di berbagai negara terjadi penurunan dukungan dari anak terhadap lansia. Hal ini terjadi di negara Jepang pada tahun 1972 sebanyak 67 persen lansia tinggal bersama anaknya, namun pada tahun 1995 proporsi itu menurun menjadi 46 persen. Dalam hal penghasilan, pada tahun 1981 sebanyak 30 persen sumber utama penghasilan lansia di Jepang berasal dari anak namun menurun menjadi 15 persen pada tahun 1996 (Westley, 1998). Hurlock (1994) mengemukakan perubahan yang dialami lansia yaitu perubahan sosial dan ekonomi. Perubahan sosial antara lain perubahan peran dan meninggalnya pasangan atau teman-teman. Perubahan ekonomi antara lain ketergantungan financial pada uang pensiun dan anak. Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menyediakan dukungan institusional

49 29 mengindikasikan perlunya memperhatikan dukungan keluarga terhadap keberadaan penduduk lansia. Perhatian terhadap peran keluarga berkaitan dengan penduduk lansia penting dilakukan antara lain karena, pertama, bahwa dukungan keluarga (family support) terhadap keberadaan lansia di Indonesia memiliki peran yang amat penting. Peran keluarga di Indonesia dalam mendukung kehidupan lansia jauh lebih besar dibanding dengan dukungan kelembagaan (intitutional support) yang ada. Kedua, dukungan keluarga ini menjadi makin penting maknanya jika dikaitkan dengan keterbatasan dana pemerintah Indonesia yang dialokasikan untuk mendukung kehidupan penduduk lansia. Ketiga, perhatian terhadap dukungan keluarga pada lansia juga amat penting jika dikaitkan dengan terjadinya perubahan sosial seiring dengan terjadinya perubahan ekonomi Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh para lansia agar lansia mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Dukungan sosial dan ekonomi keluarga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia agar mencapai kesejahteraan dalam hidup mereka sehingga mereka lebih bermakna dalam hidup. Sementara itu faktor kondisi fisik serta kondisi kesehatan lansia juga berpengaruh pada kualitas hidup dan kesejahteraan lansia. Lansia yang selama usia muda sudah terbiasa mandiri akan terus berusaha mempertahankan kemandiriannya terutama dalam beraktivitas sehari-hari selama mungkin. Berbagai perubahan yang dialami lansia terutama yang mengarah pada kemunduran dan keterbatas-keterbatasan fisik serta timbulnya berbagai penyakit yang juga menyertai proses menua diduga menjadi pemicu menurunnya kualitas hidup dan kesejahteraan lansia.

50 30 30 Karakteristik demografi Lansia - Status tinggal - Usia - Jenis kelamin - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan - Status Perkawinan - Jumlah anggota keluarga Dukungan ekonomi Keluarga Dukungan SosialKeluarga -Dukungan emosi - Dukungan penghargaan - Dukungan informasi -Dukungan instrumental Kualitas Hidup Lansia - Kesehatan fisik - Kesehatan psikologis - Hubungan Sosial -Lingkungan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kesejahteraan Lansia

51 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross sectional, karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Efendi 1995). Penelitian dilakukan di Kota Bogor karena memiliki usia harapan hidup (UHH) yang cukup tinggi yaitu 68,87 tahun pada tahun 2010 (BPS Kota Bogor 2012) serta memiliki jumlah lansia yang cukup banyak yaitu orang. Lokasi penelitian dipilih dua kecamatan dan kelurahan secara purposive berdasarkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kota Bogor dengan alasan aktivitas kegiatan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) aktif. Dua kecamatan terpilih yaitu Kecamatan Bogor Timur ( Kelurahan : Katulampa, Sindang Rasa dan Sindang Sari ) dan Kecamatan Bogor Barat (Kelurahan : Semplak, Curug dan Curug Mekar). Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2011 Januari 2012 Populasi dan Penentuan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah lansia berusia 60 tahun keatas (UU No. 13 tahun 1998) yang berada diwilayah Kecamatan Bogor Timur dan Bogor Barat. Dari data yang diperoleh di lapangan, jumlah lansia di Kecamatan Bogor Timur sebanyak orang dan di Kecamatan Bogor Barat sebanyak orang (BPS Jawa Barat 2010), sehingga total populasi dari penelitian adalah orang. Penentuan jumlah contoh total, yaitu n menggunakan rumus Slovin yang diacu oleh Andriani (2009) Keterangan : n = N 1 + N e² Keterangan : n = ukuran contoh total yang akan diambil N = populasi lansia e = nilai kritis (batas ketelitian yang diinginkan atau persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan contoh yaitu sebesar 10 persen) n = (0.1) 2 = orang

52 32 Dari hasil penggunaan rumus diatas diperoleh nilai n adalah sebanyak lansia dibulatkan menjadi 100 lansia untuk di 2 kecamatan, sehingga jumlah contoh dari setiap kelurahan adalah: N total 100 N= = = 16.7 orang Kelurahan 6 Berdasarkan perhitungan diatas contoh setiap kelurahan dibulatkan menjadi 20 lansia contoh yang dibagi untuk 2 kategori lansia, yaitu lansia mandiri selanjutnya disebut LM dan lansia yang tinggal dengan anak (LA) masing-masing 10 lansia tiap kategori. Dari setiap kelurahan terpilih kemudian dipilih Posbindu secara purposive, dari setiap Posbindu terpilih,dipilih contoh secara acak berdasarkan daftar peserta dan keaktifan dalam Posbindu. Tabel 2 :Sebaran Posbindu Terpilih di setiap Kecamatan dan Kelurahan No Kecamatan Kelurahan Posbindu 1 Bogor Barat Semplak Melati 2B Curug Melati 1 Melati 2 Curug Mekar Rajawali 4 Rajawali 6 2 Bogor Timur Katulampa Kenanga Sindang Rasa Dahlia Melati Sindang Sari Melati Nusa Indah Pada saat pengambilan data ternyata tidak mudah menemukan LM akhirnya diperoleh sebanyak 51 LA dan 73 LM, sehingga total lansia contoh adalah 124 orang. Diagram pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 2 berdasarkan kecamatan, kelurahan, Posbindu dan jumlah contoh terpilih untuk setiap kategori. KOTA BOGOR Bogor Barat (3 Kelurahan) Bogor Timur (3 Kelurahan) Semplak Curug Curug Mekar Katulampa Sindang Rasa Sindang Sari Melati 2B Melati 1, 2 Rajawali 4, 6 Kenanga Dahlia, Melati Melati, Nusa Indah LM (10) LA (11) LM (10) LA (11) LM (6) LA (16) LM (10) LA (13) Gambar 2. Diagram Pengambilan Contoh LM (7) LA (13) LM (8) LA (9)

53 33 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pada penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data yang dikumpulkan mencakup (1) karakteristik sosial dan ekonomi lansia (status tinggal, usia, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga);(2) kualitas hidup lansia (kesehatan fisik, kesehatan psikologis, relasi sosial lingkungan) ;(4) dukungan sosial keluarga (dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, dukungan informasi); (6) dukungan keuangan keluarga ; (5) kesejahteraan (kepuasaan hidup). Data sekunder meliputi data keadaan wilayah yang didapat dari kantor Kecamatan dan kantor Kelurahan serta dokumentasi yang terkait dengan topik penelitian. Tabel 3. Jenis, Metode dan Skala No Variabel Jenis Data Metode Yang Digunakan Skala 1. Karakteristik Lansia Status Tinggal Primer Wawancara dan Nominal Observasi Usia Primer Wawancara Rasio Jenis Kelamin Primer Wawancara Nominal Status Perkawinan Primer Wawancara Nominal Pendidikan Primer Wawancara Ordinal Pekerjaan Primer Wawancara Nominal Pendapatan Primer Wawancara Rasio Jumlah Anggota Keluarga Primer Wawancara Rasio 2. Kualitas Hidup Kesehatan Fisik Primer Wawancara dan Ordinal pengukuran oleh petugas kesehatan Kesehatan Psikologis Primer Wawancara Ordinal Relasi Sosial Primer Wawancara Ordinal Lingkungan Primer Wawancara dan Ordinal observasi 3. Dukungan Sosial Dukungan Emosi Primer Wawancara Ordinal Dukungan Instrumental Primer Wawancara Ordinal Dukungan Penghargaan Primer Wawancara Ordinal Dukungan Informasi Primer Wawancara Ordinal 4. Dukungan Ekonomi Primer Wawancara Ordinal Keluarga

54 34 Lanjutan tabel 3 No Variabel Jenis Data Metode Yang Digunakan Skala 5. Kesejahteraan (Kepuasaan Primer Wawancara Ordinal Hidup) No Variabel Jenis Data Metode Yang Digunakan Skala 6. Keadaan Umum Lokasi Sekunder Kantor Kecamatan Penelitian dan Kelurahan Dalam menentukan kualitas data sebelum penelitian dilakukan uji reliabilitas kuesioner terlebih dahulu yang dilakukan dengan metode Cronbach Alpha. Tabel 4 menyajikan hasil uji realiabilitas masing-masing variabel. Tabel 4. Nilai alpha cronbach variabel penelitian yang digunakan. No Variable Jumlah Item Cronbach Alpha Pertanyaan 1 Kualitas Hidup Kesehatan Fisik Kesehatan Psikologis Relasi Sosial Lingkungan Dukungan Sosial Dukungan Ekonomi Kepuasan Hidup Pengolahan dan Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dan pengaruh yang terjadi antar berbagai variabel untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesis penelitian. Data akan dianalisis dengan metode deskriptif dan metode inferensia. Tahapan pengolahan data meliputi: (1) Editing data, yang bertujuan untuk menyeleksi data guna menghindari kesalahan dan penyimpangan sewaktu pengumpulan data di lapangan; (2) Pemberian kode; (3) Pemberian skor; (4) Pengentrian data; (5) Peng-cleaning-an data; (6) Analisis data.

55 35 Tabel 5. Variabel Pengukuran dan Penilaian Variabel Pengukuran Kategori Keterangan Karakteritik Lansia Status Tinggal - 1. Sendiri 2. Dengan Anak Ketentuan peneliti Usia lansia Tahun 1. Lansia awal (60-69) 2. Lansia tengah (70-79) 3. Lansia tua (80-89) 4. Lansia sangat tua ( 90) Jenis Kelamin - 0. Laki-laki 1. Wanita Burnside (1976) Ketentuan peneliti Status Perkawinan - 1.Tidak kawin 2. Kawin 3.Janda/duda karena cerai 4.Janda atau duda karena meninggal Ketentuan Peneliti Pendidikan Tahun 1.Tidak sekolah 2. Tidak tamat SD 3. Tamat SD 4.Tidak tamat SMP 5. Tamat SMP 6. Tidak tamat SMA 7. Tamat SMA 8. Akademi 9. Universitas Pekerjaan Jenis pekerjaan 1. Petani 2. Buruh 3. Pedagang 4. Karyawan 5. Tukang ojek 6. Sopir angkot 7. PNS/ABRI 8. IRT 9. Wirausaha 10. Pensiunan 11. Lainnya Pendapatan Rupiah 1. 1.< Lainnya Ketentuan Peneliti Ketentuan Peneliti Ketentuan Peneliti

56 36 Lanjutan tabel 5 Variabel Pengukuran Kategori Keterangan Jumlah Besar kel inti 1. Kecil ( 4 orang) Hurlock (1994) anggota 2. Sedang (5-7 orang) keluarga 3. Besar (> 8 orang) Hubungan dengan responden 1. Anak 2. Menantu 3. Cucu 4. Lainnya Ketentuan Peneliti Status Tempat Tinggal Rumah ditempati yang 1. Rumah sendiri 2. Rumah anak Ketentuan Peneliti 3. Sewa/kontrak 4. Lainnya Kualitas Hidup Kualitas Hidup Total Penjumlahan skor Sangat Rendah 4 dimensi kualitas ( ) Hidup Sangat Rendah ( Rendah ( ) Sedang ( ) Tinggi ( ) Panuju (1995) Kesehatan Fisik Frekuensi kejadian yang dialami dalam kesehatan (1) selalu (2)sering (3) Jarang (4) tidak pernah WHOQOL- BREF yang diadaptasi dari Silitonga (2007) dan telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian Kesehatan Psikologis Hubungan Sosial Frekuensi kejadian yang dialami dalam kesehatan psikologis Frekuensi kejadian yang dialami dalam relasi sosial (1) Tidak Pernah (2) Jarang (3) Sering (4) Selalu (1) Sangat Tidak Memuaskan (2) Tidak Memuaskan (3) Memuaskan (4) Sangat Memuaskan

57 37 Lanjutan tabel 5 Variabel Pengukuran Kategori Keterangan Lingkungan Frekuensi kejadian yang dialami di lingkungan Dukungan Sosial Dukungan Sosial Total Dukungan Emosi Dukungan Penghargaan Dukungan Informasi Dukungan Instrumental Dukungan Ekonomi Dukungan Ekonomi Total Dukungan Ekonomi Kesejahteraan Kesejahteraan total (1) Tidak Pernah (2) Jarang (3) Sering (4) Selalu Penjumlahan skor Sangat Rendah 4 dimensi ( ) Dukungan sosial Rendah ( ) Sedang ( ) Tinggi ( ) Penjumlahan skor Dukungan ekonom Penjumlahan skor Kepuasan hidup (1) Tidak Pernah (2) Jarang (3) Sering (4) Selalu (1) Tidak Pernah (2) Jarang (3) Sering (4) Selalu (1) Tidak Pernah (2) Jarang (3) Sering (4) Selalu (1) Tidak Pernah (2) Jarang (3) Sering (4) Selalu Panuju (1995) Smet dan Sarafino yang diadaptasi dari Tati (2004) yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian Rendah ( ) Panuju (1995) Sedang ( ) Tinggi ( ) Tinggi ( ) (1) Tidak Pernah (2) Jarang (3) Sering (4) Selalu Sangat Rendah ( ) Rendah ( ) Sedang ( ) Tinggi ( ) Panuju (1995)

58 38 Lanjutan tabel 5 Variabel Pengukuran Kategori Keterangan Kesejahteraan (1) Tidak Puas SWLS Ed (2) Kurang Puas Diener yang (3) Puas diadaptasi dari (4) Sangat Puas Rusilanti (2006) Data yang terkumpul, ditabulasi dan dianalisis. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan kondisi masing-masing variabel yang mempengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan lansia. Tujuan utamanya adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti secara objektif. Analisis deskriptif (mean, modus, median, minimum, dan maksimum) juga dilakukan untuk menganalisis metode pendekatan secara kuantitatif yaitu menganalisis butir-butir pertanyaan (items level) yang tercantum pada karakteristik lansia, dukungan sosial dan ekonomi, kualitas hidup dan kesejahteraan lansia. Dalam analisis deskriptif untuk mengetahui kecenderungan sebaran contoh dalam menjawab pertanyaan, dilakukan crosstab. Jawaban dikelompokkan menjadi dua skor yaitu (0) untuk jawaban tidak pernah yang berasal dari jawaban skor 1 dan 2 serta (1) untuk jawaban selalu yang berasal dari jawaban skor 3 dan 4. Dan untuk Kesejahteraan jawaban dikelompokkan menjadi yaitu skor (0) untuk jawaban tidak puas yang berasal dari jawaban skor 1 dan 2 dan (1) untuk jawaban puas yang berasal dari skor 3 dan 4 Data yang ditabulasikan adalah persentase contoh yang menjawab pernah dan puas berdasarkan status tinggal lansia. Untuk menyamakan satuan yang digunakan maka semua skor yang diperoleh dikonversi dalam bentuk persen (0-100). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: X nilai minimum X Y = x 100 Nilai maksimum X - nilai minimum X Keterangan: Y= skor dalam persen X= skor yang diperoleh untuk setiap contoh

59 39 Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan skor dukungan sosial, dukungan ekonomi, kualitas hidup dan kesejahteraan lansia menjadi 4 katagori yaitu tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Untuk menentukan katagori disesuaikan dengan pernyataan Panuju R (1995) yang menyatakan bahwa: untuk menentukan katagori tinggi, sedang dan rendah terlebih dahulu harus menentukan nilai indeks minimum, maksimum dan intervalnya serta jarak intervalnya, dapat kita lihat sebelumnya sebagai berikut ukuran presentase dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut : a. Indeks minimum : Skor minimum x 100 = 1 x 100% = 25 % Skor maksimum 4 b. Indeks maksimum : Skor maksimum x 100 = 4 x 100% = 100 % Skor maksimum 4 c. Interval dalam presentase = Skor maksimum skor minimum = 100% - 25% = 75 % d. Panjang interval dalam presentase = Interval = 75 = 18.7 Jenjang 4 Tabel 6. Katagori Dukungan Sosial, Dukungan Ekonomi, Kualitas Hidup dan Kesejahteraan Lansia Interval Presentase (%) Tingkatan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi.Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji beda t untuk melihat perbedaan karakteristik lansia, dukungan sosial (dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, dukungan informasi), dukungan ekonomi keluarga, kualitas hidup meliputi : kesehatan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan, dan kesejahteraan lansia (kepuasan hidup) pada lansia yang tinggal sendiri dan lansia yang tinggal dengan anak. Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang tidak menunjukkan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan). Uji korelasi menggunakan Pearson Correlation karena jika sampel data lebih dari 30 (sampel besar) dan kondisi data normal, sebaiknya menggunakan korelasi Pearson (Nugroho, 2005).

60 40 Untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup, digunakan uji regresi berganda dengan model persamaannya sebagai berikut: Y = α + β1x1 + β2x2 + β3x ε Y = Skor Kualitas hidup x8 = Dukungan penghargaan α = konstanta x9 = Dukungan informasi β = koefisien regresi x9 = Dukungan instrumental x1 = Status tinggal x10 = Dukungan ekonomi x2 = Usia ε = galat (error) x3 = Jenis kelamin x4 = Pendidikan x5 = Status pekerjaan x6 = Ukuran keluarga x7 =Dukungan emosi Untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan, digunakan uji regresi berganda dengan model persamaannya sebagai berikut: dengan model persamaannya sebagai berikut: Y = α + β1x1 + β2x2 + β3x ε Y = Skor Kesejahteraan x8 = Dukungan penghargaan α = konstanta x9 = Dukungan informasi β = koefisien regresi x9 = Dukungan instrumental x1 = Status tinggal x10 = Dukungan ekonomi x2 = Usia x 11 = Kesehatan fisik x3 = Jenis kelamin x12 = Kesehatan psikologis x4 = Pendidikan x13 = Hubungan Sosial x5 = Status pekerjaan x14 = Lingkungan x6 = Ukuran keluarga ε = galat (error) x7 =Dukungan emosi DEFINISI OPERASIONAL Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih. Kesejahteraan lansia adalah tingkat kepuasan yang dirasakan lansia dalam hidup.

61 41 Kualitas Hidup merupakan persepsi individu terhadap keadaan kesehatan fisik seseorang, status psikologis, hubungan sosial, dan hubungan dengan karakteristik lingkungan (WHO, 1994) Kesehatan Fisik merupakan kondisi kesehatan fisik yang dirasakan oleh lansia yang meliputi rasa nyeri, energi dan vitalitas, aktifitas seksual, tidur dan istirahat, mobilitas, aktifitas sehari-hari dan kemampuan bekerja. Kesehatan Psikologis merupakan tingkat penerimaan individu terhadap tubuh dan penampilan (Bodily image and appearance), Penghargaan terhadap diri dan kemampuan daya ingat dan konsentrasi Lansia Mandiri merupakan lansia yang mandiri baik sendiri maupun dengan pasangan, mempunyai rumah tangga serdiri dan mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain. Lansia dengan anak merupakan lansia yang hidup dengan anak dimana baik secara sosial maupun ekonomi kehidupannya di penuhi oleh anak Hubungan Sosial merupakan merupakan hubungan individu dengan anak, menantu, cucu dan kerabat dan menggambarkan hubungan sosial dengan tetangga, teman dan dukungan sosial yang dapat diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya Lingkungan merupakan gambaran keadaan financial individu, situasi kondisi keamanan dan kenyaman lingkungan fisik disekitar individu yang dapat mempengaruhi kebebasan dirinya, seperti polusi/kebisingan/iklim, Perawatan kesehatan dan social care Lingkungan tempat tinggal, Akses informasi, transportasi, dan keterampilan baru. Partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi atau aktifitas lain pada waktu luang. Dukungan Sosial merupakan setiap dukungan moril (perhatian), materi dan informasi yang didapat lansia dari orang-orang disekitar lansia baik itu dari anak, cucu dan keluarga besar juga dari tetangga ataupun teman dekat lansia yang dilihat dari aspek emosional, instrumen, penghargaan dan informasi. Dukungan Emosi merupakan ekspresi kasih sayang dan rasa cinta orang-orang di sekitar individu (Cutrona, 1996). Dukungan Penghargaan adanya pengakuan dari orang lain atas kemampuannya dan kualitas personelnya, maka individu sebagai penerima dukungan merasa memiliki nilai terhadap dirinya dan ia merasa

62 42 dihargai atas segala yang telah dilakukannya (Cutrona et al, 1994; Felton & Berry, 1992). Dukungan Intrumental merupakan bentuk bantuan atau arahan/ petunjuk dalam mengerjakan tugas yang dapat berupa sumber-sumber fisik seperti uang, barang-barang atau tempat tinggal (Cutrona 1996) atau disebut juga sumberdaya materi (Cohen dan Mckay 1988) Dukungan Informasi merupakan memberikan masukan mengenai berita-berita faktual, nasehat, informasi atau perkiraan-perkiraan terhadap situasi yang terjadi (Cutrona 1996). Dukungan Ekonomi adalah jumlah bantuan yang diterima dari keluarga pada lansia secara finansial untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

63 43 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Lokasi Penelitian Secara geografis Kota Bogor terletak di antara BT dan 6 26 LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara. Kota Bogor mempunyai potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata. Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m di atas permukaan laut. Kondisi iklim di Kota Bogor adalah: (a) suhu rata-rata tiap bulan adalah 26 0 C, dengan suhu terendah adalah C dan suhu tertinggi adalah C, (b) kelembaban udara adalah 70 persen, dan (c) curah hujan rata-rata setiap tahun adalah sekitar mm, dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari. Luas wilayah Kota Bogor adalah hektar yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Secara administratif Kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31 kelurahan dan 37 desa (lima diantaranya termasuk desa tertinggal yaitu desa Pamoyanan, Genteng, Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa), 210 dusun, 623 RW, RT. Keenam kecamatan yang ada di Kota Bogor adalah Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sareal. Kota Bogor dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor yaitu sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Bogor Barat yaitu di Kelurahan Semplak, Curug dan Curug Mekar dan di Kecamatan Bogor Timur yaitu di Kelurahan Katulampa, Sindang Rasa dan Sindang Sari.

64 44 Kondisi Geografis dan Karakteristik Demografis 1. Kecamatan Bogor Barat Kelurahan yang diambil sebagai tempat penelitian yang termasuk dalam kecamatan Bogor Barat adalah Kelurahan Semplak, Kelurahan Curug dan Kelurahan Curug Mekar. Semplak secara administratif berada di wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor dan memiliki luas Ha. Kelurahan Semplak berbatasan dengan Kelurahan Atang Senjaya, Kecamatan Kemang (Utara), Kelurahan Cilendek Barat (Selatan), Kelurahan Curug (Timur), dan Kelurahan Bubulak (Barat). Kelurahan Curug secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor dan memiliki luas Ha. Batas wilayah Kelurahan Curug berbatasan dengan Kelurahan Parakan Jaya Kecamatan Kemang (utara), Kelurahan Curug Mekar (Selatan), Kelurahan Semplak (Timur) dan Kelurahan Cibadak Kecamatan Tanah Sareal (Barat) Kelurahan Curug Mekar secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor dan memiliki luas Ha. Batas wilayah Kelurahan Curug Mekar Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Curug, Kelurahan Cilendek Barat (Selatan), Kelurahan Cibadak dan Kedung Waringin Kecamatan Tanah Sareal (Timur),dan Kelurahan Semplak (Barat) 2. Kecamatan Bogor Timur Kelurahan yang diambil sebagai tempat penelitian yang termasuk dalam kecamatan Bogor Timur adalah Kelurahan Katulampa, Kelurahan Sindang Rasa dan Kelurahan Sindang Sari. Kelurahan Katulampa secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor dan memiliki luas Ha. Batas wilayah Kelurahan Katulampa berbatasan dengan Kelurahan Cimahpar Kecamatan Bogor Utara (Utara), Kelurahan Tajur (Selatan), Kelurahan Sukaraja (Timur),dan Kelurahan Baranangsiang (Barat). Kelurahan Sindang Rasa secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor dan memiliki luas 106 Ha. Batas wilayah Kelurahan Sindang Rasa berbatasan dengan Kelurahan Muarasari Kecamatan Bogor Selatan (Selatan), Kelurahan Sindang Sari (Timur), dan Kelurahan Tajur (Utara). Kelurahan Sindang Sari secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor dan memiliki luas Ha. Batas wilayah

65 45 Kelurahan Sindang Sari Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sindang Rasa (Utara), Kelurahan Harjasari Kecamatan Bogor Selatan (Selatan), Kelurahan Pandan Sari Kecamatan Ciawi (Timur), dan Kelurahan Harja Sari Kecamatan Bogor Selatan (Barat). Penduduk 1. Kecamatan Bogor Barat Kelurahan Semplak terdiri dari 37 RT dan 10 RW dengan total jumlah penduduk sebanyak jiwa yang terdiri dari 4930 orang laki-laki dan orang perempuan. Berdasarkan usia, persentase terbesar penduduk berada pada rentang usia tahun sebanyak 57.3 % (Tabel 7). Kelurahan Curug terdiri dari 49 RT dan 14 RW dengan total jumlah penduduk sebanyak jiwa yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Berdasarkan usia, persentase terbesar penduduk berada pada rentang usia tahun sebanyak 52.7 % (Tabel 7). Kelurahan Curug Mekar terdiri dari 57 RT dan 10 RW dengan total jumlah penduduk sebanyak jiwa yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Berdasarkan usia, persentase terbesar penduduk berada pada rentang usia tahun sebanyak 60.3 % (Tabel 7). Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh penduduk Kecamatan Bogor Barat termasuk usia produktif (Semplak 57.3%, Curug 52.7% dan Curug Mekar 60.3%) dan jumlah lansia di Kecamatan Bogor Barat kurang dari 30% (Sempak 6.8%, Curug 17.3% dan Curug Mekar 11.2%). 2. Kecamatan Bogor Timur Kelurahan Katulampa terdiri dari 106 RT dan 17 RW dengan total jumlah penduduk sebanyak jiwa yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Berdasarkan usia, persentase terbesar penduduk berada pada rentang usia 65+ tahun sebanyak 13.5 % (Tabel 7). Kelurahan Sindang Rasa terdiri dari 37 RT dan 10 RW dengan total jumlah penduduk sebanyak jiwa yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Berdasarkan usia, persentase terbesar penduduk berada pada rentang usia 0-4 tahun sebanyak 9.8 % (Tabel 7). Kelurahan Sindang Sari terdiri dari 32 RT dan 7 RW dengan total jumlah penduduk sebanyak jiwa yang terdiri dari orang laki-laki dan 3.971

66 46 orang perempuan. Berdasarkan usia, persentase terbesar penduduk berada pada rentang usia 65+ tahun sebanyak 9.4% (Tabel 7). Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh penduduk Kecamatan Bogor Timur termasuk usia produktif (Sindang Rasa 55.7% dan Sindang Sari 58%). Jumlah lansia di Kecamatan Bogor Timur kurang dari 30 % (Katulampa 13.5%, Sindang Rasa 13.2% dan Sindang Sari 14%). Tabel 7. Sebaran penduduk berdasarkan kelompok umur Kec. Bogor Barat (%) Kec. Bogor Timur (%) Usia Curug Sindang Sindang Semplak Curug Katulampa Mekar Rasa Sari n= n= n= n= n= n= Balita (0-4 thn) Usia Sekolah (5-19 thn) Usia Produktif (20-59thn) Lansia (60+ thn) Total Sumber: Profil Wilayah Kecamatan Tahun 2011 (diolah) Pekerjaan Untuk wilayah Kecamatan Bogor Barat terlihat bahwa hampir separuh penduduk di Kelurahan Semplak bekerja sebagai buruh (44.5%), lebih dari separuh penduduk Kelurahan Curug bekerja sebagai karyawan swasta (60%) dan separuh penduduk di Kelurahan Curug Mekar bekerja sebagai karyawan swasta (54.4%) (Tabel 8). Hampir separuh penduduk di Kelurahan Katulampa bekerja sebagai wiraswasta atau pedagang (46.9%%). Penduduk Kelurahan Sindang Rasa separuhnya bekerja sebagai buruh (54%) dan sebanyak tiga perempat penduduk Sindang Sari bekerja sebagai wiraswasta atau pedagang. Untuk lebih jelasnya sebaran jenis mata pencaharian tercantum dalam Tabel 8.

67 47 Tabel 8. Sebaran penduduk berdasarkan jenis pekerjaan Jenis Pekerjaan Kec. Bogor Barat (%) Kec. Bogor Timur (%) Curug Sindang Sindang Semplak Curug Katulampa Mekar Rasa Sari n= 4042 n= 2693 n= 7317 n= 8007 n= n= 2113 Petani dan Peternak PNS/TNI- POLRI Karyawan swasta Wiraswasta /Pedagang Jasa Buruh Lain-lain Total Sumber: Profil Wilayah Kecamatan Tahun 2011 (diolah) Pendidikan Berdasarkan data monografi, tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Semplak lebih dari separuh (62.2%) lulusan SD atau sederajat. Hampir separuh penduduk Kelurahan Curug berpendidikan SD atau sederajat(42.5%) dan untuk tingkat pendidikan di wilayah Kelurahan Curug Mekar data tidak tersedia dalam data profil wilayah. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan di tiga wilayah tersebut masih rendah (Tabel 9). Tabel 9. Sebaran penduduk menurut tingkat pendidikan Kec. Bogor Barat (%) Kec. Bogor Timur (%) Tingkat Curug Sindang Sindang Pendidikan Semplak Curug Katulampa Mekar* Rasa Sari n=4.042 n=2.693 n=7.317 n=8.007 n= n=2.113 Belum/Tidak Sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Akademi Perguruan Tinggi Total Sumber: Profil Wilayah Kecamatan Tahun 2011 (diolah); Keterangan: * Data tidak tersedia

68 48 Separuh penduduk Kelurahan Katulampa (53.4%) lulusan SD atau sederajat. Penduduk Sindang Rasa separuhnya (52.4%) lulusan SMA atau sederajat dan Penduduk Sindang Sari hampir separuh (47.6%) berpendidikan SMA atau sederajat (Tabel 9). Karakteristik Lansia Contoh Jenis Kelamin Rata-rata pria meninggal lebih cepat dari wanita, sehingga menjanda di hari tua lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria. Hingga saat ini belum ada statistik mengenai jumlah dan usia pria yang menjadi duda, hal ini terkait karena lebih banyak duda di setiap tahap usia yang menikah lagi daripada janda., disamping itu persentase juga jauh lebih sedikit. Dengan demikian masa menjanda merupakan masalah yang lebih besar bagi wanita dibanding pria, selama masa usia lanjut (Hurlock 1994) Berdasarkan jenis kelamin, contoh pada penelitian ini adalah 30 orang berjenis kelamin laki-laki (24.2%) dan 94 berjenis kelamin wanita (75.8%). Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status tinggal dapat dilihat pada Gambar 3. Status Tinggal LA LM Perempuan Laki-Laki %. Keterangan LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia Dengan Anak Gambar 3. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status tinggal Jika dipilah berdasarkan tempat tinggal sebagian besar LM (76.5%) dan LA (73.5 %) adalah wanita. Proporsi laki-laki cenderung lebih besar di LA dibandingkan di LM. Usia Lebih dari separuh contoh baik LM dan LA (58.1%) berasal pada katagori lansia awal, sisanya berada pada katagori lansia tengah (30.6%), lansia tua (9.7%) dan sangat tua (1.6%). Semakin tua umur lansia proporsi lansia mandiri

69 49 dan lansia dengan anak semakin menurun, tampak kemandirian lansia tidak terkait dengan tingkat umur lansia (Gambar 4) % LM LA Lansia Awal (60-69 tahun) Lansia Tengah (70-79 tahun) Lansia tua (80-89 tahun) Lansia Sangat Tua (>90 tahun) Usia Keterangan LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia Dengan Anak Gambar 4. Sebaran contoh berdasarkan usia dan status tinggal Mengkaitkan usia dengan jenis kelamin tanpa melihat status tinggal ternyata persentase lansia wanita pada usia diatas 80 tahun (3.1%) lebih banyak dibandingkan dengan lansia laki-laki (Gambar 5). Hal ini membuktikan bahwa wanita lebih panjang usianya dibandingkan dengan pria. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia wanita lebih panjang daripada pria adalah wanita mempunyai tingkat kesehatan lebih baik dari pria karena wanita lebih memperhatikan pola hidup dibandingkan pria selain itu faktor biologis juga mempengaruhi umur wanita lebih panjang daripada pria (Kirkwood, Kono & Kawahara, 2010 ) % Lansia Aw al (60-69 tahun) Lansia Tengah Lansia tua (80- Lansia Sangat (70-79 tahun) 89 tahun) Tua (>90 tahun) Usia L w Keterangan L = laki-laki, W = wanita Gambar 5. Sebaran usia berdasarkan jenis kelamin

70 50 Pendidikan Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi terbesar contoh (51.5%) tidak tamat SD dan hampir separuh (49.4%) berpendidikan SD. Sejalan dengan data yang dikumpulkan Departemen Sosial Republik Indonesia (1996) diacu dalam Hardywinoto dan Setiabudhi (2005) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan lansia di Indonesia belum cukup baik. Namun demikian terdapat sebanyak (1.4%) yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu universitas pada LA. Pada Gambar 6 tampak kemandirian rumah tangga lansia tidak terkait dengan pendidikan lansia. Lansia yang hidup dengan anak lebih banyak pada setiap jenjang pendidikan kecuali tidak pernah sekolah. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara LM dan LA (Gambar 6). Tingkat Pendidikan UNIVERSITAS AKADEMI TAMAT SMA TAMAT SMP TAMAT SD TDK TAMAT SD TDK SEKOLAH LA LM % Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Gambar 6. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan dan status tinggal Berdasarkan jenis kelamin ternyata laki-laki memperoleh kesempatan mendapat pendidikan yang lebih baik daripada wanita. Membandingkan antara lansia laki-laki dan wanita tanpa melihat kemandirian tempat tinggal ternyata persentase wanita tidak bersekolah (37%) lebih besar daripada laki-laki (35.3%). Sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan maka persentase wanita semakin rendah dibanding laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mencapai pendidikan tertinggi yaitu universitas dan akademik sebesar 3.3 % adalah laki-laki (Gambar 7). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yang mengatakan bahwa budaya patriarkhi masih sangat terasa di dalam pendidikan, orang tua lebih mengutamakan pendidikan bagi anak laki-laki dibandingkan perempuan. Kesenjangan pendidikan ini terjadi di semua jenjang

71 51 dengan perbedaan persentase yang cukup signifikan tingkat pendidikan lansia perempuan lebih rendah dibandingkan lansia laki-laki (Komnas Lansia, 2009) Tingkat Pendidikan UNIVERSITAS AKADEMI TAMAT SMA TAMAT SMP TAMAT SD TDK TAMAT SD TDK SEKOLAH W L % Keterangan: L = Laki-laki, W = Wanita Gambar 7. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin Jenis Pekerjaan Tingkat pendidikan yang rendah membuat jenis pekerjaan lansia tidak beragam dan terbatas. Lansia memerlukan waktu relatif lama untuk memulihkan tenaganya dari keletihan fisik dan mental, disebabkan oleh ketegangan syaraf dan beban mental yang terus terjadi dalam tempo relatif lama. Akibatnya lansia pada umumnya belajar untuk mengurangi berbagai jenis pekerjaan yang memerlukan kecepatan dan kekuatan fisik (Hurlock 1994) Petani Buruh Wirausaha Pensiunan IRT Lainnya LM LA Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Gambar 8. Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan dan status tinggal Dari hasil penelitian menunjukkan (Gambar 8) lebih dari separuh (51.6%) lansia adalah ibu rumah tangga dan sebanyak 13.7 persen lansia

72 52 bekerja sebagai wirausaha (contohnya berdagang). Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa pada sektor perdagangan lansia tetap dapat bekerja, karena pekerjaan di sektor perdagangan tidak memerlukan fisik yang kuat dan keterampilan yang tinggi (Suhartini 2004) Tabel 10. Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan dan jenis kelamin LM LA Total Jenis L % P % L % P % L % P % Pekerjaan Petani Buruh Wirausaha Pensiunan IRT Lainnya Total Pada lansia yang tinggal sendiri jenis pekerjaannya lebih beragam dibandingkan dengan lansia yang tinggal dengan anak. Hal ini disebabkan karena lansia yang tinggal sendiri masih banyak yang mempunyai pasangan dan mereka masih produktif walaupun usia mereka sudah lanjut. Salah satu contoh lansia yang dalam usia lanjut masih bekerja (wirausaha) mengatakan : Saya masih berkerja/berwirausaha karena kebutuhan ekonomi. Saya tidak mau menyusahkan anak-anak saya karena anak-anak saya juga masih belum cukup. Persentase laki-laki yang bekerja lebih besar persentasenya dibanding wanita. Sektor pekerjaan antara lain sebanyak 26.7% sebagai buruh, kedua pensiunan 23.3 % dan menyusul wirausaha sedangkan wanita terbanyak bekerja sebagai wirausaha 13.8% dan pensiunan 11.7%. Besar Keluarga Sebagian besar contoh (86.3%) LM memiliki anggota keluarga 2-4 orang dan tergolong keluarga kecil dan separuh dari contoh (50.6%) LA memiliki jumlah anggota keluarga sedang 5-7 orang. LM umumnya masih hidup dengan pasangannya, sehingga masih merasa mampu dan tidak mau untuk menyusahkan anak-anak (Gambar 9).

73 % Kecil (4 orang) Sedang (5-7 orang) Besar Keluarga Besar (> 8 orang) LM LA Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Gambar 9. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan status tinggal Hasil uji beda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada p(<0.01) antara LM dan LA dalam jumlah anggota keluarga, LM mempunyai keluarga yang lebih sedikit dibanding LA. Hal ini antara lain disebabkan karena LM masih mempunyai pasangan hidup. Status Perkawinan Lebih dari separuh contoh (56.5%) lansia berstatus janda atau duda meninggal (67.1 persen LA dan 41.2 persen LM). Hal inilah yang menyebabkan banyaknya lansia yang tinggal dengan anak setelah salah satu dari pasangannya meninggal (Gambar 10). Hasil uji beda menunjukkan perbedaan yang nyata antara LM dan LA dalam status perkawinan % LM LA Status Tinggal Kawin Janda/Duda Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Gambar 10. Sebaran contoh berdasarkan status perkawinan dan status tinggal Pendapatan Secara umum proses penuaan pada lansia ini identik dengan adanya penurunan kemampuan fisik dan non fisik (mental dan sosial) seiring dengan

74 54 bertambahnya umur. Penurunan kemampuan ini tentu saja akan berpengaruh pada produktivitas lansia, sehingga berpengaruh pada pendapatan lansia, dan pada akhirnya mereka akan sangat tergantung pada keluarga atau orang lain untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Hanya sebagian kecil saja yang dapat menikmati masa tua, yakni pensiunan pegawai pemerintah yang menerima tunjangan pensiunan atau bagi lansia yang memiliki uang banyak yang bisa didepositokan. Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Gambar 11. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan status tinggal Hasil penelitian menunjukkan hampir separuh contoh (41.2% LM dan 56.2% LA) memiliki pendapatan kurang dari Rp , disebabkan karena pekerjaan contoh yang hanya ibu rumah tangga dan hanya menerima pemberian dari anak. Apabila para lansia bekerja, maka pendapatan yang diterima tidaklah besar. Salah satu contoh adalah lansia yang berada di Katulampa, bekerja sebagai buruh tani dengan pendapatan hanya berkisar sebesar Rp 10,000. Saya biasanya mendapatkan upah untuk membantu di ladang sebesar Rp. 10,000 perhari. Mulai kerja pukul 7 pagi sampai pukul 11 siang. Kecilnya pendapatan yang diterima disebabkan faktor usia dan keterbatasan fisik sehingga lansia hanya dapat menyelesaikan tugas yang tidak berat sesuai usia. Hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara LM dan LA (Gambar 11).

75 55 Berdasarkan sumber pendapatan dua pertiga contoh LM (66.7%) memperoleh pendapatan dari pensiun atau hasil bekerja, sedangkan untuk LA sumber pendapatannya berasal dari anak (58.9%) (Gambar 12) % Pensiunan/Bekerja/Beru saha Anak 10 0 LM LA Status Tinggal Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Gambar 12. Sebaran contoh berdasarkan sumber pendapatan dan status tinggal BPS Kota Bogor (2010) mengukur tingkat kemiskinan rumah tangga berdasarkan pendapatan perkapita. Batas keluarga miskin apabila pendapatan < Rp /kapita/bulan. Berdasarkan hasil penelitian tiga perempat contoh (78.2%) memiliki pendapatan perkapita diatas garis kemiskinan Kota Bogor sisanya 21.8 persen termasuk dalam katagori miskin. Status Tempat Tinggal Status rumah yang ditinggali lansia baik yang LM (98%) maupun LA (75.3%) adalah milik sendiri, karena tingginya harga rumah dan tingkat pendapatan yang masih rendah menyebabkan anak-anak tidak mempunyai rumah (Gambar 13) Rumah sendiri Rumah anak Dan lain-lain (sewa, kontrak) LM LA Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Gambar 13. Sebaran contoh berdasarkan status rumah dan status tinggal Dilihat dari status tempat tinggal ternyata walaupun para lansia itu tinggal dengan anak bukan berarti tinggal di rumah anak namun sebaliknya anak

76 56 menumpang di rumah orangtua yang sudah lansia hanya kurang dari 25% saja yang tinggal bersama anak dan di rumah anak. Dukungan Sosial Dalam penelitian ini dukungan sosial contoh dilihat dari empat aspek, yaitu dukungan emosi, dukungan penghargaan diri (self esteem), dukungan informasi dan dukungan instrumental, Dukungan Emosi. Dukungan emosi meliputi ekspresi dari cinta, empati dan perhatian terhadap individu (Cutrona, 1996). Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh lansia baik LM maupun LA memperoleh dukungan emosional yang baik dari keluarga dari semua aspek dimensi emosional (Tabel 11). Tabel 11. Sebaran contoh yang selalu mendapatkan dukungan sosial dimensi dukungan emosional No Pernyataaan LM LA p- (n=51) (n=73) value % % 1 Mendapatkan dukungan emosional Dapat berbicara tentang masalah dengan keluarga Memiliki teman dengan siapa dapat berbagi suka dan duka anda Keluarga bersedia untuk membantu membuat keputusan Dapat berbicara tentang masalah dengan teman p-value Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Hasil uji beda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p 0.10) antara LM dan LA. Namun terdapat perbedaan yang nyata dalam hal kesempatan berbagi persoalan dengan teman, artinya LM mempunyai hubungan yang baik dengan teman sehingga dapat berbicara masalah pribadi dengan teman. Hal ini sejalan dengan yang dikemukan oleh Potter dan Perry (2005) yang mengatakan bahwa lanjut usia dengan keterlibatan sosial yang lebih besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang tinggi, penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif dari pada lanjut usia yang kurang terlibat secara sosial. Hal ini menunjukkan bahwa LM mempunyai sosialisasi lebih baik dengan keterlibatan dalam kegiatan masyarakat contohnya kegiatan pengajian, olahraga dan rekreasi. Dukungan Penghargaan. Dukungan penghargaan terbentuk melalui pengakuan terhadap kualitas seseorang, kepercayaan terhadap kemampuan

77 57 seseorang berupa perasaan atau tindakan (Cutrona). Cohen dan McKay (1988) menekankan dukungan ini pada evaluasi dan perasaan seseorang tentang diri mereka sendiri. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh (98%) LM, mendapat penghargaan dari keluarga dengan memperlihatkan perasaan cinta dan keperdulian. Hal ini dapat terlihat dari dukungan dari keluarga terhadap segala hal yang dilakukan oleh lansia dan merasa sangat penting (98%) serta keluarga memberikan pujian atas segala hal yang dilakukan lansia (72%) serta keluarga selalu menghargai lansia (92.25) contohnya mau mendengarkan masalah yang di hadapi para lansia (96.1%). Tabel 12. Sebaran contoh yang selalu mendapatkan dukungan sosial dimensi dukungan penghargaaan No Pernyataaan LM LA p- (n=51) (n=73) value % % 1 Keluarga mau mendengarkan masalah yang dihadapi Keluarga berupaya untuk memperlihatkan perasaan cinta dan menunjukkan kepedulian Apapun yang lakukan bagi keluarga dan apapun yang mereka lakukan untuk membuat merasa bagian dari kelompok yang sangat penting 4 Keluarga berbuat dan berkata sesuatu yang membuat merasa dihargai Keluarga selalu memberikan pujian atas hal yang lakukan p-value Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Hal ini tidak berbeda dengan LA, hampir seluruh lansia 97.3 persen mendapat perasaaan cinta dan rasa kepedulian dari keluarga, yang terlihat dari keluarga selalu berbuat dan berkata sesuatu yang membuat para lansia di hargai (90.4%) dengan mendengarkan masalah yang dihadapi para lansia (95.9%) dan selalu memberikan pujian atas segala sesuatu yang mereka lakukan (76.7%). Hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaaan yang nyata (p 0.10) antara LM dan LA pada dimensi dukungan penghargaan. Perbedaan yang nyata terlihat pada perhatian, rasa cinta dan kepedulian keluarga terhadap lansia yang tinggal sendiri lebih baik dibandingkan dari lansia yang tinggal dengan anak (Tabel 12). Dukungan Informasi. Dukungan informasi meliputi memberikan masukan mengenai berita-berita faktual, nasehat, informasi atau perkiraan-perkiraan

78 58 terhadap situasi yang terjadi (Cutrona 1996). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar LA (91.8%) dibantu keluarga dalam memecahkan masalah dan 91.8 persen keluarga dapat dipercaya untuk memberi nasehat keuangan serta 87.7 persen lansia memperoleh saran ketika bimbang dari keluarga. Tiga perempat contoh (75.3%) lansia ditegur keluarga apabila berbuat kesalahan dan 80.8 persen lansia diingatkan keluarga untuk pergi ke Posbindu atau puskesmas sesuai jadwal, serta memperoleh informasi tentang social, politik, ekonomi dan kesejahteraan (87.7%) Hasil uji beda t pada selang kepercayaan 90%(p<0.10) menunjukkan terdapat perbedaaan yang nyata antara LM dan LA pada dimensi dukungan informasi (Tabel 13). Tabel 13. Sebaran contoh yang selalu mendapatkan dukungan sosial dimensi dukungan informasi No Pernyataaan LM (n=51) LA (n=73) p- value % % Keluarga selalu memberikan solusi setiap 1 menghadapi masalah Keluarga selalu dapat dipercaya memberikan 2 nasehat keuangan Keluarga selalu memberikan saran ketika 3 sedang bimbang Kelaurga selalu menegur ketika berbuat 4 kesalahan Keluarga selalu mengingatkan untuk pergi ke 5 Posbindu/Pusat Kesehatan masyarakat sesuai jadwal. 6 Keluarga selalu memberikan informasi lansia baik sosial, politik, ekonomi dan kesehatan untuk /ibu. p-value 0.074* Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Sebanyak 86.3 persen LM dibantu keluarga dalam memecahkan masalah dan 84.3 persen keluarga dapat dipercaya untuk memberi nasehat keuangan serta 84.3 LM persen memperoleh saran ketika bimbang dari keluarga. Hampir tiga perempat contoh LM (70.6%) ditegur keluarga apabila berbuat kesalahan dan 58.8 persen LM diingatkan keluarga untuk pergi ke Posbindu atau puskesmas sesuai jadwal, serta memperoleh informasi tentang sosial, politik, ekonomi dan kesejahteraan (82.4%) Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaaan yang nyata (p 0.10) antara lansia yang tinggal sendiri dengan lansia yang tinggal dengan anak pada dimensi dukungan informasi. Perbedaan yang nyata terlihat pada hal selalu mengingatkan lansia untuk pergi ke Posbindu dan sarana kesehatan masyarakat, artinya LA lebih baik daripada LM.

79 59 Dukungan Instrumental. Dukungan instrumental diwujudkan dalam bentuk bantuan atau arahan dalam mengerjakan tugas atau juga berupa sumbersumber fisik seperti uang, barang-barang atau tempat tinggal (Cutrona 1996) atau disebut juga sumberdaya materi (Cohen dan Mckay 1988) Hubungan yang terjalin baik akan menghasilkan dukungan yang berbentuk materi atau jasa yang diberikan oleh orang lain kepada individu sebagai penerima dukungan. Bantuan yang diberikan dapat berupa uang, barang kebutuhan sehari-hari atau bantuan praktis seperti memberikan fasilitas transportasi, membantu membersihkan rumah atau juga menyediakan waktu ketika seseorang sakit atau terluka. Bantuan ini penting bagi lansia yang mempunyai kondisi fisik lemah yang membutuhkan bantuan tenaga dari orang di sekitarnya (Felton & Bery 1992 diacu dalam Jauhari 2003). Tabel 14 menunjukkan bahwa dukungan instrumental berikan oleh keluarga baik LM maupun LA. Penelitian menunjukan hampir seluruh dukungan instrumental yang diberikan pada lansia dilakukan oleh anak baik pada LM maupun LA. Hampir seluruh LM dan LA mendapat dukungan instrumental yang cukup baik dari keluarga, ditunjukkan dari seluruh aspek dukungan instrumental memproleh skor yang tinggi. Keluarga selalu siap membantu para lansia apabila dibutuhkan (Tabel 14). Tabel 14. Sebaran contoh yang selalu mendapatkan dukungan sosial dimensi dukungan instrumental No Pernyataaan LM (n=51) LA (n=73) p- value % % 1 Keluarga selalu dapat dimintai tolong dalam keadaan darurat Apabila ada masalah untuk perbaikan rumah anda keluarga dapat dimintai tolong Keluarga dapat dimintai tolong untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari bila tidak mampu. 4 Saat jauh dari rumah, ada keluarga yang dapat di hubungi untuk datang dan menjemput Saat kesulitan keuangan, keluarga dapat dimintai bantuan Keluarga/anak selalu siap mengantar kemanapun pergi p-value Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Uji beda menunjukkan tidak ada perbedaaan yang nyata (p 0.05) antara LM dengan LA pada dimensi dukungan instrumental. Namun berbeda nyata pada indikator pada keadaan darurat dan pada saat jauh dari rumah. LA lebih baik

80 60 daripada LM hal ini karena LA lebih mudah untuk meminta tolong daripada LM, karena LM anak-anak nya biasa tinggal berjauhan. Dukungan Sosial Total Hasil penelitian menunjukkan tiga perempat LM (76.5%) dan LA (74%) memperoleh dukungan sosial pada katagori tinggi. Hasil uji beda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p 0.10) antara LM dan LA (gambar 14). Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Gambar 14. Sebaran Contoh berdasarkan Tingkatan Dukungan Sosial LM memperoleh dukungan sosial lebih baik daripada LA. Hal ini disebabkan karena LM lebih aktif dan juga lebih mandiri daripada LA. Dukungan Ekonomi Perubahan sistem dan struktur dalam masyarakat, membawa implikasi terhadap peran dan kedudukan lansia dalam keluarga dan masyarakat. Misalnya perubahan dari bentuk keluarga luas pada masyarakat tradisional ke keluarga inti (nuclear family) berimplikasi bahwa lansia yang mengalami hidup sendiri. Kondisi hidup sendiri jauh dari perhatian keluarga akan membawa masalah terhadap orang lansia, terutama orang lansia yang tidak memiliki ekonomi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masalah ekonomi yang dialami orang lansia adalah tentang pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan, perumahan, kesehatan, rekreasi dan sosial. Dengan kondisi fisik dan psikis yang menurun menyebabkan mereka kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang produktif. Di sisi lain mereka dituntut untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin meningkat dari sebelumnya, seperti kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi yang menderita penyakit ketuaan dan kebutuhan rekreasi.

81 61 Penghasilan lansia berasal dari pensiun, tabungan, dan bantuan keluarga. Bagi lansia yang memiliki asset dan tabungan cukup, tidak terlalu banyak masalah. Tetapi bagi lansia yang tidak memiliki jaminan hari tua dan tidak memiliki aset dan tabungan yang cukup maka pilihan untuk memperoleh pendapatan jadi semakin terbatas. Jika tidak bekerja berarti bantuan yang diperoleh mereka dapatkan dari bantuan keluarga, kerabat atau orang lain. Dengan demikian maka status ekonomi lansia pada umumnya berada dalam lingkungan kemiskinan. Keadaan tersebut akan mengakibatkan lansia tidak mandiri, secara finansial tergantung kepada keluarga atau masyarakat bahkan pemerintah. Banyak lansia dengan sia-sia mencari suatu bentuk pekerjaan, upaya untuk mencari pekerjaan setelah pensiun mengalami kesulitan, karena berbagai lowongan pekerjaan di berbagai media masa selalu menghendaki tenaga kerja dengan pendidikan tinggi, penampilan menarik, energik, loyalitas tinggi, dan usia maksimal yang dikehendaki pada umumnya tahun. Pada umumnya penghasilan yang diperoleh lansia rendah sehingga untuk memenuhi kebutuan hidupnya sehari-hari mereka masih memerlukan bantuan orang lain seperti anak, keluarga, teman, orang lain, pemerintah atau lembaga sosial lainnya. Tabel 15. Sebaran contoh yang selalu mendapatkan dukungan ekonomi LM LA p- No Pernyataaan (n=51) (n=73) value % % 1 Menerima bantuan keuangan setiap bulannya dari keluarga/anak 2 Kebutuhan sandang, pangan dipenuhi oleh keluarga/anak 3 Anak-anak selalu menyediakan dana untuk kebutuhan yang tidak terduga 4 Keluarga menyediakan dana untuk rekreasi bapak/ibu 5 Keluarga selalu menyediakan dana untuk keperluan kesehatan /berobat p value Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh LA (90.4%) dan LM (66.7%) kebutuhan sandang, pangan dipenuhi oleh anak. Sebagian besar LA (83.6%) menerima bantuan keuangan setiap bulannya dan dua pertiga LM (76.5%) menerima bantuan keuangan, hal ini disebabkan karena LM masih berpasangan dan mempunyai penghasilan sendiri. Dalam pemenuhan kebutuhan yang tak

82 62 terduga dan biaya pengobatan LA lebih baik daripada LM. Dan LM lebih baik dalam pemenuhan biaya rekreasi (33.3%) dibandingan LA (20.5%), karena LA lebih banyak bepergian dengan anak dibandingkan dengan lansia yang tinggal sendiri (Tabel 15). Tabel 15 menunjukkan tidak ada perbedaaan yang nyata (p 0.05) antara LM dan LA pada dukungan ekonomi, namun berbeda nyata pada pemenuhan kebutuhan sandang, pangan LA lebih baik daripada LM disebabkan hampir sebagian besar LA (90.4%) semua kebutuhannya dipenuhi anak, sedangkan LM lebih mandiri dalam pemenuhan sandang dan pangan karena mempunyai penghasilan sendiri dan tidak mau membebani anak. Keterangan: LM = Lansia Mandiri; LA = Lansia dengan Anak Gambar 15. Sebaran contoh berdasarkan tingkat dukungan ekonomi Hasil penelitian menunjukkan dukungan ekonomi pada LM pada tingkatan sangat rendah (35.3%) demikian pula dengan LA dukungan ekonomi berada pada tingkatan rendah (41.1%). Hal ini disebabkan karena para lansia masih mempunyai penghasilan baik dari pensiunan maupun dari usaha Hasil uji beda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p 0.10) antara LM dan LA (Gambar 15). Kualitas Hidup Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Peningkatan usia harapan hidup, menyebabkan jumlah penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Semakin meningkatnya jumlah lansia tidak terlepas dari kualitas hidup lansia yang semakin baik. Kualitas hidup dalam penelitian ini mengacu pada aspek-

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lanjut Usia (lansia) merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross sectional, karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Efendi 1995). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia 57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi, dan keluarga juga merupakan sistem sosial

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

PENDUDUK LANJUT USIA

PENDUDUK LANJUT USIA PENDUDUK LANJUT USIA Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

para1). BAB I PENDAHULUAN

para1). BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi tua merupakan suatu proses perubahan alami yang terjadi pada setiap individu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sampai 74 tahun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pada dasarnya dialami oleh semua makhluk hidup. Tahapan perkembangan pada manusia dimulai pada saat manusia berada di dalam kandungan (prenatal) hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) menurut UU Nomer 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk pada usia 60 tahun keatas di negara berkembang diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1 ayat 1 menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun keatas. Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup, artinya secara fisik individu akan terus tumbuh namun akan berhenti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menjadi tua itu pasti dan menjadi dewasa itu pilihan. Kalimat tersebut mengingatkan individu bahwa menjadi tua adalah sebuah kepastian dalam rentang hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi ikut berkontribusi secara bermakna dalam dunia kesehatan. Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa ialah melihat usia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini seorang individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi di Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat

Lebih terperinci

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012). BAB I 1.1 Latar Belakang Penuaan merupakan suatu proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Saat ini banyak orang yang bertahan dari tantangan kehidupan dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Semua individu pasti

Lebih terperinci

R Sq Linear = 0.02 R Sq Linear = 0.007 R Sq Linear = 0.027 150 pendidikan ibu, relasi gender, manajemen keuangan, kesejahteraan keluarga subjektif, sebaliknya berhubungan negatif nyata dengan usia ibu

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang mengalami usia lanjut. Para ahli membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia biologis (Nawawi, 2009). Pada lansia

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran (Kemenkes RI, 2014). Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran (Kemenkes RI, 2014). Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH) atau Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan. Akan tetapi peningkatan UHH tersebut

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi 43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Keluarga dan Pendekatan Teori

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Keluarga dan Pendekatan Teori 9 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga dan Pendekatan Teori Pengertian Keluarga Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, keluarga adalah suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia atau angka harapan hidup penduduk Indonesia telah meningkat secara bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan 60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang Indonesia seperti negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik akan mengalami penuaan penduduk dengan amat sangat cepat. Pada tahun 2012 Indonesia termasuk negara Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia, menua atau aging adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia yang diberi umur panjang. Menua bukanlah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia. Pada lanjut usia terjadi beberapa perubahan fisik dan fungsi biologis tubuh,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia. Pada lanjut usia terjadi beberapa perubahan fisik dan fungsi biologis tubuh, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia atau yang sering disebut lansia merupakan suatu fase dalam kehidupan manusia. Pada lanjut usia terjadi beberapa perubahan fisik dan fungsi biologis tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari angka harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Posyandu Lansia 2.1.1 Pengertian Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (1999), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 40 tahun, saat perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 2 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui

BAB I PENDAHULUHAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui BAB I PENDAHULUHAN 1. LATAR BELAKANG Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Setiap masa yang dilalui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dianjurkan untuk melakukan upaya promotif dan preventif, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dengan cerdik, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Lanjut usia di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena meningkatnya usia harapan hidup. Pada tahun 1980 usia harapan hidup di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah. Dalam ruang lingkup mikro, kesehatan berpengaruh

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000 adalah dari jumlah penduduk Indonesia dan tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000 adalah dari jumlah penduduk Indonesia dan tahun 2006 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong negara dengan struktur penduduk lanjut usia (aging structured population ) karena jumlah penduduk kelompok lanjut usia di Indonesia tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND THE ELDERLY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Contoh dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Contoh dan Cara Pengambilan Contoh 35 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor untuk mewakili wilayah perkotaan dan Kabupaten Bogor untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kelompok usia lain. Pergeseran distribusi usia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kelompok usia lain. Pergeseran distribusi usia seringkali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lansia di seluruh dunia berjalan sangat cepat dibandingkan dengan kelompok usia lain. Pergeseran distribusi usia seringkali dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional.

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA KARTU ASKESKIN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS TANJUNGSARI SUMEDANG KUSTIA

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA KARTU ASKESKIN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS TANJUNGSARI SUMEDANG KUSTIA ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA KARTU ASKESKIN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS TANJUNGSARI SUMEDANG KUSTIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses menua (aging process) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi demografi sedang terjadi di seluruh dunia, sehingga terjadi penambahan proporsi penduduk lanjut usia, sedangkan proporsi penduduk berusia muda menetap atau berkurang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari dalam maupun dari luar

Lebih terperinci

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan 46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual merupakan komponen integral yang tidak terpisahkan pada semua orang (Stanley

Lebih terperinci

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai PEMBAHASAN Penelitian ini didasarkan pada pentingnya bagi remaja mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa sehingga dapat mengelola tanggung jawab pekerjaan dan mampu mengembangkan potensi diri dengan

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka Pengertian Lanjut Usia Pelayanan Lansia

PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka Pengertian Lanjut Usia Pelayanan Lansia 4 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan mengenai pustaka rujukan yang diambil dari berbagai jenis pustaka seperti buku, peraturan pemerintah maupun hasil penelitian. Bab ini juga menjelaskan mengenai

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu

Lebih terperinci