BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu pembentuk modal manusia yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah. Dalam ruang lingkup mikro, kesehatan berpengaruh terhadap produktivitas kegiatan ekonomi individu. Kondisi kesehatan menentukan penawaran tenaga kerja individu. Penurunan tingkat kesehatan menyebabkan seseorang mengurangi atau kehilangan kesempatan bekerja yang pada akhirnya berdampak terhadap tingkat pendapatannya. Penelitian Gertler et al. (2002) dengan menggunakan data survei yang menggambarkan populasi Indonesia menemukan bahwa penurunan tingkat kesehatan berdampak terhadap penurunan pendapatan dan tingkat konsumsi rumah tangga. Dengan demikian, status kesehatan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan individu. Kesehatan tidak hanya memiliki pengertian sempit yaitu terbebas dari penyakit namun memiliki pengertian yang lebih luas. World Health Organization (WHO) dalam pembukaan konstitusinya mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sejahtera (well-being) yang utuh baik fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit (WHO, 2016). Dalam perkembangannya, pengertian kesehatan ditempatkan dalam konteks perubahan lingkungan yang semakin dinamis seperti yang diusulkan oleh Bircher (2005) yaitu kesehatan sebagai keadaan dinamis dari kesejehateraan yang ditunjukkan oleh karakter potensi fisik, mental, dan sosial seorang individu. Perkembangan pengertian kesehatan yang lebih luas tersebut menyebabkan ukuran-ukuran status kesehatan dikembangkan dalam 1

2 kaitannya dengan kualitas hidup atau yang sering disebut dengan Health Related Quality of Life (HRQOL). Ukuran kesejahteraan dapat didekati secara objektif maupun subjektif. Kesejahteraan subjektif atau subjective well-being dewasa ini menjadi salah satu ukuran yang digunakan untuk melengkapi indikator kesejahteraan objektif individu seperti tingkat pendapatan atau tingkat konsumsi. Kesejahteraan subjektif didefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan emosional seseorang atas hidupnya (Diener et al., 1999). Evaluasi tersebut meliputi reaksi emosional terhadap suatu kejadian dan juga penilaian kognitif atas kepuasan kehidupan individu tersebut. Dalam berbagai kesempatan, istilah kesejahteraan subjektif sering digunakan secara bergantian dengan istilah kebahagiaan dan kepuasan hidup (life satisfaction). Demikian halnya dalam penelitian ini, istilah kesejahteraan subjektif, kebahagiaan dan kepuasan hidup digunakan secara bergantian. Metode yang sering digunakan untuk mengukur kesejahteraan subjektif adalah dengan survei yang mengharuskan responden memberikan jawaban pada tingkat berapa dalam suatu rentang skala responden tersebut merasa bahagia (Easterlin, 1974; Frey et al., 2002). Sebagai contoh, General Social Survey Amerika Serikat (NORC, 2015) menggunakan pertanyaan : Meskipun ukuran tersebut bersifat subjektif, dalam konteks kehidupan berdemokrasi, opini masyarakat atas evaluasi kehidupannya harus dihargai dan diperhatikan sebagai bagian penilaian kesuksesan kehidupan masyarakat oleh 2

3 pembuat kebijakan publik (Diener, 2000). Selain itu, tidak semua determinan kesejahteraan individu tercermin dalam harga pasar, sehingga ekonom perlu mengapresiasi kesejahteraan subjektif sebagai pilihan untuk analisa kesejahteraan individu (Ott, 2010). Tingkat pendapatan atau kondisi ekonomi individu menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif. Diener et al. (2001) dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan positif antara pendapatan dengan kebahagiaan. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa pengaruh pendapatan terhadap kebahagiaan sangat kuat terutama pada kelompok negara miskin. Temuan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Tella et al. (2003) yang menyebutkan kebahagiaan dipengaruhi oleh siklus makroekonomi suatu negara. Resesi ekonomi tidak hanya menyebabkan individu dihadapkan pada jatuhnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara tetapi juga tekanan psikis bagi warganya atas ancaman kehilangan pekerjaan. Easterlin (2003) berpendapat tidak selamanya tingkat pendapatan akan sejalan dengan kesejahteraan subjektif. Penelitian dengan membandingkan data antar individu atau negara secara cross section memberikan hasil peningkatan pendapatan yang diikuti peningkatan kesejahteraan subjektif. Dengan melihat data time series, Easterlin mengungkapkan adanya tendensi bahwa seiring berjalannya siklus hidup seseorang, peningkatan pendapatan tidak diikuti oleh perubahan kebahagiaan seseorang. Peningkatan konsumsi tidak serta-merta meningkatkan utilitas seseorang. Pengalaman pencapaian di masa lampau serta perbandingan dengan kondisi lingkungan sosial mempengaruhi kepuasan saat ini. Utilitas yang 3

4 diperoleh dengan penambahan konsumsi tidak memberikan hasil yang diharapkan karena seseorang telah beradaptasi dan pada saat bersamaan kondisi lingkungan sebagai pembanding juga mengalami peningkatan lebih dahulu. Berbeda dengan tingkat pendapatan, konsep tentang kehidupan keluarga serta status kesehatan cenderung tidak berubah sepanjang siklus hidup seseorang (Easterlin, 2003). Karena tingkat keinginan yang cenderung tetap tersebut, individu yang mengalami penurunan kesehatan atau kehidupan berkeluarga akan mengalami penurunan kesejahteraan subjektif yang berdampak lebih permanen. Individu yang mengalami disabilitas, meskipun mampu beradaptasi tidak sepenuhnya kembali pada level kesejahteraan subjektif seperti pada saat sebelum mengalami disabilitas (Oswald et al., 2006). Sebagai salah satu faktor penting pembentuk kesejahteraan subjektif, beberapa penelitian empiris telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh status kesehatan terhadap kesejahteraan subjektif. Beberapa penelitian yang dilakukan di negara barat menunjukkan adanya hubungan negatif antara kondisi sakit dengan tingkat kesejahteraan subjektif (Oswald et al., 2006; Bockerman et al., 2011; Mukuria et al., 2012). Sementara itu, penelitian dengan topik serupa di negara-negara Asia masih terbatas. Tercatat Wang et al. (2015) dengan data survei penduduk pedesaan di China menemukan adanya pengaruh positif dan kuat antara kondisi kesehatan mental dengan kesejahteraan subjektif. Dari semua ukuran kesehatan dalam penelitian tersebut, rasa depresi berpengaruh paling kuat terhadap penurunan kesejahteraan subjektif. 4

5 Ukuran kesehatan tidak hanya terbatas pengkuran mortalitas, kejadian dan prevalensi suatu jenis penyakit tertentu namun juga dikembangkan ukuran kesehatan dalam konteks kualitas hidup atau yang sering disebut sebagai healthrelated quality of life (Siegel, 2012). Penelitian tentang pengaruh kesehatan terhadap kesejahteraan subjektif di Indonesia masih terbatas dengan menggunakan ukuran tinggian badan, Body Mass Index (BMI), gejala depresi, dan kekuatan genggaman tangan (Sohn, 2014) serta penilaian mandiri status kesehatan secara general (Rahayu et al., 2016). Sepengetahuan penulis, penelitian dengan menggunakan ukuran health related quality of life belum dilakukan untuk studi kassus di Indonesia. Untuk mengisi gap tersebut, dalam penelitian ini digunakan ukuran kemampuan fisik (physical function) sebagai proxy status kesehatan. Kajian tentang kemampuan fungsi fisik relevan dalam konteks studi kasus di Indonesia. Seiring peningkatan usia harapan hidup dan, Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) memproyeksikan adanya peningkatan komposisi penduduk usia tua pada tahun 2035 (Adioetomo et al., 2014). Terdapat peningkatan aging index yaitu jumlah lansia berusia di atas 60 tahun setiap 100 anak berusia di bawah 14 tahun. Jika pada tahun 1971 terdapat 10 orang lansia setiap 100 anak di Indonesia, pada tahun 2035 diproyeksikan terdapat 73 orang lansia setiap 100 anak. Di sisi lain, angka potential support ratio cenderung mengalami penurunan. Angka potential support ratio menunjukan jumlah orang berusia kerja (15-64) tahun per satu orang lansi. Jika pada tahun 1971 angka potential support ratio mencapai 21, pada tahun 2035 diproyeksikan turun hingga 6,4. Seperti yang diketahui, salah satu 5

6 isu utama pada penuaan populasi (aging population) adalah penurunan kemampuan fisik individu yang berdampak besar terhadap kualitas individu di masa tuanya. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengaruh kesehatan terhadap kesejahteraan subjektif dengan menggunakan data yang menggambarkan populasi Indonesia telah dilakukan Sohn (2014) dan Rahayu et al. (2016). Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian tersebut adalah penggunaan indeks kemampuan fungsi fisik (physical function) sebagai variabel status kesehatan. Sohn (2014) menaruh minat pada hubungan antara tinggi badan dengan kebahagiaan di Indonesia. Dalam penelitian tersebut digunakan juga beberapa variabel terkait status kesehatan berupa Body Mass Index (BMI), kapasitas paru, kadar Hb, status hipertensi dan penilaian mandiri (self reported) status kesehatan. Sementara itu Rahayu et al. (2016) menggunakan variabel persepsi status kesehatan secara general dan kesehatan mental sebagai proxy dari kondisi kesehatan. Hasil penelitian keduanya menunjukkan bahwa individu dengan kondisi sehat memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang lebih tinggi. Kemampuan fungsi fisik merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk mengukur status kesehatan dalam konteks kualitas hidup (health related quality of life). Penelitian lain menggunakan ukuran status kesehatan yang diperoleh dari instrumen survei multidimensi seperti Short Form 36 (SF-36) atau EuroQol-5D (EQ-5D) seperti yang dilakukan oleh Bockerman et al. (2011), Mukuria et al. (2013) dan Wang et al. (2015). Sama seperti instrumen SF-36 atau EQ-5D, physical function juga merupakan ukuran HRQOL namun hanya mencakup 6

7 aspek disabilitas. Sepengetahuan penulis, penelitian yang menggunakan ukuran kemampuan fungsi fisik (physical function) sebagai variabel penjelas fungsi kesejahteraan belum dilakukan sebelumnya untuk studi kasus di Indonesia. Tabel 1.1 Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian Metode Variabel Dependent Variabel Independent terkait Status Kesehatan Wang et al. (2015) Mukuria et al. (2013) Böckerma n et al. (2011) Oswald et al. (2006) Rahayu et al. (2016) Sohn (2014) OLS Ordered Logit OLS 4 skala selfreported kebahagiaan 5 skala selfreported kebahagiaan 10 skala self reporterd SWB OLS 7 skala self reported kepuasan hidup Ordered Probit Ordered Probit 3 skala self reported kesejahteraan subjektif 3 skala self reporterd kesejahteraan subjektif Temuan EQ-5D Terdapat hubungan antara pennurunan tingkat kesehatan dengan penurunan Kesejahteraan Subjektif. Dari semua ukuran kesehatan, rasa depresi berpengaruh paling kuat terhadap penurunan kesejahteraan subjektif. EQ-5D SF-6D dan Kondisi kronis, EQ-5D dan 15D Kondisi disabilitas indeks kesehatan mental, self reported status kesehatan general Tinggi badan, BMI, self reported status kesehatan general Penurunan status kesehatan berdampak pada penurunan kesejahteraan subjektif. Kesehatan mental berdampak besar terhadap kesejahteraan subjektif, rasa sakit berdampak kecil dan kesehatan fisik tidak berasosiasi dengan kesejahteraan subjektif. Kondisi kronis menyebabkan penurunan kesejahteraan subjektif. Dengan menggunakan EQ-5D dan 15 D sebagai variabel kontrol, ditemukan bahwa hanya gangguan psikiatris yang secara signifikan mengalami penurunan kesejahteraan subjektif. Terdapat kemampuan adaptasi penyandang disabilitas untuk meningkatkan level life satisfaction namun tidak sepenuhnya kembali pada tingkat sebelum menyandang disabilitas. Status kesehatan bepengaruh positif terhadap kesejahteraan subjektif Status kesehatan bepengaruh positif terhadap kesejahteraan subjektif 7

8 Dari sisi metodologi, penelitian ini menggunakan pendekatan model ordered logit dengan instrumental variable (IV). Penggunan model IV dikarenakan adanya dugaan endogenitas dalam model. Dugaan tersebut didasarkan pada penelitian Sabatini (2014) yang menunjukkan bahwa tingkat kebahagiaan merupakan predictor yang baik terhadap status kesehatan individu. Selain itu, berdasarkan model disabilitas Verbrugge dan Jette (1994), disabilitas dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti gangguan patologi dan impairment yang besar kemungkinan bersifat unobserved. Penggunaan IV dilakukan untuk menguji adanya arah kausalitas serta pengaruh unobserved variable tersebut. Dalam penelitian ini variabel endogen indeks physical function diinstrumenkan dengan menggunakan variabel yang menggambarkan impairment yaitu riwayat kecelakaan yang pernah dialami. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa status kesehatan memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan subjektif. Sementara itu, berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik, Indonesia dihadapkan pada peningkatan aging population pada tahun Kelompok ini sangat rentan terhadap gangguan atas keterbatasan kemampuan fisik tubuh. Penurunan kemampuan fisik diduga memiliki pengaruh terhadap penurunan kesejahteraan subjektif. Namun demikian, penelitian sebelumnya belum menggunakan ukuran terkait keterbatasan kemampuan fisik dalam menganalisis pengaruh status kesehatan terhadap kesejahteraan subjektif. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan analisis sejauh mana kemampuan fisik berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif di Indonesia. 8

9 1.4 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah status kesehatan individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif individu dan berapakah besarnya pengaruh tersebut? 2. Apakah karakter-karakter sosial-ekonomi dan demografi individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif individu dan berapakah besarnya pengaruh karakter sosial-ekonomi dan demografi individu tersebut? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis hubungan antara status kesehatan dan kesejahteraan subjektif individu beserta besarnya pengaruh status kesehatan individu terhadap kesejahteraan subjektif individu. 2. Menganalisis hubungan karakter sosial-ekonomi dan demografi individu dengan kesejahteraan subjektif individu. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Memperkaya kajian di bidang ekonomika pembangunan dan ekonomika kesehatan secara umum dan kesejahteraan subjektif secara khusus terkait dengan hubungan antara faktor status kesehatan, sosial-ekonomi, dan demografi individu terhadap kesejahteraan subjektif individu di Indonesia. 9

10 2. Pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kesejahteraan individu yang berkaitan dengan tingkat kesehatan masyarakat, di mana peningkatan kesejahteraan tidak hanya difokuskan kepada peningkatan indikator pendapatan atau material saja tetapi juga pentingnya faktor status kesehatan terhadap kesejahteraan masyarakat. 3. Penelitian-penelitian selanjutnya untuk mengembangkan hasil penelitian ini lebih lanjut untuk kepentingan pendidikan, pembangunan dan pengambilan keputusan. 1.7 Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan memanfaatkan data survei Indonesian Family Life Survey (IFLS) periode tahun2014. Data IFLS 2014 adalah data IFLS yang terbaru. Data IFLS adalah data yang sangat kaya dan lengkap yang merupakan representasi lebih dari 80 persen populasi Indonesia. Survei IFLS mencakup informasi mengenai karakteristik demografi individu, kondisi sosial dan ekonomi individu dan rumah tangga, kondisi kesehatan individu dan modal sosial. 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab. Bab 1 Pendahuluan berisikan latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan ruang lingkup penelitian. Bab 2 Tinjauan Pustaka berisikan kajian teoritis terkait dengan status kesehatan, disabilitas dan kesejahteraan subjektif. Bagian ini dilanjutkan dengan pembahasan penelitian dengan tema sama 10

11 yang pernah dilakukan sebelumnya. Bab 3 Metode Penelitian berisikan tahapan penelitian, model ekonometri serta definisi operasional variabel yang digunakan. Bab 4 Analisis dan Pembahasan berisikan analisis statistik deskriptif, analisis hasil regresi dan diskusi pembacaan hasil olah data tersebut. Bab 5 Simpulan dan Saran menjelaskan simpulan, implikasi, keterbatasan dan saran. Bagian Simpulan dan Saran berisikan rumusan jawaban atas pertanyaan penelitian berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. 11

BAB I PENDAHULUAN. sosial, keamanan ekonomi dan keselamatan personal dan harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. sosial, keamanan ekonomi dan keselamatan personal dan harapan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator untuk mengukur kesejahteraan secara umum. Namun, pada Konferensi Bretton Woods tahun 1944, Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk usia lanjut diproyeksikan meningkat setiap tahun diperkirakan mencapai 67 juta orang atau sekitar 24% dari seluruh populasi Indonesia pada tahun 2035.

Lebih terperinci

Dampak Askeskin Terhadap Status Kesehatan Individu Dewasa

Dampak Askeskin Terhadap Status Kesehatan Individu Dewasa Dampak Askeskin Terhadap Status Kesehatan Individu Dewasa 2 nd Indonesian Health Economics Association Congress Jakarta, 7 10 April 2015 Edy Purwanto SurveyMETER 2015 Background Kondisi Kesehatan Rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks di semua negara yang muncul seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks di semua negara yang muncul seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah kompleks di semua negara yang muncul seiring dengan lahirnya peradaban manusia. Meskipun berbagai kajian dan penelitian telah dilakukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (1999), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 40 tahun, saat perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk pada usia 60 tahun keatas di negara berkembang diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson ` BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis adalah penyebab dari kesakitan dan kematian yang membutuhkan jangka waktu lama dan respon yang kompleks, jarang sembuh total, serta berkoordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Populasi orang berusia lanjut di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Populasi orang berusia lanjut di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi orang berusia lanjut di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang cepat dan diprediksikan akan terus meningkat di masa yang akan datang. Pada tahun 2020, populasi

Lebih terperinci

RISET TAHUN Hubungan antara subjective well-being dengan motif penggunaan kartu debit pada konsumen lanjut usia.

RISET TAHUN Hubungan antara subjective well-being dengan motif penggunaan kartu debit pada konsumen lanjut usia. RISET TAHUN 2010 Judul Penelitian Hubungan antara subjective well-being dengan motif penggunaan kartu debit pada konsumen lanjut usia Topik Penelitian Perilaku Ekonomi Hubungan antara kebutuhan menurut

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN TUTORIAL METODOLOGI PENELITIAN

MODUL PELATIHAN TUTORIAL METODOLOGI PENELITIAN MODUL PELATIHAN TUTORIAL METODOLOGI PENELITIAN Disusun oleh: Al Muizzuddin Fazaalloh, SE., ME. UNTUK MAHASISWA JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS - UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 1. PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. termasuk dalam segi fungsi fisik, interaksi sosial, dan keadaan mental (Jonsen, 2006). Penilaian

BAB V PEMBAHASAN. termasuk dalam segi fungsi fisik, interaksi sosial, dan keadaan mental (Jonsen, 2006). Penilaian BAB V PEMBAHASAN Kualitas hidup merupakan persepsi subjektif, yang berasal dari pasien dalam menilai pengalaman/kenyataan hidupnya secara keseluruhan atau sebagian sebagai baik atau buruk; termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lanjut usia (lansia) merupakan tahap terakhir dari tahapan perkembangan manusia. Didalam masyarakat, masa lansia sering diidentikkan dengan masa penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia dalam kehidupan. Manusia menjadi tua melalui proses perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terdapat perkembangan yang signifikan dari kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan publik menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan perlu mendapatkan perhatian khusus.

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan 2014;

Indonesia - Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan 2014; Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan 2014; Laporan ditulis pada: March 23, 2018 Kunjungi data katalog kami di: http://mikrodata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN 115 BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji regresi probit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (2014) menyebutkan bahwa populasi lanjut usia (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga 2050 yaitu 11%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang 24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya akan mengalami proses menjadi tua yang dikenal dengan lanjut usia (Lansia). Periode Lansia adalah periode penutup dalam rentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persalinan (WHO, 2008) merupakan periode penting bagi ibu dan bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN. persalinan (WHO, 2008) merupakan periode penting bagi ibu dan bayi baru lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan seseorang dapat dapat diindikasikan oleh meningkatkatnya usia harapan hidup (UHH), akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat Indonesia merupakan suatu cita-cita dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila dapat menyelesaikan masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROLANIS 1. Pengertian Prolanis PROLANIS merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, Fasilitas

Lebih terperinci

menilai kondisi kehidupannya saat ini dengan melihat jarak antara posisi kehidupannya saat ini dengan kehidupan yang diinginkan. Dalam hal ini bisa di

menilai kondisi kehidupannya saat ini dengan melihat jarak antara posisi kehidupannya saat ini dengan kehidupan yang diinginkan. Dalam hal ini bisa di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang pasti menginginkan kualitas hidup yang baik dan memiliki standar tersendiri mengenai kualitas hidup, begitu pun dengan wirausahawan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. total penduduk di hampir setiap negara di dunia (World Bank, 2012). Namun, kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. total penduduk di hampir setiap negara di dunia (World Bank, 2012). Namun, kontribusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tiga dekade terakhir, populasi wanita di dunia telah mencapai setengah dari total penduduk di hampir setiap negara di dunia (World Bank, 2012). Namun, kontribusi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN STUDI

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN STUDI 77 BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN STUDI 5.1. Kesimpulan Penelitian ini membuktikan bahwa tingkat kejahatan suatu daerah di Jawa pada tahun 2007 dapat dijelaskan melalui model ekonomi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Tingginya prevalensi obesitas di dunia, menyebabkan terganggunya kondisi fisik, psikososial dan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. dan Sawada 2003), penyedia investasi modal manusia (Raut dan Tran 2005) serta layanan

BAB 1 Pendahuluan. dan Sawada 2003), penyedia investasi modal manusia (Raut dan Tran 2005) serta layanan Daftar Gambar Gambar 2-1 Perilaku Altruism... 87 Gambar 2-2 Model Switching Motivation Transfers... 88 Gambar 3-1 Konsumsi Seumur Hidup... 143 Gambar 4-1 Fungsi Utilitas Model Social Pressure... 191 xii

Lebih terperinci

Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2017

Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2017 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan, 2017 ABSTRAKSI Keterbatasan indikator ekonomi dalam merepresentasikan tingkat kesejahteraan masyarakat telah meningkatkan perhatian dunia terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki keinginan untuk lahir dengan kondisi fisik yang normal dan sempurna, namun pada kenyataannya ada manusia yang tidak dapat mendapatkan kesempurnaan

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014 Nomor : 013/02/63/Th. XIX, 05 Februari 2015 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 SEBESAR 70,11 PADA SKALA 0 100 Indeks Kebahagiaan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan yang baik adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional antara variabel-variabel yang dinyatakan dalam suatu bentuk persamaan

BAB I PENDAHULUAN. fungsional antara variabel-variabel yang dinyatakan dalam suatu bentuk persamaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan ilmu yang mempelajari tentang suatu hubungan fungsional antara variabel-variabel yang dinyatakan dalam suatu bentuk persamaan matematik

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

Indeks Kebahagiaan Jawa Tengah 2014

Indeks Kebahagiaan Jawa Tengah 2014 No. 15/02/33/Th. IX, 5 Februari 2015 Indeks Kebahagiaan Jawa Tengah 2014 INDEKS KEBAHAGIAAN JAWA TENGAH TAHUN 2014 SEBESAR 67,81 PADA SKALA 0 100 Indeks Kebahagiaan Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 67,81

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling banyak ditemukan di masyarakat. Pada anak anak karies gigi adalah permasalahan kesehatan gigi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian, diskusi mengenai hasil penelitian dan saran yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam bidang peningkatan dan pencegahan penyakit telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur harapan hidup meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk

BAB I. Pendahuluan. menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Beralihnya piramida penduduk dunia dari piramida penduduk muda menjadi piramida penduduk tua dan urbanisasi merupakan dua tren global yang menjadi fokus utama di abad

Lebih terperinci

Indeks Kebahagiaan Jawa Timur Tahun 2014

Indeks Kebahagiaan Jawa Timur Tahun 2014 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 15/02/35/Th. XIII, 5 Februari 2015 Indeks Kebahagiaan Jawa Timur Tahun 2014 INDEKS KEBAHAGIAAN JAWA TIMUR TAHUN 2014 SEBESAR 68,70 PADA SKALA 0 100 Indeks Kebahagiaan Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai kesempatan Pemerintah Indonesia menyampaikan. komitmennya untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai kesempatan Pemerintah Indonesia menyampaikan. komitmennya untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berbagai kesempatan Pemerintah Indonesia menyampaikan komitmennya untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur. Hal tersebut dikarenakan Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja. Pernyataan Freud ini menggambarkan dua ranah utama dari kehidupan orang dewasa, dimana pekerjaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa dimana individu telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau

Lebih terperinci

Indeks Kebahagiaan Kalimantan Tengah Tahun 2014

Indeks Kebahagiaan Kalimantan Tengah Tahun 2014 No. 24/02/62/Th. I, 5 Pebruari 2015 Indeks Kebahagiaan Kalimantan Tengah Tahun 2014 Indeks Kebahagiaan Kalimantan Tengah Tahun 2014 Sebesar 70,01 Pada Skala 0 100 Indeks Kebahagiaan Kalimantan Tengah tahun

Lebih terperinci

Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Obesitas pada Laki-laki dan Perempuan di Indonesia: Studi Kasus dari Indonesia Family Life Survey (IFLS)

Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Obesitas pada Laki-laki dan Perempuan di Indonesia: Studi Kasus dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Obesitas pada Laki-laki dan Perempuan di Indonesia: Studi Kasus dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) Nursuci Arnashanti, Edy Purwanto, Jeffrey J. Sine 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pasti melewati segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh setiap individu dapat beragam, dapat berupa peristiwa yang menyenangkan

Lebih terperinci

Indeks Kebahagiaan Bengkulu Tahun 2014

Indeks Kebahagiaan Bengkulu Tahun 2014 No. 13/02/XVII/I, 05 Februari 2015 Indeks Kebahagiaan Bengkulu Tahun 2014 INDEKS KEBAHAGIAAN BENGKULU TAHUN 2014 SEBESAR 67,43 PADA SKALA 0 100 Indeks Kebahagiaan Bengkulu tahun 2014 sebesar 67,43 pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke- 21, banyak pengembangan berbagai teknologi strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya trend Boarding School

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes merupakan kondisi kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan suatu keadaan atau proses alamiah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Memasuki usia tua terjadi banyak perubahan baik itu perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial membuat manusia bertemu dan berhubungan dengan berbagai macam orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia ( BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan telah meningkatkan kesejahteraan sosial dan derajat kesehatan masyarakat, yang dampak positifnya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh manusia. Semakin meningkatnya usia seseorang, maka

Lebih terperinci

Indeks Kebahagiaan Papua Tahun 2014

Indeks Kebahagiaan Papua Tahun 2014 Indeks Kebahagiaan Papua Tahun 2014 INDEKS KEBAHAGIAAN PAPUA TAHUN 2014 SEBESAR 60,97 PADA SKALA 0 100 Indeks Kebahagiaan Papua tahun 2014 sebesar 60,97 pada skala 0-100. Indeks kebahagiaan merupakan rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu dapat mencapai tujuan hidup apabila merasakan kebahagian, kesejahteraan, kepuasan, dan positif terhadap kehidupannya. Kebahagiaan yang dirasakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai ukuran, bentuk, dan struktur tubuhnya sendiri, dan pada umumnya dikonseptualisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan salah satu masalah yang penting dan paling

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan salah satu masalah yang penting dan paling BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kepuasan kerja merupakan salah satu masalah yang penting dan paling banyak diteliti dalam bidang perilaku organisasi. Hal ini dikarenakan kepuasan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat serius (Setyopranoto, 2010). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat serius (Setyopranoto, 2010). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab utama kecacatan fisik dan mental pada usia produktif dan usia lanjut. Stroke juga merupakan penyebab kematian dalam waktu yang singkat, sehingga

Lebih terperinci

Indeks Kebahagiaan Kalimantan Barat Tahun 2014

Indeks Kebahagiaan Kalimantan Barat Tahun 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 14/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 Indeks Kebahagiaan Kalimantan Barat Tahun 2014 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 SEBESAR 67,97 PADA SKALA 0 100 Indeks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, pastinya setiap individu akan mengalami sebuah fase kehidupan. Fase kehidupan tersebut berawal sejak dari kandungan, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause menyebabkan > 80% wanita mengalami keluhan fisik dan psikologis dengan berbagai tekanan dan gangguan penurunan kualitas hidup (Esposito et al., 2007). Wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

Indeks Kebahagiaan Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014

Indeks Kebahagiaan Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014 No.15/02//19/Th.I, 5 Februari 2015 Indeks Kebahagiaan Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 SEBESAR 68,45 PADA SKALA 0 100 Indeks Kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan darah tinggi > 140/90 mmhg selama beberapa minggu dan dalam jangka waktu yang lama (Sarafino,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berisi masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Tujuan penelitian berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. berisi masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Tujuan penelitian berisi tentang BAB I PENDAHULUAN Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, hipotesis, dan sistematika penulisan. Latar belakang berisi tentang alasan dibalik pemilihan tema

Lebih terperinci

Well-being: Kajian Interdispliner dalam Ilmu Sosial

Well-being: Kajian Interdispliner dalam Ilmu Sosial Well-being: Kajian Interdispliner dalam Ilmu Sosial Adi Cilik Pierewan Universitas Negeri Yogyakarta 14.04.2015 1 / 16 Overview Haruskah well-being? Apa itu well-being? Multidimensional well-being Mengapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Hariadi Widodo 1, Nurhamidi 2, Maulida Agustina * 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin 2 Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. serta dapat menjalar ke ke tempat yang jauh dari asalanya yang disebut metastasis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. serta dapat menjalar ke ke tempat yang jauh dari asalanya yang disebut metastasis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tidak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat maka pola penyakit pun mengalami perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki siklus hidup yang terus berjalan dari waktu ke waktu dan usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus tersebut yang merupakan kenyataan nyata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2050 yaitu hampir mencapai 600

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Subjective Well Being dari Russell (2008) adalah persepsi manusia tentang keberadaan atau pandangan subjektif mereka tentang pengalaman hidupnya, menurut beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita yang menunjukan bahwa ovarium telah berhenti menghasilkan sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Obesitas pada masa kini bukanlah suatu hal yang asing lagi. Obesitas kini adalah sebuah permasalahan yang secara umum dialami oleh setiap individu tanpa membedakan

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia kita mengetahui bahwa yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/52//Th. I, 5 Februari 2015 Indeks Kebahagiaan Nusa Tenggara Barat, Tahun 2014 INDEKS KEBAHAGIAAN NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 SEBESAR 69,28 PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Pada tahun 2000, dua di antara tiga orang lanjut usia (lansia) di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Pada tahun 2000, dua di antara tiga orang lanjut usia (lansia) di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Pada tahun 2000, dua di antara tiga orang lanjut usia (lansia) di seluruh dunia yang berjum lah 600 juta, akan hidup dan bertempat tinggal di negara -negara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruang terbuka hijau (RTH) oleh Pemerintah Kota merupakan salah satu bagian

BAB I PENDAHULUAN. ruang terbuka hijau (RTH) oleh Pemerintah Kota merupakan salah satu bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002, penyelenggaraan hutan kota sebagai bentuk penyediaan ruang terbuka hijau (RTH)

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi

Lebih terperinci