BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN Salah satu upaya Pemerintah untuk mengamankan penerimaan Negara adalah dengan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk mematuhi dan membayar pajak. Pada Bab I telah disampaikan bahwa sistem pemungutan pajak kini telah diubah menjadi self assessment system yang disalahgunakan oleh Wajib Pajak. Penyalahgunaan sistem baru tersebut digunakan Wajib Pajak untuk menghindar dari kewajibannya dalam membayar pajak. Penyalahgunaan tersebutlah yang menimbulkan tunggakan pajak. Wajib Pajak yang memiliki tunggakan pajak diharuskan untuk melunasi tunggakan tersebut, karena tunggakan tersebut merupakan salah satu penerimaan Negara. Tunggakan pajak ini mengharuskan bagian Penagihan menagih Pajak terutang yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak. Dalam hal ini Jurusita Pajak memiliki peranan yang penting, karena apabila Wajib Pajak yang memiliki tunggakan tetap tidak melunasi utang pajaknya, maka Jurusita Pajak akan melakukan penyitaan yang berupa barang bergerak maupun tidak bergerak. Jurusita Pajak dalam melakukan penyitaan memiliki beberapa Prosedur yaitu : 1) Menerbitkan Surat Teguran Penerbitan Surat Teguran ini merupakan awal pelaksanaan tindakan penagihan oleh Pejabat Pajak untuk memperingatkan Wajib Pajak, bahwa Wajib Pajak utang pajak yang tercantum dalam STP, SKPKB, atau SKPKBT tidak dilunasi sampai melewati batas jatuh tempo 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkannya. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar pada tahun 2014 dan 2015 telah menerbitkan sebanyak 2687 surat teguran. Penerbitan Surat Teguran Pada tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini : 30

2 31 Tabel 4.1 Jumlah Surat Teguran yang Diterbitkan pada Tahun 2014 dan 2015 No Tahun Jumlah Surat Teguran Jumlah 2687 (Sumber : Seksi Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar tahun 2014 dan 2015). 2) Memberitahukan Surat Paksa Apabila Wajib Pajak tetap tidak membayar sejumlah tunggakan yang ditagihkan setelah diterbitkannya Surat Teguran, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar melakukan pemberitahuan Surat Paksa melalui Jurusita Pajak. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama pada 2 (dua) tahun terakhir yaitu tahun 2014 dan 2015 telah menerbitkan sebanyak 2811 Surat Paksa yang akan lebih jelas dari tabel berikut : Tabel 4.2 Jumlah Surat Teguran yang Diterbitkan pada Tahun 2014 dan 2015 No Tahun Jumlah Surat Paksa Jumlah 2811 (Sumber : Seksi Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar tahun 2014 dan 2015). Dalam pemberitahuan Surat Paksa ini akan dibahas berdasarkan flow chart berikut ini :

3 32 Gambar 4.1 Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa (Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar)

4 33 Dari flow chart tersebut dapat dijelaskan bahwa berdasarkan Surat Teguran yang diterbitkan Pejabat Pajak telah lewat waktu atau jatuh tempo, maka Jurusita Pajak bertindak dengan meneliti Surat Teguran tersebut kemudian mencetak konsep Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa (BAPSP) yang selanjutnya disampaikan kepada Kepala Seksi Penagihan. Konsep Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa (BAPSP) yang telah diterima oleh Kepala Seksi Penagihan, kemudian diteliti dan diparaf. Selanjutnya Kepala Seksi Penagihan menyampaikan Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa (BAPSP) kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar untuk disetujui dan ditandatangani. Setelah Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar menyetujui dan menandatangani Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa (BAPSP), selanjutnya disampaikan kepada Jurusita Pajak. Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa (BAPSP) kemudian disampaikan kepada Wajib Pajak penanggung pajak oleh Jurusita Pajak. Jurusita Pajak selanjutnya membuat Laporan Pelaksanaan Surat Paksa (LPSP) sekaligus ditandatangani dan disampaikan kepada Kepala Seksi Penagihan untuk diteliti, kemudian diberikan lagi kepada Jurusita Pajak untuk ditatausahakan. Jurusita Pajak menatausahakan Laporan Pelaksanaan Surat Paksa (LPSP) dengan cara mencatat pada kartu pengawasan serta mengarsipkannya.

5 34 3) Melakukan penyitaan terhadap barang Wajib Pajak yang mempunyai tunggakan pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Penyitaan merupakan tindak lanjut setelah diberitahukannya Surat Paksa, dan Wajib Pajak masih belum melunasi untang pajaknya dalam jangka waktu 2x24 jam. Belum dilunasinya utang Wajib Pajak tersebut, maka Pejabat Pajak menunjuk Jurusita Pajak untuk melakukan Penyitaan. Jurusita Pajak yang akan melakukan penyitaan harus disumpah terlebih dahulu. Penyitaan yang dilakukan Jurusita Pajak terdapat 2 (dua) macam, yaitu : a. Penyitaan Harta Kekayaan wajib pajak yang berupa barang bergerak Penyitaan yang berupa barang bergerak sudah dijelaskan pada Bab II. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar pada tahun 2014 dan 2015 terdapat beberapa penyitaan harta kekayaan wajib pajak yang berupa barang bergerak. Berikut ini barang-barang yang disita : Tabel 4.3 Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak Berupa Barang Bergerak pada Tahun 2014 dan 2015 No Tahun Wajib Pajak Jenis Barang Bergerak BATI Daihatsu Grand max 2014 IN Honda Supra 2009 BATI Truck Box H Honda Vario LG Truck LG Truck AP Yamaha Mio (Sumber : Seksi Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar tahun 2014 dan 2015). Dilihat dari tabel di atas pada tahun 2014 dan 2015, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar melakukan penyitaan yang berupa barang bergerak ke beberapa Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan. Pada tahun 2014, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar menyita barang bergerak dari suatu Perusahaan yg

6 35 bernama BATI dengan barang sitaan yang berupa sebuah mobil Daihatsu Grand max Kemudian di tahun yang sama, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar juga menyita barang bergerak dari Wajib Pajak Orang Pribadi yang bernama IN dengan barang sitaan berupa Honda Supra Pada tahun 2015, Perusahaan BATI melakukan tunggakan pajak yang mengharuskan barang bergerak milik perusahaan tersebut disita oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar. Adapun barang bergerak yang disita tersebut adalah berupa 1 (satu) buah Truck Box. Selain BATI, pada tahun 2015 LG juga melakukan tunggakan pajak yang menyebabkan 2 (dua) barang bergerak yang berupa truck disita oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Kemudian terdapat Wajib Pajak Orang Pribadi yang bernama H dan AP juga disita barang bergerak mereka yang berupa Honda Vario dan Yamaha Mio. Dalam melakukan penyitaan berupa barang bergerak, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh Jurusita Pajak. Prosedur penyitaan barang bergerak tersebut akan dibahas dalam flow chart berikut:

7 36 Gambar 4.2 Penyitaan Harta Kekayaan Wajib Pajak yang Berupa Barang Bergerak (Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar)

8 37 Dari flow chart tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan penyitaan, Jurusita Pajak harus memperlihatkan kartu tanda pengenalnya, kemudian menyampaikan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) yang telah diterbitkan kepada penanggung pajak dan menjelaskan maksud serta tujuan Jurusita Pajak melaksanakan penyitaan. Selama terdapat salah seorang saksi yang berasal dari Pemerintah daerah setempat, minimal setingkat sekretaris kelurahan atau sekretaris desa, meskipun penanggung pajak sendiri tidak hadir, penyitaan akan tetap dapat dilakukan. Setelah itu, Jurusita Pajak melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang barang bergerak beserta bukti kepemilikannya dimuat dalam daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS). Jurusita Pajak kemudian membuat dan menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) tersebut, selanjutnya disampaikan kepada penanggung pajak untuk ditandatangani. Setelah penanggung pajak menandatangani, maka segera disampaikan kepada saksi-saksi untuk ditandatangani. Apabila penanggung pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS), maka penolakan tersebut harus dicantumkan dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS). Jurusita Pajak kemudian menunjuk penyimpan barang sitaan didepan saksi-saksi dan menitipkan barang sitaan, yang selanjutnya Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) diteliti dan ditandatangani oleh penyimpan barang sitaan tersebut. Setelah penyimpan barang sitaan meneliti dan menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS), maka Jurusita Pajak membuat Surat Pengantar salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) dan disampaikan kepada Kepala seksi Penagihan untuk diteliti dan diparaf. Setelah Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) diteliti dan diparaf oleh Kepala seksi Penagihan, maka Kepala seksi Penagihan menyampaikan konsep surat tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama untuk disetujui dan ditandatangani. Kemudian konsep Surat

9 38 Pengantar Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) dan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) diberikan kepada Jurusita Pajak untuk ditatausahakan dan dikirimkan ke penanggung pajak dan kepolisian b. Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang berupa barang tidak bergerak Penyitaan yang berupa barang tidak bergerak sudah dijelaskan pada Bab II. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar pada tahun 2014 dan 2015 tidak terdapat penyitaan barang tidak bergerak. Dalam melakukan penyitaan berupa barang bergerak, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh Jurusita Pajak. Prosedur penyitaan barang bergerak tersebut akan dibahas dalam flow chart berikut :

10 39 Gambar 4.3 Penyitaan Harta Kekayaan Wajib Pajak yang Berupa Barang tidak Bergerak (Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar)

11 40 Dari flow chart tersebut dapat dijelaskan pada dasarnya dalam melakukan Penyitaan yang berupa barang tidak bergerak hampir sama dengan barang bergerak, karena Jurusita Pajak harus memperlihatkan kartu tanda pengenalnya, kemudian menyampaikan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) yang telah diterbitkan kepada penanggung pajak dan menjelaskan maksud serta tujuan Jurusita Pajak melaksanakan penyitaan. Selama terdapat salah seorang saksi yang berasal dari Pemerintah daerah setempat, minimal setingkat sekretaris kelurahan atau sekretaris desa, meskipun penanggung pajak sendiri tidak hadir, penyitaan akan tetap dapat dilakukan. Setelah itu, Jurusita Pajak melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang barang bergerak beserta bukti kepemilikannya dimuat dalam daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS). Jurusita Pajak kemudian membuat dan menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) tersebut, selanjutnya disampaikan kepada penanggung pajak untuk ditandatangani. Setelah penanggung pajak menandatangani, maka segera disampaikan kepada saksi-saksi untuk ditandatangani. Setelah saksi-saksi menandatangani, Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) kemudian disampaikan kepada Jurusita Pajak untuk selanjutnya Jurusita Pajak menempelkan stiker sita yang berdasarkan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) di tempat yang dianggap khalayak umum dapat mengetahui bahwa barang tidak bergerak tersebut disita. Kemudian Jurusita Pajak membuat konsep surat salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS), lalu disampaikan kepada Kepala seksi Penagihan untuk diteliti dan ditandatangani. Setelah Kepala seksi Penagihan meneliti dan menandatangani konsep durat tersebut, maka langkah selanjutnya konsep surat tersebut disampaikan ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar untuk disetujui dan ditandatangani. Kemudian konsep surat salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS)

12 41 diberikan kepada Jurusita Pajak untuk ditatausahakan dan dikirimkan kepada : 1. Penanggung Pajak, 2. Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar, dan 3. Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri setempat, intuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar. Pengiriman salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) tersebut melalui Sub Bagian Umum di Kntor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar. Selanjutnya, untuk objek sita yang berupa tanah ataupun bangunan, Jurusita Pajak melskukan konfirmasi status kepemilikan tanah maupun bangunan kepada Badan Pertanahan Nasional yang berada di wilayah sekitar objek pajak. Apabila Badan Pertanahan Nasional telah memberikan konfirmasi atas bukti kepemilikan tanah ataupun bangunan tersebut, Jurusita Pajak membuat papan pengumuman mengenai penyitaan tersebut berdasarkan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS). Dalam melaksanakan Penyitaan yang berupa Barang bergerak maupun barang tidak bergerak, Jurusita Pajak menghadapi beberapa hambatan yaitu diantaranya : a) Tidak ditemukannya alamat Penanggung Pajak Proses pencairan tunggakan pajak dapat berhasil apabila adanya kejelasan alamat tempat tinggal atau alamat didirikannya usaha Wajib Pajak. Apabila tidak ada kejelasan alamat penanggung pajak, maka akan menyulitkan petugas pajak untuk melakukan pengecekan ulang atas pelaksanaan kewajiban perpajakannya, penyampaian Surat Paksa menjadi terhambat, dan menambah biaya dalam menemukan Wajib Pajak. b) Penanggung Pajak yang bersikap tidak kooperatif Wajib Pajak yang memiliki tunggakan pajak kadang kala bersikap tidak kooperatif dan menolak untuk bekerja sama ketika harta atau barangnya akan disita. Bentuk sikap tidak kooperatif Wajib

13 42 Pajak misalnya saja saat akan dilakukan penyitaan, Wajib Pajak seperti berusaha menghalang-halangi kegiatan penyitaan yang akan dilakukan oleh Jurusita Pajak. Wajib Pajak melakukan itu karena tidak mau atau menolak barang-barangnya disita oleh Jurusita Pajak, tetapi Penanggung pajak juga tidak mau melunasi tunggakan pajaknya. c) Pengetahuan Wajib Pajak Mayoritas Wajib Pajak beranggapan bahwa mereka tidak perlu melaporkan kewajiban perpajakannya ke KPP karena mereka tidak ada kegiatan usaha. Akibatnya, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi karena tidak melaporkan kewajiban perpajakannya tersebut dan menyebabkan tunggakan pajak bagi KPP. d) Objek Sita Faktor yang menjadi kendala bagi Jurusita Pajak dalam melakukan tindakan penyitaan adalah apabila barang yang akan disita sudah terlebih dulu disita oleh Pengadilan Negeri. Apabila Jurusita Pajak menemukan kendala tersebut maka cara yang dapat dilakukan Jurusita Pajak selanjutnya adalah menyerahkan salinan surat paksa sebelum tanggal penjualan barang kepada Pengadilan Negeri daerah setempat. Dalam hal ini, hakim akan menentukan cara pembagian hasil penjualan barang antara Kantor Pajak dengan kreditur pemilik barang yang disita. Apabila dalam keputusan hakim ada pihak yang keberatan maka dapat mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi. 4) Melaksanakan Lelang Apabila penanggung pajak tidak melunasi kewajiban perpajakannya dan telah dilakukan segala upaya hukum, diantaranya menyampaikan Surat Teguran, Surat Paksa, dan melakukan Penyitaan berdasarkan ketentuan yang berlaku dengan tujuan agar Wajib Pajak melunasi kewajiban perpajakannya, maka barang-barang bergerak maupun tidak bergerak yang telah disita dapat dilelang oleh Kantor Lelang Negara. Langkah-langkah pelelangan tersebut akan dibahas dalam flow chart berikut :

14 43 Gambar 4.4 Pelaksanaan Lelang (Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar)

15 44 Dari flow chart tersebut dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan lelang berlaku setelah 14 (empat belas) hari sejak tanggal Surat Perintah Pelaksanaan Sita, Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya. Maka, pejabat atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar melakukan pengumuman di media massa, kemudian mengajukan permintaan tanggal dan tempat pelelangan kepada Kantor Lelang Negara setempat. Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan tanggal dan tempat dilaksanakannya pelelangan, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar mengeluarkan Surat Pemberitahuan. Selanjutnya, Jurusita Pajak segera menyampaikan kepada Wajib Pajak kapan dilaksanakan pelelangan atau penyampaian Surat Pemberitahuan tersebut juga bermaksud untuk memberitahu Wajib Pajak bahwa diterbitkannya Surat Pemberitahuan tersebut berarti adalah kesempatan terakhir Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Kemudian Jurusita Pajak dan Juru Lelang mendatangi tempat penyelenggaraan lelang tersebut. Setelah itu, Jurusita Pajak dan Juru Lelang mengumumkan kepada pata calon pembeli tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi serta tata cara penawarannya. Dalam pelelangan ini Wajib Pajak mempunyai hak untuk menentukan urutan barang-barang yang terlebih dahulu akan dilelangkan. Apabila hasil pelelangan atau penjualan barang sitaan tersebut telah mencapai jumlah utang pajak dan juga biaya penagihannya, maka penjualan tersebut dapat diberhentikan dan barang sitaan tersebut dapat segera dikembalikan ke Wajib Pajak. Setelah pelelangan tersebut selesai diselenggarakan, maka selanjutnya Kantor Lelang Negara membuat laporan hasil pelaksanaan lelang. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar pada tahun 2014 dan 2015 menurut barang sitaan yang berupa barang bergerak yang telah dibahas diatas telah laku dengan nominal sebagai berikut :

16 45 TABEL 4.4 Nominal Barang Bergerak yang Dilelang No Tahun Penanggung Pajak Jenis Barang Bergerak Laku BATI Daihatsu Grand max 2014 Rp ,- IN Honda Supra 2009 Rp ,- H Honda Vario Rp ,- BATI Truck Box Rp , LG Truck Rp ,- LG Truck Rp ,- AP Yamaha Mio Rp ,- (Sumber : Seksi Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar tahun 2014 dan 2015). Dilihat dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa setelah barang bergerak milik Wajib Pajak telah disita, maka selanjutnya dilakukan pelelangan yang diselenggarakan oleh Kantor Lelang Negara. Dalam tabel tersebut terlihat pada tahun 2014 terdapat penyitaan barang bergerak 1(satu) unit Daihatsu Grand Max 2014 yang laku dengan harga Rp ,- dan 1 (satu) unit Honda Supra yang laku dengan harga Rp ,-. Jadi, untuk pelelangan yang diselenggarakan pada tahun 2014 totalnya sebesar Rp ,-. Kemudian dibandingkan tahun 2014, pada tahun 2015 terdapat lebih banyak barang bergerak yang disita yaitu 1 (satu) unit Honda Vario laku dengan harga Rp ,-, 1 (satu) unit truck box laku dengan harga Rp ,-, 2 (dua) unit truck laku dengan harga Rp ,-, dan 1 (satu) unit Yamaha Mio laku dengan harga Rp ,-. Jadi, untuk pelelangan yang diselenggarakan pada tahun 2014 totalnya sebesar Rp ,-.

17 46 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Definisi penyitaan menurut Mardiasmo adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna di jadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan. Apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah Surat Paksa diberitahukan, Pejabat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Penyitaan dilakukan oleh Jurusita Pajak disaksikan oleh sekuran-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. (Mardiasmo,2011:148). Dalam melakukan penyitaan terhadap harta kekayaan penanggung pajak terdapat beberapa prosedur yang harus dilaksanakan oleh Jurusita Pajak, yaitu sebagai berikut: 1. Menerbitkan Surat Teguran Surat teguran ini merupakan langkah awal dalam pelaksanaan tindakan penagihan oleh Pejabat Pajak untuk memperingatkan Wajib Pajak agar membayar tunggakan pajaknya. Di tahun 2014 dan 2015, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar menerbitkan sebanyak 2687 surat teguran. 2. Memberitahukan Surat Paksa Apabila Wajib Pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak melebihi waktu yang telah ditenukan di dalam Surat Teguran, maka diterbitkan Surat Paksa untuk diberitahukan dengan cara dibaca didepan penanggung pajak oleh Jurusita pajak. Surat Paksa tersebut sebanding dengan putusan pengadilan yang mengharuskan Wajib Pajak melunasi dalam waktu yang sudah ditentukan yaitu 2x24 jam. Di tahun 2014 dan 2015, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar menerbitkan sebanyak 2811 surat paksa.

18 47 3. Melakukan penyitaan terhadap barang Wajib Pajak yang berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak Penyitaan ini dilakukan apabila setelah diberitahukannya Surat Paksa dan tel;ah jatuh tempo, Wajib Pajak tetap tidak melunasi tunggakan pajaknya. Penyitaan tersebut dapat berupa barang bergerak maupun tidak bergerak. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama pada tahun 2014 dan 2015 terdapat 7 barang bergerak yang telah di sita. 4. Melaksanakan Pelelangan Barang bergerak maupun tudak bergerak milik Wajib Pajak yang telah disita, kemudian di lelang oleh Kantor Lelang Negara. Total nominal pelelangan yang telah dilaksanakan sebesar Rp ,-. B. Saran Berdasarkan hasil pembahasan, Penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Salah satu hambatan dalam melaksanakan penyitaan adalah tidak ditemukannya alamat penanggung pajak. Hal tersebut dikarenakan Wajib Pajak sudah berpindah tempat tinggal atau tempat usaha. Maka dari itu, untuk mengatasi hambatan tersebut Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar sebaiknya melakukan pendataan ulang setiap tahunnya agar Wajib Pajak dapat memberikan keterangan tempat tinggal yang ditempati saat ini. 2. Hambatan lain dalam melaksanakan penyitaan adalah minimnya pengetahuan Wajib Pajak terkait dengan pembayaran pajak badan maupun orang pribadi. Untuk menyikapi masalah tersebut, sebaiknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar mengadakan sosialisasi tentang pembayaran pajak secara berkala.

19 48 DAFTAR PUSTAKA Mardiasmo Perpajakan. Edisi (revisi). Yogyakarta : Andi. Maryati, M.C ManajemenPerkantoranEfektif. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Nuraida, Ida ManajemenAdministrasiPerkantoran.Yogyakarta:Kalsium Rusjdi, Muhammad Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Edisi 2. Jakarta: PT. Indeks. Soemarso, S.R Perpajakan, Jakarta : Salemba Empat. Suandy, Erly Hukum Pajak. Edisi 2 (Revisi). Jakarta : Salemba Empat. Suandy, Erly Perpajakan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat. Sutopo, H.B Metedologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret University Press. Undang-undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Waluyo Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. Yustinus Panduan Lengkap Pajak. Jakarta : Raih Asa Sukses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu proses yang harus dilewati dan harus dilaksanakan untuk memenuhi salah satu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 BAB IV PEMBAHASAN IV.I Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP)

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP) Bab IV PEMBAHASAN IV.1 Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP) Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak. Oleh karena itu dalam hal ini petugas

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB IV PEMBAHASAN IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pandeglang Dari tahun ke tahun, target realisasi tunggakan pajak yang lunas di setiap kantor pajak

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DHAFIN FAKHRIY AZIZ Jalan Curug Cempaka No. 35 Jaticempaka Pondok Gede, 089653511162, dhafin.aziz@yahoo.com Maya Safira

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama

BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama 22 BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek 3.1.1 Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama Subang Dalam melaksanakan Kuliah Kerja

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan A. Latar Belakang Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan sistem perpajakan dari official assessment menjadi self assessment diharapkan kesadaran Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penagihan Pajak Aktif 1. Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2000:31) Pajak adalah iuran yang berupa uang dari rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1003, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penagihan. Bea Masuk. Cukai. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PMK 111/PMK.04/2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Utara Setiap tahun, target realisasi tunggakan pajak yang lunas selalu mengalami perubahan begitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan tunggakan pajak dengan surat teguran dan surat paksa pada KPP Pratama Makassar Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat untuk memenuhi kelulusan atau menyelesaikan studi pada program

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA. terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan

BAB III GAMBARAN DATA. terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan BAB III GAMBARAN DATA 3.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah Kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh Orang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan a. Petugas menagih secara pasif dengan menyampaikan Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebagaimana

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu Tahun 2010-2012)

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak 3.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidag tersebut memberikan berbagai definsi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. prosedur penagihan piutang pajak secara aktif. Selama kegiatan kerja praktek

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. prosedur penagihan piutang pajak secara aktif. Selama kegiatan kerja praktek BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Pada kegiatan kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang penulis ditempatkan pada Seksi Penagihan. Sesuai

Lebih terperinci

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI.

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI. - 2 - e. bahwa dalam rangka penagihan bea masuk dan/atau cukai perlu pengaturan khusus dengan berdasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Lebih terperinci

KUESIONER VARIABEL DEPENDENT

KUESIONER VARIABEL DEPENDENT KUESIONER VARIABEL DEPENDENT PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN Indikator Sub Indikator : Surat Ketetapan Pajak : STP (Surat Tagihan Pajak) 1 Apakah STP mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat

Lebih terperinci

2013, No. 1003

2013, No. 1003 33 2013, No. 1003 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.04/2013 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI 2013, No. 1003 34 35 2013, No. 1003 2013, No. 1003

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN DENGAN SURAT PAKSA DAN PELAKSANAAN PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pajak menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim, dkk Perpajakan, Jilid 1: Salemba Empat, Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim, dkk Perpajakan, Jilid 1: Salemba Empat, Jakarta DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim, dkk. 2014. Perpajakan, Jilid 1: Salemba Empat, Jakarta Damayanti, Deni, 2013. Panduan Lengkap Menyusun Proposal, Skripsi,Tesis, Disertasi Untuk Semua Jurusan, Araska, Yogyakarta.

Lebih terperinci

bahwa Penggugat memiliki tunggakan pajak sebagai berikut:

bahwa Penggugat memiliki tunggakan pajak sebagai berikut: Putusan Pengadilan Pajak : Put.37588/PP/M.III/99/2012 Nomor Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : pokok sengketa dalam perkara gugatan ini mengenai penerbitan Surat Tergugat Nomor:

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN A. Data Jumlah Wajib Pajak di KPP Pratama Semarang Gayamsari Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dan Efektif di KPP Pratama Semarang Gayamsari Tahun 2014 dan 2015

Lebih terperinci

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem Pendahuluan Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self Assesment System yang dimulai sejak reformasi perpajakan tahun 1983 menuntut wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Pajak Untuk dapat memahami mengenai pentingnya pemungutan pajak dan alasan yang mendasari mengapa wajib pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan disegala bidang yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan disegala bidang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan disegala bidang yang bertujuan untuk meningkatakan kesejahteraan rakyat Indonesia. Agar pembangunan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS DAN PELAKSANAAN SURAT PAKSA Menimbang : MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.04/2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.04/2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.04/2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.04/2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG. RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar

EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG. RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem penagihan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau

BAB II LANDASAN TEORI. melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penagihan Pajak Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Membangun perekonomian yang lebih baik tidak terlepas dari rakyat yang ikut serta berperan aktif dalam membangun perekonomian. Untuk membangun perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.04/2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.04/2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.04/2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410-9875 Vol. 17, No. 1a, November 2015 http: //www.tsm.ac.id/jba PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK GERRY TJANDRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah menggalakkan pembangunan di segala bidang, yaitu pembangunan bidang ekonomi,

Lebih terperinci

ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT

ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT AHMAD ZACKY, HANGGORO PAMUNGKAS Universitas Bina Nusantara, Jalan Musa No. 55, Jakarta Barat 11540, 087877348585 / (021)

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA Ester Hervina Sihombing Politeknik Unggul LP3M Medan Jl.Iskandar Muda No.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang didunia. Sehingga isu mengenai pembangunan nasional merupakan fokus utama

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Bahwa berdasarkan Pasal 36 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan yaitu: 1. Analisis tingkat efektivitas penagihan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Wilayah KPP

BAB IV PEMBAHASAN. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Wilayah KPP IV.1 BAB IV PEMBAHASAN Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Wilayah KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP) dilakukan karena ditemui wajib pajak yang

Lebih terperinci

PENAGIHAN PAJAK DAN SURAT PAKSA DASAR HUKUM, PENGERTIAN, DAN JENIS-JENIS PENAGIHAN PAJAK

PENAGIHAN PAJAK DAN SURAT PAKSA DASAR HUKUM, PENGERTIAN, DAN JENIS-JENIS PENAGIHAN PAJAK PENAGIHAN PAJAK DAN SURAT PAKSA DASAR HUKUM, PENGERTIAN, DAN JENIS-JENIS PENAGIHAN PAJAK Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang-undang no. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK (II) Dosen Pengampu: Adhi Prakosa, M. Sc

PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK (II) Dosen Pengampu: Adhi Prakosa, M. Sc PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK (II) Dosen Pengampu: Adhi Prakosa, M. Sc 3. Surat sita utang Jika dalam jangka waktu 2x24 jam setelah surat paksa dikirimkan utang pajak tidak juga dilunasi, maka juru sita dapat

Lebih terperinci

A. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penanggung Pajak di. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Selatan.

A. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penanggung Pajak di. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Selatan. 34 BAB II UPAYA KANTOR PELAYANAN PAJAK DALAM MELAKUKAN PENAGIHAN UTANG PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP PENANGGUNG PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SIDOARJO SELATAN A. Penagihan Pajak dengan Surat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Implementasi merupakan tahap

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Implementasi merupakan tahap BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Implementasi Nugroho (2012: 158), menyatakan implementasi merupakan prinsip dalam sebuah tindakan atau cara yang dilakukan oleh individu atau kelompok orang untuk pencapaian

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari :

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari : BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR A. Timbulnya Utang Pajak Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasar dan telah terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan)

Lebih terperinci

TATA CARA PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR SATU

TATA CARA PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR SATU JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410-9875 Vol. 17, No. 1a, November 2015 http: //www.tsm.ac.id/jba TATA CARA PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR SATU IDA BAGUS NYOMAN SUKADANA STIE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material dan spiritual,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak BAB 4 PEMBAHASAN Analisis data yang digunakan peneliti dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa tahun

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

BAB III OBJEK PENELITIAN. dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama merupakan penggabungan dari

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 137/2000, TEMPAT DAN TATA CARA PENYANDERAAN, REHABILITASI NAMA BAIK PENANGGUNG PAJAK, DAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA *38345 PERATURAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2000 TENTANG TEMPAT DAN TATA CARA PENYANDERAAN, REHABILITASI NAMA BAIK PENANGGUNG PAJAK, DAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Penagihan Pajak Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2000 TENTANG TEMPAT DAN TATA CARA PENYANDERAAN, REHABILITASI NAMA BAIK PENANGGUNG PAJAK, DAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-36095/PP/M.III/99/2012. Tahun Pajak : 2011

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-36095/PP/M.III/99/2012. Tahun Pajak : 2011 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-36095/PP/M.III/99/2012 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa Menurut Tergugat Menurut Pengugat : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah kajian hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan. Fungsi kajian pustaka adalah mengemukakan secara sistematis tentang hasil penelitian

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2000 Tentang Tempat Dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi, Nama Baik Penanggung Pajak, Dan Pemberian Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Bangsa Indonesia telah melaksanakan pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa. Dengan demikian, kesejahteraan penduduknya akan sangat diperhatikan oleh pemerintah. Untuk mensejahterakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut: 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Perpajakan 1. Pengertian Pajak Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendapatan negara adalah semua penerimaan dalam negeri dan penerimaan pembangunan yang digunakan untuk membiayai belanja negara, dimana penerimaan tersebut

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 24/PMK.04/2011 TENTANG : TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 24/PMK.04/2011 TENTANG : TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 24/PMK.04/2011 TENTANG : TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI I. PENERBITAN STCK-I PETUNJUK PELAKSANAAN PENAGIHAN UTANG CUKAI YANG TIDAK DIBAYAR PADA WAKTUNYA,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa yang kita teliti hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU DUA

ANALISIS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU DUA ANALISIS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU DUA Mochammad Taufik Aminuddin Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah sebuah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan saling berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang mempunyai tujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. sebelumnya. Pembahasan meliputi aspek-aspek penting yang perlu. diperhatikan dan selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut:

BAB IV PEMBAHASAN. sebelumnya. Pembahasan meliputi aspek-aspek penting yang perlu. diperhatikan dan selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut: 30 BAB IV PEMBAHASAN Bab ini akan membahas dan membandingkan antara teori-teori mengenai tindakan penagihan pajak aktif dengan data dan proses pelaksanaan penagihan yang terjadi pada obyek penelitian sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Ada beberapa sistem pemungutan pajak menurut Purwono (2010: 12). Lebih

BAB II KAJIAN TEORITIS. Ada beberapa sistem pemungutan pajak menurut Purwono (2010: 12). Lebih BAB II KAJIAN TEORITIS 1.1 Kajian Teoritis 1.1.1 Sistem Pemungutan Pajak Ada beberapa sistem pemungutan pajak menurut Purwono (2010: 12). Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut. 1. Self Assessment Sistem

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN Pada pembahasan berikut ini, penulis akan mendeskripsikan mengenai pelaksanaan penagihan pajak aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. Data yang digunakan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN DENGAN SURAT PAKSA DAN PELAKSANAAN PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI PURWAKARTA

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR

BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR A. Ketentuan Pelaksanaan Penagihan Pajak Penghasilan Kepada Wajib Pajak Orang Pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang paling besar kontribusinya. Penerimaan negara yang diterima dari pajak cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN JURUSITA PAJAK DAERAH BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN JURUSITA PAJAK DAERAH BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN JURUSITA PAJAK DAERAH BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 2 dan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pembangunan tersebut untuk mensejahterakan rakyat indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pembangunan tersebut untuk mensejahterakan rakyat indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang melakasanakan pembangunan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pembangunan nasional. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.04/2013 tentang Tata Cara Penagihan Bea Ma

2017, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.04/2013 tentang Tata Cara Penagihan Bea Ma No.1656, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penagihan Bea Masuk dan/atau Cukai. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169/PMK.04/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penerapan sektor non-migas (yaitu pajak), dalam kenyataannya masih banyak dijumpai adanya wajib pajak yang tidak atau kurang membayar angsuran pajak penghasilan dalam tahun berjalan, wajib pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (rakyat) agar berbuat, atau bersikap sesuai dengan kehendak Negara, agar mematuhi

BAB I PENDAHULUAN. (rakyat) agar berbuat, atau bersikap sesuai dengan kehendak Negara, agar mematuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara dalam konteksnya sebagai organisasi kekuasaan di dalamnya terdapat suatu mekanisme atau tata hubungan kerja yang mengatur suatu kelompok masyarakat (rakyat)

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Penerimaan negara dari

Lebih terperinci

kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditentukan dari kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan untuk melaksankan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Surat Teguran 1. Pelaksanaan Surat Teguran Menurut Rudy Suhartono dan Wirawan B Ilyas (KUP) Penerbitan Surat Teguran, Surat peringatan, atau Surat lain yang sejenis merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, a. bahwa Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

PP 5/1998, PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PP 5/1998, PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA Copyright (C) 2000 BPHN PP 5/1998, PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA *35520 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 5 TAHUN 1998 (5/1998) TENTANG PENYANDERAAN DALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber utama penerimaan pendapatan Negaraterbesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber utama penerimaan pendapatan Negaraterbesar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber utama penerimaan pendapatan Negaraterbesar yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan

Lebih terperinci