EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN"

Transkripsi

1 EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DHAFIN FAKHRIY AZIZ Jalan Curug Cempaka No. 35 Jaticempaka Pondok Gede, , Maya Safira Dewi, SE., AK., M. Si. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Untuk metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode/riset eksploratoria (kualitatif) dengan menggunakan metode pengumpulannya datanya yaitu wawancara. Hasil penelitiannya adalah bahwa prosedur penagihan pajak yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran masih terdapat hambatan dalam pelaksanaan penagihan pajak. Simpulan dari penelitian ini adalah masih terdapat hambatan dalam pelaksanaan penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran seperti Wajib Pajak yang masih kurang memahami peraturan perpajakan yang berlaku termasuk mengacuhkan tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak. (DFA) Kata Kunci Pelaksanaan Penagihan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Terutang.

2 PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin kedudukan yang sama bagi warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air memerlukan biaya besar yang harus digali terutama dari sumber kemampuan sendiri. Dalam rangka kemandirian tersebut, peran masyarakat dalam pemenuhan kewajiban di bidang perpajakan perlu terus ditingkatkan dengan mendorong kesadaran, pemahaman, dan penghayatan bahwa pajak adalah sumber utama pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemungutan pajak yang dianut oleh undangundang perpajakan di Indonesia adalah self assessment system dimana Wajib Pajak diberi kewenangan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajak-pajak yang terutang berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku. Berdasarkan self assessment system, fungsi fiskus adalah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Pembinaan Wajib Pajak dapat berupa penyuluhan yang bersifat massal melalui seminar, lokakarya, training, media cetak ataupun elektronik, dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan, fiskus diberi wewenang untuk melalukan penelitian dan pemeriksaan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Pengawasan yang dilakukan oleh fiskus dapat menghasilkan Surat Tagihan Pajak (STP) dan/atau Surat Ketetapan Pajak (SKP). SKP yang dikeluarkan dapat berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), dan Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Terhadap STP, SKPKB, dan SKPKBT yang tidak dibayar setelah jatuh tempo pembayarannya, KPP (Kantor Pelayanan Pajak) akan melakukan tindakan penagihan. Penagihan pajak merupakan upaya terakhir yang dapat ditempuh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk merealisasikan penerimaan negara dari sektor pajak, yang didasarkan pada Undang-undang No. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 19 tahun 2000 (UU PPSP). Penagihan pajak terdiri dari serangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh aparatur perpajakan dalam rangka mencairkan tunggakan pajak. Penagihan pajak ini meliputi beberapa tahapan tindakan yang meliputi: penyampaian Surat Teguran, penyampaian Surat Paksa (SP), pelaksanaan (SPMP), dan pelaksanaan lelang atas barang sitaan untuk melunasi hutang-hutang pajak dari wajib pajak yang bersangkutan. Tindakan penagihan pajak ini merupakan wujud tindakan penegakan hukum atau law enforcement. Perumusan Masalah Penulis merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah pelaksanaan penagihan pajak pada KPP Pratama Jakarta Kemayoran sudah sesuai dengan prosedur pelaksanaan penagihan pajak? 2. Apa saja hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan penagihan pajak pada KPP Pratama Jakarta Kemayoran? 3. Apa saja kendalanya selama proses penagihan pajak di KPP Pratama Jakarta Kemayoran?

3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penagihan pajak pada KPP Pratama Jakarta Kemayoran. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penagihan pajak. 3. Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala selama proses penagihan pajak di KPP Pratama Jakarta Kemayoran. METODE PENELITIAN Penelitian ini didasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh dari hasil riset. Jenis penelitian yang digunakan adalah riset eksploratoria (kualitatif), yang menggunakan data primer. Teknik yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah metode langsung, yaitu: 1. Library Research Method (Metode Penelitian Kepustakaan) Suatu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca dan mengumpulkan bahan-bahan, membaca, dan menelaah berbagai peraturan pajak, undang-undang, buku-buku, majalah-malajah, jurnal-jurnal ilmiah, artikel maupun bahan-bahan lainnya yang mempunyai relevansi dengan materi skripsi. 2. Field Research Method (Metode Penelitian Lapangan) Suatu penelitian yang dilakukan dimana penulis secara langsung mengadakan observasi atau pengamatan pada perusahaan yang menjadi objek penelitian guna memperoleh dan mengetahui permasalahnya secara keseluruhan. a) Observasi Dengan cara ini penulis melakukan pengamatan langsung ke perusahaan untuk memperoleh gambaran operasi perusahaan secara keseluruhan. b) Wawancara Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk dimintai informasi berkaitan dengan penyusunan skripsi ini. HASIL DAN BAHASAN Evaluasi Atas Penagihan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Penerbitan Surat Teguran Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo, adapun jangka waktu Penerbitan Surat Teguran adalah 7 (tujuh) hari, sejak jatuh tempo atas Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP). Berdasarkan data keterlambatan pembayaran tunggakan pajak yang diperoleh dari sistem, Juru Sita Pajak mencetak konsep Surat Teguran penagihan dan meneruskannya kepada kepala seksi penagihan.

4 Surat Teguran penagihan tersebut dicetak minimal rangkap 2 (dua), yang selanjutnya lembar pertama diberikan untuk Wajib Pajak dan lembar kedua untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Kepala seksi penagihan pajak meneliti dan memarafkan konsep Surat Teguran penagihan dan meneruskannya kepada kepala kantor pelayanan pajak, tetapi jika dalam hal ini kepala seksi penagihan pajak tidak menyetujui maka Juru Sita Pajak harus memperbaiki dahulu dokumen tersebut sampai disetujui oleh kepala seksi penagihan pajak dan ditanda tangani oleh kepala kantor pelayanan pajak. Setelah semua proses tersebut di atas, Surat Teguran penagihan paksa dikembalikan kepada kepala seksi penagihan pajak untuk ditata usahakan dan dikirimkan ke Wajib Pajak yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak untuk mencatat Surat Teguran pada kartu pengawasan tunggakan pajak. Kemudian Surat Teguran di arsipkan dan disampaikan kepada sub bagian umum untuk dikirim kepada Wajib Pajak. Berikut di bawah ini data jumlah Surat Teguran dan jumlah tunggakan yang belum dibayar setelah Surat Teguran diterbitkan dari tahun 2010, 2011, dan 2012 yang diperoleh penulis dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran: Tabel 4.1 Jumlah Surat Teguran dan Jumlah Tunggakan pada Surat Teguran di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran No Tahun Jumlah Surat Teguran Jumlah utang pajak (Rp) Jumlah utang pajak terealisasi (Rp) Jumlah Surat Teguran Yang Terealisasi lembar lembar lembar lembar lembar lembar Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Dari hasil penelitian atas Surat Teguran di seksi penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran selama tahun 2010 Surat Teguran yang terbit sebanyak lembar dengan jumlah utang pajak sebanyak Rp dan telah terealisasi sebanyak 530 lembar surat teguran dengan nilai utang pajak yang terealisasi sebesar Rp Pada tahun 2011 Surat Teguran yang diterbitkan pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sebanyak lembar dengan nilai utang pajaknya Rp dan telah terealisasi sebanyak 522 lembar dengan nilai utang pajak yang terealisasi sebesar Rp Sedangkan pada tahun 2012 jumlah Surat Teguran yang terbit sebanyak lembar dengan nilai utang pajak sebesar Rp dan telah terealisasi sebanyak 620 lembar surat teguran dan dengan nilai utang pajak terealisasi sebesar Rp Dari data di atas dapat dilihat bahwa selama 3 tahun terakhir dari 2010, 2011, sampai 2012 surat teguran yang terealisasi hanya 40% dari jumlah surat teguran yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Menurut hasil wawancara dengan seksi penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran hanya 40% saja surat teguran yang terealisasi dikarenakan Wajib Pajak masih banyak yang mengabaikan surat teguran tersebut sehingga masih banyak yang belum melunasi utang pajaknya sampai 21 hari setelah surat teguran diterbitkan. Disamping itu, Sistem informasi perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sedikit bermasalah beberapa Wajib Pajak yang seharusnya bisa diterbitkan Surat Tegurannya namun tidak diterbitkan Surat Tegurannya dikarenakan adanya sistem informasi perpajakan yang salah dalam pengisian pendataan SPT Wajib Pajak. Penerbitan surat teguran oleh pihak seksi penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sebenarnya sudah cukup efektif dengan sudah terealisasinya surat teguran sebesar 40% di tiap tahunnya dari tahun 2010, 2011, dan 2012, namun masih banyak Wajib Pajak yang belum jera dengan diterbitkannya surat teguran tersebut. Sehingga seksi penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran harus melakukan langkah selanjutnya sesuai proses

5 penagihan pajak yaitu 21 hari setelah penerbitan surat teguran maka harus diterbitkannya surat paksa kepada Wajib Pajak yang belum melunasi utang pajaknya. Penerbitan Surat Paksa Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat Paksa diterbitkan 21 (dua puluh satu) hari setelah diterbitkannya Surat Teguran jika Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya. Surat Paksa diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya, terhadap Wajib Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus atau Wajib Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan. Jika jumlah utang pajaknya dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding tidak dilunasi oleh Wajib Pajak maka kantor pajak dapat menerbitkan Surat Paksa. Proses penagihan penerbitan Surat Paksa dimulai berdasarkan data Surat Teguran yang sudah lewat waktu dari sistem. Dalam hal ini Juru Sita Pajak meneliti dan mencetak konsep Surat Paksa dan berita acara pemberitahuan Surat Paksa serta meneruskannya kepada kepala seksi penagihan, kepala seksi penagihan pajak meneliti dan memaraf konsep Surat Paksa dan berita acara serta meneruskannya kepada kepala kantor pelayanan pajak, yang selanjutnya menyetujui dan menandatangani Surat Paksa yang seterusnya disampaikan kembali kepada Juru Sita Pajak dan Juru Sita Pajak melanjutkannya kepada Wajib Pajak. Juru Sita Pajak membuat sekaligus menandatangani laporan pelaksanaan Surat Paksa (LPSP) dan disampaikan kepada kepala seksi penagihan pajak yang kemudian diteliti oleh kepala seksi penagihan pajak tersebut dan ditanda tanganinya. Kemudian laporan pelaksanaan Surat Paksa tersebut (LPSP) diserahkan kembali kepada Juru Sita Pajak untuk ditata usahakan. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa tersebut ditata usahakan dengan cara dicatat pada kartu pengawasan dan di arsipkan. Juru Sita Pajak kemudian melanjutkan Surat Paksa tersebut kepada Penanggung Pajak dan menuangkan pelaksanaan penyampaian Surat Paksa tersebut dalam laporan pelaksanaan penagihan Surat Paksa. Dalam laporan pelaksanaan Surat Paksa tercantum tanggal pelaksanaan Surat Paksa, Objek Sita dan taksiran harga serta kepada siapa Surat Paksa tersebut disampaikan. Laporan tersebut juga dilampiri dengan Surat Paksa yang telah ditanda tangani oleh Wajib Pajak sebagai bukti bahwa Surat Paksa telah disampaikan. Berikut di bawah ini merupakan data Surat Paksa yang diterbitkan setelah adanya Surat Teguran dari tahun 2010, 2011, dan 2012 serta jumlah utang pajaknya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran: Tabel 4.2 Jumlah Surat Paksa dan Jumlah Tunggakan pada Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran No Tahun Jumlah Surat Paksa Jumlah utang pajak (Rp) Jumlah utang pajak terealisasi (Rp) Jumlah Surat Paksa Yang Terealisasi Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Dari penelitian di atas yang didapat dari sumber di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran, khususnya di seksi penagihan pajak selama tahun 2010 menunjukkan bahwa telah diterbitkan Surat Paksa sebanyak 688 lembar dengan jumlah utang pajaknya Rp dan jumlah surat

6 paksa yang telah terealisasi sebanyak 275 lembar dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebesar Rp Pada tahun 2011 menunjukkan bahwa telah diterbitkan Surat Paksa sebanyak 569 lembar dengan nilai utang pajaknya Rp dan surat paksa yang terealisasi sebesar 227 lembar dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebanyak Rp Menurut wawancara dengan Juru Sita Pajak adanya penurunan di tahun 2011 dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 119 lembar dikarenakan belum diterbitkannya Surat Paksa atas beberapa Wajib Pajak karena petugas Juru Sita Pajak menyatakan bahwa jumlah utang pajak atas Wajib Pajak tidak ekonomis untuk diterbitkannya Surat Paksa. Surat Paksa baru dapat diterbitkan jika utang pajak atas nama Wajib Pajak tersebut akan daluarsa. Utang Pajak yang dimaksud adalah uang pajak dengan jumlah sampai dengan Rp Pada tahun 2012 seperti yang kita lihat dari tabel di atas terjadi peningkatan dalam penerbitan jumlah Surat Paksa sebanyak 609 lembar dengan nilai utang pajaknya sebesar Rp dan telah terealisasi sebesar 243 lembar surat paksa dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebesar Rp Dari data di atas dapat dilihat bahwa selama 3 tahun terakhir dari 2010, 2011, sampai 2012 surat paksa yang terealisasi kurang lebih sebesar 40% dari jumlah surat paksa yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Menurut hasil wawancara dengan seksi penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran diterbitkannya Surat Paksa kepada Wajib Pajak sudah menimbulkan efek takut sehingga banyak Wajib Pajak yang melunasi utang pajaknya sehingga jumlah Surat Paksa yang beredar lebih kecil daripada jumlah Surat Teguran yang diterbitkan dan sudah bisa dikatakan efektif dengan diterbitkannya surat paksa tersebut. Namun pada kenyataannya masih ada beberapa Wajib Pajak yang mengabaikan ajakan petugas pajak untuk melunasi tunggakan pajaknya sehingga seksi penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran harus melakukan tindakan selanjutnya sesuai dengan alur penagihan pajak yaitu dengan menerbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) setelah 2 x 24 jam setelah diterbitkannya surat paksa kepada Wajib Pajak yang belum juga melunasi utang pajaknya. Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) Penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang Wajib Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan. Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan adalah 2x24 jam atau 2 hari setelah diterbitkannya Surat Paksa. Jika Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya maka Pejabat menerbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP). Juru Sita Pajak meneliti data tunggakan pajak beserta pelunasannya (SSP/STTS/SSB/bukti Pbk) atau pengurangan keputusan pembetulan/keputusan keberatan putusan banding/keputusan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak/keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, membuat konsep SPMP dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi penagihan pajak. Selanjutnya Kepala Seksi penagihan pajak meneliti dan memaraf konsep SPMP yang kemudian menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Apabila Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SPMP maka SPMP tersebut akan diteruskan kembali kepada kepala seksi penagihan pajak. SPMP yang diterima oleh Juru Sita yang telah disetujui dan pada prakteknya penyitaan itu dilakukan oleh Juru Sita dengan disaksikan oleh dua orang dewasa, penduduk Indonesia, dan dikenal oleh Juru Sita Pajak dan dapat dipercaya. Setelah Juru Sita Pajak melakukan Penyitaan maka Juru Sita Pajak tersebut segera membuat berita acara harga pasar yang wajar, nama alamat, dan tindakan para saksi serta gagalnya penyitaan. Penelitian terhadap berita acara sita yang dibuat oleh Juru Sita Pajak menunjukkan bahwa penyitaan dilakukan terhadap barang bergerak terlebih dahulu, kemudian jika berdasarkan taksiran Juru Sita Pajak menunjukkan bahwa Penyitaan tersebut tidak memenuhi utang pajak dan biaya-biaya penagihan pajak, maka Penyitaan diteruskan kepada barang-barang tidak bergerak. Biasanya kendala utama yang dihadapi oleh Juru Sita Pajak dalam hal melakukan proses penyitaan adalah ditemukannya alamat Wajib Pajak, alamat tidak dikenal atau Wajib Pajak pindah tanpa mekalukan pemberitahuan kepada KPP atau kelurahan setempat.

7 Tabel 4.3 Jumlah SPMP dan Jumlah Tunggakan SPMP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran No Tahun Jumlah SPMP Jumlah utang pajak (Rp) Jumlah utang pajak terealisasi (Rp) Jumlah SPMP Yang Terealisasi * Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Per Mei 2013 Menurut data yang di dapat dari Seksi Penagihan Pajak Surat Perintah Melakukan Penyitaan pajak selama tahun 2010 telah diterbitkannya SPMP sebanyak 25 lembar dengan nilai utang pajak sebesar Rp dan telah terealisasi sebanyak 23 lembar SPMP dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebesar Rp Pada tahun 2010 SPMP yang berhasil teralisasi mencapai 92% dari SPMP yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak. Sisa utang pajak yang masih ada akan dilakukan tindakan blokir oleh jurusita pajak. Ini dilakukan untuk mengunci aset tidak bergerak Wajib Pajak yang sebelum dilakukan tindakan lelang. Pada tahun 2011 telah diterbitkan SPMP adalah sebanyak 15 lembar dengan nilai utang pajak sebesar Rp dan sebanyak 3 lembar SPMP yang telah terealisasi dengan jumlah utang pajak yang teralisasi sebesar Rp Pada tahun 2011 SPMP yang terealisasi hanya sebesar kurang lebih 18% dari jumlah SPMP yang diterbitkan dari seksi penagihan pajak. Pada tahun 2011 ada beberapa Wajib Pajak terkena pailit sehingga sisa utang pajak tidak dapat ditagih lagi. Di tahun 2012 telah diterbitkan SPMP adalah sebanyak 34 lembar dengan nilai utang pajak sebesar Rp dan ada 5 lembar SPMP yang telah teralisasi dengan jumlah utang pajak yang terealisasi sebesar Rp Pada tahun 2012 penulis hanya mendapatkan data sampai dengan bulan Mei 2013 karena saat ini masih dalam perhitungan. Dari data di atas dapat dilihat bahwa tahun 2010 SPMP yang terealisasi kurang lebih sebesar 92% dari jumlah SPMP yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. Sedangkan tahun 2011 hanya sekitar 18% jumlah SPMP yang terealisasi dari jumlah SPMP yang diterbitkan oleh pihak seksi penagihan pajak. Disamping itu di tahun 2011 ada beberapa Wajib Pajak pailit sehingga sisa utang pajak tidak dapat ditagih lagi. Lalu pada tahun 2012 penulis hanya mendapatkan pada per 31 Mei 2013 karena sampai saat ini masih dalam perhitungan. Menurut hasil wawancara dengan seksi penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran diterbitkannya SPMP kepada Wajib Pajak sudah sangat efektif karena sudah menimbulkan efek takut sehingga banyak Wajib Pajak yang melunasi utang pajaknya sehingga tidak dilaksanakannya lelang. Namun pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran harus dilaksanakan pemblokiran rekening karena ini cara terakhir untuk membekukan aset tidak bergerak milik Wajib Pajak. Adapun tindakan penyitaan hanya dapat dilakukan oleh Juru Sita Pajak berdasarkan SPMP (Surat Perintah Melakukan Penyitaan pajak) yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran, tanpa adanya SPMP penyitaan ini tidak dapat dilakukan. Juru Sita Pajak melakukan tindakan penyitaan semata-mata untuk memperoleh jaminan agar Wajib Pajak melunasi utang pajak dan membayar penagihannya, apabila semua kewajibannya telah dilaksanakan oleh Wajib Pajak maka barang-barang tersebut dapat segera dikembalikan. Setelah SPMP terbit, Juru Sita Pajak harus segera melakukan tindakan penyitaan kepada Wajib Pajak. Dan sering kali kendala utama yang sering dihadapi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran yang selama ini terjadi dalam proses penyitaan adalah setelah ditelusuri ternyata alamat pajak tidak dikenal, tidak ada atau pindah domisili tanpa melakukan pemberitahuan kepada Kantor Pelayanan Pajak atau aparat setempat.

8 Dari pengamatan penulis sedikitnya SPMP yang bisa disampaikan secara langsung kepada Wajib Pajak dikarenakan hal-hal pada saat dilakukan penetapan pajak sebagai hasil pemeriksaan SPT masa atau SPT tahunan data alamat yang dicantum sudah tidak valid dimana Wajib Pajak sudah tidak ada lagi atau tidak dikenal atau pindah alamat tanpa pemberitahuan, untuk mengatasi hal ini perlu dibuat sebuah aturan tentang surat keterangan domisili yang diterbitkan oleh kelurahan setempat dimana untuk mendapatkan surat keterangan domisili yang baru Wajib Pajak harus melampirkan surat keterangan pindah domisili dari kelurahan yang lama dengan cara ini kelurahan yang lama akan memiliki data kemana Wajib Pajak pindah alamat. Selain itu sedikitnya SPMP yang disampaikan secara langsung kepada Wajib Pajak dapat juga dikarenakan dimana tindakan penagihan pajak tidak segera dilakukan meskipun surat keputusan pajak telah lama diterbitkan dalam situasi seperti itu dapat memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak yang berniat untuk tidak membayar pajaknya, untuk pindah alamat atau domisili tanpa memberitahukan kepindahannya kepada Kantor Pelayanan Pajak atau kelurahan setempat, dan untuk mengatasinya, seharusnya tindakan penagihan pajak dilakukan secara konsisten dan memperhatikan jadwal waktunya dan dilakukan secara terus menerus kepada Wajib Pajak. Pemblokiran Rekening Wajib Pajak Upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran untuk mengatasi kendala selama proses penagihan pajak salah satunya dengan blokir rekening Wajib Pajak, dalam Pasal 17 UU No. 19 Tahun 1999 disebutkan bahwa pemblokiran dapat dilakukan dalam rangka fiskus melakukan penyitaan apabila Penanggung Pajak dalam jangka waktu yang telah diberikan tidak melunasi utang pajaknya, penyitaan tersebut dapat dilaksanakan terhadap milik Penanggung Pajak berupa barang bergerak, termasuk deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilakukan dengan pemblokiran terlebih dahulu. Lelang Pengumuman Lelang dilakukan segera oleh Pejabat apabila utang pajak dan biaya Penagihan yang masih harus dibayar atau utang pajak yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak setelah lewat dari 14 hari setelah tanggal pelaksanaan Penyitaan. Apabila utang pajak dan atau biaya Penagihan Pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, Pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui kantor lelang. Barang yang disita berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusaahn lain, dikecualikan dari penjual secara lelang. Dalam hal penjualan yang dikecualikan dari lelang biaya penagihan pajak ditambah 1% dari hasil penjualan Uang Tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain yang disita digunakan untuk membayar biaya Penagihan Pajak dan utang pajak. Lelang dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang di ajukan oleh Wajib Pajak belum memperoleh keputusan Direktorat Jenderal Pajak, dilain pihak lelang dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh Wajib Pajak. Dan apabila Wajib Pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan Badan Peyelesaian Sengketa Pajak atau Objek Sita musnah pelaksanaan lelang tidak dapat dilaksanakan. Hasil lelang digunakan lebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak dan sisanya untuk membayar utang pajak, jika lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak pelaksanaan lelang dihentikan meskipun barang yang dilelang masih ada. Selanjutnya sisa barang beserta kelebihan uang hasil lelang akan dikembalikan kepada Wajib Pajak setelah pelaksanaan lelang. Adapun pejabat yang lalai melaksanakan pelelangan dikenakan sanksi sesuai ketentuan. Setelah lelang selesai hak Wajib Pajak atas barangnya berpindah kepada pembeli, dan pembeli diberikan risalah lelang sebagai bukti otentik untuk pendaftaran dan pengalihan hak. Tindakan pelaksanaan lelang yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak atas barang-barang milik Wajib Pajak yang disita adalah cara yang ampuh, setelah berbagai upaya penagihan pajak dilakukan tetapi

9 Wajib Pajak mangkir dan tidak melunasi utang pajaknya. Jika semua itu terjadi maka pelelanganpun dapat segera dilakukan walaupun pelelangan sebenarnya bukanlah tujuan akhir tindakan penagihan pajak karena pelelangan hanyalah merupakan salah satu sarana dari tujuan akhir tindakan penagihan pajak yaitu pembayaran utang pajak oleh Wajib Pajak dan KPP harus yakin bahwa prosedur penagihan pajak tersebut sudah benar dan berkas tindakan penagihan pajak juga sudah lengkap mulai dari penerbitan Surat Ketetapan Pajak sebagai hasil dari pemeriksaan sampai penyitaan aset Wajib Pajak. Sebenarnya dalam jeda waktu antara tanggal pengumuman lelang sampai dengan dilakukannya tindakan pelelangan atas aset-asetnya, Wajib Pajak masih diberi kesempatan terakhir untuk melunasi utang pajaknya, hal ini dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak yang masih mempunyai keinginan untuk memiliki kembali aset-asetnya yang telah disita. Untuk lelang penulis hanya dapat mendeskripsikan tata cara pelaksanaan lelang, dalam hal ini penulis tidak dapat menganalisis pelaksanaan lelang, dikarenakan selama tahun 2010, 2011, dan 2012 tidak ada kegiatan lelang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran, penagihan dilakukan oleh seksi penagihan, dikarenakan Wajib Pajak tidak mematuhi ketentuan Undang-Undang Perpajakan, mengenai pembayaran pajak yang terutang. Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan tindakan penagihan pajak bila jumlah pajak yang terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Tindakan penagihan pajak dapat dilakukan dengan serangkaian tindakan agar Wajib Pajak dapat melunasi utang pajaknya dengan diterbitkannya Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Pelaksanaan Melakukan Penyitaan dan Surat Perintah Lelang. Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam meningkatkan Penerimaan Pajak, namun dalam pelaksanaannya Penagihan Pajak masih banyak menemukan kesulitan-kesulitan yang tidak sesuai dengan kebijakan pajak. 2. Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran sistem informasi perpajakan beberapa Wajib Pajak yang seharusnya sudah bisa diterbitkan Surat Tegurannya tapi tidak diterbitkan Surat Teguran dikarenakan adanya sistem informasi perpajakan yang salah dalam pengisian pendataan pada SPT Wajib Pajak. Disamping itu jadwal pelaksanaan penagihan yang ditetapkan oleh Ditjen Pajak, namun tindakan penagihan pajaknya masih berlarut-larut dan tidak segera dilakukan meskipun Surat Ketetapan Pajak telah diterbitkan. Yang mendominasi terhambatnya penerimaan negara secara keseluruhan ini adalah sangat kurangnya kesadaran dari masyarakat atau Wajib Pajak dalam membayar kewajiban pajaknya, disamping tidak tuntasnya tindakan penagihan pajak karena pada saat pengisian SPT tidak terdapat alamat yang lengkap pada Wajib Pajak. 3. Upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran untuk mengatasi kendala selama proses penagihan pajak salah satunya dengan blokir rekening Wajib Pajak, dalam Pasal 17 UU No. 19 Tahun 1999 disebutkan bahwa pemblokiran dapat dilakukan dalam rangka fiskus melakukan penyitaan apabila Penanggung Pajak dalam jangka waktu yang telah diberikan tidak melunasi utang pajaknya, penyitaan tersebut dapat dilaksanakan terhadap milik Penanggung Pajak berupa barang bergerak, termasuk deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilakukan dengan pemblokiran terlebih dahulu.

10 Saran 1. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas penulis menyarankan langkah-langkah antara lain, meskipun tugas dan wewenang tiap bagian dalam struktur organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran terbagi sangat jelas namun untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja, para pelaksana penagihan, pemberian reward kerja petugas yang berprestasi yang tentunya dapat memicu kinerja disetiap petugas penagihan, sehingga tugas dan tanggung jawab para pelaksana penagihan menjadi optimal untuk mencapai tujuannya. 2. Masih banyaknya terdapat kesulitan dalam penyampaian Surat Tagihan Pajak, Surat Teguran, Surat Paksa kepada Wajib Pajak maka disarankan untuk meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak yang terkait seperti kecamatan, kelurahan, kepolisian, dan pengadilan sehingga surat tagihan tersebut sampai kepada Wajib Pajak. 3. Tindakan Penagihan Pajak juga harus selalu di upayakan sesuai dengan jangka waktu Penagihan Pajak. Selain itu Wajib Pajak harus mengetahui tata cara pengisian SPT karena suatu saat Wajib Pajak jika akan menyetor pajak dan pada saat pengisian formulir tidak mempersulit pegawai Kantor Pelayanan Pajak. 4. Surat Teguran Paksa (STP) harus ditelusuri ke arsip nota perhitungan STP nya, sehingga bisa diketahui sebenarnya dan STP yang salah tersebut dapat ditata ulang dan dilaporkan kepengolahan data dan informasi di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dimintakan untuk menghapus, karena KPP tidak dapat menghapus begitu saja STP (SKP), SKPKB maupun SKPKBT yang terbit tanpa adanya surat ketetapan dari Dirjen Pajak, Penghapusan STP, SKPKB, SKPKBT tanpa melalui pembayaran atau surat ketetapan lainnya hanya bisa dilakukan oleh pengelolaan data dan informasi pusat Dirjen Pajak. Menurut penulis hal tersebut bagus untuk mencegah kemungkinan penghapusan utang pajak oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab. 5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran harus menjalankan tugas-tugas dengan baik khususnya dibagian seksi pelaksanaan penagihan pajak yang sesuai dengan ketetapan umum tata cara perpajakan dan mematuhi Undang-Undang Perpajakan. REFERENSI Djoko Muljono (2008). Ketentuan Umum Perpajakan. Yogyakarta. CV.ANDI OFFSET Mardiasmo. (2011). Perpajakan (edisi revisi). Yogyakarta : Andi Yogya Ortax. (2009). Susunan Dalam Satu Naskah 9 (Sembilan) Undang-Undang Perpajakan. Jakarta : PT. Integral Data Prima Priantara, Diaz. (2012). Perpajakan Indonesia (edisi 2). Jakarta : Mitra Wacana Media Resmi, Siti (2011). Perpajakan Teori Dan Kasus (edisi 6). Jakarta : Salemba Empat Waluyo (2011). Perpajakan Indonesia (edisi 10). Jakarta : Salemba Empat Tentang Pelaksanaan Penagihan Pajak. Di akses pada 24 April tentang hapusnya hutang pajak dan penagihan. Di akses tanggal 20 April 2013

11 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008 tentang tata cara pelaksanaan penagihan seketika dan sekaligus dan pelaksanaan surat paksa. Di akses pada tanggal 30 April Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008. Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus. Di akses pada tanggal 23 April Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-36/PJ/2011 Tentang Kebijakan Penagihan Pajak. Di akses pada tanggal 27 April Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE 89/PJ/2009 Tentang Tata Cara Penanganan Wajib Pajak Non Efektif Direktur Jenderal Pajak. Di akses pada tanggal 20 Juni 2013 RIWAYAT PENULIS Dhafin Fakhriy Aziz lahir di kota Jakarta pada 21 Oktober Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ekonomi Akuntansi pada tahun 2013.

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB IV PEMBAHASAN IV.I Realisasi Tunggakan Pajak yang lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pandeglang Dari tahun ke tahun, target realisasi tunggakan pajak yang lunas di setiap kantor pajak

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang

Lebih terperinci

ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT

ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT ANALISIS PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT AHMAD ZACKY, HANGGORO PAMUNGKAS Universitas Bina Nusantara, Jalan Musa No. 55, Jakarta Barat 11540, 087877348585 / (021)

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP)

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP) Bab IV PEMBAHASAN IV.1 Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP) Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak. Oleh karena itu dalam hal ini petugas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 BAB IV PEMBAHASAN IV.I Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Utara Setiap tahun, target realisasi tunggakan pajak yang lunas selalu mengalami perubahan begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu proses yang harus dilewati dan harus dilaksanakan untuk memenuhi salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah sebuah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan saling berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Penagihan Pajak Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sistem perpajakan di Indonesia sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya terbatas kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penagihan Pajak Aktif 1. Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2000:31) Pajak adalah iuran yang berupa uang dari rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan

Lebih terperinci

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem Pendahuluan Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self Assesment System yang dimulai sejak reformasi perpajakan tahun 1983 menuntut wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Upaya tersebut harus dilakukan secara bertahap,

Lebih terperinci

BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama

BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama 22 BAB III HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek 3.1.1 Standard Operating Prosedure Penagihan Pajak pada KPP Pratama Subang Dalam melaksanakan Kuliah Kerja

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA. terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan

BAB III GAMBARAN DATA. terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan BAB III GAMBARAN DATA 3.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah Kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh Orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pajak menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi perkembangan negara dalam satu dekade terakhir ini menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi perkembangan negara dalam satu dekade terakhir ini menunjukkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perkembangan negara dalam satu dekade terakhir ini menunjukkan bahwa sumber utama penerimaan negara telah mengalami pergeseran dari sektor minyak dan gas bumi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Implementasi merupakan tahap

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Implementasi merupakan tahap BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Implementasi Nugroho (2012: 158), menyatakan implementasi merupakan prinsip dalam sebuah tindakan atau cara yang dilakukan oleh individu atau kelompok orang untuk pencapaian

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu Tahun 2010-2012)

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari :

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari : BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR A. Timbulnya Utang Pajak Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasar dan telah terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan

Lebih terperinci

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan A. Latar Belakang Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan sistem perpajakan dari official assessment menjadi self assessment diharapkan kesadaran Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material dan spiritual, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK YANG DILAKUKAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK ( KPP ) PRATAMA JAKARTA TAMAN SARI SATU

EVALUASI PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK YANG DILAKUKAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK ( KPP ) PRATAMA JAKARTA TAMAN SARI SATU EVALUASI PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK YANG DILAKUKAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK ( KPP ) PRATAMA JAKARTA TAMAN SARI SATU Candy Leonita Sari, Murtedjo, SE., Ak., MM ABSTRAK Penelitian mengenai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak 3.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidag tersebut memberikan berbagai definsi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang didunia. Sehingga isu mengenai pembangunan nasional merupakan fokus utama

Lebih terperinci

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DIMAS WIBISONO Jalan Taruna III no. 8 Kelurahan Serdang Jakarta Pusat, 08561808586,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945, yang bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN Salah satu upaya Pemerintah untuk mengamankan penerimaan Negara adalah dengan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk mematuhi dan membayar pajak. Pada Bab I telah disampaikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA Ester Hervina Sihombing Politeknik Unggul LP3M Medan Jl.Iskandar Muda No.3

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pajak Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan teratur pada waktu tertentu. Kemudian berangsur-angsur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau

BAB II LANDASAN TEORI. melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penagihan Pajak Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Theory of Planned Behavior Menurut Ajzen (1991), Theory of Planned Behavior menjelaskan bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut: 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Perpajakan 1. Pengertian Pajak Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Pajak Untuk dapat memahami mengenai pentingnya pemungutan pajak dan alasan yang mendasari mengapa wajib pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) menyebutkan bahwa, Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya menggantungkan dana dari luar negeri saja, melainkan harus menggali sendiri terutama dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil dan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari beberapa suku bangsa, budaya dan adat istiadat. Pancasila dan Undangundang Dasar 1945 merupakan landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang paling besar kontribusinya. Penerimaan negara yang diterima dari pajak cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin meningkatnya kebutuhan dana pembangunan mendorong pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih intensif. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa. Dengan demikian, kesejahteraan penduduknya akan sangat diperhatikan oleh pemerintah. Untuk mensejahterakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material dan spiritual,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan tata kehidupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah di ubah terakhir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan untuk memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1003, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penagihan. Bea Masuk. Cukai. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PMK 111/PMK.04/2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Bangsa Indonesia telah melaksanakan pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410-9875 Vol. 17, No. 1a, November 2015 http: //www.tsm.ac.id/jba PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK GERRY TJANDRA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masalah pembiayaan pembangunan. perpajakan yang memberikan jaminan kepastian hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masalah pembiayaan pembangunan. perpajakan yang memberikan jaminan kepastian hukum dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Penerimaan negara dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan memerlukan biaya untuk menjalankan fungsinya serta melangsungkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. prosedur penagihan piutang pajak secara aktif. Selama kegiatan kerja praktek

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. prosedur penagihan piutang pajak secara aktif. Selama kegiatan kerja praktek BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Pada kegiatan kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang penulis ditempatkan pada Seksi Penagihan. Sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian pajak sehingga mudah untuk dipahami. Perbedaannya hanya terletak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian pajak sehingga mudah untuk dipahami. Perbedaannya hanya terletak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak memiliki beberapa batasan atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli, yang pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Definisi Pajak berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

BAB III OBJEK PENELITIAN. dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama merupakan penggabungan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN MANAJEMEN PERPAJAKAN MODUL 9 Dosen : Jemmi Sutiono Ruang : B-305 Hari : Minggu Jam : 13:30 16:00 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2011 Manajemen Perpajakan Jemmi Sutiono Pusat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa yang kita teliti hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan

Lebih terperinci

ANALISA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK GUNA MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA PANCORAN JAKARTA SELATAN

ANALISA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK GUNA MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA PANCORAN JAKARTA SELATAN ANALISA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK GUNA MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA PANCORAN JAKARTA SELATAN Nia Wahyuni, Stefanus Ariyanto, S.E.,M.Ak,CPSAK. Binus University,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan tunggakan pajak dengan surat teguran dan surat paksa pada KPP Pratama Makassar Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas hukum yang berlaku di Indonesia dalam bentuk ketidakpatuhan dalam. mana ini nantinya akan merugikan masyarakat sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. atas hukum yang berlaku di Indonesia dalam bentuk ketidakpatuhan dalam. mana ini nantinya akan merugikan masyarakat sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara membutuhkan biaya untuk menjalankan berbagai kebijakan pemerintah dan untuk melaksanakan pembangunan. Penerimaan negara yang dapat membiayai kegiatan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak Pengertian pajak menurut Waluyo (2007:2) adalah: Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir batin berdasarkan Pancasila, salah satunya dengan cara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Ada beberapa sistem pemungutan pajak menurut Purwono (2010: 12). Lebih

BAB II KAJIAN TEORITIS. Ada beberapa sistem pemungutan pajak menurut Purwono (2010: 12). Lebih BAB II KAJIAN TEORITIS 1.1 Kajian Teoritis 1.1.1 Sistem Pemungutan Pajak Ada beberapa sistem pemungutan pajak menurut Purwono (2010: 12). Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut. 1. Self Assessment Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang dibebankan pada pendapatan kekayaan seseorang yang diutamakan untuk membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI.

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI. - 2 - e. bahwa dalam rangka penagihan bea masuk dan/atau cukai perlu pengaturan khusus dengan berdasarkan pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan a. Petugas menagih secara pasif dengan menyampaikan Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebagaimana

Lebih terperinci

A. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penanggung Pajak di. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Selatan.

A. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penanggung Pajak di. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Selatan. 34 BAB II UPAYA KANTOR PELAYANAN PAJAK DALAM MELAKUKAN PENAGIHAN UTANG PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP PENANGGUNG PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SIDOARJO SELATAN A. Penagihan Pajak dengan Surat

Lebih terperinci

PENAGIHAN PAJAK DAN SURAT PAKSA DASAR HUKUM, PENGERTIAN, DAN JENIS-JENIS PENAGIHAN PAJAK

PENAGIHAN PAJAK DAN SURAT PAKSA DASAR HUKUM, PENGERTIAN, DAN JENIS-JENIS PENAGIHAN PAJAK PENAGIHAN PAJAK DAN SURAT PAKSA DASAR HUKUM, PENGERTIAN, DAN JENIS-JENIS PENAGIHAN PAJAK Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang-undang no. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Surat Teguran 1. Pelaksanaan Surat Teguran Menurut Rudy Suhartono dan Wirawan B Ilyas (KUP) Penerbitan Surat Teguran, Surat peringatan, atau Surat lain yang sejenis merupakan

Lebih terperinci

Penagihan Pajak. a. Pengertian Penagihan Pajak b. Sifat Utang Pajak c. Tatacara Penagihan Pajak (siklus) d. Pencairan Tunggakan

Penagihan Pajak. a. Pengertian Penagihan Pajak b. Sifat Utang Pajak c. Tatacara Penagihan Pajak (siklus) d. Pencairan Tunggakan Sesi 11 Penagihan Pajak Penagihan Pajak a. Pengertian Penagihan Pajak b. Sifat Utang Pajak c. Tatacara Penagihan Pajak (siklus) d. Pencairan Tunggakan RUANG LINGKUP UU NOMOR 19 TAHUN 1997 STDD UU NOMOR

Lebih terperinci

Pengertian Penagihan Pajak

Pengertian Penagihan Pajak KUP PENAGIHAN Pengertian Penagihan Pajak Rochmat Soemitro memberi pengertian penagihan yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak, karena wajib pajak tidak mematuhi ketentuan undangundang,

Lebih terperinci

bahwa Penggugat memiliki tunggakan pajak sebagai berikut:

bahwa Penggugat memiliki tunggakan pajak sebagai berikut: Putusan Pengadilan Pajak : Put.37588/PP/M.III/99/2012 Nomor Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : pokok sengketa dalam perkara gugatan ini mengenai penerbitan Surat Tergugat Nomor:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.045/2007 TENTANG KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.045/2007 TENTANG KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.045/2007 TENTANG KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Dalam rangka mendukung tercapainya rencana penerimaan pajak, perlu dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor perpajakan ialah sumber pendapatan utama negara, pendapatan ini didistribusikan kepada lembaga-lembaga pemerintah guna pembelanjaan rutin dan pembangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pajak Penghasilan (PPh) Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan ekonomis yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendapatan negara adalah semua penerimaan dalam negeri dan penerimaan pembangunan yang digunakan untuk membiayai belanja negara, dimana penerimaan tersebut

Lebih terperinci

EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG. RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar

EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG. RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar EVALUASI PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BANTAENG RUSDIAH HASANUDDIN STIE-YPUP Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem penagihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus melakukan pembangunan. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Pencairan Tunggakan Pajak, Penagihan Pajak. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci : Pencairan Tunggakan Pajak, Penagihan Pajak. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan tanpa adanya kontraprestasi langsung sehubungan tugas negara melaksanakan pembangunan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar Hukum Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan di KPP Pratama

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar Hukum Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan di KPP Pratama BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Dasar Hukum Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu Seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, Indonesia sebagai negara yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat untuk memenuhi kelulusan atau menyelesaikan studi pada program

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR

BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR BAB III PEMBAHASAN TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN TIMUR A. Ketentuan Pelaksanaan Penagihan Pajak Penghasilan Kepada Wajib Pajak Orang Pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci