HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Alat sensor citra tampak tanaman kedelai ini adalah alat berupa gerobak yang terdapat kamera CCD di bagian depannya yang digunakan untuk mengambil citra tanaman kedelai. Alat akan dilewatkan pada bagian atas tanaman untuk dapat mengambil citra tanaman kedelai dengan baik maka. Oleh karena itu, alat harus dibuat agar tidak merusak tanaman saat melintas di bagian atasnya. Alat dibuat menyerupai gerobak dengan menggunakan tiga buah roda dimana terdapat dua buah roda besar dengan diameter 60 cm di bagian samping dan satu buah roda kecil pada bagian belakang yang digunakan sebagai roda kendali pada awal perancangan. Akan tetapi setelah ujicoba di lahan, roda kecil sebagai roda kendali dilepas karena menyulitkan mengemudikan alat pada lahan yang tidak rata. Gambar alat dapat dilihat pada Gambar 4. Gagang pendorong Komputer Meja Dudukan kamera Garpu Kamera Roda Sakelar pencacah BWD Gambar 4. Rancangan alat sensor citra BWD Alat juga dibuat agar dapat dibongkar pasang pada beberapa bagiannya. Hal ini dilakukan dengan dasar pertimbangan alat akan digunakan pada berbagai tempat berbeda sehingga dengan bentuk alat yang dapat dibongkar pasang akan memudahkan trasportasi. Selain itu, dengan bentuk alat yang dapat dibongkar pasang itu maka bentuk alat dapat disesuaikan dengan penggunaan untuk penelitian tanaman kedelai, gulma, dan padi. Sumber tenaga yang digunakan untuk mendorong alat di lahan adalah dengan menggunakan tenaga manusia. Terdapat pula kamera berserta komputer jinjing yang digunakan sebagai alat pengambil gambar. Alat sensor warna daun untuk mengetahui kebutuhan pupuk tanaman ini akan didorong dengan melintasi bagian atas tanaman. Saat didorong maka sakelar pencacah yang berada di 17

2 roda yang berfungsi sebagai pencacah yang akan memberikan sinyal kepada program di komputer jinjing untuk melakukan proses. 4.2 Rancangan Fungsional Pemotretan Alat ini akan digunakan untuk melakukan pengambilan gambar warna daun. Dalam pengambilan citra ini dibutuhkan sebuah kamera yang mampu digunakan pada luar ruangan (outdoor) dengan kemampuan mobile yang baik, menangkap warna, dapat diprogram dengan aplikasi Visual Basic 6.0, dan dapat dengan mudah dibongkar pasang pada alat. Untuk melakukan hal itu maka dipilih sebuah kamera CCD. Keterangan mengenai kamera CCD yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1. Dalam proses pengambilan citra ada beberapa persiapan kamera yang terlebih dahulu dilakukan. Persiapan pertama adalah memastikan kamera terpasang dengan tepat pada dudukan kamera. Kamera harus level atau datar guna mendapatkan hasil citra yang baik. Penyetelan tinggi kamera juga harus dilakukan. Penentuan tinggi kamera yang sesuai berdasarkan tangkapan citra (image) sebenarnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hubungan antara tinggi kamera dan tangkapan citra Tinggi kamera dengan tanah (cm) Panjang tangkapan citra (cm) Lebar tangkapan citra (cm) Memicu kamera Alat sensor warna daun mempunyai kemampuan untuk melakukan pengambilan citra pada jarak tertentu saat dioperasikan di lahan. Diperlukan sebuah komponen trigger yang dapat memberikan sinyal pada program mengenai jarak tempuh yang telah dilalui alat. Komponen trigger ini pula yang memberikan perintah pada program untuk melakukan pengambilan citra. Komponen trigger yang digunakan pada alat ini terdapat dua macam. Pertama trigger magnet dan yang kedua trigger sakelar. Trigger magnet ini berupa lempengan triplek yang terdapat pada roda dan terdapat magnet yang disusun melingkar dengan sudut dan jumlah tertentu. Sudut dan jumlah magnet inilah yang akan menentukan sinyal yang akan diberikan pada program. Prinsip yang sama digunakan pada trigger sakelar dimana magnet akan diganti dengan tonjolan-tonjolan kecil pada papan triplek yang nantinya akan menekan sakelar pada jarak tertentu Menyimpan citra ke komputer Berdasarkan jumlah trigger yang terbaca maka akan memasukan citra dengan aturan penamaan citra diikuti dengan nomor urutan pemotretan dan disimpan dalam format JPG. 18

3 4.3 Rancangan Struktural Alat sensor warna daun ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu meja, roda, dudukan kamera, dudukan garpu, gagang, sakelar pencacah, kamera, BWD, dan komputer jinjing. Gambar alat dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Alat sensor citra tampak untuk menduga kesuburan tanah melalui tingkat warna daun Roda Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada alat ini terdapat dua buah roda yang berfungsi untuk membantu pergerakan di lahan. Roda-roda tersebut berdiameter 60 cm yang biasa digunakan sebagai roda becak. Pemilihan roda becak untuk digunakan pada alat ini adalah karena roda becak memiliki diameter yang cukup besar sehingga dapat menopang meja yang akan dilewatkan di atas tanaman. Roda ini menggunakan as roda yang sama dengan as becak dan dipotong sepanjang 30 cm agar dapat masuk pada garpu gerobak. Gambar 6. Roda dan garpu 19

4 4.3.2 Garpu Garpu diikat pada dudukan garpu oleh dua buah baut ukuran 14. Masing-masing baut dipasang mur dan ring, ini berfungsi agar besi hollow yang digunakan sebagai bahan garpu tidak bengkok dan agar ikatan tetap kuat. Lubang pengatur ketinggian Gambar 7. Garpu Garpu terdiri atas dua buah besi hollow ukuran 3x4 cm dengan panjang 73 cm. Dua buah besi hollow ini kemudian dilas pada sebuah besi hollow lainnya dengan panjang 30 cm. Masing-masing kaki garpu terdapat lima buah lubang untuk mengatur tinggi gerobak. Kaki pertama terdapat lubang dengan ukuran 3 inchi dan ukuran 5 inchi pada kaki lainnya. Lubang-lubang tersebut disusun vertikal dengan jarak antar lubang sebesar 5 cm. Lubang tersebut berfungsi sebagai lubang untuk menempatkan as roda Meja Meja berfungsi untuk meletakan komputer jinjing, baterai, dan kabel-kabel. Meja terbuat dari besi siku ukuran 4x4 cm yang berfungsi sebagai rangka meja dan terdapat papan triplek dengan ukuran panjang 75 cm dan lebar 40 cm. Papan triplek tersebut sengaja tidak direkatkan dengan rangka dengan alasan agar mudah dalam menyimpan dan memindah-mindahkan alat. Rangka bagian depan dilakukan penguatan dengan menambahkan besi hollow 2x3 cm pada setiap sudutnya. Hal tersebut dikarenakan terdapat beban yang cukup besar berupa dudukan kamera yang mengakibatkan rangka meja sedikit bengkok. Meja pada alat ini juga berfungsi sebagai tempat menempelkan gagang, dudukan kamera, dan dudukan garpu. Dudukan kamera disambung dengan dua buah baut ukuran 10 di bagian depan, sedangkan dudukan garpu dipasang melintang di tengah dengan menggunakan empat buah baut ukuran Dudukan Kamera Dudukan kamera berfungsi untuk menempatkan kamera dengan posisi yang sesuai. Dudukan kamera ini juga mempunyai kemampuan untuk diatur ketinggiannya. Hal ini berfungsi untuk menyesuaikan lebar tangkapan citra kamera. 20

5 4.3.5 Gagang Pendorong Gagang berfungsi sebagai alat kedali. Gagang alat sensor warna daun ini menggunakan pipa besi berdiameter 3 cm. Penempatan gagang ini diletakan pada bagian belakang meja dengan menggunakan empat buah baut ukuran Kamera Kamera pada alat ini berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan citra warna daun yang terdapat di lahan. Awalnya kamera yang digunakan adalah berupa kamera webcam ( Gambar 8a ), namun kamera ini akan menghasilkan citra yang kurang baik bila digunakan di luar ruangan. Hal ini disebabkan oleh intensitas cahaya yang cukup besar yakni 800 lux. Karena intensitas cahaya matahari yang cukup besar itulah maka bila menggunakan kamera webcam tersebut harus ditutup dengan pelindung hingga intensitas cahaya yang ada menjadi kurang dari 20 lux. Penutup yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah berupa kain putih dan terpal. Penggunaan kamera webcam memberikan hasil gambar yang tidak begitu baik maka kamera tersebut diganti dengan kamera CCD (Gambar 8b). Spesifikasi kamera CCD yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1. (a) Webcam (b) CCD Gambar 8. Kamera yang digunakan Sakelar pencacah Sakelar pencacah berfungsi sebagai penghitung jarak yang dipasang pada salah satu roda. Sakelar pencacah yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah sakelar pencacah mekanik yakni tedapat tonjolan pada bagian roda sehingga pada jarak tertentu akan menekan sakelar. Terdapat dua perangkat utama dalam penggunaan sakelar pencacah, pertama adalah sakelar dan delapan buah tonjolan. Jadi, saat dioperasikan magnet tersebut akan berputar dan melewati sakelar. Gambar sakelar pencacah dapat dilihat pada Gambar 9. 21

6 Sakelar pencacah sensor (a) Sakelar pencacah (b) Sensor Gambar 9. Sakelar pencacah Prinsip yang sama juga diaplikasikan dalam sensor sakelar. Akan terdapat delapan buah tonjolan pada papan yang terdapat di roda yang nantinya saat berputar akan menekan tombol sakelar yang terdapat di garpu untuk menghubungkan atau memutuskan arus listrik. Dalam pemilihan konter juga terdapat perbandingan yang terbaik yang harus dipakai. Hal ini sangat mempengaruhi ketelitian. Proses otomatisasi pencacahan menggunakan pemrograman microkontroler yang terdapat pada file inpout32.dll dengan penggal program API (Application Program Interface) sebagai berikut: Public Declare Function Inp Lib "inpout32.dll" _ Alias "Inp32" (ByVal PortAddress As Integer) As Integer Public Declare Sub Out Lib "inpout32.dll" _ Alias "Out32" (ByVal PortAddress As Integer, ByVal Value As Integer) Komputer jinjing Penyimpanan dan penjalanan aplikasi pengambil citra menggunakan komputer jinjing yang memiliki kemampuan untuk menjalankan aplikasi visual basic dan memiliki pararel port sebagai koneksi dengan sakelar pencacah dan USB port untuk koneksi ke kamera Bagan warna daun (BWD) Bagan Warna Daun (BWD) yang digunakan adalah standar IRRI. BWD dapat membantu untuk mengetahui apakah tanaman perlu segera diberi pupuk N atau tidak dan berapa takaran N yang perlu diberikan. Pemberian N berdasarkan pengukuran warna daun dengan BWD dapat menghemat pemakaian pupuk sebanyak 15-20% dari takaran umum digunakan petani tanpa menurunkan hasil. BWD berbentuk persegi panjang dengan empat kotak skala warna, mulai dari hijau muda sampai hijau tua dan diletakan tepat berada di bawah tangkapan kamera. 22

7 Program komputer Dalam pengolahan citra dari hasil citra yang didapatkan digunakan aplikasi Visual Baic 6.0. Pengolahan dan pengambilan citra digunakan dua buah aplikasi terpisah yakni pertama aplikasi untuk mengambil citra saat berada di lahan dan yang kedua adalah aplikasi untuk mengolah citra. Aplikasi pengambil citra di lapangan memiliki kemampuan untuk dapat menghitung sakelar pencacah dan menangkap citra. Cara kerja dari aplikasi ini adalah program akan membaca sinyal jarak yang diberikan oleh konter. Sinyal ini kemudian yang memberikan perintah pada program untuk mengambil citra dimana program ini telah terhubung dengan kamera CCD. Tampilan aplikasi ini dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Program pengambil citra Aplikasi visual basic digunakan untuk mengolah citra. Aplikasi ini memiliki kemampuan untuk melakukan thresholding utuk memisahkan warna hijau daun yang diperlukan dengan warna lainnya seperti tanah dan gulma. Program ini juga memiliki kemampuan untuk membandingkan warna hijau pada daun dengan BWD dan menyimpulkan warna daun terdapat pada tingkat BWD tertentu. Program ini pula dapat mencatat jumlah piksel berserta luas kerimbunan daun. Tampilan aplikasi pengolah citra dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar

8 Gambar 11. Aplikasi pengolah citra Gambar 12. Aplikasi pengolah citra 4.3 Uji Coba Sebelum melakukan uji coba di lahan, harus dilakukan persiapan alat terlebih dahulu. Persaiapan alat yang pertama dilakukan adalah memastikan semua komponen terpasang dengan baik mulai dari roda, gagang, dudukan kamera sampai semua perangkat elektronik yang digunakan. Dalam pemasangan komponen-komponen alat yang harus diatur dengan tepat adalah mengatur ketinggian. Ketinggian alat akan sangat mempengaruhi luas tangkapan kamera serta pengoperasian alat di lahan kedelai. Ketinggian alat yang cocok untuk penggunaan di lahan kedelai adalah tinggi meja harus 100 cm dari permukaan tanah. Hal ini dilakukan agar alat dapat secara leluasa melewati bagian atas tanaman saat dioperasikan di lahan. Pengaturan ketinggian alat ini dapat dilakukan dengan cara mengubah posisi as roda ke lubang yang lebih sesuai. Agar mendapatkan ketinggian 100 cm 24

9 maka as roda harus ditempatkan pada lubang yang paling bawah. Pengaturan jarak antara roda juga perlu dilakukan agar roda tidak akan menabrak tanaman saat dioperasikan. Persiapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengatur jumlah tonjolan pada roda yang digunakan sebagai komponen sakelar pencacah. Pengaturan jumlah tonjolan yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2. Dijelaskan pada Lampiran 2 bahwa bila menggunakan jumlah magnet 8 buah dengan keliling roda cm maka lebar tangkapan yang paling sesuai digunakan adalah sebesar 72 cm, 86 cm, 118 cm, dan 142 cm dengan ketelitian diatas 98 %. Ketelitian alat terhadap lebar tangkapan dapat dilihat pada Gambar 13 dan Lampiran 2. Gambar 13. Ketelitian pengambilan citra Jumlah konter juga sangat berpengaruh dengan lebar tangkapan yang diinginkan. Penyesuaikan tinggi kamera yang tepat dan dengan jumlah magnet konter yang ada maka akan mengoptimalkan hasil citra yang didapatkan. Dalam uji coba kamera ini digunakan kamera webcam dengan tangkapan citra lebar 105 cm dan panjang 80 cm dan dicobakan pada lahan datar. Jarak kamera dari lantai yang digunakan adalah 108 cm. Metode kalibrasi yang dilakukan adalah untuk menguji apakah alat akan berjalan baik saat digunakan untuk mengambil citra lantai tegel dengan luas tegel sebesar 20 x 20 cm. Tegel pada lantai juga telah diberikan nomor agar diketahui sejauh mana kamera telah memotret. Gambar 14 menunjukan citra kalibrasi yang diakukan di Lab. Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian Departemen TMB IPB. 25

10 Gambar 14. Citra hasil uji coba di lab Gambar 14 adalah sebuah citra gabungan dari empat buah citra pemotretan. Hasil yang didapatkan cukup baik dimana citra tepat tersambung dengan foto lainnya. Terdapat pula overlap yang terjadi namun tidak cukup besar yakni sekitar 1 sampai 2 cm. Hal ini menunjukan bahwa alat telah berkerja dengan baik bila dioperasikan di tempat yang datar. 4.4 Lahan Penelitian ini menyiapkan lahan khusus tanaman utama kacang kedelai. Lahan yang dipersiapkan secara keseluruhan memiliki ukuran panjang 24 meter dan lebar 12 meter, Denah lahan dapat dilihat pada Lampiran 4. Kegiatan penyiapan lahan berupa pengolahan tanah harus dilakukan untuk menciptakan kondisi tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman dan permukaan tanah cenderung sudah mengeras akibat lahan telah diberakan lebih dari 2 bulan. Pembuatan saluran drainase juga diperlukan untuk mempercepat pembuangan kelebihan air dan untuk mencegah peningkatan erosi akibat tindakan pengolahan tanah. Proses pengolahan tanah yang dilakukan dibagi menjadi dua tahap yaitu pengolahan tanah pertama yakni ditujukan untuk mengurangi kekuatan tanah, menutup vegetasi permukaan, dan mengatur agregat tanah. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan tanah kedua yakni ditujukan untuk lebih menghaluskan bongkahan tanah sehingga menghasilkan kondisi tanah yang lebih baik. 26

11 Lahan tersebut kemudian akan dibagi menjadi tiga yakni lahan A, B, dan C dengan delapan baris pada setiap lahan setiap lahan akan dipisahkan dengan saluran drainase. Peta lahan dapat di lihat pada Gambar 15. Varietas tanaman kedelai yang digunakan dalam penelitian kali ini varietas kedelai Anjasmoro. Proses penanaman kedelai menggunakan alat bantu berupa tugal yang digunakan untuk membuat lubang tanam kacang kedelai sedalam 10 cm. A B C 25 m 12 m Gambar 15. Peta lahan Lahan A dengan luas 23 m x 3 m akan dibuat delapan baris tanaman kedelai dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm. Lahan A tersebut akan diberikan pupuk urea, KCl, dan SP18. Dosis dari pemberian pupuk pada lahan A antara lain urea sebanyak 0.63 kg, KCl sebanyak 0.84 kg, dan SP18 sebanyak 0.84 kg. Lahan B juga akan dilakukan pemberian pupuk. Pupuk yang diberikan pada lahan ini berbeda. Lahan B yang ukurannya 3 m x 23 m ini akan mendapatkan pupuk urea sebanyak 0.21 kg, pupuk KCl sebanyak kg, dan pupuk SP 18 sebanyak kg. Keterangan pemberian pupuk dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Dosis pemberian pupuk pada lahan A dan B Nama lahan Urea (kg) KCl (kg) SP18 (kg) A B Lahan C akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dari kedua lahan sebelumnya. Lahan C yang memiliki luas 3 x 23 m ini akan dilakukan variasi pemupukan di setiap barisannya. Baris pertama dan kedua sepanjang 12 m awal akan diberikan dosis pupuk urea sebanyak kg, KCl 27

12 sebanyak 0.15 kg, dan SP18 sebanyak 0.15 kg. Baris tiga dan empat akan diberikan pemupukan kg, KCl sebanyak kg, SP18 sebanyak kg, dan sisa 12 meter selanjutnya tidak akan diberikan pupuk. Tabel 5. Dosis pemberian pupuk pada lahan C Baris Urea (kg) KCl (kg) SP18 (kg) 1 dan 2 (12 m pertama) dan 4 (12 m pertama) dan 6 (7.5 m pertama) dan 6 (7.5 m kedua) dan 8 Tidak dipupuk Pada baris lima dan enam akan terdapat perbedaan pemupukan pada setiap 7.5 meter. Pada 7.5 m pertama akan dilakukan pemupukan dengan dosis urea sebanyak kg, KCl sebanyak kg, dan SP18 sebanyak kg. Pada 7.5 m kedua akan diberikan urea sebanyak kg, KCl sebanyak kg, dan SP18 sebanyak kg. Sisanya tidak akan diberikan pupuk. Baris tujuh dan delapan tidak akan dilakukan pemberian pupuk untuk mengetahui pertumbuhan tanaman bila tidak mendapatkan tambahan pupuk sedikitpun. 4.5 Uji Kinerja Dilakukan beberapa persiapan terlebih dahulu seperti mengatur ketinggian alat, ketinggian kamera, pemasangan perangkat elektonik dan memastikan kesiapan lahan pada tahap pengoperasian alat. Ketinggian alat yang digunakan adalah sebesar 100 cm dan ketinggian kemera sebesar 98 cm dari tanah. Pengambilan citra dilakukan selama dua hari. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada setiap pemotretan. Uji coba alat pertama dilakukan pada jam 10 pagi dengan kondisi cuaca cerah penyinaran matahari sekitar 800 lux. Saat pengambilan citra, tanaman sudah berumur 33 hari. Pengambilan citra pertama kali dilakukan pada lahan A. Sensor jarak yang digunakan adalah sakelar pencacah dengan delapan buah sensor. Data yang akan diambil adalah citra warna daun dengan terdapat BWD didalamnya. Dalam sekali pengambilan citra, lebar tangkapan kamera dapat menjangkau dua baris tanaman kedelai. Lahan A yang terdapat delapan baris, alat akan melintas sebanyak empat kali begitu pula pada lahan B dan C. Saat pengambilan citra terdapat beberapa kendala yakni sulitnya pengendalian alat karena tanaman yang sudah mulai besar. Kondisi tanaman yang sudah mulai besar ini yang menyebabkan beberapa kali tanaman tertabrak oleh roda. Terdapat pula beberapa kendala lainnya, yakni sulitnya untuk menjaga ketinggian kamera agar tetap pada jarak 98 cm dari tanah akibat kontur lahan yang tidak rata. Saat dioperasikan sensor penghitung jarak berkerja dengan baik dimana setiap jarak 23 cm maka akan memberikan sinyal pada program untuk melakukan pemotretan. Akan tetapi, panjang lintasan sedikit dikurangi sekitar 3 m untuk memberikan ruang gerak pada alat untuk berputar ke baris berikutnya dan bersiap untuk memotret. Pada Gambar 16 ditampilkan contoh hasil citra yang ekstrim. 28

13 (a) Citra blur (b) BWD menabrak tanaman (c) Tanaman Jarang (d) Tanaman Penuh Gambar 16. Berbagai ragam citra hasil tangkapan kamera 4.6 Program Pengambilan informasi tingkat warna daun yang terdapat pada tanaman diambil dari image processing citra hasil pemotretan. File-file tersebut diolah dengan menggunakan aplikasi Visual Basic 6.0. Pengolahan citra dilakukan dengan cara memisahkan antara warna daun dengan warna yang lain. Pengolaha citra atau proses thresholding warna ini mengunakan tiga tahap pemisahan warna. Setiap tahap pengolahan citra terdapat batas nilai RGB. Batas nilai RGB yang digunakan juga dibedakan berdasarkan besarnya pencahayaan pada saat pengambilan citra. Batas thresholding untuk setiap pengambilan citra dapat dilihat pada Tabel 6. Waktu pengambilan citra Tabel 6. Nilai RGB pada proses thresholding Thresholding tingkat 1 Thresholding tingkat 2 Thresholding tingkat 3 R G B R G B R G B Pagi >190 - >210 >150 >165 >100 >150 - Siang >190 - >200 >140 >160 >90 >145 - Sore >190 - >190 >140 >160 >90 >145 - Tabel 6 menjelaskan mengenai batas-batas nilai warna yang digunakan dalam proses thresholding. Batas-batas ini yang nantinya berfungsi sebagai pemisah antara warna yang dibutuhkan dan yang tidak dibutuhkan. Terdapat tiga buah perlakuan dalam thresholding citra berdasarkan waktu pengambilannya. Dalam tiap perlakuan juga akan dilakukan tiga buah tingkatan sistem thresholding yang tersaji pada Tabel 6. Hasil dari thresholding dengan menggunakan tiga tingkatan tersebut dapat ditunjukan pada contoh citra pada Gambar

14 Gambar 17. Contoh citra hasil thresholding 4.7 Peta Setelah dilakukan pengolahan citra maka dibuat peta perlakuan dengan referensi tingkat warna BWD. Peta perlakuan berfungsi menunjukan perlakuan apa yang harus diberikan pada setiap bagian pada citra yang mewakili kondisi di lapangan. Peta yang dibuat adalah berupa peta perlakuan dimana setiap bagian di lahan akan mendapatkan perlakuan pemberian pupuk yang berbeda berdasarkan tingkat warna daunnya. Tingkat warna daun pada setiap citra didapatkan dari proses pengolahan citra. Pada bagian awal telah dijelaskan bahwa pengaturan ketinggian kamera yang digunakan adalah sebesar 98 cm dengan panjang tangkapan sebesar 66 cm. Akan tetapi, setelah dilakukan penelitian berikutnya, pengaturan panjang tangkapan sebesar 66 cm akan menyebabkan ketelitian hanya mampu mencapai 71.4%. Hal ini pula yang menyebabkan hasil tangkapan citra yang didapatkan maksimal 24 buah citra dari yang seharusnya berjumlah 34 dari lintasan lahan sepanjang 23 m. Selain mendapat pengaruh besar dari pengaturan tinggi kamera, jumlah citra yang didapat per lintasan lahan sepanjang 23 m juga dipengaruhi oleh kemampuan operator dalam mengoperasikan alat. Pengoperasian yang tidak benar seperti berbelok-belok dan sulitnya mempertahankan tinggi kamera agar tetap 98 cm yang diakibatkan kontur lahan yang tidak rata tentu saja dapat menyebabkan jumlah citra per lintasan berkurang. Hal tersebut menyebabkan setiap lintasan terdapat perbedaan jumlah citra yang ada. Peta lahan dibuat terpisah dari kegiatan pengambilan citra. Citra yang telah didapatkan dari proses pemotretan kemudian akan diolah dengan menggunakan aplikasi Visual Basic. Pada aplikasi ini akan dipisahkan warna selain daun kedelai dengan proses thresholding. Pada proses thresholding harus dilakukan secara teliti karena beragamnya karakteristik setiap citra yang didapatkan. Selain mendapatkan nilai tingkat BWD dari setiap citra yang ada, pada proses pengolahan citra ini didapatkan pula nilai luas daun per tanaman dan jumlah pixel daun yang ada dalam satu citra. Setelah data-data didapat dari mengolah seluruh citra maka, dapat dibuat peta lahan yang nantinya akan menjadi acuan pemupukan pada setiap lahan yang diwakili oleh citra yang ada. Peta ini dibuat dengan mengambarkan setiap citra yang mewakili daerah pada lahan tanam kedelai, dimana pada setiap luas yang diwakili oleh luas tangkapan citra akan memiliki warna tertentu berdasarkan tingkat BWD. Peta perlakuan yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 18. Pada setiap baris perlakuan terdapat 24 buah citra yang mewakili jumlah citra yang seharusnya didapatkan. Selain membuat peta perlakuan berdasarkan tingkat warna daun dari setiap citra, dibuat pula perbandingan antara citra asli dengan tingkat warna daun yang didapatkan dari pengolahan citra. Perbandingan citra dan hasil pendugaan warna daun ditunjukan pada Lampiran 4. 30

15 Lahan A Lahan B Lahan C Lahan A Lahan B Lahan C Data tidak tersedia Tingkat warna 5 Tingkat warna 4 Tingkat warna 3 Tingkat warna 2 Gambar 18. Peta lahan berdasarkan tingkat warna daun 4.8 Kelemahan Alat Alat sensor citra tampak daun kedelai ini memiliki beberapa kelemahan. Dalam pengoperasiannya, sulit untuk menjaga ketinggian kamera untuk tetap berada di jarak yang terus sama dengan permukaan tanah karena keadaan lahan yang tidak rata. Terdapat beberapa kesulitan pula saat mengendalikan alat ketika sedang berputar. Alat yang memiliki ukuran cukup besar agak sulit untuk berputar karena lintasan yang terbatas sehingga menyebabkan terdapat beberapa tanaman kedelai yang tertabrak. Terdapat kelemahan lain dalam menggunakan sakelar pencacah sebagai sensor jarak. Mekanisme sakelar pencacah yang menggunakan papan berputar dengan delapan buah tonjolan dan akan menekan sakelar ketika berputar memiliki kontruksi yang tidak cukup kuat. Terdapat beberapa kendala pula bila menggunakan komputer jinjing di lahan, karena komputer jinjing tersebut akan sering error bila terlalu lama terkena sinar matahari langsung. Kesulitan pula didapatkan dalam menjaga sambungan kabel-kabel peralatan untuk tetap terpasang sempurna karena kondisi lahan tidak rata yang menyebabkan alat sering terguncang. Kamera CCD yang dipakai juga belum cukup baik, kamera tersebut belum memiliki shuter speed 31

16 yang tinggi untuk mengambil citra dalam keadaan bergerak. Kamera CCD yang digunakan juga belum memiliki diafragma otomatis yang dapat mengatur kamera pada berbagai pencahayaan. 4.9 Pengukuran Pertumbuhan Tanaman dan Kesuburan Tanah Pertumbuhan tanaman Pengamatan pertumbuhan tanaman juga dilakukan adalah pengamatan berat, tinggi, lebar tajuk, dan tingkat warna daun. Data pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Tabel 6. Dari Tabel 6 dapat dilihat perbedaan pertumbuhan tanaman pada setiap lahan. Kode tanaman * Massa (g) Tabel 6. Data pertumbuhan tanaman Tinggi tanaman (cm) Lebar tajuk (cm) Tingkt warna daun a a a a a a a a a b b b b b b b b b c c c c c c c c c Keterangan : * = diambil dari lahan A,B, atau C dengan jumlah sampel masing-masing 9 tanaman/lahan Setelah citra diolah dengan menggunakan program maka dapat dibandingkan antara pengukuran BWD secara manual dan pendugaan. Data perbandingan dapat dilihat pada Tabel 7. Dengan data tersebut dapat dilihat bahwa ketelitian alat dalam menduga BWD 2, 3, dan 4 masih 32

17 sekitar 71.4%, 61%, dan 100%. Hal ini disebabkan oleh kualitas citra yang kurang baik sehingga menyulitkan pembacaan pada saat proses image processing. Pengukuran manual Jumlah sampel Tabel 7. Akurasi pendugaan tingkat warna daun Pendugaan Akurasi (%) Analisis kesuburan tanah Pengujian tanah dilakukan dengan mengambil sampel tanah pada beberapa titik di lahan. Pengujian tanah ini berfungsi sebagai pembanding penggunaan BWD pada tanaman kedelai. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan mengambil sebanyak setengah kilogram tanah pada sekitar tanaman kedelai dengan kedalaman 0 sampai 30 cm atau sama dengan kedalaman perakaran kedelai. Lahan tanaman kedelai pada percobaan kali ini adalah seluas 288 m 2 yang telah mengalami pemupukan pertama. Kemudian lahan dibagi menjadi tiga buah yakni lahan A, B, dan C. Pada lahan A dilakukan pengambilan sampel tanah dari lima titik berbeda yakni pada setiap sudut lahan dan bagian tengah lahan. Sampel tanah pada lahan A diberikan nama A1, A3, A5, A7, dan A9. Lahan B juga dilakukan lima buah pengambilan sampel tanah pada lima titik yang sama seperti pada lahan A. Lima titik pada lahan B diberikan nama B1, B3, B4, B5, B7, dan B9. Dilakukan perlakuan yang sama pada lahan C, akan tetapi pada lahan C pengambilan sampel ditambah menjadi sembilan buah sampel tanah. Hal ini dikarenakan bervariasinya unsur hara yang terdapat pada lahan. Sampel tanah pada lahan C diberi nama C1, C3, C5, C7, C9, C10, C11, dan C12. Pengujian tanah yang dilakukan meliputi pengujian ph H 2 O, ph KCl, C-org, N-Total, P, K, KTK, pasir, debu, dan liat. Dari data yang ada dapat dibuat grafik hubungan antara nilai tingkat warna daun dengan setiap kandungan unsur hara yang terdapat di tanah. Agar diketahui hubungan antara beberapa parameter kesuburan tanah dengan tingkat warna daun maka dilakukan analisis regeresi. Pengujian tanah menghasilkan data yang menyebar sehingga perlu dilakukan pengambilan rata-rata nilai berbagai parameter kesuburan tanah yang ada berdasarkan tingkat warna daun. Grafik hubungan antara tingkat warna daun dengan setiap parameter kesuburan tanah akan ditampilkan pada Gambar 19 sampai dengan Gambar

18 Gambar 19. Sebaran kandungan N pada beberapa tingkat warna daun Gambar 20. Hubungan antara rata-rata kandungan N pada tanah dan beberapa tingkat warna daun Kandungan N pada tanah yang ditunjukan pada gambar di atas menyatakan bahwa nilai koefisien korelasinya adalah sebesar 0.63 serta persamaan regresinya adalah y = x Nilai korelasi demikian masih belum menunjukan adanya hubungan antara semakin banyaknya kandungan nitrogen dalam tanah dengan meningkatnya tingkat warna daun. Persamaan regresi yang menghasilkan gradien juga menjelaskan bahwa semakin banyak kandungan nitrogen dalam tanah belum tentu akan mempengaruhi tingkat warna daunnya. Gambar 21 dan 22 menggambarkan sebaran kandungan fosfor dalam tanah dan hubungan kandungan fosfor dalam tanah dengan tingkat warna daun yang dihasilkan namun perubahan jumlah kandungan nitrogen dalam tanah ini masih berkisar pada jumlah yang sangat kecil yakni sekitar 0.01 ppm. 34

19 Gambar 21. Sebaran kandungan P pada beberapa tingkat warna daun Gambar 22. Hubungan antara rata-rata kandungan P pada tanah dan beberapa tingkat warna daun Setelah dilakukan analisis regresi dari rata-rata kandungan fosfor dengan hubungannya pada tingkat warna daun menghasilkan hubungan yang positif dibuktikan dengan koefisien korelasinya yang cukup besar yakni 0.98 dan pada persamaan regresi y = 1.210x menghasilkan gradien positif. Hal ini menyebabkan banyaknya kandungan fosfor pada tanah akan mempengaruhi tingkat warna daun kedelai. 35

20 Gambar 23. Sebaran kandungan keasaman H 2 O pada beberapa tingkat warna daun Gambar 24. Hubungan antara rata-rata kandungan keasaman H 2 O pada tanah dan beberapa tingkat warna daun Peningkatan ph H 2 O walaupun sangat kecil yakni meningkat sebesar 0.5 masih menunjukan hubungan fungsional yang positif. Hubungan fungsional positif ini ditunjukan oleh koefisien korelasi sebesar dan persamaan regresi H 2 O yaitu y = 0.225x Nilai yang gradien yang positif juga menunjukan kecenderungan peningkatan tingkat warna daun pada kenaikan ph. Persamaan regresi yang diambil menggunakan data rata-rata ph H 2 O setiap tingkat warna daun kedelai yang ditampilkan pada Gambar 23 dan Gambar

21 Gambar 25. Sebaran kandungan C-org pada beberapa tingkat warna daun Gambar 26. Hubungan antara rata-rata kandungan C-org pada tanah dan beberapa tingkat warna daun Belum ditemukan hubungan cukup tinggi antara kenaikan persentase C-org dengan bertambahnya tingkat warna daun kedelai dari data yang ditampilkan oleh Gambar 25 dan Gambar 26. Persamaan regresi dari kandungan rata-rata C-org banding tingkat warna daun masih menunjukan gradien positif yakni sebesar namun koefisien korelasi sebesar masih sangat kecil untuk menunjukan adanya hubungan antara kedua variabel yang ada. 37

22 Gambar 27. Sebaran kandungan K pada beberapa tingkat warna daun Gambar 28. Hubungan antara rata-rata kandungan K pada tanah dan beberapa tingkat warna daun Besar nilai regresi yang ditunjukan oleh Gambar 27 dan Gambar 28 mengenai hubungan antara K (me/100g) pada tanah dengan tingkat warna daun kedelai menghasilkan koefisien korelasi sebesar Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukan terdapat hubungan positif antara kenaikan ratarata parameter K pada setiap tingkat warna daun dengan tingkat warna daun kedelai. Persamaan regresi y = 0.033x juga menunjukan hubungan fungsional yang positif pula. 38

23 Gambar 29. Sebaran kandungan KTK pada beberapa tingkat warna daun Gambar 30. Hubungan antara rata-rata kandungan KTK pada tanah dan beberapa tingkat warna daun Rata-rata kapasitas tukar kation menghasilkan hubungan yang positif dengan kenaikan tingkat warna daun dengan koefisien korelasi sebesar dan persamaan regresi y = 2.12x , sehingga dapat dikatakan bahwa meningkatnya kapasitas tukar kation pada tanah akan menyebabkan meningkatnya tingkat warna daun kedelai yang ditunjukan pada Gambar 29 dan Gambar 30. Hal yang sama juga dapat ditemukan pada rata-rata ph KCl pada lahan. Didapatkan persamaan regresi y = 0.208x yang menghasilkan gradien positif serta koefisien korelasi sebesar Nilai gradien yang positif tersebut menunjukan bahawa bahwa jika ph KCl meningkat dari sekitar 4 ke 4.5 akan menunjukan peningkatan tingkat warna daunnya. Grafik ph KCl dapat dilihat pada Gambar 31 dan Gambar

24 Gambar 31. Sebaran kandungan keasaman KCl pada beberapa tingkat warna daun Gambar 32. Hubungan antara rata-rata kandungan keasaman KCl pada tanah dan beberapa tingkat warna daun Dari pengujian tanah yang ada maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara berbagai parameter kesuburan tanah dengan tingkat warna daun kedelai. Hubungan tersebut bisa dikatakan tinggi dibuktikan dengan koefisien korelasinya yang lebih dari Terdapat beberapa parameter kesuburan tanah yang menghasilkan hubungan positif dan memiliki interpretasi hubungan yang rendah dan sangat rendah yakni pada parameter nitrogen dan kandungan C-org. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor biologis dari tanaman kedelai. Dengan mengunakan data kesuburan tanah yang ada maka dibuat peta variabel kesuburan tanah. Peta tersebut dibuat menggunakan parameter kesuburan tanah yang mempunyai koefisien korelasi yang cukup besar yaitu fosfor. Gambar 33 menunjukan peta lahan berdasarkan unsur fosfor dengan koefisien korelasi sebesar

25 Lahan A Lahan B Lahan C 4 ppm ppm ppm > 6.4 ppm Gambar 33. Peta lahan berdasarkan kandungan unsur fosfor 41

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai dengan Oktober 2010. Perancangan alat dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai Agustus 2010 di Bengkel Departemen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERANCANGAN ALAT Perancangan alat terdiri atas beberapa tahap. Tahap pertama membuat rancangan alat pengambilan citra, yakni, rangka penjepit roda, rangka alas, rangka dudukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ALAT Perhitungan benih ikan dengan image processing didasarkan pada luas citra benih ikan. Pengambilan citra menggunakan sebuah alat berupa wadah yang terdapat kamera

Lebih terperinci

7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN. Pendahuluan

7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN. Pendahuluan 7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN Pendahuluan Pada praktek pertanian presisi peralatan digunakan untuk membawa dan mendistribusikan bahan cair dan padat. Pendistribusian bahan padat bisa berupa bibit

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deteksi Dari citra setting yang telah direkam, dengan menggunakan software Paint Shop Pro v.6, diketahui nilai RGB dari tiap laser yang terekam oleh kamera CCD. RGB yang dicantumkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan 6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA Pendahuluan Praktek pengendalian gulma yang biasa dilakukan pada pertanian tanaman pangan adalah pengendalian praolah dan pascatumbuh. Aplikasi kegiatan Praolah dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keberagaman Daun Padi Dosis pemupukan dilakukan dengan memberikan dosis yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan keberagaman tingkat warna daun di setiap lahan

Lebih terperinci

3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 18 Gambar 17 Pegujian sistem navigasi: (a) lintasan lurus tanpa simpangan, (b)lintasan lurus dengan penggunaan simpangan awal, (c) lintasan persegi panjang, (d) pengolahan tanah menggunakan rotary harrower

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret hingga Juli 2011, bertempat di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER

BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER 2.1 Gambaran Umum Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada Bab I, tujuan skripsi ini adalah merancang suatu penentu axis Z Zero Setter menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi ( Oryzasativa,sp ) termasuk kelompok tanaman pangan yang sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Sampai saat ini, lebih dari

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Program Pengolahan Citra untuk Pengukuran Warna pada Produk Hortikultura Pengembangan metode pengukuran warna dengan menggunakan kamera CCD dan image processing adalah dengan

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate IV. ANALISA PERANCANGAN Alat tanam jagung ini menggunakan aki sebagai sumber tenaga penggerak elektronika dan tenaga manusia sebagai penggerak alat. Alat ini direncanakan menggunakan jarak tanam 80 x 20

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Pada penelitian pendahuluan ini dilakukan beberapa percobaan yang terkait dengan sensor yang akan digunakan. Untuk pemilihan sensor sinar laser yang tepat,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi)

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi) 9. PEMBAHASAN UMUM Beberapa metode analisa komputasi cerdas digunakan dalam penelitian pendeteksian serangan gulma. Masing-masing metode diarahkan untuk mencapai tujuan analisa utama yaitu pendeteksian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Pada saat kita mencuci pakaian baik secara manual maupun menggunakan alat bantu yaitu mesin cuci, dalam proses pengeringan pakaian tersebut belum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

PEMETAAN KERAGAMAN WARNA DAUN PADI DENGAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI

PEMETAAN KERAGAMAN WARNA DAUN PADI DENGAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI PEMETAAN KERAGAMAN WARNA DAUN PADI DENGAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI I Wayan Astika 1, Radite P. A. Setiawan 1, M. Ardiyansah 2 1 Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang berupa spesifikasi sistem, prosedur operasional penggunaan program, dan analisa sistem yang telah dibuat. 4.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROGRAM PENGOLAHAN CITRA BIJI KOPI Citra biji kopi direkam dengan menggunakan kamera CCD dengan resolusi 640 x 480 piksel. Citra biji kopi kemudian disimpan dalam file dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2009 di kebun Parungaleng, Cijayanti, Bogor dan Laboratorium Fisika, Laboratorium

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Dasar Kamera Gyroscope Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan menggunakan pipa paralon 4 inchi dan keping CD sebagai gyroscope. Di bagian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap Robotino dan aplikasi pada PC yang telah selesai dibuat. Dimulai dari menghubungkan koneksi ke Robotino, menggerakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PADI DENGAN PENGOLAHAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PADI DENGAN PENGOLAHAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PADI DENGAN PENGOLAHAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI I Wayan Astika 1, Hasbi M. Suud 2, Radite P.A. Setiawan 1, M. Faiz Syuaib 1, M. Solahudin 1 1 Departemen Teknik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di Greenhouse dan Ruang Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODA DETEKSI RINTANGAN MENGGUNAKAN KAMERA CCD UNTUK TRAKTOR TANPA AWAK

PENGEMBANGAN METODA DETEKSI RINTANGAN MENGGUNAKAN KAMERA CCD UNTUK TRAKTOR TANPA AWAK Seminar Nasional PERTETA, Bandung 6-8 Desember 0 PENGEMBANGAN METODA DETEKSI RINTANGAN MENGGUNAKAN KAMERA CCD UNTUK TRAKTOR TANPA AWAK Usman Ahmad, Desrial, Mudho Saksono Dosen pada Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan B. Bahan Dan Peralatan C. Metodologi

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan B. Bahan Dan Peralatan C. Metodologi III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung dari minggu kedua April 2009 sampai minggu awal Juli 2009 di Laboratorium Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1 Perencanaan Dalam sebuah robot terdapat dua sistem yaitu sistem elektronis dan sistem mekanis, dimana sistem mekanis dikendalikan oleh sistem elektronis bisa berupa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai dengan bulan Desember 2013. Penelitian dilakukan di kebun percobaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di bengkel las Citra Damai Kemiling

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di 12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung mulai bulan Juli September 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2007 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGOLAHAN CITRA TANAMAN TOMAT Pengolahan data tanaman tomat dilakukan dengan menggunakan program pengolahan citra yang berbasiskan pemograman C. Tampilan halaman utama pada

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Diagram Percobaan

Gambar 4.1 Diagram Percobaan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerangka Percobaan Pada bab ini dilakukan pembahasan dari implementasi terhadap sistem yang telah dirancang, berupa cara kerja sistem dan pembahasan data-data percobaan yang

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada bulan Januari

Lebih terperinci

IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN

IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN 4.1. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA Syahrul 1, Andi Kurniawan 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati Ukur No.116,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang telah dibuat dalam skripsi ini yaitu perancangan sebuah mesin yang menyerupai bor duduk pada umumnya. Di

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun

METODE PELAKSANAAN. Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun III. METODE PELAKSAAA 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun percobaan Rambatan, Tanah Datar pada ketinggian 525 m dari permukaan laut. Percobaan dilaksanakan

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

4.1 Pengujian Tuning Pengontrol PD

4.1 Pengujian Tuning Pengontrol PD BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisa dari sistem yang dibuat, yaitu sebagai berikut : 4.1 Pengujian Tuning Pengontrol PD Prinsip kerja dari perancangan

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. persiapan dan pembuatan kincir Savonius tipe U dengan variasi sudut

BAB III METODE PENELITIAN. persiapan dan pembuatan kincir Savonius tipe U dengan variasi sudut A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi persiapan dan pembuatan kincir

Lebih terperinci

PEMUPUKAN TANAMAN JAGUNG

PEMUPUKAN TANAMAN JAGUNG PEMUPUKAN TANAMAN JAGUNG A. DEFINISI Pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk dan atau mempertahankan kesuburan tanah yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1 Data Percobaan Pengujian yaitu merupakan bagian yang harus dilakukan untuk dapat mengetahui apakah alat yang telah dirancang mampu berfungsi sesuai apa yang diharapkan.

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. B. Bahan dan Peralatan. C. Metodologi

III. METODOLOGI. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. B. Bahan dan Peralatan. C. Metodologi III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung dari minggu pertama April 2010 sampai minggu kedua juni 2010 di Laboratorium Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH. Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari

BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH. Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH 3.1 Kriteria Pemilihan Jenis Turbin Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis turbin, khususnya untuk

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016. Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Tanah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif.

MATERI DAN METODE Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai dengan bulan April 2015, di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA RIAU. 3.2.

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITAN Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian 19 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama sepuluh bulan, dimulai pada bulan Januari 2012 hingga September 2012. Penelitian dilaksanakan di tiga tempat yang berbeda,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 7 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2012 di kebun percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga, Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini merupakan penelitian jangka panjang yang telah berlangsung sejak tahun 1987. Pola tanam yang diterapkan adalah serealia (jagung dan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan urai

Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan urai Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan uraian tentang beberapa cara pengukuran data unsur aliran

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci