7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN. Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN. Pendahuluan"

Transkripsi

1 7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN Pendahuluan Pada praktek pertanian presisi peralatan digunakan untuk membawa dan mendistribusikan bahan cair dan padat. Pendistribusian bahan padat bisa berupa bibit tanaman, pupuk, fungisida dan bahan pengkondisi kesuburan tanah. Sedangkan pendistribusian bahan cair adalah berupa air untuk irigasi, herbisida, insektisida dan pupuk cair. Dalam kegiatan pengendalian gulma keberadaan aplikator cairan sangat penting mengingat metode pemberantasan gulma biasa dilakukan dengan cara mendistribusikan bahan aktif pemberantas gulma yang dilarutkan dalam air. Penyemprotan cairan pengendali gulma pada praktek pertanian presisi membutuhkan peralatan yang memiliki kemampuan untuk mendistribusikan herbisida yang tepat lokasi dan tepat dosis, sehingga kegiatan yang dilakukan mampu mengendalikan gulma dengan efektif dan ramah lingkungan. Penelitian Real-time VRA (Variable Rate Application) dengan teknologi PWM untuk pengendalian gulma pada lahan terbuka telah dilakukan di Thailand dengan memanfaatkan webcam sebagai sensor dan pengatur kerja pompa penyemprot. Pada penelitian tersebut masih banyak kekurangan terutama dari segi ketelitian hasil kerja yang diakibatkan oleh penentuan luas satu perlakuan. Hasil dari penelitian tersebut masih membuka peluang bagi penelitian lanjutan dengan menggunakan metode kerja sistem yang baru, yaitu dengan membagi citra menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, serta penggunaan aktuator ganda untuk meningkatkan ketelitian kinerja Real-time VRA. Tujuan penelitian ini adalah merancang alat aplikator cair dengan pengontrol PWM (Pulse Width Modulator) dan merancang aplikasi penyemprotan ganda untuk meningkatkan ketelitian kerja sesuai dengan kondisi di lapangan, dengan input yang berasal dari aplikasi untuk menduga kepadatan gulma. Metode Rancang bangun aplikator cairan berbasis sensor dilakukan sebagai langkah akhir setelah penembangan sistem pendeteksi kepadatan serangan gulma baik 110

2 pada lahan terbuka maupun lahan tertutup selesai dilakukan. Alat dan bahan yang digunakan antara lain : - Komputer jinjing - Mikrokontroler AT89S51 - DT HiQ UBB ISP AT89S sebagai uploader program ke mikrokontroler. - EMS H-Bridge 30A sebagai modul penggerak motor listrik - Motor listrik CCB SUMO, 12 Volt. - Baterai 12V-7A - Kamera digital - Sensor Magnet dan magnet lempengan - Bahasa pemrograman C# untuk pembuatan program pengolah citra - Bahasa Assembler untuk pengaturan kinerja mikrokontroler Adapun tahapan perancangan yang dilakukan meliputi perancangan perangkat lunak, rancangan struktural, rancangan fungsional, penentuan mekanisme pengiriman dan penerimaan data, dan penentuan nilai PWM (Pulse Width Modulator). Mekanisme kerja rancangan alat yang akan dibangun adalah sebagaimana diagram alir yang ditampilkan pada Gambar 58. Hasil dan Pembahasan Perancangan Perangkat Lunak Perangkat lunak yang dibangun adalah aplikasi penentu tingkat kepadatan gulma pada lahan terbuka. Aplikasi dibangun dengan bahasa pemrograman C# (C Sharp). Gambar 59 menunjukkan tampilan aplikasi pada saat penentuan tingkat serangan gulma pada lahan terbuka. Rancangan Struktural 1. Dudukan Penyemprot Bagian rangka dudukan penyemprot merupakan bagian penentu dari posisi nozzle dari atas permukaan tanah. Terdapat tiga sumbu gerak bebas pada bagian ini. Batang horizontal dapat digeser maju mundur disesuaiakan dengan pembacaan sinyal magnet untuk keperluan penentuan waktu aktivasi penyemprotan. Batang vertikal memiliki gerak bebas naik atau turun agar dapat mengatur tinggi semprotan yang sesuai dengan target 111

3 penyemprotan dan overlapping yang diinginkan. Komponen terakhir yaitu batang dudukan nozzle terbuat dari besi siku dengan lubang-lubang berjarak 5 cm sebagai tempat nozzle, tujuannya agar nozzle dapat disesuaikan apabila dibutuhkan overlapping spraying. Pulsa magnet Penangkapan citra lahan dengan CCD kamera Pendeteksian jarak tempuh dengan pulsa magnet Filterisasi citra Pemicu penyemprotan (tiap 3 pulsa) Pemicu pemotretan ( tiap 6 pulsa) Pemecahan citra menjadi 4 bagian Klasifikasi kepadatan serangan gulma tiap bagian citra Data kombinasi penyemprotan Penentuan nilai kombinasi penyemprotan pada nozzle kiri dan kanan (2 kombinasi tiap citra hasil tangkapan) Persiapan penyemprotan Pembacaan dan Penerjamahan data kombinasi penyemprotan dalam bahasa mesin oleh Mikrokontroler Penentuan PWM kiri Penentuan PWM kanan Motor driver 1 Motor driver 2 Penyemprotan presisi Gambar 58. Diagram alir mekanisme kerja alat penyemprot berbasis sensor. 112

4 Gambar 59. Desain antarmuka perangkat lunak pengolahan citra dan klasifikasi serangan gulma. 2. Komponen Mekatronika Perangkat mekatronika merupakan bagian yang mengatur kapan citra lahan akan diambil dan kapan penyemprot diaktivasi serta mengatur seberapa besar tingkat penyemprotannya. Proses pemotretan dan penyemprotan dilakukan dengan mengaplikasikan algoritma kerja alat berdasarkan desain yang telah dibuat. Adapun perangkat lunak digunakan untuk mengolah citra yang telah diambil dan hasil olahan tersebut menjadi penentu tingkat penyemprotan yang akan dilakukan pada lahan. Nilai kombinasi yang dihasilkan oleh aplikasi penduga kepadatan gulma selanjutnya dijadikan sebagai perintah pada sistem kontrol. Mikrokontroler AT89S51 akan mengolah nilai tersebut kembali menjadi 2 buah nilai kepadatan gulma untuk bagian kiri dan kanan (A dan B). Setelah itu, mikrokontroler akan mengatur duty cycle dari modulasi lebar pulsa dan mengirimkan pulsa tersebut ke modul penggerak pompa DC yaitu EMS 30 A. Rancangan Fungsional 1. Pencacah jarak tempuh Pencacah jarak digunakan sebagai pencacah jarak yang telah ditempuh dan sekaligus sebagai pemicu proses yang lain. Pencacah jarak tempuh bekerja dengan menggunakan sensor magnet. Sensor ini akan mengalirkan arus dengan tegangan sebesar 5V ke salah satu pin I/O dari 113

5 mikrokontroler ketika magnet dekat dengannya. Sebaliknya, arus dan tegangan tersebut tidak akan diteruskan ke mikrokontroler jika tidak ada magnet yang berdekatan dengannya. Pemicu diletakkan tepat di samping roda yang telah terpasang piringan akrilik dengan 10 buah magnet. Penentuan jumlah magnet didasarkan garis tengah roda yaitu 54 cm. Sehingga setiap sensor terdeteksi mengartikan bahwa jarak yang telah ditempuh roda adalah : (54 cm x 3.14) / 10 = cm. Dari perhitungan tersebut, dalam keadaan steady, setiap 3 kali sensor terbaca, proses penyemprotan harus dilakukan, sedangkan untuk pengambilan dan pengolahan citra dilakukan setiap pembacaan sensor dengan kelipatan angka 6. Sensor Magnet Magnet Gambar 60. Sensor magnet pencacah jarak tempuh. 2. Pengambilan Citra Peralatan yang dibangun didesain untuk bekerja pada panjang citra 102 cm. Format citra yang digunakan adalah 640 x 480 pixel. Dalam penelitian ini pengambilan citra dilakukan berdasarkan trigger yang dikirim oleh pencacah jarak, yaitu setiap kelipatan 6. Hal ini didasarkan 114

6 pada perhitungan : 6 x cm = cm yang nilainya mendekati 102 cm dengan selisih 0.24 cm atau 0.26%. 3. Proses Penyemprotan Proses penyemprotan adalah proses terakhir dari satu siklus pekerjaan sistem ini. Setelah dipicu oleh sensor magnet, mikrokontroler akan mengambil data tingkat kepadatan gulma yang ada pada sebuah variabel di aplikasi pengolah citra dengan sebelumnya mengirim sebuah karakter sebagai tanda bahwa mikrokontroler meminta data tersebut dan sprayer akan mulai melakukan penyemprotan. Spesifikasi penyemprot yang digunakan ditampilkan pada Lampiran 5. Pengiriman dan Penerimaan Data USB (Universal Serial Bus) port yang digunakan pada komputer diatur dengan menggunakan baudrate dan data bits yang sama dengan pengaturan pada mikrokontroler. Tabel 17. menampilkan pengaturan yang diberikan pada USB Port pada komputer. Tabel 17. Konfigurasi USB Port untuk komunikasi data Properties Keterangan Nama Port COM6 Baud Rate 9600 Data Bits 8 Parity None Stop Bits 1 Penentuan Nilai Modulasi Lebar Pulsa Penentuan nilai PWM menggunakan bentuk gelombang pulsa kotak dimana lebar pulsa adalah hasil modulasi dalam keragaman dari nilai rata-rata bentuk gelombang. Bila pulsa dinyatakan dalam f(t) dengan nilai minimum y min dan nilai maksimum y max dan duty cycle dinyatakan dalam D, maka nilai rata-rata bentuk gelombang dinyatakan sebagai berikut : 115

7 ( 19 ) y max pada nilai t di selang dan y min pada nilai t di selang, maka persamaan menjadi sebagai berikut : ( 20 ) Berdasarkan persamaan tersebut dapat dilihat bahwa pada y min = 0 maka nilai, hal tersebut berarti nilai rata-rata sinyal ( ) tergantung secara langsung pada nilai duty cycle (D). Penentuan lebar pulsa yang digunakan didasarkan pada nilai yang digunakan dalam penelitian sebelumnya (Thangkowit, 2006). Dalam penelitian Thangkowit (2006), besar duty cycle yang digunakan dan besar debit aplikator cair dapat dijelaskan pada Tabel 18. Karena penelitian tersebut menggunakan dua buah sprayer dengan perlakuan seragam, maka pada penelitian yang dilakukan memiliki target debit per nozzle sebesar setengah dari debit yang dirancang oleh Thangkowit (2006). Tabel berikut menampilkan debit penyemprotan untuk masing-masing tingkat kelas. Tabel 18. Konfigurasi nilai PWM (Thangkowit, 2006) Kelas PWM (% duty cycle) Debit (l/menit) Tabel 19. Desain duty cycle PWM yang digunakan dalam sistem Kelas PWM (% duty cycle) PWM Debit (l/menit)

8 Spesifikasi Sprayer Elektrik 1. Hubungan antara Tinggi dan Lebar Penyemprotan Berdasarkan hasil pengamatan pola penyemprotan pada patternometer pada beberapa ketinggian nozzle diperoleh hubungan antara tinggi penyemprotan dengan lebar penyemprotan berbentuk garis lurus dengan persamaan : Y = X ( 21 ) keterangan : Y = Lebar semprotan (cm) X = Ketinggian nozzle (cm) dengan nilai R 2 = Lebar semprot (cm) Tinggi semprot (cm) Gambar 61. Hubungan antara tinggi dan lebar penyemprotan Penyetelan nozzle pada ketinggian 25 cm menghasilkan lebar semprot teoritis cm. Berdasarkan hasil pengamatan lebar penyemprotan efektif dari ketinggian nozzle 25 cm adalah antara cm (nilai distribusi tiap titik pengamatan > 2%) sampai cm (nilai distribusi tiap titik pengamatan > 1%), selang nilai ini sesuai dengan lebar target penyemprotan yaitu 68 cm. 117

9 2. Pengujian debit dan distribusi hasil penyemprotan Pengujian distribusi penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat patternometer (Gambar 62). Alat uji yang digunakan menggunakan lebar amatan terkecil 7.5 cm dengan wadah gelas sebagai wadah pengumpul hasil penyemprotan. Gambar 63 dan Gambar 64 secara berturut-turut memperlihatkan pola distribusi air dari sprayer elektrik dengan bukaan katup dan perlakuan PWM. Data selengkapnya dari uji distribusi penyemprotan dengan PWM ditampilkan pada Lampiran 6, dan data hasil uji distribusi penyemprotan dengan bukaan katup kran ditampilkan pada Lampiran 7. Gambar 62. Alat uji distribusi penyemprotan (Patternometer). Volume dari setiap kolom pada penggunaan bukaan katup (Gambar 63) menunjukkan pada umumnya volume bukaan penuh pada bagian kiri merupakan debit yang paling tinggi sedangkan pada bagian kanan, hampir seluruh volume bukaan penuh merupakan nilai yang paling rendah. Berdasarkan fakta tersebut maka penggunaan bukaan katup sebagai metode pengontrolan debit penyemprotan tidak sesuai dengan tujuan pengontrolan. Hal ini disebabkan oleh tidak konsistennya hasil penyemprotan bagian kanan dan bagian kiri. Pengamatan terhadap penggunaan PWM sebagai alat kontrol penyemprotan (Gambar 64) menunjukkan hampir seluruh volume dengan PWM sebesar 255 menjadi nilai tertinggi pada setiap kolom. Pola 118

10 penyemprotan sisi kiri dan sisi kanan menunjukkan hasil yang lebih konsisten. Berdasarkan hasil ujicoba pengontrolan debit penyemprotan dengan dua metode tersebut, maka pengontrolan dengan menggunakan PWM dapat disimpulkan bahwa penggunaan PWM menghasilkan debit semprotan yang lebih baik sesuai dengan perintah kontrol yang diberikan. Bukaan Penuh 2/3 bukaan 1/3 bukaan Volume (ml) Gelas ke-n Gambar 63. Distribusi air hasil penyemprotan dengan bukaan katup pwm 255 pwm 226 pwm 167 Volume (ml) Gelas ke-n Gambar 64. Distribusi air hasil penyemprotan dengan perlakuan PWM 119

11 Uji Kinerja Sistem a. Pengujian respon penyemprotan Pengujian respon penyemprotan dilakukan dengan menggunakan 6 buah citra secara acak dengan satu nozzle di bagian kanan. Citra yang terpilih adalah citra nomor 4, 5, 6, 5, 23, dan 25 yang kemudian disusun berurutan sehingga menghasilkan 12 kelas kepadatan gulma bagian kanan secara berturut-turut 4, 4, 1, 1, 2, 2, 1, 1, 3, 3, 1, dan 1. Penyusunan secara berurutan bertujuan untuk mengetahui respon sistem pada kondisi operasional secara kontinyu. b. Perbandingan hasil penyemprotan 2 nozzle dengan perlakuan tunggal dan perlakuan ganda Gambar 65 menunjukkan jumlah cairan yang harus disemprotkan berdasarkan hasil peta perlakuan yang ditunjukkan pada Gambar 52, dan debit yang ada pada Tabel 19 menunjukkan bahwa dosis penyemprotan total untuk penyemprotan dengan perlakuan tunggal adalah sebesar liter sedangkan dosis penyemprotan total untuk penyemprotan dengan perlakuan ganda adalah sebesar liter. Kedua nilai tersebut menunjukkan adanya penghematan penggunaan cairan hingga 14% jika sebuah citra dibagi menjadi 4 citra. Hasil perhitungan tersebut tidak berarti bahwa penerapan Penghematan penggunaan herbisida tergantung pada sebaran dan kepadatan gulma yang ada di lahan. Penerapan metode pemecahan citra secara jelas menunjukkan ketelitian aplikasi dari segi dosis dan ketepatan lokasi, sehingga pemberantasan gulma akan lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Dari analisa nilai rata-rata klasifikasi menunjukkan 9 citra memiliki rata-rata nilai perlakuan lebih besar, 11 citra memiliki rata-rata nilai perlakuan lebih kecil, dan 6 citra memiliki rata-rata nilai perlakuan sama. c. Uji ketepatan aktivasi penyemprotan Ketepatan aktivasi diukur dengan jarak aktivasi semprotan sprayer. Jarak tersebut kemudian dibandingkan dengan jarak teoritis pada saat perancangan alat (102 cm). Lampiran 8 menampilkan data lengkap uji aktivasi penyemprotan yang secara ringkas dapat dilihat pada Tabel

12 (a) Penyemprotan nozzle tunggal dengan ukuran 102 cm x 136 cm (b) Penyemprotan nozzle ganda dengan ukuran 51 cm x 68 cm Gambar 65. Perbedaan pola nilai penyemprotan tunggal (a) dan pola penyemprotan ganda (b) dalam satuan liter. 121

13 Nilai error rata-rata yang dihasilkan dari pengujian ketepatan aktivasi adalah sebesar 10.55% dengan hasil pengukuran jarak dengan pola yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh aktivasi yang dilakukan oleh pemicu. Untuk mengaktivasi pengambilan citra, pencacah mikrokontroler berada pada hitungan ke-6 akan tetapi pada saat pengujian aktivasi pengambilan citra dilakukan pada saat pencacah berada pada hitungan manual ke-5 atau pada hitungan manual ke-6. Letak magnet yang berdekatan dan sensor magnet juga dapat mempengaruhi terjadinya hal tersebut. Tabel 20. Hasil pengujian aktivasi penyemprotan Ulangan Jarak Aktivasi Rancangan (cm) Jarak Aktivasi Terukur (cm) Rata-rata Error (%) Rataan d. Uji ketelitian dosis dan respon aktuator Ketelitian dosis aplikasi dan respon aktuator dilakukan dengan mengukur volume total yang keluar dari nozzle pada pengujian yang dilakukan secara kontinyu pada berbagai nilai PWM tanpa menggunakan kombinasi PWM = 0, dan membandingkan dengan volume teoritis dari dosis hasil perancangan. Gambar 66 menampilkan perbandingan volume penyemprotan hasil ujicoba dan volume secara teoritis, data lengkapnya ditampilkan pada Lampiran 8. Pada gambar tersebut terlihat bahwa volume semprotan terukur selalu lebih kecil dari volume yang seharusnya (volume teoritis), akan tetapi nilainya selalu mendekati nilai volume teoritis. Nilai volume aktual yang lebih kecil disebabkan karena respon aktuator yang lambat, dimana suatu nilai PWM baru akan mencapai debit yang stabil setelah 3 detik pengoperasian sedangkan lama operasi untuk 122

14 tiap dosis hanya 0.38 detik. Hasil pengujian dengan tidak memasukkan variasi PWM = 0 menunjukkan bahwa rataan error yang terjadi sebesar 3.47%. Bila nilai PWM = 0 dimasukkan dalam proses uji coba, maka nilai error akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena untuk mencapai nilai debit yang stabil dari kondisi PWM=0 membutuhkan waktu yang lebih besar dari waktu operasi penyemprotan yang harus dilakukan. Keterbatasan respon aktuator dapat diatasi dengan cara memperpendek pipa penghantar cairan dan penggunaan pompa air yang bekerja dengan stabil dan lebih responsif terhadap perubahan lebar pulsa catu daya. Gambar 66. Hasil pengujian ketelitian dosis aplikasi e. Analisa penyemprotan bertumpuk Penyemprotan bertumpuk dalam praktek pertanian terjadi pada penyemprotan dengan skala luas dimana penggunaan nozzle tunggal sudah tidak memungkinkan. Nilai overlap yang terjadi pada penyemprotan dengan nozzle ganda biasanya berkisar antara 30% sampai 50%. Tidak hanya pola penyemprotan, penggunaan lebih dari satu nozzle, ketinggian dan jarak pemasangan aplikator cair pun dapat menentukan ketepatan penyemprotan cairan (Miller A. dan Bellinder R, 2001). 123

15 Gambar 67. Pengaruh ketinggian dan jarak pemasangan aplikator cair (Miller A dan Bellinder R, 2001) Analisa penyemprotan bertumpuk dilakukan untuk mengetahui perbedaan distribusi larutan dengan penyemprotan tunggal dan distribusi larutan hasil penyemprotan dengan nozzle ganda pada beberapa nilai overlaping. Dasar penentuan tingkat overlaping adalah dengan cara menghitung rasio jumlah titik pengamatan yang overlaping dengan jumlah keseluruhan titik pengamatan pada pengoperasian nozzle ganda. Penggunaan nozzle ganda dimaksudkan untuk mencapai lebar semprot sesuai rancangan (sama dengan lebar tangkapan citra), yaitu 136 cm dan nilai simpangan baku sekecil mungkin. Penyemprotan nozzle ganda dengan overlap 38% pada jarak antar nozzle 60 cm sebagaimana yang ditampilkan pada Gambar 69. menunjukkan sebaran yang masih cukup lebar. Berdasarkan perhitungan secara teoritis (Lampiran 14) overlap 38% akan menghasilkan lebar semprot cm dengan simpangan baku hasil penyemprotan sebesar 2.66%. 124

16 Volume semprot (%) Titik Pengukuran Gambar 68. Pola distribusi penyemprotan tunggal. Volume semprot (%) Titik Pengukuran Gambar 69. Pola distribusi penyemprotan dengan overlap 38%. Penyemprotan nozzle ganda dengan overlap 54% dengan jarak antar nozzle 45 cm sebagaimana yang ditampilkan pada Gambar 70. menunjukkan sebaran yang semakin seragam. Berdasarkan perhitungan secara teoritis (Lampiran 15) overlap 54% akan menghasilkan lebar semprot cm dengan simpangan baku hasil penyemprotan sebesar 1.32%. 125

17 Volume semprot (%) Titik Pengukuran Gambar 70. Pola distribusi penyemprotan dengan overlap 54%. Hasil perhitungan teoritis penyemprotan dengan overlap 38% dan 54% memiliki lebar penyemprotan cm dan cm. Nilai lebar penyemprotan tersebut telah mendekati lebar penyemprotan yang direncanakan sebesar 136 cm. Selain dengan cara meningkatkan nilai overlap, metode untuk meningkatkan keseragaman penyemprotan dapat dilakukan dengan mempergunakan nozzle yang memiliki sudut semprot yang besar. Penggunaan nozzle dengan sudut semprot yang besar akan memberikan hasil semprot yang lebih lebar dan lebih merata. Peningkatan keseragaman penyemprotan juga dapat dilakukan dengan menambah ketinggian penyemprotan. Pada ketinggian nozzle yang lebih besar keseragaman hasil penyemprotan akan lebih baik, karena droplet yang dihasilkan bercampur dengan lebih baik sebelum sampai pada obyek yang disemprot. f. Analisa pengaruh kecepatan maju terhadap debit penyemprotan Analisa pengaruh perubahan kecepatan maju penyemprot terhadap debit penyemprotan dilakukan dengan cara menghitung target dosis penyemprotan per hektar dengan kecepatan maju yang ditargetkan 1 m/det. Tabel 21 menunjukkan hasil perhitungan dosis target 126

18 penyemprotan pada tiap-tiap kelas serangan gulma. Angka dosis tersebut selanjutnya dijadikan acuan untuk menghitung pengaruh perubahan maju penyemprot terhadap perubahan debit penyemprotan. Tabel 21. Dosis penyemprotan tiap kelas serangan gulma Kelas Debit semprot (l /menit) Lebar kerja (cm) Kecepatan maju (m/det) Dosis (l /ha) Tabel 21 menampilkan debit penyemprotan yang harus dioperasikan pada tiap-tiap kelas serangan gulma untuk mencapai dosis acuan yang telah ditentukan. Untuk mendapatkan persamaan yang merepresentasikan hubungan antara kecepatan maju dan debit penyemprotan data pada Tabel 22 diplotkan ke dalam grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 71. Hasil analisa regresi linier diperoleh hubungan antara kecepatan maju dan debit penyemprotan untuk masing-masing kelas serangan gulma sebagai berikut : Q2 (debit untuk kelas 2) = x V... ( 22 ) Q3 (debit untuk kelas 3) = x V... ( 23 ) Q4 (debit untuk kelas 4) = x V... ( 24 ) keterangan : V = kecepatan maju (km/jam) Q = debit penyemprotan (l/menit) Pengamatan terhadap kinerja aplikator cairan berbasis sensor terutama dari segi kecepatan kerja dapat dirinci mulai dari kegiatan pengambilan citra di lapangan, pengolahan citra dan klasifikasi citra, serta kecepatan aksi penyemprotan. Selain kecepatan kerja komponen lain yang perlu diperhatikan adalah luas kerja persatuan waktu. Berdasarkan desain awal aplikator cairan yang dibangun memiliki luas kerja per operasi sama dengan luas tangkapan citra, yaitu 102 cm x 136 cm. 127

19 7 6 Debit (liter/menit) Kelas 2 Kelas 3 Kelas Kecepatan maju (km/jam) Gambar 71. Hubungan kecepatan maju peralatan dan debit penyemprotan Tabel 22. Dosis penyemprotan pada berbagai kecepatan maju peralatan Kecepatan (km/jam) Kelas 2 (liter/menit) Kelas 3 (liter/menit) Kelas 4 (liter/menit) 128

20 Rata-rata waktu kerja sistem berdasarkan 26 kali ulangan adalah sebagaimana ditampilkan pada Tabel 23. Hasil pengukuran secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11. Tabel 23. Waktu kerja rata-rata tiap proses pada sistem pengendalian gulma No. Nama Proses Waktu kerja (detik) 1 Penangkapan citra Loading file Filterisasi Analisa kelas serangan Penentuan dosis Jumlah Lebar tangkapan citra (136 cm) Panjang tangkapan citra (102 cm) Arah maju peralatan Gambar 72. Landasan perhitungan kecepatan maju alat penyemprot Rata-rata waktu kerja sistem untuk menyemprot sepanjang 102 cm di luar waktu aktivasi aktuator penyemprot adalah detik. Berdasarkan nilai tersebut berarti kecepatan kerja sistem adalah m/s atau sama dengan km/jam dengan lebar kerja 136 cm berarti sistem penyemprot memiliki kapasitas kerja ha/jam. Nilai kapasitas kerja yang diperoleh masih sangat kecil, sehingga diperlukan metode lain untuk meningkatkan kecepatan operasi dan kapasitas kerja. Pengoperasian sistem tanpa melalui penyimpanan dan pengambilan file citra secara teoritis akan mempersingkat waktu operasi tiap proses, yaitu menjadi detik. Kecepatan gerak maju maksimum menjadi km/jam dan kapasitas kerja ha/jam. 129

21 Kecepatan gerak maju yang semakin besar menuntut pemotretan yang lebih akurat baik dari segi ketepatan waktu pengambilan citra maupun kualitas citra yang dihasilkan. Untuk mendapatkan kualitas citra yang baik diperlukan teknologi kamera dengan kecepatan tinggi yang dilengkapi dengan fitur anti getar, didukung dengan desain dudukan kamera yang mampu meredam getaran yang terjadi selama proses pemotretan. Simpulan 1. Aplikator cairan presisi berbasis PWM telah dibuat dengan masukan berupa nilai kombinasi serangan gulma hasil kerja sistem pendeteksi serangan gulma. 2. Ketepatan aktivasi penyemprotan pada lokasi yang telah ditentukan menunjukkan nilai error rata-rata yang dihasilkan adalah sebesar 10.55% 3. Hasil uji kinerja ketepatan dosis dan respon aktuator pada berbagai nilai kelas kepadatan serangan gulma menunjukkan nilai yang baik dengan rataan error yang terjadi sebesar 3.47%. 4. Penyemprotan dengan nozzle tunggal menghasilkan lebar semprot 82.5 cm dengan lebar semprot efektif 67.5 cm dengan simpangan baku 9.09%. 5. Rata-rata waktu kerja sistem untuk menyemprot sepanjang 102 cm diluar waktu aktivasi aktuator penyemprot adalah detik. Berdasarkan nilai tersebut berarti kecepatan kerja sistem adalah m/s, dengan lebar kerja 136 cm berarti sistem penyemprot memiliki kapasitas lapang teoritis ha/jam. 6. Pengoperasian sistem tanpa melalui penyimpanan dan pengambilan file citra akan mempersingkat waktu operasi tiap proses, yaitu menjadi detik. Kecepatan gerak maju maksimum menjadi km/jam dan kapasitas kerja ha/jam. 130

3. METODE. Metode Penelitian. Waktu dan Lokasi Penelitian

3. METODE. Metode Penelitian. Waktu dan Lokasi Penelitian 3. METODE Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan menggunakan metode pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan suatu metodologi pemecahan masalah yang diawali dengan identifikasi serangkaian

Lebih terperinci

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi)

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi) 9. PEMBAHASAN UMUM Beberapa metode analisa komputasi cerdas digunakan dalam penelitian pendeteksian serangan gulma. Masing-masing metode diarahkan untuk mencapai tujuan analisa utama yaitu pendeteksian

Lebih terperinci

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan 6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA Pendahuluan Praktek pengendalian gulma yang biasa dilakukan pada pertanian tanaman pangan adalah pengendalian praolah dan pascatumbuh. Aplikasi kegiatan Praolah dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

DT-51 Application Note

DT-51 Application Note DT-51 Application Note AN73 Pengukur Jarak dengan Gelombang Ultrasonik Oleh: Tim IE Aplikasi ini membahas perencanaan dan pembuatan alat untuk mengukur jarak sebuah benda solid dengan cukup presisi dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 31 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Air ditampung pada wadah yang nantinya akan dialirkan dengan menggunakan pompa. Pompa akan menglirkan air melalui saluran penghubung yang dibuat sedemikian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk Prototipe yang dibuat merupakan pengembangan dari prototipe pada penelitian sebelumnya (Azis 211) sebanyak satu unit. Untuk penelitian ini prototipe

Lebih terperinci

DT-SENSE. UltraSonic Ranger (USR)

DT-SENSE. UltraSonic Ranger (USR) DT-SENSE UltraSonic Ranger (USR) Trademarks & Copyright AT, IBM, and PC are trademarks of International Business Machines Corp. Windows is a registered trademark of Microsoft Corporation. MCS-51 is a registered

Lebih terperinci

5. IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN. Pendahuluan

5. IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN. Pendahuluan 5. IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN Pendahuluan Tujuan aplikasi berbasis sensor adalah melakukan penyemprotan dengan presisi tinggi berdasarkan pengamatan real time, menjaga mutu produk dari kontaminasi obat-obatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat pengaturan air dan nutrisi secara otomatis yang mampu mengatur dan memberi nutrisi A dan B secara otomatis berbasis

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisis pada alat Pengendali Ketinggian Meja Otomatis Dengan Kontrol Smartphone Android Menggunakan Media Koneksi Bluetooth.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT Ripki Hamdi 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer Unikom, Bandung 1 qie.hamdi@gmail.com, 2 taufiq.nizar@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS WAHANA

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS WAHANA BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS WAHANA Pengujian sistem pada wahana dilakukan baik pada perangkat keras, perangkat lunak, maupun fungsional sistem secara keseluruhan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PERANCANGAN ROBOT OKTAPOD DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN ASIMETRI

PERANCANGAN ROBOT OKTAPOD DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN ASIMETRI Asrul Rizal Ahmad Padilah 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer Unikom, Bandung 1 asrul1423@gmail.com, 2 taufiq.nizar@gmail.com ABSTRAK Salah satu kelemahan robot dengan roda sebagai alat

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER

PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER Jurnal Sistem Komputer Unikom Komputika Volume 1, No.1-2012 PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER Usep Mohamad Ishaq 1), Sri Supatmi 2), Melvini Eka Mustika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

8. PERANCANGAN SISTEM MULTI AGEN. Pendahuluan

8. PERANCANGAN SISTEM MULTI AGEN. Pendahuluan 8. PERANCANGAN SISTEM MULTI AGEN Pendahuluan Peningkatan kecepatan proses komputasi sebagai solusi dari kecepatan maju sistem penyemprot berbasis sensor membutuhkan konsep tersendiri yang cukup kompleks.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSIAN OBJEK MENGGUNAKAN METODE YCBCR PADA ROBOWAITER DRU99RWE4-V13

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSIAN OBJEK MENGGUNAKAN METODE YCBCR PADA ROBOWAITER DRU99RWE4-V13 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSIAN OBJEK MENGGUNAKAN METODE YCBCR PADA ROBOWAITER DRU99RWE4-V13 Ferry Ebitnaser 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2, John Adler 3 1,2,3 Jurusan Teknik Komputer Unikom,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA 4.1 Desain Sistem Sistem yang dibangun pada tugas akhir ini bertujuan untuk membangun robot beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Mekatronika Pemindah dan Penyusun Barang tanpa Sensor Berbasis Mikrokontroller AT89S51

Pengembangan Sistem Mekatronika Pemindah dan Penyusun Barang tanpa Sensor Berbasis Mikrokontroller AT89S51 Pengembangan Sistem Mekatronika Pemindah dan Penyusun Barang tanpa Sensor Berbasis Mikrokontroller AT89S51 Lovely Son 1,*) dan Hendra Firmansyah 2) 1,2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... DAFTAR ISI COVER...i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Setelah pelaksanaan dari perancangan dibuat dan dijelaskan pada bab 3,

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Setelah pelaksanaan dari perancangan dibuat dan dijelaskan pada bab 3, BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Setelah pelaksanaan dari perancangan dibuat dan dijelaskan pada bab 3, perancangan tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk yang nyata (secara hardware). Hasil implementasi

Lebih terperinci

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER

ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER Jefta Gani Hosea 1), Chairisni Lubis 2), Prawito Prajitno 3) 1) Sistem Komputer, FTI Universitas Tarumanagara email : Jefta.Hosea@gmail.com 2) Sistem

Lebih terperinci

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Pada Alat Penyiram Tanaman Menggunakan Kontoler PID

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Pada Alat Penyiram Tanaman Menggunakan Kontoler PID Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Pada Alat Penyiram Tanaman Menggunakan Kontoler PID 1 Ahmad Akhyar, Pembimbing 1: Purwanto, Pembimbing 2: Erni Yudaningtyas. Abstrak Alat penyiram tanaman yang sekarang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras untuk mengoperasikan rangkaian DC servo pada mesin CNC dan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras untuk mengoperasikan rangkaian DC servo pada mesin CNC dan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi pada sistem ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu spesifikasi perangkat keras untuk mengoperasikan rangkaian DC servo pada mesin CNC

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3. 1. Spesifikasi Sistem Pada tugas akhir ini, penulis membuat sebuah prototype dari kendaraan skuter seimbang. Skuter seimbang tersebut memiliki spesifikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga Oscillating Water Column. 3.1. Gambaran Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS 3.1. Spesifikasi Perancangan Perangkat Keras Secara sederhana, perangkat keras pada tugas akhir ini berhubungan dengan rancang bangun robot tangan. Sumbu

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID

SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID Raditya Wiradhana, Pembimbing 1: M. Aziz Muslim, Pembimbing 2: Purwanto. 1 Abstrak Pada saat ini masih banyak tungku bakar berbahan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Aeroponik Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler

Rancang Bangun Sistem Aeroponik Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler Rancang Bangun Sistem Aeroponik Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler Ayub Subandi 1, *, Muhammad Widodo 1 1 Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY

BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY Sistem merupakan suatu rangkaian beberapa organ yang menjadi satu kesatuan. Maka sistem kendali gerak adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Rancangan Sistem Secara Keseluruhan Pada dasarnya Pengebor PCB Otomatis ini dapat difungsikan sebagai sebuah mesin pengebor PCB otomatis dengan didasarkan dari koordinat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga sistem pengendalian ketinggian air. 3.1. Gambaran Alat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak pada alat ini. Dimulai dengan uraian tentang perangkat keras dilanjutkan dengan uraian

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI JARAK JAUH MINIATUR TANK TANPA AWAK

SISTEM KENDALI JARAK JAUH MINIATUR TANK TANPA AWAK SISTEM KENDALI JARAK JAUH MINIATUR TANK TANPA AWAK OLEH : Eko Efendi (2211030009) Dio Adya Pratama (2211030036) Dosen Pembimbing : Suwito ST.,MT NIP. 19810105 200501 1004 Latar Belakang Meminimalisir prajurit

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA Syahrul 1, Andi Kurniawan 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati Ukur No.116,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 BLOCK DIAGRAM Dalam bab ini akan dibahas perancangan perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem kendali kecepatan robot troli menggunakan fuzzy logic. Serta latar belakang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai perancangan dan realisasi sistem bagaimana kursi roda elektrik mampu melaksanakan perintah suara dan melakukan pengereman otomatis apabila

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK 4.1 Rangkaian Pengontrol Bagian pengontrol sistem kontrol daya listrik, menggunakan mikrokontroler PIC18F4520 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30. Dengan osilator

Lebih terperinci

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS SISTEM

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS SISTEM BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS SISTEM Untuk mengetahui kehandalan dan keberhasilan dari sistem yang kita buat, maka diperlukan pengujian terhadap terhadap komponen komponen pembangun sistem terutama sensor

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada blok diagram tersebut antara lain adalah webcam, PC, microcontroller dan. Gambar 3.1 Blok Diagram

BAB III METODE PENELITIAN. pada blok diagram tersebut antara lain adalah webcam, PC, microcontroller dan. Gambar 3.1 Blok Diagram BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Pengerjaan Tugas Akhir ini dapat terlihat jelas dari blok diagram yang tampak pada gambar 3.1. Blok diagram tersebut menggambarkan proses dari capture gambar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 30 BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 4.1 UPAL-REK Hasil Rancangan Unit Pengolahan Air Limbah Reaktor Elektrokimia Aliran Kontinyu (UPAL - REK) adalah alat pengolah air limbah batik yang bekerja menggunakan proses

Lebih terperinci

Prodi S1 Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Telkom 1 2

Prodi S1 Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Telkom 1 2 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI WIRELESS PADA PROTOTIPE ROBOT PELAYAN BERBASIS MIRKOKONTROLER Pandu Widiantoro 1, Novian Anggis Suwastika 2 1,2 Prodi S1 Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Pemotong Rumput Lapangan Sepakbola Otomatis dengan Sensor Garis dan Dinding ini, terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID Joko Prasetyo, Purwanto, Rahmadwati. Abstrak Pompa air di dunia industri sudah umum digunakan sebagai aktuator

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA Pada bab ini, akan dibahas pengujian alat mulai dari pengujian alat permodul sampai pengujian alat secara keseluruhan. Pengujian tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain: BAB III METODE PENELITIAN Dalam pembuatan kendali robot omni dengan accelerometer dan keypad pada smartphone dilakukan beberapa tahapan awal yaitu pengumpulan data yang diperlukan dengan beberapa cara

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. buah silinder dilengkapi bearing dan sabuk. 2. Penggunaan PLC (Programmable Logic Controller) sebagai pengontrol

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. buah silinder dilengkapi bearing dan sabuk. 2. Penggunaan PLC (Programmable Logic Controller) sebagai pengontrol BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Sistem Sistem simulasi conveyor untuk proses pengecatan dan pengeringan menggunakan PLC dirancang dengan spesifikasi (memiliki karakteristik utama) sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem berikut: Secara umum sistem yang dibangun dijelaskan dalam diagram blok sistem 6 1 Baterai Sensor: - GPS 2 Sensor Suhu dan Kelembapan 4 Mikrokontroler

Lebih terperinci

Perancangan Serial Stepper

Perancangan Serial Stepper Perancangan Serial Stepper ini : Blok diagram dari rangakaian yang dirancang tampak pada gambar dibawah Komputer Antar Muka Peralatan luar Komputer Komputer berfungsi untuk mengendalikan peralatan luar,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

DQI-03 DELTA ADC. Dilengkapi LCD untuk menampilkan hasil konversi ADC. Dilengkapi Zero offset kalibrasi dan gain kalibrasi

DQI-03 DELTA ADC. Dilengkapi LCD untuk menampilkan hasil konversi ADC. Dilengkapi Zero offset kalibrasi dan gain kalibrasi DQI-03 DELTA ADC Spesifikasi : Resolusi 10 bit 12 Ch ADC USB/RS232 Interface Dilengkapi LCD untuk menampilkan hasil konversi ADC Dilengkapi Zero offset kalibrasi dan gain kalibrasi Delta subsystem protokol

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO Ryandika Afdila (1), Arman Sani (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

Rancang Bangun Troller dengan Menggunakan Sistem Remote Kontrol RF YS-1020

Rancang Bangun Troller dengan Menggunakan Sistem Remote Kontrol RF YS-1020 Rancang Bangun Troller dengan Menggunakan Sistem Remote Kontrol RF YS-1020 Abstrak 1,2 Randy Rahmat Saleh *), 1 Anwar Mujadin & 2 Viktor Vekky Ronald Repi 1 Jurusan Teknik Elektro, Universitas Al Azhar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa perangkat keras, perangkat lunak, kesatuan sistem secara keseluruhan serta eksperimen yang dilakukan untuk membuktikan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menerapkan Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menerapkan Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai implementasi dan evaluasi pada saat menerapkan Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Proses pengendalian mobile robot dan pengenalan image dilakukan oleh microcontroller keluarga AVR, yakni ATMEGA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Sistem instruksi dan kontrol robot.

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Sistem instruksi dan kontrol robot. BAB III PERANCANGAN Membahas perancangan sistem yang terdiri dari gambaran umum sistem dan bagaimana mengolah informasi yang didapat dari penglihatan dan arah hadap robot di dalam algoritma penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem yang meliputi sistem kontrol logika fuzzy, perancangan perangkat keras robot, dan perancangan perangkat lunak dalam pengimplementasian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik dan instalasi

Lebih terperinci

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Robot Robot TKC306 - Robotika Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Pembahasan tentang aktuator robot beroda Referensi: : magnet permanen, stepper, brushless, servo Teknik PWM

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pelaksanaan dari perancangan telah dibuat dan dijelaskan pada Bab 3, kemudian perancangan tersebut diimplementasi ke dalam bentuk yang nyata (secara hardware).hasil implementasi

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini penulis akan mebahas lebih lanjut setelah perancangan dan konsep pada bab sebelumnya telah diaplikasikan ke sebuah bidang nyata. Realisasi

Lebih terperinci

Wireless Gamepad Interface

Wireless Gamepad Interface Smart Peripheral Controller Wireless Gamepad Interface Trademarks & Copyright PlayStation and DUALSHOCK are registered trademarks of Sony Computer Entertainment Inc. AT, IBM, and PC are trademarks of International

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Hasil Penelitian Setelah alat dan bahan didapat dan dipersiapkan maka perangkat-keras dan perangkat-lunak telah berhasil dibuat sesuai dengan rancangan awal walau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK 4.1 Pengukuran Alat Pengukuran dilakukan untuk melihat apakah rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER Pada tahap perancangan ini dibagi menjadi 2 tahap perancangan. Tahap pertama adalah perancangan perangkat keras (hardware), yang meliputi rangkaian rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan wireless

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. 44 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian 19 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama sepuluh bulan, dimulai pada bulan Januari 2012 hingga September 2012. Penelitian dilaksanakan di tiga tempat yang berbeda,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC

PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC Presentasi Tugas Akhir 5 Juli 2011 PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC Pembimbing: Dr.Ir. Moch. Rameli Ir. Ali Fatoni, MT Dwitama Aryana

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari Sistem Pendorong pada Model Mesin Pemilah Otomatis Cokorda Prapti Mahandari dan Yogie Winarno Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma J1. Margonda Raya No.100, Depok 15424

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. menjadi acuan dalam proses pembuatannya, sehingga kesalahan yang mungkin

BAB III PERANCANGAN ALAT. menjadi acuan dalam proses pembuatannya, sehingga kesalahan yang mungkin BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Dalam pembuatan suatu alat diperlikan adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatannya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SISTEM METERAN AIR DIGITAL DENGAN KOMUNIKASI DATA WIRELESS

BAB II KONSEP DASAR SISTEM METERAN AIR DIGITAL DENGAN KOMUNIKASI DATA WIRELESS BAB II KONSEP DASAR SISTEM METERAN AIR DIGITAL DENGAN KOMUNIKASI DATA WIRELESS Konsep dasar dari sistem ini terdiri dari tiga buah komponen utama yang saling berkaitan. Komponen pertama adalah pelanggan,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN 3.1 Perancangan Perangkat Keras ( Hardware Mikrokontroler BS2p40

BAB III PERANCANGAN 3.1 Perancangan Perangkat Keras ( Hardware Mikrokontroler BS2p40 BAB III PERANCANGAN 3.1 Perancangan Perangkat Keras (Hardware) 3.1.1 Mikrokontroler BS2p40 Kemudahan dalam pengembangan program karena menggunakan bahasa tingkat tinggi menjadi faktor utama dalam pemilihan

Lebih terperinci

BAB II ROBOT PENYAPU LANTAI

BAB II ROBOT PENYAPU LANTAI BAB II ROBOT PENYAPU LANTAI Bab ini menjelaskan gambaran keseluruhan dari robot penyapu lantai yang akan dibuat seperti ditunjukkan Gambar 2.1. Secara fisik, robot penyapu lantai ini terdiri dari bagian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli 36 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. 3.1 Diagram blok sistem

BAB III PERANCANGAN. 3.1 Diagram blok sistem BAB III PERANCANGAN 3.1 Diagram blok sistem Sistem pada penginderaan jauh memiliki dua sistem, yaitu sistem pada muatan roket dan sistem pada ground segment. Berikut merupakan gambar kedua diagram blok

Lebih terperinci

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Ektraktor Madu Menggunakan Kontroler PID

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Ektraktor Madu Menggunakan Kontroler PID 1 Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC pada Alat Ektraktor Madu Menggunakan Kontroler PID Rievqi Alghoffary, Pembimbing 1: Purwanto, Pembimbing 2: Bambang siswoyo. Abstrak Pengontrolan kecepatan pada alat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai perancangan dan realisasi sistem indikator peringatan berbelok dan perlambatan pada helm sepeda dengan menggunakan android smartphone sebagai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan skripsi ini. Bab ini dimulai dari pengenalan singkat dari komponen elektronik utama

Lebih terperinci

ALAT PEMBERI MAKAN IKAN NILA DI TAMBAK

ALAT PEMBERI MAKAN IKAN NILA DI TAMBAK 1 ALAT PEMBERI MAKAN IKAN NILA DI TAMBAK Fatahillah, Ponco Siwindarto dan Eka Maulana Abstrak Ikan nila banyak dibudidayakan di Indoneseia. Selain karena permintaan konsumen, ikan nila juga memiliki kandungan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras Sistem perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan oleh blok diagram berikut: Computer Parallel Port Serial Port ICSP Level

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN. memungkinkan terjadinya kegagalan atau kurang memuaskan kerja alat yang telah dibuat.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN. memungkinkan terjadinya kegagalan atau kurang memuaskan kerja alat yang telah dibuat. BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 3.1 Perancangan Peranvangan merupakan suatu langkah kerja yang penting dalam penyusunan dan pembuatan alat dalam proyek akhir ini, sebab tanpa adanya perancangan yang

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT LUNAK

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT LUNAK BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT LUNAK 4.1. Spesifikasi Perancangan Perangkat Lunak Perangkat lunak pada wahana bertujuan untuk memudahkan proses interaksi antara wahana dengan pengguna. Pengguna

Lebih terperinci