UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT (KNOWLEDGE MANAGEMENT READINESS) DI DEPARTEMEN MICROSOFT OPERATION PT ASTRA GRAPHIA INFORMATION TECHNOLOGY KARYA AKHIR PRADANA ATMADIPUTRA FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JULI 2014 i

2 HALAMAN JUDUL UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT (KNOWLEDGE MANAGEMENT READINESS) DI DEPARTEMEN MICROSOFT OPERATION PT ASTRA GRAPHIA INFORMATION TECHNOLOGY KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi PRADANA ATMADIPUTRA FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JULI 2014 i

3 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Karya Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar Nama : Pradana Atmadiputra NPM : Tanda Tangan : Tanggal : 16 Juli 2014 ii

4 HALAMAN PENGESAHAN Karya Akhir ini diajukan oleh: Nama : Pradana Atmadiputra NPM : Tanda Tangan : Magister Teknologi Informasi Judul : Analisis Tingkat Kesiapan Implementasi Knowledge Management (Knowldge Management Readiness) di Departemen Microsoft Operation PT Astra Graphia Information Technology Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer,. DEWAN PENGUJI Pembimbing : Yova Ruldeviyani, S.Kom., M.Kom. (...) Penguji : Ika Alfina, S.Kom., M.Kom. (...) Penguji : Puspa Indahati Sandhyaduhita, S.T., M.Sc. (...) Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 16 Juli 2014 iii

5 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-nya-lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini. Penulisan Karya Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akan sulit bagi penulis dalam menyelesaikan Karya Akhir ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Yova Ruldeviyani, S.Kom., M.Kom., selaku dosen pembimbing Karya Akhir yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Akhir. 2. Segenap rekan-rekan di Departemen Microsoft Operation AGIT yang telah banyak membantu penulis dalam menyediakan data penelitian untuk Karya Akhir ini. 3. Segenap rekan-rekan di proyek Business Process Improvement Astra Graphia yang telah banyak membantu pekerjaan penulis sehingga penulis dapat meluangkan waktu dan berfokus pada penyelesaian Karya Akhir ini. 4. Segenap dosen program MTI yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama menjalani studi di MTI. 5. Bapak Priyono Atmadi dan Ibu Nuke Siti Nurhayati (orang tua) dan Pramasari Atmadiputri (adik) tercinta atas doa dan dukungannya untuk kelancaran penyusunan Karya Akhir ini. 6. Istri tercinta, Polanda Angelia, atas doa, dukungan, dan semangat yang selalu diberikan. 7. Anak tersayang, Ahza Luthfi Danish, yang kehadirannya selalu memberi inspirasi dan semangat. 8. Rekan-rekan seperjuangan MTI 2010 SA dan MTI 2010 SB yang telah banyak memberikan masukan melalui diskusi. iv

6 9. Ibu Dewi, Ibu Sri, Pak Wiryo, dan Pak Ganda yang telah banyak memberikan berbagai bantuan selama penulis menjalani studi di MTI. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Walaupun demikian, penulis berharap semoga Karya Akhir ini dapat memberi manfaat. Jakarta, 16 Juli 2014 Pradana Atmadiputra v

7 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Pradana Atmadiputra NPM : Program Studi : Magister Teknologi Informasi Fakultas : Ilmu Komputer Jenis Karya : Karya Akhir Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) kepada atas karya ilmiah saya yang berjudul: Analisis Tingkat Kesiapan Implementasi Knowledge Management (Knowledge Management Readiness) di Departemen Microsoft Operation PT Astra Graphia Information Technology. Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti NonEkslusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat, dan mempublikasikan karya ilmiah saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Jakarta Tanggal : 16 Juli 2014 Yang Menyatakan (Pradana Atmadiputra) vi

8 ABSTRAK Nama : Pradana Atmadiputra Program Studi : Teknologi Informasi Judul : Analisis Tingkat Kesiapan Implementasi Knowledge Management (Knowledge Management Readiness) di Departemen Microsoft Operation PT Astra Graphia Information Technology Pada era informasi sekarang ini, pengetahuan telah menjadi aset berharga bagi suatu perusahaan, khususnya perusahaan konsultan teknologi informasi (TI). PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) sebagai sebuah perusahaan konsultan TI menggunakan pengetahuan sebagai aset berharga untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Oleh karena itu, diperlukan implementasi knowledge management (KM) agar aset pengetahuan tersebut tidak hilang dan dapat dikelola dengan baik. Sebelum suatu organisasi memutuskan untuk mengimplementasikan KM, diperlukan analisis pengukuran tingkat kesiapan implementasi KM terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan mengukur kesiapan AGIT dalam megimplementasikan KM. Pengukuran kesiapan dilakukan berdasarkan hasil ekstraksi penelitian terdahulu sehingga diperoleh tujuh aspek penelitian, yaitu Strategy, Organization, Culture, Technology, Motivation, Process, dan Human Resources. Penelitian dilakukan pada departemen Microsoft Operation. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, sedangkan analisis data dilakukan dengan teknik analisis statistik deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara keseluruhan departemen Microsoft Operation telah mencapai tingkat kesiapan receptive (skor 2,51) dalam implementasi Knowledge Management. Kata Kunci: Knowledge Management. Kesiapan Knowledge Management. vii

9 ABSTRACT Name : Pradana Atmadiputra Program : Information Technology Title : Knowledge Management Implementation Readiness Level Analysis at Microsoft Operation Department of PT Astra Graphia Information Technology In this information era, knowledge has been a valuable asset for a company, especially an Information Technology (IT) consulting firm. PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) as an IT consulting firm utilizes knowledge as a valuable asset to increase competitiveness. Therefore, implementation of Knowledge Management (KM) has been a necessity to retain and manage the asset. Before an organization decides to implement KM, an analysis to measure KM implementation readiness is needed. The purpose of this study is to measure KM implemetation readiness at AGIT. The measurement is conducted using extraction of previous studies around KM critical success factors to obtain seven research aspects, namely, Strategy, Organization, Culture, Technology, Motivation, Process, and Human Resources. The study is conducted in Microsoft Operation Department. Data are collected using questionnaire, while the data analysis is performed using descriptive statistical analysis. The analysis result shows than Microsoft Operation department is at the receptive readiness level, scored 2,51. Keywords: Knowledge Management. Kesiapan Knowledge Management. viii

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Sistematika Penulisan... 4 BAB 2 STUDI LITERATUR Definisi Knowledge dan Knowledge Management Proses-proses Knowledge Management Knowledge Management System Infrastruktur Knowledge Management Knowledge Management Readiness Knowledge Management Critical Success Factors (KMCSF) KMCSF Menurut Liebowitz KMCSF Menurut Hasanali KMCSF Menurut Abbaszadeh KMCSF Menurut Mamaghani KMCSF Menurut Valmohammadi KMCSF Menurut Wong KMCSF Menurut Mathi Penelitian Sejenis Dalam Knowledge Management Readiness.. 31 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pola Pikir Penelitian Tahapan dan Desain Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data BAB 4 PERANCANGAN INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen Penelitian Pemetaan KMCSF Instrumen Penilaian Kesiapan KM Tingkat Kesiapan KM Kisi-kisi Instrumen Penyusunan Indikator Instrumen ix

11 4.5.2 Penyusunan Item Instrumen Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner BAB 5 PROFIL ORGANISASI Profil Perusahaan PT Astra Graphia Information Technology Visi dan Misi AGIT Filosofi dan Nilai-nilai Korporat AGIT Solusi yang Ditawarkan AGIT Struktur Organisasi BAB 6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Perolehan Data Tahapan Analisis Hasil Analisis Analisis Aspek Strategy Analisis Aspek Organization Analisis Aspek Culture Analisis Aspek Technology Analisis Aspek Motivation Analisis Aspek Process Analisis Aspek Human Resource Implikasi Teoretis Implikasi Penelitian Terhadap Organisasi BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA x

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Pola Pikir Penelitian Gambar 3.2 Tahapan Penelitian Gambar 5.1 Struktur Organisasi Utama AGIT Gambar 5.2 Struktur Organisasi Sales & Marketing Gambar 5.3 Struktur Organisasi Enterprise Application Management Gambar 5.4 Struktur Organisasi Enterprise Business Solution Management Gambar 5.5 Struktur Organisasi Enterprise Infrastructure Management Gambar 5.6 Struktur Organisasi Enterprise Service Management Gambar 5.7 Struktur Organisasi Enterprise Project Management Gambar 5.8 Struktur Organisasi Industrial Solution & Business Development Gambar 5.9 Struktur Organisasi Strategic Business Development Gambar 5.10 Struktur Organisasi Finance & Accounting Gambar 5.11 Struktur Organisasi Finance Operations Gambar 5.12 Struktur Organisasi Legal Operations Gambar 5.13 Struktur Organisasi Human Capital Management Gambar 6.1 Jenis Kelamin Responden Gambar 6.2 Usia Responden Gambar 6.3 Masa Kerja Responden Gambar 6.4 Tingkat Pendidikan Responden Gambar 6.5 Grafik Hasil Analisis Aspek Strategy Gambar 6.6 Grafik Hasil Analisis Aspek Organization Gambar 6.7 Grafik Hasil Analisis Aspek Culture Gambar 6.8 Grafik Hasil Analisis Aspek Technology Gambar 6.9 Grafik Hasil Analisis Aspek Motivation xi

13 Gambar 6.10 Grafik Hasil Analisis Aspek Process Gambar 6.11 Grafik Hasil Analisis Aspek Human Resource Gambar 6.12 Diagram Radar Hasil Analisis Keseluruhan xii

14 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Knowledge Management Readiness Level Tabel 2.2 Tingkat Kesiapan Knowledge Management Nugroho (2014) Tabel 4.1 KMCSF Liebowitz (1999) Tabel 4.2 KMCSF Hasanali (2002) Tabel 4.3 KMCSF Abbaszadeh et al. (2010) Tabel 4.4 KMCSF Mamaghani et al. (2010) Tabel 4.5 KMCSF Valmohammadi (2010) Tabel 4.6 KMCSF Wong (2005) Tabel 4.7 KMCSF Mathi (2004) Tabel 4.8 Pemetaan KMCSF Tabel 4.9 Skala Penilaian dalam Kuesioner Tabel 4.10 Penyusunan Indikator Instrumen Tabel 4.11 Penyusunan Item Instrumen Tabel 5.1 Perjalanan Sejarah AGIT Tabel 6.1 Analisis Aspek Strategy Tabel 6.2 Analisis Aspek Organization Tabel 6.3 Analisis Aspek Culture Tabel 6.4 Analisis Aspek Process Tabel 6.5 Strategi Meningkatkan Tingkat Kesiapan xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Rancangan Kuesioner KM Readiness AGIT Lampiran 2: Uji Validitas Lampiran 3: Hasil Uji Validitas Lampiran 4: Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 5: Kuesioner KM Readiness AGIT Lampiran 6: Tabulasi Data Kuesioner xiv

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era informasi sekarang ini, pengetahuan telah menjadi aset berharga bagi suatu perusahaan, di samping bangunan, kendaraan, tenaga kerja, dan dana. Bagi perusahaan berbasis pengetahuan, seperti perusahaan konsultan teknologi informasi, pengetahuan merupakan aset yang utama untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan kompetitor. Oleh karena itu, pengelolaan pengetahuan yang tepat menjadi hal yang sangat penting. PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) merupakan perusahaan dalam grup bisnis Astra yang menyediakan jasa konsultan teknologi informasi. Salah satu portfolio yang ditawarkan AGIT adalah implementasi customized solution berbasis Microsoft, yang bernaung di bawah satu departemen tersendiri, yaitu Microsoft Operation. Pada saat ini teknologi dan produk berbasis teknologi Microsoft berkembang sangat pesat di pasaran perangkat lunak. Engineer atau developer yang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam teknologi dan produk tersebut dapat datang dan pergi dari AGIT kapan saja, sehingga pengetahuan mereka perlu dikelola dengan baik agar tidak hilang dan tetap memiliki manfaat ketika sang pemilik pengetahuan meninggalkan perusahaan. Saat ini AGIT telah memiliki suatu sistem document center dan knowledge base berbasis Microsoft SharePoint untuk menyimpan sejumlah dokumen mengenai berbagai kebijakan dan prosedur dalam perusahaan. Dalam hal ini, pengetahuan telah terdokumentasi. Walaupun demikian, masih terdapat beberapa permasalahan, yaitu: 1

17 2 1. Pengetahuan yang terdokumentasi dalam sistem tersebut masih bersifat umum, yaitu kebijakan dan prosedur perusahaan. Hingga saat ini belum ada dokumentasi pengetahuan teknis serta pengalaman para engineer ketika mengimplementasikan suatu solusi, khususnya yang berbasis Microsoft, dalam suatu project. 2. Belum adanya partisipasi para engineer dalam sistem tersebut. Saat ini kontribusi hanya berasal dari pihak manajemen dan bersifat satu arah (menginformasikan dan belum ada diskusi interaktif). 3. Para engineer memperoleh pengetahuan dan keahliannya melalui proses belajar secara pribadi dan pengalaman selama di project. Proses sharing dan transfer knowledge umumnya dilakukan melalui atau secara lisan, dan bersifat ad-hoc, serta belum ada dokumentasi untuk pengetahuan tersebut. 4. Ketika seorang engineer mengundurkan diri dari perusahaan dan tidak ada dokumentasi maupun proses transfer knowledge mengenai apa yang dikerjakannya, maka engineer lain yang diwarisi pekerjaannya dapat mengalami kesulitan untuk memahami dan melanjutkan pekerjaan tersebut. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, diperlukan adanya solusi knowledge management untuk departemen Microsoft Operaion. Akan tetapi, sebelum melakukan implementasi knowledge management, diperlukan adanya analisa kesiapan departemen Microsoft Operation di AGIT dalam mengimplementasikan knowledge management, karena implementasi suatu knowledge management selain membutuhkan investasi dari sisi pengembangan sistem, juga membutuhkan komitmen dari semua pihak, baik manajemen maupun para staf. 1.2 Pertanyaan Penelitian Dari permasalahan yang dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

18 3 1. Bagaimanakah tingkat kesiapan departemen Microsoft Operation di AGIT dalam mengimplementasikan knowledge management system? 2. Aspek mana saja yang perlu ditingkatkan dalam menerapkan knowledge management? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menyusun instrumen untuk menilai tingkat kesiapan knowledge management di departemen Microsoft Operation di AGIT. 2. Mengukur tingkat kesiapan Departemen Microsoft Operation di AGIT dalam menerapkan knowledge management. 3. Mengetahui aspek mana saja yang perlu ditingkatkan dalam menerapkan knowledge management. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan mengetahui tingkat kesiapan departemen Microsoft Operation AGIT dalam menerapkan knowledge management, diharapkan manajemen perusahaan dapat menyusun kebijakan dan langkah-langkah dalam menerapkan knowledge management bagi departemen tersebut. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki batasan, yaitu: 1. Penelitian dilakukan di lingkungan departemen Microsoft Operation AGIT, sehingga hanya valid untuk lingkungan tersebut.

19 4 2. Penelitian hanya mengukur tingkat kesiapan departemen Microsoft Operation AGIT dalam implementasi knowledge management, dan tidak merumuskan strategi implementasinya. 1.6 Sistematika Penulisan Penulisan karya akhir ini akan dilakukan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, pertanyaan, tujuan, manfaat, dan ruang lingkup penelitian. BAB 2 STUDI LITERATUR Bab ini menjelaskan berbagai literatur dan teori yang relevan dengan penelitian, yaitu teori mengenai Knowledge Management, kesiapan organisasi dalam implementasi Knowledge Management, dan penelitian sebelumnya tentang Knowledge Management Readiness. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tahapan dan desain penelitian yang akan dilakukan. Juga akan dibahas mengenai metode pemgumpulan dan analisis data. BAB 4 PERANCANGAN INSTRUMEN PENELITIAN Bab ini menjelaskan pembentukan instrumen penelitian yang berupa kuesioner, instrumen penilaian, serta uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.

20 5 BAB 5 PROFIL ORGANISASI Bab ini menjelaskan profil organisasi PT Astra Graphia Information Technology (AGIT). BAB 6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini memuat analisis data atas hasil jawaban dari responden. Analisis data menggunakan perangkat lunak SPSS 21. BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat kesimpulan dan saran hasil penelitian.

21 BAB 2 STUDI LITERATUR 2.1 Definisi Knowledge dan Knowledge Management Pengetahuan (knowledge) merupakan rangkaian informasi dengan pengambilan keputusan dan tindakan yang mengarah pada kegunaan dan tujuan. Pengetahuan adalah kebiasaan, keahlian, keterampilan, pemahaman, atau pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan, atau melalui proses belajar. Dari pernyataanpernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan kumpulan informasi yang telah melalui pengalaman (Becerra-Fernandez, Gonzalez, & Sabherwal, 2004). Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai pemahaman manusia akan suatu bidang yang spesifik, yang diperoleh melalui pembelajaran dan pengalaman. Pengetahuan bukan merupakan informasi, dan informasi bukan merupakan data (Awad & Ghaziri, 2004). Data merupakan fakta yang diperoleh dari hasil pengamatan yang belum diproses sehingga belum memiliki makna apa-apa. Informasi merupakan data yang telah diproses sehingga memiliki makna, serta dapat membantu pengambilan keputusan. Pengetahuan merupakan pemahaman atas informasi dalam konteks tertentu (Becerra-Fernandez, Gonzalez, & Sabherwal, 2004). Knowledge Management (KM) dapat didefinisikan sebagai aktivitas mengungkap, menangkap, membagi, dan menerapkan pengetahuan untuk meningkatkan nilai suatu pengetahuan terhadap pencapaian suatu organisasi secara hemat biaya (Becerra-Fernandez, Gonzalez, & Sabherwal, 2004). Pengetahuan dapat dibagi menjadi 6 tipe, yaitu procedural knowledge, declarative knowledge, tacit knowledge, explicit knowledge, general knowledge, dan specific knowledge (Becerra-Fernandez, Gonzalez, & Sabherwal, 2004). 6

22 7 1. Procedural knowledge. Pengetahuan prosedural berfokus pada langkahlangkah atau prosedur dalam melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan. Pengetahuan ini dihasilkan melalui observasi, menghafal, percobaan, dan mendokumentasikan prosedur yang berhasil diketahui. 2. Declarative knowledge. Pengetahuan deklaratif berfokus pada hubungan antar variabel. Pengetahuan ini dapat menjadi aset bagi suatu organisasi karena dapat membantu dalam pembuatan keputusan. Pengetahuan ini diperoleh melalui akal, logika, observasi, pengalaman, dan belajar. 3. Tacit Knowledge. Pengetahuan tacit merupakan pengetahuan yang melekat secara personal pada tiap-tiap individu, berupa wawasan, intuisi, atau firasat, sehingga sulit didokumentasikan dan disebarkan. Pengetahuan ini diperoleh dari waktu ke waktu melalui pengalaman serta interaksi dengan individu lainnya. 4. Explicit Knowledge. Pengetahuan eksplisit dapat diekpresikan ke dalam katakata dan angka-angka, sehingga mudah untuk didokumentasikan dan dibagi. Pengetahuan ini dapat disebarkan secara formal dan sistematis melalui data, spesifikasi, manual, gambar, suara, video, program komputer, dan sebagainya. 5. General Knowledge. Pengetahuan umum merupakan pengetahuan yang dimiliki sebagian besar individu dan mudah disebarluaskan. 6. Specific Knowledge. Pengetahuan spesifik merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh sejumlah terbatas individu, dan proses menyebarluaskannya relatif mahal. 2.2 Proses-proses Knowledge Management KM memiliki empat proses, yaitu knowledge discovery, knowledge capture, knowledge sharing, dan knowledge application (Becerra-Fernandez, Gonzalez, & Sabherwal, 2004).

23 8 1. Knowledge Discovery dapat didefinisikan sebagai pengembangan tacit dan explicit knowledge dari data dan informasi atau sintesis dari pengetahuan sebelumnya. Proses ini dapat dibagi menjadi dua subproses: a. Combination. Perubahan dari satu bentuk pengetahuan eksplisit ke pengetahuan eksplisit lainnya. b. Socialization. Interaksi tidak resmi antar-individu dalam berbagi ide dan keahlian. 2. Knowledge Capture didefinisikan sebagai proses memperoleh tacit dan explicit knowledge yang ada pada individu, artefak, atau organisasi. Pengetahuan tersebut bisa saja berasal dari luar organisasi. Proses ini terdiri dari dua subproses: a. Externalization merupakan perubahan pengetahuan dari tacit menjadi eksplisit. Contoh: seorang ahli yang menuangkan pengetahuan dan pengalamannya ke dalam buku atau dokumen lainnya, sehingga pengetahuannya dapat membawa manfaat. b. Internalization merupakan perubahan pengetahuan dari eksplisit menjadi tacit. Contoh: seseorang menafsirkan suatu konsep lalu mengaplikasikannya pada suatu situasi yang berbeda dari situasi di mana konsep itu dibuat. 3. Knowledge Sharing adalah proses di mana tacit dan explicit knowledge dikomunikasikan dan ditransfer kepada individu lain sehingga individu tersebut dapat memanfaatkannya. 4. Knowledge Application merupakan proses di mana seseorang memanfaatkan suatu pengetahuan dari orang lain tanpa benar-benar memahami pengetahuan tersebut.

24 9 2.3 Knowledge Management System Knowledge Management System merupakan integrasi antara teknologi dan mekanisme yang dibangun untuk mendukung proses knowledge management. Knowledge Management System dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu Knowledge Discovery System, Knowledge Capture System, Knowledge Sharing System, dan Knowledge Application System (Becerra-Fernandez, Gonzalez, & Sabherwal, 2004). 1. Knowledge Discovery System. Sistem ini mendukung proses dalam membangun pengetahuan baru, baik tacit maupun eksplisit dari data dan informasi atau sintesis pengetahuan terdahulu. 2. Knowledge Capture System. Sistem ini mendukung proses memperoleh tacit dan explicit knowledge yang ada pada individu, artefak, atau organisasi. 3. Knowledge Sharing System. Sistem ini mendukung proses komunikasi pengetahuan, baik tacit maupun eksplisit, dari individu ke individu lainnya. 4. Knowledge Application System. Sistem ini mendukung proses penggunaan pengetahuan dari individu oleh individu lainnya tanpa harus benar-benar memahami pengetahuan tersebut. 2.4 Infrastruktur Knowledge Management Infrastruktur KM terdiri atas lima komponen, yaitu organization culture, organization structure, IT infrastructure, common knowledge, dan physical environment (Becerra-Fernandez, Gonzalez, & Sabherwal, 2004). 1. Organization Culture. Budaya organisasi mencerminkan norma-norma yang membentuk perilaku anggota organisasi. Atribut yang menyertai budaya organisasi meliputi pemahaman akan manfaat penerapan KM, dukungan seluruh manajemen akan penerapan KM, pemberian imbalan untuk knowledge sharing, dan mendorong interaksi dalam rangka menciptakan dan berbagi pengetahuan.

25 10 2. Organization Structure. Struktur organisasi memiliki beberapa aspek yang perlu diperhatikan: a. Hirarki organisasi mempengaruhi frekuensi interaksi dari para individu dan pola transfer pengetahuan antar individu. b. Adanya communities of practice, yaitu grup-grup yang memiliki kesamaan minat, dapat memfasilitasi proses-proses KM. c. Penerapan KM dapat difasilitasi dengan menciptakan peran yang khusus menangani KM dalam organisasi. 3. IT Infrastructure. Teknologi pemrosesan, penyimpanan, dan komunikasi data termasuk dalam infrastruktur TI yangakan mendukung penerapan KM. Kapabilitas infrastruktur TI dapat diukur dari empat aspek: a. Reach meliputi akses dan koneksi yang efisien. b. Depth meliputi kedetailan informasi yang dikomunikasikan. c. Richness meliputi berbagai variasi komunikasi. d. Aggregation meliputi pembentukan informasi dari data yang berjumlah besar. 4. Common Knowledge. Pengetahuan umum merujuk pada pengalaman organisasi secara kumulatif dalam memahami suatu kategori pengetahuan. Hal ini dapat meningkatkan nilai pengetahuan dari seorang ahli dengan cara mengintegrasikannya dengan pengetahuan lainnya. 5. Physical Environment. Lingkungan fisik meliputi desain bangunan, ruangan, partisi, ukuran dan jenis kantor, serta jumlah, ukuran, dan suasana ruang rapat. 2.5 Knowledge Management Readiness Kesiapan (readiness) dapat didefinisikan sebagai kondisi di mana individu atau organisasi berhasil menghadapi perubahan dalam organisasi (Holt, 2000). KM readiness merupakan sikap penerimaan dari suatu organisasi dalam menjalankan

26 11 proses-proses KM. KM readiness juga dapat didefinisikan sebagai itikad dari para individu dalam organisasi untuk terlibat dalam proses-proses KM dalam konteks organisasi tersebut (Karim, Abdullah, Mohammad, & Razi, 2011). Tingkat kesiapan implementasi KM akan direpresentasikan menggunakan skala yang didefinisikan oleh Rao (2005), yang dibagi menjadi lime tingkatan: not ready, premilinary (exploring KM), ready (accepted), receptive (advocating and measuring) dan optimal (institutionalized KM) (Rao, 2005). Penjelasan masing-masing level beserta karakteristiknya dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Knowledge Management Readiness Level Level Nama Karakteristik 1 Not ready 1. Belum adanya pemahaman mengenai KM. 2. Belum adanya pemahaman mengenai visi & misi KM. 3. Tidak menggambarkan fenomena atau permasalahan KM. 2 Preliminary 1. Organisasi sudah mengenal pentingnya KM. 2. Proses dalam organisasi sudah menggambarkan kegiatan KM. 3. Sudah terdapat individu yang menggalakkan KMS. 3 Ready 1. Sudah stabil dan individu dalam organisasi sudah mempraktekkan aktifitas yang efektif untuk mendukung KM. 2. Kegiatan KM sudah dilakukan setiap waktu di setiap kegiatan pekerjaan. 3. Sudah ada sistem pendokumentasian.

27 12 4 Receptive 1. Efisiensi KM. 2. Kegiatan-kegiatan yang ada pada level 3 dilanjutkan dan dibuatkan aturan serta standar. 5 Optimal Organisasi telah memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan fleksibel terhadap syarat-syarat yang ditentukan untuk mencapai KM readiness. Sumber: Rao (2005) yang telah diolah kembali oleh Zaidiah (2011). Nugroho (2014) dalam penelitiannya mengusulkan suatu tingkat kesiapan knowledge management yang didasarkan pada KM Readiness Level dari Rao (2005). Tingkat kesiapan tersebut digambarkan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Tingkat Kesiapan Knowledge Management Nugroho (2014) Level Nama Level (Skala) 1 Not Ready (0 0,50) Aspek Strategy Karakteristik Organisasi tidak memiliki keinginan dan motivasi kuat untuk mencapai KM. Belum ada pemahaman individu dalam organisasi terhadap KM. Belum ada pemahaman individu dalam organisasi terhadap manfaat KM bagi organisasi. Organization Struktur organisasi tidak memungkinkan untuk membentuk tim khusus KM.

28 13 Culture Budaya organisasi sama sekali tidak mendukung KM dan tidak menunjukkan adanya proses knowledge. Technology Tidak adanya dukungan teknologi seperti penggunaan ICT, internet, dan intranet. 2 Preliminary (0,51 1,50) Motivation Process Human Resources Strategy Tidak adanya keinginan dan penghargaan bagi individu untuk berbagi pengetahuan. Tidak ada proses knowledge yang terjadi dalam organisasi. Sedikitnya keahlian yang dimiliki oleh individu dalam organisasi. Organisasi sudah memiliki keinginan dan motivasi untuk menerapkan KM. Organisasi sudah mengenal pentingnya kegiatan KM. Organization Struktur organisasi sudah memungkinkan untuk membentuk tim khusus KM. Culture Budaya organisasi sudah menunjukkan kegiatan

29 14 knowledge, seperti adanya budaya bekerjasama. Technology Motivation Dukungan teknologi seperti penggunaan ICT sudah ada, tetapi fasilitas internet dan intranet belum ada. Adanya penghargaan bagi karyawan yang melakukan aktivitas knowledge yang ada bagi organisasi. Process Proses knowledge sudah terlihat dalam organisasi, seperti adanya kegiatankegiatan menambah pengetahuan dan transfer knowledge. 3 Ready (1,51 2,50) Human Resources Strategy Organization Keahlian yang dimiliki oleh individu dan pengetahuan organisasi sudah mulai bertambah. Organisasi sudah memiliki strategi, keinginan dan motivasi yang kuat untuk menerapkan Knowledge Management. Struktur organisasi yang ada memungkinkan untuk membentuk tim khusus KM

30 15 dari berbagai unit dan sharing knowledge dapat dilakukan dengan mudah baik secara vertikal maupun horizontal. Culture Budaya organisasi sudah menunjukkan kegiatan knowledge sudah dilakukan setiap waktu dan setiap pekerjaan, seperti adanya budaya bekerja sama dan sharing knowledge. Technology Motivation Dukungan teknologi seperti penggunaan ICT, fasilitas internet dan intranet sudah ada. Adanya penghargaan bagi karyawan yang melakukan aktivitas knowledge. Process Proses knowledge sudah terjadi dalam organisasi pada setiap kegiatan pekerjaan, seperti adanya kegiatankegiatan menambah pengetahuan dan transfer knowledge. Human Resources Keahlian yang dimiliki oleh individu sudah memadai,

31 4 Receptive (2,51 3,50) Strategy Organization 16 beragam, dan sudah terdokumentasi. Organisasi sudah memiliki strategi, keinginan dan motivasi yang kuat untuk menerapkan KM dan sudah dibuat dalam suatu aturan dan standar. Struktur organisasi yang ada memungkinkan untuk membentuk tim khusus KM dari berbagai unit dan sharing knowledge dapat dilakukan dengan mudah baik secara vertikal maupun horizontal, serta sudah tercantum di dalam aturan organisasi. Culture Budaya organisasi sudah dilakukan secara efisien dan budaya kerjasama serta sharing knowledge sudah diatur dalam peraturan organisasi. Technology Dukungan teknologi seperti penggunaan ICT, fasilitas internet dan intranet sudah ada dan mendukung proses knowledge, sudah ada

32 17 katalogisasi dan prosedur pengarsipan yang tercantum dalam aturan organisasi, adanya pengamanan terhadap teknologi informasi yang dilengkapi prosedur keamanan yang berkaitan dengan data dan informasi yang tercantum dalam aturan organisasi. Motivation Ada penghargaan bagi karyawan yang melakukan aktivitas knowledge dan sudah dibuat dalam aturan organisasi. Process Proses knowledge sudah terjadi dalam organisasi pada setiap kegiatan pekerjaan dan tercantum dalam aturan organisasi, seperti adanya kegiatan-kegiatan menambah pengetahuan dan transfer knowledge. Human Resources Keahlian yang dimiliki oleh individu sudah memadai, beragam, dan sudah terdokumentasi. Pengetahuan yang dimiliki organisasi dapat meningkatkan efisiensi

33 5 Optimal (3,51 4,00) Strategy Organization 18 proses dalam organisasi, sudah ada aturan dan standar untuk peningkatan skill staf. Organisasi memiliki strategi, keinginan dan motivasi yang kuat untuk menerapkan KM dan sudah dibuat dalam suatu aturan dan standarserta sudah terlaksana dengan baik. Struktur organisasi yang ada mampu untuk membentuk tim khusus KM dari berbagai unit dan sharing knowledge dapat dilakukan dengan mudah baik secara vertikal maupun horizontal, serta sudah tercantum di dalam aturan organisasi dan sudah terlaksana dengan baik. Culture Budaya organisasi sudah dilakukan secara efisien, budaya kerjasama dan sharing knowledge sudah diatur dalam peraturan organisasi, serta sudah berjalan dengan baik. Technology Dukungan teknologi seperti penggunaan ICT fasilitas internet dan intranet canggih

34 19 mendukung proses knowledge sudah berjalan dengan baik, sudah ada katalogisasi dan prosedur pengarsipan, manajemen dokumen yang tercantum dalam aturan organisasi, adanya pengamanan terhadap teknologi informasi yang dilengkapi prosedur keamanan yang berkaitan dengan data dan informasi dan tercantum dalam aturan di organisasi dan sudah berjalan dengan baik. Motivation Ada penghargaan bagi karyawan yang melakukan aktivitas knowledge yang tercantum dalam aturan organisasi dan sudah berjalan dengan baik. Process Proses knowledge sudah terjadi dalam organisasi pada setiap kegiatan pekerjaan dan tercantum dalam aturan organisasi, seperti adanya

35 20 kegiatan-kegiatan menambah pengetahuan dan transfer knowledge dan sudah berjalan dengan baik. Human Resources Keahlian yang dimiliki oleh individu sudah memadai, beragam, dan sudah terdokumentasi. Pengetahuan yang dimilik organisasi dapat meningkatkan efisiensi proses dalam organisasi, sudah ada aturan dan standar untuk peningkatan skill staf dan sudah terlaksana dengan baik. 2.6 Knowledge Management Critical Success Factors (KMCSF) KMCSF merupakan faktor atau aktivitas yang diperlukan dalam mendukung implementasi KM. Mendefinisikan faktor-faktor tersebut merupakan hal yang sulit karena sifat pengetahuan yang dinamis. Walaupun demikian, mengidentifikasi KMCSF sangat penting agar dapat mendesain dan mengimplementasikan sistem KM dengan baik (Atrinawati & Surendro, 2009) KMCSF Menurut Liebowitz Knowledge management strategi untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi untuk keuntungan strategis (Liebowitz, 1999). Dalam penelitiannya, Liebowitz

36 21 (1999) mengidentifikasi 6 (enam) faktor sukses implementasi knowledge management: 1. Strategy with Leadership Support & Active Involvement. Salah satu faktor kunci dalam keberhasilan KM adalah dengan mengembangkan strategi KM untuk lingkup organisasi, dengan dukungan manajemen baik secara moral maupun finansial. 2. Chief Knowledge Officer & KM Infrastructure. Faktor keberhasilan KM berikutnya adalah adanya posisi Chief Knowledge Officer (CKO) atau yang setara, serta infrastruktur KM dalam organisasi. CKO bertugas memetakan pengetahuan yang ada dalam organisasi, merancang dan mengawasi infrastruktur KM, serta merancang dan mengimplementasikan arsitektur KM. Seorang CKO diharapkan memiliki wawasan luas dalam bidang bisnis, IT, change management, maupun KM. CKO sebaiknya diposisikan langsung di bawah CEO. 3. Knowledge Ontologies & Repositories. Ontologi merupakan spesifikasi dari sebuah konsep. Dalam konteks sistem KM, ontologi merupakan spesifikasi yang menyediakan struktur, terminologi, dan relasi dalam membangun knowledge repository. Ontologi dibutuhkan untuk menstandarkan dan menjamin integritas dari repository. 4. KM Systems & Tools. Knowledge Management System (KMS) dan tools yang digunakan untuk membangun sistem tersebut perlu menjadi bagian dari strategi KM. KM repository merupakan bagian dari KMS. Desain dari user interface pada KMS juga memerlukan perhatian. Perlu diingat bahwa tools bukanlah knowledge management itu sendiri. Tools hanya membantu pengembangan KMS. KM juga bukan sekedar teknologi, tetapi merupakan kombinasi dari orang, teknologi, dan budaya yang membentuk suatu sistem untuk KM. 5. Incentives to Encourage Knowledge Sharing. Seringkali orang tidak bersedia berbagi pengetahuan dengan orang lain, bukan karena mereka bersikap egois atau takut kehilangan daya saing, tetapi lebih karena mereka takut tidak bisa meninggalkan jejak jika mereka menggunakan

37 22 pengetahuan orang lain. Insentif dan budaya yang kuat dibutuhkan untuk memotivasi knowledge sharing dan inovasi. Organisasi perlu memikirkan penghargaan, kompensasi, maupun sistem motivasional lainnya dalam rangka mensukseskan KM KMCSF Menurut Hasanali Dengan memanfaatkan lessons learned, banyak organisasi telah berhasil menyediakan tools yang dibutuhkan dalam mengelola dan berbagi knowledge. Faktor dasar kesuksesan knowledge management adalah dengan memiliki pemahaman yang sama mengenai knowledge management dan knowledge sharing dan bagaimana mengaplikasikannya sesuai situasi dan kebutuhan (Hasanali, 2002). Secara umum, faktor sukses implementasi knowledge management dapat dikategorikan menjadi 5 (lima) faktor: 1. Leadership. Kepemimpinan memainkan peranan penting dalam menjamin keberhasilan setiap inisiatif dalam suatu organisasi, termasuk implementasi KM. Kepemimpinan yang memberikan contoh dalam rangka penerapan kebijakan yang dibuatnya akan memberikan hasil yang lebih baik. 2. Culture. Budaya merupakan kombinasi dari sejarah, ekspektasi, aturan tak tertulis, dan kebiasaan yang membentuk perilaku. Budaya merupakan hal yang selalu mempengaruhi pandangan, tindakan, dan komunikasi dari para anggota organisasi. 3. Roles & Responsibilities. Ada beberapa elemen umum yang ada dalam organisasi yang menerapkan inisiatif KM: a. Steering commitee umumnya terdiri atas eksekutif level atas yang memperkenalkan konsep dan memberikan arahan serta dukungan. b. Central KM Group umumnya terdiri atas beberapa orang yang memiliki keahlian manajemen proyek, fasilitasi, dan komunikasi.

38 23 Mereka merupakan orang-orang yang menyediakan dukungan di awal proyek. c. Stewards/Owners merupakan pihak yang bertanggungjawab atas perolehan dan sharing knowledge dalam unit bisnis. Mereka merupakan agen perubahan yang akan mengajarkan dan memberi contoh prinsip knowledge sharing kepada anggota organisasi. 4. IT Infrastructure. Tanpa infrastruktur TI yang solid, suatu organisasi tidak dapat bebagi informasi dalam skala yang besar. Kebanyakan organisasi terjebak bukan karena tiadanya infrastruktur TI, tetapi karena terlalu fokus pada TI. Knowledge management bukanlah suatu aplikasi perangkat lunak. Memiliki suatu platform untuk berbagi informasi dan berkomunikasi hanyalah sebagian dari inisiatif KM 5. Measurement. Banyak orang khawatir dengan pengukuran, karena pengukuran berhubungan langsung dengan return of investment (ROI), dan mereka tidak tahu bagaimana menguhubungkan inisiatif KM dengan ROI. Walaupun tujuan dari pengukuran efektivitas dari inisiatif KM adalah untuk menentukan suatu ROI, ada banyak variabel yang dapat menetukan hasilnya. Karena banyaknya variabel tersebut, korelasi antara aktivitas KM dan output bisnis menjadi penting KMCSF Menurut Abbaszadeh Implementasi knowledge management merupakan tugas yang sulit dan kompleks. Sebagai akibatnya, banyak organisasi mengalami kegagalan dalam implementasinya. Oleh karena itu, diperlukan adanya identifikasi dan analisis yang mendalam dan sistematis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya (Abbaszadeh, Ebrahimi, & Fotouhi, 2010). Dari hasil penelitiannya terhadap small-medium enterprise di Iran, Abbaszadeh et al. (2010) mengidentifikasi 8 (delapan) faktor sukses implementasi knowledge management:

39 24 1. Top management support & leadership. Manajemen dan kepemimpinan memainkan peranan penting dalam implemetasi KM dalam organisasi. Manajemem puncak perlu menyediakan hal-hal yang diperlukan untuk implementasi KM yang efektif. 2. Organizational Culture. Budaya merupakan keyakinan, nilai, norma, dan kebiasaan sosial dalam suatu organisasi. Budaya yang suportif sangat menghargai pengetahuan dan mendorong pembuatan, pembagian, dan aplikasinya. Agar implementasi KM sukses, budaya organisasi harus dipupuk. 3. IT Infrastructure. Tanpa infrastruktur TI, implementasi KM tidaklah dimungkinkan. TI dapat mempermudah akses informasi dan kolaborasi antar anggota organisasi. Perlu diketahui bahwa TI hanyalah alat dan bukan solusi. 4. Training & Education. Seluruh anggota organisasi harus memahami pentingnya KM. Melalui pelatihan, anggota organisasi akan memiliki pemahaman mendalam mengenai KM serta cara menggunakan sistem KM dan fasilitas pendukungnya. Pelatihan juga dapat menciptakan perilaku kerja yang efektif dalam mendukung KM. 5. Strategic Planning. Rencana strategis menentukan bagaimana suatu organisasi memanfaatkan segala sumber dayanya dalam mencapai tujuan KM. Tanpa adanya strategi, tidak ada tolok ukur atas perubahan apa saja yang sudah dilakukan dan apa implikasinya terhadap inisiatif KM. 6. Resources. Kesediaan sumber daya adalah penting bagi suksesnya implementasi KM. SDM, sokongan dana, ketersediaan waktu, dan perhatian merupakan hal penting untuk kesuksesan implementasi KM. 7. Process & Activities. Proses utama dalam KM adalah penciptaan, penyimpanan/perolehan, transfer, dan penerapan. Aktivitas KM harus menuju pada perubahan perilaku, praktik, dan kebijakan, serta pengembangan ide, proses, praktik, dan kebijakan baru. 8. Human Resource Management. SDM merupakan inti dari penciptaan pengetahuan dalam organisasi. Tugas utama manajemen SDM adalah perekrutan, pengembangan, dan pemeliharaan karyawan.

40 KMCSF Menurut Mamaghani Mamaghani et al. (2010) dalam penelitiannya melaukukan studi terhadap sejumlah literatur mengenai knowledge management critical success factors dari tahun 1997 hingga Dengan menggunakan teknik Delphi, Mamaghani et al. (2010) mendapatkan 12 (dua belas) faktor dengan prioritas tertinggi (Mamaghani, Saghafi, Shahkooh, & Sadeghi, 2010). 1. Knowledge strategy menentukan pengguna dan sumber pengetahuan, proses perolehan dan penggunannya, serta visi dan tujuannya. 2. Management support dapat berupa alokasi sumber daya, arahan, dan pelatihan. 3. Performance measurement mengevaluasi efek dari sistem KM dan penggunaannya dan menentukan efektivitas dari pengetahuan. 4. Organizational structure menggambarkan struktur organisasi yang jelas dengan komunikasi dan prosedur yang baku. 5. Organizational learning merupakan pembelajaran best practice dari dalam maupun luar organisasi. 6. Financial support menggambarkan dukungan dana/investasi dari organisasi terhadap penerapan KM. 7. Organization culture menggambarkan budaya belajar dan berbagi pengetahuan. 8. Motivational encouragement menciptakan motivasi dan komitmen pada pengguna sistem KM dengan pemberian penghargaan atas kegiatan knowledge sharing. 9. Communication and group working memungkinkan pembentukan kelompok-kelompok yang dapat membentuk pemgetahuan (community of practices). 10. Technical infrastructure terdiri atas jaringan, database, memori organisasi, perangkat keras dan lunak yang dibutuhkan dalam implementasi KM.

41 Integration of operations terdiri atas integrasi dari pencarian, perolehan, dan representasi pengetahuan, link antara sistem KM dengan proses dan sistem informasi dalam organisasi, serta integrasi antara pengetahuan dengan aplikasi bisnis. 12. Security terdiri atas desain keamanan sistem KM KMCSF Menurut Valmohammadi Valmohammadi (2010) dalam karya ilmiahnya mengidentifikasi dan menyusun prioritas dari knowledge management success factors yang telah digunakan dalam studi empiris maupun teoretis oleh sejumlah penulis (Valmohammadi, 2010). Melalui studi komparatif yang mendalam, 12 (dua belas) faktor telah diidentifikasi, dan digunakan untuk melakukan penelitian terhadap small medium enterprise di Iran (Valmohammadi, 2010). 1. Management Leadership. Manajemen puncak perlu mendedikasikan dirinya dalam mempromosikan suatu pola pikir organisasi yang menekankan kerja sama dan knowledge sharing dalam lingkup organisasi tersebut. 2. Organizational Culture. Fondasi budaya organisasi yang konwledge-friendly dianggap lebih penting daripada penerapan teknologi KM. Hal penting dalam budaya beronrientasi knowledge adalah adanya kepercayaan, kolaborasi, dan keterbukaan. 3. Strategy. Strategi yang jelas dan rasional membantu memperjelas kepentingan bisnis dalam mengimplementasikan KM, dan mengarahkan organisasi menjadi berbasis knowledge. 4. Resources. Sumber daya (resources) mencakup ketersediaan personil, waktu manajerial, dan kestabilan finansial. Tidak tersedianya ketiga hal di atas mengindikasikan kurangnya perencanaan bisnis strategis dan pengelolaan sumber daya manusia.

42 27 5. Process & Activities. Proses merujuk pada apa saja yang bisa dilakukan dengan knowledge, seperti membuat/menciptakan, menyimpan/memperoleh, transfer, dan menerapkan. 6. Human Resource Management. Departemen sumber daya manusia dalam suatu organisasi perlu mengajarkan perubahan pola pikir yang diperlukan dalam menerapkan KM. 7. Organizational Infrastructure. Organisasi perlu menetapkan suatu peran dan tugas bagi karyawan ahli untuk menangani implementasi KM secara berkelanjutan. 8. Performance Measurement. Kinerja inisiatif KM perlu diukur. Pengukuran dapat berupa review terhadap knowledge repository yang ada dan meberikan penghargaan terhadap mereka yang menunjukkan komitmen terhadap program KM. 9. Training & Education. Organisasi perlu memberikan pelatihan & pendidikan dalam penggunaan sistem KM dan program KM itu sendiri. 10. IT Infrastructure. Teknologi merupakan alat bantu untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan KM, tetapi bukanlah solusi mutlak untuk implementasi KM. 11. Reward. Pemberian insentif diperlukan untuk mendorong karyawan untuk menunjukkan perliaku yang berorientasi knowledge. 12. Benchmarking. Benchmarking merupakan satu teknik penting bagi organisasi dalam mengukur kinerja terhadap tujuan strategisnya. Umumnya teknik ini dilakukan setelah implementasi KM berhasil dilakukan KMCSF Menurut Wong Kebanyakan studi mengenai knowledge management critical success factors yang ada sekarang lebih menitikberatkan pada perspektif korporasi besar daripada usaha kecil dan menengah. Oleh karena itu, perlu dikaji ulang dan diidentifikasi kelemahan-kelemahan dari faktor-faktor tersebut (Wong, 2005). Dari hasil studinya, Wong (2005) mendapatkan 11 (sebelas) faktor sukses yang dianggap cocok bagi situasi dan kondisi small-medium enterprise.

43 28 1. Management Leadership. Kepemimpinan memainkan peranan penting dalam memberikan contoh perilaku yang diharapkan dalam penerapan KM. Para pemimpin diharapkan untuk mau berbagi pengetahuan, terus belajar, dan terus menggali pengetahuan dan ide baru. Mereka juga harus dapat memimpin perubahan, menanamkan pentingnya KM kepada bawahannya, memelihara etos kerja bawahannya, dan menciptakan budaya menambah dan berbagi pengetahuan. 2. Culture. Budaya merupakan keyakinan, nilai, norma, dan kebiasaan sosial yang mengarahkan perilaku individu dalam suatu organisasi. Budaya yang mendukung KM adalah budaya yang menghargai pengetahuan dan mendorong pembentukan, pembagian, dan aplikasinya. Pembentukan budaya seperti ini merupakan tantangan besar dalam suatu inisiatif KM. 3. IT Infrastructure. Kapabilitas TI telah berkembang dari sekedar penyimpanan informasi secara statis menjadi penghubung antara manusia dengan informasi dan antar manusia sendiri. TI dapat mempermudah akses informasi dan kolaborasi antar anggota organisasi. Perlu diketahui bahwa TI hanyalah alat dan bukan solusi. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem KM adalah kemudahan teknologi, kemudahan penggunaan, kesesuaian dengan kebutuhan pengguna, relevansi konten, dan standarisasi struktur/ontologi pengetahuan. 4. Strategy & Purpose. Strategi menentukan fondasi bagaimana suatu organisasi dapat mendayagunakan kapasitas dan sumber dayanya untuk mencapai tujuan implementasi KM. Strategi harus disesuaikan dengan situasi dan konteks organisasi, serta harus terintegrasi dengan strategi bisnis organisasi. Untuk keberhasilan implementasi KM, perlu ditentukan tujuan yang jelas dan dipahami oleh seluruh anggota organisasi, sehingga mereka mendapatkan visi yang sama dan keyakinan bahwa hal tersebut akan berhasil. 5. Measurement. Pengukuran berfungsi sebagai sarana pengumpulan data yang memberikan informasi mengenai situasi atau aktivitas tertentu. Inisiatif KM hanya akan berakhir sia-sia jika tidak disertai pengukuran. Pengukuran memmfasilitasi organisasi untuk mengevaluasi, membandingkan,

44 29 mengontrol, dan memperbaiki kinerja KM. Pengukuran juga berfungsi membuktikan kelayakan inisiatif KM kepada manajemen dan pemangku kepentingan dalam organisasi. 6. Organizational Infrastructure. Infrastruktur organisasi mengarah kepada pembentukan sejumlah peranan dan tim untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan KM. Salah satu peranan yang umum disebutkan adalah adanya posisi CKO atau yang setara dalam suatu organisasi. 7. Processes & Activities. Proses KM merujuk kepada sesuatu yang bisa dilakukan dengan pengetahuan dalam suatu organisasi. Proses utama dalam KM meliputi: pembuatan, penyimpanan/perolehan, transfer, dan aplikasi. Pelaksanaan proses KM memainkan peran penting dalam menciptakan organisasi berbasis pengetahuan. Koordinasi proses KM yang akan dilaksanakan adalah penting. Proses KM perlu dijadikan aktivitas keseharian anggota organisasi agar menjadi praktik umum dalam organisasi. 8. Motivational Encouragement. Kesuksesan KM membutuhkan keinginan mendasar dari para anggota organisasi untuk menggali pengetahuan dari sumber intelektual dalam organisasi. Jika individu tidak termotivasi untuk mempraktikkan KM, investasi, infrastruktur, maupun teknologi tidak akan efektif. Oleh karena itu, diperlukan insentif, penghargaan, atau bantuan motivasional lainnya untuk mendorong orang untuk berbagi dan mengaplikasikan pengetahuan. Sistem insentif perlu difokuskan pada kriteria seperti knowledge sharing dan kontribusi, kerja sama tim, kreativitas, dan solusi inovatif. 9. Resources. Kesuksesan KM juga bergantung pada sumber daya. Dukungan finansial diperlukan ketika ada kebutuhan investasi dalam hal teknologi. SDM dibutuhkan dalam koordinasi dan manajemen proses implementasi serta dalam mengambil peran yang berhubungan dengan pengetahuan. Organisasi juga perlu memberikan waktu luang bagi anggotanya untuk melaksanakan proses KM, seperti knowledge sharing, serta menyediakan kesempatan anggotanya untuk belajar.

45 Training & Education. Pelatihan dan pendidikan merupakan pertimbangan penting untuk kesuksesan KM. Pelatihan dapat membantu anggota organisasi perlu menyadari kebutuhan untuk mengelola pengetahuan dan menerimanya sebagai kunci keberhasilan organisasi. Pelatihan juga berfungsi membantu anggota organisasi memahami konsep KM, menciptakan persepsi yang sama mengenai pengetahuan, memahami penggunaan tools KM, serta memahami peran baru mereka dalam tugas yang berhubungan dengan KM. Pelatihan dalam hal kreativitas, inovasi, berbagi pengetahuan, komunikasi, membangun jaringan, peer learning, team building, kolaborasi, dokumentasi, problem solving juga dapat membantu kesuksesan KM. 11. Human Resource Mangement. SDM merupakan penghasil pengetahuan. Manajemen SDM berfokus pada perekrutan, pengembangan, dan pemeliharaan SDM. Perekrutan SDM adalah proses krusial karena di sinilah kompetensi dan pengetahuan, khususnya yang secara spesifik dibutuhkan, dibawa masuk ke dalam organisasi. Pengembangan SDM merupakan cara meningkatkan nilai seorang individu, yang harus dilakukan secara terusmenerus, agar dapat terus berkontribusi terhadap organisasi. Pemeliharaan SDM menjadi isu penting dalam KM, karena berfungsi menjaga agar pengetahuan tidak hilang dari organisasi. Untuk mencegah kehilangan tersebut, organisasi perlu memberi kesempatan pada individu untuk berkembang dan meningkatkan karir, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, agar dapat meningkatkan kepuasan dalam bekerja KMCSF Menurut Mathi Mathi (2004) dalam penelitiannya mengidentifikasi 5 (lima) faktor sukses implementasi knowledge management (Mathi, 2004). 1. Culture. Budaya knowledge sharing perlu dibina dan selaras dengan tujuan organisasi. Organisasi yang sukses mendorong karyawannya agar mau berbagi pengetahuan dengan memberikan penghargaan.

46 31 2. KM Organization. Kepemimpinan dengan visi, strategi, dan kemampuan mempromosikan bagaimana knowledge management berkontribusi mencapai tujuan organisasi adalah hal penting. Organisasi juga memerlukan tim spesialis untuk mengelola aset intelektual. 3. System Infrastructure & Strategy mendefinisikan seluruh elemen KM yang dibutuhkan dan integrasi sistem secara keseluruhan. 4. Effective Process. Adanya knowledge environment dengan berbagai proses yang diperlukan untuk mengelola pengetahuan merupakan hal yang penting. 5. Measurement. Keberhasilan knowledge management harus dapat diukur dengan milestone yang nyata, seperti produk yang dihasilkan, pertumbuhan pasar, dan peningkatan revenue. 2.7 Penelitian Sejenis Dalam Knowledge Management Readiness Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang menganalisis kesiapan suatu organisasi dalam mengimplementasikan KM. 1. Nugroho (2014) melakukan penelitian tingkat kesiapan implementasi KM pada PT XYZ, sebuah perusahaan konsultan TI global. Dalam penelitiannya, Nugroho (2014) memetakan KMCSF dari lima penelitian dan mengusulkan tujuh faktor sebagai variabel yang akan diteliti. Ketujuh variabel tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi item-item kuesioner. Tingkat kesiapan diukur menggunakan skala yang didefinisikan oleh Rao (2005) dan dikombinasikan dengan framework COBIT 4.1. PT XYZ disimpulkan telah mencapai level ready, yang berarti telah siap mengimplementasikan KM (Nugroho, 2014). 2. Anggraeni (2013) melakukan penelitian tingkat kesiapan implementasi KM pada Pusat Komunikasi Kementerian Luar Negeri (Puskom Kemlu). Framework KM readiness berdasarkan pemetaan dari delapan Knowledge Management Critical Success Factor (KMCSF), Faktor Pemberdaya (Enabler), dan infrastruktur KM ke dalam klasifikasi aspek Knowledge

47 32 Management. Puskom Kemlu disimpulkan telah mencapai level ready, yang berarti telah siap mengimplementasikan KM (Anggraeni, 2013). 3. Setiawan (2013) melakukan penelitian tingkat kesiapan implementasi KM pada PT Fajar Hutama Mandiri. Framework KM readiness berdasarkan pemetaan dari tujuh belas Knowledge Management Critical Success Factor (KMCSF), empat Faktor Pemberdaya (Enabler), dan infrastruktur KM ke dalam klasifikasi aspek Knowledge Management. PT Fajar Hutama Mandiri disimpulkan telah mencapai level ready, yang berarti telah siap mengimplementasikan KM 4. Zaidiah (2011) melakukan penelitian tingkat kesiapan implementasi KM pada Sekretariat Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pertahanan (Setbadiklat Kemenhan). Dalam penelitiannya, Zaidiah (2011) menggabungkan KMCSF yang didefinisikan oleh David Skyrme dan Stankosy & Baldanza, serta infrastruktur KM dari Fernandez, lalu memetakannya berdasarkan aspek KM dari Hlupic sehingga didapatkan instrumen penelitian berupa kuesioner. Tingkat kesiapan diukur menggunakan skala yang didefinisikan oleh Rao (2005). Data-data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan inferensial dan hasilnya adalah organisasi yang diteliti oleh Zaidiah telah siap mengimplementasikan KM. Setbadiklat Kemenhan disimpulkan telah mencapai level 3 (ready), yang berarti telah siap menerapkan KM (Zaidiah, 2011). 5. Mulyono (2011) melakukan penelitian tingkat kesiapan implementasi KM pada yayasan Medco Foundation. Mulyono menggunakan mengambil 128 KMCSF dari 17 penelitian berbeda dan komponen infrastruktur KM dari Fernandez. Dari 128 KMCSF tersebut, Mulyono mengelompokkannya berdasarkan kesamaan makna, memilih KMCSF yang relevan, lalu memeringkatkan kelompok-kelompok tersebut. Sebanyak 10 KMCSF yang terbanyak diambil sebagai variable yang akan diteliti. Setiap variable akan didefinisikan indikator-indikatornya untuk menghasilkan pertanyaan kuesioner. Level kesiapan yang digunakan menggunakan skala yang didefinisikan Rao (2005). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan

48 33 analisis statistik, dan hasilnya diketahui bahwa Medco Foundation belum siap megimplementasikan KM. Medco Foundation disimpulkan berada pada level preliminary dalam menerapkan KM (Mulyono, 2011). 6. Atrinawati (2005) melakukan perancangan model analisis tingkat kesiapan implementasi KM. Melalui studi literatur, Atrinawati memetakan KMCSF dari David Skyrme ke dalam KMCSF dari Jennex & Olfman. Setelah itu, KMCSF tersebut dibuatkan skala prioritas dengan menggunakan teknik Analytic Hierarchy Process (AHP). Tingkat kesiapan implementasi KM diukur dengan skala yang disediakan oleh Capability Maturity Model Integration (CMMI).

49 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pola Pikir Penelitian Gambar 3.1 di bawah menampilkan pola pikir yang digunakan dalam penelitian. KMCSF yang diperoleh dari studi literatur Faktor/variabel pengukuran KM readiness Level KM readiness Pengukuran level KM readiness dan analisis Gambar 3.1 Pola Pikir Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan KMCSF dari delapan penelitian tentang KMCSF yang pernah dilakukan, yaitu Liebowitz (1999), Hasanali (2005), Abbaszadeh (2010), Mamaghani et al (2010), Valmohammadi (2010), Wong (2005), dan Mathi (2004). Dari pengumpulan KMCSF tersebut, lalu dilakukan pemetaan dan pengelompokan berdasarkan kesamaan maksud. Dari hasil pengelompokan tersebut, kemudian diurutkan berdasarkan kuantitas yang paling banyak tampil. Faktor-faktor tersebut kemudian dijadikan variabel yang akan digunakan sebagai alat ukur penelitian. Setelah alat ukur penelitian dirumuskan, tahapan selanjutnya adalah menentukan level KM readiness. Setelah level KM readiness ditentukan, maka pengukuran level kesiapan dan analisis kesenjangan dilakukan menggunakan instrumen kuesioner yang dibuat berdasarkan variabel penelitian yang sudah ditentukan. Kuesioner kemudian dibagikan kepada para responden yang hasilnya akan diuji validitas dan reliabilitasnya. Dari pengujian tersebut ditentukan pertanyaan- 34

50 35 pertanyaan yang valid untuk dapat digunakan sebagai kuesioner KM readiness. Dari data hasil kuesioner kemudian dianalisis menggunakan level KM readiness, sehingga dapat diidentifikasi tingkat kesiapan perusahaan. 3.2 Tahapan dan Desain Penelitian Gambar 3.2 memperlihatkan tahapan yang digunakan dalam penelitian ini: Merumuskan permasalahan Studi literatur Merancang instrumen penelitian Analisis data kuesioner Uji validitas dan reliabilitas Mengumpulkan data kuesioner Kesimpulan dan saran Gambar 3.2 Tahapan Penelitian Langkah-langkah di atas dijelaskan sebagai berikut: 1. Merumuskan permasalahan. Pada tahapan ini dilakukan wawancara informal dan observasi mengenai permasalahan yang sedang terjadi di perusahaan sehingga permasalahan penelitian dapat ditentukan.

51 36 2. Studi literatur. Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan informasi mengenai teori dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan permasalahan penelitian. Studi literatur selengkapnya dijelaskan dalam BAB Merancang instrumen penelitian. Pada tahapan ini dilakukan pemetaan KMCSF yang didapat dari studi literatur, lalu dikelompokkan menjadi faktorfaktor yang akan dijadikan variabel penelitian. Variabel penelitian tersebut lalu dikembangkan menjadi butir-butir pertanyaan dalam kuesioner. Perancangan instrumen penelitian selengkapnya dijelaskan dalam BAB Mengumpulkan data kuesioner. Kuesioner yang sudah dibuat lalu diserahkan kepada responden yang merupakan karyawan departemen Microsoft Operation. Data kuesioner yang terkumpul kembali selanjutnya diuji validitas dan reliabilitasnya. 5. Uji validitas dan reliabilitas. Data kuesioner dari responden sampel kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui bahwa butir-butir pertanyaan untuk pengukuran memang benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui bahwa butir-butir pertanyaan dapat diandalkan untuk mengukur. Pengujian dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 21: metode korelasi Bivariate Pearson (Product Moment Pearson) untuk uji validitas, dan metode Cronbach s Alpha untuk uji reliabilitas. Butir-butir pertanyaan yang diketahui tidak valid dan tidak reliabel dikeluarkan dari kuesioner dan tidak diperhitungkan dalam analisis. 6. Analisis data kuesioner. Data hasil kuesioner yang sudah melalui uji validitas dan reliabilitas kemudian diolah menggunakan analisis statistik. Analisis dilakukan pada setiap variabel penelitian untuk mendapatkan tingkat KM readiness. Hasil KM readiness secara keseluruhan dilakukan dengan menghitung rata-rata dari seluruh variabel penelitian, lalu ditampilkan dalam bentuk grafis. 7. Kesimpulan dan saran. Dari hasil analisis dan pembahasan penelitian maka dibuatkan kesimpulan. Poin-poin kesimpulan merupakan jawaban dari

52 37 pertanyaan penelitian yaitu tingkat kesiapan perusahaan. Apabila ditemukan aspek yang belum mencapai tingkatan siap maka diberikan saran hal-hal apa saja yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengeliminasi kesenjangan pada variabel tersebut. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan merupakan data kuantitatif baik primer maupun sekunder. Data primer didapat melalui survey menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Data sekunder berupa studi literatur dari penelitian-penelitian sebelumnya dari bidang yang sejenis, serta data-data yang terdapat di perusahaan. 3.4 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif yang akan menjelaskan mengenai variabel penelitian dan akan menghasilkan suatu indeks tingkat kesiapan (Readiness). Indeks ini akan menggambarkan tingkat kesiapan Departemen Microsoft Operation AGIT dalam mengimplementasikan knowledge management.

53 BAB 4 PERANCANGAN INSTRUMEN PENELITIAN 4.1 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner dibentuk dari variabel penelitian yang diperoleh dari penelitian sebelumnya dan dilakukan penyesuaian dengan kondisi perusahaan. Kuesioner terdiri dari dua bagian, bagian pertama berupa pertanyaan mengenai identitas diri responden dan bagian kedua adalah pertanyaan-pertanyaan tertutup yang meliputi semua variabel penelitian. 4.2 Pemetaan KMCSF Dalam penelitian ini, penulis mencoba merancang instrumen berupa kuesioner dengan memetakan 7 penelitian KMCSF dari penelitian-penelitian oleh Liebowitz (1999), Hasanali (2002), Abbaszadeh et al. (2010), Mamaghani et al. (2010), Valmohammadi et al. (2010), Wong (2005), dan Mathi (2004). Pemetaan ketujuh KMCSF tersebut secara berurutan dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3, Tabel 4.4, Tabel 4.5, Tabel 4.6, dan Tabel 4.7. Tabel 4.1 KMCSF Liebowitz (1999) Kode LI1 LI2 LI3 LI4 KMCSF KM Strategy with senior leadership support & active involvement Need a CKO or equivalent & a KM Infrastructure Need Knowledge Ontologies & Knowledge Repositories KM Systems & Tools 38

54 39 LI5 LI6 Need incentives to encourage knowledge sharing Build a supportive culture Tabel 4.2 KMCSF Hasanali (2002) Kode KMCSF HA1 HA2 HA3 HA4 HA5 Leadership Culture Structure, roles, & responsibilities IT infrastructure Measurement Tabel 4.3 KMCSF Abbaszadeh et al. (2010) Kode AB1 AB2 AB3 AB4 AB5 AB6 AB7 KMCSF Top management support & leadership Organizational culture IT infrastructure Training & education Strategic planning Resources Processes & activities

55 40 AB8 HR management Tabel 4.4 KMCSF Mamaghani et al. (2010) Kode KMCSF MM1 MM2 MM3 MM4 MM5 MM6 MM7 MM8 MM9 MM10 MM11 MM12 Knowledge strategy Management support Performance measurement Organizational structure Organizational learning Financial support Organizational culture Motivational encouragement Communications & group working Technical infrastructure Integration of operations Security Tabel 4.5 KMCSF Valmohammadi (2010) Kode VA1 Management leadership & support KMCSF

56 41 VA2 VA3 VA4 VA5 VA6 VA7 VA8 VA9 Organizational culture Information technology KM strategy Performance measurement Organizational infrastructure Processes & activities Rewarding & motivation Removal of resource constraints VA10 Training & education VA11 HR management VA12 Benchmarking Tabel 4.6 KMCSF Wong (2005) Kode WO1 WO2 WO3 WO4 WO5 WO6 KMCSF Management leadership & support Culture IT Strategy & purpose Measurement Organizational infrastructure

57 42 WO7 WO8 WO9 WO10 WO11 Processes & activities Motivational aids Resources Training & education Human Resource Management Tabel 4.7 KMCSF Mathi (2004) Kode KMCSF MT1 MT2 MT3 MT4 MT5 Culture KM Organization Strategy, Systems & IT Infrastructure Effective & Systematic Processes Measures Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa KMCSF dari Liebowitz (1999) terdiri atas 6 (enam) faktor, KMCSF dari Hasanali (2002) terdiri atas 5 (lima) faktor, KMCSF dari Abbaszadeh (2010) terdiri atas 8 (delapan) faktor, KMCSF dari Mamaghani et al. (2010) terdiri atas 12 (dua belas) faktor, KMCSF dari Valmoammadi (2010) terdiri atas 12 (dua belas) faktor, KMCSF dari Wong (2005) terdiri atas 11 (sebelas) faktor, dan KMCSF dari Mathi (2004) terdiri atas 5 (lima) faktor. Jumlah keseluruhan KMCSF yang terkumpul dari delapan penelitian di atas adalah 53 (lima puluh tiga) faktor.

58 43 Dari keseluruhan 53 KMCSF di atas, kemudian diidentifikasi faktor-faktor yang akan digunakan dalam menyusun instrumen penelitian. Proses identifikasi dilakukan dengan cara memetakan KMCSF, dan apabila ditemukan kesamaan maksud atau makna maka akan dikelompokkan menjadi satu faktor. Proses pengelompokan KMCSF digambarkan dalam tabel di bawah. Setelah melakukan pemetaan dan menghasilkan usulan faktor, maka faktor-faktor itu akan dijadikan variabel yang akan dikembangkan menjadi butir-butir pertanyaan kuesioner yang akan digunakan untuk mengukur kesiapan implementasi KM pada Departemen Microsoft Operation AGIT. Pemetaan KMCSF ditunjukkan pada Tabel 4.8 Tabel 4.8 Pemetaan KMCSF No. Usulan Faktor KMCSF Sumber penelitian 1. Strategy Strategy LI1, AB5, MM1, VA4, WO4, MT3 Leadership Measurement Organizational learning & benchmarking Resources 2. Culture Communication & group working LI1, HA1, AB1, MM2, VA1, WO1 HA5, MM3, VA5, WO5, MT5 VA12, MM5 AB6, MM6, VA9, WO9 MM9

59 44 Culture LI6, HA2, AB2, MM7, VA2, WO2, MT1 3. Organization Organization LI2, HA3, MM4, VA6, WO6, MT3 4. Technology Knowledge Structure & Repositories LI3 Integration of operations MM11 5. Processes & Activity 6. Motivation & reward Security Information technology Processes & Activity Motivation &reward MM12 LI4, HA4, AB3, VA3, WO3, MT3, MM10 AB7, VA7, WO7, MT4 LI5, MM8, VA8, WO8 7. Human resources Training & education AB4, VA10, WO10 Human resources AB8, VA11, WO11 Dari hasil pemetaan pada Tabel 4.8 di atas, maka didapatkan 7 (tujuh) variabel yang akan digunakan sebagai parameter penelitian, yaitu Strategy, Organization, Culture, Technology, Motivation, Process, dan Human Resources.

60 Instrumen Penilaian Kesiapan KM Instrumen penilaian kesiapan KM dalam penelitian ini menggunakan skala dari The Impact of Event Scale-Revised (IES-R) (Weiss & Marmar, 1997), yaitu skala 0-4 seperti dijelaskan dalam Tabel 4.9. Tabel 4.9 Skala Penilaian dalam Kuesioner Skala Keterangan Penjelasan 0 Sangat Tidak Setuju (STS) Pernyataan dalam kuesioner dinilai sangat tidak sesuai dengan keadaan yang dirasakan responden. 1 Tidak Setuju (TS) Responden tidak setuju dengan pernyataan dalam kuesioner karena dinilai tidak sesuai dengan keadaan yang dirasakan responden. 2 Netral (N) Responden tidak dapat menentukan penilaian terhadap pernyataan dalam kuesioner sehubungan dengan keadaan yang dirasakan responden. 3 Setuju (S) Responden setuju dengan pernyataan dalam kuesioner karena dinilai sesuai dengan keadaan yang dirasakan responden. 4 Sangat Setuju (SS) Responden sangat setuju dengan pernyataan dalam kuesioner karena dinilai sangat sesuai dengan keadaan yang dirasakan responden. Sumber: Fariani (2012) yang telah disesuaikan dengan skala IES-R.

61 Tingkat Kesiapan KM KM Readiness Level akan diukur baik untuk masing-masing faktor maupun secara keseluruhan. KM Readiness Level yang digunakan pada Departemen Microsoft Operation AGIT mengadopsi KM Readiness Level yang diusulkan oleh Nugroho (2014). KM Readiness Level tersebut didasarkan pada KM Readiness Level dari Rao (2005), yang terdiri atas lima tingkatan, yaitu: Not Ready, Preliminary, Ready, Receptive, dan Optimal. KM Readiness Level tersebut ditunjukkan pada Tabel Kisi-kisi Instrumen Berdasarkan variabel-variabel instrumen penelitian, maka selanjutnya dapat dibuatkan kisi-kisi instrumen penelitian. Kisi-kisi instrumen terdiri dari penyusunan indikator dari masing-masing variabel penelitian/usulan faktor, dilanjutkan dengan pengembangan indikator-indikator tersebut menjadi item-item pernyataan. Rancangan kuesioner dapat dilihat pada Lampiran Penyusunan Indikator Instrumen Dari variabel/usulan faktor yang telah diperoleh, selanjutnya ditentukan indikatorindikator instrumen yang diadaptasi dan diolah kembali dari sejumlah penelitian pada subbab 2.7. Hasil penyusunan indikator tersebut dituangkan dalam Tabel Tabel 4.10 Penyusunan Indikator Instrumen Variabel Kode Indikator Sumber Indikator Strategy ST1 Karyawan memiliki pemahaman yang sama Mulyono (2011)

62 47 ST2 ST3 ST4 mengenai definisi dan manfaat KM. Karyawan mengetahui apakah KM dibutuhkan oleh organisasi atau tidak. Organisasi memiliki strategi dan inisiatif untuk menerapkan KM. Karyawan memahami bahwa KM mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses bisnis dan meningkatkan daya saing organisasi. Mulyono (2011) Mulyono (2011) Zaidiah (2011) ST5 Adanya dukungan dari manajemen dalam proses penerapan KM. Mulyono (2011), Setiawan (2013), Anggraeni (2013) ST6 ST7 Adanya pengukuran terhadap penerapan KM. Ada pengakuan terhadap aset intelektual dan indikator kinerja karyawan. Nugroho (2014) Mulyono (2011), Anggraeni (2013) ST8 Adanya mekanisme dan kebijakan benchmarking best practice dengan organisasi lain. Zaidiah (2011), Mulyono (2011), Setiawan (2013)

63 48 OR1 Adanya struktur organisasi yang dapat mendukung penerapan KM. Zaidiah (2011), Mulyono (2011) Organization OR2 Knowledge sharing secara vertikal maupun horizontal dimungkinkan. Zaidiah (2011), Mulyono (2011) OR3 Adanya wadah tersendiri untuk penelitian. Nugroho (2014) Culture Technology Motivation & Reward CU1 Adanya kegiatan rutin dokumentasi dan sharing knowledge. CU2 Adanya budaya kerjasama antar karyawan dalam memecahkan masalah. CU3 Adanya budaya saling kepercayaan antar karyawan. TE1 Penggunaan teknologi untuk berbagi pengetahuan. TE2 Manfaat teknologi dalam pengelolaan pengetahuan. MR1 Adanya monitoring dan penghargaan terhadap peran karyawan dalam penerapan KM. Zaidiah (2011), Mulyono (2011) Zaidiah (2011), Mulyono (2011) Setiawan (2013) Zaidiah (2011), Mulyono (2011) Mulyono (2011) Nugroho (2014)

64 49 MR2 Adanya pemahaman mengenai Nugroho (2014) manfaat berbagi pengetahuan. PA1 Ada proses & kemudahan Zaidiah (2011), untuk transfer pengetahuan. Setiawan (2013) Processes & Activities PA2 Adanya aplikasi pengetahuan dalam proses menghasilkan produk/jasa. Nugroho (2014) PA3 Adanya dokumentasi best practice serta pengelolaannya. Setiawan (2013) HR1 Adanya inisiatif peningkatan Nugroho (2014) pengetahuan melalui proses perekrutan karyawan. HR2 Adanya kesempatan karir dan Nugroho (2014) Human Resources lingkungan kerja yang kondusif bagi karyawan. HR3 Proporsi SDM dalam organisasi. Nugroho (2014), Mulyono (2011) HR4 Ada proses peningkatan skill sesuai kebutuhan karyawan. Zaidiah (2011) Penyusunan Item Instrumen Setelah indikator-indikator ditentukan, selanjutnya item-item pertanyaan yang akan membentuk instrumen kuesioner disusun. Item-item pertanyaan diadaptasi dan diolah kembali dari penelitian-penelitian yang ada pada subbab 2.7. Hasil penyusunam item kuesioner tersebut dituangkan dalam Tabel 4.11.

65 50 Tabel 4.11 Penyusunan Item Instrumen Kode No. Item Item Pernyataan Sumber Indikator Intrumen ST1 ST2 1 Saya mengetahui dengan jelas definisi knowledge management 2 Semua karyawan Microsoft Operation memiliki pemahaman yang sama mengenai knowledge management 3 Saya memahami pentingnya knowledge dalam menyelesaikan pekerjaan 4 Knowledge merupakan aset berharga bagi Microsoft Operation 5 Melihat kondisi saat ini, Microsoft Operation membutuhkan knowledge management 6 Microsoft Operation membutuhkan suatu sistem untuk mengelola knowledge yang dimiliki anggotanya Zaidiah (2011), Setiawan (2013), Anggraeni (2011) Mulyono (2011) Nugroho (2014) Mulyono (2011) Zaidiah (2011), Setiawan (2013) Mulyono (2011)

66 51 ST3 ST4 ST5 7 Knowledge Management sangat cocok diterapkan di Microsoft Operation 8 Microsoft Operation memiliki strategi penerapan knowledge management 9 Microsoft Operation memiliki perencanaan penerapan knowledge management yang terintegrasi dalam tiap proses bisnisnya 10 Ada inisiatif dari tiap individu dalam menerapkan knowledge management 11 Knowledge management dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses bisnis dan dapat meningkatkan daya saing Microsoft Operation 12 Knowledge management dapat meningkatkan kinerja Microsoft Operation secara keseluruhan 13 Knowledge management program menjadi tanggung jawab dan komitmen bersama Setiawan (2011) Mulyono (2011), Setiawan (2013), Nugroho (2014) Zaidiah (2011), Mulyono (2011) Zaidiah (2011), Mulyono (2011) Zaidiah (2011) Zaidiah (2011) Zaidiah (2011), Mulyono (2011)

67 52 antara semua orang di Microsoft Operation ST6 14 Ada aturan yang spesifik dan tanggung jawab yang jelas dalam kegiatan knowledge management di Microsoft Operation 15 Ada komitmen dan dukungan dari manajemen Microsoft Operation untuk knowledge management program 16 Ada alokasi dana untuk pengembangan knowledge management program 17 Manajemen Microsoft Operation memberikan dukungan moral dan melakukan tindakan nyata dalam mendukung kegiatan knowledge management 18 Manajemen Microsoft Operation meluangkan waktu untuk melakukan knowledge sharing kepada karyawan 19 Ada pengukuran berkala dari pengelolaan knowledge yang ada Zaidiah (2011), Mulyono (2011) Zaidiah (2011), Mulyono (2011), Setiawan (2013), Anggraeni (2013) Nugroho (2014), Mulyono (2011) Zaidiah (2011), Mulyono (2011), Setiawan (2013), Anggraeni (2013), Nugroho (2014) Mulyono (2011) Nugroho (2014), Setiawan (2013), Mulyono (2011)

68 53 ST7 ST8 OR1 20 Nilai aset intelektual diukur secara teratur 21 Ada pengakuan dan imbalan bagi karyawan yang melakukan improvement 22 Kompetensi merupakan salah satu aspek penilaian dari kinerja karyawan 23 Menciptakan dan berbagi pengetahuan merupakan salah satu aspek penilaian dari kinerja karyawan 24 Ada mekanisme dan kebijakan untuk melakukan benchmarking mengenai best practice dengan organisasi lain di luar Microsoft Operation maupun AGIT 25 Microsoft Operation membutuhkan Chief Knowledge Officer (atau setara) untuk menerapkan knowledge management 26 Microsoft Operation memiliki tim khusus yang mendukung penerapan knowledge management Mulyono (2011) Zaidiah (2011) Mulyono (2011), Zaidiah (2011), Setiawan (2013) Nugroho (2014) Mulyono (2011), Zaidiah (2011), Setiawan (2013), Anggraeni (2013) Zaidiah (2011), Setiawan (2013), Anggraeni (2013) Mulyono (2011), Anggraeni (2013), Nugroho (2014)

69 54 OR2 OR3 CU1 27 Pembentukan tim yang berisikan orang-orang dari berbagai departemen dimungkinkan 28 Karyawan dapat dengan mudah menghubungi manajemen 29 Knowledge sharing yang dilakukan secara horizontal (antar-departemen) dimungkinkan 30 Knowledge sharing yang dilakukan secara vertikal (antara atasan/bawahan dalam satu departemen) dimungkinkan 31 Microsoft Operation memiliki lembaga/unit riset tersendiri 32 Adanya kebiasaan rutin dokumentasi dan sharing knowledge 33 Setiap individu mendokumentasikan setiap knowledge yang diperolehnya 34 Mencari best practices untuk memecahkan masalah pekerjaan adalah suatu kebiasaan Zaidiah (2011), Setiawan (2013), Mulyono (2011), Nugroho (2014) Zaidiah (2011) Zaidiah (2011) Zaidiah (2011), Mulyono (2011) Nugroho (2014)

70 55 CU2 CU3 35 Setiap individu dapat mengekspresikan ide tanpa rasa canggung 36 Saya dan rekan kerja dengan senang hati bekerja sama dan berbagi knowledge dan pengalaman yang berhubungan dengan pekerjaan untuk memecahkan suatu masalah 37 Knowledge sharing dipandang sebagai suatu kekuatan dalam melakukan kegiatan 38 Kolaborasi antar karyawan adalah hal yang penting 39 Tiap individu bersedia memberikan saran dan bantuan dalam melakukan pekerjaan 40 Ada rasa kepercayaan kepada rekan kerja untuk bekerja sama mencapai tujuan organisasi 41 Tingkat kepercayaan yang tinggi adalah hal yang penting dalam sharing knowledge 42 Sharing mengenai kesalahan/kekeliruan biasa dilakukan tanpa mengkhawatirkan punishment Mulyono (2011), Nugroho (2014) Zaidiah (2011), Setiawan (2013), Anggraeni (2013) Mulyono (2011), Valmohammadi (2010) Valmohammadi (2010) Mulyono (2011), Setiawan (2013), Nugroho (2014) Setiawan (2013), Anggraeni (2013) Valmohammadi (2010) Valmohammadi (2010)

71 56 TE1 TE2 MR1 43 Saya terbiasa menggunakan dalam berkomunikasi dan sharing knowledge 44 Intranet dan internet sangat mendukung aktivitas belajar, pendidikan, dan pelatihan 45 Penggunaan TI memudahkan saya dalam bekerja 46 TI memudahkan komunikasi antar karyawan 47 Penggunaan TI menjamin bahwa informasi yang tepat dapat diperoleh pada saat yang tepat 48 Ada struktur dan kategorisasi penyimpanan knowledge 49 TI mendukung kebutuhan pencarian dan berbagi knowledge dengan mudah 50 Perilaku penerapan knowledge management dicatat dan dimonitor ke dalam sistem 51 Ada penghargaan bagi karyawan yang secara aktif melakukan knowledge sharing Mulyono (2011), Nugroho (2011), Setiawan (2013) Zaidiah (2011), Mulyono (2011), Nugroho (2014) Zaidiah (2011), Mulyono (2011) Nugroho (2014) Zaidiah (2011), Mulyono (2011), Setiawan (2013), Anggraeni (2013) Valmohammadi (2010) Nugroho (2014) Nugroho (2014) Nugroho (2014)

72 57 MR2 PA1 52 Ada promosi bagi karyawan yang secara aktif berbagi ide dan pengetahuan 53 Ada keyakinan kuat bahwa dengan berbagi ide kita bisa melakukan pekerjaan dengan lebih baik 54 Menyimpan pengetahuan hanya untuk diri sendiri adalah hal yang tidak baik 55 Ada dorongan saling mengingatkan untuk berbagi pengetahuan 56 Ada dorongan untuk mencari pengatahuan dari para ahli/pakar 57 Transfer pengetahuan dan keahlian dari orang-orang yang memiliki keahlian khusus ketika mereka akan meninggalkan perusahaan adalah hal yang sangat penting 58 Saya tidak kesulitan melakukan presentasi dan mengajarkan keahlian saya kepada orang lain Nugroho (2014) Nugroho (2014) Nugroho (2014) Nugroho (2014) Nugroho (2014) Zaidiah (2011), Mulyono (2011), Setiawan (2013), Anggraeni (2013), Nugroho (2014) Mulyono (2011), Anggraeni (2013), Nugroho (2014)

73 58 PA2 PA3 59 Saya tidak kesulitan mengajarkan kemampuan saya kepada orang lain 60 Dokumentasi pengetahuan dan pengalaman mudah ditemukan dan dipelajari 61 Komunikasi antar karyawan Microsoft Operation berjalan efektif 62 Ada proses klasifikasi dan penyimpanan knowledge yang efektif 63 Ada pengaplikasian best practice pada produk dan jasa yang dihasilkan oleh Microsoft Operation 64 Ada aturan untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan best practice 65 Best practice didokumentasikan dengan baik 66 Saya banyak mengetahui best practice di Microsoft Operation 67 Best Practice di Microsoft Operation mudah diperoleh Zaidiah (2011), Mulyono (2011), Nugroho (2014) Nugroho (2014) Nugroho (2014) Valmohammadi (2010), Nugroho (2014) Valmohammadi (2010), Nugroho (2014) Mulyono (2011) Mulyono (2011) Mulyono (2011) Mulyono (2011)

74 59 HR1 HR2 HR3 68 Best Practice di Microsoft Operation direview dan dipelajari dengan baik 69 Perusahaan merekrut karyawan yang memiliki kemampuan dan keahlian yang mampu menutupi kekurangan pengetahuan perusahaan 70 Perusahaan merekrut karyawan yang memiliki orientasi positif terhadap pengetahuan 71 Adanya aktivitas pengembangan pengetahuan karyawan secara profesional 72 Adanya kesempatan peningkatan karir di Microsoft Operation 73 Lingkungan kerja di Microsoft Operastion kondusif sehingga karyawan merasa betah untuk bertahan dan mengembangkan diri 74 Perusahaan memiliki karyawan dengan jenjang akademis yang proporsional dan merata Mulyono (2011) Valmohammadi (2010), Nugroho (2014) Valmohammadi (2010), Nugroho (2014) Valmohammadi (2010), Nugroho (2014) Valmohammadi (2010), Nugroho (2014) Nugroho (2014) Mulyono (2011), Setiawan (2013), Anggraeni (2013) Nugroho (2014)

75 60 HR4 75 Skill yang dimiliki dan dibutuhkan oleh Microsoft Operation tidak banyak dimiliki orang lain. 76 Microsoft Operation menyediakan pelatihan sesuai kebutuhan karyawan 77 Microsoft Operation mendukung karyawan melanjutkan studi untuk meningkatkan skill 78 Pelatihan yang sesuai kebutuhan karyawan mudah didapatkan 79 Pelatihan yang didapatkan sesuai kebutuhan karyawan Mulyono (2011), Setiawan (2013), Zaidiah (2011) Mulyono (2011), Setiawan (2013), Zaidiah (2011) Mulyono (2011), Zaidiah (2011) Mulyono (2011), Setiawan (2013), Zaidiah (2011) Mulyono (2011), Setiawan (2013), Zaidiah (2011) 4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa item pengukuran tersebut memang mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dapat diketahui dengan cara menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment Pearson. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah item-item tersebut reliable untuk digunakan, mudah dipahami, dan ditafsirkan oleh responden.

76 61 Uji validitas dan reliabilitas dilakukan menggunakan perangkat lunak Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 21. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan terhadap keseluruhan 63 responden yang merupakan karyawan departemen Microsoft Operation AGIT. Untuk uji validitas, apabila hasil uji diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi 5% (yaitu sebesar 0,209), maka item kuesioner dinyatakan valid dan dapat diperhitungkan dalam analisis data (Sujarweni, 2014). Uji validitas menemukan bahwa terdapat 5 (lima) item pertanyaan yang tidak valid (lihat Lampiran 3). Dalam uji reliabilitas, item-item yang dinyatakan tidak valid pada uji validitas tidak diikutsertakan dalam pengujian. Uji reliabilitas dilakukan dengan metode perhitungan Cronbach s Alpha secara bersama-sama terhadap seluruh butir pernyataan. Jika nilai Alpha lebih besar dari 0,60 maka pernyataan dapat dianggap reliable (Sujarweni, 2014). Uji reliabilitas menemukan bahwa semua item reliable, dengan nilai Alpha 0,741 (lihat Lampiran 4).

77 BAB 5 PROFIL ORGANISASI 5.1 Profil Perusahaan PT Astra Graphia Information Technology PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) merupakan salah satu perusahaan penyedia solusi Teknolgi Informasi dan Komunikasi (TIK) terkemuka di Indonesia. AGIT menawarkan sejumlah portfolio TIK, jasa profesional ahli, dan reputasi yang baik dalam megelola proyek TIK besar dan kompleks. AGIT merupakan anak perusahaan dari PT Astra Graphia, Tbk (Astragraphia), yang tergabung dalam grup bisnis Astra. Astragraphia didirikan pada tahun 1976 sebagai perusahaan penyedia Solusi Bisnis Berbasis TI dengan Fuji Xerox sebagai partnernya. Astragraphia memiliki 75 service points yang tersebar di 21 cabang di seluruh Indonesia. Astragraphia terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (IDX: ASGR) pada tahun Tabel 5.1 menunjukkan perjalanan sejarah AGIT. Tabel 5.1 Perjalanan Sejarah AGIT Tahun Keterangan 1983 Astragraphia memulai bisnis TI pada tahun 1983 saat ditunjuk sebagai distributor ekslusif dari Digital Equipment Corporation (DEC). DEC merupakan pembuat komputer terbesar kedua, yang membuat minicomputer, networking, dan inovasi lainnya. Pada tahun 1993, Astragraphia bersama DEC mendirikan perusahaan joint venture, yaitu PT Digital Astra Nusantara yang bertujuan menyediakan layanan dan support TI kelas dunia. Selama bekerjasama dengan DEC, Astragraphia membangun keahlian dalam menyediakan solusi TI kelas dunia, seperti teknologi client-server, distributed computing, IT 62

78 63 consulting, 24x7 IT support & services, dan 64-bit computing. Kerja sama ini berakhir ketika DEC dibeli oleh Compaq Corporation pada tahun 1999, akan tetapi keahlian yang telah dibangun masih dimiliki oleh Astragraphia Pada tahun 2000, manajemen Astragraphia menerapkan sejumlah perubahan dalam rangka meningkatkan bisnis masa depan, salah satunya dengan menjadikan bisnis TI sebagai unit bisnis terpisah. Pada tahun yang sama, Astragraphia mengganti identitas korporat dengan logo dan brand strategy baru. IT Solution Business Unit memperkenalkan merek AGIT pada tahun 2001 yang akan menjadi flagship sebagai salah satu penyedia solusi TI terbaik di Indonesia Salah satu pencapaian pada tahun 2004 adalah pembentukan rekanan strategis dalam IT Solution Business Unit. Pada tahun tersebut Astragraphia membentuk rekanan strategis dengan Singapore Computer Systems Limited (SCS) dengan mendirikan PT SCS Astragraphia Technologies (SCS.Agit). SCS memiliki 51% saham dari SCS.Agit. SCS merupakan perusahaan penyedia layanan TI dengan pengalaman luas di Asia Pasifik dan keahlian yang mumpuni. Melalui aliansi strategis ini, Astragraphia mampu memperkuat keunggulan kompetitif dalam rangka mempersiapkan diri untuk era digitalisasi dan globalisasi, dengan menembus pasar regional dan internasional Dengan adanya kebutuhan untuk tumbuh lebih pesat dan meraih kendali lebih atas nasib sendiri, pada tahun 2008 Astragraphia membeli saham SCS di SCS.Agit dan mengganti nama perusahaan menjadi PT Astra Graphia Information Technology. Semua perubahan dan transformasi ini tidak menyurutkan semangat AGIT untuk selalu menyediakan kontribusi terbaik bagi seluruh pemangku kepentingan.

79 Visi dan Misi AGIT Visi dan Misi AGIT adalah sebagai berikut: Visi Misi Menjadi perusahaan penyedia solusi bisnis berbasis TI yang paling dicari dan dihormati di Indonesia dan memaksimalkan kontribusi bagi seluruh pemangku kepentingan Menjadi perusahaan penyedia solusi bisnis berbasis TI terbaik dengan menawarkan nilai tambah bagi pelanggan melalui produk-produk yang inovatif dan pelayanan yang prima Filosofi dan Nilai-nilai Korporat AGIT Filosofi dasar AGIT mengacu pada filosofi dasar grup Astra, yaitu Catur Dharma: 1. Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara. Astra merupakan perusahaan yang berperan aktif dalam memberikan kontribusi kepada kesejahteraan bangsa. 2. Memberikan Pelayanan Terbaik kepada Pelanggan. Pelayanan yang prima mendukung kelangsungan bisnis dan setiap anggota dari grup Astra berdedikasi menyediakan produk dan pelayanan berkualitas tinggi kepada para pelanggan. 3. Menghargai Individu dan Membina Kerja Sama. Setiap orang memiliki kebutuhan untuk diakui dan dihormati. Astra menghargai individu dengan kelebihan yang berbeda-beda yang dapat berkontribusi kepada kerja sama tim, menciptakan sinergi, dan mengarah kepada efektivitas organisasi. 4. Senantiasa Berusaha Mencapai yang Terbaik. Kebutuhan pelanggan selelu berkembang dan persaingan menjadi semakin ketat. Setiap anggota dari grup Astra selalu mengusahakan yang terbaik dalam berbagai hal. Dalam usahanya mencapai visi dan misi, AGIT didukung oleh nilai-nilai korporat yang disebut VIPS, yang terdiri dari:

80 65 1. Valuable to The Nation and Life (Bernilai Bagi Negara dan Kehidupan). 2. Innovative and World Class Excellence (Inovatif dan Keunggulan Kelas Dunia). 3. Prevail Together with Customer (Sukses Bersama Pelanggan). 4. Synergetic Teamwork (Kerja Sama Tim yang Sinergis) Solusi yang Ditawarkan AGIT AGIT menawarkan berbagai solusi bisnis berbasis TI, di antaranya Infrastructure Services, Professional Services, Outsourcing Services, Project Management, dan Cloud Computing Infrastructure Services Layanan yang ditawarkan Infrastructure Services mencakup System Solutions, Network Solutions, Unified Communications, Information Systems Security and Audit Solution, dan Asset Monitoring and Tracking System. 1. System Solutions. Solusi ini menyediakan layanan end-to-end dari konsultasi, desain, implementasi, hingga dukungan operasional untuk kebutuhan infrastruktur TI pelanggan. Layanan ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu Client Computing, Server & Storage Computing, IT Office Automation, IT Service Management. 2. Network Solutions. Kompetensi yang ditawarkan AGIT dalam solusi ini mendesain infrastruktur jaringan yang sesuai kebutuhan bisnis pelanggan. Solusi yang ditawarkan antara lain Optical Solution, Routing & Switching Solution, Wireless Solution, Network Security Solution, Unified Communication Solution, dan Network Management Solution. 3. Unified Communication. Organisasi masa kini selalu mencari cara mengurangi biaya tanpa mengorbankan kualitas pelayanan dan efisiensi operasional. Konferensi video, VoIP, , dan pesan instan berbasis

81 66 teknologi Unified Communication (UC) dari Microsoft memungkinkan perusahaan mengurangi biaya perjalanan, pelatihan, real estate, dan pemeliharaan fasilitas. AGIT menawarkan solusi UC dari Microsoft mulai dari perencanaan, implementasi, dan pengelolaannya. 4. Information Systems Security and Audit Solution. AGIT menawarkan keahlian dalam menilai, mengimplementasikan, dan membantu pelanggan untuk mencapai sertifikasi ISO Konsultan Digital Assurance dapat memberikan konsultasi mengenai bagaimana mengimplementasikan keamanan sistem, jaringan, arsitektur, dan aplikasi dalam suatu proyek untuk memastikan bahwa proyek tersebut memenuhi standar keamanan. 5. Asset Monitoring and Tracking System. Solusi ini menawarkan perlindungan aset pelanggan baik bergerak maupun tidak bergerak di berbagai lokasi Professional Services AGIT menawarkan jasa konsultan TI untuk memformulasikan desain bisnis strategis yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggannya, tidak hanya untuk kebutuhan saat ini tetapi juga scalable untuk kebutuhan TI di masa datang. Solusi yang ditawarkan antara lain SAP Solutions, Oracle Solutions, Telco Solutions, dan Microsoft Solutions. 1. SAP Solutions. Sejak 1995 AGIT melalui Astragraphia telah mengembangkan kompetensi SAP. Dari sisi aplikasi SAP, AGIT menawarkan jasa konsultan SAP ahli dalam bidang Finance, Logistics, Human Resource, Technical, Business Warehouse, Strategic Enterprise Management, Supplier Relationship Management, Supply Chain Management, Customer Relationship Management, Process Integration, dan Small and Medium Business Application. Dari sisi services, AGIT menawarkan jasa konsultan untuk manajemen proses bisnin, implementasi, upgrade, migrasi, manajemen perubahan, manajemen proyek, dan outsourcing.

82 67 2. Oracle Solutions. AGIT telah menjadi Oracle Certified Advantage Partner yang merupakan level rekanan tertinggi yang ditawarkan Oracle. Solusi berbasis Oracle yang ditawarkan AGIT antara lain database, Real Application Clusters, Data Warehousing, Database Security, Database Management, Fusion Middleware, Business Intelligence, Enterprise Content Management, dan Utilities Customer Care & Billing. 3. Telco Solutions. AGIT menawarkan solusi komprehensif untuk bisnis telekomunikasi, antara lain Business Support System, Operations Support System, dan Value Added Services. 4. Microsoft Solutions. AGIT menawarkan jasa konsultan ahli dalam implmentasi solusi berbasis Microsoft, antara lain customized development, SharePoint, K2 Blackpearl, dan Dynamics CRM Outsourcing Services AGIT menyediakan jasa outsourcing TI agar pelanggan dapat fokus pada kegiatan bisnis inti dan tidak direpotkan oleh support TI yang memakan waktu dan biaya. Layanan yang diberikan oleh outsourcing adalah IT Service Management, Maintenance Services, dan Business Continuity Planning. 1. IT Service Management. Solusi ini menyediakan layanan manajemen operasional TI sehari-hari, agar pelanggan bisa fokus kepada bisnisnya. Layanan yang ditawarkan antara lain Helpdesk, Seat Management, Data Center Operation & Maintenance, SAP Support Center & Maintenance, dan Network & Server Maintenance. 2. Maintenance Services. Solusi ini menyediakan jasa pemeliharaan perangkat TI untuk memastikan infrastruktur TI pelanggan dapat terus menunjang operasional bisnis. 3. Business Continuity Planning. Solusi ini menyediakan strategi dan perencanaan cadangan jika terjadi bencana terhadap infrastruktur dan sistem TI pelanggan agar operasional bisnis pelanggan bisa tidak mengalami gangguan yang signifikan.

83 Project Management Dalam rangka menjamin keberhasilan suatu proyek TI, AGIT menawarkan layanan manajemen proyek. Dalam mengelola proyek, AGIT mempraktikkan metodologi dan best practice dalam manajemen proyek. AGIT membentuk suatu Project Management Office (PMO) yang mengelola seluruh proyek dan memastikan proyek-proyek tersebut mengikuti standar, metodologi, dan kebijakan yang ditetapkan. Selama lebih dari sepuluh tahun, AGIT telah bersertifikasi ISO 9001 dalam manajemen mutu Cloud Computing Solusi Cloud Computing menawarkan fleksibilitas kepada para pelanggan dalam mengelola anggaran TI sesuai pertumbuhan bisnis dengan cara menyediakan dan mengelola sistem dan infrastruktur TI bagi pelanggan sesuai kebutuhan. 1. Microsoft Exchange Hosting. AGIT menawarkan solusi Enterprise Messaging System & Collaboration yang menyediakan layanan dan berbasis cloud untuk memudahkan komunikasi antar karyawan dalam suatu organisasi. 2. Microsoft Office Communication Hosting. Solusi ini menawarkan komunikasi dan kolaborasi secara cepat melalui pesan instan menggunakan teknologi Microsoft Office Communication. 3. SAP Managed. Solusi ini menawarkan jasa pemeliharaan SAP bagi perusahaan baik dari sisi fungsional maupun teknis, agar pelanggan tidak menghabiskan waktu dan sumber daya dalam mengelola sistem SAP yang kompleks. 4. Remote Infrastructure Support. Solusi ini menyediakan support infrastruktur TI jarak jauh. Layanan yang ditawarkan antara lain Call Management and Helpdesk, Data Center Facility, Anti Virus Management,

84 69 Database Management, System Administration, dan Network Administration. 5. Data Center Colocation. Solusi ini menyediakan layanan penempatan server baik untuk kepentingan produksi maupun disaster recovery. 5.2 Struktur Organisasi Gambar 5.1 hingga Gambar 5.13 menunjukkan struktur organisasi AGIT. Lingkup organisasi di mana penelitian ini dilakukan ditunjukkan oleh Gambar 5.4, yaitu di Departemen Microsoft Operation & Partner Ecosystem dan Microsoft Project Delivery yang saat ini beroperasi sebagai satu Departemen Microsoft Operation. Gambar 5.1 Struktur Organisasi Utama AGIT

85 70 Gambar 5.2 Struktur Organisasi Sales & Marketing Gambar 5.3 Struktur Organisasi Enterprise Application Management

86 71 Gambar 5.4 Struktur Organisasi Enterprise Business Solution Management Gambar 5.5 Struktur Organisasi Enterprise Infrastructure Management

87 72 Gambar 5.6 Struktur Organisasi Enterprise Service Management Gambar 5.7 Struktur Organisasi Enterprise Project Management

88 73 Gambar 5.8 Struktur Organisasi Industrial Solution & Business Development Gambar 5.9 Struktur Organisasi Strategic Business Development

89 74 Gambar 5.10 Struktur Organisasi Finance & Accounting Gambar 5.11 Struktur Organisasi Finance Operations

90 75 Gambar 5.12 Struktur Organisasi Legal Operations Gambar 5.13 Struktur Organisasi Human Capital Management

91 BAB 6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 6.1 Perolehan Data Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara mengirim kepada seluruh karyawan AGIT yang bernaung di bawah Departemen Microsoft Operation. Pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dari keseluruhan 72 orang karyawan Departemen Microsoft Operation yang diberikan kuesioner, terdapat 63 orang yang mengembalikan kuesioner. Gambar 6.1, Gambar 6.2, Gambar 6.3, dan Gambar 6.4 secara berurutan menunjukkan komposisi jenis kelamin, usia, masa kerja, dan tingkat pendidikan responden. Jenis Kelamin 9 54 Pria Wanita Gambar 6.1 Jenis Kelamin Responden 76

92 77 Usia Kurang dari 25 tahun tahun Di atas 35 tahun Gambar 6.2 Usia Responden Masa Kerja Kurang dari 3 tahun 3-5 tahun Di atas 5 tahun Gambar 6.3 Masa Kerja Responden

93 78 Tingkat Pendidikan D3 S1 S2 S3 Gambar 6.4 Tingkat Pendidikan Responden Dari Gambar 6.1 dapat diketahui bahwa mayoritas karyawan di departemen Microsoft Operation adalah pria, dengan jumlah 54 orang. Rentang usia karyawan terbanyak adalah antara tahun, yaitu 34 orang, seperti ditunjukkan pada Gambar 6.2. Mayoritas karyawan departemen Microsoft Operation memiliki masa kerja kurang dari tiga tahun, seperti ditunjukkan Gambar 6.3. Gambar 6.4 menunjukkan bahwa mayoritas karyawan departemen Microsoft Operation berpendidikan sarjana. Hanya dua orang karyawan yang berpendidikan magister, dan tidak ada yang mengeyam pendidikan doktoral. 6.2 Tahapan Analisis Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Data dari hasil perhitungan jawaban responden yang berjumlah 63 orang dikelompokkan kedalam tabel sesuai dengan aspek penilaian Knowledge

94 79 Management Readiness yaitu Strategy, Organization, Culture, Technology, Motivation, Process, dan Human Resources. 2. Seluruh data hasil jawaban kemudian diolah menggunakan SPSS untuk diuji validitas dan reliabilitasnya. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas diketahui terdapat 5 item yang tidak valid (lihat Lampiran 3), sehingga menyisakan 74 item pertanyaan. Dari 74 item pertanyaan tersebut tidak terdapat item yang tidak reliable, sehingga hanya 74 item tersebut yang akan dianalisis. Kuesioner yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran Skor untuk setiap item pertanyaan untuk seluruh responden dijumlahkan dan diambil rata-ratanya sebagai skor untuk item tersebut. Jumlah skor untuk tiap aspek diambil rata-ratanya untuk mengetahui tingkat kesiapan tiap aspeknya. Jumlah skor untuk semua aspek kemudian dijumlahkan untuk diambil ratarata keseluruhannya untuk mengetahui tingkat kesiapan secara umum. 4. Berdasarkan hasil perhitungan secara keseluruhan, maka dapat dilakukan analisis dan interpretasi data sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan dan membuat saran-saran perbaikan berdasarkan penelitian yang dilakukan. Itemitem pertanyaan yang skor rata-ratanya di bawah 2,00 dianggap perlu mendapat perhatian dan diberikan saran untuk meningkatkan tingkat kesiapan (Nugroho, 2014). 5. Untuk mengukur tingkat kesiapan knowledge management, digunakan skala Knowledge Management Readiness Level (Not Ready, Preliminary, Ready, Receptive, dan Optimal). Lebih lengkap mengenai Knowledge Management Readiness Level dapat dilihat pada Tabel Hasil Analisis Berikut adalah hasil analisis untuk tiap aspek berdasarkan hasil pengukuran dan penelitian:

95 Analisis Aspek Strategy Strategy 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 2,87 1,67 3,463,51 3,323,19 2,10 1,831,78 3,193,16 1,98 2,19 2,162,222,211,891, ,40 2,90 2,67 2,17 Strategy: 2,49 Gambar 6.5 Grafik Hasil Analisis Aspek Strategy Dari hasil perhitungan tingkat kesiapan pada aspek Strategy, diketahui bahwa saat ini tingkat kesiapan Departemen Microsoft Operation AGIT sebesar 2,49 (level ready), yang berarti organisasi organisasi sudah memiliki strategi, keinginan dan motivasi yang kuat untuk menerapkan Knowledge Management, seperti ditunjukkan pada Gambar 6.5. Aspek Strategy memiliki 22 item pengukuran. Dari hasil penelitian, item yang memiliki kesiapan tertinggi adalah item 4, yaitu adanya anggapan umum bahwa Departemen Microsoft Operation membutuhkan adanya Knowledge Management. Walaupun demikian, terdapat beberapa hal yang memerlukan perhatian karena memiliki nilai di bawah 2,00. Keenam hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 6.1.

96 81 Tabel 6.1 Analisis Aspek Strategy No. Item Nilai Permasalahan Strategi Meningkatkan Tingkat Kesiapan 2 1,67 Karyawan Microsoft Operation belum memiliki pemahaman yang sama mengenai Knowledge Management. 7 1,83 Microsoft Operation belum memiliki strategi penerapan KM. 8 1,78 Microsoft Operation belum memiliki perencanaan penerapan KM yang terintegrasi dalam tiap proses bisnisnya. 12 1,98 Microsoft Operation belum memiliki aturan yang spesifik dan tanggung jawab yang jelas dalam kegiatan KM. 17 1,89 Belum ada pengukuran berkala dari pengelolaan knowledge yang ada di Microsoft Operation. Perlu dilakukan sosialisasi mengenai Knowledge Management beserta manfaatnya kepada seluruh karyawan. Manajemen Microsoft Operation perlu merumuskan strategi penerapan KM. Strategi penerapan KM yang dirumuskan manajemen Microsoft Operation harus terintegrasi dalam tiap proses bisnis. Manajemen Microsoft Operation perlu menetapkan aturan yang spesifik dan tanggung jawab yang jelas dalam kegiatan KM. Pengelolaan aset knowledge di Microsoft Operation perlu dilakukan pengukuran berkala.

97 ,92 Nilai aset intelektual di Microsoft Operation belum diukur secara teratur. Nilai aset intelektual di Microsoft Operation perlu diukur secara teratur Analisis Aspek Organization Organization 3,00 2,50 2,00 2,24 2,79 2,49 2,73 1,92 1,50 1,00 0,50 0, Organization: 2,43 Gambar 6.6 Grafik Hasil Analisis Aspek Organization Dari hasil perhitungan tingkat kesiapan pada aspek Organization, diketahui bahwa saat ini tingkat kesiapan Departemen Microsoft Operation AGIT sebesar 2,43 (level ready), yang berarti struktur organisasi yang ada memungkinkan untuk membentuk tim khusus KM dari berbagai unit dan sharing knowledge dapat dilakukan dengan mudah baik secara vertikal maupun horizontal, serta sudah tercantum di dalam aturan organisasi, seperti ditunjukkan pada Gambar 6.6. Aspek Organization memiliki 5 item pengukuran. Dari hasil penelitian, item yang memiliki kesiapan tertinggi adalah item 24, yaitu dalam organisasi dimungkinkan

98 83 untuk membentuk tim yang berisikan orang-orang dari berbagai departemen, dengan nilai 2,79. Dalam proyek-proyek implementasi sistem di mana departemen Microsoft Operation terlibat, kehadiran orang-orang dari departemen/unit organisasi lain di AGIT (contoh: konsultan SAP, project manager dari Project Management Office) sebagai bagian dari tim implementasi adalah hal yang umum. Walaupun demikian, terdapat satu hal yang memerlukan perhatian, seperti ditunjukkan pada Tabel 6.2. Langkah yang perlu dilakukan adalah membentuk lembaga/unit riset tersendiri di Microsoft Operation. Lembaga/unit ini diperlukan untuk melakukan penelitian mengenai teknologi-teknologi berbasis Microsoft dan pengembangan framework yang dapat diaplikasikan di proyek-proyek implementasi sistem. Tabel 6.2 Analisis Aspek Organization No. Item Nilai Permasalahan Strategi Meningkatkan Tingkat Kesiapan 27 1,92 Departemen Microsoft Operation belum memiliki lembaga/unit riset tersendiri. Departemen Microsoft Operation perlu membentuk lembaga/unit riset tersendiri yang berisikan orang-orang yang dedicated untuk melakukan riset.

99 Analisis Aspek Culture Culture 3,50 3,00 2,50 2,00 2,22 1,97 2,70 2,44 3,05 2,87 3,35 3,08 2,95 3,05 2,65 1,50 1,00 0,50 0, Culture: 2,76 Gambar 6.7 Grafik Hasil Analisis Aspek Culture Dari hasil perhitungan tingkat kesiapan pada aspek Culture, diketahui bahwa saat ini tingkat kesiapan Departemen Microsoft Operation AGIT sebesar 2,76 (level receptive), yang berarti budaya sudah dilakukan secara efisien dan budaya kerjasama serta sharing knowledge sudah diatur dalam peraturan organisasi, seperti ditunjukkan pada Gambar 6.6. Aspek Culture memiliki 11 item pengukuran. Dari hasil penelitian, item yang memiliki kesiapan tertinggi adalah item 34, yaitu adanya anggapan yang kuat bahwa kolaborasi antar karyawan merupakan hal yang penting, dengan skor 3,35. Dalam proyek-proyek implementasi sistem di mana departemen Microsoft Operation terlibat, kolaborasi antar karyawan dalam suatu tim implementasi merupakan hal yang penting. Tanpa adanya kolaborasi tersebut, suatu proyek berpotensi mengalami keterlambatan dari jadwal yang sudah ditetapkan. Walaupun

100 85 demikian, terdapat satu hal yang memerlukan perhatian, seperti ditunjukkan pada Tabel 6.3. Tabel 6.3 Analisis Aspek Culture No. Item Nilai Permasalahan Strategi Meningkatkan Tingkat Kesiapan 29 1,97 Tidak semua individu mendokumentasikan knowledge yang diperolehnya. Tiap individu dalam Departemen Microsoft Operation perlu membiasakan diri mendokumentasikan knowledge yang dimilikinya Analisis Aspek Technology Technology 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 3,17 3,40 3,41 3,19 3,14 2,83 2, Technology: 3,06 Gambar 6.8 Grafik Hasil Analisis Aspek Technology Dari hasil perhitungan tingkat kesiapan pada aspek Technology, diketahui bahwa saat ini tingkat kesiapan Departemen Microsoft Operation AGIT sebesar 3,06 (level

101 86 receptive), yang berarti dukungan teknologi seperti penggunaan ICT, fasilitas internet dan intranet sudah ada dan mendukung proses knowledge, sudah ada katalogisasi dan prosedur pengarsipan yang tercantum dalam aturan organisasi, adanya pengamanan terhadap teknologi informasi yang dilengkapi prosedur keamanan yang berkaitan dengan data dan informasi yang tercantum dalam aturan di organisasi, seperti ditunjukkan pada Gambar 6.8. Aspek Technology memiliki 7 item pengukuran. Dari hasil penelitian, item yang memiliki kesiapan tertinggi adalah item 42, yaitu adanya kepercayaan bahwa TI memudahkan komunikasi antar karyawan di Departemen Microsoft Operation, dengan skor 3,41. Hal ini sejalan dengan situasi di lapangan yaitu fasilitas komunikasi seperti dan instant messaging milik perusahaan dapat diakses dari mana saja selama karyawan terkoneksi dengan internet fasilisas Virtual Private Network (VPN). Kesiapan terendah terdapat pada item 44, yaitu mengenai keberadaan struktur dan kategorisasi knowledge di Departemen Microsoft Operation, dengan skor 2, Analisis Aspek Motivation Motivation 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 2,76 3,11 2,94 2,92 2,70 2,46 2, Motivation: 2,70 Gambar 6.9 Grafik Hasil Analisis Aspek Motivation

102 87 Dari hasil perhitungan tingkat kesiapan pada aspek Motivation, diketahui bahwa saat ini tingkat kesiapan Departemen Microsoft Operation AGIT sebesar 2,70 (level receptive), yang berarti ada penghargaan bagi karyawan yang melakukan aktivitas knowledge management, seperti ditunjukkan pada Gambar 6.9. Aspek Motivation memiliki 7 item pengukuran. Dari hasil penelitian, item yang memiliki kesiapan tertinggi adalah item 50, yaitu adanya kepercayaan bahwa menyimpan knowledge hanya untuk diri sendiri adalah hal yang tidak baik, dengan skor 3,11. Kesiapan terendah terdapat pada item 46, yaitu mengenai monitoring dan pencatatan perilaku knowledge management ke dalam sistem, dengan skor 2, Analisis Aspek Process Process 3,50 3,27 3,00 2,76 2,50 2,00 1,98 2,25 1,87 2,11 1,65 1,68 1,84 1,67 1,78 1,50 1,00 0,50 0, Process: 2,08 Gambar 6.10 Grafik Hasil Analisis Aspek Process Dari hasil perhitungan tingkat kesiapan pada aspek Process, diketahui bahwa saat ini tingkat kesiapan Departemen Microsoft Operation AGIT sebesar 2,08 (level

103 88 ready), yang berarti proses knowledge sudah terjadi dalam organisasi pada setiap kegiatan pekerjaan, seperti adanya kegiatan-kegiatan menambah pengetahuan dan transfer knowledge, seperti ditunjukkan pada Gambar Aspek Process memiliki 11 item pengukuran. Dari hasil penelitian, item yang memiliki kesiapan tertinggi adalah item 53, yaitu adanya anggapan bahwa transfer pengetahuan dan keahlian dari orang-orang yang memiliki keahlian khusus ketika mereka akan meninggalkan perusahaan adalah hal yang sangat penting, dengan skor 3,27. Walaupun demikian, terdapat beberapa hal yang memerlukan perhatian, seperti ditunjukkan pada Tabel 6.4. Tabel 6.4 Analisis Aspek Process No. Item Nilai Permasalahan Strategi Meningkatkan Tingkat Kesiapan 55 1,98 Dokumentasi pengetahuan dan pengalaman tidak mudah ditemukan dan dipelajari. 57 1,87 Belum ada proses klasifikasi dan penyimpanan knowledge yang efektif. 59 1,65 Belum ada aturan untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan best practice. Perlu dibuatkan suatu repository di mana dokumentasi pengetahuan dan pengalaman disimpan dan dapat diakses bersama. Perlu dibuatkan prosedur proses klasifikasi dan penyimpanan knowledge. Perlu dirumuskan aturan untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan best practice.

104 ,68 Best practice belum didokumentasikan dengan baik. 61 1,84 Karyawan tidak banyak mengetahui best practice yang ada di Microsoft Operation. 62 1,67 Best Practice di Microsoft Operation tidak mudah diperoleh. 63 1,78 Best Practice di Microsoft Operation belum direview dan dipelajari dengan baik. Dokumentasi best practice perlu dilakukan. Perlu dilakukan dokumentasi dan sosialisasi mengenai best practice. Dokumentasi best practice yang ada perlu diberikan akses yang lebih mudah. Dokumentasi best practice yang ada perlu direview dan dipelajari Analisis Aspek Human Resource Human Resource 3,00 2,50 2,30 2,67 2,46 2,48 2,27 2,41 2,19 2,19 2,11 2,08 2,17 2,00 1,50 1,00 0,50 0, Human Resource: 2,30 Gambar 6.11 Grafik Hasil Analisis Aspek Human Resource

105 90 Dari hasil perhitungan tingkat kesiapan pada aspek Human Resource, diketahui bahwa saat ini tingkat kesiapan Departemen Microsoft Operation AGIT sebesar 2,30 (level ready), yang berarti Keahlian yang dimiliki oleh individu sudah memadai, beragam, dan sudah terdokumentasi, seperti ditunjukkan pada Gambar Aspek Process memiliki 11 item pengukuran. Dari hasil penelitian, item yang memiliki kesiapan tertinggi adalah item 65, yaitu perusahaan telah merekrut karyawan yang memiliki orientasi positif terhadap knowledge, dengan skor 2,67. Kesiapan terendah terdapat pada item 73, yaitu mengenai kemudahan mendapatkan pelatihan yang sesuai kebutuhan karyawan, dengan skor 2, Implikasi Teoretis Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dan diolah kembali dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai knowledge management readiness di beragam organisasi. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian serupa di masa yang akan datang. 6.5 Implikasi Penelitian Terhadap Organisasi Dari hasil analisis pada subbab 6.2, dapat disimpulkan bahwa Departemen Microsoft Operation di AGIT telah mencapai skor kesiapan sebesar 2,51 (level Receptive). Hasil analisis secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 6.12.

106 91 Process HR 2,30 2,08 KM Readiness Microsoft Operation AGIT Strategy 3,50 2,49 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Organization 2,43 2,76Culture KM Readiness: 2,51 2,70 Motivation 3,06 Technology Gambar 6.12 Diagram Radar Hasil Analisis Keseluruhan Walaupun telah mencapai tingkat receptive, ada sejumlah item/hal yang perlu menjadi perhatian, serta langkah-langkah yang perlu diambil, seperti dirangkum dalam Tabel 6.5. Tabel 6.5 Strategi Meningkatkan Tingkat Kesiapan Aspek No. Item Nilai Permasalahan Strategi Meningkatkan Tingkat Kesiapan Strategy 2 1,67 Karyawan Microsoft Operation belum memiliki pemahaman yang sama mengenai Knowledge Management. Perlu dilakukan sosialisasi mengenai Knowledge Management beserta manfaatnya kepada seluruh karyawan. 7 1,83 Microsoft Operation belum memiliki strategi penerapan KM. Manajemen Operation merumuskan penerapan KM. Microsoft perlu stratrgi

107 92 Organization Culture 8 1,78 Microsoft Operation belum memiliki perencanaan penerapan KM yang terintegrasi dalam tiap proses bisnisnya. 12 1,98 Microsoft Operation belum memiliki aturan yang spesifik dan tanggung jawab yang jelas dalam kegiatan KM. 17 1,89 Belum ada pengukuran berkala dari pengelolaan knowledge yang ada di Microsoft Operation. 18 1,92 Nilai aset intelektual di Microsoft Operation belum diukur secara teratur. 27 1,92 Departemen Microsoft Operation belum memiliki lembaga/unit riset tersendiri. 29 1,97 Tidak semua individu mendokumentasikan Strategi penerapan KM yang dirumuskan manajemen Microsoft Operation harus terintegrasi dalam tiap proses bisnis. Manajemen Microsoft Operation perlu menetapkan aturan yang spesifik dan tanggung jawab yang jelas dalam kegiatan KM. Pengelolaan aset knowledge di Microsoft Operation perlu dilakukan pengukuran berkala. Nilai aset intelektual di Microsoft Operation perlu diukur secara teratur. Departemen Microsoft Operation perlu membentuk lembaga/unit riset tersendiri yang berisikan orang-orang yang dedicated untuk melakukan riset. Tiap individu dalam Departemen Microsoft

108 93 knowledge yang Operation perlu diperolehnya. membiasakan diri mendokumentasikan knowledge yang dimilikinya. Process 55 1,98 Dokumentasi pengetahuan dan pengalaman tidak mudah ditemukan dan dipelajari. 57 1,87 Belum ada proses klasifikasi dan penyimpanan knowledge yang efektif. 59 1,65 Belum ada aturan untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan best practice. 60 1,68 Best practice belum didokumentasikan dengan baik. 61 1,84 Karyawan tidak banyak mengetahui best practice yang ada di Microsoft Operation. 62 1,67 Best Practice di Microsoft Operation tidak mudah diperoleh. Perlu dibuatkan suatu repository di mana dokumentasi pengetahuan dan pengalaman disimpan dan dapat diakses bersama. Perlu dibuatkan prosedur proses klasifikasi dan penyimpanan knowledge. Perlu dirumuskan aturan untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan best practice. Dokumentasi best practice perlu dilakukan. Perlu dilakukan dokumentasi dan sosialisasi mengenai best practice. Dokumentasi best practice yang ada perlu diberikan akses yang lebih mudah.

109 ,78 Best Practice di Microsoft Operation belum direview dan dipelajari dengan baik. Dokumentasi best practice yang ada perlu direview dan dipelajari.

110 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Instrumen untuk mengukur tingkat kesiapan knowledge management di Departemen Microsoft Operation AGIT yang berupa kuesioner telah dapat disusun. 2. Hasil pengukuran tingkat kesiapan implementasi Knowledge Management di Departemen Microsoft Operation AGIT berada pada level receptive, dengan skor 2,51. Hal ini menunjukkan Microsoft Operation AGIT telah dapat menerima implementasi Knowledge Management dengan baik. 3. Untuk mendukung implementasi Knowledge Management, Departemen Microsoft Operation perlu memperhatikan beberapa hal dalam aspek Strategy (skor 2,49), Organization (skor 2,43), Culture (skor 2,76), dan Process (skor 2,30) dan meningkatkan tingkat kesiapannya agar implementasi berjalan baik. 7.2 Saran Untuk keperluan penelitian di masa yang akan datang, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Untuk menentukan faktor-faktor yang akan digunakan sebagai variabel penelitian, perlu dikumpulkan lebih banyak penelitian-penelitian sebelumnya mengenai KMCSF, terutama yang secara spesifik berhubungan dengan bidang usaha konsultan teknologi informasi, agar instrumen penelitian yang dihasilkan menjadi lebih akurat. 95

111 96 2. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur knowledge management readiness pada organisasi yang bergerak di bidang teknologi informasi. Oleh karena itu, untuk penggunaan pada jenis organisasi lain perlu dikaji kembali mengenai variabel yang akan digunakan. 3. Dalam proses menyusun instrumen penelitian, pihak manajemen organisasi di mana penelitian dilakukan perlu dilibatkan secara formal agar instrumen penelitian yang dihasilkan sesuai dengan situasi yang ada di dalam organisasi. Akan lebih baik lagi jika pihak yang dilibatkan memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam hal knowledge management.

112 97 DAFTAR PUSTAKA Abbaszadeh, M. A., Ebrahimi, M., & Fotouhi, H. (2010). Developing a Causal Model of Critical Success Factors for Knowledge Management. International Conference on Education and Management Technology (pp ). IEEE. Anggraeni, S. (2013). Kajian Pengukuran Tingkat Kesiapan Knowledge Management (KM) pada Pusat Komunikasi Kementerian Luar Negeri. Universitas Indonesia, thesis, Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Komputer. Atrinawati, L. H., & Surendro, K. (2009). Assessment for Knowledge Management Readiness. International Conference on Electrical Engineering and Informatics. 2, pp IEEE. Awad, E. M., & Ghaziri, H. M. (2004). Knowledge Management. Prentice Hall. Becerra-Fernandez, I., Gonzalez, A., & Sabherwal, R. (2004). Knowledge Management: Challenges, Solutions, and Technologies (1 ed.). Pearson/Prentice Hall. Fariani, R. I. (2012). Analisis tingkat kesiapan implementasi e-learning (e-learning Readiness) di Politeknik Manufaktur Astra., thesis, Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Komputer. Hasanali, F. (2002). Critical Success Factors of Knowledge Management. Knowledge Management Advantage. Holt, D. T. (2000). The measurement of readiness for change: A review of instruments and suggestions for future research. annual meeting of the academy of management, Toronto, Canada. Karim, N. A., Abdullah, L. M., Mohammad, N., & Razi, M. M. (2011). Understanding organizational readiness for knowledge management in the

113 98 Malaysian public sector organization: A proposed framework. International Conference on Research and Innovation in Information Systems (pp. 1-6). IEEE. Liebowitz, J. (1999). Key Ingredients to the Success of an Organization s Knowledge Management Strategy. Knowledge and Process Management, 6, Mamaghani, N. D., Saghafi, F., Shahkooh, K. A., & Sadeghi, M. (2010). Extracting Success Factors for Knowledge. (pp ). IEEE. Mathi, K. (2004). Key success factors for knowledge management. University of Applied Sciences, Offenburg, thesis, Master of Business Administration in International Business Management and Consulting. Mulyono, S. (2011). Analisis Pengukuran Tingkat Kesiapan Implementasi KM (KM Readiness) Pada Medco Foundation., thesis, Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Komputer. Nugroho. (2014). Analisis pengukuran tingkat kesiapan implementasi knowledge management pada perusahaan PT.XYZ., thesis, Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Komputer. Rao, M. (Ed.). (2005). Knowledge management tools and techniques: practitioners and experts evaluate KM solutions. Routledge. Setiawan, F. (2013). Analisa Pengukuran Tingkat Kesiapan Implementasi Knowledge Management (KM Readiness) pada PT.Fajar Hutama Mandiri., thesis, Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Komputer. Sujarweni, V. W. (2014). SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Valmohammadi, C. (2010). Identification and prioritization of critical success factors of knowledge management in Iranian SMEs: An experts' view. African Journal of Business Management, 4(6), Weiss, D. S., & Marmar, C. R. (1997). The Impact of Event Scale Revised. Assessing psychological trauma and PTSD,

114 99 Wong, K. Y. (2005). Critical success factors for implementing knowledge management in small and medium enterprises. Industrial Management & Data Systems, 105(3), Zaidiah, A. (2011). Analisis Pengukuran Tingkat Kesiapan Implementasi KM (KM Readiness) Pada Sekretariat Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementrian Pertahanan., thesis, Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Komputer.

115 100 Lampiran 1: Rancangan Kuesioner KM Readiness AGIT Kuesioner Tingkat Kesiapan Implementasi Knowledge Management Rekan-rekan Departemen Microsoft Operation yang terhormat, Dalam rangka menyelesaikan studi Magister Teknologi Informasi, penulis melakukan penelitian tingkat kesiapan implementasi knowledge management pada Departemen Microsoft Operation AGIT. Oleh karena itu, penulis memohon bantuan rekan-rekan untuk berpartisipasi sebagai responden yang mendukung penelitian ini. Jawaban rekan-rekan diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian ini. Menurut Becerra-Fernandez (2004), Knowledge Management dapat didefinisikan sebagai proses melakukan aktivitas yang berkaitan dengan menemukan (discovering), menangkap (capturing), membagikan (sharing), dan mengaplikasikan (applying) pengetahuan untuk meningkatkan implikasi dari knowledge bagi suatu pencapaian goal dari suatu unit organisasi. Knowledge Management dapat membantu kita dalam proses menyelesaikan pekerjaan. Selain itu, knowledge management juga dapat mempermudah dalam pencarian informasi, transfer, dan penerapan pengetahuan. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih atas kesediaan waktu dan partisipasi yang diberikan rekan-rekan. Terima kasih, Pradana Atmadiputra

116 101 Lampiran 1: Rancangan Kuesioner KM Readiness AGIT (lanjutan) Bagian 1 Petunjuk: Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi Anda dengan memberikan tanda silang pada kotak ([X]) di sebelah kiri pilihan jawaban. 1 Nama (tidak dipublikasikan) : 2 NPK (tidak dipublikasikan) : 3 Jenis kelamin : [ ] Pria [ ] Wanita 4 Kelompok usia : [ ] < 25 tahun [ ] tahun [ ] > 35 tahun 5 Masa kerja : [ ] < 3 tahun [ ] 3 5 tahun [ ] > 5 tahun 6 Latar belakang pendidikan : [ ] D3 [ ] S1 [ ] S2 [ ] S3

117 102 Lampiran 1: Rancangan Kuesioner KM Readiness AGIT (lanjutan) Bagian 2 Petunjuk: Kuesioner di bawah ini memuat sejumlah pernyataan. Silakan tunjukkan tingkat persetujuan/ketidaksetujuan Anda terhadap setiap pernyataan dengan memberikan tanda silang (X) pada kotak jawaban yang Anda pilih. Untuk setiap pernyataan, Anda hanya diperbolehkan memilih satu tanggapan. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, pilihlah jawaban sesuai dengan kondisi yang Anda rasakan/ketahui saat ini. Selamat mengisi kuesioner! Keterangan Kode Bobot Nilai Sangat Tidak Setuju STS 0 Tidak Setuju TS 1 Netral N 2 Setuju S 3 Sangat Setuju SS 4 No. Pernyataan STS TS N S SS Strategy 1 Saya mengetahui dengan jelas definisi knowledge management 2 Semua karyawan Microsoft Operation memiliki pemahaman yang sama mengenai knowledge management 3 Saya memahami pentingnya knowledge dalam menyelesaikan pekerjaan 4 Knowledge merupakan aset berharga bagi Microsoft Operation 5 Melihat kondisi saat ini, Microsoft Operation membutuhkan knowledge management 6 Microsoft Operation membutuhkan suatu sistem untuk mengelola knowledge yang dimiliki anggotanya

118 103 7 Knowledge Management sangat cocok diterapkan di Microsoft Operation 8 Microsoft Operation memiliki strategi penerapan knowledge management 9 Microsoft Operation memiliki perencanaan penerapan knowledge management yang terintegrasi dalam tiap proses bisnisnya 10 Ada inisiatif dari tiap individu dalam menerapkan knowledge management 11 Knowledge management dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses bisnis dan dapat meningkatkan daya saing Microsoft Operation 12 Knowledge management dapat meningkatkan kinerja Microsoft Operation secara keseluruhan 13 Knowledge management program menjadi tanggung jawab dan komitmen bersama antara semua orang di Microsoft Operation 14 Ada aturan yang spesifik dan tanggung jawab yang jelas dalam kegiatan knowledge management di Microsoft Operation 15 Ada komitmen dan dukungan dari manajemen Microsoft Operation untuk knowledge management program 16 Ada alokasi dana untuk pengembangan knowledge management program 17 Manajemen Microsoft Operation memberikan dukungan moral dan melakukan tindakan nyata dalam mendukung kegiatan knowledge management 18 Manajemen Microsoft Operation meluangkan waktu untuk melakukan knowledge sharing kepada karyawan 19 Ada pengukuran berkala dari pengelolaan knowledge yang ada 20 Nilai aset intelektual diukur secara teratur 21 Ada pengakuan dan imbalan bagi karyawan yang melakukan improvement

119 Kompetensi merupakan salah satu aspek penilaian dari kinerja karyawan 23 Menciptakan dan berbagi pengetahuan merupakan salah satu aspek penilaian dari kinerja karyawan 24 Ada mekanisme dan kebijakan untuk melakukan benchmarking mengenai best practice dengan organisasi lain di luar Microsoft Operation maupun AGIT Organization 25 Microsoft Operation membutuhkan Chief Knowledge Officer (atau setara) untuk menerapkan knowledge management 26 Microsoft Operation memiliki tim khusus yang mendukung penerapan knowledge management 27 Pembentukan tim yang berisikan orang-orang dari berbagai departmen dimungkinkan 28 Karyawan dapat dengan mudah menghubungi manajemen 29 Knowledge sharing yang dilakukan secara horizontal (antar-departemen) dimungkinkan 30 Knowledge sharing yang dilakukan secara vertikal (antara atasan/bawahab dalam satu departemen) dimungkinkan 31 Microsoft Operation memiliki lembaga/unit riset tersendiri Culture 32 Adanya kebiasaan rutin dokumentasi dan sharing knowledge 33 Setiap individu mendokumentasikan setiap knowledge yang diperolehnya 34 Mencari best practices untuk memecahkan masalah pekerjaan adalah suatu kebiasaan 35 Setiap individu dapat mengekspresikan ide tanpa rasa canggung 36 Saya dan rekan kerja dengan senang hati bekerja sama dan berbagi knowledge dan pengalaman yang

120 105 berhubungan dengan pekerjaan untuk memecahkan suatu masalah 37 Knowledge sharing dipandang sebagai suatu kekuatan dalam melakukan kegiatan 38 Kolaborasi antar karyawan adalah hal yang penting 39 Tiap individu bersedia memberikan saran dan bantuan dalam melakukan pekerjaan 40 Ada rasa kepercayaan kepada rekan kerja untuk bekerja sama mencapai tujuan organisasi 41 Tingkat kepercayaan yang tinggi adalah hal yang penting dalam sharing knowledge 42 Sharing mengenai kesalahan/kekeliruan biasa dilakukan tanpa mengkhawatirkan punishment Technology 43 Saya terbiasa menggunakan dalam berkomunikasi dan sharing knowledge 44 Intranet dan internet sangat mendukung aktivitas belajar, pendidikan, dan pelatihan 45 Penggunaan TI memudahkan saya dalam bekerja 46 TI memudahkan komunikasi antar karyawan 47 Penggunaan TI menjamin bahwa informasi yang tepat dapat diperoleh pada saat yang tepat 48 Ada struktur dan kategorisasi penyimpanan knowledge 49 TI mendukung kebutuhan pencarian dan berbagi knowledge dengan mudah Motivation 50 Perilaku penerapan knowledge management dicatat dan dimonitor ke dalam sistem 51 Ada penghargaan bagi karyawan yang secara aktif melakukan knowledge sharing 52 Ada promosi bagi karyawan yang secara aktif berbagi ide dan pengetahuan 53 Ada keyakinan kuat bahwa dengan berbagi ide kita bisa melakukan pekerjaan dengan lebih baik 54 Menyimpan pengetahuan hanya untuk diri sendiri adalah hal yang tidak baik

121 Ada dorongan saling mengingatkan untuk berbagi pengetahuan 56 Ada dorongan untuk mencari pengatahuan dari para ahli/pakar Process 57 Transfer pengetahuan dan keahlian dari orang-orang yang memiliki keahlian khusus ketika mereka akan meninggalkan perusahaan adalah hal yang sangat penting 58 Saya tidak kesulitan melakukan presentasi dan mengajarkan keahlian saya kepada orang lain 59 Saya tidak kesulitan mengajarkan kemampuan saya kepada orang lain 60 Dokumentasi pengetahuan dan pengalaman mudah ditemukan dan dipelajari 61 Komunikasi antar karyawan Microsoft Operation berjalan efektif 62 Ada proses klasifikasi dan penyimpanan knowledge yang efektif 63 Ada pengaplikasian best practice pada produk dan jasa yang dihasilkan oleh Microsoft Operation 64 Ada aturan untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan best practice 65 Best practice didokumentasikan dengan baik 66 Saya banyak mengetahui best practice di Microsoft Operation 67 Best Practice di Microsoft Operation mudah diperoleh 68 Best Practice di Microsoft Operation direview dan dipelajari dengan baik Human Resource 69 Perusahaan merekrut karyawan yang memiliki kemampuan dan keahlian yang mampu menutupi kekurangan pengetahuan perusahaan 70 Perusahaan merekrut karyawan yang memiliki orientasi positif terhadap pengetahuan

122 Adanya aktivitas pengembangan pengetahuan karyawan secara profesional 72 Adanya kesempatan peningkatan karir di Microsoft Operation 73 Lingkungan kerja di Microsoft Operastion kondusif sehingga karyawan merasa betah untuk bertahan dan mengembangkan diri 74 Perusahaan memiliki karyawan dengan jenjang akademis yang proporsional dan merata 75 Skill yang dimiliki dan dibutuhkan oleh Microsoft Operation tidak banyak dimiliki orang lain. 76 Microsoft Operation menyediakan pelatihan sesuai kebutuhan karyawan 77 Microsoft Operation mendukung karyawan melanjutkan studi untuk meningkatkan skill 78 Pelatihan yang sesuai kebutuhan karyawan mudah didapatkan 79 Pelatihan yang didapatkan sesuai kebutuhan karyawan

123 108 Lampiran 2: Uji Validitas p1 p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 Pearson Correlation 1,349 **,238,460 **,241,182,015 -,098 -,106 -,145,181,097,113,137,054 -,087,200,265 *,128,188 Sig. (2-tailed),005,060,000,057,153,910,446,406,257,155,452,376,284,672,496,116,036,316,139 N p2 Pearson Correlation,349 ** 1,069,310 *,194,213,158,212,110,133,300 *,247,207,392 **,074,028,122,341 **,472 **,260 * Sig. (2-tailed),005,592,013,128,094,215,096,390,300,017,051,104,002,565,827,342,006,000,039 N p78 Pearson Correlation,298 *,399 ** -,076,391 **,106,324 **,265 *,280 *,214,102,106,309 *,204,428 **,395 **,340 **,288 *,431 **,426 **,517 ** Sig. (2-tailed),018,001,552,002,408,010,036,026,092,427,410,014,109,000,001,006,022,000,000,000 N p79 Pearson Correlation,338 **,371 ** -,042,350 **,062,327 **,261 *,248,220,039,111,338 **,103,387 **,296 *,291 *,188,365 **,403 **,484 ** Sig. (2-tailed),007,003,743,005,627,009,039,050,083,761,388,007,423,002,018,021,140,003,001,000 N total Pearson Correlation,309 *,488 **,043,487 **,298 *,310 *,440 **,459 **,467 **,302 *,263 *,412 **,191,504 **,585 **,488 **,586 **,516 **,587 **,572 ** Sig. (2-tailed),014,000,737,000,018,013,000,000,000,016,037,001,133,000,000,000,000,000,000,000 N

124 109 Lampiran 2: Uji Validitas (lanjutan) p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 p34 p35 p36 p37 p38 p39 p40 -,183,096,067,191 -,165 -,335 **,148,285 *,009,088 -,067,156 -,078 -,079 -,136,063,152,241,094,288 *,150,454,599,133,196,007,246,023,947,492,602,222,545,536,287,626,235,057,462, ,284 *,388 **,393 **,407 ** -,030,134 -,013,412 **,177,323 **,281 *,336 **,361 **,204,201 -,090,306 *,153 -,014,031,024,002,001,001,816,294,920,001,166,010,026,007,004,109,113,483,015,232,916, ,119,296 *,444 **,472 ** -,008,059 -,026,447 **,157,407 **,386 **,333 **,118,028,097,224,304 *,202,131,199,354,018,000,000,952,645,839,000,219,001,002,008,356,828,449,077,015,112,307, ,075,138,361 **,375 **,022,040,037,449 **,171,415 **,380 **,356 **,068,026,002,147,158,164,128,223,561,281,004,002,862,754,771,000,181,001,002,004,594,837,987,251,217,199,319, ,417 **,367 **,538 **,541 **,091,269 *,220,615 **,198,393 **,617 **,561 **,425 **,353 **,455 **,294 *,532 **,386 **,287 *,480 **,001,003,000,000,479,033,083,000,120,001,000,000,001,005,000,020,000,002,023,

125 110 Lampiran 2: Uji Validitas (lanjutan) p41 p42 p43 p44 p45 p46 p47 p48 p49 p50 p51 p52 p53 p54 p55 p56 p57 p58 p59 p60,216,264 *,346 **,201,430 **,421 **,226,047,126,044,002,050,234,383 **,141,237,223,277 *,164,017,089,036,005,114,000,001,075,716,327,732,988,698,064,002,269,062,079,028,199, ,000,233,165,182,220,205,136,444 **,307 *,305 *,261 *,333 **,095,010,193 -,022,083 -,052 -,061,191 1,000,066,197,152,084,107,289,000,014,015,039,008,457,939,130,867,516,687,632, ,157 -,023,294 *,269 *,434 **,425 **,189,383 **,238,245,069,246,008,315 *,552 **,458 **,166,196,282 *,446 **,219,855,019,033,000,001,137,002,060,053,591,052,951,012,000,000,193,123,025, ,189 -,003,338 **,291 *,436 **,422 **,203,315 *,241,179 -,025,159 -,035,328 **,400 **,485 **,166,268 *,339 **,437 **,138,980,007,021,000,001,110,012,057,160,847,212,785,009,001,000,193,034,007, ,317 *,259 *,325 **,488 **,520 **,518 **,425 **,597 **,434 **,525 **,296 *,443 **,240,301 *,588 **,416 **,293 *,066,397 **,538 **,011,040,009,000,000,000,001,000,000,000,018,000,059,017,000,001,020,610,001,

126 111 Lampiran 2: Uji Validitas (lanjutan) p61 p62 p63 p64 p65 p66 p67 p68 p69 p70 p71 p72 p73 p74 p75 p76 p77 p78 p79 total,136,149,280 *,045,091,054 -,036,045,327 **,409 **,287 *,079,172,202,342 **,171,141,298 *,338 **,309 *,288,245,026,724,480,674,780,729,009,001,023,539,178,113,006,179,269,018,007, ,189,276 *,286 *,345 **,240,015,270 *,031,275 *,257 *,224,142,122,215,118,288 *,232,399 **,371 **,488 **,139,029,023,006,059,907,032,812,029,042,078,268,343,091,356,022,067,001,003, ,514 **,349 **,305 *,437 **,316 *,138,370 **,065,547 **,430 **,676 **,601 **,486 **,291 *,346 **,800 **,689 ** 1,920 **,716 **,000,005,015,000,012,281,003,610,000,000,000,000,000,020,006,000,000,000, ,451 **,356 **,370 **,441 **,289 *,218,365 **,164,489 **,446 **,584 **,478 **,454 **,177,427 **,744 **,662 **,920 ** 1,665 **,000,004,003,000,022,087,003,200,000,000,000,000,000,165,000,000,000,000, ,579 **,660 **,573 **,697 **,621 **,395 **,532 **,375 **,578 **,494 **,647 **,598 **,590 **,378 **,410 **,639 **,584 **,716 **,665 ** 1,000,000,000,000,000,001,000,002,000,000,000,000,000,002,001,000,000,000,

127 112 Lampiran 3: Hasil Uji Validitas No. Item Drop Nilai r Hitung Nilai r Tabel 3 0,043 0, ,191 0, ,091 0, ,198 0, ,066 0,209

128 113 Lampiran 4: Hasil Uji Reliabilitas

129 114 Lampiran 5: Kuesioner KM Readiness AGIT Kuesioner Tingkat Kesiapan Implementasi Knowledge Management Rekan-rekan Departemen Microsoft Operation yang terhormat, Dalam rangka menyelesaikan studi Magister Teknologi Informasi, penulis melakukan penelitian tingkat kesiapan implementasi knowledge management pada Departemen Microsoft Operation AGIT. Oleh karena itu, penulis memohon bantuan rekan-rekan untuk berpartisipasi sebagai responden yang mendukung penelitian ini. Jawaban rekan-rekan diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian ini. Menurut Becerra-Fernandez (2004), Knowledge Management dapat didefinisikan sebagai proses melakukan aktivitas yang berkaitan dengan menemukan (discovering), menangkap (capturing), membagikan (sharing), dan mengaplikasikan (applying) pengetahuan untuk meningkatkan implikasi dari knowledge bagi suatu pencapaian goal dari suatu unit organisasi. Knowledge Management dapat membantu kita dalam proses menyelesaikan pekerjaan. Selain itu, knowledge management juga dapat mempermudah dalam pencarian informasi, transfer, dan penerapan pengetahuan. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih atas kesediaan waktu dan partisipasi yang diberikan rekan-rekan. Terima kasih, Pradana Atmadiputra

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN PT. XYZ KARYA AKHIR NUGROHO

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN PT. XYZ KARYA AKHIR NUGROHO UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN PT. XYZ KARYA AKHIR NUGROHO 1006800522 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah Knowledge Management (KM) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1986, dalam konferensi manajemen Eropa yaitu APQC (American Productivity and Quality Center).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan atau knowledge merupakan sumber inovasi yang dibutuhkan oleh organisasi maupun perusahaan untuk bertahan dan berkembang [1], [2]. Supaya efektif dalam

Lebih terperinci

Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems). 2/12 (2016), DOI:

Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems). 2/12 (2016), DOI: Jurnal Sistem Informasi (Journal of Information Systems). 2/12 (2016), 95-103 DOI: http://dx.doi.org/10.21609/jsi.v12i2.484 TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA DIVISI TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan

Lebih terperinci

TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA DIVISI TEKNOLOGI INFORMASI PT. X

TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA DIVISI TEKNOLOGI INFORMASI PT. X TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA DIVISI TEKNOLOGI INFORMASI PT. X Dwi Atmodjo Wismono Prapto 1 dan Sumiati Hutagalung 2 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Dimas Setiawan 1, Dana Indra Sensuse 2 1,2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Kampus UI Depok Indonesia 1 dimas_setiawan.mailbox@yahoo.com

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA INDUSTRI FREIGHT FORWARDING DENGAN INTEGRASI IPA DAN TAGUCHI TESIS

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA INDUSTRI FREIGHT FORWARDING DENGAN INTEGRASI IPA DAN TAGUCHI TESIS PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA INDUSTRI FREIGHT FORWARDING DENGAN INTEGRASI IPA DAN TAGUCHI TESIS NAMA : PRIYAMBODO NUR ARDI NUGROHO NPM : 0806 422 662 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Dengan adanya sektor UKM, pengangguran akibat angkatan kerja

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh : KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI Disusun sebagai tugas paper MK. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan (TOMP) pada Kelas E35-Bogor. 22-Januari 2011 Oleh : Hary Purnama

Lebih terperinci

PENYEMPURNAAN RANCANGAN INFRASTRUKTUR DISASTER RECOVERY CENTER DALAM MENDUKUNG DISASTER RECOVERY PLAN BANK X TESIS GUNAWAN

PENYEMPURNAAN RANCANGAN INFRASTRUKTUR DISASTER RECOVERY CENTER DALAM MENDUKUNG DISASTER RECOVERY PLAN BANK X TESIS GUNAWAN HALAMAN SAMPUL PENYEMPURNAAN RANCANGAN INFRASTRUKTUR DISASTER RECOVERY CENTER DALAM MENDUKUNG DISASTER RECOVERY PLAN BANK X TESIS GUNAWAN 0706193706 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Strategik SI/TI

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Strategik SI/TI Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Strategik SI/TI 1 Tantangan Pengelolaan IT Perubahan teknologi (TI) semakin cepat. Aplikasi dan data semakin banyak overload informasi. Perkembangan bisnis yang semakin

Lebih terperinci

BAB 3 PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI

BAB 3 PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI BAB 3 PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI A. Keunggulan Kompetitif Keunggulan kompetitif adalah kemampuan perusahaan untuk memformulasi strategi pencapaian peluang profit melalui maksimisasi penerimaan dari

Lebih terperinci

PERBAIKAN KINERJA MANAJEMEN LAYANAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SISTEM MANAJEMEN MUTU, LEAN SIX SIGMA DAN BALANCED SCORECARD : STUDI KASUS PT.

PERBAIKAN KINERJA MANAJEMEN LAYANAN  DENGAN MENGGUNAKAN METODE SISTEM MANAJEMEN MUTU, LEAN SIX SIGMA DAN BALANCED SCORECARD : STUDI KASUS PT. PERBAIKAN KINERJA MANAJEMEN LAYANAN E-MAIL DENGAN MENGGUNAKAN METODE SISTEM MANAJEMEN MUTU, LEAN SIX SIGMA DAN BALANCED SCORECARD : STUDI KASUS PT.XYZ KARYA AKHIR Nungky Awang Chandra 0706194394 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN USAHA RISOLES BUNDA BOGOR TESIS

STRATEGI PEMASARAN USAHA RISOLES BUNDA BOGOR TESIS STRATEGI PEMASARAN USAHA RISOLES BUNDA BOGOR TESIS PUDJO NUGROHO 0706169386 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA AGUSTUS 2009 STRATEGI PEMASARAN USAHA RISOLES

Lebih terperinci

PERUMUSAN KEY PERFORMANCE INDICATOR FUNGSI PENGADAAN KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD TESIS

PERUMUSAN KEY PERFORMANCE INDICATOR FUNGSI PENGADAAN KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD TESIS PERUMUSAN KEY PERFORMANCE INDICATOR FUNGSI PENGADAAN KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD TESIS DINO ANDRIAN 06060161281 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MOBILE

PENERAPAN METODE MOBILE PENERAPAN METODE MOBILE GOAL QUESTION METRIC (MGQM) UNTUK PENGUJIAN USABILITY PADA APLIKASI MOBILE SAUNG AYAM MANAGEMENT SYSTEM GUNA MENINGKATKAN USER EXPERIENCE TUGAS AKHIR MUH. ZULKIFLI B 1112001031

Lebih terperinci

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom.

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom. Arsitektur Sistem Informasi Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom. Arsitektur Teknologi Informasi Arsitektur teknologi informasi adalah seluruh aspek meliputi piranti keras, piranti lunak, perangkat jaringan dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR NUR SAFARIAH ZIRUN

TUGAS AKHIR NUR SAFARIAH ZIRUN ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN PENERAPAN MANAJEMEN KEAMANAN SISTEM INFORMASI UNTUK WILAYAH JAVA OPERATION (JVO) MENGGUNAKAN INFORMATION SECURITY MANAGEMENT MATURITY MODEL (STUDI KASUS PADA PT.X) TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGIS SISTEM INFORMASI: KARYA AKHIR

ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGIS SISTEM INFORMASI: KARYA AKHIR ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGIS SISTEM INFORMASI: Studi Kasus Sebuah Instansi Pemerintah Bidang Keuangan KARYA AKHIR Rein Nusa Triputra 0706194015 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

Kajian Transformasi Menuju Institusi Kepolisian Indonesia Berbasis Pemolisian Masyarakat TESIS

Kajian Transformasi Menuju Institusi Kepolisian Indonesia Berbasis Pemolisian Masyarakat TESIS Kajian Transformasi Menuju Institusi Kepolisian Indonesia Berbasis Pemolisian Masyarakat Studi Kasus: Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi TESIS R. DINUR KRISMASARI 0606161836 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah skor antara dimana: Tidak berhubungan sama sekali Sangat sedikit hubungannya Sedikit berhubungan Cukup berhubungan Memiliki hubungan

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALANCED SCORECARD UNTUK PT X TESIS

PERANCANGAN BALANCED SCORECARD UNTUK PT X TESIS PERANCANGAN BALANCED SCORECARD UNTUK PT X TESIS NADINE SOEDIBJO 0606160713 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA DESEMBER 2008 PERANCANGAN BALANCED SCORECARD UNTUK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENERAPAN MANAGEMENT QUALITY BERBASIS ISO DALAM MEMPERCEPAT COLLECTION PERIODE (STUDI KASUS PT KBI) TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENERAPAN MANAGEMENT QUALITY BERBASIS ISO DALAM MEMPERCEPAT COLLECTION PERIODE (STUDI KASUS PT KBI) TESIS UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENERAPAN MANAGEMENT QUALITY BERBASIS ISO DALAM MEMPERCEPAT COLLECTION PERIODE (STUDI KASUS PT KBI) TESIS Oleh : RATIH AJENG WIDATI H. 07 06 17 2986 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Knowledge Management Tools

Knowledge Management Tools Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Kata Kunci: ITIL V3, ITIL v3 Service Strategy, Service Asset, Service Structure, Service Provider Type, Service Unit, Bisnis Unit

ABSTRAKSI. Kata Kunci: ITIL V3, ITIL v3 Service Strategy, Service Asset, Service Structure, Service Provider Type, Service Unit, Bisnis Unit ABSTRAKSI PT. RST merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan Abrasive, Cutting Tools and Technical Equipment. PT.RST memiliki sebuah sistem berbasis ERP yang digunakan untuk mengelola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam memproses data untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Knowledge Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : "Knowledge merupakan campuran dari

Lebih terperinci

BAB III Landasan Teori

BAB III Landasan Teori BAB III Landasan Teori 3.1 Sistem Informasi Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial

Lebih terperinci

Sistem Penunjang Keputusan, Pertemuan Ke-3

Sistem Penunjang Keputusan, Pertemuan Ke-3 DECISION SUPPORT SYSTEMS Pengertian. Definisi awalnya adalah suatu sistem yang ditujukan untuk mendukung manajemen pengambilan keputusan. Sistem berbasis model yang terdiri dari prosedur-prosedur dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RENCANA IMPLEMENTASI MANAJEMEN LAYANAN TI BERBASIS STANDAR ISO : STUDI KASUS DI SUATU INSTITUSI PENDIDIKAN NEGERI KARYA AKHIR

PENGEMBANGAN RENCANA IMPLEMENTASI MANAJEMEN LAYANAN TI BERBASIS STANDAR ISO : STUDI KASUS DI SUATU INSTITUSI PENDIDIKAN NEGERI KARYA AKHIR PENGEMBANGAN RENCANA IMPLEMENTASI MANAJEMEN LAYANAN TI BERBASIS STANDAR ISO 20000 : STUDI KASUS DI SUATU INSTITUSI PENDIDIKAN NEGERI KARYA AKHIR MUHAMMAD KASFU HAMMI 0706308231 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Aktivitas kolaborasi memberikan dampak yang signifikan dalam usaha kolektif manusia. Aktivitas ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari sejumlah besar area

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN HUKUM BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL T E S I S

UNIVERSITAS INDONESIA KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN HUKUM BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL T E S I S UNIVERSITAS INDONESIA KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN HUKUM BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL T E S I S IRA YUSTISIA SMARAYONI 0706186120 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak

Lebih terperinci

PROGRAM SARJANA STRATA 1 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA

PROGRAM SARJANA STRATA 1 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA ANALISIS HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN RENTANG USIA TERHADAP KESADARAN KEAMANAN INFORMASI DALAM MENJAGA KEAMANAN INFORMASI ( STUDI KASUS : PT MORA TELEMATIKA INDONESIA ) TUGAS AKHIR IKRAM ALIFKHAN 1122002010

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian 36 Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan mengacu pada kerangka The Open Group Architecture Framework (TOGAF) yang merupakan kerangka kerja arsitektur di

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Strategi dan Pengukuran Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Strategi dan Pengukuran Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Strategi dan Pengukuran Knowledge Management Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Memahami lebih jelas mengenai strategi knowledge management. Memahami lebih detail dari mulai

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Pengembangan Strategi SI/TI Mengembangkan sebuah strategi SI/TI berarti berpikir secara strategis dan merencanakan manajemen yang efektif untuk jangka waktu

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT Faktor Domain Bisnis 1. Strategic Values 1.1. Strategic Match Dititikberatkan pada tingkat/derajat dimana semua proyek teknologi informasi atau sistem informasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA i UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI PENGARUH KETERAMPILAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP DAYA SAING PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM IMPLEMENTASI SISTEM e - PROCUREMENT PADA PROSES PENGADAAN

Lebih terperinci

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM ANALISA & PERANCANGAN SISTEM Pengembangan Sistem Informasi Mulyadi, S.Kom, M.S.I Proses dalam Pengembangan Sistem Proses pengembangan sistem - serangkaian kegiatan, metode, praktik, dan alat-alat terotomatisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk menjawab pertanyaan Apakah Strategi TI Bank Indonesia sudah sesuai dan sejalan dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR

LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR Petunjuk: Berilah skor antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali Sangat sedikit hubungannya Sedikit berhubungan Cukup berhubungan 4 Memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pada area analisis, karena bisnis-bisnis saat ini dihadapkan pada jumlah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pada area analisis, karena bisnis-bisnis saat ini dihadapkan pada jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan saat ini disadari atau tidak telah masuk dan melakukan persaingan pada area analisis, karena bisnis-bisnis saat ini dihadapkan pada jumlah informasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini telekomunikasi sangatlah penting untuk medukung kehidupan sehari hari. Industri yang maju tidak luput oleh adanya teknologi telekomunikasi yang baik, dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN, KEPERCAYAAN, DAN KOMITMEN TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN: KASUS KARTU PRA BAYAR XL BEBAS TESIS

PENGARUH KEPUASAN, KEPERCAYAAN, DAN KOMITMEN TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN: KASUS KARTU PRA BAYAR XL BEBAS TESIS PENGARUH KEPUASAN, KEPERCAYAAN, DAN KOMITMEN TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN: KASUS KARTU PRA BAYAR XL BEBAS TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen ARNOLD JAPUTRA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi telah meningkatkan persaingan dan memicu perkembangan di segala bidang. Kondisi ini mengakibatkan

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN DALAM AKTIVITAS AUDIT MUTU INTERNAL DI PT VWX TUGAS AKHIR

ANALISIS PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN DALAM AKTIVITAS AUDIT MUTU INTERNAL DI PT VWX TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN DALAM AKTIVITAS AUDIT MUTU INTERNAL DI PT VWX TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Rangga

Lebih terperinci

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Organization Services Berdiri sejak tahun 1991, Dunamis merupakan mitra berlisensi dari FranklinCovey - sebuah organisasi global yang

Lebih terperinci

PENERAPAN TATA KELOLA TI PADA PERENCANAAN PROYEK-PROYEK / KEGIATAN TI STUDI KASUS: UNIVERSITAS PARAMADINA KARYA AKHIR MEIKHAL FIRMANSYAH

PENERAPAN TATA KELOLA TI PADA PERENCANAAN PROYEK-PROYEK / KEGIATAN TI STUDI KASUS: UNIVERSITAS PARAMADINA KARYA AKHIR MEIKHAL FIRMANSYAH PENERAPAN TATA KELOLA TI PADA PERENCANAAN PROYEK-PROYEK / KEGIATAN TI STUDI KASUS: UNIVERSITAS PARAMADINA KARYA AKHIR MEIKHAL FIRMANSYAH 0706193782 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM

Lebih terperinci

Faktor Keberhasilan untuk Keterlibatan Pengguna Akhir Office 365

Faktor Keberhasilan untuk Keterlibatan Pengguna Akhir Office 365 Faktor Keberhasilan untuk Keterlibatan Pengguna Akhir Office 365 Faktor keberhasilan penting yang mempengaruhi penerapan Office 365 serta cara agar berhasil menggunakannya dalam rollout Office 365 akan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEMATIS TERHADAP INFORMASI MANAJEMEN LABORATORIUM Oleh Luh Putu Ary Sri Tjahyanti, S.T., M.Kom. 8

ANALISIS SISTEMATIS TERHADAP INFORMASI MANAJEMEN LABORATORIUM Oleh Luh Putu Ary Sri Tjahyanti, S.T., M.Kom. 8 ANALISIS SISTEMATIS TERHADAP INFORMASI MANAJEMEN LABORATORIUM Oleh Luh Putu Ary Sri Tjahyanti, S.T., M.Kom. 8 Abstrak: Abad ke-21 adalah abad Informasi dan Era Internet. Dengan pesatnya perkembangan teknologi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR-FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PASCASARJANA PENERIMA BEASISWA S2 DALAM NEGERI BPK-RI

UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR-FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PASCASARJANA PENERIMA BEASISWA S2 DALAM NEGERI BPK-RI UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR-FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PASCASARJANA PENERIMA BEASISWA S2 DALAM NEGERI BPK-RI TESIS YUNITA KUSUMANINGSIH NPM. 0806480920 FAKULTAS

Lebih terperinci

TESIS. Analisis Kesiapan Perubahan Pada PT. Bakrie Swasakti Utama

TESIS. Analisis Kesiapan Perubahan Pada PT. Bakrie Swasakti Utama TESIS Analisis Kesiapan Perubahan Pada PT. Bakrie Swasakti Utama Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Pada Program Magister Majemen Universitas Bakrie Untuk Memperoleh Gelar Sebagai Magister Manajemen MOHAMMAD

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL BASED AND INTEGRATED PROCESS IMPROVEMENT SEBAGAI SOLUSI PROBLEM PEMASARAN PERUMAHAN DI PT. PROSPEK REALTINDO TESIS

PENDEKATAN MODEL BASED AND INTEGRATED PROCESS IMPROVEMENT SEBAGAI SOLUSI PROBLEM PEMASARAN PERUMAHAN DI PT. PROSPEK REALTINDO TESIS PENDEKATAN MODEL BASED AND INTEGRATED PROCESS IMPROVEMENT SEBAGAI SOLUSI PROBLEM PEMASARAN PERUMAHAN DI PT. PROSPEK REALTINDO TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan Menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI IMPLEMENTASI APLIKASI SAP MODUL SALES DISTRIBUTION DENGAN PENDEKATAN INFORMATION ECONOMIC STUDI KASUS PT EXCELCOMINDO PRATAMA

ANALISIS INVESTASI IMPLEMENTASI APLIKASI SAP MODUL SALES DISTRIBUTION DENGAN PENDEKATAN INFORMATION ECONOMIC STUDI KASUS PT EXCELCOMINDO PRATAMA ANALISIS INVESTASI IMPLEMENTASI APLIKASI SAP MODUL SALES DISTRIBUTION DENGAN PENDEKATAN INFORMATION ECONOMIC STUDI KASUS PT EXCELCOMINDO PRATAMA SKRIPSI Oleh Vina Anggrainy 1100055890 Widi Pratama 1100056571

Lebih terperinci

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENDAHULUAN Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai tambahan siklus KM Terintegrasi Strategi KM terkait dengan business objective organisasi keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini memaksa perusahaan untuk terus berinovasi dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Layanan jasa profesional atau biasa disebut Professional Services berkemban g menjadi pasar yang menjanjikan pada era sekarang ini. Bidang usaha ini berkembang karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Data, Informasi Dan Knowledge Management Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS Kuesioner ini dibuat untuk mengevaluasi nilai dan Risiko dalam investasi teknologi informasi (TI) yang diterapkan di PT TELKOM. Petunjuk:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Jenis Knowledge Terdapat dua jenis knowledge yang terdapat pada perusahaan, yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge adalah knowledge

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD Kelas : LMA3 Andy Gracia 1701498540 Junaidy 1701498534

Lebih terperinci

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY (Sumber : Hilmi Aulawi, Rajesri Govindaraju, Kadarsah Suryadi, Iman Sudirman) Fakultas Teknologi Industri, Program

Lebih terperinci

PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DI PT ASTRA GRAPHIA TBK

PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DI PT ASTRA GRAPHIA TBK KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini dibuat sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) KANTOR CABANG JAKARTA TIMUR SKRIPSI WIDIANA SASTI KIRANA

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) KANTOR CABANG JAKARTA TIMUR SKRIPSI WIDIANA SASTI KIRANA UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) KANTOR CABANG JAKARTA TIMUR SKRIPSI WIDIANA SASTI KIRANA 0806379872 FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

Prototip dan Penyebaran CKO dan struktur penghargaan

Prototip dan Penyebaran CKO dan struktur penghargaan Prototip dan Penyebaran CKO dan struktur penghargaan Penyebaran Sistem (System Deployment) Penyebaran penggunaan sistem adalah suatu pengalaman belajar. Sistem yang disebarkan belum tentu langsung dimengerti

Lebih terperinci

Materi Minggu 10. Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan

Materi Minggu 10. Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan M a n a j e m e n S t r a t e g i k 77 Materi Minggu 10 Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan 10.1 Implementasi Strategi Implementasi strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi publik, diperlukan pengelolaan pengetahuan, di samping

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi publik, diperlukan pengelolaan pengetahuan, di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan kemampuan bersaing bagi organisasi bisnis atau organisasi publik, diperlukan pengelolaan pengetahuan, di samping pengelolaan keterampilan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Dasar Enterprise Arsitektur 3.1.1. Enterprise Architecture Enterprise Architecture atau dikenal dengan arsitektur enterprise adalah deskripsi yang didalamnya termasuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN KEKHUSUSAN MANAJEMEN OPERASI JAKARTA JULI 2009

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN KEKHUSUSAN MANAJEMEN OPERASI JAKARTA JULI 2009 ANALISIS INDUSTRI DAN KEUNGGULAN BERSAING MELALUI PENGEMBANGAN RESOURCES DAN CAPABILITIES DALAM PENERAPAN ECONOMIES OF SCALE DAN EXPERIENCE CURVE DI INDUSTRI MANUFAKTUR VELG ALUMINIUM (STUDI KASUS PT.

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG CV. JELAJAH KOMPUTER SEMARANG. Disusun oleh :

LAPORAN TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG CV. JELAJAH KOMPUTER SEMARANG. Disusun oleh : LAPORAN TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG CV. JELAJAH KOMPUTER SEMARANG Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Teknik Informatika S-1 pada Fakultas

Lebih terperinci

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan 18 2. Mengadakan sharing vision secara periodik Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan yang

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan mengenai metodologi penelitian, yaitu langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir ini, dimulai dari proses perencanaan hingga pembuatan laporan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM)

PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM) PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM) Ingwang Diwang Katon 1 dan R. V. Hari Ginardi 2 Magister

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI PADA DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN T E S I S

UNIVERSITAS INDONESIA PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI PADA DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN T E S I S UNIVERSITAS INDONESIA PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI PADA DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN T E S I S Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas Magister Sains Nama : SARWO

Lebih terperinci

KONSEP TATA KELOLA TI

KONSEP TATA KELOLA TI KONSEP TATA KELOLA TI Pertemuan ke 2 Mata Kuliah Tata Kelola dan Audit Sistem Informasi Diema Hernyka S, M.Kom Konsep IT Governance Outline : Pentingnya Tata Kelola TI Perbedaan Manage dan Govern Definisi

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi dengan menggunakan Metode Information Economics Evaluasi sistem dan teknologi informasi dengan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat dalam mempertahankan keunggulan kompetitifnya (competitive advantage).

BAB I PENDAHULUAN. tepat dalam mempertahankan keunggulan kompetitifnya (competitive advantage). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perusahaan dituntut untuk dapat menghadapi persaingan yang kompleks, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Informasi Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap 2007/2008 ANALISA INVESTASI IMPLEMENTASI SAP MODUL SALES DISTRIBUTION DI PT. BLUE

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA BANGUNAN GEDUNG TERHADAP KINERJA MUTU PROYEK DI LINGKUNGAN PT.

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA BANGUNAN GEDUNG TERHADAP KINERJA MUTU PROYEK DI LINGKUNGAN PT. UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA BANGUNAN GEDUNG TERHADAP KINERJA MUTU PROYEK DI LINGKUNGAN PT. X TESIS FURQAN USMAN 0806 423 545 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI. Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI. Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi dan Action Plan 4.1.1 Rencana Implementasi Berdasarkan hasil analisa proses pengembangan produk baru di Bio Farma maka dapat diambil solusi yang terbaik

Lebih terperinci

Developing an IS/IT Strategy: Establishing Effective Process

Developing an IS/IT Strategy: Establishing Effective Process Developing an IS/IT Strategy: Establishing Effective Process Strategic Information Systems Planning John Ward, 2003 Dikompilasi: Arrianto Mukti Wibowo amwibowo@cs.ui.ac.id, amwibowo@makarauiconsulting.com

Lebih terperinci

Developing an Enterprise Architecture Management Plan

Developing an Enterprise Architecture Management Plan Developing an Enterprise Architecture Management Plan Learning Objectives LOGO Memahami tujuan dari rencana pengelolaan EA Melihat format contoh untuk rencana pengelolaan EA Memahami jenis konten yang

Lebih terperinci

11-12 Struktur, Proses dan Mekanisme Tata Kelola Teknologi Informasi

11-12 Struktur, Proses dan Mekanisme Tata Kelola Teknologi Informasi Information System Strategic Design 11-12 Struktur, Proses dan Mekanisme Tata Kelola Teknologi Informasi Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia.widhyaestoeti@gmail.com dahlia74march.wordpress.com Sumber :

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pengetahuan merupakan aset yang diperlukan suatu organisasi untuk menciptakan suatu inovasi, beradaptasi terhadap dinamika kondisi perubahan

Lebih terperinci

5.2 HIPOTESA PENELITIAN

5.2 HIPOTESA PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN 5.1 PENDAHULUAN Pembahasan meliputi hipotesa penelitian berdasarkan literatur, hasil temuan berdasarkan analisa data, pembahasan, tindakan pencegahan dan koreksi hasil temuan dan kesimpulan.

Lebih terperinci

PENGARUH KEADILAN ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI, DUKUNGAN ORGANISASI, DAN IKLIM PSIKOLOGIS TERHADAP KESIAPAN UNTUK BERUBAH PADA PEGAWAI DIRJEN PQR

PENGARUH KEADILAN ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI, DUKUNGAN ORGANISASI, DAN IKLIM PSIKOLOGIS TERHADAP KESIAPAN UNTUK BERUBAH PADA PEGAWAI DIRJEN PQR PENGARUH KEADILAN ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI, DUKUNGAN ORGANISASI, DAN IKLIM PSIKOLOGIS TERHADAP KESIAPAN UNTUK BERUBAH PADA PEGAWAI DIRJEN PQR (The Influence of Organizational Justice, Organizational

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap L1 Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Apa visi dan misi instansi? 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap bagian? 3. Bagaimana proses bisnis instansi? 4. Sejak tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Pada penelitian sebelumnya yang berjudul Pengembangan Model Arsitektur Enterprise Untuk Perguruan Tinggi dilakukan pengembangan model arsitektur enterprise untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap strategi di dalam perusahaan. Petunjuk Bobot : Berilah bobot antara 0-1 dengan

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI IT STRATEGIC PLAN STUDI KASUS: INSTANSI PENGAWASAN PEMERINTAHAN KARYA AKHIR MUHAMMAD NASRI

ANALISIS IMPLEMENTASI IT STRATEGIC PLAN STUDI KASUS: INSTANSI PENGAWASAN PEMERINTAHAN KARYA AKHIR MUHAMMAD NASRI ANALISIS IMPLEMENTASI IT STRATEGIC PLAN STUDI KASUS: INSTANSI PENGAWASAN PEMERINTAHAN KARYA AKHIR MUHAMMAD NASRI 0706194330 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) adalah seperangkat praktik terbaik (kerangka) untuk teknologi informasi

Lebih terperinci