Akurasi Diagnostik Transthoracic Needle Aspiration dengan Tuntunan Ultrasonografi Toraks pada Kanker Paru

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Akurasi Diagnostik Transthoracic Needle Aspiration dengan Tuntunan Ultrasonografi Toraks pada Kanker Paru"

Transkripsi

1 Akurasi Diagnostik Transthoracic Needle Aspiration dengan Tuntunan Ultrasonografi Toraks pada Kanker Paru Sahdra Saragih, Noni Novisari Soeroso, Fajrinur Syarani, Fotarisman Zalukhu, 2 Netty Delvrita Lubis 3 Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP H. Adam Malik, Medan 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara 3 Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP H. Adam Malik, Medan Abstrak Latar belakang: Tindakan transthoracic needle aspiration (TTNA) dengan tuntunan pencitraan telah digunakan secara luas untuk menegakkan diagnosis lesi intra torakal. Tindakan TTNA dengan tuntunan computed tomography scaning (CT Scan) sudah terbukti efektif namun menggunakan radiasi dan harganya lebih mahal dibandingkan dengan ultrasonografi (USG). Penelitian ini bertujuan untuk menilai akurasi diagnostik TTNA dengan tuntunan USG toraks pada kanker paru. Metode: TTNA dengan tuntunan USG toraks dilakukan pada 46 sampel yang diduga menderita kanker paru di RSUP H. Adam Malik Medan pada Februari 205-Februari 206. Diagnosis akhir berdasarkan sitologi atau follow-up klinis. Hasil: Dari 46 sampel yang diambil secara consecutive, rerata umur adalah 54,76 tahun, serta mayoritas laki-laki 35 orang (76,%). Tampilan lesi pada USG toraks adalah lesi solid 35 sampel (54,3%), lesi heterogen 9 sampel (9,6%), dan lesi anekoik 2 sampel (4,3%). Hasil sitologi dijumpai C, C2, C3, C4, dan C5 pada 7 (5,2%), 6 (3%), (), 2 (4,3%), dan 30 (65,2%) secara berturut-turut. Dari analisis tabel 2x2 didapatkan akurasi, sensitivitas dan spesifisitas TTNA dengan tuntunan USG adalah 87,87%, 9,6% dan 77,7%. Tidak dijumpai komplikasi pasca tindakan, seperti pneumotoraks ataupun hemoptisis. Kesimpulan: TTNA dengan tuntunan USG toraks adalah aman dan akurat dalam menegakkan diagnosis kanker paru. (J Respir Indo. 206; 36: ) Kata kunci: Transthoracic needle aspiration, akurasi, ultrasonografi toraks, kanker paru Diagnostic Accuracy of Ultrasonography Guided Transthoracic Needle Aspiration for Diagnosing Lung Cancer Abstract Background: Imaging-guided transthoracic needle aspiration (TTNA) are widely applied for the diagnosis of intrathoracic lesions which are located nearer to the chest wall. TTNA with computed tomographic guidance is a well-established method but the main drawback is radiation exposure and the cost is relatively high, as compared with ultrasonography (US) guidance. The purpose of this study is to evaluate the accuracy of US-guided TTNA for diagnosing lung cancer. Methods: US-guided TTNA were performed in 46 consecutive patients suspected of lung cancer on clinically and radiological work-up in Adam Malik Hospital on February 205 to February 206. The final diagnosis was based on cytology analysis or clinical follow-up. Results: Of the 46 patients, 35 (76,%) were male and mean age was 54,76 years. The US appearance of the mass, 35 (54,3%) were solid, 9 (9,6%) were heterogen, and 2 (4,3%) were anechoic. The cytology of US-guided TTNA C, C2, C3, C4, and C5 were 7 (5,2%), 6 (3%), (), 2 (4,3%), and 30 (65,2%), respectively. The accuracy, sensitivity, specificity, were 87,87, 9,6%, and 77,7%. There were no pneumothorax or hemoptysis associated with US-guided TTNA. Conclusion: US-guided TTNA is accurate and safe for diagnosing lung cancer in properly selected patients. (J Respir Indo. 206; 36: ) Keywords: Transthoracic needle aspiration, accuracy, ultrasonography, lung cancer Korespondensi: Sahdra Doresi sahdrasaragih@gmail.com; Hp : J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober

2 PENDAHULUAN Kanker paru masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama di seluruh dunia dan merupakan penye bab utama kematian akibat kanker. Setiap tahunnya lebih banyak pasien meninggal karena kanker paru dibandingkan dengan gabungan kanker payudara, usus, dan prostat. Pendekatan aspirasi jarum perkutan atau disebut transthoracic needle aspiration (TTNA) dengan tuntunan computed tomography scanning (CT scan) telah diterima secara umum sebagai metode untuk mendiagnosis kanker paru perifer. Sensitivitas TTNA dengan tuntunan CT scan untuk mendiagnosis suatu keganasan mencapai 83-96% dengan spesifisitas 94-00%. 2,3 Namun pendekatan ini memiliki beberapa kelemahan seperti mahal, terpajan radiasi, membutuhkan tempat khusus, dan persiapan yang relatif rumit. Sehingga dibutuhkan suatu pendekatan lain yang dapat mendiagnosis kanker paru dengan efektif sekaligus meminimalkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh TTNA dengan tuntunan CT scan, yaitu dengan menggunakan tuntunan ultrasonografi (USG) toraks. Keunggulan TTNA dengan tuntunan USG toraks adalah biaya peralatan yang relatif murah, nonionisasi dan aman, pemindaian dapat dilakukan pada setiap bidang, dapat sering diulang, dapat mendeteksi pergerakan aliran darah, dan peralatan yang mudah dibawa ke sisi tempat tidur pasien. 4 Penelitian tentang TTNA dengan tuntunan USG toraks belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk menilai akurasi diagnostik TTNA dengan tuntunan USG toraks pada pasien-pasien kanker paru di RSUP HAM Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai akurasi diagnostik, sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value, dan negative predictive value TTNA dengan tuntunan USG toraks pada pasien-pasien kanker paru di RSUP HAM Medan sejak Februari 205 sampai dengan Februari 206. METODE Desain penelitian adalah penelitian diagnostik pada 46 sampel yang diduga menderita kanker paru sejak Februari 205 sampai dengan Februari 206 di RSUP HAM Medan. Hasil sitologi TTNA dengan tuntunan USG toraks dikonfirmasi dengan reference standard yaitu diagnosis akhir berdasarkan gabungan modalitas diagnostik sampel tersebut, antara lain: pemeriksaan foto toraks, CT scan toraks, Bronkoskopi (bilasan, BAL [bronchoalveolar lavage] dan sikatan), sitologi sputum, biopsi aspirasi jarum halus KGB (kelenjar getah bening), dan TTNA dengan tuntunan USG toraks. Kriteria inklusi sampel adalah terduga kanker paru saat masuk RSUP HAM dengan gambaran radiologi toraks lesi dekat ke dinding dada serta bersedia untuk mengikuti penelitian yang dinyatakan secara tertulis setelah mendapatkan penjelasan atau informed consent. Kriteria eksklusi sampel yaitu mengalami gangguan koagulasi darah atau tidak kooperatif. Alat yang dipakai antara lain: Spinocaine no.25 gauge, USG dengan tipe Sonix 0 Merek: Ultrasonix Medical Corporation S/N: SX dengan kalibrasi ulang pada bulan Februari 205. Pengolahan data dilakukan secara manual. Data disusun ke dalam data induk, kemudian dibuat tabel pengelompokan sesuai dengan tujuan penelitian. Perhitungan tabel juga dilakukan secara manual. Data hasil pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG dan reference standard yang telah terkumpul ditabulasi dan dimasukkan ke tabel 2x2. Dari tabel 2x2 kemudian dilakukan penghitungan untuk mencari sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value (PPV), dan negative predictive value (NPV) dari pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG toraks dalam mendiagnosis kanker paru. Ethical clearance disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran USU, Medan, sebelum melakukan penelitian. HASIL Pengumpulan data penelitian ini dilakukan selama satu tahun (Februari 205 s/d Februari 206), melibatkan 46 sampel yang diambil secara consecutive dengan rerata umur 54,76 serta mayoritas laki-laki 35 orang (76,%). Kelompok umur terbanyak adalah 5-60 tahun yaitu sebanyak 32,6%, diikuti oleh kelompok umur 6-70 tahun sebanyak 30,4%. Diagnosis akhir sampel didominasi oleh kanker paru sebanyak 33 orang (7,7%) pada Tabel. 238 J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 206

3 Tabel. Karakteristik sampel Variabel Frekuensi % Jenis kelamin Laki-laki 35 76, Perempuan 23,9 Umur 8-30 tahun 4 8, tahun 4-50 tahun 0 2, tahun 5 32, tahun 4 30, tahun 2 4,3 Rerata umur (tahun) 54,76 Diagnosis akhir Kanker paru 33 7,7 Bukan kanker paru 3 28,3 Tumor mediastinum 2 26, Tumor dinding dada Riwayat merokok Tidak merokok 9 9,6 Merokok 37 80,4 Tabel 2. Kategori sitologi TTNA pada seluruh sampel Kategori sitologi TTNA Frekuensi % C Inadekuat C2 Benign smear Inflammatory smear Abses Kista jinak Timoma Teratoma C3 Atipikal C4 Suspicious Malignant C5 Malignant smear Karsinoma sel skuamosa Neuroendocrine tumor Non Hodgkin Lymphoma Germ Cell Tumor Hodgkin Lymphoma Seminoma ,2 5,2 3 4,3 65,2 6,5 37 0,9 Total Riwayat merokok pada sampel penelitian ini dikategorikan sesuai dengan Indeks Brinkman dan diperoleh yang tidak merokok ada sembilan orang (9,6%), sementara sampel dengan Indeks Brinkman ringan, sedang, dan berat adalah 4 (8,7%), 3 (28,3%), dan 20 (43,5%) secara berurutan. Hasil aspirat tindakan TTNA dengan tuntunan USG toraks yang diperiksakan ke Patologi Anatomi diklasifikasikan menjadi inadekuat (C), benign (C2), atypical (C3), kecurigaan maligna (C4), dan malignansi (C5). Pada penelitian ini dijumpai C, C2, C3, C4, dan C5 adalah 7 (5,2%), 6 (3%), (), 2 (4,3%), dan 30 (65,2%) secara berurutan pada Tabel 2. Hasil aspirat dari tindakan TTNA dengan tuntunan USG toraks pada sampel dengan diagnosis akhir kanker paru saja (33 dari 46 sampel) adalah 6 (8,2%), 3 (9,%), (3%), 2 (6,%), dan 2 (63,6%) untuk C, C2, C3, C4, dan C5 secara berurutan pada Tabel 3. Pada sampel diagnosis akhir kanker paru (33 dari 46 sampel), jenis sel yang didapatkan adalah adenokarsinoma sebanyak 22 kasus (66,7%), karsinoma sel skuamosa 8 kasus (24,2%), tumor neuroendokrin 2 kasus (6,%), sementara pada satu sampel jenis selnya belum dapat ditentukan. Staging pada sampel kanker paru ditentukan berdasarkan TNM Classification Seventh Edition dan pada penelitian ini yang terbanyak yaitu sebanyak 23 sampel (69,7%) adalah stage IV, stage IIIB sebanyak 4 sampel (2,%), dan stage IIIA sejumlah 6 sampel (8,2%). Gambaran lesi pada USG toraks, adalah berupa lesi solid pada 35 sampel (54,3%), berupa lesi heterogen pada 9 sampel (9,6%), berupa lesi anekoik pada 2 sampel (4,3%). (gambar 2 s/d 6) Rerata kedalaman insersi jarum TTNA adalah 3.58 cm dengan jarak terpendek adalah,4 cm dan jarak terpanjang adalah 6 cm. Lokasi dan posisi pasien saat dilakukan insersi jarum TTNA dengan tuntunan USG toraks disesuaikan dengan letak lesi intra torakal. Pada tiga sampel posisi tidur dimiringkan ke kanan dan jarum diinsersikan di dinding dada lateral kiri; pada dua sampel posisi tidur dimiringkan ke kiri dan jarum diinsersikan ke dinding dada lateral kanan; pada tiga sampel posisi telungkup (prone) dan jarum diinsersikan subskapula; serta pada 38 sampel posisi telentang (supine) dan jarum diinsersikan ke dinding anterior dada. Data hasil pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG dan reference standard yang telah terkumpul ditabulasi dan dimasukkan ke tabel 2x2, kemudian dilakukan penghitungan untuk mencari akurasi, sensitivitas, spesifitas, PPV, dan NPV. J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober

4 Tabel 3. Kategori sitologi TTNA pada sampel diagnosis akhir kanker paru Kategori sitologi TTNA pada sampel kanker paru C Inadekuat C2 Benign smear Inflammatory smear Abses C3 Atipikal C4 Suspicious Malignant C5 Karsinoma sel skuamosa Neuroendocrine tumor Frekuensi % ,2 8,2 9, 6, 63,6 45,4 5, Total Tabel 4. Tabel 2x2 TTNA Kanker paru Diagnosis akhir Bukan kanker paru Total Kanker paru Bukan kanker paru Total Sensitivitas 9,6% PPV 9,6% Spesifisitas 77,7% NPV 77,7% Hasil 46 sampel yang dilakukan TTNA dengan tuntunan USG toraks, hanya 33 sampel yang diikutkan ke dalam tabel 2x2, sementara 3 sampel tidak diikutkan dalam analisis tabel 2x2 dengan beberapa alasan yaitu: hasil TTNA tidak adekuat (C) sebanyak 7 sampel, atypical smear (C3) sampel, C4 tanpa jenis sel sampel, dan C5 tanpa jenis sel 3 sampel, serta jenis sel diagnosis akhir kanker paru belum dapat ditentukan pada sampel. Pada 33 sampel yang diikutkan ke dalam tabel 2x2 tersebut (Tabel 4), 24 diantaranya adalah sampel dengan diagnosis akhir kanker paru dan sisanya 9 sampel dengan diagnosis akhir bukan kanker paru (tumor mediastinum). Diperoleh akurasi sensitivitas, spesifisitas, PPV, dan NPV sebesar 87,87%, 9,6%, 77,7%, 9,6%, dan 77,7%. Tidak dijumpai komplikasi pasca tindakan, seperti pneumotoraks ataupun hemoptisis. PEMBAHASAN Penelitian ini melibatkan 46 sampel penelitian. Semua sampel penelitian terlebih dahulu menyetujui informed consent yang diberikan. Dari seluruh sampel didapat jumlah laki-laki adalah mayoritas, yakni 35 orang (76,%). Beberapa penelitian sejenis sebelumnya 5-8 pada pasien yang dilakukan TTNA, juga mendapatkan jumlah laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Berdasarkan data Surveillance, Epidemiology, and End Results (SEER) ( ), insidens kanker paru yang terjadi di seluruh ras atau etnis di dunia lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, yaitu 67,9 per pada laki-laki dan 49,4 per pada perempuan. 9 Data dari Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) Jakarta ( ) juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dimana laki-laki (79,65%) lebih banyak dari pada perempuan (20,35%). 0 Karena banyaknya populasi penderita kanker paru pada laki-laki sehingga laki-laki yang terindikasi untuk dilakukan TTNA lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Selain jenis kelamin laki-laki, faktor lain yang telah teridentifikasi meningkatkan risiko terjadinya kanker paru adalah usia lebih dari 40 tahun dan perokok. Pada penelitian ini rerata umur seluruh sampel adalah 54,76 ± 2,89 tahun dan rerata umur pada kelompok kanker paru adalah 60,3 ± 7,42 tahun. Faktor risiko yang juga sering dikaitkan dengan kejadian kanker paru adalah merokok. Riwayat merokok sampel penelitian ini berdasarkan indeks Brinkman (IB) yaitu berat (43,5%), sedang (28,3%), ringan (8,7%), dan tidak merokok (9,6%). Berbagai literatur 2,3 telah menunjukkan bahwa berbagai jenis bahan yang dikandung asap rokok itu bersifat karsinogen. Secara epidemiologis juga terlihat kaitan kuat antara kebiasaan merokok dengan insidens kanker paru. Dimana diperkirakan seorang perokok memiliki risiko 5 sampai 25 kali lebih besar untuk mendapat kanker paru dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok. 3 Hasil aspirat dari tindakan TTNA dengan tuntunan USG toraks yang diperiksakan ke Patologi Anatomi diklasifikasikan menjadi inadekuat (C), benign (C2), atypical (C3), kecurigaan maligna (C4), dan malignansi (C5). Pada penelitian ini dijumpai C, 240 J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 206

5 C2, C3, C4, dan C5 adalah 7 (5,2%), 6 (3%), (), 2 (4,3%), dan 30 (65,2%) secara berturut-turut. Persentase hasil aspirat dengan kategori inadekuat (C) pada penelitian ini yang sejumlah 7 sampel (5,2%) relatif lebih besar dibandingkan dengan penelitian sejenis. Seperti yang dilakukan oleh Solak et al 4 melakukan tindakan TTNA pada 02 kasus, dan dijumpai sediaan tidak representatif hanya pada 3 sampel (0,02%). Keberhasilan mendapatkan sediaan yang representatif dipengaruhi oleh banyak faktor seperti: diameter jarum, penuntun tindakan TTNA (USG, CT Scan, atau Fluoroskopi), diameter lesi, adanya nekrosis atau fibrosis atau peradangan di lesi, dan faktor operator tindakan TTNA. 5-7 Pada kelompok sampel dengan diagnosis akhir kanker paru, TTNA menghasilkan jenis sel pada 22 dari 33 sampel. Dari 22 sampel tersebut, 6 orang (72,7%) adenokarsinoma, 5 orang (22,7%) karsinoma sel skuamosa, dan satu orang (4,5%) tumor neuroendokrin. Penelitian ini mendapatkan bahwa jenis sel kanker paru terbanyak adalah adenokarsinoma. Penelitian sejenis yang mendapatkan adenokarsinoma sebagai jenis sel kanker paru terbanyak adalah Tan yang melakukan tindakan TTNA dan diperoleh hasil adenokarsinoma 49,4%, karsinoma sel skuamosa 6%, karsinoma sel besar 2,7%, dan adenokarsinoma metastasis 4%. 5 Penelitian ini mendapatkan bahwa jenis sel kanker paru yang terbanyak adalah adenokarsinoma. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemilihan sampel yakni pada foto toraks maupun CT scan toraks tampak sebagai lesi di perifer. Kanker paru jenis adeno karsinoma mayoritas dijumpai pada lesi perifer 6,7 Dalam berbagai literatur 7,8-2 dilaporkan metode TTNA memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik dalam menegakkan diagnosis lesi torakal, angkanya bervariasi dengan sensitivitas 62 95% dan spesifisitas 95 00%. Pada penelitian ini, diperoleh sensitivitas TTNA adalah 9,6% dan spesifisitas sebesar 77,7%, PPV 9,6%, dan NPV 77,7%. Nilai sensitivitas dan spesifisitas pada penelitian ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan penelitian sejenis sebelumnya. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh adalah diameter jarum yang digunakan untuk TTNA. Dalam penelitian ini digunakan spinocaine 25 gauge dimana jenis jarum ini lebih kecil diameternya dibandingkan dengan jarum yang digunakan pada penelitian yang lain sehingga dapat mempengaruhi adekuasi aspirat untuk pemeriksaan sitologi. Faktor lain mungkin berpengaruh adalah penuntun tindakan TTNA (USG, CT Scan, atau Fluoroskopi), diameter lesi, adanya nekrosis atau fibrosis atau peradangan di lesi, dan faktor operator tindakan TTNA. 5-7 Komplikasi pasca tindakan TTNA yang mungkin terjadi antara lain pneumotoraks dan hemoptisis. Dilaporkan kejadian pneumotoraks pasca tindakan TTNA sekitar 20-35%, walaupun hanya 5% pasien yang membutuhkan pemasangan selang dada. 22 Solak mendapatkan komplikasi terbanyak pasca tindakan TTNA menggunakan jarum nomor 8-22 gauge Chiba adalah pneumotoraks, dimana hal ini terjadi pada 0 kasus (9,8%), dan hanya empat kasus yang membutuhkan pemasangan selang dada. Komplikasi lain adalah hemoptisis pada 9 kasus (8,8%) dan perdarahan pada satu kasus (0,9%). 4 Knudsen dkk 2 melaporkan kejadian pneumotoraks pasca tindakan TTNA dengan tuntunan USG sebesar 3,7%. Melaporkan kejadian pneumotoraks pasca tindakan TTNA dengan tuntunan USG menggunakan jarum nomor 22 gauge sebanyak dua dari 49 pasien (,3%). Namun tidak ada yang membutuhkan tindakan aspirasi ataupun pemasangan selang dada. Tidak dijumpai kejadian hemoptisis. 23 Targhetta 24 melaporkan kejadian pneumotoraks pasca tindakan TTNA dengan tuntunan USG sebanyak dua dari 64 kasus. Pada penelitian ini tidak dijumpai kejadian pneumotoraks ataupun hemoptisis. Hal ini mungkin berkaitan dengan pemilihan jarum nomor 25 gauge yang lebih kecil dari penelitian-penelitian sebelumnya dan seluruh lesi menempel ke pleura parietal. Kelemahan penelitian ini adalah bahwa tuntunan USG toraks tidak menampilkan secara langsung apakah jarum untuk tindakan TTNA telah berada di dalam lesi dan tepat berada di lokasi yang diinginkan. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya peralatan USG toraks yang diperlengkapi dengan paket peralatan melakukan tindakan TTNA. J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober

6 KESIMPULAN Jenis kelamin terbanyak dalam penelitian ini adalah laki-laki dengan rerata umur sampel adalah 54,76 tahun. Kategori sitologi terbanyak hasil TTNA dengan tuntunan USG toraks adalah C5 (malignansi). Nilai akurasi, sensitivitas, spesifisitas, PPV, dan NPV pemeriksaan TTNA dengan tuntunan USG toraks dalam mendiagnosis kanker paru adalah 87,87%, 9,6%, 77,7%, 9,9%, dan 77,7% secara berturut-turut. Tidak dijumpai komplikasi seperti pneu motoraks ataupun hemoptisis pasca tindakan. TTNA dengan tuntunan USG toraks adalah aman dan cukup akurat dalam menegakkan diagnosis kanker paru. DAFTAR PUSTAKA. American Cancer Society. Cancer Facts & Figures 204. Atlanta: American Cancer Society; 204 [cited 206 June] Available from: documents/webcontent/acspc-0425.pdf. 2. Schreiber G, McCorry DC. Performance characteristics of different modalities for diagnosis of suspected lung cancer: summary of Published Evidence. Chest. 2003;23:5S-28S. 3. ERS/ATS. ERS/ATS statement on interventional pulmonology. Eur Respir J. 2002;9: Liao WC et al. Ultrasound diagnosis of chest disease. 203 [cited 206 June] Available from: 5. Prasad R et al. Accuracy and safety of unguided transthoracic fine needle aspiration biopsy in the diagnosis of intrathoracic lesions. Ind J Tub. 994;4: Sheth S et al. US guidance for thoracic biopsy: a valuable alternative to ct. Radiology. 999;20: Kalhan S et al. Evaluation of precision of guidance techniques in image guided fine needle aspiration cytology of thoracic mass lesions. J Cytol. 202; 29: Ferretti GR et al. Adequacy of ct-guided biopsies with histomolecular subtyping of pulmonary adenocarcinoma: influence of ATS/ERS/IASLC guidelines. Lung Cancer. 203;82: National Cancer Institute. 206, SEER Stat Fact Sheets: Lung Bronchus. 206 [cited 206 June] Available from: html/lungb.html 0. Ramadhaniah F, Rahayu PS, Suzanna E. Various clinical features of lung cancer patient in dharmais national cancer hospital jakarta. J Respir Indo. 205;35: Jusuf A et al. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; American Lung Association. What s in a cigarette? 206. [cited 2006 June] Available from: Centers for Disease Control and Prevention. What are the risk for lung cancer? 206. [cited 206 June] Available from: cancer/lung/basic_info/risk_factors.htm 4. Solak H et al. Diagnostic value of transthoracic fine needle aspiration biopsy in thoracic lesions. Turkish Respiratory Journal. 200;2: Tan KB et al. Audit of transthoracic fine needle aspiration of the lung: cytological subclassification of bronchogenic carcinomas and diagnosis of tuberculosis. Singapore Med J. 2002;43: Litzky LA. The pathology of non-small cell lung carcinoma. Dalam: Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, editors. Fishman s Pulmonary diseases and disorders. 5 th edition. New York: McGraw-Hill Companies h Heighway J, Betticher DC. Lung tumors: an overview [cited 206 June] Available from: LungTumOverviewID5030.html 8. Taviad DS et al. Diagnostic value of ultrasound guided transthoracic fine needle aspiration cytology in bronchogenic carcinoma. Int J Med Sci Public Health. 204;3: Pedersen OM, Aasen TB, Gulsiva A. Fine needle aspiration biopsy of mediastinal and peripheral pulmonary masses guided by realtime sonography. Chest. 986;89: J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober 206

7 20. Begum SMKN et al. Diagnostic accuracy of ultra sound versus computed tomographic guided fine needle aspiration cytology. AKMMC J. 200;: Knudsen DU et al. Ultrasonographically guided fine-needle aspiration biopsy of intrathoracic tumors. Acta Radiol. 996;37: Hoffmann PC, Mauer AM, Vokes EE. Lung cancer. The Lancet. 2000;355: Yang PC et al. Ultrasonographically guided biopsy of thoracic tumors. A comparison of largebore cutting biopsy with fine-needle aspiration. Cancer. 2002;69: Targhetta R et al. Peripheral pulmonary lesions: ultrasonic features and ultrasonically guided fine needle aspiration biopsy. JUM. 993;2: J Respir Indo Vol. 36 No. 4 Oktober

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.. Desain Penelitian Desain penelitian adalah penelitian diagnostik untuk melihat sensitivitas dari TTNA dengan tuntunan USG Toraks dalam membantu menegakkan diagnosis kanker paru.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker paru merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Akurasi Transbronchial Needle Aspiration dalam tindakan Bronkoskopi dengan dalam membantu menegakkan stadium kanker paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tumor paru adalah tumor pada jaringan paru yang dapat bersifat jinak maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer maupun sekunder.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif yang membandingkan komplikasi yang terjadi antara pasien efusi pleura yang menggunakan small bore

Lebih terperinci

TESIS IRENA LOLU PUTRIYA SINAGA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

TESIS IRENA LOLU PUTRIYA SINAGA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI PERBANDINGAN KETEPATAN ANTARA PEMERIKSAAN SITOLOGI SPUTUM INDUKSI NaCl 3% DENGAN SITOLOGI SPUTUM POST BRONKOSKOPI SECARA FIKSASI SACCOMANNO DALAM MEMBANTU PENEGAKAN DIAGNOSIS KANKER PARU TESIS Diajukan

Lebih terperinci

Akurasi Transbronkial Needle Aspiration dalam Menegakkan Stadium Kanker Paru

Akurasi Transbronkial Needle Aspiration dalam Menegakkan Stadium Kanker Paru Akurasi Transbronkial Needle Aspiration dalam Menegakkan Stadium Kanker Paru Ikhfana Syafina, Noni Novisari Soeroso, Pantas Hasibuan, Putri Chairani Eyanoer Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG. American Thyroid Association (2014) mendefinisikan. nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena

BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG. American Thyroid Association (2014) mendefinisikan. nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG American Thyroid Association (2014) mendefinisikan nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena pertumbuhan abnormal jaringan tiroid. Nodul tiroid merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 Ida Ayu Komang Trisna Bulan, 2015 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA (K). Pembimbing

Lebih terperinci

The Role of Thoracic Surgery in Lung Cancer Management at Dr.H.A.Rotinsulu Lung Hospital Bandung

The Role of Thoracic Surgery in Lung Cancer Management at Dr.H.A.Rotinsulu Lung Hospital Bandung The Role of Thoracic Surgery in Lung Cancer Management at Dr.H.A.Rotinsulu Lung Hospital Bandung ACHMAD PETER SYARIEF Thoracic Surgery Department - Dr.H.A.Rotinsulu Lung Hospital Bandung World Cancer Day

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin pada tubuh manusia yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan triodotironin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional 55 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional dengan kekhususan pada penelitian uji diagnostik. Sumber data penelitian menggunakan

Lebih terperinci

KETEPATAN PEMERIKSAAN TERPADU SITOLOGI BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS (Si-BAJAH) DAN ULTRASONOGRAFI PADA NODUL TIROID DI RSUP H.

KETEPATAN PEMERIKSAAN TERPADU SITOLOGI BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS (Si-BAJAH) DAN ULTRASONOGRAFI PADA NODUL TIROID DI RSUP H. KETEPATAN PEMERIKSAAN TERPADU SITOLOGI BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS (Si-BAJAH) DAN ULTRASONOGRAFI PADA NODUL TIROID DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TESIS OLEH : JULIANA LINA No.Reg. : 15.437 Diajukan Untuk

Lebih terperinci

KANKER PARU. MEILINA Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P

KANKER PARU. MEILINA Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P KANKER PARU MEILINA 02-086 Pembimbing : dr. Johanes R.S Sp.P DEFINISI KANKER PARU Semua penyakit keganasan di paru, mencakup baik yang berasal dari paru sendiri maupun dari luar paru Kanker paru primer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia terutama negara berkembang. Munculnya epidemik Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 3, September 2015

Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 3, September 2015 Akurasi Diagnosa FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) Dibandingkan dengan Pemeriksaan Histopatologi pada Tumor Tiroid (Studi Kasus di Instalasi Patologi Anatomi RS dr. Saiful Anwar Malang Periode 2008-2010)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10-

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nodul tiroid adalah masalah klinis umum pada masyarakat dan kejadian nodul tiroid telah meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan ultrasonografi tiroid

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang sering, insidennya masih belum diketahui dengan pasti. Massa pada leher dapat terjadi pada semua

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK ULTRASONOGRAFI PADA KECURIGAAN KLINIS KANKER TIROID DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2015-DESEMBER 2015

ABSTRAK KARAKTERISTIK ULTRASONOGRAFI PADA KECURIGAAN KLINIS KANKER TIROID DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2015-DESEMBER 2015 ABSTRAK KARAKTERISTIK ULTRASONOGRAFI PADA KECURIGAAN KLINIS KANKER TIROID DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2015-DESEMBER 2015 Gangguan yang cukup sering ditemukan pada kelenjar tiroid adalah munculnya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN PROFIL PENDERITA TUMOR PAYUDARA YANG DILAKUKAN TINDAKAN BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS DI LABORATORIUM SENTRA DIAGNOSTIK PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA JANUARI 2009 MEI 2011

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010 ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009 31 DESEMBER 2010 Stevanus, 2011; Pembimbing I : dr. Hartini Tiono, M.Kes. Pembimbing II : dr. Sri Nadya J Saanin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %,

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %, BAB I PENDAHULUAN Nodul tiroid merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam masyarakat dengan angka kejadian yang semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Pada banyak penelitian dikemukan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

POLA KLINIS KANKER PARU DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI JULI 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

POLA KLINIS KANKER PARU DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI JULI 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH POLA KLINIS KANKER PARU DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI 2013- JULI 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumor Paru Sekunder 2.1.1 Definisi Tumor Paru Sekunder Tumor paru adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh akibat terbentuknya suatu lesi atau benjolan pada tubuh,

Lebih terperinci

Gambaran CT Scan Toraks Sesuai dengan Jenis Sitologi/Histologi pada Pasien Kanker Paru yang Merokok

Gambaran CT Scan Toraks Sesuai dengan Jenis Sitologi/Histologi pada Pasien Kanker Paru yang Merokok Sesuai dengan Jenis Sitologi/Histologi pada Pasien Kanker Paru yang Merokok Rosa Tatun, 1 Aziza G. Icksan, 2 Elisna Syahruddin, 3 Aria Kekalih 4 1 Departemen Radiologi FK Universitas Indonesia-RS dr. Cipto

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal karena kanker paru.

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 Bram Adhitama, 2014 Pembimbing I : July Ivone, dr, MKK.MPd.Ked Pembimbing II : Cherry Azaria,dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan diagnosis penyakit pasien. Penegakkan diagnosis ini berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah kanker yang paling sering didiagnosis di dunia dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Data kasus baru kanker paru di Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 23.500 kasus karsinoma tiroid terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian penyakit lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Sebuah penelitian yang

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS (BAJAH) DALAM MENDIAGNOSIS KANKER PAYUDARA YANG DIKONFIRMASI DENGAN HASIL PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Gambaran Merokok sebagai Faktor Risiko Pada Penderita Karsinoma Laring di RSUP. H. Adam Malik Medan

KARYA TULIS ILMIAH. Gambaran Merokok sebagai Faktor Risiko Pada Penderita Karsinoma Laring di RSUP. H. Adam Malik Medan KARYA TULIS ILMIAH Gambaran Merokok sebagai Faktor Risiko Pada Penderita Karsinoma Laring di RSUP. H. Adam Malik Medan Oleh : Todoan P Pardede 090100350 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2011 Christone Yehezkiel P, 2013 Pembimbing I : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. Pembimbing II :

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG Dwirama Ivan Prakoso Rahmadi, 1110062 Pembimbing I : dr. Sri Nadya J Saanin, M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia insiden karsinoma tiroid mengalami peningkatan setiap tahun (Sudoyo,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia insiden karsinoma tiroid mengalami peningkatan setiap tahun (Sudoyo, 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Karsinoma tiroid merupakan keganasan pada kelenjar tiroid dan merupakan keganasan kelenjar endokrin yang paling sering ditemukan. Di Indonesia insiden karsinoma tiroid

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MEROKOK DENGAN TERJADINYA KANKER PARU DI DEPARTEMEN PULMONOLOGI FK USU/RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA MEROKOK DENGAN TERJADINYA KANKER PARU DI DEPARTEMEN PULMONOLOGI FK USU/RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014 HUBUNGAN ANTARA MEROKOK DENGAN TERJADINYA KANKER PARU DI DEPARTEMEN PULMONOLOGI FK USU/RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014 Oleh: VINOTH VISWASNATHAN 110100518 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014 ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014 Hemoptisis atau batuk darah merupakan darah atau dahak yang bercampur darah dan di batukkan dari saluran

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Jennifer Christy Kurniawan, 1210134 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ;

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ; 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karsinoma mammae / kanker payudara merupakan jenis keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita. Di Indonesia angka kesakitan dan kematian kanker payudara

Lebih terperinci

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Inayati* Bagian Mikrobiologi Fakuktas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA PROSTAT BERDASARKAN UMUR, KADAR PSA,DIAGNOSIS AWAL, DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI DI RUMAH IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2007-31 DESEMBER 2009 Wilianto, 2010 Pembimbing I

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 16 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Teori Patogenesis Definisi Inflamasi KGB yang disebabkan oleh MTB Manifestasi Klinis a. keras, mobile, terpisah b. kenyal dan terfiksasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS RESIKO KEGANASAN DENGAN JENIS HISTOPATOLOGI TUMOR EPITEL GANAS OVARIUM DI RSHAM TAHUN OLEH : HARTATI PANJAITAN

HUBUNGAN INDEKS RESIKO KEGANASAN DENGAN JENIS HISTOPATOLOGI TUMOR EPITEL GANAS OVARIUM DI RSHAM TAHUN OLEH : HARTATI PANJAITAN HUBUNGAN INDEKS RESIKO KEGANASAN DENGAN JENIS HISTOPATOLOGI TUMOR EPITEL GANAS OVARIUM DI RSHAM TAHUN 2011-2014 OLEH : HARTATI PANJAITAN 120100175 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

Lebih terperinci

Diponegoro No. 1, Pekanbaru,

Diponegoro No. 1, Pekanbaru, ANGKA KETAHANAN HIDUP SATU TAHUN PENDERITA KANKER PARU DI RUANG RAWAT INAP PARU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE MARET 2010 MARET 2011 Silvi Zuelmi 1), Adrianison 2), Wiwit Ade Fidiawati 3) ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER TIROID DI BAGIAN BEDAH ONKOLOGI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER TIROID DI BAGIAN BEDAH ONKOLOGI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER TIROID DI BAGIAN BEDAH ONKOLOGI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2009-2012 I Gusti Ayu M Prita Dewi 1, Putu Anda Tusta Adiputra 2 1 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2 Sub

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes. ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015 Annisa Nurhidayati, 2016, Pembimbing 1 Pembimbing 2 : July Ivone, dr.,mkk.,m.pd.ked. : Triswaty

Lebih terperinci

Uji Diagnostik Utrasonografi Gray Scale Dibandingkan dengan Histopatologi pada Karsinoma Payudara Tipe Invasif di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung

Uji Diagnostik Utrasonografi Gray Scale Dibandingkan dengan Histopatologi pada Karsinoma Payudara Tipe Invasif di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung ARTIKEL PENELITIAN Uji Diagnostik Utrasonografi Gray Scale Dibandingkan dengan Histopatologi pada Karsinoma Payudara Tipe Invasif di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung HARI SOEKERSI, ERNY RAFIQAH Departemen/SMF

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA TUMOR JINAK DAN GANAS TULANG DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: AULADI HALIM UMAR LUBIS

PROFIL PENDERITA TUMOR JINAK DAN GANAS TULANG DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: AULADI HALIM UMAR LUBIS PROFIL PENDERITA TUMOR JINAK DAN GANAS TULANG DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011-2013 Oleh: AULADI HALIM UMAR LUBIS 110100160 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

" The validity of the CT scan examination on Therapy Response Evaluation of Primary Carcinoma Tumor Nasofarings "

 The validity of the CT scan examination on Therapy Response Evaluation of Primary Carcinoma Tumor Nasofarings ABSTRACT " The validity of the CT scan examination on Therapy Response Evaluation of Primary Carcinoma Tumor Nasofarings " Puji Sulastri, Bambang Hariwiyanto, Sagung Rai Indrasari Departement of Otorhinolaryngology

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

Gambaran CT-scan tumor paru di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2014-September 2015

Gambaran CT-scan tumor paru di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2014-September 2015 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 Gambaran CT-scan tumor paru di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2014-September 2015 1 Meidianty

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENDERITA KANKER PAYUDARA BERDASARKAN UMUR DI KOTA MEDAN PERIODE

KARAKTERISTIK GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENDERITA KANKER PAYUDARA BERDASARKAN UMUR DI KOTA MEDAN PERIODE KARAKTERISTIK GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENDERITA KANKER PAYUDARA BERDASARKAN UMUR DI KOTA MEDAN PERIODE 2010-2012 Oleh : NATHANIA VICKI RIANA 100100066 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Kanker payudara merupakan masalah kesehatan pada wanita di seluruh dunia. Di Amerika, kanker payudara merupakan kanker dengan frekuensi paling banyak pada wanita dan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran histopatologi tumor payudara di Instalasi Patologi Anatomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru merupakan keganasan kedua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Efusi pleura merupakan suatu keadaan yang cukup sering dijumpai. Angka kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta populasi

Lebih terperinci

KESESUAIAN GAMBARAN CT SCAN TORAKS DENGAN SITOLOGI CAIRAN PLEURA DALAM MENILAI MALIGNITAS EFUSI PLEURA

KESESUAIAN GAMBARAN CT SCAN TORAKS DENGAN SITOLOGI CAIRAN PLEURA DALAM MENILAI MALIGNITAS EFUSI PLEURA KESESUAIAN GAMBARAN CT SCAN TORAKS DENGAN SITOLOGI CAIRAN PLEURA DALAM MENILAI MALIGNITAS EFUSI PLEURA SUITABILITY OF THORACIC CT SCAN IMAGE WITH PLEURAL FLUID CYTOLOGY IN PLEURAL EFFUSIONS ASSESSING MALIGNITAS

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENYAKIT BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENYAKIT BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENYAKIT BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH) DAN KANKER PROSTAT DI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK, MEDAN, PERIODE 2008-2009 OLEH : MOHD LOKMAN

Lebih terperinci

TESIS REZA ADITYA DIGAMBIRO Pembimbing : Prof Dr. Gani W Tambunan, SpPA (K) Dr. H Delyuzar M.Ked(PA), SpPA (K)

TESIS REZA ADITYA DIGAMBIRO Pembimbing : Prof Dr. Gani W Tambunan, SpPA (K) Dr. H Delyuzar M.Ked(PA), SpPA (K) PROFIL PENDERITA TUMOR GANAS PADA TESTIS YANG DIDIAGNOSA SECARA HISTOPATOLOGI DI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAN INSTALASI PATOLOGI ANATOMI RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian paling tinggi di dunia, berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 terdapat sekitar 14 juta kasus

Lebih terperinci

Anita Ekowati. PIT VI 2017 Palembang, 5-6 Agustus 2017

Anita Ekowati. PIT VI 2017 Palembang, 5-6 Agustus 2017 Anita Ekowati PIT VI 2017 Palembang, 5-6 Agustus 2017 Pengantar Nodul paru soliter didefinisikan: 1. Lesi bulat, berbatas tegas 2. Diameter kurang atau sama dengan 3 cm pada jaringan parenkim paru 1 3.

Lebih terperinci

UJI DIAGNOSTIK FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY) DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID

UJI DIAGNOSTIK FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY) DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID UJI DIAGNOSTIK FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY) DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: ALIEF ELIT JOHAN BIN ALANG WAHI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: ALIEF ELIT JOHAN BIN ALANG WAHI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 KARYA TULIS ILMIAH KARAKTERISTIK KLINIS PENDERITA KANKER PAYUDARA DENGAN TAMPILAN IMUNOHISTOKIMIA TRIPLE NEGATIVE (TNBC) DI RSUP HAJI ADAM MALIK DAN DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FK USU MEDAN PADA PERIODE

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Hubungan Prostate Specific Antigen dan Digital Rectal Examination dengan Keganasan Prostat yang dilakukan dengan cara Transrectal Biopsy di Poliklinik Urologi RSUP H. Adam Malik Medan Oleh : JULIANA SANJAYA

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA YANG DILAKUKAN TINDAKAN BRONKOSKOPI SERAT OPTIK LENTUR DI INSTALASI DIAGNOSTIK TERPADU (IDT) RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TESIS

PROFIL PENDERITA YANG DILAKUKAN TINDAKAN BRONKOSKOPI SERAT OPTIK LENTUR DI INSTALASI DIAGNOSTIK TERPADU (IDT) RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TESIS PROFIL PENDERITA YANG DILAKUKAN TINDAKAN BRONKOSKOPI SERAT OPTIK LENTUR DI INSTALASI DIAGNOSTIK TERPADU (IDT) RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik Dalam Program

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY ABSTRAK KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) DI INSTALASI PATOLOGI ANATOMI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. Lebih dari 90% penderita karsinoma laring memiliki gambaran histopatologi karsinoma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak dari yang seharusnya dan seringkali akan membuat tonjolan massa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap

Lebih terperinci

Karakteristik dan ketahanan hidup pasien kanker paru dengan efusi pleura ganas di RS Dharmais

Karakteristik dan ketahanan hidup pasien kanker paru dengan efusi pleura ganas di RS Dharmais Karakteristik dan ketahanan hidup pasien kanker paru dengan efusi pleura ganas di RS Dharmais 009-013 Characteristics and survival of lung cancer patients with malignant pleural effusion at Dharmais Hospital

Lebih terperinci

Gambaran Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil dengan Efusi Pleura. Characteristic of Non Small Cell Lung Cancer with Pleural Efusion

Gambaran Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil dengan Efusi Pleura. Characteristic of Non Small Cell Lung Cancer with Pleural Efusion Gambaran Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil dengan Efusi Pleura Fariha Ramadhaniah, 1 Achmad Mulawarman, 2 Evlina Suzanna, 1 Lucia Rizka Andalucia 1 1 Bagian Penelitian dan Pengembangan, RS Kanker Dharmais,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT ABSTRAK HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT (% BF) YANG DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN BOD POD DAN WAIST CIRCUMFERENCE (WC) SERTA CUT OFF POINT (COP) DAN ODDS RATIO (OR) COP WC PADA OBESITAS Dhaifina Alkatirie, 2010

Lebih terperinci

Complications of Small Bore (Pigtail) Catheter Compared to Large Bore Catheter in Pleural Effusion Drainage

Complications of Small Bore (Pigtail) Catheter Compared to Large Bore Catheter in Pleural Effusion Drainage Komplikasi Penggunaan Small Bore Catheter (Kateter pigtail) dibandingkan Large Bore Cathether untuk Drainase Efusi Pleura Shira Nour Rizana, 1 Widirahardjo, 1 Noni Novisari Soeroso, 2 Putri Chairani Eyanoer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat adanya perubahan sel tubuh menjadi sel yang abnormal dan membelah diri di luar kendali yang dikenali sebagai sel

Lebih terperinci

UPDATE KNOWLEDGE IN RESPIROLOGY Pulmonologi Intervensi (1)

UPDATE KNOWLEDGE IN RESPIROLOGY Pulmonologi Intervensi (1) UPDATE KNOWLEDGE IN RESPIROLOGY Pulmonologi Intervensi (1) Eric Daniel Tenda 2, Ceva W.Pitoyo 2, Feisal Thufeilsyah 1, Zulkifli Amin 2 1 Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM 2 Divisi Respirologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013 ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2012-31 DESEMBER 2013 Indra Josua M. Tambunan, 2014 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, M.Kes, AIF.. Kanker serviks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. (1-10) Laporan statistik kanker Amerika Serikat

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2 : Penjelasan Mengenai Penelitian PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS PEMERIKSAAN CEA CAIRAN PLEURA DALAM DIAGNOSIS EFUSI PLEURA GANAS KARENA KANKER PARU Bapak/Ibu/Saudara/I

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA RAWAT INAP TUMOR PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA RAWAT INAP TUMOR PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA RAWAT INAP TUMOR PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 Sielvyana Sie, 2011 Pembimbing I : July Ivone, dr., MKK. MPd. Ked. Pembimbing II : Sri Nadya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kanker payudara merupakan masalah besar di seluruh dunia dan merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al., 2009). Di Amerika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah penyakit keganasan yang berasal dari sel epitel saluran napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari organ lain (tumor

Lebih terperinci

TUTIK KUSMIATI, dr. SpP(K)

TUTIK KUSMIATI, dr. SpP(K) TUTIK KUSMIATI, dr. SpP(K) TB paru problem kesehatan global MODALITAS TES CEPAT MENDETEKSI DR-TB & DS-TB TB Resisten Obat meningkat TB HIV +++ METODE DETEKSI KASUS YANG LAMBAT PASIEN TB HIV + PASIEN DIAGNOSIS

Lebih terperinci

VALIDITAS DIAGNOSTIK BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS PADA KARSINOMA PAYUDARA

VALIDITAS DIAGNOSTIK BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS PADA KARSINOMA PAYUDARA VALIDITAS DIAGNOSTIK BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS PADA KARSINOMA PAYUDARA Dody Novrial 1 1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto E-mail: dodynovrial@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. multipara dengan Pap smear sebagai baku emas yang diukur pada waktu yang. bersamaan saat penelitian berlangsung.

BAB III METODE PENELITIAN. multipara dengan Pap smear sebagai baku emas yang diukur pada waktu yang. bersamaan saat penelitian berlangsung. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui akurasi diagnostik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kendala yang sering dijumpai dalam menentukan diagnosis peradangan sinus paranasal. Gejala dan tandanya sangat mirip dengan gejala dan tanda akibat infeksi saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING TAHUN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN. Oleh : FATHIMAH NURUL WAFA

GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING TAHUN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN. Oleh : FATHIMAH NURUL WAFA GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING TAHUN 2012-2014 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Oleh : FATHIMAH NURUL WAFA 120100414 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 GAMBARAN

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOPATOLOGI KANKER PAYUDARA DUKTAL INVASIF BERDASARKAN GRADING PADA PEREMPUAN USIA 40 TAHUN KEBAWAH DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE

GAMBARAN HISTOPATOLOGI KANKER PAYUDARA DUKTAL INVASIF BERDASARKAN GRADING PADA PEREMPUAN USIA 40 TAHUN KEBAWAH DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE SKRIPSI GAMBARAN HISTOPATOLOGI KANKER PAYUDARA DUKTAL INVASIF BERDASARKAN GRADING PADA PEREMPUAN USIA 40 TAHUN KEBAWAH DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE 2014-2016 Oleh : ELCIA MELISA DWISARI SIMATUPANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv vi viii ix xi xii xiii

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv vi viii ix xi xii xiii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... PRAKATA DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR SINGKATAN... INTISARI.. i ii iii iv vi viii ix xi xii xiii

Lebih terperinci

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS OLEH : Dr. EMI RACHMAWATI. CH PUSAT KLINIK DETEKSI DINI KANKER GRAHA YAYASAN KANKER INDONESIA WILAYAH DKI JL.SUNTER PERMAI RAYA No.2 JAKARTA UTARA 14340 Pendahuluan Kanker

Lebih terperinci