KESESUAIAN GAMBARAN CT SCAN TORAKS DENGAN SITOLOGI CAIRAN PLEURA DALAM MENILAI MALIGNITAS EFUSI PLEURA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESESUAIAN GAMBARAN CT SCAN TORAKS DENGAN SITOLOGI CAIRAN PLEURA DALAM MENILAI MALIGNITAS EFUSI PLEURA"

Transkripsi

1 KESESUAIAN GAMBARAN CT SCAN TORAKS DENGAN SITOLOGI CAIRAN PLEURA DALAM MENILAI MALIGNITAS EFUSI PLEURA SUITABILITY OF THORACIC CT SCAN IMAGE WITH PLEURAL FLUID CYTOLOGY IN PLEURAL EFFUSIONS ASSESSING MALIGNITAS Jastia 1, Nurlaily Idris 1, Mirna Muis 1, Nikmatia Latief 1 Nur Ahmad Tabri 2, R Satriono 3 1 Bagian Radiology Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar 2 Bagian Pulmonology Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar 3 Bagian Biomedik dan Statistik Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar Alamat Koresponden : Jastia Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, HP : jastiasubair@gmail.com

2 Abstrak CT scan sebagai alat diagnostik dapat digunakan untuk mendeteksi efusi pleura dan mendiagnosis keadaan patologik yang ditemukan dengan menilai karakteristik efusi pleura. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara gambaran CT scan toraks dengan sitologi cairan pleura dalam menilai malignitas efusi pleura. Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar selama bulan Mei 2014 sampai Agustus Metode penelitian bersifat cross sectional. Total sampel sebanyak 38 orang berumur antara tahun. Pemeriksaan CT scan toraks dilakukan untuk menilai karakteristik maligna dan non maligna pasien efusi pleura berdasarkan CT scan. Hasil CT scan kemudian dihubungkan dengan hasil sitologi cairan pleura. Data kemudian diolah menggunakan statistik uji koefisien kontingensi dan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara densitas efusi pleura dan karakteristik maligna secara umum berdasarkan CT scan toraks dengan sitologi cairan pleura. Tidak terdapat hubungan bermakna antara penebalan pleura noduler, penebalan pleura parietal > 1 cm, rind pada pleura dan keterlibatan pleura mediastinum dengan sitologi cairan pleura. Kesimpulan penelitian ini adalah semakin eksudat densitas efusi pleura dan bila terdapat salah satu atau lebih karakteristik maligna berdasarkan CT scan toraks ditemukan maka semakin tinggi kemungkinan ditemukan sel maligna pada sitologi. Kata kunci : Efusi pleura, efusi pleura maligna, CT scan toraks, sitologi cairan pleura Abstract CT scans can be used as a diagnostic tool for detecting and diagnosing pleural effusion pathological circumstances by assessing the characteristics of pleural effusion. This research aims to determine the suitability between thoracic CT scans image with pleural fluid cytology in assessing malignity of pleural effusion. This research was carried out at the Radiology unit of. Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar from May to August 2014, using cross -sectional method. The total sample of 38 people aged between years. Thoracic CT scan performed to assess the characteristics of malignant and non- malignant pleural effusion patients based on CT scans. CT scan was futher connected with the pleural fluid cytology results. The data were processed using the contingency coefficient test statistics and Spearman correlation test. The research results indicate that there is significant relationship between the density of pleural effusion and characteristics of malignant based on a CT scan of the thorax with pleural fluid cytology, generally. There was no significant relation between nodular pleural thickening, parietal pleural thickening > 1 cm, rind on pleural and mediastinal pleural involvement with pleural fluid cytology. The conclusion of this study is the density exudate pleural effusion and if there is one or more characteristics of malignant by CT scan of the thorax was found, the higher the possibility of malignant cells are found in cytology. Keywords : pleural effusion, malignant pleural effusion, thoracic CT scan, cytology pleural fluid 2

3 PENDAHULUAN Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan dalam kavum pleura yang timbul karena berbagai mekanisme dan mengindikasikan adanya ketidakseimbangan antara pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Penyebab tersering adalah kegagalan jantung, pneumonia dan keganasan (Karkhanis, 2012). Efusi pleura maligna (EPM) merupakan masalah kesehatan yang kompleks bagi para klinisi. Median survival yang pendek (4 bulan), tingkat kekambuhan yang tinggi dan sangat cepat terjadi merupakan masalah lain yang semakin mempersulit manajemen efusi pleura maligna (Ngurah-Rai, 2009 ; Antony, 2006). Efusi pleura maligna (EPM) kebanyakan timbul akibat metastatis karsinoma di luar pleura, tetapi dapat juga berkembang dari keganasan pleura primer seperti mesotelioma, EPM merupakan komplikasi penting pada pasien dengan keganasan intratorakal dan ekstratorakal, dengan insidens lebih dari kasus per tahun di Amerika Serikat. Efusi pleura maligna adalah salah satu penyebab efusi pleura eksudat. Antara 42%- 77% efusi pleura exudatif adalah sekunder dari keganasan (Ngurah-Rai, 2009 ; Antony, 2006 ; Buckley, 2012). Diagnosis efusi pleura maligna dibuat berdasarkan pada temuan klinis, pemeriksaan radiologis, serta pemeriksaan cairan pleura, baik analisis maupun sitologi. Masalah utama pada penegakan diagnosis EPM tersebut adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai penentuan etiologi dan tumor primer apakah yang mendasari kondisi ini (Ngurah-Rai, 2009). CT scan efusi pleura sebaikya dilakukan dengan menggunakan kontras sebelum dilakukan drainase komplit dari efusi pleura. karena pada kondisi ini, kelainan pleura akan tervisualisasi dengan baik. CT scan toraks dengan kontras dapat membantu membedakan antara efusi akibat penyakit keganasan atau jinak. CT scan seharusnya dapat menunjukkan investigasi terhadap semua efusi pleura eksudatif yang belum terdiagnosis dan dapat digunakan untuk membedakan penebalan pleura maligna atau benigna (Ngurah-Rai, 2009 ; Antony, 2006). Penelitian oleh Leung dkk terhadap 74 pasien dengan efusi pleura, ditemukan 39 pasien dengan penyakit keganasan dan kebanyakan mempelihatkan gambaran berupa penebalan pleura noduler dengan spesifitas dan sensitifitas (94%/ 51%), penebalan pleura mediastinal (94%/ 36%), penebalan pleura parietal > 1 cm (88%/ 56%), dan penebalan pleura sikumferensial (100%/ 100%). Akurasi kriteria dari Leung dkk untuk mendeteksi pleura maligna telah dikomfirmasi dengan beberapa penelitian prospektif lainnya (Hooper, 2010 ; Leung, 1990). 3

4 Penelitian yang dilakukan oleh Traill dkk pada tahun 2001 di Oxford (UK) menggunakan CT scan toraks dengan kontras dihubungkan dengan analisis histopatologi dan sitologi pada pasien dengan suspek efusi pleura maligna terhadap 40 pasien. Ditemukan sensitifitas dan spesifisitas CT scan toraks adalah 84% dan 100% (Traill, 2001). Buckley dkk di Preston tahun 2012 melakukan penelitian mengenai prediksi CT scan untuk menilai gambaran pleura maligna dihubungkan dengan thoracoskopi pada pasien efusi pleura unilateral yang belum terdiagnosis. Karakteristik yang dinilai antara lain : penebalan pleura sirkumferensial, penebalan pleura noduler, penebalan pleura > 1 cm dan keterlibatan mediastinum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temuan CT scan memiliki hubungan yang signifikan dengan hasil histologi untuk menilai pleura maligna berdasarkan karakteristik penebalan pleura noduler, panebalan pleura parietal > 1 cm, dan keterlibatan mediastinum dengan nilai p < 0,05 (Buckley, 2012). Yilmaz dkk tahun 2005 meneliti tentang akurasi CT scan dalam membedakan penyakit pleura maligna dan nonmaligna. Didapatkan hasil bahwa temuan CT scan dapat membantu membedakan antara penyakit pleura yang disebabkan oleh keganasan dan karena proses jinak dengan temuan CT scan berupa : 1) nodul pleura, 2) rind, 3) keterlibatan pleura mediastinum, dan 4) penebalan pleura > 1 cm dengan sensitifitas dan spesifisitas masingmasing : 37%/ 97%, 22%/ 97%, 31%/ 85%, dan 35%/ 87% (Yilmaz, 2005). Pemeriksaan cairan pleura adalah sitologi cairan pleura, yang dapat memberikan konfirmasi suatu EPM dengan kemungkinan penemuan sel rata-rata sekitar 64% pada kategori umum dari semua pasien dengan EPM. Kemungkinan mendapatkan diagnosis yang tepat dengan metode sitologi standar ini dapat meningkat dengan dilakukannya torakosintesis berulang. Efusi pleura maligna dipastikan dengan adanya sel-sel kanker pada ruang pleura (Ngurah-Rai, 2009 ; McGrath, 2011). CT scan sebagai alat diagnostik dapat digunakan untuk mendeteksi efusi pleura dan mendiagnosis keadaan patologik yang ditemukan dengan menilai karakteristik efusi pleura, sehingga akumulasi cairan efusi pleura dapat dibedakan karena keganasan, inflamasi atau proses patologik lainnya, namun selama ini karakteristik efusi pleura pada pemeriksaan CT scan toraks belum optimal dievaluasi dan dilaporkan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengevaluasi penyebab efusi pleura karena keganasan atau bukan keganasan menggunakan CT scan toraks. Penelitian mengenai hal tersebut belum pernah dilaporkan di bagian Radiologi RSWS Makassar. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui kesesuaian gambaran CT scan toraks dengan hasil sitologi cairan pleura dalam menilai malignitas efusi pleura. 4

5 METODE PENELITIAN Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan di bagian Radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar mulai bulan Mei 2014 sampai bulan Agustus Penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional Populasi dan Sampel Didapatkan sampel sebanyak 38 penderita efusi pleura yang dilakukan pemeriksaan CT scan toraks baik dengan kontras maupun non kontras. Penderita efusi pleura berumur antara tahun yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Sampel penelitian diperoleh dengan cara consecutive sampling. Pengumpulan Sampel Penderita efusi pleura yang dilakukan pemeriksaan CT scan toraks di Bagian Radiologi RSWS. Terlebih dahulu dianamnesis sebelum dilakukan pemeriksaan, ditentukan masuk dalam kriteria inklusi atau eksklusi, bila masuk dalam kriteria inklusi, maka pasien diberi penjelasan/informed consent tentang penelitian yang akan dilakukan. Kemudian dilakukan pemeriksaan CT scan toraks. Setelah itu dinilai karakteristik densitas efusi pleura, penebalan pleura noduler, penebalan pleura parietal, rind pada pleura dan keterlibatan pleura mediastinum, kemudian dihubungkan dengan hasil sitologi cairan pleura pada bagian patologi anatomi. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Kriteria inklusi adalah semua penderita efusi pleura yang dilakukan pemeriksaan CT scan toraks dan telah dilakukan pemeriksaan sitologi cairan pleura, bersedia ikut dalam penelitian dengan mengisi dan menandatangani informed concent. Sedangkan kriteria eksklusi adalah pasien dengan efusi pleura karena trauma dan pasien efusi pleura yang tidak dilakukan pemeriksaan sitologi atau hasil sitologi yang tidak refresentatif. Kriteria inklusi dan eksklusi ditentukan oleh peneliti berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan radiologi, pemeriksaan lainnya yang telah dijalani pasien, rekam medis pasien, dan SOP pelayanan medik instalasi Radiologi RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif Efusi pleura secara klinis adalah efusi pleura yang didiagnosis oleh bagian paru berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan foto toraks. Efusi pleura berdasarkan pemeriksaan CT Scan toraks adalah gambaran akumulasi cairan bebas (hipodens) dalam kavum pleura. Efusi pleura maligna berdasarkan CT Scan adalah akumulasi cairan bebas intrapleura berdasarkan CT scan dengan karakteristik dapat berupa penebalan pleura noduler, 5

6 penebalan pleura parietal > 1 cm, rind pada pleura dan adanya keterlibatan pleura mediastinum. Efusi pleura nonmaligna berdasarkan CT Scan adalah akumulasi cairan bebas intrapleura dengan karakteristik nonmaligna berdasarkan CT scan. Penebalan pleura noduler berdasarkan CT scan adalah penebalan pleura berbentuk nodul baik soliter atau multipel yang dapat menyangat setelah pemberian kontras.dibedakan menjadi ada atau tidak ada penebalan pleura noduler. Ketebalan pleura parietal berdasarkan CT scan adalah ketebalan pleura parietal yang diukur pada bidang aksial pada daerah yang paling tebal, dibedakan atas ketebalan pleura parietal < 1 cm atau lebih dari 1 cm. Rind pada pleura berdasakan CT scan adalah penebalan pleura yang meliputi hampir seluruh hemitoraks termasuk sisi mediastinum, dibedakan menjadi ada rind pada pleura atau tidak ada. Keterlibatan mediastinum berdasarkan CT scan adalah penebalan pleura mediastinum yang dapat menyangat setelah pemberian kontras, karakteristik ini dibedakan menjadi ada atau tidak ada keterlibatan pleura mediastinum. Densitas cairan efusi berdasarkan CT scan adalah densitas/ kepadatan cairan efusi tanpa kontras yang diukur dengan region of interest (ROI) pada slice yang paling banyak cairan efusinya. Dibedakan menjadi transudat jika nilainya 15 ± 3 HU, Eksudat jika nilainya 25 ± 5 HU. Pemeriksaan sitologi adalah pemeriksaan cairan efusi untuk melihat ada tidaknya sel-sel ganas dalam cairan efusi yang dilakukan oleh bagian Patologi Anatomi, positif jika didapatkan sel-sel ganas pada sitologi dan negatif jika tidak ditemukan sel-sel ganas. Analisis Data Data yang diperoleh pada penelitian ini dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian dianalisis menggunakan program SPSS for Windows version 20 dan memakai uji statistik koefisien kontingensi dan Spearman s. Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL PENELITIAN Karakteristik umum sampel penelitian menunjukkan sampel terbanyak adalah berusia antara tahun dengan distribusi 2,6% berusia tahun, 2,6% berusia tahun, 7,9% berusia tahun, 31,6% berusia tahun, 13,2% berusia tahun, 36% berusia tahun dan 5,3% berusia 70 sampai 79 tahun. Sampel terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah 68,4%, sedangkan perempuan sebanyak 31,6%. Klinis pasien terbanyak terbanyak adalah tumor paru dengan jumlah 55,3%, disusul tumor di tempat lain (limfoma maligna, karsinoma mamma, tumor retroperitoneal dan tumor metastasis yang tidak diketahui primernya dengan jumlah sampel 21,1%, infeksi paru dengan jumlah 13,2%, sedangkan kriteria klinis non maligna dan non infeksi (CHF dan PNC) dengan jumlah sampel 10,5%. 6

7 Jumlah sampel terbanyak adalah hasil sitologi jinak (non maligna) dengan jumlah sampel 84,2%, sedangkan hasil sitologi ganas (maligna) dengan jumlah sampel 15,8%. Berdasarkan kriteria malignitas efusi pleura berdasarkan gambaran CT scan toraks menunjukkan jumlah sampel terbanyak adalah bersifat maligna dengan jumlah 63,2%, sedangkan non maligna dengan jumlah 36,8% Tabel 1 menunjukkan kesesuaian karakteristik densitas efusi pleura dengan sitologi cairan pleura. Dari hasil uji statistik menggunkanan uji korelasi Spearman,s diperoleh hasil p=0,022 (p <0,05) yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara densitas efusi pleura dengan sitologi cairan pleura dengan kekuatan korelasi (r = 0,312) lemah dan arah korelasi positif yang artinya semakin tinggi densitas efusi pleura maka semakin kuat kemungkinan ditemukan sel maligna pada sitologi. Berdasarkan tabel 2 didapatkan kesesuaian karakteristik penebalan pleura noduler dengan hasil sitologi cairan pleura. Dari hasil uji statistik koefisien kontingensi, diperoleh hasil p= 0,098 (p>0,05) yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara penebalan pleura noduler dengan hasil sitologi cairan pleura. Tabel 3 menunjukkan kesesuaian karakteristik penebalan pleura parietal dengan hasil sitologi cairan pleura. Dari hasil uji statistik Koefisien kontingensi, diperoleh hasil p=0,302 (p>0,05),yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara penebalan pleura parietal lebih dari 1 cm dengan hasil sitologi cairan pleura. Tabel 4 Menunjukkan kesesuaian antara karakteristik rind pada pleura dengan hasil sitologi cairan pleura. Dari hasil uji statistik Koefisien kontingensi, diperoleh hasil p = 0,529 (p> 0,05), yang menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara rind pada pleura dengan hasil sitologi cairan pleura Tabel 5 menunjukkan kesesuaian karakteristik maligna berdasarkan CT scan toraks secara umum dengan sitologi cairan pleura. Dari hasil uji statistik Koefisien kontingensi, diperoleh hasil p = 0,041 (p < 0,05), berarti terdapar hubungan yang sangat bermakna antara karakteristik maligna berdasarkan CT scan toraks secara umum dengan sitologi cairan pleura dengan kekuatan korelasi lemah dan arah korelasi positif, artinya bila terdapat tanda maligna berdasarkan CT scan toraks maka makin besar kemungkinan ditemukannya sel-sel maligna pada sitologi. PEMBAHASAN Pada penelitian ini didapatkan bahwa 38 pasien efusi pleura yang paling banyak ditemukan adalah densitas efusi pleura berada pada 25 ± 5 HU (eksudat) sebanyak 65%, dan 7

8 berdasarkan uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara densitas efusi pleura dengan sitologi cairan pleura. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa densitas efusi pleura yang tinggi (eksudat) memiliki kemungkinan yang lebih tinggi mengalami keganasan daripada transudat, tetapi temuan ini tidak bersifat spesifik karena banyak penyebab inflamasi dari efusi pleura eksudat. Selain itu sekitar 3%- 10% efusi pleura maligna bersifat transudat karena beberapa penyebab misalnya kondisi komorbiditas pasien, hipoalbuminemia, asites, gagal jantung dan efusi pleura paramaligna. Dari hasil penelitian ini didapatkan karakteristik maligna berdasarkan CT scan toraks antara lain ; nodul pleura ditemukan pada 23,6%, penebalan pleura parietal lebih dari 1 cm sebanyak 47,4%, Rind pada pleura ditemukan pada 5,3%, Keterlibatan pleura mediastinum di dapatkan pada 7,9%. Secara keseluruhan dari semua sampel, karakteristik maligna berdasarkan gambaran CT scan toraks ditemukan pada 63,1 %. Dari hasil olah data di atas ditemukan bahwa densitas efusi pleura memiliki korelasi yang bermakna dengan hasil sitologi cairan pleura dengan nilai p < 0,05 dengan kekuatan korelasi lemah (r = 0,312) dan arah korelasi positif, namun tidak terdapat korelasi yang signifikan antara beberapa karakteristik maligna lainnya pada CT scan toraks yang dinilai yaitu penebalan pleura noduler, penebalan pleura parietal > 1 cm, rind pada pleura dan keterlibatan pleura mediastinum dengan nilai p masing-masing > 0,05, Namun setelah beberapa karakteristik CT scan tersebut digabungkan dan dianalisis berdasarkan maligna atau nonmaligna di dapatkan korelasi yang bermakna dengan nilai p = dengan kekuatan korelasi lemah. (r = Artinya karakteristik maligna berdasarkan CT scan secara umum memiliki kemampuan untuk menentukan kemungkinan malignitas suatu efusi pleura. Hal ini berbeda dengan beberapa hasil penelitian terdahulu. Buckley dkk di Preston tahun 2012 melakukan penelitian mengenai prediksi CT scan untuk menilai gambaran pleura maligna dihubungkan dengan torakoskopi pada pasien efusi pleura unilateral yang belum terdiagnosis. Karakteristik yang dinilai antara lain : penebalan pleura sirkumferensial, penebalan pleura noduler, penebalan pleura > 1 cm dan keterlibatan mediastinum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temuan CT scan memiliki hubungan yang signifikan dengan hasil histologi untuk menilai pleura maligna berdasarkan karakteristik penebalan pleura sirkumferensial, penebalan pleura noduler, panebalan pleura parietal > 1 cm, dan keterlibatan mediastinum ( nilai p < 0,05) (Buckley, 2012). Penemuan sel-sel maligna berdasarkan sitologi pada penelitian ini masih kurang yaitu sekitar 15,8%. Temuan ini agak berbeda dengan penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa sitologi cairan pleura dapat memberikan konfirmasi suatu EPM dengan kemungkinan 8

9 penemuan sel rata-rata sekitar 64%. Hal yang sama dapat disimpulkan ketika temuan sitologi tersebut dihubungkan dengan temuan karakteristik pada CT scan. Sebagai contoh rind pada pleura adalah tanda adanya kecurigaan yang sangat besar terhadap keganasan karena tanda tersebut hanya tampak pada pasien dengan penyakit keganasan pada pleura (Leung dkk., 1990), namun dari kedua sampel yang ditemukan rind pleura semuanya tidak ditemukan selsel maligna pada sitologinya. Rendahnya temuan sel sel maligna berdasarkan sitologi cairan pleura pada penelitian ini kemungkinan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil analisis data statistik beberapa karakteristik maligna berdasarkan CT scan menjadi tidak bermakna bila dihubungkan dengan hasil sitologi. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil penemuan sitologi cairan pleura. Dari penelitian sebelumnya (Moffet dkk., 2009), dikatakan bahwa sekitar 40% - 50% Efusi pleura maligna tidak ditemukan adanya sel- sel maligna pada torakosintesis pertama dan 21% diantaranya adalah negatif palsu. Dikatakan pula bahwa kemungkinan mendapatkan diagnosis yang tepat dengan metode ini dapat meningkat dengan dilakukannnya sitologi berulang dengan peningkatan temuan sekitar 10% - 15%. Sedangkan pada penelitian ini hal tersebut sulit dilakukan karena beberapa keterbatasan. Keberhasilan temuan sitologi tergantung pula pada keterampilan ahli patologi untuk menginterpretasikan hasil sitologi dan hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal misanya tipe tumor, cara dan fasilitas pengambilan sampel serta kualitas hapusan preparat. Tampaknya angka penemuan sel maligna lebih tinggi pada jenis tumor adenokarsinoma dibanding jenis tumor lain misalnya squamous sel karsinoma, limfoma dan sarkoma. Bila temuan sitologi negatif pada torakosinteisis awal, sedangkan terdapat kecurigaan yang besar terhadap proses maligna berdasakan klinis dan CT scan, maka dianjurkan untuk melakukan sitologi ulangan atau biopsi pleura dipandu imaging. Jika fasilitas memungkinkan sangat baik dilakukan biopsi dengan panduan torakoskopi karena sensitifitas dengan metode ini > 93%. Beberapa penelitian terbaru menggabungkan beberapa kriteria untuk meningkatkan diagnosis EPM. Ferrew dkk menunjukkan kemungkinan untuk mendiagnosis EPM dengan tepat dengan menggabungkan beberapa variabel, antara lain variabel klinis, hasil torakoskopi dan hasil CT scan. Sedangkan Valdes et al ( 2013), melakukan penelitian dengan menggabungkan variabel klinis, radiologi dan serum petanda tumor marker. 9

10 KESIMPULAN DAN SARAN Temuan sel sel maligna berdasarkan sitologi cairan pleura pada penelitian ini masih rendah yaitu sekitar 15,8%, hal ini mempengaruhi hasil analisis data statististik. Terdapat korelasi yang bermakna dengan kekuatan korelasi lemah dan arah korelasi positif antara densitas efusi pleura berdasarkan CT scan toraks dengan hasil sitologi cairan pleura. Terdapat korelasi yang bermakna dengan kekuatan korelasi yang lemah dan arah korelasi positif antara karakteristik malignitas berdasarkan CT scan toraks dengan hasil sitologi cairan pleura.tidak terdapat korelasi yang bermakna antara karakteristik penebalan pleura noduler, penebalan pleura parietal > 1 cm, rind pada pleura, dan keterlibatan pleura mediastinum berdasarkan CT scan toraks dengan hasil sitologi cairan pleura. Penelitian serupa dengan menggabunggkan beberapa variabel antara lain : variabel klinis, radiologi, sitologi dan histopatologi dan bila memungkinkan dengan serum petanda tumor marker. Meningkatkan temuan sitolosi perlu dilakukan torakosintesis dan pemeriksaan sitologi berulang pada pasien pasien efusi pleura dengan kecurigaan yang tinggi disebabkan oleh proses keganasan DAFTAR PUSTAKA Antony et al. (2006). Manajement of Malignant Pleural Effusions. European Respiratory Journal. 18: Buckley, B., M. Haris, S. Kearney dan M. Munavvar. (2012). CT prediction of likelihood of pleural malignancy and its relationship with thoracoscopic diagnosis in patients with unilateral undiagnosed pleural effusion. Lancasire Teaching hospital, Preston Hooper, C., Y. C. Gary Lee dan N. Maskell. (2010). Investigation of a unilateral pleural effusion in adults: British Thoracic Society pleural disease guideline Karkhanis, V., Jyotsna, M.J. (2012). Pleural Effusion : Diagnosis, treatment, and management. Departement of respiratory medicine, TN medical college and BYL Nair Hospital, Mumbai India. Open access Emergency medicine. Leung, A. N., N.L. Muller dan R. R. Miller. (1990). CT in differential diagnosis of diffuse pleural disease. AJR 154 : McGrath, E. E. dan Paul, B. A. (2011). Diagnosis of pleural Effusion : A Systematic Approach. American Journal Critical Care. 20 : Moffett P. U., B. K. Moffett dan D. A. Laber. (2009). Diagnosing and Managing Suspected Malignant Pleural Effusions. J Support Oncol 7 (4): Ngurah-Rai, I. B. (2009). Efusi Pleura Maligna : Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini. J Peny Dalam. 10 (3 ): Traill, Z.C., R.J. Davies dan F. V. Gleeson. (2001). Thoracic computed tomography in patients with suspected malignant pleural effusions. Clin Radiol. 56(3) : Valdés et al. (2013). Combining clinical and analytical parameters improves prediction of malignant pleural effusion. Lung Dec;191(6): Yilmaz, U., G. Polat, N. Sahin, O. Soy dan U. Gülay. (2005). CT in differential diagnosis of benign and malignant pleural disease. Monaldi Arch Chest Dis. 63(1):

11 Lampiran Daftar Tabel Tabel 1. Kesesuaian karakteristik densitas efusi pleura dengan hasil sitologi cairan pleura SITOLOGI Karakteristik CT scan non maligna maligna Total n (%) n (%) n (%) Densitas efusi pleura 15 ± 3 HU 13 (100) 0 (0) 13 (34,2) 25 ± 5 HU 19 (76%) 6 (24) 25 (65,7) Keterangan ; n=jumlah sampel, %=persentase, p = 0,022 Tabel 2. Kesesuaian karakteristik penebalan pleura noduler dengan hasil sitologi cairan pleura Karakteristik CT Scan Penebalan pleura noduler SITOLOGI non maligna maligna Total n (%) n (%) n (%) negatif 26 (89,6) 3 (10,3) 29 (76,3) positif 6 (66,7) 3 (33,3) 9 (23,6) Keterangan ; n=jumlah sampel, %=persentase, p = 0,098 Tabel 3. Kesesuaian karakteristik penebalan pleura parietal dengan hasil sitologi cairan pleura Karakteristik CT scan Penebalan pleura parietal SITOLOGI non maligna maligna Total n (%) n (%) n (%) < 1 cm 18 (90) 2 (10) 20 (52,6) > 1 cm 14 (77,8) 4 (22,2) 18 (47,4) Keterangan ; n=jumlah sampel, %=persentase, p = 0,302 Tabel 4. Kesesuaian karakteristik rind pada pleura dengan hasil sitologi cairan pleura Karakteristik CT scan Rind pada pleura SITOLOGI non maligna maligna Total n (%) n (%) n (%) negatif 30 (83,3) 6 (16,7) 36 (94,7) positif 2 (100) 0 (100) 2 (5,3) Keterangan ; n=jumlah sampel, %=persentase, p = 0,529 11

12 Tabel 5. Kesesuaian karakteristik maligna berdasarkan CT scan toraks secara umum dengan hasil sitologi cairan pleura Karakteristik CT scan thorax Keterangan ; n=jumlah sampel, %=persentase, p = 0,041. SITOLOGI non maligna maligna Total n (%) n (%) n (%) non maligna 14 (100) 0 (0) 14 (36.8) maligna 18 (75) 6 (25) 24 (63,1) Total 32 (84.2) 6 (15,8) 38 (100) 12

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tumor paru adalah tumor pada jaringan paru yang dapat bersifat jinak maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer maupun sekunder.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal karena kanker paru.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker paru merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional 55 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional dengan kekhususan pada penelitian uji diagnostik. Sumber data penelitian menggunakan

Lebih terperinci

Definisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura.

Definisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura. Mesothelioma Pendahuluan Mesothelioma berhubungan erat dengan paparan asbes. Mesothelioma merupakan kasus yang jarang. Individu yg mempunyai riwayat paparan dengan asbes mempunyai resiko lebih besar menderita

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG. American Thyroid Association (2014) mendefinisikan. nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena

BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG. American Thyroid Association (2014) mendefinisikan. nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG American Thyroid Association (2014) mendefinisikan nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena pertumbuhan abnormal jaringan tiroid. Nodul tiroid merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010 ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009 31 DESEMBER 2010 Stevanus, 2011; Pembimbing I : dr. Hartini Tiono, M.Kes. Pembimbing II : dr. Sri Nadya J Saanin,

Lebih terperinci

HUBUNGAN JUMLAH VOLUME DRAINASE WATER SEALED DRAINAGE DENGAN KEJADIAN UDEMA PULMONUM RE- EKSPANSI PADA PASIEN EFUSI PLEURA MASIF

HUBUNGAN JUMLAH VOLUME DRAINASE WATER SEALED DRAINAGE DENGAN KEJADIAN UDEMA PULMONUM RE- EKSPANSI PADA PASIEN EFUSI PLEURA MASIF HUBUNGAN JUMLAH VOLUME DRAINASE WATER SEALED DRAINAGE DENGAN KEJADIAN UDEMA PULMONUM RE- EKSPANSI PADA PASIEN EFUSI PLEURA MASIF LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR.

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR. HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN KOLONOSKOPI PADA PASIEN KELUHAN BERAK DARAH DENGAN KEJADIAN TUMOR KOLOREKTAL DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusununtuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono ABSTRAK Insiden kanker paru meningkat di seluruh dunia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes

ABSTRAK. Wilianto, 2010 Pembimbing I :dr. July Ivone.,M.K.K.,M.Pd.Ked Pembimbing II :dr. Sri Nadya S., M.Kes ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA PROSTAT BERDASARKAN UMUR, KADAR PSA,DIAGNOSIS AWAL, DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI DI RUMAH IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2007-31 DESEMBER 2009 Wilianto, 2010 Pembimbing I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura merupakan manifestasi penyakit pada pleura yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura merupakan manifestasi penyakit pada pleura yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga pleura yang disebabkan oleh produksi berlebihan cairan ataupun berkurangnya absorpsi. Efusi pleura merupakan

Lebih terperinci

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi DAFTAR ISI Halaman COVER... i LEMBAR PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.3.1

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci

Kata kunci: kanker kolorektal, jenis kelamin, usia, lokasi kanker kolorektal, gejala klinis, tipe histopatologi, RSUP Sanglah.

Kata kunci: kanker kolorektal, jenis kelamin, usia, lokasi kanker kolorektal, gejala klinis, tipe histopatologi, RSUP Sanglah. ABSTRAK KARAKTERISTIK KLINIKOPATOLOGI KANKER KOLOREKTAL PADA TAHUN 2011 2015 BERDASARKAN DATA HISTOPATOLOGI DI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) SANGLAH DENPASAR BALI Kanker kolorektal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dilaksanakannya penelitian adalah di bagian bangsal bedah Rumah

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dilaksanakannya penelitian adalah di bagian bangsal bedah Rumah BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah khususnya Bedah Thoraks Kardio Vaskuler. 4.2. Tempat dan waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung, seorang pasien harus memiliki tampilan berupa gejala gagal. gangguan fungsi struktur atau fungsi jantung saat istirahat.

BAB I PENDAHULUAN. jantung, seorang pasien harus memiliki tampilan berupa gejala gagal. gangguan fungsi struktur atau fungsi jantung saat istirahat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gag adah sindrom klinis yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi. 1 Untuk dapat didiagnosis sebagai gag, seorang pasien harus memiliki tampilan berupa geja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Efusi pleura merupakan suatu keadaan yang cukup sering dijumpai. Angka kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %,

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %, BAB I PENDAHULUAN Nodul tiroid merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam masyarakat dengan angka kejadian yang semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Pada banyak penelitian dikemukan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lapisan, yaitu pleura viseral dan pleura parietal. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. lapisan, yaitu pleura viseral dan pleura parietal. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pleura merupakan selapis membran jaringan fibrosa yang halus, basah dan semi transparan yang terdiri dari selapis epitel skuamosa. Pleura terdiri dari 2 lapisan, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan Cross Sectional yang menghubungkan antara perbedaan jenis kelamin dengan derajat

Lebih terperinci

Anita Ekowati. PIT VI 2017 Palembang, 5-6 Agustus 2017

Anita Ekowati. PIT VI 2017 Palembang, 5-6 Agustus 2017 Anita Ekowati PIT VI 2017 Palembang, 5-6 Agustus 2017 Pengantar Nodul paru soliter didefinisikan: 1. Lesi bulat, berbatas tegas 2. Diameter kurang atau sama dengan 3 cm pada jaringan parenkim paru 1 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat bersifat jinak atau ganas. Neoplasma jinak sejati (lipoma, tumor karsinoid, dan leiomioma) jarang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

Gambaran CT-scan tumor paru di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2014-September 2015

Gambaran CT-scan tumor paru di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2014-September 2015 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 Gambaran CT-scan tumor paru di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2014-September 2015 1 Meidianty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa

Lebih terperinci

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELSY NASIHA ALKASINA G0014082 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling serius dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling sering dijumpai setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan diagnosis penyakit pasien. Penegakkan diagnosis ini berperan penting

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY ABSTRAK KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) DI INSTALASI PATOLOGI ANATOMI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif yang membandingkan komplikasi yang terjadi antara pasien efusi pleura yang menggunakan small bore

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi retrospektif dan dilakukan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mencari hubungan antara kadar HDL dengan karakteristik

Lebih terperinci

Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 3, September 2015

Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 3, September 2015 Akurasi Diagnosa FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) Dibandingkan dengan Pemeriksaan Histopatologi pada Tumor Tiroid (Studi Kasus di Instalasi Patologi Anatomi RS dr. Saiful Anwar Malang Periode 2008-2010)

Lebih terperinci

Karakteristik dan ketahanan hidup pasien kanker paru dengan efusi pleura ganas di RS Dharmais

Karakteristik dan ketahanan hidup pasien kanker paru dengan efusi pleura ganas di RS Dharmais Karakteristik dan ketahanan hidup pasien kanker paru dengan efusi pleura ganas di RS Dharmais 009-013 Characteristics and survival of lung cancer patients with malignant pleural effusion at Dharmais Hospital

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2011 Christone Yehezkiel P, 2013 Pembimbing I : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. Pembimbing II :

Lebih terperinci

TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS. dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang

TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS. dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian paling tinggi di dunia, berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 terdapat sekitar 14 juta kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kebutuhan akan pelayanan radiologi yang berkualitas dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kebutuhan akan pelayanan radiologi yang berkualitas dengan jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teleradiologi muncul dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan antara jumlah kebutuhan akan pelayanan radiologi yang berkualitas dengan jumlah spesialis radiologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10-

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nodul tiroid adalah masalah klinis umum pada masyarakat dan kejadian nodul tiroid telah meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan ultrasonografi tiroid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Limfoma merupakan keganasan yang berasal dari. sistem limfatik (University of Miami Miller School of

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Limfoma merupakan keganasan yang berasal dari. sistem limfatik (University of Miami Miller School of 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Limfoma merupakan keganasan yang berasal dari sistem limfatik (University of Miami Miller School of Medicine, 2014). Limfoma merupakan penyakit keganasan tersering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak ditemukan. Pada populasi dewasa sekitar 30% dari tumor sistem saraf pusat, sedangkan

Lebih terperinci

POLA KLINIS KANKER PARU DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI JULI 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

POLA KLINIS KANKER PARU DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI JULI 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH POLA KLINIS KANKER PARU DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI 2013- JULI 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana

Lebih terperinci

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009 ABSTRAK Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009 Fifi, 2010. Pembimbing I: Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes Pembimbing II: Evi Yuniawati,

Lebih terperinci

ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS

ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS Ardo Sanjaya, 2013 Pembimbing 1 : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing 2 : Ronald Jonathan, dr., MSc., DTM & H. Latar

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian ini adalah Rumah Sakit

Lebih terperinci

Analysis of Matrix Metalloproteinase-2 (MMP-2) and Matrix Metalloproteinase-9. (MMP-9) Levels in Breast Cancer Patients

Analysis of Matrix Metalloproteinase-2 (MMP-2) and Matrix Metalloproteinase-9. (MMP-9) Levels in Breast Cancer Patients Analysis of Matrix Metalloproteinase-2 (MMP-2) and Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Levels in Breast Cancer Patients Uleng Bahrun 1, Besse Rosmiati 1, Wildana 1, Mansyur Arif 1, Ruland DN. Pakasi 1,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 Bram Adhitama, 2014 Pembimbing I : July Ivone, dr, MKK.MPd.Ked Pembimbing II : Cherry Azaria,dr.

Lebih terperinci

" The validity of the CT scan examination on Therapy Response Evaluation of Primary Carcinoma Tumor Nasofarings "

 The validity of the CT scan examination on Therapy Response Evaluation of Primary Carcinoma Tumor Nasofarings ABSTRACT " The validity of the CT scan examination on Therapy Response Evaluation of Primary Carcinoma Tumor Nasofarings " Puji Sulastri, Bambang Hariwiyanto, Sagung Rai Indrasari Departement of Otorhinolaryngology

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG Dwirama Ivan Prakoso Rahmadi, 1110062 Pembimbing I : dr. Sri Nadya J Saanin, M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah kanker yang paling sering didiagnosis di dunia dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Data kasus baru kanker paru di Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab utama BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia. Keganasan ini berkontribusi terhadap 9% seluruh kanker di dunia (World

Lebih terperinci

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN 2014 Oleh: PAHYOKI WARDANA 120100102 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 KORELASI HBA1C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 23.500 kasus karsinoma tiroid terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian penyakit lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Sebuah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang sering, insidennya masih belum diketahui dengan pasti. Massa pada leher dapat terjadi pada semua

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Akurasi Transbronchial Needle Aspiration dalam tindakan Bronkoskopi dengan dalam membantu menegakkan stadium kanker paru di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Inayati* Bagian Mikrobiologi Fakuktas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI HIPERPLASIA PROSTAT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2004 DESEMBER 2006

ABSTRAK PREVALENSI HIPERPLASIA PROSTAT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2004 DESEMBER 2006 ABSTRAK PREVALENSI HIPERPLASIA PROSTAT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2004 DESEMBER 2006 Mayasari Indrajaya, 2007. Pembimbing : Penny Setyawati M.,dr.,Sp.PK.,M.Kes. Benign Prostatic Hyperplasia

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK ULTRASONOGRAFI PADA KECURIGAAN KLINIS KANKER TIROID DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2015-DESEMBER 2015

ABSTRAK KARAKTERISTIK ULTRASONOGRAFI PADA KECURIGAAN KLINIS KANKER TIROID DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2015-DESEMBER 2015 ABSTRAK KARAKTERISTIK ULTRASONOGRAFI PADA KECURIGAAN KLINIS KANKER TIROID DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2015-DESEMBER 2015 Gangguan yang cukup sering ditemukan pada kelenjar tiroid adalah munculnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional yakni meneliti kasus BPH yang. Moeloek Provinsi Lampung periode Agustus 2012 Juli 2014.

III. METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional yakni meneliti kasus BPH yang. Moeloek Provinsi Lampung periode Agustus 2012 Juli 2014. III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik non-eksperimental dengan pendekatan cross sectional yakni meneliti kasus BPH yang terdokumentasi di

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Karla Kalua G0011124 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kepribadian Tipe D dan perilaku hidup sehat pada pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Rumah Sakit X Kota Bandung. Alat ukur yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran histopatologi tumor payudara di Instalasi Patologi Anatomi

Lebih terperinci

Gambaran CT Scan Toraks Sesuai dengan Jenis Sitologi/Histologi pada Pasien Kanker Paru yang Merokok

Gambaran CT Scan Toraks Sesuai dengan Jenis Sitologi/Histologi pada Pasien Kanker Paru yang Merokok Sesuai dengan Jenis Sitologi/Histologi pada Pasien Kanker Paru yang Merokok Rosa Tatun, 1 Aziza G. Icksan, 2 Elisna Syahruddin, 3 Aria Kekalih 4 1 Departemen Radiologi FK Universitas Indonesia-RS dr. Cipto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada anak dan paling sering jadiindikasi bedah abdomen emergensi pada anak.insiden apendisitis secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 Ida Ayu Komang Trisna Bulan, 2015 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA (K). Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN, BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2009

ABSTRAK PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN, BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2009 ABSTRAK PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN, BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2009 Ervina, 2011 Pembimbing I : dr. July Ivone, MKK, Mpd Ked Pembimbing II : dr. Sri Nadya Saanin M.Kes

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Jennifer Christy Kurniawan, 1210134 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Schwarte yang di sebut juga Penebalan plera adalah penyakit paru yang ditandai dengan jaringan parut, kalsifikasi, dan penebalan pleura (disepanjang paru) sering merupakan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini berupa deskriptif non eksperimental dengan menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR SINGKATAN. x INTISARI xi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan metode III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian cross sectio dengan menggunakan metode deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Halaman. Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10

DAFTAR TABEL. Halaman. Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii PRAKATA. iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN. x DAFTAR SINGKATAN... xi INTISARI xii BAB

Lebih terperinci

JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms. Levi Aulia Rachman

JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms. Levi Aulia Rachman JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms Levi Aulia Rachman 1410.2210.27.115 Abstrak Pneumonia merupakan salah satu penyakit menular utama yang menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin pada tubuh manusia yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan triodotironin

Lebih terperinci

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007 ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007 Fransisca Maya Angela, 2010; Pembimbing I Pembimbing II : J. Teguh Widjaja, dr., Sp P : Evi

Lebih terperinci

Jadwal Kuliah Blok/ Sistem Respirasi Kelas A Ruang Kuliah LT. 5 Semester Awal Tahun Ajaran 2017/2018

Jadwal Kuliah Blok/ Sistem Respirasi Kelas A Ruang Kuliah LT. 5 Semester Awal Tahun Ajaran 2017/2018 Jadwal Kuliah Blok/ Sistem Respirasi Kelas A Ruang Kuliah LT. 5 Semester Awal Tahun Ajaran /2018 Koordinator : dr. Sri Asriyani,Sp.Rad(K).,M.MedEd (Hp. 081242181094) Sekretaris : dr. Rafikah Rauf,Sp.Rad.,M.Kes

Lebih terperinci

Karakteristik Efusi Pleura di Rumah Sakit Persahabatan. Characteristic of Pleural Effusion in Persahabatan Hospital

Karakteristik Efusi Pleura di Rumah Sakit Persahabatan. Characteristic of Pleural Effusion in Persahabatan Hospital Karakteristik Efusi Pleura di Rumah Sakit Persahabatan Rita Khairani*, Elisna Syahruddin**, Lia Gardenia Partakusuma*** * Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta. **

Lebih terperinci

Diponegoro No. 1, Pekanbaru,

Diponegoro No. 1, Pekanbaru, ANGKA KETAHANAN HIDUP SATU TAHUN PENDERITA KANKER PARU DI RUANG RAWAT INAP PARU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE MARET 2010 MARET 2011 Silvi Zuelmi 1), Adrianison 2), Wiwit Ade Fidiawati 3) ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 16 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Teori Patogenesis Definisi Inflamasi KGB yang disebabkan oleh MTB Manifestasi Klinis a. keras, mobile, terpisah b. kenyal dan terfiksasi

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Karakteristik dan Gambaran Hasil Foto Toraks Pasien Efusi Pleura Rawat Inap di Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung Tahun 2015 The Characteristic And Imaging Of Hospitalized

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan studi

METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan studi 47 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan studi Cross Sectional. Sumber data penelitian menggunakan data sekunder yaitu dengan melihat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROFIL SITOLOGI CAIRAN PLEURA DENGAN PROFIL PASIEN KANKER PARU DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JULI 2010-JUNI 2013

HUBUNGAN PROFIL SITOLOGI CAIRAN PLEURA DENGAN PROFIL PASIEN KANKER PARU DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JULI 2010-JUNI 2013 HUBUNGAN PROFIL SITOLOGI CAIRAN PLEURA DENGAN PROFIL PASIEN KANKER PARU DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JULI 2010-JUNI 2013 Fransisca Kristina 1 Teguh Widjaja 2, Penny Setyawati Martioso 3 1 Bagian Klinik,

Lebih terperinci

drg. Muhammad Hamka Maha Putra

drg. Muhammad Hamka Maha Putra drg. Muhammad Hamka Maha Putra Latar Belakang: Diagnosis yang akurat dari tumor muskuloskeletal adalah penting untuk pengobatan yang berhasil. Studi telah melaporkan risiko tinggi komplikasi setelah biopsi

Lebih terperinci

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Hubungan antara Peranan Perawat dengan Sikap Perawat pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian... DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...

Lebih terperinci

HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENINGKATAN INDEKS RASIO KARDIOTORAKS LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENINGKATAN INDEKS RASIO KARDIOTORAKS LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH i HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENINGKATAN INDEKS RASIO KARDIOTORAKS LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Strata-1 Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari rata-rata nasional (1,4%), yaitu pada urutan tertinggi ke-6 dari 33 provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari rata-rata nasional (1,4%), yaitu pada urutan tertinggi ke-6 dari 33 provinsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor ganas adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak terkendali, terus bertumbuh/bertambah, immortal (tidak dapat mati), dapat menyusup ke jaringan sekitar, dan dapat

Lebih terperinci