MANAJEMEN RISIKO PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR STUDI KASUS PADA BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN RISIKO PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR STUDI KASUS PADA BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI"

Transkripsi

1 MANAJEMEN RISIKO PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR STUDI KASUS PADA BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI BUJANG SAHAR H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Manajemen Risiko Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar, Studi Kasus Pada Ben s Fish Farm, Cibungbulang, Kabupaten Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2010 Bujang sahar H

3 RINGKASAN BUJANG SAHAR. Manajemen Risiko Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar, Studi Kasus Pada Ben s Fish Farm Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Skripsi Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan ANITA RISTIANINGRUM). Sektor perikanan merupakan salah satu sektor penyumbang terbesar pada Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian nasional. Perikanan budidaya merupakan bagian dari sektor perikanan yang sangat baik untuk dikembangkan karena menghasilkan produksi yang kontinyu dan berkesinambungan. Jenis perikanan budidaya yang saat ini banyak digemari masyarakat salah satunya adalah ikan bawal air tawar. Ikan bawal air tawar digemari karena mudah dikembangkan dan mempunyai permintaan yang cukup tinggi. Tingginya permintaan tersebut menjadikan ikan bawal sebagai peluang bisnis yang potensial, termasuk bisnis di bidang pembenihannya. Salah satu daerah sentra pembenihan ikan bawal air tawar adalah Kabupaten Bogor, daerah ini memiliki curah hujan tinggi sepanjang tahun yang sangat cocok untuk usaha pembenihan larva maupun pembenihan lanjutan ikan bawal air tawar. Ben s Fish Farm adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembenihan larva ikan bawal air tawar di Kabupaten Bogor, namun dalam menjalankan usahanya Ben s Fish Farm dihadapi pada risiko produksi dan risiko pasar yang cukup tinggi. Risiko produksi dan pasar sangat dipengaruhi oleh musim, produksi turun hingga 50 persen pada musim kemarau disebabkan oleh indukan berada pada fase istirahat untuk memijah. Risiko pasar muncul pada saat musim hujan yang mana larva yang dihasilkan perusahaan banyak, namun harga jual larva turun hingga Rp 7,- per ekor larva, dari harga normal Rp 9,- per ekor larva. Tingginya risiko dalam pembenihan larva ikan bawal air tawar maka perusahaan perlu menerapkan strategi penanganan risiko yang tepat agar setiap sumber risiko yang ada dapat di cegah dan diatasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan sumber risiko yang terdapat pada usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm; 2) Menganalisis tingkat dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko yang ada; dan 3) Merumuskan strategi penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh Ben s Fish Farm untuk pengendalian risiko dalam usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Juli 2010, Pada waktu tersebut Kabupaten Bogor berada pada alih musim kemarau ke musim hujan, yang mana musim kemarau merupakan musim yang memiliki risiko paling tinggi bagi induk ikan bawal untuk memproduksi larva, sedangkan musim hujan merupakan musim yang cocok bagi induk ikan bawal memproduksi larva. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menentukan sumber-sumber risiko yang ada di Ben s Fish Farm, coefficient variation untuk menentukan nilai risiko, z-score untuk menentukan probabilitas risiko, dan Value at Risk (VaR) untuk mengukur dampak risiko.

4 Sumber-sumber risiko yang ada pada pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm diklasifikasikan menjadi dua jenis risiko yaitu risiko produksi dan risiko pasar, sumber risiko tersebut dikelompokkan berdasarkan peta risiko. Sumber risiko yang ada pada kuadran 1 merupakan risiko yang kemungkinan terjadinya besar akan tetapi dampak yang ditimbulkan oleh risiko ini kecil, dalam hal ini tidak teridentifikasi sumber risiko. Sumber risiko yang berada di kuadran 2 atau risiko yang memiliki kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan jika risiko tersebut terjadi juga besar adalah risiko dari faktor cuaca dan fluktuasi harga jual larva. Sumber risiko yang berada di kuadran 3 merupakan risiko yang kemungkinan terjadinya kecil dan dampak yang ditimbulkan dari risiko ini juga kecil adalah penyakit yang menyerang indukan, penyakit white spot yang menyerang larva, kerusakan peralatan teknis, fluktuasi harga pakan, dan faktor manusia. Risiko yang berada di kuadran 4 merupakan risiko yang kemungkinan terjadinya kecil dan dampak yang ditimbulkan dari risiko ini besar, dalam identifikasi sumber risiko di Ben s Fish Farm tidak ditemukan sumber risiko di kuadran 4. Hasil analisis probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko menunjukkan bahwa risiko produksi di Ben s Fish Farm memiliki probabilitas sebesar 33,36 persen, probabilitas risiko penerimaan sebesar 19,22 persen dan probabilitas risiko harga sebesar 30,20 persen. Hasil analisis dampak atau kerugian yang diakibatkan oleh risiko produksi sebesar Rp ,- dan risiko harga memiliki dampak sebesar Rp ,- serta dampak risiko penerimaan sebesar ,-. Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko yang mempunyai probabilitas dan dampak paling besar adalah risiko produksi yang disebabkan oleh faktor cuaca. Strategi preventif yang bisa dilakukan untuk memperkecil probabilitas risiko meliputi membuat SOP (standar operatinal procedure), melengkapi sarana dan prasarana produksi, mengoptimalkan sumberdaya manusia dengan cara membuat job description, pemilihan induk yang berkualitas, dan sistem kontrak dengan pemasok, kontrak penjualan larva dengan pelanggan, dan pengendalian penyakit. Strategi mitigasi yang bisa dilakukan oleh Ben s Fish Farm untuk memperkecil dampak risiko yaitu dengan cara membuat unit bisnis pendederan.

5 MANAJEMEN RISIKO PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR STUDI KASUS PADA BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR BUJANG SAHAR H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, karunia dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Manajemen Risiko Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar, Studi Kasus di Ben s Fish Farm, Cibungbulang, Kabupaten Bogor Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sumber-sumber risiko di Ben s Fish Farm dan menganalisis tingkat dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko yang ada, serta menganalisis strategi penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan oleh Ben s Fish Farm untuk pengendalian risiko dalam usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Desember 2010 Bujang Sahar

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Terbangiang Kecamatan Bandar Petalangan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau pada tanggal 17 Februari 1986 yang merupakan anak ke dua dari Bapak Hasim dan Ibu Asmawati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 019 Desa Terbangiang pada tahun 1999, kemudian pada tahun 2002 penulis lulus dari SLTP Negeri 1 Pangkalan Kuras, dan pada tahun 2005 penulis lulus dari SMK Pertanian Negeri 1 Pasir Penyu. Tahun 2005 penulis diterima di Program Diploma IPB melalui jalur USMI, dan tahun 2008 diterima pada Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Selama kuliah, penulis aktif sebagai aktivis mahasiswa di dalam dan di luar kampus. Aktif sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Diploma IPB, dan di luar kampus penulis aktif di berbagai organisasi seperti Organisasi Mahasiswa daerah (IKPMR-Bogor) pada tahun dan di organisasi Ikatan Mahasiswa Pelajar Kampar (IKAPEMAKA) pada tahun 2007 sampai sekarang. Selain itu penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai ketua umum komisariat Diploma IPB pada tahun , selain aktif di organisasi penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kepanitian yang berada di dalam maupun di luar kampus.

8 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Anita Ristianingrum, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS dan Dra. Yusalina, MSi selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 4. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 5. Pihak Ben s Fish Farm yang telah memberikan kesempatan, waktu dan informasi pada penulis selama penelitian. 6. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Agribisnis atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya. Bogor, Desember 2010 Bujang Sahar

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 9 II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Ikan Bawal Air Tawar Diskripsi Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Data dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Perusahaan Struktur Organisasi Fasilitas Pembenihan Kegiatan Pembenihan Larva VI HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Pemetaan Risiko Analisis Probabilitas Risiko Analisis Dampak Risiko Penetaan Risiko Produksi, Risiko Pasar dan Penerimaan Strategi Penanganan risiko VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x xi xii

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Hubungan Tingkat Kepuasan dengan Pendapatan Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Peta Risiko Peta Strategi Penanganan Risiko Secara Preventif Peta Penanganan Risiko Secara Mitigasi Struktur Organisasi Ben s Fish Farm Tahun Kolam Pemeliharaan Induk Bawal di Ben s Fish Farm Tahun Bak Pemijahan Induk Bawal di Ben s Fish Farm Tahun Akuarium Penetasan Telur di Ben s Fish Farm Tahun Akuarium Pemeliharaan Larva di Ben s Fish Farm Tahun Wadah Penetasan Artemia di Ben s Fish Farm Tahun Sistem Aerasi (Blower) Kapasitas 1,3 PK di Ben s Fish Farm Tahun Generator Set Daya Watt di Ben s Fish Farm Tahun Peta Hasil Identifikasi Sumber Risiko di Ben s Fish Farm Tahun Peta Risiko Produksi, Pasar, dan Penerimaan di Ben s Fish Farm Tahun Strategi Preventif yang Bisa Dilakukan oleh Ben s Fish Farm Strategi Mitigasi yang Bisa Dilakukan oleh Ben s Fish Farm... 78

11 DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1 Produksi Benih per Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2009 (Ribu Ekor)s Halaman ii

12 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara bahari yang mempunyai luas laut mencapai 5,8 juta km2 (75 persen dari luas wilayah) dengan buah pulau dan garis pantai km atau 14 persen dari garis pantai dunia yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi yang cukup besar, termasuk potensi di sektor perikanan. Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian tahun , maka peningkatan tertinggi ada pada sektor perikanan (Tabel 1). Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Tahun Tahun (Rp miliar) Sektor Kenaikan rata-rata ( %) Perikanan , , ,30 37,06 Peternakan , , ,60 36,85 Perkebunan , , ,70 12,17 Tanaman Pangan , , ,40 33,77 Kehutanan , , ,10 9,31 Jumlah , , ,76 PDB Nasional , , ,30 27,71 Sumber : Dinas Kelautan Perikanan (2009) Produk Domestik Bruto sektor perikanan selama tahun mengalami kenaikan rata-rata sebesar 37,06 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor perikanan setiap tahunnya terus mengalami kenaikan. Jika dibandingkan dengan sektor peternakan, perkebunan, tanaman pangan, dan kehutanan maka kenaikan PDB sektor perikanan paling tinggi, oleh karena itu sektor perikanan merupakan sektor yang mempunyai prospek dan potensi yang besar. Produksi perikanan Indonesia bersumber dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pada tahun 1999 produksi perikanan tangkap mendominasi yakni mencapai 81,95 persen terhadap perikanan budidaya, akan tetapi pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 65 persen. Penurunan produksi pada 1

13 perikanan tangkap ternyata diikuti dengan peningkatan produksi pada perikanan budidaya, yaitu tahun 2002 volume produksi sebesar 1,1 juta ton dan pada tahun 2007 volume produksi meningkat menjadi 3,2 juta ton. Hal ini menunjukkan pertumbuhan volume produksi perikanan budidaya rata-rata per tahun sebesar 23,6 persen. Pada tahun 2006 Indonesia menjadi negara ketiga terbesar dunia penghasil komoditas perikanan budidaya (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007). Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan usaha perikanan, khususnya usaha budidaya ikan air tawar. Hal ini dikarenakan Kabupaten Bogor memiliki curah hujan yang tinggi, sehingga terdapat banyak sumber air sebagai media budidaya ikan. Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, produksi perikanan khususnya yang berasal dari aktivitas budidaya ikan air tawar terus mengalami peningkatan selama priode tahun 2004 hingga tahun 2008, baik untuk kegiatan usaha pembenihan ikan, pembesaran ikan konsumsi maupun ikan hias (Tabel 2). Tabel 2. Perkembangan Produksi Ikan Air Tawar di Kabupaten Bogor Tahun Jenis Produksi Ikan Konsumsi (Ton) Ikan Hias (ekor) Pembenihan (ribu ekor) Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bogor (2009) Berdasarkan Tabel 2, perkembangan produksi ikan konsumsi dari tahun 2004 hingga tahun 2008 terjadi peningkatan yang sangat signifikan, begitu juga dengan ikan hias dan pembenihan rata-rata selama lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa budidaya ikan air tawar di Kabupaten Bogor masih mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Salah satu komoditas ikan air tawar yang tergolong ikan konsumsi adalah ikan bawal air tawar. 2

14 Ikan bawal air tawar (Collossoma macropomum) adalah salah satu jenis ikan budidaya yang mulai digemari oleh konsumen, habitat asli ikan bawal air tawar berasal dari Brazil. Ikan bawal air tawar mulai digemari oleh masyarakat karena rasa dagingnya yang enak serta ukurannya yang besar. Pada habitat awalnya ikan bawal air tawar hidup di perairan sungai, semakin majunya teknologi budidaya saat ini membuat budidaya ikan bawal air tawar dapat dikembangbiakkan di dalam kolam pemeliharaan. Selain itu, pemijahan pun juga tidak lagi secara alami namun dapat dilakukan secara buatan dengan menyuntikkan hormon ke tubuh ikan bawal air tawar. Keuntungan pemijahan buatan ikan bawal air tawar yaitu persediaan ikan bawal air tawar dapat kontinyu dan rasa ikan bawal air tawar lebih gurih. Di dalam negeri sendiri ikan bawal air tawar mulai digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, terutama di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari keempat provinsi tersebut, Jawa Barat dapat dikatakan sebagai pelopor karena di provinsi inilah ikan bawal air tawar dikembangkan (Arie, 2006). Di Kabupaten Bogor, ikan bawal air tawar merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang sangat digemari masyarakat. Hal ini terlihat dari data Dinas Perikanan Kabupaten Bogor yang menunjukkan bahwa produksi bawal air tawar terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 hingga tahun 2009, bahkan peningkatan produksi ikan bawal air tawar mencapai level tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 2.026,14 ton. Produksi tersebut ternyata meningkat 121,91 persen dari tahun 2008 yaitu sebesar 904,91 ton. Peningkatan produksi dari tahun 2008 ke tahun 2009 tersebut menandakan bahwa ikan bawal air tawar sedang booming dan mempunyai prospek yang sangat baik untuk diusahakan. Secara rinci data produksi per jenis ikan konsumsi di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3. 3

15 Tabel 3. Produksi Perikanan Budidaya Per Jenis Ikan Konsumsi Kabupaten Bogor Tahun (Ton) NO Komoditas Tahun Peningkatan (%) 1 Mas 9.882,50 8,619, , ,62-52,49 2 Nila 3.310, , , ,17-47,29 3 Gurame 1.426, , , ,43 4,94 4 Patin 724, ,00 571,76 584,84 2,29 5 Lele 6.472, , , ,02 87,95 6 Bawal 630,00 891,40 904, ,14 121,91 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bogor (2009) Meningkatnya produksi ikan bawal air tawar dari tahun ke tahun juga meningkatkan permintaan akan benihnya. Usaha pembenihan mempunyai peran yang cukup besar dalam sistem budidaya ikan bawal air tawar, oleh karena itu salah-satu tantangan besar dalam kegiatan budidaya bawal air tawar adalah bagaimana menyediakan ketersediaan benih yang berkualitas secara kontinyu. Data Dinas Perikanan Kabupaten Bogor menunjukkan adanya peningkatan terhadap produksi benih ikan bawal air tawar dari tahun 2008 ke tahun 2009 yaitu sebesar 1.777,86 persen. Peningkatan sebesar 1.777,86 persen tersebut disebabkan oleh peningkatan produksi ikan bawal konsumsi pada tahun yang sama dan tingginya permintaan benih ikan dari luar Kabupaten Bogor (Tabel 4). 4

16 Tabel 4. Produksi Benih Ikan di Kabupaten Bogor Tahun NO Jenis Ikan Produksi (Ribu Ekor) Peningkatan (%) 1 Mas , ,190-65,97 2 Nila , ,400-67,42 3 Nilem 397,00 0, ,00 4 Mujair 2.181,00 693,060-68,22 5 Gurame , ,890-60,81 6 Tawes 9.459, ,480-41,74 7 Patin , ,490-67,67 8 Lele , ,270-74,65 9 Sepat Siam 488,00 0, ,00 10 Tambakan 6.051, ,470-70,86 11 Bawal , , ,86 Jumlah ,06 13,77 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Bogor (2009) Tingginya produksi benih ikan bawal air tawar tentunya akan meningkatkan permintaan terhadap benih larvanya, hal ini dikarenakan benih larva bawal merupakan input dari usaha pembenihan bawal air tawar. Benih larva bawal air tawar adalah benih yang berumur kurang dari 15 hari yang didapat dari hasil pemijahan induk bawal jantan dan betina, baik secara alami maupun pemijahan buatan (Arie, 2006). Untuk menghasilkan benih larva yang berkualitas dibutuhkan teknik dan waktu pemijahan yang tepat, teknik pemijahan yang biasa dilakukan yaitu dengan cara menyuntikkan hormon perangsang pada induk jantan dan betina (Djarijah, 2001). Oleh sebab itu untuk memproduksi larva harus didukung dengan keahlian dan keterampilan di bidangnya. Saat ini teknologi produksi benih larva masih terbatas di kalangan masyarakat karena risiko pada pembenihan larva ini cukup besar. Menurut Prhasta (2009), risiko produksi yang terdapat pada kegiatan pembenihan larva ikan bawal air tawar adalah buruknya kualitas air yang disebabkan oleh faktor cuaca dan serangan penyakit Trichodina sp yang menyebabkan tingkat kelangsungan hidup larva (SR) hanya 32,7 persen, 5

17 padahal tingkat kelangsungan hidup normal larva yaitu persen. Pada pembenihan lanjutan dan pembesaran, risiko produksi yang disebabkan oleh faktor cuaca dan penyakit pada ikan bawal air tawar akan terus berkurang seiring dengan pertumbuhannya karena ikan bawal air tawar dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Risiko pasar pada pembenihan larva ikan bawal air tawar yaitu berfluktuasinya harga pakan artemia sp yang cenderung meningkat sehingga membuat biaya produksi di tingkat petani membengkak 1. Pembenihan larva ikan bawal air tawar merupakan tahap yang rentan dan mempunyai tingkat kegagalan yang tinggi disebabkan oleh tingginya risiko produksi dan risiko pasar, maka para petani yang mengusahakannya harus melakukan manajemen risiko yang tepat agar setiap sumber risiko yang muncul dapat dicegah dan diatasi. Salah satu usaha yang saat ini sudah melakukan produksi benih larva ikan bawal air tawar adalah Ben s Fish Farm. Ben s Fish Farm merupakan salah satu perusahaan pembenihan larva terbesar di Kabupaten Bogor dengan core bisnisnya pembenihan larva ikan bawal air tawar yang berlokasi di Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang. Adanya risiko dalam pembenihan larva ikan bawal air tawar maka Ben s Fish Farm perlu melakukan manajemen risiko yang tepat untuk menangani setiap sumber risiko yang muncul di perusahaan. 1.2 Perumusan Masalah Ben s Fish Farm berdiri sejak tahun 1996 merupakan usaha yang bergerak dalam menghasilkan larva ikan bawal air tawar hingga sekarang sudah mempunyai 30 cabang. Meningkatnya permintaan akan larva ikan bawal air tawar sebagai input untuk usaha pembenihan dan pembesaran ikan bawal air tawar, maka Ben s Fish Farm juga berpeluang meningkatkan produksi larva ikan bawal air tawarnya untuk dijual di pasaran. Namun berdasarkan wawancara dengan Bapak Andrian selaku pemilik Ben s Fish Farm bahwa perkembangan produksi larva bawal air tawar selama 10 tahun terakhir secara umum terus mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 1998 sampai tahun 2000 produksi larva di Bens Fish Farm mengalami penurunan yang sangat signifikan yakni dari rata-rata Harga pakan ikan naik 100 persen (2 Juni 2010) 6

18 juta produksi larva tiap bulannya turun menjadi 3 juta larva tiap bulannya. Penurunan produksi ini disebabkan oleh harga input produksi yang tinggi serta daya beli konsumen yang menurun akibat dari krisis moneter. Saat ini produksi larva Bens Fish Farm rata-rata 28 juta larva tiap bulannya, namun menurut Bapak Andrian produksi larva selalu berfluktuatif karena dipengaruhi oleh faktor cuaca. Faktor cuaca ini mengakibatkan tingginya risiko yang dihadapi oleh Ben s Fish Farm dalam memproduksi larva bawal air tawar. Pada saat musim hujan produksi larva di atas 35 juta tiap bulannya, namun sebaliknya yaitu pada musim kemarau produksi larva menurun secara drastis hingga 50 persen dari produksi normal. Rendahnya produksi larva pada musim kemarau dikarenakan tingkat SR (survival rate) yang mencapai 50 persen. Selain dari faktor cuaca, risiko produksi juga disebabkan oleh penyakit white spot yang menyerang larva sampai 5 persen tiap siklusnya serta human eror yang sering terjadi pada proses produksi larva. Selain menyebabkan tingginya risiko produksi, faktor cuaca juga menyebabkan tingginya risiko pasar, hal ini disebabkan oleh keterkaitan faktor cuaca pada supply dan demand larva di pasaran. Pada saat musim hujan supply larva yang membanjiri pasaran menyebabkan harga larva turun, menurut pemilik Ben s Fish Farm harga terendah pada musim hujan mencapai Rp 7,- per ekor larva, dan harga tertinggi pada musim kemarau yakni Rp 13,- per ekor larva. Tingginya risiko pada pembenihan larva bawal air tawar di Ben s Fish Farm juga diperkuat oleh penelitian Surahmat (2009), bahwa risiko kegagalan pada pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm cukup tinggi dengan tingkat mortalitas hampir mencapai 50 persen yakni butir telur yang dipijahkan hanya bisa menghasilkan benih larva. Adanya risiko produksi dan risiko pasar dalam pembenihan larva ikan bawal air tawar yang tinggi maka perusahaan perlu menerapkan strategi penanganan risiko yang tepat agar setiap sumber risiko yang ada dapat di cegah dan diatasi dengan baik, dengan demikian perusahaan dapat meminimalisir kerugian. Berdasarkan permasalahan di atas, secara khusus permasalahan yang perlu dijawab adalah: 7

19 1. Sumber risiko apa saja yang terdapat pada usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar, baik risiko produksi maupun risiko pasar yang dihadapi perusahaan Ben s Fish Farm? 2. Bagaimana tingkat dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumbersumber risiko pada usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar terhadap perusahaan Ben s Fish Farm? 3. Bagaimana strategi penanganan risiko yang tepat seharusnya dilakukan perusahaan Ben s Fish Farm untuk mengendalikan risiko dalam usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan sumber risiko yang terdapat pada usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar, baik risiko produksi maupun risiko pasar yang dihadapi perusahaan Ben s Fish Farm 2. Menganalisis tingkat dan dampak risiko pada usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar di perusahaan Ben s Fish Farm 3. Merumuskan strategi penanganan risiko yang seharusnya dilakukan perusahaan Ben s Fish Farm untuk mengendalikan risiko dalam usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar 1.4 Kegunaan penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai masukan bagi perusaahaan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menjalankan usahanya pada saat menghadapi berbagai risiko pada usaha pembenihan ikan bawal air tawar 2. Sebagai masukan bagi pemerintah, khususnya Dinas Perikanan untuk melakukan penyuluhan dan pembinaan terhadap petani tentang manajemen risiko pada pembenihan larva ikan bawal iar tawar. 3. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya 8

20 1.5 Ruang lingkup 1. Produk yang dikaji adalah ikan bawal air tawar yang diproduksi pada tahap pembenihan larva, hal ini dikarenakan tahap pembenihan larva ikan bawal air tawar merupakan tahap yang rentan dan mempunyai tingkat kegagalan yang tinggi 2. Penelitian ini menggunakan data periode selama siklus produksi pembenihan berlangsung dan didukung dengan data time series produksi dan pemasaran bulan sebelumnya 3. Penelitian ini difokuskan pada analisis manajemen dan risiko dalam usaha pembenihan ikan bawal air tawar yang meliputi risiko produksi dan risiko pasar, kemudian dikaitkan dengan risiko penerimaan dan dianalisis berdasarkan teori penanganan risiko. 9

21 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Ikan Bawal Air Tawar Usaha perikanan harus dikelola secara profesional dan bukan hanya sebuah usaha sampingan yang sebatas memenuhi kebutuhan hidup, namun harus mengacu pada target keuntungan atau profit oriented (Prahasta, 2009). Untuk memulai bisnis ikan bawal air tawar secara profesional harus dilihat potensi dan pola pengembangan bisnis yang bisa dilakukan pada ikan bawal tersebut agar lebih menguntungkan Potensi Ikan Bawal Air Tawar Ikan bawal air tawar merupakan jenis ikan yang cukup populer di pasar ikan konsumsi. Budidaya ikan bawal menjadi pilihan banyak petani karena beberapa hal antara lain: pemeliharaan yang mudah, cepat besar dan mudah dipasarkan. Ikan bawal air tawar memiliki rasa daging yang gurih dan enak, meski cukup banyak duri pada dagingnya. Ikan ini sekarang menjadi alternatif baru bagi petani, bahkan beberapa petani ikan yang sebelumnya memelihara ikan nila dan ikan mas beralih memelihara ikan bawal air tawar, karena potensi ekonominya yang lebih menguntungkan. Ikan bawal air tawar dipilih karena jenis ikan ini tidak memerlukan pakan dengan kandungan protein tinggi, sehingga para pembudidaya dapat menghemat biaya pengeluaran untuk pakan. Ikan bawal air tawar tidak membutuhkan pakan yang berkualitas bagus dan mahal, cukup dengan pakan yang biasa saja hasilnya sudah bagus (Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang, 2007) Pola Pengembangan Agribisnis Ikan Bawal Air Tawar Untuk memenuhi kebutuhan benih ikan bawal sebagai ikan konsumsi, pola pengembangan ikan bawal air tawar dapat dibagi dalam beberapa subsistem. Setiap pelaku dapat bergerak dalam masing-masing subsistem tergantung dari modal yang dimiliki dan prasarana budidaya yang tersedia, dapat pula setiap pelaku bergerak mulai dari pembenihan sampai pembesaran. Subsistem ini meliputi pembenihan, pendederan, pembesaran, dan subsistem penunjang (Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang, 2007). 10

22 1 Subsistem pembenihan Pada subsistem pembenihan, pelaku bisnis dapat mulai dari kegiatan memelihara induk sampai menghasilkan benih ukuran 2 inci atau seberat 3 gram seriap ekornya. Benih ukuran tersebut menjadi input untuk subsistem pendederan atau bisa langsung dijual. Kegiatan ini biasanya dilakukan selama 6 minggu. 2 Subsistem pendederan Pada subsistem pendederan, pelaku bisnis memulai dari kegiatan memelihara benih ukuran 2 inci sampai benih mencapai ukuran 4 inci atau seberat 25 gram per ekornya. Benih ukuran ini bisa dijual atau menjadi input subsistem pembesaran. Kegiatan ini biasanya dilakukan selama 6 minggu. 3 Subsistem pembesaran Pada subsistem pembesaran, pelaku bisnis bertugas membesarkan benih dari hasil pendederan ukuran 4 inci (25 g) sampai menjadi ikan konsumsi. Kegiatan ini biasanya dilakukan selama 3 bulan. Selain itu, subsistem ini bertugas mencari pasar dalam dan luar negeri. 4 Subsistem penunjang Pada subsistem penunjang, pelaku bisnis bertugas menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masing-masing subsistem, seperti menyediakan pakan tambahan, peralatan, dan sarana produksi lainnya. Adanya subsistem tersebut diharapkan kegiatan budidaya dapat berjalan lancar, karena masing-masing subsistem mempunyai tugas yang berlainan dan akan terjalin kerjasama yang saling menguntungkan Deskripsi Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis cukup tinggi. Ikan ini berasal dari Brazil. Pada mulanya ikan bawal diperdagangkan sebagai ikan hias, namun karena pertumbuhannya cepat, dagingnya enak dan dapat mencapai ukuran besar, maka masyarakat menjadikan ikan tersebut sebagai ikan konsumsi. Rasa daging dan kandungan gizinya tidak kalah dengan ikan bawal laut, tetapi harganya tidak 11

23 mahal dan bisa dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat sehingga wajar saja bila ikan ini pun banyak dicari orang (Arie, 2000). Kegiatan pembenihan larva merupakan salah satu tahapan kegiatan untuk menghasilkan ikan bawal siap konsumsi. Menurut Prahasta (2009), ada beberapa kegiatan dalam pembenihan larva ikan bawal air tawar yaitu : perawatan induk, pemijahan, penetasan telur dan perawatan larva, pemberian pakan, dan pemanenan larva Perawatan Induk Menurut Effendi (2004), pemeliharaan induk dapat dilakukan pada kolam beton ataupun kolam tanah dengan kepadatan 4 ekor per meter persegi dan dilakukaan pemberiaan pakan sebanyak 3 persen dari bobot tubuh per hari dengan frekuensi pemberian dua kali yaitu pagi dan sore. Pemeliharaan induk bertujuan untuk menumbuhkan dan mematangkan gonad. Perawatan induk dilakukan pada kolam penampungan yang cukup besar. Tujuan perawatan adalah untuk memulihkan stamina (kesehatan) melalui perbaikan gizi makanan dan kenyamanan lingkungan, sekaligus memberikan tenggang waktu perkembangan telur untuk pemujahan periode berikutnya (Djarijah, 2001) Pemijahan Pemijahan adalah suatu proses pembuahan telur oleh sperma, dimana proses tersebut bisa berlangsung secara alami atau buatan yang dibantu oleh tangan manusia (Effendi, 2004). Menurut Arie (2000), ikan bawal air tawar dapat dirangsang supaya memijah dengan rangsangan hormon (kawin suntik). Kawin suntik memiliki kelebihan yaitu pemijahan lebih terkontrol saat pembuahan dibandingkan cara alami. Penyuntikan ikan bawal air tawar menggunakan ovaprin dengan dosis untuk betina 0,75 ml per kilogram, sedangkan untuk jantan 0,5 ml. Perkawinan antara induk yang telah matang gonad memiliki perbandingan 3:1, yaitu 3 jantan dan 1 betina. 12

24 Penetasan Telur dan Perawatan Larva Menurut Arie (2000), penetasan merupakan kegiatan merawat telur yang dikeluarkan induk betina hingga menetas menjadi larva. Kegiatan dalam penetasan meliputi persiapan wadah penetasan, pengisian air akuarium penetasan dengan suhu tidak lebih dari 28 o C. Penebaran telur dengan padat tebar 150 sampai 200 butir per liter air, dan telur akan menetas dalam waktu 18 sampai 24 jam. Untuk menjaga kualitas air setelah telur menetas dilakukan pergantian air sebanyak 50 persen dan dilakukan pembuangan telur yang tidak menetas. Teknik pemisahan larva dari cangkang dan telur busuk dapat dilakukan secara mekanik dan kimiawi. Pembuangan cangkang dan telur busuk secara mekanik dilakukan dengan teknik swimming out atau siponisasi. Pemisahan cangkang dan telur busuk secara kimiawi dapat menggunakan larutan enzim Alkaline Protease, enzim ini aktif memecah dan melarutkan cangkang telur, juga dapat mempercepat proses penetasan telur (Djarijah, 2001) Pemberian Pakan dan Pemanenan Larva Menurut Djarijah (2001), larva ikan bawal tidak sanggup makan makanan dari luar selama masih tersedia makanan cadangan berupa kuning telur yang melekat di bawah perutnya. Makanan yang dapat ditelan oleh larva ikan bawal berumur sekitar 4 sampai 5 hari adalah organisme renik berupa artemia. Pakan artemia diberikan sebanyak satu sendok makan per akuarium dan dilakukan tiga kali sehari sampai larva berumur 14 hari. Panen larva dilakukan pada akhir masa pemeliharaan. Panen larva dapat dilakukan secara total dengan cara menangkap semua larva dan mengeringkan akuarium. Pelaksanaan panen harus dilakukan pada pagi hari untuk mengurangi risiko stres pada benih. Benih yang telah ditangkap kemudian dipindahkan ke bak penampungan (Djarijah, 2001) Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian yang akan dilakukan, diantaranya adalah mengenai pembenihan ikan bawal air tawar, manajemen risiko, risiko produksi maupun risiko pasar dan penelitian lain yang relevan. 13

25 Penelitian tentang Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar Telah banyak dilakukan penelitian tentang pembenihan ikan bawal air tawar. Diantaranya Brajamusti (2008), meneliti tentang pendapatan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar pada perusahaan Ben s Fish Farm, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menghitung tingkat pendapatan usaha serta menganalisis efisiensi usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar jika terjadi perubahan-perubahan dalam produksi. Hasil analisis menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2007 memperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp ,00,- sedangkan pendapatan atas biaya totalnya adalah sebesar Rp ,00,- Nilai R/C ratio tunai usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar menunjukkan sebesar 2,96 dan R/C ratio total menunjukkan 2,28. Dalam penelitian itu juga dijelaskan bahwa adanya fluktuasi harga jual larva, fluktuasi harga barang-barang input yang mempengaruhi pendapatan perusahaan. Surahmat (2009), meneliti tentang kelayakan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar pada perusahaan Ben s Fish Farm di Cibubulang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan alat analisis kelayakan usaha yaitu NPV, IRR dan Net B/C ratio, hasilnya menunjukkan bahwa usaha ikan bawal sangat layak untuk dilaksanakan karena mempunyai nilai NPV sebesar Rp ,05,- pada tingkat diskonto 7,25 persen dan nilai IRR sebesar 61 persen pada tingkat bunga deposito 7,25 persen serta nilai Net B/C ratio sebesar 4,15. Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar mempunyai risiko operasional yang sangat tinggi yaitu mendekati 50 persen pada saat musim kemarau, juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kualitas indukan, kualitas air kolam, pakan yang digunakan, dan skill tenaga kerja yang digunakan, serta fluktuasi harga input dan output. Selain itu, hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa pembenihan ikan bawal air tawar juga mempunyai risiko pasar yang sangat tinggi yaitu dari analisis Switching value penurunan harga jual larva hanya bisa ditolerir sebesar 7,04 persen yaitu dari harga jual Rp 8,00,- per ekor menjadi Rp 7,43,- per ekor. Beberapa contoh penelitian terdahulu di atas memperlihatkan bahwa pembenihan ikan bawal air tawar layak untuk diusahakan, tetapi pembenihan 14

26 bawal air tawar juga rentan terhadap risiko pasar seperi fluktuasi harga jual larva dan harga pakan yang sangat mempengaruhi pendapatan perusahaan Penelitian Tentang Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan adanya risiko, juga suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul karena adanya ketidakpastian dengan cara mengukur dan memetakan, mengembangkan alternatif risiko dalam memonitoring serta mengendalikan implementasi penanganan risiko. Beberapa alat analisis yang digunakan dalam penelitian manajemen risiko seperti standar deviasi, koefisien variasi, z-score, dan VaR yang berfungsi untuk memetakan risiko dalam hal merumuskan strategi risiko. Robi ah (2006), melakukan penelitian mengenai manajemen risiko usaha peternakan ayam broiler dengan studi kasus di Sunan Kudus Farm (SKF) di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan analisis kualitatif untuk mengetahui manajemen risiko usaha peternakan di SKF. Selain itu, desain penelitian yang dipakai adalah eksplorasi dengan menggunakan analisis risiko (nilai tengah, standar deviasi, koefisien variasi dan batas bawah pendapatan) dan analisis keputusan berisiko dengan bantuan diagram keputusan (decision tree) untuk mengetahui expectecd value yang akan didapatkan SKF dalam rangka pengambilan keputusan. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa manajemen risiko belum berjalan dengan baik terutama pada aspek produksi. Hasil analisis risiko menunjukkan bahwa SKF akan menghadapi risiko kerugian. Analisis keputusan risiko menunjukkan pada periode lebaran expected value menambah populasi lebih besar dari tidak menambah populasi. Sedangkan pada periode tahun ajaran baru expected value mengurangi populasi lebih kecil daripada expected value tidak mengurangi populasi. Pada penelitian ini alat analisis risiko yang digunakan hanya standar deviasi dan koefisien variasi untuk merumuskan diagram keputusan perusahaan. Berbeda dengan penelitian Lestari (2009), yang melakukan analisis manajemen risiko dalam usaha pembenihan udang Vanname dengan mengambil studi kasus di PT Suri Tani Pemuka Serang, Banten. Risiko operasional disebabkan oleh cuaca dan penyakit yang menyebabkan fluktuasi produksi benih 15

27 udang, sedangkan risiko pasar disebabkan oleh fluktuasi harga jual benih dimana peluang terjadinya disebabkan karena jenis udang yang diteliti merupakan komoditi baru yang sedang merintis pasar dan baru dikenal oleh konsumen. Analisis risiko dilakukan dengan nilai z-score yang merupakan analisis standar, sedangkan untuk dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Sumber risiko diklasifikasikan ke dalam empat kuadran risiko. Pertama, sumber risiko dianggap memiliki kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan juga besar adalah risiko timbulnya penyakit serta risiko karena tingginya tingkat mortalitas benih udang vanname. Kedua, sumber risiko dengan kemungkinan terjadinya kecil tetapi berdampak besar adalah risiko pada pengadaan induk. Ketiga, sumber risiko dengan kemungkinan terjadinya besar tetapi berdampak kecil adalah fluktuasi harga induk, pakan dan benih. Keempat, sumber risiko dengan kemungkinan terjadinya kecil dan berdampak kecil yaitu risiko yang disebabkan oleh cuaca dan kerusakan peralatan. Strategi preventif dilakukan untuk mengurangi terjadinya risiko yang terdapat pada kuadran 1 dan 3 dengan persiapan pemeliharaan, pelatihan sumberdaya manusia, dan kontrak pembelian dengan pemasok. Strategi mitigasi untuk menangani risiko pada kuadran 2 melalui kegiatan pengendalian penyakit dan pengadan induk yang tepat. Gumayantika (2009), melakukan penelitian tentang analisis sistem manajemen risiko kredit dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan, studi kasus pada Bank Jabar Cabang Ciamis. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif, korelasi pearson product moment dan regresi linear sederhana. Pada analisis tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu: a) sumberdaya dan keuangan perusahaan; b) faktor debitur yaitu jangka waktu kredit dan suku bunga; c) faktor eksternal yaitu persaingan dengan bank lain. Manajemen risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis meliputi: 1) identifikasi risiko kredit; 2) pengelompokan risiko kredit sesuai dengan kolektibilitas; 3) pengukuran risiko kredit dilihat dari rasio NPL; dan 4) pengendalian dan pengelolaan risiko kredit. Hasil analisis korelasi pearson product moment didapatkan r =-0,652 yang berarti bahwa terdapat hubungan negatif sebesar 0,652 antara risiko kredit dan laba. KD=r 2 =0,652 2 =0,43, artinya 16

28 sebesar 43 persen laba perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel risiko kredit. Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa tingkat risiko kredit mempunyai pengaruh negatif terhadap laba Bank, yang mana setiap kenaikan tingkat risiko kredit akan mengakibatkan penurunan laba pada Bank. Nandifa (2008), menganalisis manajemen risiko kredit umum pedesaan dengan menggunakan simulasi program komputer di Bank BRI Unit Ciampea. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan alat yang dipakai adalah program komputer Visual Basic 6.0. faktor yang mempengaruhi risiko kredit Kupedes BRI Unit Ciampea terdiri dari faktor internal bank (SDM dan kebijakan Bank) dan faktor eksternal bank (debitur). Berdasarkan pengujian validitas menggunakan metode backtesting dihasilkan penyimpangan sebesar 4,06 persen sehingga metode Creditrisk Portofolio sesuai untuk mengukur kerugian yang diperkirakan (expected loss). Pengelolaan dan pengendalian risiko kredit yang dilakukan oleh BRI Unit Ciampea adalah dengan penerapan prinsip 5C, penetapan kolektibilitas debitur, pembentukan PPAP, IPTW, pembinaan dan penagihan intensif, rescheduling, reconditing, peningkatan kualitas SDM dan kerjasama dengan perusahaan asuransi. Dari beberapa contoh penelitian yang berhubungan dengan manajemen risiko, maka penelitian yang merumuskan strategi risiko pada output penelitiannya adalah Lestari (2009), sementara penelitian Nandifa (2008) dan Gumayantika (2009), lebih banyak menggunakan analisis deskriptif dalam menentukan risiko yang terjadi Penelitian tentang Risiko Produksi dan Pasar Fariyanti (2008), meneliti perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran dalam menghadapi risiko produksi dan harga produk di Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung. Analisis risiko produksi dilakukan dengan menggunakan model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH), sedangkan analisis perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran digunakan persamaan simultan. Adapun komoditas yang diteliti adalah kentang dan kubis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko produksi kentang maupun kubis dipengaruhi secara nyata oleh risiko produksi pada musim sebelumnya. Risiko produksi pada kentang lebih tinggi dibanding dengan kubis, tetapi sebaliknya 17

29 risiko harga pada kentang lebih rendah dari kubis. Diversifikasi usaha kentang dan kubis mempunyai risiko produksi (portofolio) lebih rendah dibanding spesialisasi kentang dan kubis. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan produksi akibat risiko produksi dan harga produk adalah dengan menggunakan penggunaan lahan, benih, pupuk, obatobatan dan tenaga kerja. Strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yaitu dengan menggunakan benih yang tahan terhadap kekeringan dan hama penyakit, pengembangan teknologi irigasi dan diversifikasi kegiatan usahatani maupun luar usahatani. Adapun strategi untuk mengatasi harga produk diperlukan penyediaan sarana dan prasarana penyimpanan secara berkelompok pada tingkat petani, pengembangan kegiatan sistem contract farming kelembagaan pemasaran. Penelitian Siregar (2009), menggunakan alat analisis model ARCH- GARCH pada analisis risiko day old chick (DOC) broiler dan layer di PT Sierad Produce, Parung Kabupaten Bogor. Hasil analisis ARCH-GARCH yaitu bahwa pola pergerakan harga DOC dipengaruhi oleh kondisi penawaran dan permintaan DOC. Hasil analisis GARCH (1,1) diperoleh bahwa harga DOC dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga DOC sebelumnya dengan tanda yang positif yang berarti jika terjadi peningkatan risiko harga DOC pada periode sebelumnya maka akan meningkatkan risiko harga DOC periode berikutnya dengan tingkat koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 9,99 persen. Harga jual DOC layer dengan ARCH (1) diperoleh hasil bahwa harga DOC layer dipengaruhi oleh volatilitas priode sebelumnya dengan tingkat koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 18,81 persen. Hal ini menunjukkan setiap rupiah yang diperoleh perusahaan ternyata risiko harga jual DOC broiler lebih tinggi dibanding risiko harga jual DOC layer. Strategi yang dapat disarankan adalah melakukan perencanaan produksi dan penjualan berdasarkan aktivitas perusahaan sebelumnya dan melakukan kemitraan dengan peternak lain. Aziz (2009) melakukan penelitian pada usaha peternakan X. Analisis risiko yang digunakan adalah dengan menghitung expected return, variance, standar deviation dan coefficient variation. Selain itu juga menggunakan analisis deskriptif yang digunakan untuk menganalisis manajemen risiko. Nilai expected 18

30 return yang diperoleh adalah sebesar Rp ,-, nilai ini menggambarkan bahwa pendapatan bersih yang diharapkan dapat diperoleh usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah sebesar Rp ,- (ceteris paribus). Nilai standar deviasi yang diperoleh di usaha peternakan X adalah sebesar Rp ,-, nilai ini menunjukkan bahwa risiko yang harus dihadapi usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah sebesar Rp ,- (ceteris parubus). Nilai coefficient variation yang diperoleh oleh usaha peternakan X adalah sebesar 1,75. Nilai coefficient variation sebesar 1,75 menunjukkan bahwa risiko yang ditanggung oleh peternak sebesar 175 persen dari nilai return yang diperoleh. Nilai coefficient variation yang lebih besar dari 0,5 menunjukkan bahwa usaha peternakan X akan menghadapi peluang merugi pada setiap periode di masa yang akan datang (ceteris paribus). Nilai batas bawah pendapatan yang diperoleh usaha peternakan X adalah sebesar Rp ,-, nilai ini menunjukkan bahwa kemungkinan risiko paling rendah atau kerugian paling rendah yang akan dihadapi usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah sebesar Rp ,- (ceteris paribus). Berdasarkan analisis risiko, risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan X yaitu risiko harga, risiko produksi, dan risiko sosial yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternakan X. Risiko-risiko tersebut menyebabkan pendapatan usaha peternakan X berfluktuasi tajam. Bahkan pada periode ke-6 dan ke-12 usaha peternakan X mengalami kerugian masing-masing sebesar Rp ,- dan Rp ,-. Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada konsep dan produk yang diteliti. Persamaan dalam hal manajemen risiko yaitu pada penelitian Lestari (2009), Robi ah (2006), Gumayantika (2009), dan Nandifa (2008). Namun, pada penelitian Lestari (2009), selain dalam hal manajemen, terdapat persamaan metode yang digunakan yakni sama-sama menggunakan metode Model z-score dan Value at Risk (VaR) namun objek atau komoditas yang diteliti berbeda. Persamaan dalam hal risiko produksi dan harga terdapat pada penelitian Fariyanti, Tarigan dan Siregar. Namun, pada penelitian Fariyanti (2008), dan Siregar (2009) menggunakan model GARCH dan ARCH-GARCH dalam 19

31 menganalisis tingkat risiko, dan perbedaan lain yaitu komoditas yang diteliti berbeda dengan komoditas pada penelitian ini. Pada penelitian tentang pembenihan ikan bawal seperti yang diteliti oleh Surahmat (2009), dan Brajamusti (2008) persamaan terdapat dalam hal komoditas yang diteliti, selain itu lokasi penelitian juga sama-sama di Ben s Fish Farm. Perbedaan terdapat pada konsep yang digunakan dalam menganalisis benih larva ikan bawal air tawar. 20

32 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran risiko, manajemen risiko dan penanganan risiko Definisi Risiko Risiko adalah ketidakpastian yang dapat menimbulkan terjadinya peluang kerugian terhadap pengambilan suatu keputusan, karena risiko adalah konsekuensi dari apa yang kita lakukan (Harwood, et al 1999). Basyib (2007), mendefinisikan risiko sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi. Kountur (2008), mendefinisikan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ketidakpastiaan ini terjadi akibat kurangnya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi, dan ada tiga unsur penting dari suatu yang dianggap risiko yaitu: (1) merupakan suatu kejadian; (2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, jadi bisa saja terjadi atau tidak terjadi; (3) jika sampai terjadi akan menimbulkan kerugian. Darmawi (1990), juga menghubungkan risiko dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, dengan kata lain kemungkinan yang menunjukkan adanya ketidakpastian. Kountur (2008), menjelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko, maka dari itu risiko didefinisikan sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan. Kountur (2008), juga mendefinisikan risiko operasional sebagai suatu risiko kerugian yang disebabkan karena tidak berjalannya atau gagalnya proses internal, manusia dan sistem serta oleh peristiwa internal. Risiko operasional dapat disebabkan oleh kerugian langsung atau tidak langsung karena ketidakcukupan atau kegagalan proses internal dan umumnya merujuk pada 21

33 peristiwa yang diakibatkan oleh teknologi, kesalahan manusia, risiko hukum dan terjadinya penipuan. Harwood, et al (1999), mendifinisikan bahwa risiko produksi adalah proses produksi yang menimbulkan kejadian yang tidak ditangani, sehingga menyebabkan kerugian bagi petani atau perusahaan. Produksi harus senantiasa disesuaikan dengan output yang akan dicapai dengan pemakaian input-input yang tepat melalui teknologi tepat guna sehingga mengurangi dampak merugikan Sumber dan Kategori Risiko Harwood, et al (1999), menjelaskan beberapa risiko yang sering terjadi pada pertanian dan dapat menurunkan tingkat pendapatan petani yaitu: 1) Risiko hasil produksi Hasil produksi yang selalu berubah-ubah dalam pertanian disebabkan karena kejadian yang tidak terkontrol, biasanya disebabkan oleh kondisi alam yang ekstrim seperti curah hujan, iklim, cuaca, dan serangan hama dan penyakit. Produksi juga harus memperhatikan teknologi tepat guna untuk memaksimumkan keuntungan dari hasil produksi optimal. 2) Risiko harga atau pasar Risiko harga dapat dipengaruhi oleh perubahan harga produksi atau input yang digunakan. Risiko harga muncul ketika proses produksi sudah berjalan, hal ini lebih disebabkan kepada proses produksi dalam jangka waktu lama pada pertanian sehingga kebutuhan input setiap periode memiliki harga yang berbeda. 3) Risiko institusi Institusi mempengaruhi hasil pertanian melalui kebijakan dan peraturan, kebijakan pemerintah dalam menjaga kestabilan proses produksi, distribusi, dan harga input-input yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan produksi petani. Fluktuasi harga input maupun output pertanian dapat mempengaruhi biaya produksi 4) Risiko manusia atau orang Risiko ini disebabkan oleh tingkah laku manusia dalam melakukan proses produksi. Sumberdaya manusia perlu diperhatikan untuk menghasilkan output optimal. Moral manusia dapat menimbulkan kerugian seperti 22

34 adanya kelalaian sehingga menimbulkan kebakaran, pencurian, dan rusaknya fasilitas produksi. 5) Risiko keuangan Risiko keuangan merupakan dampak yang ditimbulkan oleh para petani dalam mengelolah keuangannya. Modal yang dimiliki dapat digunakan secara optimal untuk menghasilkan output. Peminjaman modal yang banyak memberikan manfaat seimbang berupa laba antara pengelola dan pemilik modal. Menurut Sofyan (2004), faktor-faktor penyebab munculnya risiko pada umumnya berasal dari dua sumber, yakni sumber internal dan sumber eksternal. Sumber internal terjadi karena masalah internal umumnya lebih mudah dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber eksternal umumnya jauh di luar kendali pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya suatu daerah atau negara, dan kondisi suplai atau pemasok. Menurut Kountur (2008), risiko bisa dikategorikan berdasarkan sudut pandang yaitu risiko dari sudut pandang penyebab, risiko dari sudut pandang akibat, risiko dari sudut pandang aktivitas dan risiko dari sudut pandang kejadian. a. Risiko dari sudut pandang penyebab terdiri dari risiko keuangan dan risiko operasional (produksi). Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga dan nilai tukar mata uang asing. Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non-keuangan seperti manusia, alam dan teknologi. b. Risiko dari sudut pandang akibat terdiri dari risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni adalah suatu kejadian berakibat hanya merugikan dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. c. Risiko dari sudut pandang aktivitas yaitu risiko yang timbul karena adanya berbagai macam aktivitas. d. Risiko dari sudut pandang kejadian yaitu risiko yang timbul dari beberapa kejadian, seperti kebakaran, kebanjiran dan pencurian. 23

35 Menurut Fahmi (2010), risiko dikategorikan menjadi dua yaitu risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculative risk). Risiko murni dikelompokkan menjadi tiga tipe risiko yaitu: a. Risiko aset fisik, merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada aset fisik suatu perusahaan. b. Risiko karyawan, merupakan risiko apa yang dialami oleh karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. c. Risiko legal, merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak yang tidak berjalan sesuai dengan rencana. Adapun resiko spekulatif dapat dikelompokkan menjadi empat tipe risiko yaitu: a. Risiko pasar, merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di pasar b. Risiko kredit, merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya. c. Risiko likuiditas, merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. d. Risiko operasional, merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak berjalan dengan lancar Sikap Individu terhadap Risiko Dalam menganalisis risiko didasarkan pada teori pengambilan keputusan dengan berdasar pada konsep expected utility. Expected utility sangat erat kaitannya dengan probability. Probability dapat dipandang sebagai frekuensi relatif dan digunakan dalam pengambilan keputusan. Utility sangat sulit diukur sehingga umumnya didekati dengan pengukuran return. Setiap keputusan investasi menyajikan risiko dan return tertentu, oleh karena itu semua keputusan harus ditinjau dari return yang diharapkan (expected return) dan risiko yang dihadapi. Semakin tinggi risiko dari suatu kegiatan usaha (investasi) maka makin tinggi tingkat pengembalian, namun demikian pelaku bisnis mengalami risiko kemungkinan akan kehilangan uang atas investasi bersangkutan, maka dilakukan analisis dengan menggunakan penilaian terhadap risiko. Menurut Debrin (1986), sikap terhadap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut: 24

36 1. Risk Aversion Risk Aversion merupakan pembuatan keputusan yang takut terhadap risiko. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan tingkat kepuasan. 2. Risk Taker Risk Taker merupakan pembuat keputusan yang berani terhadap risiko. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dan menurunkan keuntungan yang diharapkan. 3. Risk Neutral Risk Neutral merupakan pembuat keputusan yang netral terhadap risiko, sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan. Hubungan antara varian return merupakan ukuran dari tingkat risiko yang dihadapi, return yang diharapkan (expected return) merupakan ukuran dari tingkat kepuasan pembuat keputusan yang ditunjukkan pada Gambar 1. utility utility Risk-Averse utility Income Risk-Neutral Income Risk-Taker Income Gambar 1. Hubungan Tingkat Kepuasan dengan Pendapatan Sumber: Debrin (1986) 25

37 Debrin (1986), menjelaskan mengenai hubungan tingkat kepuasan petani dengan keputusan strategi yang diambil pada tingkat risiko tertentu. Gambar 2 menunjukkan setiap petani yang ingin mendapatkan income (pendapatan) yang lebih tinggi maka akan menghadapi risiko yang besar, dimana tingkat risiko selalu berbanding lurus dengan tingkatan harapan pendapatan. Risiko dalam kegiatan bisnis juga dikaitkan dengan besarnya return yang akan diterima oleh pengambil risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi, umumnya dapat diperhitungkan bahwa return yang diterima juga lebih besar. Pola pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko Pengukuran Risiko Pengukuran probabilitas risiko bertujuan untuk mengetahui risiko yang timbul atas pengambilan keputusan perusahaan, dengan hal ini pengelompokan setiap risiko yang ada akan dapat dipetakan sehingga terjadi penanganan yang efektif terhadap semua sumber risiko. Menurut Fahmi (2010), pengukuran risiko dibutuhkan sebagai dasar (tolak ukur) untuk memahami signifikansi dari akibat (kerugian) yang akan ditimbulkan oleh terealisasinya suatu risiko, baik risiko tunggal maupun portofolio, terhadap kesehatan dan kelangsungan usaha. Signifikansi suatu risiko maupun portofolio risiko dapat diketahui atau disimpulkan dengan melakukan pengukuran terhadap dimensi risiko yaitu: (1) kuantitas risiko yaitu jumlah kerugian yang mungkin muncul dari terjadinya risiko; (2) kualitas risiko yaitu probabilitas dari terjadinya risiko. Menurut Kountur (2008), pengukuran kemungkinan terjadinya risiko bertujuan untuk mengetahui risiko apa saja yang besar dan risiko apa saja yang kecil sehingga dalam penanganannya dapat diketahui risiko-risiko yang perlu diprioritaskan. Mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko juga dapat digunakan sebagai petunjuk strategi penanganan risiko yang sesuai. Risiko-risiko yang kemungkinan terjadinya sangat besar menggunakan strategi penanganan yang berbeda, karena setiap kali terjadi risiko akan memberikan dampak kerugian. Pada umumnya dampak kerugian dihitung dalam satuan mata uang tertentu, sehingga setiap terjadi risiko, perusahaan mengetahui berapa besar nominal kerugiannya. 26

38 Manajemen Risiko Manajemen risiko menurut Darmawi (1990), merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan dengan tujuan memperoleh efektifitas dan efesiensi yang lebih tinggi. Menurut Fahmi (2010), manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi atau perusahaan menerapkan ukuran dalam mematahkan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis. Tahapan-tahapan dalam melaksanakan manajemen risiko menurut Fahmi (2010) yaitu: a. Identifikasi risiko, yaitu perusahaan melakukan tindakan berupa mengidentifikasi setiap bentuk risiko yang dialami perusahaan termasuk bentuk-bentuk risiko yang mungkin dialami perusahaan ke depannya. b. Mengidentifikasi bentuk-bentuk risiko, yaitu pihak manajemen perusahaan telah mampu menemukan bentuk dan format risiko yang dimaksud. c. Menempatkan ukuran-ukuran risiko, yaitu pada tahap ini manajemen perusahaan sudah menempatkan ukuran atau skala yang dipakai, termasuk rancangan model metodologi yang digunakan. d. Menempatkan alternatif-alternatif, yaitu manajemen perusahaan telah melakukan pengolahan data, hasil pengolahan kemudian dijabarkan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif beserta akibat atau pengaruh yang ditimbulkan jika keputusan tersebut diambil e. Menganalisis setiap alternatif, yaitu setiap alternatif yang ada selanjutnya dianalisis dan dikemukakan berbagai sudut pandang serta efek-efek yang ditimbulkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. f. Memutuskan suatu alternatif, yaitu setelah berbagai alternatif dipaparkan dan dijelaskan secara detail maka manajer perusahaan memilih salah satu allternatif yang terbaik. g. Melaksanakan alternatif yang dipilih. h. Mengontrol alternatif yang dipilih, yaitu manajer perusahaan melakukan kontrol yang maksimal guna menghindari timbulnya berbagai risiko yang tidak diinginkan. 27

39 i. Mengevaluasi jalannya alternatif yang dipilih, yaitu mengevaluasi setiap hasil yang dicapai. Kountur (2008), menjelaskan manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan adanya risiko, juga suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul karena adanya ketidakpastian dengan cara mengukur dan memetakan, mengembangkan alternatif risiko dalam memonitoring serta mengendalikan implementasi penanganan risiko. Sistematika pengelolaan risiko menurut Kountur dapat dilihat pada Gambar 2. Proses Output Identifikasi Risiko Daftar Risiko Evaluasi Pengukuran Risiko Penanganan Risiko 1. Peta Risiko 2. Status Risiko Usulan (penanganan risiko) Gambar 2. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur (2008) Pentingnya manajemen risiko diantaranya adalah untuk menerapkan tata kelola usaha yang baik, menghadapi lingkungan usaha yang cepat berubah, mengukur risiko usaha, pengelolaan risiko yang sistematis serta untuk memaksimumkan laba. Konsep manajemen risiko yang penting untuk penilaian suatu risiko diataranya adalah tingkat maksimum kerusakan yang akan dialami perusahaan jika terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan risiko atau disebut dengan eksposur, besarnya kemungkinan suatu peristiwa yang berisiko. Hal yang sama dipaparkan oleh Fahmi (2010) yaitu berdasarkan konsep manajemen risiko, pandangan yang ditawarkan oleh manajemen risiko dalam mengelola risiko yaitu risiko dapat didekati dengan menggunakan suatu kerangka berpikir yang sangat rasional. Hal ini dimungkinkan dengan berkembanganya teori probabilitas dan 28

40 statistik yang memungkinkan kita memiliki alat untuk memilah, mengkuantifikasi dan mengukur risiko. Harwood, et al (1999), mengatakan bahwa manajemen risiko dapat memaksimalkan pendapatan petani, dalam hal ini dilakukan pemahaman risiko yang mencakup akan adanya kesadaran tentang risiko, melakukan pengukuran risiko dan dapat mengendalikannya. Manajemen risiko meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta koordinasi dalam pengelolaan setiap risiko yang ada. Manajemen risiko juga dapat dilakukan dengan adanya kesadaran akan risiko, yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengukur, dan memikirkan mengenai kosekuensi risiko-risiko yang ada serta mengkomunikasikan ke seluruh bagian risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Menurut Darmawi (1990), ada empat manfaat yang diperoleh perusahaan dengan menerapkan manajemen risiko yaitu : a. Mencegah perusahaan dari kegagalan. b. Mengurangi pengeluaran perusahaan. c. Menunjang peningkatan perolehan laba. d. Memberi ketenangan pikiran bagi manager yang disebabkan adanya perlindungan terhadap risiko. Sedangkan menurut Fahmi (2010), manfaat yang diperoleh perusahaan jika menerapkan manajemen risiko yaitu : a. Perusahaan memiliki ukuran yang kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan. b. Mampu memberikan arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruhpengaruh yang mungkin timbul, baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. c. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya dari segi finannsial. d. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum. 29

41 e. Adanya konsep manajemen risiko (risk managemen consept) yang dirancang secara detail maka perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara sustainable. Risiko terjadi karena adanya pengaruh dari dalam dan dari luar perusahaan. Pengaruh yang terjadi dari dalam perusahaan diantaranya adalah karena strategi yang dipilih perusahaan dalam menjalankan perusahaannya. Pada saat perusahaan menentukan strategi maka sejauh mana strategi tersebut dapat meminimalkan risiko, hal semacam ini mengandung ketidakpastian sehingga dapat menimbulkan risiko bagi pemegang kepentingan perusahaan. Risiko dari luar perusahaan dapat berupa kondisi dunia internasional yang berimbas pada kondisi ekonomi di dalam negeri, peraturan pemerintah terhadap dunia usaha yang cenderung merugikan serta daya beli konsumen terhadap produk perusahaan Penanganan Risiko. Menurut Kountur (2008), ada empat cara menangani risiko yaitu dengan cara menghindari dengan tidak mengambil risiko, mencegah timbulnya risiko untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko, mengurangi kerugian akibat risiko untuk meminimalkan akibatnya, mengalihkan risiko ke pihak lain, dan mendanai risiko sekiranya terjadi. Suatu risiko yang kemungkinan terjadinya besar dan konsekuensinya juga besar maka cara yang baik untuk menangani risiko tersebut adalah menghindar. Jika tidak dapat menghindar dan harus menghadpi risiko maka cara yang dilakukan adalah mencegah, yaitu membuat kemungkinan terjadinya risiko sekecil ungkin. Selain mencegah kerugian, akibat dari kerugian itu perlu dikurangi, hal ini dilakukan jika konsekuensi dari risiko tersebut besar. Menurut Darmawi (1990), pengendalian risiko dapat dijalankan dengan beberapa metode yaitu menghindari risiko, mengendalikan kerugian, pemisahan, kombinasi atau pooling, dan pemindahan risiko. Menurut Fahmi (2010), pada dasarnya risiko dapat dikelola dengan empat cara yaitu memperkecil risiko, mengalihkan risiko, mengontrol risiko dan pendanaan risiko. Debrin (1986), mengatakan bahwa strategi yang dapat dilakukan petani dalam menangani risiko dan ketidakpastian yaitu dengan cara asuransi, melakukan kontrak, fasilitas dan peralatan yang fleksibel, serta divesifikasi usaha. Harwood et al (1999), juga menjelaskan cara penanganan risiko yang dapat diterapkan untuk meminimalisir 30

42 kerugian usahatani adalah: (1) diversifikasi usaha (enterprise diversification); (2) integrasi vertikal (vertical integration); (3) kontrak produksi (production contract); (4) kontrak pemasaran (marketing contract); (5) perlindungan nilai (hedging); (6) asuransi (insurance); (8) manajemen keuangan; (9) likuiditas; dan (10) leasing Kerangka Pemikiran Operasional Ikan bawal air tawar merupakan salah satu jenis komoditi perikanan yang tergolong baru karena sebelumnya hanya dikenal sebagai ikan bawal air laut yang hidupnya di laut, namun tingginya permintaan terhadap ikan bawal dan berkembangnya teknologi di bidang perikanan membuat ikan bawal tidak lagi hidup di air laut, namun sudah bisa dibudidayakan secara massal di kolam air tawar. Tingginya permintaan dan produksi bawal air tawar di Kabupaten Bogor menyebabkan tingginya permintaan terhadap benihnya, namun untuk menghasilkan benih siap tebar dibutuhkan input larva yang berkualitas. Ben s Fish Farm adalah salah satu perusahan yang memproduksi benih larva ikan bawal air tawar di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Saat ini produksi larva Ben s Fish Farm terus mengalami peningkatan, namun produksi larva selalu berfluktuatif karena dipengaruhi oleh faktor cuaca. Faktor cuaca ini mengakibatkan tingginya risiko yang dihadapi oleh Ben s Fish Farm dalam memproduksi larva bawal air tawar, pada saat musim hujan produksi larva normal namun sebaliknya pada musim kemarau produksi larva menurun secara drastis hingga 50 persen. Berdasarkan penelitian Surahmat (2009), risiko kegagalan pada pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm cukup tinggi, yaitu tingkat SR (survival rate) hampir mencapai 50 persen pada musim kemarau. Tingginya tingkat kegagalan produksi larva tersebut membuat usaha pembenihan larva di Ben s Fish Farm mempunyai risiko yang cukup besar, risiko kegagalan produksi larva tersebut antara lain dari segi risiko produksi dan risiko pasar. Risiko produksi meliputi larva ikan bawal termasuk makhluk hidup yang peka terhadap lingkungan, jenis pakan yang diberikan, tenaga kerja yang menangani pembenihan, serangan hama dan penyakit serta kualitas indukan. Sedangkan dari segi risiko pasar yakni fluktuasi harga input seperti pakan serta fluktuasi harga 31

43 output. Hal tersebut membuat perusahaan Ben s Fish Farm sebagai perusahaan pembenihan larva ikan bawal air tawar terbesar di Kabupaten Bogor kurang efisien dalam produksinya, sehingga perusahaan perlu menerapkan strategi penanganan risiko yang tepat agar setiap sumber risiko yang ada dapat dicegah dan diatasi dengan baik, dengan demikian perusahaan dapat meminimalisir kerugian. Untuk mengetahui tingkat risiko dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis risiko. Penilaian risiko dapat diukur dengan menggunakan varian, standar deviasi dan koefisien variasi serta peluang. Analisis yang perlu dilakukan selanjutnya adalah analisis probabilitas dan dampak dari risiko dari produksi larva dan derajat kelangsungan hidup benih ikan bawal serta risiko penerimaan yang dialami perusahaan. Pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya kerugian dapat dilakukan dengan analisis nilai standar atau dikenal dengan analisis z-score. Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan analisis Value at Risk (VaR). Hasil analisis ini akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan, untuk mengetahui posisi risiko dalam perusahaan dilakukan pemetaan risiko. Setelah mengetahui posisi risiko maka selanjutnya dapat dibuat alternatif strategi yang mungkin diambil perusahaan dalam meminimalisir semua kemungkinan risiko yang akan terjadi. Setelah risiko yang dihadapi perusahaan Ben s Fish Farm diketahui, maka output yang dihasilkan adalah strategi penanganan risiko yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan Fish Farm. Kerangka pemikiran secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 3. 32

44 Potensi Perikanan Budidaya Permintaan sektor perikanan tinggi Potensi bawal ikan bawal air tawar air tawar di Kabupaten di Kabupaten Bogor Bogor Kebutuhan benih bawal ikan bawal air tawar air tawar yang yang meningkat meningkat Ben s Fish Farm 1. Produsen benih larva bawal air tawar terbesar di Kabupaten Bogor 2. Tingginya risiko produksi dan risiko pasar dalam usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi dan Risiko Pasar 1. Penyakit 2. Cuaca 3. Human eror Risiko Produksi Risiko Produksi 1. Fluktuasi harga input pakan dan obat-obatan 2. Fluktuasi harga jual benih larva Analisis Risiko dan Analisis Dampak 1. Standar deviasi, koefisien varian dan peluang 2. Z-score 3. Value at Risk Strategi penanganan risiko Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 33

45 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi perusahaan pembenihan larva ikan bawal air tawar dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Cibungbulang merupakan pusat penghasil benih ikan bawal terbesar di Kabupaten Bogor, yang mana lebih dari 90 persen benih ikan bawal di Kabupaten Bogor diproduksi di Kecamatan Cibungbulang (Lampiran 1). Ben s Fish Farm merupakan perusahaan penghasil larva ikan bawal air tawar terbesar di Kabupaten Bogor yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang, dimana produksinya rata-rata 28 juta ekor per bulan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Juli 2010, hal ini bertujuan pada waktu tersebut diperkirakan Bogor berada pada alih musim kemarau ke musim hujan, yang mana musim kemarau merupakan musim yang memiliki risiko paling tinggi bagi induk ikan bawal untuk memproduksi larva, sedangkan musim hujan merupakan musim yang cocok bagi induk ikan bawal memproduksi larva Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik Ben s Fish Farm, karyawan bagian produksi dan karyawan bagian pemasaran serta pengamatan langsung pada kegiatan pembenihan larva ikan bawal air tawar. Data sekunder diperoleh dari data produksi dan penjualan perusahaan, literatur pada instansi-instansi terkait seperti data yang terkait dengan pendapatan dan konsumsi perikanan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, data tentang produksi dan permintaan perikanan dari Dinas Perikanan Kabupaten Bogor dan perpustakaan daerah Kabupaten Bogor, literatur penelitian terdahulu yang terkait dengan risiko dan pembenihan ikan bawal air tawar dari Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, sedangkan data pelengkap lainnya dari penelusuran melalui internet, buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. 34

46 4.3. Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data produksi dan penjualan yang berkaitan dengan pembenihan ikan bawal, data sekunder yang diambil adalah data produksi dan penjualan selama empat bulan terakhir. Data primer diperoleh dari observasi langsung pada perusahaan selama tiga kali siklus produksi pembenihan (dari pemilihan induk sampai menghasilkan benih larva berumur 7-10 hari), wawancara dan diskusi langsung dengan pemilik perusahaan, manajer pemasaran dan manajer produksi untuk menganalisis risiko dan menganalisis manajemen risiko perusahaan. Teknik wawancara dan diskusi dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang ada dalam pembenihan ikan bawal air tawar pada perusahaan Ben s Fish Farm. Untuk menganalisis risiko selain dari observasi dan analisa data sekunder juga dilakukan studi literatur (perpustakaan IPB, LIPI dan buku-buku terkait) untuk memperlengkap data yang kemudian dilakukan analisis besaran risikonya dengan menghitung probabilitas, varian dan koefisien varian untuk mengukur seberapa besar risikonya Metode Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Adapun analisis kualitatif dilakukan dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui gambaran umum pembenihan ikan bawal dan manajemen risiko yang diterapkan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan simpangan baku (Standard Deviation), koefisien varian (Coefficient Variation), dan metode Z- score. Untuk mengukur besarnya dampak risiko menggunakan analisis VaR (Value at Risk). Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan terhadap return dari suatu aset. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Semua data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis dengan Microsoft Office Excel untuk mengetahui besarnya risiko yang dihadapi dan manajemen risiko yang diterapkan Ben s Fish Farm. 35

47 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis manajemen risiko yang diterapkan perusahaan, baik risiko produksi maupun risiko pasar. Analisis deskriptif juga dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber yang menjadi penyebab terjadinya risiko yang muncul pada aspek teknis maupun aspek ekonomis perusahaan. Analisis dilakukan berdasarkan penelitian di perusahaan secara sukjektif yang mana apakah manajemen risiko yang diterapkan perusahaan sudah efektif untuk meminimalkan risiko. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara observasi, wawancara langsung dengan manajer produksi dan pemasaran Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Menurut Kountur (2008), terdapat beberapa langkah yang harus dimiliki jika ingin mengidentifikasi sumber-sumber risiko yaitu: 1. Menentukan unit risiko Proses identifikasi manajemen risiko dimulai dengan menentukan unit di dalam suatu organisasi dimana risiko akan diidentifikasi. Proses produksi merupakan hal yang menjadi tujuan utama dalam identifikasi risiko produksi. Dalam hal ini unit bisnis yang dipilih di Ben s Fish Farm adalah pembenihan larva ikan bawal air tawar. 2. Memahami proses bisnis atau kegiatan dari unit tersebut Setiap unit dalam organisasi bekerja untuk memberikan pelayanan kepada unit yang lain, kepada pelanggan, menghasilkan produk yang digunakan unit lain atau yang akan dijual kepada pelanggan. Setiap unit melakukan beberapa kegiatan untuk menghasilkan produk atau jasa. Proses bisnis ini 36

48 adalah gambaran alur dari kegiatan yang terjadi dalam suatu unit bisnis dalam menghasilkan produk atau jasa. 3. Menentukan aktivitas yang krusial Setelah memahami proses bisnis, langkah selanjutnya adalah mencari tahu manakah dari aktivitas tersebut yang termasuk aktifitas krusial. Dikatakan aktivitas krusial apabila unit risiko tidak dapat menghasilkan produk atau jasa oleh karena aktivitas yang bersangkutan terganggu. Aktivitas yang paling krusial di Ben s Fish Farm adalah proses pendederan. 4. Menentukan barang atau orang pada kegiatan yang krusial Identifikasi risiko perlu dilakukan terhadap barang-barang atau apa saja yang ada pada kegiatan krusial dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Dalam hal ini adalah jenis hormon perangsang yang digunakan serta karyawan yang menyuntikkan hormon tersebut. 5. Menentukan bentuk kerugian Bentuk kerugian yang terjadi pada barang ataupun orang dalam kegiatan operasional perlu diketahui. Kerugian yang dapat terjadi pada orang diantaranya: cedera, sakit, hilang, meninggal, dan sebagainya. Bentuk kerugian yang dapat terjadi pada barang antara lain: rusak, hilang, kadaluarsa, dan sebagainya. 6. Menentukan penyebab risiko Setelah kejadian-kejadian merugikan teridentifikasi, selanjutnya menentukan penyebabnya. Risiko dapat dikategorikan menjadi risiko operasional (produksi) dan risiko keuangan (pasar). 7. Membuat daftar risiko Tahap akhir yang dilakukan dalam identifikasi risiko adalah membuat daftar risiko. Daftar risiko ini yang kemudian diajukan kepada pihak Ben s Fish Farm untuk menilai probabilitas dan dampak risiko berdasarkan skala yang telah ditetapkan. 37

49 Pengukuran Risiko Setelah identifikasi sumber-sumber risiko dilakukan, maka selanjutnya adalah mengukur risiko. Risiko dapat diketahui dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko dan mengetahui dampak risiko tersebut terhadap Ben s Fish Farm. Pada penelitian ini nilai pembatas probabilitas adalah sebesar 20 persen dan nilai pembatas dampak yang ditimbulkan sebesar Rp 50 juta yang ditentukan oleh pemilik Ben s Fish Farm melalui wawancara. Menurut pemilik Ben s Fish Farm probabilitas di atas 20 persen dampak Rp 50 juta merupakan ambang batas yang bisa diterima perusahaan, jika melebihi angka tersebut akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Menurut pemilik Ben s Fish Farm pembenihan larva ikan bawal air tawar mempunyai siklus produksi yang pendek sehingga tidak dapat mentoleransi kerugian yang besar karena akan mempengaruhi kebutuhan modal untuk produksi pada siklus berikutnya Pengukuran Probabilitas Risiko Menurut Kountur (2008), beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diataranya adalah simpangan baku (standard deviation), koefisien varian (coefficient variation), dan nilai standar (z-score). 1. Simpangan baku (Standard Deviation) Simpangan baku dapat diukur dengan akar kuadrat dari nilai Variance. Dari nilai standar deviasi dapat meunjukkan bahwa semakin kecil nilai standar deviasinya maka semakin rendah risiko yang dihadapi, sehingga standar deviasi digunakan untuk melihat seberapa besar risiko yang dihadapi oleh Ben s Fish Farm. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: dimana : i = 2 i = Standar Deviasi 2 = Varian 2. Koefisien varian (coefficient variation) Koefisien varian diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang 38

50 diharapkan atau ekspektasi return. Senakin kecil koefisien varian maka semakin kecil risiko yang dihadapi, begitu sebaliknya. Koefisien varian adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan pendapatan tunai yang akan diperoleh. Dengan kata lain, koefisien varian digunakan untuk membandingkan risiko yang dihadapi terhadap return atau pendapatan yang diterima. Secara matematis koefisien varian dapat dituliskan sebagai berikut: Dimana : Dimana: CV = i R CV = Coefficient Variation i = Standar Deviasi R = Ekspected Return 3. Metode z-score Metode z-score adalah metode pengukuran risiko atau kejadian yang merugikan akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar. Z-score merupakan angka yang menunjukkan seberapa jauh nilai dari rata-ratanya atau standarnya pada distribusi normal. Hasil dari z-score (nilai z) dapat mengetahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau suatu nilai yang berada lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya ataupun dari standarnya. - ]/s x : Nilai x yang telah ditentukan : Rata-rata x s : Standar deviasi Pada penelitian ini yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi dan pemasaran larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm. Data yang digunakan untuk menghitung kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi dan pemasaran adalah data produktivitas dan harga 39

51 larva selama kurun waktu empat bulan yaitu dari bulan April hingga Juli Pengukuran Dampak Risiko Metode yang paling efektif digunakan untuk mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR pada saat ini dianggap sebagai metode standar yang digunakan untuk mengukur risiko pasar. VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam waktu/periode tertentu yang diprediksi dengan tingkat kepercayaan tertentu, secara matematis VaR dapat dituliskan sebagai berikut : VaR= + z ( s/ n) Dimana : VaR = Besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya risiko. = Rata-rata kejadian merugikan z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen s = Standar deviasi n = Banyaknya kejadian merugikan Pada penelitian VaR yang digunakan untuk mengukur besarnya kerugian yang ditimbulkan jika risiko terjadi. Konsep analisis yang dilakukan dengan menggunakan observasi dan data-data historis objek penelitian Pemetaan Risiko Sebelum dapat menangani risiko, hal yang perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Teknik ini cukup sederhana karena tidak melibatkan kuantifikasi yang rumit. Nilai probabilitas risiko dibagi menjadi dua bagian yaitu probabilitas besar dan probabilitas kecil. Pada bagian dampak risiko juga dibagi dua yaitu dampak besar dan dampak kecil. Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 4. 40

52 Peluang ( %) Besar Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 4 Kecil Kecil Dampak (Rp) Gambar 4. Peta Risiko Sumber Kountur (2008) Besar Kuadran 1 merupakan tempat rsiko yang mempunyai probabilitas besar dan dampak kecil, dan pada kuadran 2 merupakan area yang dihuni oleh risiko yang mempunyai probabilitas dan dampak yang besar. Pada kuadran 3 adalah posisi risiko yang mempunyai probabilitas dan dampak kecil, dan pada kuadran 4 merupakan area bagi risiko yang mempunyai probabilitas yang kecil namun dampak yang ditimbulkan dari risiko ini besar Strategi Penanganan Risiko Setelah mengidentifikasi dan menentukan posisi dari masing-masing sumber risiko, maka tahap selanjutnya adalah merumuskan strategi penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan. Menurut Kountur (2008), strategi penanganan risiko dapat digolongkan menjadi dua yaitu strategi menghindari risiko (preventif) dan strategi mengurangi dampak risiko (mitigasi). Strategi preventif dan mitigasi yang dihasilkan kemudian dipetakan lagi sehingga risiko yang ada dapat ditangani secara baik. A. Penghindaran risiko (preventif) Strategi preventif dilakukan apabila probabilitas risiko besar, strategi preventif akan membuat sedemikian rupa sehingga risiko-risiko yang berada pada kuadran 1 bergeser ke kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser 41

53 ke kuadran 4. Strategi penanganan risiko secara preventif dapat dilihat pada Gambar 5. Probabilitas (%) Kuadran 1 Kuadran 2 Preventif Kuadran 3 Kuadran 4 Kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 5. Peta Strategi Penanganan Risiko Secara Preventif Sumber : Kountur (2008) B. Mengurangi dampak risiko (mitigasi) Setelah melakukan penanganan risiko secara preventif, maka selanjutnya melakukan penanganan risiko secara mitigasi. Peta penanganan risiko secara mitigasi dapat dilihat pada Gambar 6. Probabilitas (%) Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 4 Kecil Mitigasi Besar Dampak (Rp) Gambar 6. Peta Strategi Penanganan Risiko Secara Mitigasi Sumber : Kountur (2008) 42

54 Strategi mitigasi dilakukan apabila risiko yang mempunyai dampak besar. Semua risiko yang berada di kuadran 2 dan kuadran 4 dimana dampaknya besar ditangani dengan cara mitigasi. Hal ini dimaksud agar risiko yang berada di kuadran 2 dapat bergeser ke kuadran 1, dan risiko yang berada di kuadran 4 dapat bergeser ke kuadran 3. Penanganan lain yang digunakan dalam menganalisis strategi untuk menghadapi strategi adalah beberapa alternatif strategi yang dinilai mampu memberikan solusi bagi masalah risiko. Menurut Hanafi (2004), dengan mengelompokkan risiko pada masing-masing kuadran yang tersedia, maka akan diperoleh kemungkinan risiko yang dihadapi dan dampaknya bagi perusahaan yaitu: 1) Probabilitas kecil dan dampak kecil (kuadran 3) Kelompok risiko ini berada pada kuadran 3 dengan alternatif strategi yang diusulkan adalah low control. Ben s Fish Farm dapat menerapkan pengawasan yang rendah pada risiko ini. 2) Probabilitas kecil dan dampak besar (kuadran 4) Posisi risiko pada kuadran ini dinamakan dengan detect and monitor. Risiko ini apabila muncul akan menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan, dan jika tidak ditangani dengan cepat akan menyebabkan bangkrut bagi perusahaan. 3) Probabilitas besar dan dampak kecil (kuadran 1) Probabilitas besar dan dampak kecil terdapat pada kuadran 1 dengan deskripsi monitor. Risiko-risiko yang berada pada kuadran ini diharapkan tetap dalam kondisi normal. 4) Probabilitas besar dan dampak besar (kuadran 2) Kondisi risiko pada kuadran 2 ini menyebabkan perusahaan tidak dapat lagi mengendalikannya, alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan pada kuadran ini yaitu hanya penghindaran. Alternatif strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk menghadapi risiko dapat dilihat pada Gambar 7. 43

55 V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama ikan bawal air tawar. Ben s Fish Farm merupakan usaha perorangan yang dimiliki oleh Bapak Adrian sebagai pemilik sekaligus kepala perusahaan di Ben s Fish Farm. Ben s Fish Farm dalam waktu 14 tahun sudah melakukan perluasan usaha dengan membuka cabang dan hingga saat ini berjumlah lebih dari 30 cabang usaha. Ben s Fish Farm pada awalnya bergerak dalam pembenihan ikan patin dan ikan hias, namun karena pembenihan ikan patin dan ikan hias kurang cocok dan banyaknya para pembenih yang memproduksi ikan tersebut, maka Ben s Fish Farm beralih dari pembenihan ikan patin dan ikan hias menjadi pembenihan larva ikan bawal air tawar sampai sekarang. Kemudian Ben s Fish Farm melakukan perluasan usaha dengan membuka cabang baru dan melakukan sistem plasma dengan petani sekitar. Usaha Ben s Fish Farm terletak di Kampung Cimanggu tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Saat ini perusahaan mempunyai luas lahan 1,2 ha yang terdiri atas 26 buah kolam, dua buah hatchery, satu buah rumah karyawan, satu buah rumah pemilik Ben s Fish Farm, satu buah dapur serta satu musholla karyawan Struktur Organisasi Struktur organisasi di Ben s Fish Farm sampai saat ini masih bersifat kekeluargaan yang dipimpin oleh Bapak Andrian sebagai pemilik Ben s Fish Farm. Secara garis besar terdapat tiga bagian pokok dalam struktur organisasi di Ben s Fish Farm yaitu bagian produksi, bagian transportasi dan bagian keamanan. Bagian produksi bertugas merawat induk dan memproduksi larva, bagian ini mempunyai jumlah karyawan sebanyak enam orang. Bagian transportasi bertugas mengantarkan larva pesanan dari para pelanggan, karyawan pada bagian ini berjumlah tiga orang. Bagian keamanan bertugas menjaga lingkungan perusahaan dari pencurian dan gangguan hama, karyawan pada bagian ini berjumlah 3 orang. 44

56 Gambaran umum mengenai struktur organisasi Ben s Fish Farm dapat dilihat pada Gambar 7. Pemilik Perusahaan Ka. Bagian Produksi Ka. Bagian Transportasi Ka. Bagian Keamanan Karyawan Karyawan Karyawan Gambar 7. Struktur Organisasi Ben s Fish Farm Tahun 2010 Struktur organisasi yang bersifat kekeluargaan di Ben s Fish Farm menyebabkan kurang berfungsinya job description yang telah di tetapkan. Job description tidak dilakukan secara tertulis oleh perusahaan sehingga karyawan pada bagian transportasi dan keamanan sering bekerja pada bagian produksi, begitu juga sebaliknya, hal ini menyebabkan adanya human eror pada bagian produksi. Perekrutan karyawan di Ben s Fish Farm dilakukan apabila ada karyawan lama yang berhenti dan peningkatan kapasitas produksi perusahaan, karyawan yang direkrut tidak didasari pada tingkat pendidikan, namun pengalaman dan kemauan yang lebih diutamakan perusahaan Fasilitas Pembenihan Fasilitas pembenihan merupakan sarana yang dibutuhkan dalam proses pembenihan larva ikan bawal air tawar. Fasilitas pembenihan yang ada di Ben s Fish Farm terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas pendukung Fasilitas Utama Fasilitas utama merupakan fasilitas yang penting dan harus ada dalam kegiatan produksi larva ikan bawal air tawar. Fasilitas utama yang terdapat di Ben s Fish Farm meliputi wadah budidaya, bangunan, energi listrik, sumber air dan instalasi aerasi. 45

57 Wadah Budidaya Wadah budidaya merupakan tempat yang digunakan selama proses pembenihan larva ikan bawal air tawar berlangsung. Wadah budidaya yang digunakan di Ben s Fish Farm terdiri atas kolam perawatan induk, bak penampungan air, bak pemijahan, wadah penetasan telur, wadah pemeliharaan larva dan wadah penetasan Artemia sp. a. Kolam Pemeliharaan Induk Kolam pemeliharaan induk merupakan tempat yang digunakan untuk memelihara induk atau calon induk yang sudah matang kelamin sampai induk siap dipijahkan. Kolam pemeliharaan induk bisa pula disebut sebagai tempat pematangan gonad. Di Ben s Fish Farm induk ikan bawal air tawar dipelihara di kolam berbentuk persegi empat, yang berukuran 6,5 m x 5,5 m x 1,6 m dengan dasar kolam berupa tanah dan pematang dari semen, kolam pemeliharaan induk ini berjumlah 26 buah. Kolam pemeliharaan induk ikan bawal jantan dan betina dipisah, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam seleksi kematangan gonad. Air yang digunakan untuk pemeliharaan induk berasal dari sungai Cisaladak. Kolam pemeliharaan induk pada usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar di Ben s Fish Farm dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Kolam pemeliharaan Induk Ikan Bawal Air tawar di Ben s Fish Farm Tahun 2010 b. Bak Penampungan Air Bak penampungan air berfungsi untuk menampung dan mengendapkan air yang berasal dari kolam maupun sumur. Bak penampungan air berbentuk persegi panjang yang berukuran 4 m x 2 m x 1 m, yang terletak di dalam ruangan pembenihan yang berfungsi untuk menjaga suhu air tidak menurun dan menghindari masuknya kontaminan atau debu dari luar. Untuk mensuplai oksigen 46

58 ke dalam air sebelum digunakan maka dipasang selang aerasi selama 24 jam, dan untuk menyalurkan air ke ruang pembenihan maka dipasang pompa hisap. c. Bak Pemijahan Kegiatan pemijahan di Ben s Fish Farm menggunakan wadah pemijahan berupa bak semen berbentuk persegi empat sebanyak dua buah dengan ukuran 2 m x 2 m x 1 m yang berjumlah lima buah. Pengisian air setinggi 60 cm dan bak pemijahan dilengkapi dengan terpal sebagai penutup serta selang aerasi sebagai penyuplai oksigen ke dalam air. Bak pemijahan induk di Ben s Fish Farm dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Bak Pemijahan Induk Ikan Bawal Air Tawar di Ben s Fish Farm Tahun 2010 d. Wadah Penetasan Telur Wadah penetasan atau inkubasi telur di Ben s Fish Farm menggunakan wadah berupa akuarium kaca yang berbentuk persegi panjang dan berukuran 90 cm x 40 cm x 35 cm yang berjumlah 100 buah. Wadah inkubasi telur dilengkapi dengan selang aerasi yang diberi pelekat kaca pada ujung selang agar tidak mengapung tetapi tidak menggunakan batu aerasi sehingga oksigen yang dihasilkan nantinya besar dan mampu mengaduk telur ikan bawal pada saat diinkubasi. Wadah penetasan telur dapat dilihat pada Gambar

59 Gambar 10. Akuarium Penetasan Telur Ikan Bawal Air Tawar di Ben s Fish Farm Tahun 2010 e. Wadah Pemeliharaan Larva Wadah pemeliharaan larva di Ben s Fish Farm menggunakan akuarium berbentuk persegi panjang yang berukuran 90 cm x 30 cm x 35 cm dan diisi air setinggi 30 cm berjumlah 200 buah. Ruang pemeliharaan larva dibuat tertutup dengan terpal dan diberi kompor gas sebanyak 2 buah yang bertujuan agar suhu ruangan tetap stabil, dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Akuarium Pemeliharaan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Ben s Fish Farm Tahun 2010 f. Wadah Penetasan Artemia sp Wadah yang digunakan dalam penetasan Artemia sp berupa galon air mineral bervolume 20 liter yang berjumlah lima buah. Galon dipotong pada bagian bawahnya dan dipasang selang aerasi untuk mengaduk siste pada saat ditetaskan. Galon tersebut diletakkan di atas kayu berbentuk persegi empat yang berfungsi untuk menyangga galon tersebut dengan posisi galon bagian bawah dibalik menjadi di atas, dapat dilihat pada Gambar

60 Gambar 12. Wadah Penetasan Artemia di Ben s Fish Farm Tahun Sumber dan Distribusi Air Kegiatan pembenihan di Ben s Fish Farm menggunakan sumber air yang berasal dari sungai Cisaladak yang mengalir melalui irigasi kecil dan air sumur. Air tawar yang berasal dari sungai tersebut dapat langsung digunakan untuk pemeliharaan induk, sedangkan untuk kebutuhan dalam hatchery air berasal dari sungai dan sumur yang terlebih dahulu diberi perlakuan dengan melalui penyaringan. Air sumur juga digunakan untuk keperluan karyawan sehari-hari dan sebagainya Sistem Aerasi Ben Fish Farm, dalam memenuhi kebutuhan oksigen dalam kegiatan pembenihan digunakan blower yang berkekuatan 1,3 PK (Gambar 13). Tujuan dari pemberian oksigen adalah sebagai salah satu sumber oksigen yang dapat mensuplai oksigen dalam kegiatan pembenihan, sehingga keberadaannya sangat diperlukan untuk respirasi, dan merombak sisa metabolisme. Oksigen disalurkan ke tempat penetasan telur, pemeliharaaan, menggunakan pipa PVC yang berukuran 1,5 inchi, yang disalurkan ke akuarium dengan menggunakan selang aerasi berukuran 0,5 cm yang dilengkapi dengan pengatur tekanan aerasi, sedangkan untuk pemijahan menggunakan selang berukuran 3/8 inchi. 49

61 Gambar 13. Sistem Aerasi (Blower) Kapasitas 1,3 PK di Ben s Fish Farm Tahun Sumber Energi Sumber energi utama yang digunakan untuk aktivitas produksi adalah energi listrik dari PLN dengan daya watt. Energi listrik tersebut digunakan untuk kebutuhan pembenihan, meliputi pengoperasian pompa, blower, dan sekaligus sebagai penerangan. Sementara sebagai cadangan energi ketika listrik dari PLN mati, menggunakan Generator set dengan merk Staike dengan spesifikasi voltase 220 volt dan output 5-6 KVA dapat dilihat pada Gambar 14 Gambar 14. Generator Set Daya Watt di Ben s Fish Farm tahun Fasilitas Pendukung Fasilitas pendukung yang terdapat di Ben s Fish Farm antara lain bangunan hatchery, kamar karyawan dua buah, kamar mandi satu buah, tempat parkir, musholla satu buah, dapur dan sumur Kegiatan Pembenihan Larva Kegiatan pembenihan larva di Bens Fish Farm dimulai dari tahapan pemeliharaan induk, pematangan gonad, pemijahan induk, penetasan telur, 50

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR (Studi Kasus pada Ben s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A14101704

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover) I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km 1. Luas wilayah perairan Indonesia mencapai 5,8 juta km 2 dan mendominasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A14104079 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN Disusun Oleh : Nama : Galih Manunggal Putra NIM : 11.12.5794 Kelas : 11-S1SI-06 Kelompok : H ABSTRAK Bisnis budidaya ikan konsumsi memang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bapak Maulid yang terletak di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat penting dalam pembangunan nasional mengingat potensi perairan Indonesia yang sangat besar, terutama dalam penyediaan bahan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian dan kelautan yang memiliki peran penting sebagai penggerak kemajuan perekonomian nasional di Indonesia. Selain menjadi

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M : LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS NAMA KELAS : IMADUDIN ATHIF : S1-SI-02 N.I.M : 11.12.5452 KELOMPOK : G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan akan

Lebih terperinci

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial 1. Mengidentifikasi potensi dan peran budidaya perairan 2. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) Melalui berbagai media komunikasi pemerintah selalu menganjurkan kepada masyarakat untuk makan ikan. Tujuannya adalah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

Pematangan Gonad di kolam tanah

Pematangan Gonad di kolam tanah Budidaya ikan patin (Pangasius hypopthalmus) mulai berkemang pada tahun 1985. Tidak seperti ikan mas dan ikan nila, pembenihan Patin Siam agak sulit. Karena ikan ini tidak bisa memijah secara alami. Pemijahan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Usaha Pembenihan Ikan Bawal Di susun oleh: Nama : Lisman Prihadi NIM : 10.11.4493 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010 / 2011 PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan bawal merupakan salah satu

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI CV JUMBO BINTANG LESTARI GUNUNGSINDUR KABUPATEN BOGOR

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI CV JUMBO BINTANG LESTARI GUNUNGSINDUR KABUPATEN BOGOR ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI CV JUMBO BINTANG LESTARI GUNUNGSINDUR KABUPATEN BOGOR SKRIPSI TITISARI DEWIAJI H 34086092 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan Pendahuluan Pembenihan merupakan suatu tahap kegiatan dalam budidaya yang sangat menentukan kegiatan pemeliharaan selanjutnya dan bertujuan untuk menghasilkan benih. Benih yang dihasilkan dari proses pembenihan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan perikanan tangkap Indonesia yang sebagian besar saat ini telah mengalami overfishing menuntut pemerintah untuk beralih mengembangkan perikanan budidaya. Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN JILID 1

BUDIDAYA IKAN JILID 1 Gusrina BUDIDAYA IKAN JILID 1 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) yang terletak di Jalan Raya Cogreg, Desa Cogreg, Kampung Kandang, Kecamatan Parung,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Desa Pabuaran Desa Pabuaran berada di wilayah Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010 V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Bekasi Utara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah utara Kota Bekasi dengan luas wilayah sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Putra,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN MENDASARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis LOUR var) MELALUI TENGKULAK (Studi Kasus Desa Wringinagung Kecamatan Gambiran Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah) Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau tingkah laku bisnis pada usaha pengelolaan sarana produksi peternakan, pengelolaan budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam PENGANTAR Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2014 subsektor peternakan berkontribusi tehadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM

V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Taufan Fish Farm berlokasi di Jl. Raya Bogor Km. 7, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Taufan s Fish Farm merupakan perusahaan perseorangan

Lebih terperinci