BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 35 HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini adalah salah satu bagian penting dari laporan ini yang berisi datadata yang diperlukan untuk mengerjakan tugas akhir ini. Bagian ini diawali dengan hasil pengumpulan data yang akan diperlukan untuk dianalisa, hasil analisa akan di evaluasi dan terakhir akan dibuat rencana implementasi yang akan dilakukan Hasil Pengumpulan data Pengumpulan data yang didapat selama penulis melakukan penelitian awal yang akan digunakan sebagai data untuk di analisa adalah: Sistem Penerangan Line 2B Assembling unit tahun 2005 Line 2B Assembling yang ada saat ini memiliki beberapa kekurangan, dimana kekurangan yang ada sekarang dapat mengganggu kinerja dari operator, adapun kondisi-kondisi yang didapat selama pengumpulan data awal antara lain : No Kondisi Sistem Penerangan Sekarang Efek 1 Menggunakan sifat penerangan Pada siang hari penglihatan langsung, dimana cahaya langsung operator menjadi silau, sehingga 100% jatuh ke bidang yang berpengaruh pada hasil kerja disinari. operator, misalnya dalam melihat

2 36 kualitas part yang akan dipasang 2 Posisi pemasangan armatur yang -Timbul bayang-bayang yang tidak tepat, pemasangan tidak berlebih ditentukan ditempat pekerjaan -Penyebaran intensitas akan dilakukan. penerangan tidak merata 3 Lampu menggunakan armatur -Lampu mudah pecah karena palung sehingga Indeks proteksi terkena benturan dengan tidak diperhatikan selang impact. -Life Time lampu pendek, terkena pengotoran secara langsung. 4 Pegantian lampu bukan Intensitas penerangan yang berdasarkan jam pemakaian diinginkan tidak akan (Life time efektif lampu), tetapi maksimal, karena tercampurnya pengantian dilakukan jika lampu-lampu yang usia lampu rusak, atau cahaya yang pakainya masih efektif dengan dihasilkan agak redup usia pakai yang tidak efektif Jenis pekerjaan dan waktu kerja Jenis Pekerjaan Line assembling unit adalah bagian terakhir dari pembuatan sepeda motor dimana part-part sepeda motor dirakit (lihat gambar 4.1). Adapun contoh Flow Process perakitan sepeda motor line assembling dapat dilihat pada lampiran. dilihat dari partpart yang dipasang pekerjaan perakitan termaksud jenis pekerjaan biasa, tidak memerlukan tingkat kepresisian hasil kerja yang tinggi

3 37 Min - Max Stock Lot Looping PRODUCTION TRIGGER BULKY PART Casting Finishing Machining Assy Engine Plastic Injection Press Welding Unit Welding Frame Painting Plastic Painting Steel Buffing Trigger between sections Gensub Plating Assy Unit Test Engine Final Inspection BCT & SPB triggered by Unit Assy Down Scan S H II P P II N G Rim Forming Plating Rim Assy Wheel Batch Prod. Continuous Prod. Rejection System Quality Built In Process Gambar 4.1 AHM Production System Waktu kerja Waktu Kerja telah diatur dalam buku perjanjian kerja bersama PT. Astra Honda Motor ( ) Pasal 21 yang dimana waktu kerja dibagi menjadi 3 shift untuk Pabrik : -Shift I : Senin sampai dengan Jum at, jam Shift II : Senin sampai dengan Jum at, jam Shift III : Senin sampai dengan Jum at, jam Untuk hari Sabtu dan Minggu adalah hari istirahat mingguan tetapi dapat digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan pekerjaan yang tertunda dan mendesak.

4 Lokasi Pekerjaan dan data ruang Lokasi Pekerjaan Line Assembling berada di dalam ruangan, data yang terakhir yang didapat penulis dalam line assembling yang baru nanti suport untuk lampu tidak menempel pada langit-langit atap pabrik tetapi dibuat suport dengan tiang seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.2. Gambar 4.2 Posisi Suport dan conveyor line assembling dilihat dari tampak depan Indeks Proteksi (IP) Pengotoran Armatur yang disebabkan oleh debu sangat berpengaruh terhadap umur lampu dan armatur, area assembling unit memiliki tingkat pengotoran debu pada tingkat ringan, Ada kendala tercampurnya angin dari kompresor dengan air yang bisa menyebabkan pengotoran pada lampu, selain itu lampu yang terpasang sekarang

5 39 rawan sekali pecah karena terkena selang dari impact yang digunakan oleh operator, untuk itu diperlukan konstruksi armatur dan lampu yang lebih aman dari kerusakan yang disebabkan oleh kesalahan manusia. Sifat penerangan Data yang didapat diawal penelitian bahwa cahaya lampu pada saat siang hari membuat mata operator menjadi silau, hal ini disebabkan cahaya penerangan di line assembling unit saat ini sifat penerangannya langsung, jadi cahaya langsung 100 % jatuh ke bidang yang disinari. Untuk line assembling unit yang baru diperlukan penerangan yang tidak membuat penglihatan operator menjadi silau karena akan berpengaruh pada hasil kerja operator, misalnya dalam melihat kualitas part yang akan dipasang. Refleksi Posisi new line assembling unit 2B berada di tengah- tengah pabrik Posisi dinding sangat jauh dari area assembling dan atap yang tepasang sangat tinggi sekitar 12 m, lantai yang digunakan dicat dengan warna yang tidak terlalu terang. Cara pemasanga lampu Lampu akan dipasang menempel dengan suport yang disediakan dengan tinggi suport 3 m dari lantai (lihat gambar 4.2). dimana selain lampu yang menempel pada suport juga terdapat pipa angin.

6 Listrik Tegangan listrik yang tersedia di PT.AHM adalah 3 fasa 220/380V yang disuplai langsung dari PLN, frekuensi listrik adalah 50 hz, Suplai listrik main panel akan disalurkan ke sub distribution panel line assembling unit. Dimana tegangan yang disalurkan 3 fasa L-N 220 V dan L-L 380 V Layout new line 2B assembling unit Untuk Desain Layout tata letak pabrik line new 2B assembling unit sudah dilakukan semenjak tahun 2002, tetapi rencananya baru akan direalisasikan pada tahun layout yang ada digambar 4.3 adalah layout revisi terakhir yang saat didapat saat ini, untuk layout line 2B assembling unit dapat dilihat area garis berwarna merah. Area yang akan menjadi objek penelitian adalah area kerja di sekitar conveyor dengan panjang total 63 m dan lebar 3 m.

7 41 Gambar 4.3 Layout new line assembling unit 2B 4.2 Analisa Data Sebelum melakukan penentuan intensitas penerangan, penentuan jenis lampu dan armatur yang akan digunakan, menghitung kebutuhan armatur dan lampu, pembuatan layout tata letak instalasi penerangan, dan perhitungan kebutuhan Daya, yang harus diperhatikan adalah sistem penerangan yang baru diharapkan dapat mengatasi

8 42 kekurangan sistem penerangan yang lama, adapun perbaikan dari kelemahan sistem penerangan yang lama adalah: No Kondisi yang diharapkan Sistem Penerangan Baru Efek 1 Menggunakan sifat penerangan Penglihatan opertor tidak silau terutama langsung dimana sehingga hasil kerja operator cahaya langsung ke bidang kerja menjadi lebih maksimal sekitar 60-90%. dalam melihat kualitas part yang akan dipasang 2 Intensitas penerangan ditentukan Penyebaran Intensitas ditempat pekerjaan akan Penerangan merata diseluruh dilakukan, 80 cm di atas lantai area yang diterangi dan tidak menimbulkan bayang-bayang yang berlebihan 3 Menggunakan armatur yang Life time lampu lebih lama memiliki indeks proteksi dan tidak mudah pecah terhadap debu dan semprotan karena posisi lampu yang air terlindungi dari pengotoran debu dan air serta benturan 4 Pengantian dilakukan Intensitas penerangan akan berdasarkan jam pemakaian maksimal, dan pengantian (contoh : setiap jam) lampu dilakukan serentak sesuai dengan waktu depresiasinya

9 Penentuan intensitas penerangan 43 Untuk menentukan intensitas penerangan dapat dilihat dari sifat pekerjaannya, dari hasil pengumpulan data new line assembling unit 2B termaksud dalam masuk kedalam kategori Industri dengan sifat pekerjaan biasa, dilihat dalam tabel 2.1 intensitas penerangan yang baik untuk kategori diatas adalah 500 lux Penentuan Armatur dan jenis lampu yang akan digunakan Pemilihan Armatur dan jenis lampu yang akan digunakan di line assembling unit 2B dapat dilakukan dengan melihat sifat penerangan, pengunaan penerangan dan konstruksi armatur. Dari data yang dikumpulkan penulis sifat penerangn yang dibutuhkan adalah penerangan yang tidak membuat mata menjadi silau. Penerangan yang dipilih adalah penerangan terutama langsung dimana cahaya yang sampai kebidang kerja 60-90%. Dilihat dari pekerjaan yang dilakukan di line assembling unit 2B merupakan pekerjaan perakitan yang dilakukan di dalam pabrik maka penggunaan penerangannya termaksud penerangan industri. Konstruksi armatur yang dibutuhkan untuk line assembling adalah konstruksi yang bebas dari debu dan terlindungi dari semprotan air, oleh sebab itu dibutuhkan armatur dengan Indeks proteksi (IP) minimal 54 (terlindungi dari debu dan terlindungi dari air yang datang dari segala arah). Armatur dan jenis lampu sesuai dengan kategori Sifat penerangan terutama tidak langsung, Penerangan Industri, dan indeks proteksi (IP) minimal 54, dilihat di situs

10 44 maka lampu yang dapat digunakan adalah Armatur Pacific II TCW097 (gambar 4.4). Adapun Tipe armatur Pacific II-TCW097 yang dikeluarkan philips dapat dilihat pada tabel 4.1 Gambar 4.4 armatur Pacific II-TCW097 Tabel 4.1 Tipe armatur Pacific II-TCW097

11 45 Dilihat dari tipe yang tersedia untuk pemilihan dipilih TCW097 dengan lampu TL 2X36 Watt (TCW097 2XTLD-36W), Dipilihnya Armatur TCW097 dan lampu TL 36 Watt karena mudah didapatkan dipasaran dan mempunyai Spesifikasi Flux cahaya yang cukup besar 6500 lumen, tegangan yang digunakan 220V/50hz, selain itu memiliki Indeks Proteksi (IP) 66 (perlindungan terhadap debu sekecil apapun, dan terlindungi dari semprotan air yang menyerupai gelombang laut). Diagram polaritas yang dihasilkan oleh armatur Pasific II TCW 097 2x36W dapat dilihat pada gambar 4.5. Gambar 4.5. Diagram Polaritas armatur Pacific II-TCW097

12 Menghitung kebutuhan armatur dan lampu 46 Data ruang yang akan didesain penerangannya sepanjang area conveyor dengan ukuran panjang 63 m, lebar 3 m, tinggi suport lampu 3 m, Jumlah armatur dan lampu yang diperlukan ditentukan sebagai berikut. a. Jenis armatur dan lampu yang akan digunakan dipilih Pasific II TCW 097 2x36W yang memiliki flux cahaya 6500 lumen per armatur. Lamp Spesification Lamp Type : TLD 36 W/865 Wattage : 76 W Lumen : 2 x 3250 Colour Temperature (Tc) : 6500 Colour Rendering (CRI) : 80 Max Ambient Temperature (C) : 60 C b. Faktor faktor refleksi berdasarkan warna dinding dan langit-langit ruang, yaitu; warna putih dan sangat muda : 0.7 warna muda : 0.5 warna sedang : 0.3 warna gelap : 0.1 Data ruang yang didapat selama penelitian : langit-langit ruang cukup tinggi dari suport (r p = 01), dinding jauh hari sumber cahaya (r w = 0.1), dan warna lantai yang agak gelap (r m = 0.1). c. Indeks bentuk / ruang (k).

13 47 Karena lampu-lampunya dipasang pada langit-langit dan bidang kerjanya 0.8 m diatas lantai, maka h = (3m-0.8m) = 2.2 m, untuk menghitung indeks bentuk dilakukan dengan rumus: k = p.l h x (p + l) k = 63 x x (63 + 3) k =1.25 Jadi indeks bentuk/ruang new line assembling unit 2B adalah 1,25 d. Efisiensi penerangan yang didapat dari tabel 2.2 dengan nilai-nilai k, r p, r w, dan r m didapat: untuk k = 1.2 : η = 0.30 untuk k = 1.5 : η = 0.33 Efisiensi penerangan untuk k = 1.25 ditentukan dengan interpolasi : η = ( ) η = Dari perhitungan Efisiensi penerangan new line assembling unit 2B adalah e. Intensitas penerangan yang diperlukan untuk line assembling unit 2B adalah 500 lux.

14 f. Faktor depresiasi dengan umur lampu TL jam nyala: 48 untuk menghitung Depresiasi lampu dapat dihitung dengan rumus: Life time = Umur lampu (jam) Waktu pemakain/ tahun Life time = jam 24 jam x 365 hari Life time = 1.71 tahun 2 tahun umur lampu didapat sekitar 2 tahun, jadi periode pengantian armatur dan lampu dilakukan setiap 2 tahun. Dilihat pada tabel 2.2 faktor depresiasi / penyusutan untuk waktu pemeliharaan 2 tahun adalah 0.8 d = 0.8 g. Jumlah Armatur dan lampu. Dari data-data yang sudah didapat sebelumnya, didapat: E = 500 lux A = 63 m x 3 m = 189 m 2 d = 0.8 ф armatur = 6500 lumen η = 0.35

15 Perhitungan jumlah armatur dan diselesaikan dengan cara : 49 E x A n = ф armatur x η x d 500 x 189 n = 6500 x x 0.8 n = armatur Dari perhitungan jumlah armatur didapat sekitar 60 armatur yang akan digunakan, karena dalam 1 armatur terdapat 2 lampu maka total lampu yang digunakan untuk new line assembling unit 2B adalah 120 lampu TL 36W Pembuatan layout tata letak instalasi penerangan / penentuan posisi titik Cahaya Untuk penempatan posisi armatur dan lampu yang digantung pada suport harus terdistribusi merata ke area kerja operator, selain itu penempatan posisi armatur dan lampu juga harus mempertimbangkan equipment lain yang juga menempel pada suport seperti rel handerson, pipa angin, gantungan impact. Penempatan posisi lampu dan armatur yang tidak tepat bisa membuat silau (glare) dan bayang-bayang (shadows).

16 50 Dari data desain awal suport yang diterima selama penelitian dan jumlah armatur yang didapat dalam perhitungan sebanyak 60 unit armatur, maka dibagi menjadi 2 deret armatur (gambar 4.6) yang masing masing deret dengan 30 armatur. Gambar 4.5 Penempatan armatur pada tiang suport Gambar 4.6 Penempatan armatur pada tiang suport Untuk penempatan posisi armatur dan lampu (titik cahaya) sepanjang area conveyor yang panjangnya 63 m ditempatkan 30 armatur, dengan jarak antara armatur 85 cm (gambar 4.7)

17 51 Armatur Gambar 4.7 Posisi Titik Cahaya Perhitungan pemakaian Daya (KWH) Perhitungan estimasi kebutuhan KWH perbulan sangat penting dilakukan dalam perancangan instalasi listrik, karena dapat dilakukan perkiraan biaya yang akan dikeluarkan perbulan. Dari data spesifikasi lampu yang didapat : Lamp Spesification Lamp Type : TLD 36 W/865 Wattage : 76 W Lumen : 2 x 3250 Colour Temperature (Tc) : 6500 Colour Rendering (CRI) : 80 Max Ambient Temperature (C) : 60 C Daya yang dibutuhkan per armatur adalah 76 watt, dari perhitungan yang telah dilakukan terdapat 60 armatur, lampu yang akan dihitung jam kerjanya selama 24 jam non stop selama 30 hari/bulan, untuk menghitung KWH dapat dilakukan dengan rumus:

18 52 KWH = Daya Total lampu x (waktu kerja selama 1 bulan) 1000 KWH = 76 W x 60 armatur x 24 jam x 30 hari 1000 Dari perhitungan yang didapat new line 2B assembling unit pemakian beban listrik perbulannya 3283,2 KWH. KWH =

19 4.3 EVALUASI KINERJA 53 Untuk mempermudah evaluasi kinerja dari hasil analisa yang telah didapat perlu dilakukan beberapa tahap untuk mempermudah evaluasi, tahap ini yaitu pemberian nama terhadap titik cahaya, bidang kerja dan arah peyebaran cahayanya, Perhitungan intensitas cahaya dibidang kerja, pembuatan tabel intensitas cahaya diarea bidang kerja new line assembling unit 2B Pemberian nama / identifikasi Pemberian nama atau simbol berfungsi untuk mempermudah dalam perhitungan yang akan dilakukan, untuk arah penyebaran intensitas cahaya armatur Pacific II- TCW097 akan diberi nama arah penyebaran intensitas cahaya bidang X dan Y (lihat gambar 4.8). Arah X Arah Y Gambar 4.8 arah penyebaran intensitas cahaya Armatur Pacific II-TCW097

20 54 Titik Cahaya yang berada di sepanjang area Conveyor pada deret pertama diberi nama A dan deret kedua diberi nama B, untuk armatur yang berada disetiap deret berjumlah 30 unit diberi nama 1 sampai dengan 30. Contoh penamaan titik cahaya dapat dilihat pada gambar 4.9 Arah penyebaran intensitas cahaya arah X Arah penyebaran intensitas cahaya arah Y Gambar 4.9 Arah penyebaran intensitas cahaya sepanjang area Conveyor dengan arah X dan Y Bidang kerja yang akan dihitung intensitas penerangannya berada dibawah armatur dengan nama digit pertama E, digit kedua sesuai dengan posisi armatur (1-30) dan digit ketiga deret (A/B), contoh penamaan titik pada bidang kerja dapat dilihat pada gambar 4.10 dan 4.11

21 55 Gambar 4.10 Posisi titik Intenstitas Penerangan (E) yang akan dihitung pada Bidang X Gambar 4.11 Posisi titik Intenstitas Penerangan (E) yang akan dihitung pada Bidang Y

22 4.3.2 Menghitung Intensitas Penerangan 56 Menghitung Intensitas penerangan (E) disepanjang new line assembling unit 2B dilakukan untuk membuktikan intenstitas penerangan tersebar secara merata. Langkah pertama yang diambil adalah menghitung intensitas penrangan yang jatuh pada bidang datar, Penyebaran intensitas cahaya lampu 1A pada bidang X sama dengan penyebaran cahaya lampu 1B. Gambar 4.12 Penyebaran Intensitas Cahaya lampu 1A pada bidang X Armatur 1A memancarkan intensitas penerangan ke titik E1A, E2A, E3A. intensitas penerangan yang didapat pada titik E1A dari armatur 1A dengan r = 2.2m (gambar4.12) dapat dihitung dengan dengan rumus : I E = Cos a lux r 2 Pada titik E1A sudut a = 0, dalam grafik pada sudut 0 intensitas cahaya yang didapat adalah 150 cd/lumen (lihat gambar 4.13)

23 57 Gambar 4.13 Diagram polaritas pada sudut 0 Bidang X (garis putus-putus) Sudut 0 = 150 cd/1000lumen Armatur Pacific II TCW097 menghasilkan 6500 lumen/armatur jadi: I = 150 cd 1000 cd x 6500 lumen I = 975 cd E = r 2 I Cos a lux E = 975 Cos 0 lux (2.2) 2 Intensitas Penerangan yang didapat pada titik E1A dari penerangan armatur 1A adalah lux E = lux

24 58 Intensitas penerangan pada titik E2A dari armatur 1A dengan r = 3.06m (lihat gambar 4.12). dimana dengan hukum cosinus Cos a = Cos a = h r Cos a = a = Pada titik E2A sudut a = 44.03, dalam grafik pada sudut intensitas cahaya yang didapat adalah 145 cd/lumen (lihat gambar 4.14) Gambar 4.14 Diagram polaritas pada sudut Bidang X (garis putus-putus) Sudut = 145 cd/1000lumen

25 I = 145 cd 1000 cd x 6500 lumen 59 I = cd E = r 2 I Cos a lux E = (3.06) 2 Cos lux E = 72.4 lux Intensitas Penerangan yang didapat pada titik E2A dari penerangan armatur 1A adalah 72.4 lux Intensitas penerangan pada titik E3A dari armatur 1A dengan r = 4.79m (lihat gambar 4.12). dimana dengan hukum cosinus Cos a = Cos a = h r Cos a = a = Pada titik E3A sudut a = 62.05, dalam grafik pada sudut intensitas cahaya yang didapat adalah 120 cd/lumen (lihat gambar 4.15)

26 60 Gambar 4.15 Diagram polaritas pada sudut Bidang X (garis putus-putus) Sudut = 120 cd/1000lumen I = 120 cd 1000 cd x 6500 lumen I = 780 cd E = r 2 I Cos a lux 780 E = (4.79) 2 Cos lux E = lux Intensitas Penerangan yang didapat pada titik E3A dari penerangan armatur 1A adalah lux

27 61 Penyebaran intensitas cahaya lampu 1A pada bidang Y sama dengan penyebaran cahaya lampu 1B. r=2.31m GAMBAR 4.16 Penyebaran Intensitas Cahaya lampu 1A pada bidang Y Armatur 1A memancarkan intensitas penerangan pada bidang Y ke titik E1A, E1B,. Intensitas penerangan pada titik E1B dari armatur 1A dengan r = 2.31m (lihat gambar 4.16). dimana dengan hukum cosinus Cos a = Cos a = h r Cos a = a = Pada titik E1B sudut a = 17.75, dalam grafik pada sudut intensitas cahaya yang didapat adalah 145 cd/lumen (lihat gambar 4.17)

28 62 Gambar 4.17 Diagram polaritas pada sudut Bidang Y (garis lingkar) Sudut = 145 cd/1000lumen I = 145 cd 1000 cd x 6500 lumen I = cd E = r 2 I Cos a lux E = (2.31) 2 Cos lux E = lux Intensitas Penerangan yang didapat pada titik E1B dari penerangan armatur 1A adalah 169,09 lux Total intensitas penerangan (E) pada bidang kerja E1A adalah penjumlahan dari intensitas penerangan yang didapat dari armatur 1A, 2A, 3A, dan 1B yang jatuh pada

29 63 bidang kerja E1A (Gambar 4.18). Total intensitas cahaya pada bidang E1A sama dengan total intensitas cahaya E1B, E30A, E30B Gambar 4.18 Intensitas penerangan bidang E1A Total intensitas penerangan (E) pada bidang kerja E2A adalah penjumlahan dari intensitas penerangan yang didapat dari armatur 1A, 2A, 3A, 4A dan 2B yang jatuh pada bidang kerja E2A (Gambar 4.19). Total intensitas cahaya pada bidang E2A sama dengan total intensitas cahaya E2B, E29A,E29B. Gambar 4.19 Intensitas penerangan bidang E2A

30 64 Total intensitas penerangan (E) pada bidang kerja E3A adalah penjumlahan dari intensitas penerangan yang didapat dari armatur 1A, 2A, 3A, 4A, 5A dan 3B yang jatuh pada bidang kerja E3A (Gambar 4.20). Total intensitas cahaya pada bidang E2A sampai dengan E28A sama dengan total intensitas cahaya pada bidang E2B sampai dengan E28B: Gambar 4.20 Intensitas penerangan bidang E3A Intensitas Penerangan pada bidang X yang dihitung dengan cara total penjumlahan dapat dilihat pada tabel 4.2

31 65 Tabel 4.2 Intensitas Penerangan sepanjang bidang X Posisi titik E Distribusi Intensitas penerangan (E) dari Armatur Total E (lux) E1A Posisi Armatur (gambar 4.18) 1A 2A 3A 1B E dari armatur (lux) E2A Posisi Armatur (gambar 4.19) 1A 2A 3A 4A 2B E dari armatur (lux) E3A Posisi Armatur (gambar 4.20) 1A 2A 3A 4A 5A 3B E4A Posisi Armatur 2A 3A 4A 5A 6A 4B E5A Posisi Armatur 3A 4A 5A 6A 7A 5B E6A Posisi Armatur 4A 5A 6A 7A 8A 6B E7A Posisi Armatur 5A 6A 7A 8A 9A 7B E8A Posisi Armatur ( 6A 7A 8A 9A 10A 8B E9A Posisi Armatur 7A 8A 9A 10A 11A 9B E10A Posisi Armatur 8A 9A 10A 11A 12A 10B E11A Posisi Armatur 9A 10A 11A 12A 13A 11B E12A Posisi Armatur 10A 11A 12A 13A 14A 12B

32 Posisi titik E Distribusi Intensitas penerangan (E) dari Armatur Total E (lux) E13A Posisi Armatur 11A 12A 13A 14A 15A 13B 66 E14A Posisi Armatur 12A 13A 14A 15A 16A 14B E15A Posisi Armatur 13A 14A 15A 16A 17A 15B E16A Posisi Armatur 14A 15A 16A 17A 18A 16B E17A Posisi Armatur 15A 16A 17A 18A 19A 17B E18A Posisi Armatur 16A 17A 18A 19A 20A 18B E19A Posisi Armatur 17A 18A 19A 20A 21A 19B E20A Posisi Armatur 18A 19A 20A 21A 22A 20B E21A Posisi Armatur 19A 20A 21A 22A 23A 21B E22A Posisi Armatur 20A 21A 22A 23A 24A 22B E23A Posisi Armatur 21A 22A 23A 24A 25A 23B

33 67 Posisi titik E Distribusi Intensitas penerangan (E) dari Armatur Total E (lux) E24A Posisi Armatur 22A 23A 24A 25A 26A 24B E25A Posisi Armatur 23A 24A 25A 26A 27A 25B E26A Posisi Armatur 24A 25A 26A 27A 28A 26B E27A Posisi Armatur 25A 26A 27A 28A 29A 27B E28A Posisi Armatur 26A 27A 28A 29A 30A 28B E29A Posisi Armatur 27A 28A 29A 30A 29B E dari armatur (lux) E30A Posisi Armatur 28A 29A 30A 30B E dari armatur (lux) Dari tabel hasil perhitungan total intensitas cahaya pada bidang kerja E1A, E1B, E30A, dan E30B adalah lux yang berasal dari 4 unit armatur yang dapat dihitung. Untuk total intensitas cahaya pada bidang kerja E2A, E2B, E29A, dan E29B adalah lux yang berasal dari 5 armatur yang dapat dihitung. Dan untuk bidang kerja E3A-E28A dan E3B-E28B, intensitas penerangan totalnya adalah lux yang berasal dari 6 armatur yang dapat dihitung. Dari Tabel perhitungan menunjukan bahwa desain penerangan telah sesuai dengan intensitas penerangan yang diinginkan untuk penerangan yang baik yaitu sekitar 500 lux.

34 4.4. RENCANA IMPLEMENTASI 68 Pada tahap rencana Implementasi ini, akan dibuat pembagian beban listrik (distribution panel), diagram pengawatan, bill of material, Rencana implementasi ini dibuat untuk mempermudah pelaksanaan tender proyek PEMBAGIAN BEBAN. Pembuatan pembagian beban ini sangat penting karena beban listrik harus terbagi secara imbang, Suplai listrik dari Main Distribution Panel ke Sub Distribution Panel (SDP) new line assembling dengan tegangan 3 Fasa 220/380V 10A. kemudian dibagi menjadi tiga group dengan pengaman MCB 1 Fasa 10 A. tiap tiap group dibagi menjadi 5 sub group dengan pengaman masing-masing dengan MCB 1 Fasa 2 A dan tiap- tiap subgroup berfungsi untuk mengontrol 4 titik armatur. Pembagian ini dapat dilihat pada gambar 4.21

35 Gambar 4.21 pembagian beban 69

36 DIAGRAM PENGAWATAN 70 Diagram pengawatan berguna untuk menunjukan pengawatan pada suatu instalasi. Diagram pengawatan ini berguna untuk mengetahui posisi pemasangan instalsi listrik yang akan dipasang, dalam desain instalasi listrk harus dipertimbangkan keandalan, ketercapaian, ketersediaan, keindahan, faktor keamanan dan ekonomis. Desain diagram pengawatan untuk new line assembling unit 2B dapat dilihat pada gambar 4.22 Gambar 4.22 Diagram pengawatan BILL OF MATERIAL Material yang akan digunakan untuk suatu proyek perlu didata, agar perhitungan nilai estimasi suatu proyek dapat dihitung dengan tepat.material-material yang akan digunakan untuk new line assembling unit 2B dapat dilihat pada tabel 4.3

37 Tabel 4.3 Bill Of Material 71 BILL OF MATERIAL No Material Qty 1 Armatur Pacific II - TCW unit 2 Lampu TL 36 W 120 pcs 3 MCB 2A 1 Fasa 15 pcs 4 MCB 4A 1 Fasa 3 pcs 5 MCB 10A 1 Fasa 3 pcs 6 MCB 10A 3 Fasa 1 pcs 7 Kabel NYY 200 m 8 Panel 1 set

USULAN PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN PADA NEW LINE 2B ASSEMBLING UNIT PT ASTRA HONDA MOTOR

USULAN PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN PADA NEW LINE 2B ASSEMBLING UNIT PT ASTRA HONDA MOTOR USULAN PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN PADA NEW LINE 2B ASSEMBLING UNIT PT ASTRA HONDA MOTOR Frans Dory 1 ; Budi Aribowo 2 ABSTRACT One of important factor to design line assembling is by designing lightning

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 5 LANDASAN TEORI 2.1. Satuan-satuan Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara lain: 1. Satuan untuk intensitas cahaya (I) adalah kandela (cd) Intensitas cahaya adalah

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1. Sistem Kelistrikan Dalam mengevaluasi kelistrikan yang ada di gedung PT Sambuja Lestari di jalan Pluit Raya, Jakarta Utara hal yang harus diperhitungkan adalah jumlah

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM JETri, Volume 5, Nomor 2, Februari 2006, Halaman 1-20, ISSN 1412-0372 STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM Chairul Gagarin Irianto Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pembahasan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA PEDOMAN INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2010 PENCAHAYAAN Dalam aspek kehidupan penerangan menempati porsi yang sangat penting Sumber cahaya adalah matahari Cahaya buatan adalah cahaya

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB III METODE PEMBAHASAN BAB III METODE PEMBAHASAN Tujuan dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk dapat memanfaatkan energi listrik semaksimal dan seefisien mungkin, serta aman dan andal. Pembahasan dalam penulisan ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK KEGIATAN BELAJAR 1 FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK Lembar Informasi Selain menguasai persyaratan, perancangan dan memiliki pengetahuan tentang peralatan instalasi, hal yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Penentuan Tujuan Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2 STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI Moethia Faridha 1, Ifan 2 1 Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan MAAB 2 Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE. penulisan ini adalah perencanaan instalasi sebuah Gedung Clubhouse.

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE. penulisan ini adalah perencanaan instalasi sebuah Gedung Clubhouse. 34 BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE Tujuan utama dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk pemanfaatan energy listrik semaksimal dan seefisien mungkin, serta aman dan andal.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 14 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1 Metode Material Handling 4.1.1 Faktor Peralatan Material Handling yang digunakan Metode yang di gunakan untuk mengirim part dari part preparation ke Line Assembling Engine

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN 4.1 Analisis dan Pembahasan Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, maka diperlukan pemeriksaan terhadap instalasi listrik tersebut. Hal

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Dalam melakukan proses penulisan laporan tugas akhir mengenai perancangan sistem kerja dari proses perakitan engine, penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Gedung Twin Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Gedung Twin Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Alat Pada penelitian ini pengukuran dilakukan pada sebuah gedung di salah satu kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dimana penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL

PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI DAN KONTROL Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta maryonoam@yahoo.com http://maryonoam.wordpress.com Tujuan Kegiatan Pembelajaran : Siswa memahami macam-macam kriteria pemilihan

Lebih terperinci

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau 1 Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau Nanang C Darmawan, Andi Rahmadiansah, Wiratno Argo A Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. Oleh : Eko Widiarto Dosen Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto. SH, Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan lainnya, membutuhkan penerangan. Baik penerangan / pencahayaan alami (pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Disusun oleh: IKSAN SANTOSO NIM. 0910633053-63 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia dalam menjalankan berbagai aktivitas kehidupannya, mulai dari aktivitas rumah tangga,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sistem distribusi tenaga listrik di gedung Fakultas Teknik UMY masuk pada sistem distribusi tegangan menengah, oleh karenanya sistim distribusinya menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Pemecahan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Pemecahan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Apalagi dengan berkembangnya zaman dan tuntutan modernisasi. Kebutuhan akan pasokan energi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Tugas akhir ini dilakukan di gedung rektorat Unila. Proses tugas akhir dilakukan dengan penyiapan alat dan bahan, pengumpulan data bangunan, hingga menyusun

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR. Validita R. Nisa

SIDANG TUGAS AKHIR. Validita R. Nisa SIDANG TUGAS AKHIR Validita R. Nisa 2105 100 045 Latar Belakang Semakin banyaknya gedung bertingkat Konsumsi energi listrik yang besar Persediaan energi dunia semakin menipis Penggunaan energi belum efisien

Lebih terperinci

STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA )

STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA ) STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA ) OLEH NAMA : OCTO PANTAS M. GULTOM NIM : 050422021 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun 29 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penjelasan Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun 2007 untuk semua tipe produk dan beberapa produk model baru yang mampu mendominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN

BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN DAFTAR ISI Halaman BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN... 1/7 Pasal 01 Maksud... 1/7 Pasal 02 Dokumen Pelelangan... 1/7 Pasal 03 Itikat Penawaran... 6/7 Pasal 04 Masa Berlaku Penawaran... 6/7 Pasal 05 Keabsahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PERALATAN DALAM PENCAHAYAAN.

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PERALATAN DALAM PENCAHAYAAN. 57 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PERALATAN DALAM PENCAHAYAAN. 4.1 Gambaran Perhitungan Pada Ruang Rapat Data perhitunganya yang diambil adalah sebagai berikut : Fungsi Ruang : Ruang Rapat PT.LECOMMARAS

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data yang Didapat Data yang diperoleh dalam penelitian ini untuk menunjang sebagai analisis perbandingan lampu yaitu menggunakan data jenis lampu yang digunakan pada area

Lebih terperinci

APLIKASI PERENCANAAN PERHITUNGAN INSTALASI LISTRIK PENERANGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR ABSTRAK

APLIKASI PERENCANAAN PERHITUNGAN INSTALASI LISTRIK PENERANGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR ABSTRAK ISSN 1412 3762 http://jurnal.upi.edu/electrans ELECTRANS, VOL.12, NO.1, MARET 2013, 49-58 APLIKASI PERENCANAAN PERHITUNGAN INSTALASI LISTRIK PENERANGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR Indra Mustika R. P., Chris

Lebih terperinci

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN Oleh : Dedy Haryanto, Edy Karyanta, Paidjo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN ABSTRAK KUAT PENERANGAN

Lebih terperinci

STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 TUGAS AKHIR

STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 TUGAS AKHIR STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 TUGAS AKHIR Oleh : DEDY JUNIANSYAH NIM 14612016 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG Nugroho Utomo ( L2F008072) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto,SH, Tembalang,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan... ii Halaman Pengesahan... iii Abstrak... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... x BAB I (Pendahuluan)... 1 Latar

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Berdiri PT. Inti Pantja Press Industri merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam group Astra Motor

Lebih terperinci

Bab 7 Jenis-jenis Lampu. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T Jenis Lampu

Bab 7 Jenis-jenis Lampu. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T   Jenis Lampu Bab 7 Jenis-jenis Lampu Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 58 Jenis Lampu 59 1 Lampu Pijar (incadescent) Lampu Pelepasan (gas discharge lamp) - Tekanan rendah (Lampu Flurescent,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini persaingan di dunia industri makin ketat. Permintaan pasarpun sering berubah-ubah. Kenyataan ini membuat para pengusaha selalu berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 3.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perencanaan instalasi penerangan untuk Gedung Universitas Mercu Buana, Bekasi dilakukan dalam beberapa tahap.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas metodologi yang digunakan dalam penelitian beserta penjelasan singkat setiap tahapannya. Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian III-1 Gambar 3.1 Diagram

Lebih terperinci

SIMULASI PERHITUNGAN KEBUTUHAN PENERANGAN RUANGAN DAN PENENTUAN LUAS PENAMPANG KABEL BERBASIS SISTEM PAKAR

SIMULASI PERHITUNGAN KEBUTUHAN PENERANGAN RUANGAN DAN PENENTUAN LUAS PENAMPANG KABEL BERBASIS SISTEM PAKAR 78 SIMULASI PERHITUNGAN KEBUTUHAN PENERANGAN RUANGAN DAN PENENTUAN LUAS PENAMPANG KABEL BERBASIS SISTEM PAKAR Khahfi Muhammad Madro i, Setyo Supratno, Putra Wisnu Agung Sucipto Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS. Ketinggian jatuh air merupakan tinggi vertikal dimana air mengalir dari atas

BAB IV HASIL ANALISIS. Ketinggian jatuh air merupakan tinggi vertikal dimana air mengalir dari atas BAB IV HASIL ANALISIS 4.1 Perhitungan Ketinggian (head) Ketinggian jatuh air merupakan tinggi vertikal dimana air mengalir dari atas ketinggian yang merupakan awal dari jatuhnya air horizontal bagian yang

Lebih terperinci

Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru

Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Industri (SNTIKI 7 ISSN : 2085-9902 Pekanbaru, 11 November 2015 Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan pasar otomotif di kelas sepeda motor sangatlah ketat. Setiap produsen berusaha memberikan kualitas dan mutu yang baik, ketersediaan produk dan spare part

Lebih terperinci

Rancang Bangun Perangkat Lunak Perencanaan Pencahayaan Buatan Pada Ruangan

Rancang Bangun Perangkat Lunak Perencanaan Pencahayaan Buatan Pada Ruangan Rancang Bangun Perangkat Lunak Perencanaan Pencahayaan Buatan Pada Ruangan Anggoro Suryo Pramudyo pramudyo3@yahoo.com Suhendar suhendar@ft-untirta.ac.id Fauzan Azima fauzan.azima88@gmail.com Jurusan Teknik

Lebih terperinci

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE I. TUJUAN 1. Agar praktikan dapat menginstalasi lampu pijar dengan hubungan seri-paralel (DIM). 2. Agar praktikan dapat menginstalasi penerangan satu

Lebih terperinci

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR M. Hariansyah 1, Joni Setiawan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. tahun 2006 untuk semua tipe produk dan beberapa produk model baru yang

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. tahun 2006 untuk semua tipe produk dan beberapa produk model baru yang BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Penjelasan Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun 2006 untuk semua tipe produk dan beberapa produk model baru yang mampu mendominasi

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN 3.1 FLOWCHART Mulai Lampu TL yang digunakan 10 watt, 20 watt dan 40 watt Perhitungan kapasitor daya untuk tiap-tiap lampu TL yang paling baik Pengujian Faktor Daya Kapasitor

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LPORN PRKTIKUM INSTLSI PENERNGN Kelompok : 10 Nama Praktikan : 1. inun Nidhar 2. Jeffry Manatar Kelas Dosen Pembimbing : 2E : P. Janus, MT. Tanggal Penyerahan : 3 Mei 2013 Ir. Benhur Nainggolan, MT TEKNIK

Lebih terperinci

SOAL PRAKTIK KEJURUAN

SOAL PRAKTIK KEJURUAN DOKUMEN NEGARA P 3 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SOAL PRAKTIK KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian : Teknik Instalasi

Lebih terperinci

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN 1 Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkenaan dengan suatu lampu penerangan jalan umum atau dikenal dengan lampu PJU, khususnya lampu PJU yang dilengkapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri pada saat ini tidak dapat dihindari, dan setiap pesaing

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri pada saat ini tidak dapat dihindari, dan setiap pesaing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia industri pada saat ini tidak dapat dihindari, dan setiap pesaing berusaha untuk mencari suatu metode yang lebih baik untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA KEGIATAN BELAJAR 1 MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA Lembar Informasi Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 023/PRT/1978, pasal 1 butir 5 tentang instalasi listrik, menyatakan

Lebih terperinci

RANCANGAN ILUMINASI PADA RUANG BACA DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA (BAPERASDA) TUGAS SARJANA. Rilpani Orien Meliala

RANCANGAN ILUMINASI PADA RUANG BACA DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA (BAPERASDA) TUGAS SARJANA. Rilpani Orien Meliala RANCANGAN ILUMINASI PADA RUANG BACA DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA (BAPERASDA) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2007/2008 STUDI KELAYAKAN PROYEK RELAYOUT LINE 1 AREA WELDING 1A PADA PT. AHM Gerald Daniel Erianto NIM: 1000890743

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Indonesia semakin hari semakin meningkat, terutama di segmen kendaraan ringan roda empat atau mobil. Pertumbuhan tersebut akan didukung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

Analisa Sistem Pencahayaan Buatan Ruang Intensive Care Unit. Hanang Rizki Ersa Fardana, Pembimbing : Ir. Heri Joestiono, MT

Analisa Sistem Pencahayaan Buatan Ruang Intensive Care Unit. Hanang Rizki Ersa Fardana, Pembimbing : Ir. Heri Joestiono, MT Analisa Sistem Pencahayaan Buatan Ruang Intensive Care Unit Hanang Rizki Ersa Fardana, 2410100074 Pembimbing : Ir. Heri Joestiono, MT Latar Belakang Keluhan Kesilauan Kenyamanan pengguna ruangan British

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Abstrak Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN NEW LINE 1 WELDING FRAME BODY COMP PT ASTRA HONDA MOTOR, PABRIK

Lebih terperinci

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green. Par LED W PAR LED (Parabolic Light Emitting Diode) Tidak bisa dielakkan bahwa teknologi lampu LED (Light Emitting Diode) akan menggantikan lampu pijar halogen, TL (tube lamp) dan yang lain. Hal ini karena

Lebih terperinci

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN SSN: 1693-6930 39 ANALSS UPAYA PENUUNAN BAYA PEMAKAAN ENEG LSTK PADA LAMPU PENEANGAN Slamet Suripto Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Abstrak Keterbatasan sumber

Lebih terperinci

Kanban. Sistem Produksi Lanjut TI UG. Secara istilah sistem produksi:

Kanban. Sistem Produksi Lanjut TI UG. Secara istilah sistem produksi: Kanban 看板 Sistem Produksi Lanjut TI UG 1 Definisi Kanban Secara bahasa: Jepang: kartu penanda Secara istilah sistem produksi: Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan

Lebih terperinci

SOAL PRAKTIK KEJURUAN

SOAL PRAKTIK KEJURUAN DOKUMEN NEGARA P 2 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SOAL PRAKTIK KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian : Teknik Instalasi

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Akhmad Rafsanjani 1, Yayan Harry Yadi 2, Ade Sri Mariawati 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa rafsanjani089@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0 Implementasi sistem merupakan tahap untuk mengimplementasikan sistem. Tahap penggunaan sistem ini dilakukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci.

PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci. PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci. Tukiman, Edy Karyanta, Budi Santoso PRFN-BATAN, Kawasan Puspiptek Gd 71, Tangerang Selatan - 15310 ABSTRAK PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA

BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA 3.1 UMUM Pada suatu industri, untuk menghasilkan suatu produk dibutuhkan peralatan yang memadai. Dalam pemakaian peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitianinimenggunakanmetodeeksperimendanlokasipenelitianberte mpat di LAB Listrik Tenaga jurusanpendidikanteknikelektro, FPTK UPI.Adapunlangkah langkahpenelitian

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Topik : INSTALASI PENERANGAN B. Kompetensi : Hal 1 dari 5 Setelah melakukan praktik, mahasiswa dapat menggambar benda secara piktorial, simbol-simbol teknik elektro, instalasi penerangan dan tenaga,

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS FARID KHUSNUL MUJIB 2404100038 PEMBIMBING: ANDI RAHMADIANSAH Latar Belakang Intensitas pencahayaan (E) dan pemerataan intensitas pencahayaan (min/ave)

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk 1 Oleh: Dedy Syah Putra 1, Ghiri Basuki Putra, S. T., M. T 2 2 Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penyusun dalam melakukan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Studi Pustaka, yaitu dengan cara mencari, mempelajari

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD)

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) Nurhani Amin Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: nhanie.lieben@yahoo.co.id

Lebih terperinci

satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam

satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam nilai eficacy beban terpasang yang dicapai dengan efisiensi terbaik, dinyatakan dalam lux/watt/m² Definisi dan istilah yang digunakan: satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN AUDIT ENERGI

BAB III PELAKSANAAN AUDIT ENERGI BAB III PELAKSANAAN AUDIT ENERGI 3.1 Gambaran Obyek Audit Energi Padma Hotel Bandung, berada di Jln. Ranca Bentang 56-58 Bandung. Bangunan Padma Hotel Bandung, berlantai 5, lantai dasar 1 dan menghadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkembangnya di dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini, berbagai macam kebutuhan di dunia industri sangat diperlukan suatu alat kontrol

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK Tujuan utama dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk pemanfaatan energi listrik semaksimal dan seefisien

Lebih terperinci

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Manusa putra D

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Manusa putra D PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB III METODE PEMBAHASAN BAB III METODE PEMBAHASAN 3.1. Metode Pembahasan Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini antara lain, yaitu : 1. Metode Literatur Metode literature yaitu, metode dengan mengumpulkan,

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik diperlukan sebagai sumber energi untuk pengoperasian berbagai peralatan yang dibutuhkan di suatu gedung. Salah satu pemanfaatan sumber listrik pada gedung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci