STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 TUGAS AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 TUGAS AKHIR"

Transkripsi

1 STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 TUGAS AKHIR Oleh : DEDY JUNIANSYAH NIM KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK 2017

2 STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Ahli Madya (Amd) pada Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Samarinda Oleh : DEDY JUNIANSYAH NIM KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK 2017

3 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Dedy Juniansyah NIM : Jurusan Program Studi Jenjang Judul Tugas Akhir : Teknik Elektro : Teknik Listrik : Diploma III : Studi Instalasi Penerangan Swiss-Belhotel Borneo Samarinda Lantai 1 Sampai Lantai 5 Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam Laporan Tugas Akhir ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Samarinda, 7 Juli 2017 Dedy Juniansyah NIM ii

4 HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 NAMA : DEDY JUNIANSYAH NIM : JURUSAN PROGRAM STUDI JENJANG STUDI : TEKNIK ELEKTRO : TEKNIK LISTRIK : DIPLOMA III Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan Pada tanggal 11 Juli 2017 Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. H. Bahtiar, MT NIP Rusda, ST., MT NIP Mengesahkan, Direktur Politeknik Negeri Samarinda Ir. H. Ibayasid, M.Sc NIP Lulus Ujian Tanggal : 11 Juli 2017 iii

5 HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 NAMA : DEDY JUNIANSYAH NIM : JURUSAN PROGRAM STUDI JENJANG STUDI : TEKNIK ELEKTRO : TEKNIK LISTRIK : DIPLOMA III Laporan Tugas Akhir ini telah diuji dan disetujui Pada tanggal, 11 Juli 2017 Penguji I, Nama : L. Handri Gunanto, ST., MT NIP : Penguji II, Nama : Ir. H. Masing, MT NIP : Penguji III, Nama : Sunu Pradana, ST., M ENG NIP : Dewan Penguji: Mengetahui: Ketua Jurusan Teknik Elektro Ketua Program Studi D3 Teknik Listrik Ir. Bustani, MT Rusdiansyah, ST., MT NIP NIP iv

6 ABSTRAK Dedy Juniansyah, Studi Instalasi Penerangan Swiss-Belhotel Borneo Samarinda Lantai 1 Sampai Lantai 5 (dibimbing oleh Bapak Ir. H. Bahtiar sebagai pembimbing I dan Ibu Rusda, sebagai pembimbing II). Instalasi Penerangan bertujuan untuk menghasilkan energi cahaya yang dapat memberikan sebanyak mungkin cahaya pada setiap watt energi yang dialirkan. Apabila dilihat dari lingkungan dan penggunaan penerangan listrik dibagi dua yaitu penerangan indoor dan penerangan outdoor. Dimana penerangan indoor lebih membutuhkan penyinaran atau pemancaran yang lebih optimal dibandingnkan dengan penerangan outdoor, karena penerangan indoor dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti warna langit-langit, warna dinding, warna bidang kerja, tinggi ruangan, bentuk ruangan dan lain-lain. Oleh karena itu terciptanya suatu sistem instalasi listrik yang baik dan sesuai standar penggunaan maka haruslah memenuhi ketentuan-ketentuan ataupun syarat-syarat yang sudah ditetapkan, yaitu pembagian beban yang harus seimbang, penentuan kuat penerangan di dalam ruangan harus sesuai. Penentuan kuat penerangan ini harus disesuaikan dengan objek yang akan diterangi. Penerangan yang digunakan diatas sangat diperlukan. Dengan demikian perlu diperhatikan kuat penerangannya, yaitu harus dapat mencapai nilai yang telah di tentukan agar hasilnya dapat memberikan suasana yang lebih menyenangkan. Penentuan intensitas penerangan suatu ruangan ditentukan berdasarkan fungsi dari ruanagan tersebut, sedangkan untuk menentukan jumlah lampu yang diperlukan, maka terlebih dahulu mengetahui panjang ruangan, lebar ruangan, tinggi ruangan dan tinggi bidang kerja bila ada, sehingga dapat menentukan dengan tepat kebutuhan lampunya. Kata kunci : Instalasi Penerangan, Jumlah Lampu v

7 KATA PENGANTAR Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Taufik serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan tugas akhir ini. Adapun judul tugas akhir ini adalah STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah membandingkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan mengaplikasikannya kelapangan serta sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Samarinda. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran-saran yang membangun dari pembaca sekalian, sehingga tugas akhir ini menjadi berguna dan bermanfaat. Tugas akhir ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan, saran dan kritik dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir.H.Ibayasid,M.Sc selaku direktur Politeknik Negeri Samarinda. 2. Bapak Ir.Bustani,MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro. 3. Bapak Subir,ST.,MT. selaku Sekertaris Jurusan Teknik Elektro. 4. Bapak Rusdiansyah,ST.,MT. Selaku Ketua Prodi Diploma 3 Jurusan Teknik Elektro. vi

8 5. Kepada kedua Orang Tua Bahar dan Sanawati beserta keluarga tercinta yang telah memberikan banyak dorongan, moral maupun materi, doa dan perhatian sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan. 6. Kepada Koordinator Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Samarinda. 7. Bapak Ir.H.Bahtiar,MT. selaku pembimbing I yang telah membimbing dan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis. 8. Ibu Rusda,ST.,MT. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis. 9. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Teknik Elektro yang memberikan bimbingan dan nasehat yang bermanfaat dan mendukung dalam proses belajar mengajar dan administrasi selama perkuliahan. 10. Seluruh pegawai HOTEL SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA khususnya bagian engenering yang telah banyak membantu menyelesaikan tugas akhir. 11. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Teknik Elektro yang memberikan bimbingan dan nasehat yang bermanfaat dan mendukung dalam proses belajar mengajar dan administrasi selama perkuliahan. 12. Teman Teman sekelas yang selalu memberikan semangat dan waktu untuk sharing dan saling tukar pikiran. Harapan penulis Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran, bermanfaat pula bagi para pembaca lainnya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Laporan vii

9 Tugas Akhir ini, oleh karena itu penulis berharap adanya masukan-masukan serta saran dari berbagai pihak agar Laporan Tugas Akhir ini dapat lebih baik. Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir ini yang dibuat penulis dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Samarinda, 7 Juli 2017 Penulis viii

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... ii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Manfaat dan Kegunaan Batasan Masalah Sistematika Penulisan... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Instalasi Penerangan Prinsip Dasar Instalasi Listrik Ketentuan Rancangan Instalasi Listrik..., Instalasi Penerangan Satuan-Satuan Dalam Instalasi Penerangan Intensitas Cahaya... 9 ix

11 2.2.3 Flux Cahaya Intensitas Peneranagan Luminansi Cara Menghitung Penerangan Dalam Intensitas Penerangan Efisiensi Penerangan Efisiensi Armatur Faktor Faktor Refleksi Indeks Ruangan atau Indeks Bentuk Faktor Penyusutan dan Faktor Depresiasi Sistem Penerangan dan Armatur Armatur Tipe -Tipe Penerangan Menentukan Jumlah Armatur Menentukan Jumlah Lampu Komponen Instalasi Penerangan Pengaman MCB (Miniatur Circuit Breaker) MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) ACB (Air Circuit Breaker) Penghantar Kabel Jenis Jenis Kabel Luas Penampang Penghantar Kemampuan Hantar Arus (KHA) x

12 2.5.3 Macam - Macam Lampu Listrik Lampu Fluoresen / TL Lampu LED Sakelar Sakelar Tunggal Sakelar Seri Saklar Tukar Kotak Kontak Armatur Pipa Instalasi Pipa Union Pipa Paralon atau PVC Pipa Fleksibel Perlengkapan Hubung Bagi Pembagian Beban BAB III METODELOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Desain Penelitian Analisa Data Data - Data Lapangan BAB IV PEMBAHASAN Penetuan Jumlah Titik Lampu Ruangan Pada Lantai xi

13 4.1.2 Ruangan Pada Lantai Ruangan Pada Lantai Ruangan Pada Lantai 4 dan Lantai Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Jumlah Beban dan Total Beban Lantai Jumlah Beban dan Total Beban Lantai Jumlah Beban dan Total Beban Lantai Jumlah Beban dan Total Beban Lantai 4 dan Lantai Menentukan Pengaman dan Penghantar Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 4 dan Lantai Pengaman dan Penghantar Cabang Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 4 dan Lantai Pengaman dan Penghantar Group Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 4 dan Lantai BAB V PENUTUP Simpulan xii

14 5.2 Saran-Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

15 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Standar Luminansi Pada Bidang Kerja Menurut IES Tabel 2.2 Standar Penerangan dalam Ruangan Tabel 2.3 Efisiensi Penerangan Tabel 2.4 Faktor-Faktor Refleksi Tabel 2.5 Sistem Penerangan Tabel 2.6 Arus Pengenal MCB Tabel 2.7 Arus Pengenal MCCB Tabel 2.8 Arus Pengenal ACB Tabel 2.9 KHA Kabel NYM Tabel 2.10 KHA Kabel NYY Tabel 2.11 Perbandingan Lumen dan Efisiensi Lampu Tabel 3.1 Data Ruangan Lantai Tabel 3.2 Data Ruangan Lantai Tabel 3.3 Data Ruangan Lantai Tabel 3.4 Data Ruangan Lantai Tabel 3.5 Data Ruangan Lantai Tabel 4.1 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai Tabel 4.2 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai Tabel 4.3 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai Tabel 4.4 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai Tabel 4.5 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai Tabel 4.6 Perbandingan Jumlah Lampu / Armatur Hasil Penghitungan Dengan Data lapangan Pada Lantai xiv

16 Tabel 4.7 Perbandingan Jumlah Lampu / Armatur Hasil Penghitungan Dengan Data lapangan Pada Lantai Tabel 4.8 Perbandingan Jumlah Lampu / Armatur Hasil Penghitungan Dengan Data lapangan Pada Lantai Tabel 4.9 Perbandingan Jumlah Lampu / Armatur Hasil Penghitungan Dengan Data lapangan Pada Lantai Tabel 4.10 Perbandingan Jumlah Lampu / Armatur Hasil Penghitungan Dengan Data lapangan Pada Lantai Tabel 4.11 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Lantai Tabel 4.12 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Lantai Tabel 4.13 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Lantai Tabel 4.14 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Lantai Tabel 4.15 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Lantai Tabel 4.16 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan Tiap Ruangan Lantai Tabel 4.17 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan Tiap Ruangan Lantai Tabel 4.18 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan Tiap Ruangan Lantai Tabel 4.19 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan Tiap Ruangan Lantai Tabel 4.20 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan Tiap Ruangan Lantai Tabel 4.21 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai Tabel 4.22 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai xv

17 Tabel 4.23 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai Tabel 4.24 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai Tabel 4.25 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai Tabel 4.26 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai Tabel 4.27 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai Tabel 4.28 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai Tabel 4.29 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai Tabel 4.30 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai Tabel 4.31 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai Tabel 4.32 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai Tabel 4.33 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai Tabel 4.34 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai Tabel 4.35 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai xvi

18 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Intensitas Cahaya Gambar 2.2 Flux Cahaya Gambar 2.3 Intensitas Penerangan Gambar 2.4 Armatur Pancaran Lebar Gambar 2.5 Armatur Pancaran Terbatas Gambar 2.6 Armatur Palung Gambar 2.7 Armatur Rok Gambar 2.8 Armatur Dinding Gambar 2.9 Armatur Gantung Gambar 2.10 MCB 1 Fasa (a) dan MCB 3 Fasa (b) Gambar 2.11 Moulded Case Circuit Breaker Gambar 2.12 Air Circuit Breaker Gambar 2.13 Kabel NYM Gambar 2.14 Kabel NYY Gambar 2.15 Lampu Fluoresen / TL Gambar 2.16 Lampu LED Gambar 2.17 Sakelar Tunggal Gambar 2.18 Sakelar Seri Gambar 2.19 Sakelar Tukar Gambar 2.20 Kotak Kontak Gambar 2.21 Armatur Gambar 2.22 Pipa Union Gambar 2.23 Pipa Paralon/PVC xvii

19 Gambar 2.24 Pipa Fleksibel Gambar 2.25 Perlengkapan Hubung Bagi xviii

20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik mempunyai peranan yang sangat penting sebagai salah satu unsur pembangunan. Hal ini dapat kita aplikasikan peranannya di kehidupan sehari-hari. Misalnya gedung-gedung bertingkat, sekolah, rumah penduduk, gedung pertemuan, perkantoran, tempat-tempat industri, dan lain-lain. Dimana pada tempat-tempat itu memerlukan atau membutuhkan instalasi listrik yang tidak hanya baik dan sesuai dengan bentuk, kegunaan dari suatu ruangan serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi para pemakai juga untuk menunjang kelancaran suatu kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Penerangan itu sendiri bertujuan untuk menghasilkan energi cahaya yang dapat memberikan sebanyak mungkin cahaya pada setiap watt energi yang dialirkan. Apabila dilihat dari lingkungan dan penggunaan penerangan listrik dibagi dua yaitu penerangan indoor dan outdoor. Dimana penerangan indoor lebih membutuhkan penyinaran atau pemancaran yang lebih optimal dibandingnkan dengan penerangan outdoor, karena penerangan indoor dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti warna langit-langit, warna dinding, warna bidang kerja, tinggi ruangan, bentuk ruangan dan lain-lain. Oleh karena itu terciptanya suatu sistem instalasi listrik yang baik dan sesuai standar penggunaan maka haruslah memenuhi ketentuan-ketentuan ataupun syarat-syarat yang sudah ditetapkan yaitu pembagian beban yang mana harus seimbang, penentuan kuat penerangan di dalam ruangan yang harus sesuai. Penentuan kuat penerangan ini harus disesuaikan dengan objek yang akan diterangi. Penerangan yang digunakan diatas sangat diperlukan. Dengan demikian perlu diperhatikan kuat penerangannya, yaitu harus

21 2 dapat mencapai nilai yang telah di tentukan agar hasilnya dapat memberikan suasana yang lebih menyenangkan. Berlatar belakang dari keadaan tersebut, maka timbul ide dari penulis dan bermaksud untuk belajar dan mengaplikasikan ilmu kelistrikan yang sudah penulis dapatkan, dengan cara melakukan studi instalasi penerangan pada suatu bangunan dengan judul Studi Instalasi Penerangan Swiss-Belhotel Borneo Samarinda Lantai 1 Sampai Lantai Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana menentukan jumlah titik lampu pada masing-masing ruangan Swiss-Belhotel Berneo lantai 1 sampai lantai 5? 2. Bagaimana menentukan kapasitas pengaman dan luas penampang penghantar yang akan digunakan Swiss-Belhotel Berneo lantai 1 sampai lantai 5? 3. Bagaimana menentukan rekapitulasi daya pada instalasi Swiss-Belhotel Berneo lantai 1 sampai lantai 5? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini sebagai berikut : 1. Mampu menentukan jumlah lampu yang sesuai dengan fungsi ruangan Swiss- Belhotel Berneo lantai 1 sampai lantai Dapat menentukan kapasitas pengaman dan luas penampang penghantar pada Swiss-Belhotel Berneo lantai 1 sampai lantai 5.

22 3 3. Dapat menghitung rekapitulasi daya pada instalasi Swiss-Belhotel Berneo lantai 1 sampai lantai Manfaat dan Kegunaan Diharapkan nantinya hasil tugas akhir ini memiliki manfaat dan kegunaan sebagai berikut : 1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang instalasi penerangan yang diperoleh selama kuliah dan di lapangan. 2. Sebagai bahan perbandingan antara teori yang didapatkan selama di bangku perkulihan dengan penerapan langsung ke lapangan. 3. Memberikan sistem instalasi penerangan yang sesuai dengan standar. 4. Sebagai saran bagi pihak Swiss-Belhotel Berneo. 1.5 Batasan Masalah Untuk menghindari kemungkinan meluasnya permasalahan ini, maka dalam penulisan tugas akhir ini hanya membahas : 1. Menentukan jumlah titik lampu sesuai kebutuhan. 2. Menentukan besar pengaman hanya untuk beban instalasi penerangan. 3. Menentukan jenis penghantar dan luas penghantar hanya untuk beban instalasi penerangan. 4. Menghitung rekapitulasi daya hanya untuk beban instalasi penerangan.

23 4 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat dan kegunaan, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisikan tentang pembahasan mengenai teori atau persyaratan umum mengenai instalasi listrik dan penerangan serta penggunaan rumus. BAB III METODELOGI PENELITIAN Berisikan tentang metode metode yang dilakukan untuk melakukan penelitian seperti waktu dan lokasi, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, data-data lapangan, desain penelitian (flow chart) dan analisa data. BAB IV PEMBAHASAN Berisikan tentang pembahasan mengenai perhitungan jumlah titik lampu dan armatur untuk tiap ruangan, sistem pembagian beban, menentukan kapasitas pengaman yang digunakan dan menentukan luas penampang penghantar yang digunakan. BAB V PENUTUP Berisikan tentang simpulan, saran saran

24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah suatu kumpulan komponen yang membentuk suatu rangkaian atau sistem dan mempunyai tujuan yaitu menyalurkan energi listrik dari pembangkit hingga dapat di manfaatkan oleh konsumen (Modul Instalasi listrik 1) Prinsip Dasar Instalasi Listrik Beberapa prinsip instalasi listrik yang harus menjadi pertimbangan pada pemasangan suatu instalasi listrik dimaksudkan agar instalasi yang dipasang dapat digunakan secara optimum, efektif dan efisien (Sumardjati dkk., 2008). Adapun prinsip dasar tersebut ialah sebagai berikut : a. Keamanan Instalasi harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan kecelakaan. Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya per-alatan listrik dan benda-benda disekitarnya dari suatu kerusakan akibat adanya gangguan-ganguan seperti hubung singkat, arus lebih, tegangan lebih dan sebagai-nya. Oleh karena itu pemilihan peralatan yang digunakan harus memenuhi standar dan teknik pemasangannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. b. Keandalan Keandalan atau kelangsungan kerja dalam mensuplai arus listrik ke beban atau konsumen harus terjamin dengan baik. Untuk itu pemasangan instalasi listriknya harus dirancang sedemikian rupa, sehingga kemungkinan terputusnya

25 6 aliran listrik akibat gangguan ataupun karena untuk pemeliharaan dapat dilakukan sekecil mungkin. c. Ketersediaan Artinya kesiapan suatu instalasi dalam melayani kebutuhan pemakaian listrik lebih berupa daya, peralatan maupun kemungkinan pengembangan / perluasan instalasi, apabila konsumen melakukan perluasan instalasi, tidak mengganggu sistem instalasi yang sudah ada, dan mudah menghubungkannya dengan sistem instalasi yang baru (tidak banyak merubah dan mengganti peralatan yang ada). d. Ketercapaian Penempatan dalam pemasangan peralatan instalasi listrik relatif mudah dijangkau boleh pengguna, mudah mengoprasikannya dan tidak rumit. e. Keindahan Pemasangan komponen atau peralatan instalasi listrik dapat ditata sedemikian rupa, selagi dapat terlihat rapi dan indah dan tidak menyalahi aturan yang berlaku. f. Ekonomis Perencanaan instalasi listrik harus tepat sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan bahan dan peralatan seminim mungkin, mudah pemasangannya maupun pemeliharaannya, segi-segi daya listriknya juga harus diperhitungkan sekecil mungkin. Dengan demikian hanya keseluruhan instalasi listrik tersebut baik untuk biaya pemasangan dan biaya pemeliharaannya bisa dibuat semurah mungkin.

26 Ketentuan Desain Instalasi Listrik Desain instalasi listrik ialah berkas gambar rancangan dan uraian teknik, yang digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan pemasangan suatu instalasi listrik. Desain instalasi listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah dibaca dan dipahami oleh para teknisi listrik. Untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar yang berlaku (PUIL 2011). Desain instalasi listrik terdiri dari : a. Gambar situasi, yang menunjukkan dengan jelas letak gedung atau bangunan tempat instalasi tersebut akan dipasang dan rancangan penyambungannya dengan sumber tenaga listrik. b. Gambar instalasi yang meliputi : - Desain tata letak yang menunjukkan dengan jelas letak perlengkapan listrik beserta sarana kendalinya ( pelayanannya ), seperti titik lampu, kotak kontak, sakelar, motor listrik, PHBK dan lain-lain. - Desain hubungan perlengkapan listrik dengan gawai pengendalinya seperti hubungan lampu dengan sakelarnya, motor dengan pengasutnya, dan dengan gawai pengatur kecepatannya, yang merupakan bagian dari sirkit akhir atau cabang sirkit akhir. - Gambar hubungan antara bagian sirkit akhir tersebut dalam butir b dan PHBK yang bersangkutan, ataupun pemberian tanda dan keterangan yang jelas mengenai hubungan tersebut. - Tanda atapun keterangan yang jelas mengenai setiap perlengkapan listrik. c. Diagram garis tunggal, yang meliputi : - Diagram PHBK lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran pengenal komponennya.

27 8 - Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan pembagiannya. - Pembumian sistem - Ukuran dan jenis konduktor yang dipakai. d. Gambar rinci yang meliputi : - Perkiraan ukuran fisik PHBK - Cara pemasangan perlengkapan listrik - Cara pemasanga kabel - Cara kerja instalasi kendali e. Perhitungan teknis bila dianggap perlu, yang meliputi antara : - Drop voltase - Perbaikan faktor daya - Beban terpasang dan kebutuhan maksimum - Arus hubung pendek dan daya hubung pendek - Tingkat pencahayaan - Keseimbangan beban f. Tabel bahan instalasi, yang meliputi : - Jumlah dan jenis kabel, Konduktor dan perlengkapan - Jumlah dan jenis perlengkapan bantu - Jumlah dan jenis PHBK - Jumlah dan jenis luminer lampu g. Uraian teknis, yang meliputi : - Ketentuan tentang sistem proteksi - Ketentuan teknis perlengkapan listrik yang dipasang dan cara pemasangannya - Cara pengujian

28 9 - Jadwal waktu pelaksanaan h. Perhitungan biaya 2.2 Instalasi Penerangan Cahaya adalah suatu gejala fisis, suatu sumber cahaya memancarkan energi. Sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak. Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang gelombang elektromagnetik. Jadi cahaya itu suatu gejala getaran. Instalasi penerangan dalam suatu ruangan sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya, flux cahaya, intensitas penerangan, dan luminasi (Harten dkk., 1981) Satuan Satuan dalam Instalasi Listrik Penerangan Adapun satuan satuan yang terpenting dan digunakan dalam teknik penerangan ialah (Harten dkk., 1981) : a. Satuan untuk intensitas cahaya : kandela (cd) b. Satuan untuk flux cahaya : lumen (lm) c. Satuan untuk intensitas penerangan atau iluminasi : lux (lx) Intensitas Cahaya Kawat tahanan yang dialiri arus listrik akan berpijar dan memancarkan cahaya. Sumber cahaya demikian, misalnya lampu pijar, dinamakan pemancar suhu. Lampu pijar memancarkan energi cahaya ke semua jurusan. Tetapi energi radiasinya tidak merata. Jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya ke suatu jurusan tertentu disebut intensitas cahaya dan dinyatakan dalam satuan kandela (cd), dengan lambang I. seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 :

29 10 (Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 6) Gambar 2.1 Intensitas Cahaya Untuk menentukan satuan kandela ini, digunakan apa yang dinamakan badan hitam. Dalam alat ini terdapat suatu ruang kosong bersinar dari torlumoksida, dengan lubang yang kecil sekali. Ruang kosong ini berada dalam platina cair (Harten dkk., 1981). Rumus Intensitas Cahaya yaitu : Keterangan : I = φ... (2.1) ω I = Intensitas cahaya (cd) φ = Flux cahaya (lm) ω = Sudut ruang (steradian) Flux Cahaya Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah seluruh jumlah cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Kalau sumber cahayanya, misalkan sebuah lampu pijar ditempatkan dalam reflektor, maka cahayanya akan diarahkan, tetapi jumlah atau flix cahayanya tetap (Harten dkk., 1981). Seperti sudah diketahui, satuan untuk flux cahaya adalah lumen dan ditunjukkan pada Gambar 2.2 :

30 11 (Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 7) Gambar 2.2 Flux Cahaya Untuk mencari flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya yang ada di dalam suatu ruangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.2: φ = ExA η Keterangan :...(2.2) φ = Flux cahaya (lm) E = Intensitas penerangan yang diperlukan di bidang kerja (lux) A = Luas bidang kerja (m 2 ) η = Efisiensi Intensitas Penerangan Intensitas penerangan atau iluminasi di suatu bidang ialah flux cahaya yang jatuh pada 1 m 2 dari bidang itu. Satuan untuk intensitas penerangan ialah lux (lx) dan lambangnya E. Pada Gambar 2.3 iluminasi di buku dan di meja sama kuatnya (Harten dkk., 1981).

31 12 (Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 8) Gambar 2.3 Intensitas penerangan di permukaan buku A dan meja B sama besarnya Jika suatu bidang yang luasnya A m 2, diterangi dengan lumen maka intensitas penerangan rata-rata di bidang itu dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.3: E rata rata = φ...(2.3) A Keterangan : E rata rata = intensitas penerangan rata-rata (lux) φ = flux cahaya (lm) A = luas bidang kerja (m 2 ) Luminansi Luminansi ialah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminansi yang terlalu besar akan menyilaukan mata, seperti misalnya sebuah lampu pijar tanpa armatur. Luminansi (L) suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan cahaya ialah intensitas cahayanya dibagi dengan luas semu permukaan. Dalam bentuk rumus 2.4:

32 13 Keterangan : L = I As......(2.4) L = luminansi (cd/cm 2 ) I = intensitas cahaya (cd) As = luas semu permukaan (cm 2 ) Untuk menentukan standar luminansi pada bidang kerja menurut IES dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Standar Luminansi pada bidang kerja menurut IES Kategori Rentang luminansi (lux) Jenis kegiatan A Area publik berlingkungan gelap B Tempat kunjungan singkat C Ruang publik, tugas visual jarang D Tugas visual berkontras tinggi E Tugas visual berkontras sedang F Tugas visual berkontras rendah G Tugas visual berkontras rendah dalam waktu lama H Tugas visual sangat teliti dalam waktu sangat lama I Tugas visual khusus berkontras sangat rendah dan kecil (Sumber: elib.unikom.ac.id) Faktor refleksi suatu permukaan ikut menentukan luminansinya. Luas semu permukaan ialah luas proyeksi sumber cahaya pada suatu bidang rata yang tegak lurus pada arah pandang, jadi bukan luas permukaan seluruhnya (Harten dkk., 1981). 2.3 Cara Menghitung Penerangan Dalam Penerangan suatu ruangan kerja pertama tama harus tidak melelahkan mata tanpa guna. Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja dan sekelilingnya harus dihindari, karna akan memerlukan daya penyesuaian mata yang terlalu besar sehingga melelahkan. Perbandingan antara intensitas penerangan

33 14 minimum dan maksimum di bidang kerja harus sekurang kurangnya 0,7. Perbandingan dengan sekelilingnya harus sekurang kurang nya 0,3 (Harten dkk., 1981). Dalam menghitung penerangan dalam terdiri dari: 1. Intensitas Penerangan 2. Efisiensi penerangan 3. Efisiensi armatur 4. Faktor refleksi 5. Indeks ruangan atau indeks bentuk 6. Faktor penyusutan atau faktor depresiasi Intensitas Penerangan Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat di mana pekerjaanya akan dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80 cm di atas lantai. Bidang kerja ini mungkin sebuah meja atau bangku kerja, atau juga suatu bidang horizontal khayalan, 80 cm di atas lantai. Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh sifat pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu bagian mekanik halus misalnya, akan memerlukan intensitas penerangan yang jauh lebih besar daripada yang diperlukan suatu galangan kapal (Harten dkk., 1981). Untuk menentukan standar kuat penerangan dalam ruangan dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:

34 15 Tabel 2.2 Standar penerangan dalam ruangan No. Jenis bangunan atau tempat Lux Industri pesawat terbang, pabrikasi bagian : Pengeboran, pengerasan sekrup, pengelingan Asembling akhir Hanggar untuk perbaikan pesawat Asembling : Kasar Sedang Halus 2 Penjilidan buku : Pemotongan, penjahitan, pelubangan Embosing, pemeriksaan 3 Industri Kimia : Area pabrik Ruang pencampuran Injeksi dan kalendering (industri plastik) Ruang pengendali Laboratorium Ruang pemeriksaan warna 4 Pabrik keramik : Pencetakan, pengepresan, pembersihan, dan kelengkapan Pewarnaan 5 Industri kelistrikan : Penggulungan (pembelitan) Pekerjaan asembling : Halus Sangat halus 6 Garasi mobil : Tempat perbaikan (reparasi) Area untuk lalu lalang Tempat parkir : Jalan masuk Jalur lintasan Gudang 7 Usaha pencucian dan penyeterikaan pakaian : Pencucian Penyeterikaan Mesin, penekanan akhir, sortir 8 Pabrik kulit : Pembersihan, pementangan, penyamakan Pekerjaan akhir, scarfing

35 16 Lanjutan Tabel 2.2 No. Jenis bangunan atau tempat Lux 9 Bengkel bermesin : Pengelasan 300 Pekerjaan kasar 500 Pekerjaan setengah halus 1000 Pekerjaan halus Bengkel pengecatan : Penyemprotan 500 Pengecatan halus dengan tangan 1000 Poles dan pengeringan Industri percetakan : Pemeriksaan warna 2000 Komposisi 1000 Pengepresan 750 Pembacaan/koreksi Pabrik kaca : Ruang pencampuran bahan 200 Ruang pembentukan dan peniupan 300 Ruang dekorasi 500 Ruang Etsa Kantor dan Bank Lobi 500 Tellers, penyimpanan 1500 Tempat Umum 150 Koridor, tangga berjalan 200 Ruang Direktur 350 Ruang kerja 350 Ruang komputer Ruang rapat 750 Ruang gambar 300 Ruang arsip aktif 150 Gudang arsip 14 Hotel dan Motel Kamar mandi (secara umum) 100 Ruang bercermin pada kamar mandi 300 Tempat tidur : tidur/membaca 50/200 Lobi depan 750 Ruang untuk umum Ruang pelayanan Dapur Tempat lain

36 17 Lanjutan Tabel 2.2 No. Jenis bangunan atau tempat Lux 15 Sekolah Tempat membaca : Buku cetakan 300 Tulisan pensil 750 Hasil fotocopy yang bagus Hasil fotocopy yang jelek Kelas : Papan Tulis Ruang Gambar Laboratorium Ruang Kuliah : Umum Kelas baca, peragaan, dan demonstrasi Bengkel Aula Koridor Perpustakaan 16 Kantor pos : Lobi Ruang sortir surat Gudang Koridor 17 Restoran : Ruang makan dan kasir Penerangan sekeliling ruang makan Ruang berpenerangan remang-remang Dapur 18 Teater : Auditorium Selama waktu jedah (intermission) Foyer Lobi masuk Permukaan berwarna terang Permukaan berwarna agak gelap Permukaan berwarna gelap Bendera 19 Toko dan tempat pamer : Toko Konvensional Swalayan Supermarket Ruang pamer 20 Tempat Ibadah : Ruang untuk Jamaah Mimbar (untuk khotbah) (Sumber: Teknologi Pencahayaan halaman )

37 18 Intensitas penerangan E dinyatakan dalam satuan lux, sama dengan jumlah lm/m 2. Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk suatu bidang kerja seluas A m 2 dengan rumus 2.5: E = φ...(2.5) A Keterangan : E rata rata = intensitas penerangan rata-rata (lux) φ = flux cahaya (lm) A = luas bidang kerja (m 2 ) Efisiensi Penerangan Efisiensi atau rendemen penerangannya dapat ditentukan dengan persamaan rumus dari flux cahaya yang berguna yang mencapai bidang kerja langsung atau tak langsung setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit (Harten dkk., 1981). Rumus flux cahaya sebagai berikut : φg = E x A (lm)... (2.6) Dan dari persamaan diatas maka didapat rumus flux cahaya yang dipancarkan lampu dalam suatu ruangan yang dinyatakan dengan persamaan rumus sebagai berikut: φ0 = E x A η (lm)... (2.7) Keterangan: Dan rumus efisiensi penerangan nya adalah sebagai berikut: η = φg φ 0... (2.8) φ g = flux cahaya yang berguna yang mencapai bidang kerja langsung atau tak langsung setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit (lm)

38 19 φ 0 = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada dalam ruangan (lm) E = intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja (lux) A = luas bidang kerja (m 2 ) η = efisiensi berikut : Untuk menentukan efisiensi penerangan dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai Tabel 2.3 Efisiensi Penerangan (Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 45) Efisiensi Armatur Efisiensi armatur (v) dibagi atas bagian flux cahaya di atas dan di bawah bidang horizontal. Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksinya dan bahan yang digunakan. Dalam efisiensi penerangan selalu sudah diperhitungkan efisiensi armaturnya (Harten dkk., 1981). Berikut adalah cara menentukan efisiensi armatur (v) seperti pada rumus 2.9 V = flux cahaya yang dipancarkan oleh armatur flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya...(2.9)

39 Faktor-faktor Refleksi Faktor-faktor refleksi rw dan rp masing-masing menyatakan bagian yang dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit, dan kemudian mencapai bidang kerja. Faktor refleksi semu bidang pengukuran atau bidang kerja rm, ditentukan oleh refleksi lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan lantai. Umumnya untuk rm ini diambil 0,1. Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-70%, dan yang berwarna gelap 10-20%. Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung jauh lebih kecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lainnya. Sebab cahaya yang jatuh di langit-langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux cahaya (Harten dkk., 1981). Silau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan cara-cara berikut ini : a. Menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja. b. Menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya luas dan luminansinya rendah. c. Penempatan sumber cahaya yang tepat. Tabel 2.4 Faktor-faktor refleksi Warna Putih Sangat Muda Muda Sedang Gelap Faktor refleksi 0,8 0,7 0,5 0,3 0,1 (Sumber : digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-sripringat bab-i.pdf)

40 Indeks Ruangan atau Indeks Bentuk Indeks ruangan atau indeks bentuk (k) menyatakan perbandingan antara ukuranukuran utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar. Besar indeks ruangan dinyatakan dengan persamaan rumus 2.10: p.l k =...(2.10) h(p+l) Keterangan : k = indeks ruangan atau indeks bentuk p = panjang ruangan (m) l = lebar ruangan (m) h = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (m) Bidang kerja adalah suatu bidang horizontal khayalan, umumnya 0,80 m di atas lantai. Jika nilai (k) yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efisiensi penerangannya dapat ditentukan dengan interpolasi (Harten dkk., 1981) Faktor Penyusutan atau Faktor Depresiasi Faktor penyusutan atau faktor depresiasi d ialah pada rumus 2.11: d = E dalam keadaan dipakai E dalam keadaan baru...(2.11) Intensitas penerangan E dalam keadaan dipakai ialah intensitas penerangan rata rata suatu instalasi dengan lampu lampu dan armatur armatur, yang daya gunanya telah berkurang karena kotor, sudah lama dipakai atau karena sebab sebab lain. Faktor depresiasi ini dibagi atas tiga golongan utama, yaitu untuk : 1. Pengotoran ringan, terjadi di toko toko, kantor kantor dan gedung gedung sekolah yang berada di daerah daerah yang hampir tidak berdebu. 2. Pengotoran biasa, terjadi di perusahaan perusahaan lainnya.

41 22 3. Pengotoran berat, akan terjadi di ruangan ruangan misalnya di perusahaan perusahaan cor, pertamabangan dan sebagainya. Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui, digunakan faktor depresiasi 0,8. Di samping pengaruh pengotoran, dalam faktor depresiasi juga di perhitungkan pengaruh usia lampu lampunya. Pengaruh ini tergantung pada jumlah jam nyalanya. Untuk lampu TL diperhitungkan 1500 jam nyala per tahun dan untuk lampu pijar 500 jam nyala per tahun (Harten dkk., 1981). 2.4 Sistem Penerangan dan Armatur Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada kostruksi sumber cahaya itu sendiri dan konstruksi armatur yang digunakan. Konstruksi armaturnya antara lain ditentukan oleh : 1. Cara pemasangannya pada dinding atau langi-langit. 2. Cara pemasangan fiting atau fiting fiting dalam armatur 3. Perlindungan sumber cahayanya 4. Penyesuaian bentuknya dengan lingkungan 5. Penyebaran cahayanya. Sebagian besar cahaya yang ditangkap oleh mata,tidak datang langsung dari sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan. Karena besarnya luminansi sumber-sumber cahaya modern, cahaya langsung dari sumber cahaya biasanya akan menyilaukan mata. Oleh karena itu, bahan-bahan armatur harus dipilih sedemikian rupa sehingga sumber cahayanya terlindung dan cahayanya terbagi secara tepat (Harten dkk., 1981).

42 23 Berdasarkan pembagian flux cahayanya oleh sumber cahaya dan armatur yang digunakan, dapat dibedakan sistem sistem penerangan berdasarkan tabel 2.5 di bawah ini: Tabel 2.5 Sistem Penerangan Sistem Penerangan Langsung kebidang kerja Penerangan langsung % Terutama penerangan langsung % Penerangan campuran atau baur (difus) % Terutama penerangan tak langsung % Penerangan tak langsung 0 10 % (Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 23) Armatur Bentuk sumber cahaya dan armatur harus sedemikian rupa sehingga tidak menyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebab bayang-bayang ini diperlukan untuk dapat melihat benda-benda sewajarnya. Akan tetapi, bayang-bayang itu tidak boleh terlalu tajam. Selain itu konstruksi armatur harus sedemikian rupa sehingga ada cukup sirkulasi udara untuk menyingkirkan panas yang ditimbulkan oleh sumber cahaya. Karena itu harus ada cukup banyak lubang di bagian bawah dan bagian atas armatur. Suhu armatur sekali-kali tidak boleh menjadi semakin tinggi hingga dapat menimbulkan kebakaran atau merusak isolasi (Harten dkk., 1981).

43 Tipe-tipe Penerangan Penyebaran cahaya dari sumber cahaya tergantung dari konstruksi sumber cahaya itu sendiri dan pada konstruksi armatur yang digunakan. Sebagian besar cahaya yang ditangkap oleh mata tidak datang langsung dari sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh dinding. Cahaya yang datang langsung dari sumber cahaya dapat menyilaukan mata, karena itu bahan-bahan armatur harus dipilih sedemikian rupa sehingga sumber cahayanya terlindung dan cahayanya terbagi secara tepat (Harten dkk., 1981). Adapun tipe-tipe penerangan nya sebagai berikut : a. Penerangan Langsung Efisiensi penerangan langsung sangat baik. Cahaya yang dipancarkan sumber cahaya seluruhnya diarahkan ke bidang yang harus diberi penerangan, langit langit hampir tidak ikut berperan. Akan tetapi sistem penerangan ini menimbulkan bayang bayang yang tajam. Keberatan ini dapat dikurangi dengan menggunakan sumber sumber cahaya bentuk tabung (Lampu TL). Penerangan langsung terutama digunakan pada ruangan ruangan yang tinggi, misalnya di pabrik, bengkel, dan penerangan luar. Armatur yang digunakan ialah armatur pancaran lebar (untuk penerangan umum dalam bengkel) dan armatur pancaran terbatas (untuk penerangan setempat, di atas mesin perkakas). Selain itu, ada juga armatur palung (untuk penerangan industri) dan armatur rok (untuk penerangan luar).

44 25 (Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 30) Gambar 2.4 Armatur Pancaran Lebar (Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 30) Gambar 2.5 Armatur Pancaran Terbatas (Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 31) Gambar 2.6 Armatur Palung

45 26 (Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 45) Gambar 2.7 Armatur Rok b. Terutama Penerangan Langsung Efisiensi penerangan yang sebagian besar langsung ini cukup baik. Dibandingkan dengan penerangan langsung, pembentukan bayang bayang dan kilaunya agak kurang. Sejumlah kecil cahaya dipancarkan keatas karena itu kesan mengenai ukuran ruangannya menjadi lebih baik. Sistem penerangan ini digunakan pada gedung gedung ibadah, untuk tangga dalam rumah, gang dan sebagainya. c. Penerangan Difus Efisiensi penerangan difus lebih rendah daripada efisiensi kedua sistem yang telah dibahas lebih dahulu. Sebagian dari sumber sumber cahaya sekarang diarahkan ke dinding dan langit langit. Pembentukan bayang bayang dan kilaunya banyak berkurang. Penerangan difus digunakan pada ruangan ruangan sekolah, kantor, dan tempat kerja. Adapun armaturnya menggunakan armatur gantung pakai pipa. d. Terutama Penerangan Tak Langsung Bayang bayang dan kilau yang timbul pada sistem penerangan ini hanya sedikit. Sebagian besar dari cahaya sumber sumber cahaya sekarang diarahkan ke

46 27 atas. Penerangan ini digunakan pada rumah sakit, ruangan baca, toko, dan kamar tamu. Adapun armaturnya menggunakan armatur dinding, seperti pada Gambar 2.8 dan juga armatur gantung bentuk gelang pada Gambar 2.9: (Sumber: Gambar 2.8 Armatur Dinding (Sumber: Gambar 2.9 Armatur gantung e. Penerangan Tak Langsung Pada sistem penerangan tak langsung cahayanya dipantulkan oeleh langit langit dan dinding - dinding ini harus terang. Bayang bayang hampir tidak ada lagi. Penerangan ini digunakan pada ruangan untuk membaca, menulis, dan untuk melakukan pekerjaan halus lainnya.

47 Menentukan Jumlah Armatur Untuk menentukan jumlah armatur yang digunakan, maka dapat menggunakan persamaan berikut dengan rumus 2.12 (Harten dkk., 1981) : n armatur = φ0 = E x A φarmatur φarmatur x η x d. ( 2.12) Keterangan: φarmatur = flux cahaya per armatur (lm) d E = faktor depresiasi = intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja (lux) A = luas bidang kerja (m 2 ) η = efisiensi Menentukan Jumlah Lampu Dalam menentukan banyak lampu digunakan metode interpolasi. Pada metode interpolasi dapat diketahui efisiensi suatu penerangan melalai tabel, tetapi jika nilai indeks ruangan ( k ) yang kita peroleh tidak terdapat didalam tabel maka untuk mencari nilai efisiensinya diambil nlai tengah antara nilai-nilai untuk indeks ruangan satu tingkat diatasnya dan satu tingkat dibawahnya (Harten dkk., 1981). Jika telah diketahui efisiensi penerangan untuk nilai tertentu dari indeks ruangan maka dapat dihitung jumlah lampu yang diperlukan dengan menggunakan rumus 2.13 : n lampu = φ0 φ lampu = E x A φ lampu x η x d....(2.13) Flux cahaya yang diperlukan jika dalam keadaan baru dengan menggunakan persamaan rumus sebagai berikut: φ 0 = E x A...(2.14) η

48 29 Keterangan: Sedangkan pada keadaan terpakai dengan menggunakan rumus sebagai berikut: φ 0 = E x A...(2.15) η x d φ lampu = flux cahaya per lampu (lm) d E = faktor depresiasi = intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja (lux) A = luas bidang kerja (m 2 ) η = efisiensi 2.5 Komponen Instalasi Penerangan Dalam suatu instalasi penerangan dibutuhkan suatu peralatan berstandar dimana dapat menunjang proses kerja sistem penerangan tersebut. Oleh karena itu, semua peralatan pelengkap dari instalasi penerangan yang berfungsi melengkapi instalasi memiliki standarisasi, sehingga mampu melaksanakan fungsinya dengan baik. Adapun yang tergolong komponen instalasi penerangan adalah : a. Pengaman b. Penghantar c. Lampu d. Sakelar e. Kontak kontak f. Armatur g. Pipa instalasi h. PHB (Panel Hubung Bagi)

49 Pengaman Pengaman adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk melindungi komponen listrik dari kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan seperti arus beban lebih ataupun arus hubung singkat (Sumardjati dkk., 2008). Fungsi dari pengaman dalam instalasi listrik adalah: 1. Isolasi, yaitu untuk memisahkan instalasi atau bagiannya dari catu daya listrik untuk alasan keamanan. 2. Kontrol, yaitu untuk membuka atau menutup sirkit instalasi selama kondisi operasi normal untuk tujuan operasi dan perawatan. 3. Proteksi, yaitu untuk pengamanan kabel, peralatan listrik dan manusianya terhadap kondisi tidak normal seperti beban lebih, hubung singkat dengan memutuskan arus gangguan dan mengisolasi gangguan yang terjadi. Untuk mengetahui besar pengaman yang digunakan dapat menggunakan persamaan rumus: a. Untuk pengaman satu fasa menggunakan rumus 2.16: In = S...(2.16) V Keterangan : In = arus nominal (A) S = daya semu (VA) V = tegangan (line to netral) (V) b. Untuk pengaman tiga fasa menggunakan rumur 2.17 S In =...(2.17) 3 x V

50 31 Keterangan : In = arus nominal (A) S = daya semu (VA) V = tegangan (line to line) (V) MCB (Miniatur Circuit Breaker) MCB adalah suatu rangkaian pengaman yang dilengkapi dengan komponen thermis (bimetal) untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relay elektromagnetik untuk pengaman hubung singkat. MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu fasa dan tiga fasa. Keuntungan menggunakan MCB, yaitu: 1. Dapat memutuskan rangkaian tiga fasa walaupun terjadi hubung singkat pada salah satu fasanya. 2. Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung singkat atau beban lebih. 3. Mempunyai respon yang baik apabila terjadi terjadi hubung singkat atau beban lebih. Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan elektromagnetis, pengaman termis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan thermal overload yaitu menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal), pengamanan secara thermis memiliki kelambatan, ini bergantung pada besarnya arus yang harus diamankan, sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah kumparan yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak.

51 32 MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu fasa, sedangkan untuk pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut terputus (Sumardjati dkk., 2008). Berdasarkan penggunaan dan daerah kerjanya, MCB dapat digolongkan menjadi lima jenis ciri yaitu : a. Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil) Digunakan untuk pengaman rangkaian semikonduktor dan trafo-trafo yang sensitif terhadap tegangan. b. Tipe K (rating dan breaking capacity kecil) Digunakan untuk mengamankan alat-alat rumah tangga. c. Tipe G (rating besar) untuk pengaman motor. d. Tipe L (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan. e. Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan. Konstruksi MCB dapat dilihat pada Gambar 2.10 dan arus pengenal MCB dapat dilihat pada Tabel 2.6 : (a) (b) (Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 Halaman 46) Gambar 2.10 MCB 1 fasa (a) dan MCB 3 fasa (b)

52 33 Tabel 2.6 Arus Pengenal MCB Pengaman 1 kutub (A) Pengaman 2 kutub (A) Pengaman 3 kutub (A) (Sumber : Schneider Electric) MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat untuk penghubung. Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman ini, mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan (Sumardjati dkk., 2008). Konstruksi MCCB dapat dilihat pada Gambar 2.11 dan arus pengenal MCCB dapat dilihat padatabel 2.7 :

53 34 Keterangan : 1. Bahan BMC untuk bodi dan tutup 2. Peredam busur api 3. Blok sambungan untuk pemasangan ST dan UVT 4. Penggerak lepas-sambung 5. Kontak bergerak 6. Data kelistrikan dan pabrik pembuat 7. Unit magnetik trip (Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 Halaman 47) Gambar 2.11 Moulded Case Circuit Breaker Tabel 2.7 Arus Pengenal MCCB (Compact NS100N NS160N) Arus Pengenal MCCB (A) (Sumber : Schneider Electric) ACB (Air Circuit Breaker ) ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses switching maupun gangguan.

54 35 Konstruksi ACB dapat dilihat pada Gambar 2.12 dan arus pengenal ACB dapat dilihat padatabel 2.8 : (Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 Halaman 47) Gambar 2.12 Air Circuit Breaker Tabel 2.8 Arus Pengenal ACB (Masterpact NW tipe H1) Arus Pengenal ACB (A) (Sumber : Schneider Electric) Air Circuit Breaker dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Rating standar Air Circuit Breaker (ACB) yang dapat dijumpai dipasaran seperti ditunjukkan pada data diatas. Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapat dilakukan dengan bantuan solenoid motor ataupun pneumatik (Sumardjati dkk., 2008).

55 36 Perlengkapan lain yang sering diintegrasikan dalam ACB adalah : a. Over Current Relay (OCR) b. Under Voltage Relay (UVR) Penghantar Penghantar adalah suatu komponen utama yang penting dalam instalasi listrik, yang berfungsi untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar yg lazim digunakan antara lain aluminium dan tembaga. Kawat pejal yang digunakan dalam ukuran penghantaran sampai dengan 16 mm 2. Untuk penghantar yang mempunyai fleksibilitas yang tinggi maka dipergunakan kawat serabut, yakni suatu jumlah tertentu kawat-kawat pejal yang dipilin bersama-sama sehingga membentuk ukuran serabut yang besar (Modul Instalasi Listrik 1). Ada dua jenis penghantar listrik adalah sebagai berikut (Sumardjati dkk., 2008): a. Kawat : suatu penghantar tanpa isolasi yang terbuat dari tembaga dan aluminium misalnya : kawat BC, A2C, A3C, ACSR. b. Kabel : suatu penghantar berisolasi ada yang berinti tunggal atau banyak, ada yang pejal atau serabut, ada yang dipasang di saluran udara atau di dalam tanah tergantung kondisi pemasangannya. Jenis kabel yang banyak digunakan pada rumah tinggal yaitu NYA dan NYM. Sedangkan pada gedung perkantoran umumnya menggunakan kabel NYM. Dalam menggunakan kabel NYA sebaiknya dilapisi oleh pipa instalasi agar melindungi secara mekanis maupun dari kelembaban yang dapat mengurangi fungsi dari isolasi kabel tersebut.

56 Kabel Kabel adalah media untuk menghantarkan arus listrik. Bahan dari kabel ini beraneka ragam, khusus sebagai penghantar arus listrik, umumnya terbuat dari tembaga dan umumnya dilapisi dengan pelindung. Selain tembaga, ada juga kabel yang terbuat dari serat optik, yang disebut dengan fiber optic cable (Modul Instalasi Listrik 1). Penghantar atau kabel yang sering digunakan untuk instalasi listrik penerangan umumnya terbuat dari tembaga. Ada tiga hal pokok dari kabel adalah sebagai berikut : 1. Konduktor merupakan bahan untuk menghantarkan arus listrik. 2. Isolator merupakan bahan dielektrik untuk mengisolasi dari penghantar satu dengan yang lain dan juga terhadap lingkungannya. 3. Pelindung luar merupakan bahan pelindung kabel dari kerusakan mekanis, pengaruh bahan-bahan kimia, api atau pengaruh-pengaruh luar lainnya yang dapat merugikan Jenis Jenis Kabel a. Kabel NYM Kabel NYM adalah kabel yang memiliki beberapa penghantar dan memiliki isolasi luar sebagai pelindung. Konstruksi dari kabel NYM terlihat pada gambar. Penghantar dalam pemasangan pada instalasi listrik, boleh tidak menggunakan pelindung pipa. Namun untuk memudahkan saat peggantian kabel / revisi, sebaliknya pada pemasangan dalam dinding / beton menggunakan selongsong pipa (Sumardjati dkk., 2008).

57 38 Konstruksi kabel NYM pada Gambar 2.13: Penghantar tembaga Isolasi PVC Lapisan pembungkus inti Selubung (Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 Halaman 50) Gambar 2.13 Kabel NYM b. Kabel NYY Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai seperti NYY, biasanya digunakan untuk kabel tenaga pada industri. Kabel ini juga dapat ditanam dalam tanah, dengan syarat diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis. Perlindungannya bisa berupa pipa atau pasir dan diatasnya diberi batu (Sumardjati dkk., 2008). Konstruksi kabel NYY pada Gambar 2.14: Penghantar tembaga Isolasi PVC Lapisan pembungkus inti Selubung (Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 Halaman 50) Gambar 2.14 Kabel NYY

58 Luas penampang penghantar Luas penampang penghantar yang akan digunakan ditentukan oeh kemampuan hantar arus (KHA) yang diperlukan. Selain itu harus mempertimbangkan kemungkinan perluasan instalasi yang dikemudian hari serta kekuatan mekanis dari penghantar tersebut. Pada instalasi penerangan rumah tinggal biasanya menggunakan penghantar yang minimal 1,5 mm 2. Untuk saluran dua kawat, penghantar netralnya harus sama dengan luas penampang fasanya. Sedangkan untuk saluran fasa semua penghantar fasanya harus memiliki luas penampang yang sama (Modul Instalasi Listrik 1) Kemampuan Hantar Arus (KHA) Kemampuan hantar arus adalah arus yang dihantarkan oleh setiap konduktor untuk periode berkesinambungan selama operasi normal harus sedemikian sehingga batas suhu insulasi tidak dilampaui (PUIL 2011). Berikut ini persamaan rumus kemampuan hantar arus: KHA = 125% x In...(2.18) Keterangan: In = arus nominal

59 40 Untuk menentukan KHA kabel NYM dapat dilihat pada tabel 2.9 sebagai berikut: Tabel 2.9 KHA Kabel NYM Jenis kabel Luas penampang KHA terus menerus KHA pengenal mm 2 (A) (A) NYIF NYIFY NYPLYw NYM/NYM-0 NYRAMZ NHYRUZY NHYRUZYr NYBUY NYLRZY, dan Kabel Fleksibel Berisolasi PVC 1,5 2, (Sumber: PUIL 2011 halaman 523)

60 41 Untuk menentukan KHA kabel NYY dapat dilihat pada tabel 2.10 sebagai berikut: Jenis Kabel Luas Penampang mm 2 Tabel 2.10 KHA kabel NYY Di Tanah (A) Berinti Tunggal Di udara (A) KHA Terus Menerus Di Tanah (A) Berinti Dua Di udara (A) Berinti Tiga dan Empat Di Tanah (A) NYY NYBY NYFGbY NYRGbY NYCY NYCVY NYSY NYKY NYKBY NYKFGBY NYKRGbY 1,5 2, (Sumber: PUIL 2011 halaman 524) Di udara (A) 18, Macam-Macam Lampu Listrik Berdasarkan prinsip kerjanya, lampu listrik dibedakan menjadi dua macam, yaitu lampu pijar dan lampu tabung / neon sign. Cahaya dari lampu pijar merupakan pemijaran dari filamen pada bohlam, sedangkan lampu tabung cahaya yang dihasilkan berbeda dengan filament lampu pijar, tetapi melalui proses eksitasi gas atau uap logam yang terkandung dalam tabung lampu yang terletak diantara 2 elektroda yang bertegangan cukup tinggi (Sumardjati dkk., 2008).

61 Lampu Fluoresen / TL Lampu fluoresen (TL = tubelair lamp) termasuk lampu merkuri tekanan rendah (0.4 Pa) yang dilengkapi dengan bahan fluoresen. Cahaya yang dipancarkan dari dalam lampu adalah ultraviolet (termasuk sinar tak tampak). Untuk itu bagian dalam lampu tabung dilapisi dengan bahan fluoresen yang fungsinya mengubah ultraviolet menjadi sinar tampak. Pada awal kerja, arus mengalir melalui dan memanaskan elektroda, arus juga melalui ballast dan starter. Kemampuan arus mengalir melalui tabung dikarenakan ballast menghasilkan tegangan induksi yang tinggi. Namun tegangan induksi yang tinggi ini akan kembali normal ketika arus sudah mengalir melalui tabung. Sesaat setelah waktu kerja awal starter (yang berupa bimetal) memutuskan rangkaian. Tegangan kembali normal dan lampu menyala normal. Fungsi balast ada 2 yaitu sebagai : a. Pembangkit tegangan induksi yang tinggi (dipengaruhi kerja stater) agar terjadi pelepasan elektron di dalam tabung. b. Membatasi arus yang melalui tabung setelah lampu bekerja normal. Balast Kapasitor disebut juga lampu stabilisasi karena bentuknya memang seperti lampu pijar. Balast ini hampir tanpa kerugian, balast kapasitor digunakan pada pemakaian frekuensi tinggi. Balast induktor paling sering digunakan untuk lampu tabung, kerugian daya yang ditimbulkan lebih kecil dari pada balast resistor. Balast ini dipadukan dengan starter dapat menimbulkan tegangan induksi yang tinggi. Balast elektronik tergolong lebih mahal dari balast lainnya, tetapi mempunyai beberapa keunggulan antara lain : memperbaiki sistem dan menaikkan efikasi, tidak ada ficker atau efek stroboskopis, tidak memerlukan starter, tidak menimbulkan interferensi radio, dan dapat digunakan ac sekaligus dc (Muhaimin, 2001).

62 43 Seperti pada Gambar 2.15: (Sumber: Teknik penerangan listrik Halaman 17) Gambar 2.15 Lampu Fluoresen / TL Lampu LED LED adalah bahan semikonduktor yang mengeluarkan cahaya ketika arus listrik melaluinya. Sebagaimana dioda lainnya LED terdiri dari pasangan bahan semikonduktor P dan N. Bila sumber arus searah diberikan kepada LED (Kutub negatif dihubungkan dengan N dan kutub positif dengan P) maka lobang (hole) akan mengalir ke arah N dan elektron mengalir ke arah P. Cahaya yang dihasilkan LED bermacammacam tergantung bahan semikonduktor yang digunakan (Muhaimin, 2001). Lampu ini merupakan sirkuit semikonduktor yang memancarkan cahaya ketika dialiri listrik. Sifatnya bebeda dengan filamen yang harus dipijarkan (dibakar) atau lampu TL yang merupakan pijaran partikel. Lampu LED memancarkan cahaya lewat aliran listrik yang relatif tidak menghasilkan banyak panas. Karena itu lampu LED terasa dingin dipakai karena tidak menambah panas ruangan seperti lampu pijar. Lampu LED juga memiliki warna sinar yang beragam, yaitu putih, kuning, dan warna-warna lainnya. Satu varian bentuk lampu LED, dimana bentuk lampu LED yang menggantikan bohlam bisa bermacam-macam. Yang pasti lampu LED merupakan lampu berisi kumpulan LED kecil dengan warna putih atau kuning.

63 44 Lampu LED merupakan lampu yang paling hemat energi diantara jenis lampu lainnya, meskipun harganya relatif mahal. Lampu LED 4 watt kualitas bagus yang setara dengan lampu pijar 25 watt meski demikian, lampu LED disarankan memperhatikan energi (watt) yang dipakai sangat kecil sehingga menggunakan lampu LED sama dengan menghemat listrik hingga 1/5 dari biasanya. Lampu LED juga bisa bertahan sangat lama hingga 20an tahun. Bila dibandingkan dengan menggunakan lampu pijar, maka dalam 20 tahun harus membeli atau mengganti sekitar 60an lampu pijar (P4TK, 2014). Adapun bentuk fisik dari lampu LED seperti pada gambar 2.16 sebagai berikut: (Sumber: Gambar 2.16 Lampu LED Tabel 2.11 Perbandingan Lumen dan Efisiensi Lampu No Lumen Lampu Pijar Lampu Neon Lampu LED watt 9 watt 8 watt watt 14 watt 13 watt watt 19 watt 17 watt watt 23 watt 20 watt 5 Efisiensi - 75% 80% (Sumber:

64 Sakelar Sakelar harus memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut: 1. Jumlahnya sedemikian sehingga semua pekerjaan pelayanan, pemeliharaan dan perbaikan dapat dilakukan dengan aman. 2. Dalam keadaan terbuka, bagian sakelar yang bergerak harus tidak bertegangan. 3. Harus tidak dapat menghubungkan dengan sendirinya karena pengaruh gaya berat. 4. Kemampuan sakelar sekurang-kurangnya harus sesuai dengan daya alat yang dihubungkannya, tetapi tidak boleh kurang dari 5 A. 5. Harus dapat dilayani secara aman tanpa memerlukan alat bantu. Sakelar digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik dalam keadaan berbeban. Sakelar ada kalanya juga disebut sakelar beban yang memiliki pemutusan sesaat, pada saat sakelar akan membuka untuk memutuskan rangkaian, sebuah pegas akan direnggangkan. Jadi kecepatan pemutusan ditentukan oleh pegas dan tidak tergantung pada pelayanan (gerak tangan) (Harten dkk., 1981) Sakelar Tunggal Sesuai dengan namanya sakelar ini berfungsi tunggal artinya hanya dapat menyalakan dan memadamkan sebuah lampu (Rusmadi 2005). Adapun bentuk fisik sakelar tunggal seperti pada gambar 2.17 sebagai berikut: (Sumber: Gambar 2.17 Sakelar tunggal

65 Sakelar Seri Saklar seri adalah sakelar yang dapat berfungsi ganda yaitu dapat memutuskan dan menghubungkan sebuah lampu atau lebih secara bergantian atau bersama-sama (Rusmadi 2005). Adapun bentuk fisik sakelar seri seperti pada gambar 2.18 sebagai berikut: (Sumber : Gambar 2.18 Bentuk Fisik Sakelar Seri Sakelar Tukar Sakelar tukar biasanya disebut juga sakelar hotel, sakelar ini hanya dapat menghubungkan lampu atau kelompok lampu secara bergantian (Rusmadi 2005). Adapun bentuk fisik sakelar tukar seperti pada gambar 2.19 sebagai berikut: (Sumber: schneider-electric.co.id/id/home/house-electrical-products/switches-and-sockets/) Gambar 2.19 Sakelar Tukar

66 Kotak Kontak Kotak kontak digunakan untuk menghubungkan alat pemakai listrik yang dapat dipindah-pindahkan dengan saluran yang dipasang tetap atau tidak tetap. Sebuah kotak kontak selalu terdiri dari bagian yang memberi aliran, dan bagian yang menerima aliran. Kotak kontak harus dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar dengan mudah dan tahan lembab, serta harus cukup kuat (Harten dkk., 1981). Mengenai penggunaan dan pemasangan kotak kontak masih ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut: 1. Kotak kontak dinding fasa satu harus dipasang sedemikian hingga kontak netralnya berada disebelah kanan. 2. Kotak kontak dinding yang dipasang kurang dari 1,25 meter diatas lantai, harus dilengkapi dengan penutup. 3. Kemampuan kotak kontak harus sekurang-kurangnya sesuai dengan daya alat yang dihubungkan padanya, tetapi tidak boleh kurang dari 5 A. Adapun bentuk fisik kotak kontak biasa dan kotak kontak khusus dapat dilihat pada gambar 2.20 sebagai berikut: (Sumber : Gambar 2.20 Kotak kontak

67 Armatur Armatur Lampu Downlight E27 adalah rumah lampu jenis down light fitting 1 x E27 model bulat pilihan ukuran 3 inch, 4 inch dan 5 inch untuk lampu hemat energi, downlight 1 x E27 untuk lampu hemat energy 13W - 23W Essensial Philips atau Osram, atau Led Bulb.Terbuat dari bahan berkualitas, pilihan ukuran diameter 4 inchi, reflektor kilap, biasa digunakan untuk desain interior lampu rumah, perkantoran, gedung dan hotel ( Bentuk Armatur E27 pada Gambar 2.21: (Sumber : ) Gambar 2.21 Armatur Pipa Instalasi Penggunaan pipa pada instalasi listrik dapat dipasang didalam tembok / beton maupun diluar dinding / pada permukaan papan kayu, sehingga terlihat rapi. Pemasangan didalam tembok sangat bermanfaat disamping sebagai pelindung penghantar juga saat dilakukan penggantian penghantar dikemudian hari akan mudah dan efisien. Pekerjaan pipa ini meliputi memotong, membengkok dan menyambung (Sumardjati dkk., 2008).

68 49 Adapun jenis pipa yang sering digunakan pada instalasi listrik ada tiga macam, yaitu : pipa paralon/pvc, dan pipa fleksibel Pipa Union Pipa union adalah pipa dari bahan plat besi yang diproduksi tanpa menggunakan las dan biasanya diberi cat meni berwarna merah. Pipa union dalam pengerjaannya mudah dibengkok dengan alat pembengkok dan mudah dipotong dengan gergaji besi. Jika lokasi pemasangannya mudah dijangkau tangan, maka harus dihubungkan dengan pentanahan, kecuali bila digunakan untuk menyelubungi kawat pentanahan (arde). Umumnya dipasang pada tempat yang kering, karena untuk menghindari terjadi korosi atau karat (Sumardjati dkk., 2008). Bentuk pipa union pada Gambar 2.22: (Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 ) Gambar 2.22 Pipa Union Pipa Paralon atau PVC Pipa ini dibuat dari bahan paralon / PVC. Jika dibandingkan dengan pipa union, keuntungan pipa PVC adalah lebih ring-an, lebih mudah pengerjaannya (dengan pemanasan) dan merupakan bahan isolasi, sehingga tidak akan mengakibatkan hubung singkat antar penghantar. Disamping itu penggunaannya sangat cocok untuk daerah lembab, karena tidak me-nimbulkan korosi. Namun demikian, pipa PVC memiliki

69 50 kelemahan yaitu tidak tahan digunakan pada temperatur kerja diatas 60 o C (Sumardjati dkk., 2008). Bentuk pipa paralon pada Gambar 2.23: (Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 ) Gambar 2.23 Pipa Paralon/PVC Pipa Fleksibel Pipa fleksibel dibuat dari potongan logam / PVC pendek yang disambung sedemikian rupa sehingga mudah diatur dan lentur. Pipa ini biasa digunakan sebagai pelindung kabel yang berasal dari dak standar ke APP, atau juga digunakan sebagai pelindung penghantar instalasi tenaga yang menggunakan motor listrik, misalnya mesin press, mesin bubut, mesin skraf, dan lain-lain (Sumardjati dkk., 2008). Bentuk pipa fleksibel pada Gambar 2.24: (Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1 ) Gambar 2.24 Pipa Fleksibel

70 Perlengkapan Hubung Bagi Perlengkapan hubung bagi harus dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar, tahan lembab dan kukuh. Pada setiap hantaran fasa, suatu perlengkapan hubung bagi harus dipasang pengaman arus. Pada hantaran netral, tidak boleh dipasang pengaman arus. Pada bagian luar atau dibagian yang mudah dilihat dari suatu perlengkapan hubung bagi harus dipasang gambar bagan untuk memudahkan pelayanan dan pemeliharaan instalasinya. Hanya perlengkapan hubung bagi rumah yang sederhana saja yang dikecualikan dari ketentuan ini. Selain itu pada perlengkapan hubung bagi juga harus dipasang tanda-tanda yang jelas dan tidak mudah terhapus, sehingga dapat dilihat dengan rangkaian akhir mana setiap alat dihubungkan dan dengan terminal mana masing-masing fasa dan hantaran netralnya dihubungkan. Perlengkapan hubung bagi utama harus dipasang ditempat yang mudah dicapai dari jalan masuk bangunan. Untuk gedung-gedung bertingkat, perlengkapan hubung bagi utamanya harus dipasang dilantai jalan masuk gedung atau jika ini tidak memungkinkan, dilantai satu tingkat diatasnya atau satu tingkat dibawahnya (Harten dkk., 1981). Adapun bentuk fisik perlengkapan hubung bagi dapat dilihat pada gambar 2.25 sebagai berikut: (Sumber : Gambar 2.25 Perlengkapan Hubung Bagi

71 Pembagian Beban Untuk instalasi dihubungkan dengan tiga fasa, bebanya harus dibagi serata mungkin atas masing-masing fasa. Instalasi di ruangan yang memerlukan aliran listrik dengan gangguan sekecil mungkin, harus dihubungkan dengan lebih dari satu rangkaian akhir dan sedapat mungkin dengan fasa yang berbeda. Ini terutama penting untuk gedung-gedung, dimana padamnya penerangan secara tiba-tiba dapat menimbulkan panik. Jumlah titik beban yang boleh dihubungkan dengan satu rangkaian akhir fasa satu dengan pengaman tenaga dan pengaman lebur (Harten dkk., 1981). Ketentuan ketentuan jumlah titik beban pada rangkain akhir : a. Jika ada dua sampai dengan enam rangkaian akhir dengan NYA / NYM 2,5 mm 2 dalam pipa, jumlah beban yang boleh dihubungkan dengan satu rangkaian akhir ialah: - Maksimum 15 titik beban, yang dapat berupa lampu, kotak-kontak dan beban lain, atau hanya beban kotak-kontak saja, asalkan kemampuan hantar arus tiap-tiap kotak-kontak tidak melebihi 16 A. - Maksimum hanya satu titik beban, kalau berupa kotak-kontak dinding dengan kemampuan hantar arus lebih dari 16 A. b. Jika ada dua sampai dengan enam rangkaian akhir dengan NYA / NYM 4 mm 2 dalam pipa, jumlah beban yang boleh dihubungkan dengan satu rangkaian akhir ialah : - Maksimum 30 titik beban, yang dapat berupa lampu, kotak-kontak dan beban lain, atau hanya beban kotak-kontak saja, asalkan kemampuan hantar arus tiap-tiap kotak-kontak tidak melebihi 16 A. - Maksimum tiga titik beban, berupa kotak-kontak dinding dengan kemampuan hantar arus lebih dari 16 A.

72 53 c. Jika ada tujuh atau lebih banyak rangkaian akhir dengan NYA / NYM 2,5 mm 2 dalam pipa, jumlah beban yang boleh dihubungkan dengan satu rangkaian akhir ialah: - Tidak terbatas, kalau hanya terdiri dari lampu saja dan jumlah beban maksimumnya tidak melebihi 16 A. - Maksimum 20 titik beban, yang dapat berupa lampu, kotak-kontak dan beban lain, atau hanya kotak-kontak saja, asalkan kemampuan hantar arus tiap-tiap kotakkontak tidak melebihi 16 A. - Maksimum hanya satu titik beban, kalau berupa kotak-kontak dengan kemampuan hantar arus lebih dari 16 A. d. Jika ada tujuh atau lebih banyak rangkaian akhir dengan NYA / NYM 4 mm 2 dalam pipa, jumlah beban yang boleh dihubungkan dengan satu rangkaian akhir ialah: - Tidak terbatas, kalau hanya terdiri dari lampu saja dan jumlah beban maksimumnya tidak melebihi 20 A. - Maksimum 30 titik beban, yang dapat berupa lampu, kotak-kontak dan beban lain, atau hanya kotak-kontak saja, asalkan kemampuan hantar arus tiap-tiap kotakkontak tidak melebihi 16 A. - Maksimum tiga titik beban berupa kotak-kontak dengan kemampuan hantar arus lebih dari 16 A.

73 54 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Waktu pengambilan data dilaksanakan mulai bulan Januari Mei 2017 dan lokasi bertempat pada Swiss-Belhotel Borneo, Jalan Mulawarman No. 6, Kel.Pelabuhan, Kec.Samarinda Kota, Kota Samarinda, Kalimatan Timur Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam proses studi ini adalah data hasil observasi lapangan berupa gambar denah Swiss-Belhotel Borneo, data ruangan beserta ukurannya, fungsi ruangan, data peralatan listrik yang digunakan, jenis penghantar dan pengaman yang digunakan, serta sumber data melalui Website dan beberapa literature. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data pada Swiss-Belhotel Borneo penulis melakukan interview kepada pihak yang berkompeten dibidangnya untuk mendapat data yang diperlukan dan menanyakan hal-hal yang perlu diketahui dengan melakukan pengukuran secara langsung ke lapangan untuk meninjau yang akan diteliti serta di dokumentasikan.

74 Desain Penelitian (flow chart) Mulai Pengambilan Data Lapangan - Data ruangan - Data komponen yang terpasang Pengolahan Data lapangan - Perhitungan jumlah titik lampu di setiap ruangan - Perhitungan besar pengaman yang digunakan - Perhitungan jenis penghantar yang digunakan - Menentukan rekapitulasi daya pada lantai 1 sampai lantai 5 Swiss-Belhotel Borneo Samarinda Hasil Perhitungan yang di dapatkan Tidak Analisa Data hasil yang didapatkan Ya Pembuatan Laporan Selesai

75 Analisa Data Analisa penelitian yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : a. Perhitungan jumlah titik armatur dapat diketahui dengan menggunakan persamaan rumus 2.12 dengan terlebih dahulu mengetahui variabel seperti luas bidang kerja, intensitas penerangan, efisiensi penerangan, dan faktor depresiasi. b. Perhitungan besar pengaman dapat diketahui dengan mencari arus nominal dengan menggunakan persamaan rumus 2.16 untuk pengaman 1 fasa dan untuk persamaan rumus 2.17 untuk pengaman 3 fasa, dengan terlebih dahulu menghitung jumlah titik beban yang terpasang pada suatu ruangan. Kemudian menyesuaikan arus nominal pengaman yang diperoleh pada (Tabel 2.6 untuk pengaman 1 fasa, Tabel 2.7 dan 2.8 untuk pengaman 3 fasa). c. Perhitungan luas penampang pada penghantar atau kabel dapat diketahui dengan mencari nilai Kemampuan Hantar Arus pada kabel dengan menggunakan persamaan rumus 2.18, kemudian menyesuaikan besar KHA yang diperoleh terhadap luas penampang kabel pada tabel luas penampang kabel (kabel 2.9 dan 2.10).

76 Data Data Lapangan Data Ruangan yang diperoleh dari Swiss-Belhotel Borneo berisikan tabel tentang ruangan ruangan pada lantai 1 sampai lantai 5 yang di tampilkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.5 berikut : Tabel 3.1 Data Ruangan Lantai 1 No Ruang Panjang ( m ) Lebar ( m ) Tinggi ( m ) LED 12,5 W Jumlah Beban TL 1x36 W Kotak Kontak 200 VA 1 Teras Lobi Lobi 14,17 8, Receptionis 11,60 7, Toilet Tamu Laki Laki 3, Toilet Tamu Perempuan 3, Koridor Anggrek Iris 27 3,40 3, Ruang Meeting ( Anggrek ) 8 4, Ruang Meeting ( Tulip ) 10,4 4, Ruang Meeting ( Iris ) 11,2 7, Koridor Restoran 12,60 4,20 3, Restoran 17, , Lobi Kolam Renang Lobi Ruang SPA 5,40 4,20 3, Koridor Ruang Fitnes 6 4 3, Ruang Fitnes 11,70 5,90 3, Ruang SPA 4,80 2,40 3,20 2-1

77 58 Lanjutan Tabel 3.1 No Ruang Panjang ( m ) Lebar ( m ) Tinggi ( m ) LED 12,5 W Jumlah Beban TL 1x36 W Kotak Kontak 200 VA 17 Ruang Ganti Laki Laki 13, Ruang Bilas 1 2,50 1, Ruang Bilas 2 2,50 1, Ruang Bilas 3 2,50 1, Toilet Ruang Ganti Toilet Ruang Ganti Toilet Ruang Ganti Ruang Ganti Perempuan 13, Ruang Bilas 1 2,50 1, Ruang Bilas 2 2,50 1, Ruang Bilas 3 2,50 1, Toilet Ruang Ganti Toilet Ruang Ganti Toilet Ruang Ganti Ruang Dapur 7,10 3,48 3, Toilet Laki Laki 3,40 3, Toilet Perempuan 3,40 3, Koridor Lily Jasmine A 27 3,40 3, Koridor Lily Jasmine B 27 3,40 3, Ruang Meeting ( Lily ) Ruang Meeting ( Jasmine ) 18,4 5,

78 59 Tabel 3.2 Data Ruangan Lantai 2 No Ruang Panjang ( m ) Lebar ( m ) Tinggi ( m ) LED 12,5 W Jumlah Beban TL 1x36 W Kotak Kontak 200 VA 1 Ruang Tamu Toilet Laki Laki Toilet Perempuan Ruang Peralatan Ruang Meeting ( Lotus ) Koridor Balroom 14 5, Balroom Ruang Cuci Piring

79 60 Tabel 3.3 Data Ruangan Lantai 3 No Ruang Panjang ( m ) Lebar ( m ) Tinggi ( m ) LED 12,5 W Jumlah Beban TL 1x36 W Kotak Kontak 200 VA 1 Ruang Meeting ( Rose ) 11 8, Koridor Wing A Koridor Wing B Kamar Swich Toilet 4 2, Kamar 301 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 302 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 303 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 304 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 305 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 306 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 307 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 308 6,65 3,

80 61 Lanjutan Tabel 3.3 No Ruang Panjang ( m ) Lebar ( m ) Tinggi ( m ) LED 12,5 W Jumlah Beban TL 1x36 W Kotak Kontak 200 VA 21 Toilet 3 2, Kamar 309 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 310 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 311 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 312 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 313 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 314 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 315 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 316 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 317 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 318 6,65 3, Toilet 3 2,

81 62 Tabel 3.4 Data Ruangan Lantai 4 No Ruang Panjang ( m ) Lebar ( m ) Tinggi ( m ) LED 12,5 W Jumlah Beban TL 1x36 W Kotak Kontak 200 VA 1 Koridor Wing A Koridor Wing B Kamar Swich Toilet 4 2, Kamar 319 6,65 3,7 3 6 Toilet 3 2,5 3 7 Kamar 320 6,65 3,7 3 8 Toilet 3 2,5 3 9 Kamar 321 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 322 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 323 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 324 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 325 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 326 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 327 6,65 3,

82 63 Lanjutan Tabel 3.4 No Ruang Panjang ( m ) Lebar ( m ) Tinggi ( m ) LED 12,5 W Jumlah Beban TL 1x36 W Kotak Kontak 200 VA 22 Toilet 3 2, Kamar 328 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 329 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 330 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 331 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 332 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 333 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 334 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 335 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 336 6,65 3, Toilet 3 2,

83 64 Tabel 3.5 Data Ruangan Lantai 5 No Ruang Panjang ( m ) Lebar ( m ) Tinggi ( m ) LED 12,5 W Jumlah Beban TL 1x36 W Kotak Kontak 200 VA 1 Koridor Wing A Koridor Wing B Kamar Swich Toilet 4 2, Kamar 337 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 338 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 339 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 340 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 341 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 342 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 343 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 344 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 345 6,65 3,

84 65 Lanjutan Tabel 3.5 No Ruang Panjang ( m ) Lebar ( m ) Tinggi ( m ) LED 12,5 W Jumlah Beban TL 1x36 W Kotak Kontak 200 VA 22 Toilet 3 2, Kamar 346 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 347 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 348 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 349 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 350 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 351 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 352 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 353 6,65 3, Toilet 3 2, Kamar 354 6,65 3, Toilet 3 2,

85 66

86 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Jumlah Titik Lampu Penerangan yang digunakan pada Swiss-Belhotel Borneo Samarinda yaitu menggunakan tipe penerangan langsung dengan warna langit-langit putih dan dinding bewarna putih. Penentuan intensitas penerangan suatu ruangan ditentukan berdasarkan fungsi dari ruanagan tersebut, sedangkan untuk menentukan jumlah lampu yang diperlukan, maka terlebih dahulu mengetahui panjang ruangan, lebar ruangan, tinggi ruangan dan tinggi bidang kerja bila ada sehingga dapat menentukan dengan tepat kebutuhan lampunya Ruangan Pada Lantai 1 1. Ruang Meeting ( Anggrek ) Pada Ruang Meeting Anggrek, memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 200 Lux ( Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut : Panjang Ruangan Lebar Ruangan Tinggi Ruangan Tinggi Bidang Kerja Luas Ruangan ( p ) = 8 m ( l ) = 4,6 m ( t ) = 3 m ( tb ) = 0,8 m ( A ) = p x l = 8 m x 4,6 m = 36,8 m 2

87 67 Faktor refleksi : rp ( langit langit putih ) = 0,7 rw ( warna dinding putih ) = 0,5 rm ( warna lantai putih ) = 0,1 Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) : h = t tb = 3 0,8 = 2,2 Efisiensi penerangan Lampu Led = 0,8 sesuai (Tabel 2.11) Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per 2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu LED 12,5 watt dengan flux cahaya 1055 lumen per lampu atau lumen per armatur, maka dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : n = = E X A Фarmatur X ɳ x d 200 x 36, X 0,8 X 0,8 = 10,90 ( digenapakan menjadi 11 ) Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Ruang Meeting Anggrek adalah 11 armatur, sedangakan yang terpasang dilapangan adalah 6 armatur dengan menggunakan masing masing lampu LED 12,5 watt.

88 68 2. Ruang Fitnes Pada Ruang Fitnes, memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 200 Lux (Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut : Panjang Ruangan Lebar Ruangan Tinggi Ruangan Tinggi Bidang Kerja Luas Ruangan ( p ) = 11,70 m ( l ) = 5,90 m ( t ) = 3,50 m ( tb ) = 0,8 m ( A ) = p x l = 11,70 m x 5,90 m = 69,03 m 2 Faktor refleksi : rp ( langit langit putih ) = 0,7 rw ( warna dinding putih ) = 0,5 rm ( warna lantai putih ) = 0,1 Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) : h = t tb = 3,50 0,8 = 2,7 Indeks ruangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : k = = p x l h ( p+l ) 11,70x 5,90 2,7 ( 17,70+5,90) = 1,4

89 69 Karena pada (Tabel 2.3) untuk k = 1,4 tidak ada maka dapat kita lakukan dengan cara interpolasi, yaitu dengan cara : k = 1,4 untuk k = 1,2 efisiensi penerangannya yaitu ɳ = 0,47 untuk k = 1,5 efisiensi penerangannya yaitu ɳ = 0,51 Jadi ɳ = 0,47 + ( 1,4 1,2 ) x ( 0,51 0,47 ) 1,5 1,2 = 0,49 Jadi efisiensinya adalah ( ɳ ) 0,49 Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per 2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu TL 1 X 36 watt dengan fluks cahaya 2600 lumen per lampu atau lumen per armatur maka dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : n = = E X A Фarmatur X ɳ x d 200 x 69, X 0,49 X 0,8 = 13,54 ( digenapkan menjadi 14) Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Ruang Fitnes adalah 14 armatur, sedangkan yang terpasang dilapangan adalah 10 armatur dengan menggunakan masing masing lampu TL 1 x 36 watt.

90 Ruangan Pada Lantai 2 1. Ruang Tamu Pada Ruang Tamu, memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 200 Lux (Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut : Panjang Ruangan Lebar Ruangan Tinggi Ruangan Tinggi Bidang Kerja Luas Ruangan ( p ) = 15 m ( l ) = 8 m ( t ) = 3 m ( tb ) = 0,8 m ( A ) = p x l = 15 m x 8 m = 120 m 2 Faktor refleksi : rp ( langit langit putih ) = 0,7 rw ( warna dinding putih ) = 0,5 rm ( warna lantai putih ) = 0,1 Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) : h = t tb = 3 0,8 = 2,2 Efisiensi penerangan Lampu Led = 0,8 sesuai (Tabel 2.11) Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per 2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu LED 12,5 watt dengan flux cahaya 1055 lumen per lampu atau lumen per armatur, maka dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

91 71 n = = E X A Фarmatur X ɳ x d 200 x X 0,8 X 0,8 = 35,54 ( digenapkan menjadi 36 ) Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Ruang Tamu adalah 36 armatur, sedangkan yang terpasang dilapangan adalah 28 armatur dengan menggunakan masing masing lampu LED 12,5 watt. 2. Ruang Cuci Piring Pada Ruang Cuci Piring, memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 150 Lux (Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut : Panjang Ruangan Lebar Ruangan Tinggi Ruangan Tinggi Bidang Kerja Luas Ruangan ( p ) = 10 m ( l ) = 8 m ( t ) = 3 m ( tb ) = 0,8 m ( A ) = p x l = 10 m x 8 m = 80 m 2 Faktor refleksi : rp ( langit langit putih ) = 0,7 rw ( warna dinding putih ) = 0,5 rm ( warna lantai putih ) = 0,1 Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) : h = t tb = 3 0,8 = 2,2

92 72 Indeks ruangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : k = = p x l h ( p+l ) 10 x 8 2,2 ( 10+8 ) = 2 Efisiensi penerangan untuk k = 2 adalah 0,56 (Tabel 2.3) Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per 2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu TL 1 X 36 watt dengan fluks cahaya 2600 lumen per lampu atau lumen per armatur maka dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : n = = E X A Фarmatur X ɳ x d 150 x X 0,56 X 0,8 = 10 Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Ruang Cuci Piring adalah 10 armatur, sedangkan yang terpasang dilapangan adalah 10 armatur dengan menggunakan masing masing lampu TL 1 x 36 watt Ruangan Pada Lantai 3 1. Ruang Meeting ( Rose ) Pada Ruang Meeting ( Rose ), memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 200 Lux (Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut : Panjang Ruangan Lebar Ruangan Tinggi Ruangan ( p ) = 11 m ( l ) = 8,5 m ( t ) = 3 m

93 73 Tinggi Bidang Kerja Luas Ruangan ( tb ) = 0,8 m ( A ) = p x l = 11 m x 8,5 m = 93,5 m 2 Faktor refleksi : rp ( langit langit putih ) = 0,7 rw ( warna dinding putih ) = 0,5 rm ( warna lantai putih ) = 0,1 Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) : h = t tb = 3 0,8 = 2,2 Efisiensi penerangan Lampu Led = 0,8 sesuai (Tabel 2.11) Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per 2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu LED 12,5 watt dengan flux cahaya 1055 lumen per lampu atau lumen per armatur, maka dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : n = = E X A Фarmatur X ɳ x d 200 x 93, X 0,8 X 0,8 = 27,69 ( digenapkan menjadi 28 ) Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Ruang Meeting ( Rose ), adalah 28 armatur, sedangkan yang terpasang di lapangan adalah 22 armatur dengan menggunakan masing masing lampu LED 12,5 watt.

94 Ruangan Pada Lantai 4 dan Lantai 5 1. Kamar Swich Pada Kamar Swich, memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 100 Lux (Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut : Panjang Ruangan Lebar Ruangan Tinggi Ruangan Tinggi Bidang Kerja Luas Ruangan ( p ) = 7 m ( l ) = 5 m ( t ) = 3 m ( tb ) = 0,8 m ( A ) = p x l = 7 m x 5 m = 35 m 2 Faktor refleksi : rp ( langit langit putih ) = 0,7 rw ( warna dinding putih ) = 0,5 rm ( warna lantai putih ) = 0,1 Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) : h = t tb = 3 0,8 = 2,2 Efisiensi penerangan Lampu Led = 0,8 sesuai (Tabel 2.11) Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per 2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu LED 12,5 watt dengan flux cahaya 1055 lumen per lampu atau lumen per armatur, maka dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

95 75 n = = E X A Фarmatur X ɳ x d 100 x X 0,8 X 0,8 = 5 Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Kamar Swich, adalah 5 armatur, sedangkan yang terpasang di lapangan adalah 6 armatur dengan menggunakan masing masing lampu LED 12,5 watt. 2. Toilet Kamar Swich Pada Toilet Kamar Swich, memiliki intensitas penerangan ( E ) sebesar 100 Lux (Tabel 2.2 ) untuk penerangan baik dengan data sebagai berikut : Panjang Ruangan Lebar Ruangan Tinggi Ruangan Tinggi Bidang Kerja Luas Ruangan ( p ) = 4 m ( l ) = 2,5 m ( t ) = 3 m ( tb ) = 0,8 m ( A ) = p x l = 4 m x 2,5 m = 10 m 2 Faktor refleksi : rp ( langit langit putih ) = 0,7 rw ( warna dinding putih ) = 0,5 rm ( warna lantai putih ) = 0,1

96 76 Untuk menentukan tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( h ) : h = t tb = 3 0,8 = 2,2 Indeks ruangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : k = = p x l h ( p+l ) 4 x 2,5 2,2 ( 4+2,5 ) = 0,69 Karena pada (Tabel 2.3) untuk k = 0,69 tidak ada maka dapat kita lakukan dengan cara interpolasi, yaitu dengan cara : k = 0,69 untuk k = 0,6 efisiensi penerangannya yaitu ɳ = 0,30 untuk k = 0,8 efisiensi penerangannya yaitu ɳ = 0,38 Jadi ɳ = 0,30 + ( 0,69 3 2,5 ) x ( 0,38 0,30 ) = 0,33 Jadi efisiensinya adalah ( ɳ ) 0,33 Dan untuk menentukan jumlah armatur yang dibutuhkan dengan masa pemeliharaan per 2 tahun untuk pengotoran ringan 0,8 dan menggunakan lampu TL 1 X 36 watt dengan fluks cahaya 2600 lumen per lampu atau lumen per armatur maka dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : n = = = 1 E X A Фarmatur X ɳ x d 100 x X 0,33 X 0,8

97 77 Jadi dari hasil perhitungan, maka jumlah armatur yang digunakan pada Toilet Kamar Swich adalah 1 armatur, sedangkan yang terpasang dilapangan adalah 1 armatur dengan menggunakan lampu TL 1 x 36 watt. Berdasarkan dari hasil perhitungan maka diperoleh hasil jumlah titik lampu untuk ruangan pada lantai 1 Sampai Lantai 5 seperti pada Tabel 4.1 Sampai Tabel 4.5. Sedangkan untuk hasil perbandingan antara hasil perhitungan dengan data lapangan seperti pada Tabel 4.6 Sampai Tabel 2.10:

98 78 Tabel 4.1 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai 1 No Ruangan rp rw rm p (m) L (m) t (m) A (m 2 ) Tb h E k ɳ d n armatur TL 1x36 W 1 Teras Lobi 0,7 0,5 0, ,8 5, ,8 0, Lobi 0,7 0,5 0,1 14,17 8, ,8 9, ,8 0, Receptionis 0,7 0,5 0,1 11,60 7, ,94 0,8 9, ,8 0, Toilet Tamu Laki Laki 0,7 0,5 0,1 3, ,8 0,8 2, ,8 0,8-2 5 Toilet Tamu Perempuan 0,7 0,5 0,1 3, ,8 0,8 2, ,8 0,8-2 6 Koridor Anggrek Iris 0,7 0,5 0,1 27 3,40 3,5 91,8 0,8 2, ,8 0, Ruang Meeting ( Anggrek ) 0,7 0,5 0,1 8 4,6 3 36,8 0,8 2, ,8 0, Ruang Meeting ( Tulip ) 0,7 0,5 0,1 10,4 4,6 3 47,84 0,8 2, ,8 0, Ruang Meeting ( Iris ) 0,7 0,5 0,1 11,2 7,3 3 81,76 0,8 2, ,8 0, Koridor Restoran 0,7 0,5 0,1 12,60 4,20 3,20 52,92 0,8 2, ,8 0, Restoran 0,7 0,5 0,1 17, , ,8 2, ,8 0, Lobi Kolam Renang 0,7 0,5 0, ,8 3, ,8 0, Lobi Ruang SPA 0,7 0,5 0,1 5,40 4,20 3,20 22,68 0,8 2, ,8 0, Koridor Ruang Fitnes 0,7 0,5 0, , ,8 2, ,8 0, Ruang Fitnes 0,7 0,5 0,1 11,70 5,90 3,50 69,03 0,8 2, ,4 0,49 0, Ruang SPA 0,7 0,5 0,1 4,80 2,40 3,20 11,52 0,8 2, ,8 0, Ruang Ganti Laki Laki 0,7 0,5 0,1 13, ,6 0,8 2, ,8 0, Ruang Bilas 1 0,7 0,5 0,1 2,50 1,50 3 3,75 0,8 2, ,8 0, Ruang Bilas 2 0,7 0,5 0,1 2,50 1,50 3 3,75 0,8 2, ,8 0, Ruang Bilas 3 0,7 0,5 0,1 2,50 1,50 3 3,75 0,8 2, ,8 0, Toilet Ruang Ganti 1 0,7 0,5 0, ,75 0,8 2, ,8 0, Toilet Ruang Ganti 2 0,7 0,5 0, ,75 0,8 2, ,8 0, Toilet Ruang Ganti 3 0,7 0,5 0, ,75 0,8 2, ,8 0,8-1 n armatur LED 12,5 W

99 79 Lanjutan Tabel 4.1 No Ruangan rp rw rm p (m) l (m) t (m) A (m 2 ) tb h E k ɳ d n armatur TL 1x36 W 24 Ruang Ganti Perempuan 0,7 0,5 0,1 13, ,6 0,8 2, ,8 0, Ruang Bilas 1 0,7 0,5 0,1 2,50 1,50 3 3,75 0,8 2, ,8 0, Ruang Bilas 2 0,7 0,5 0,1 2,50 1,50 3 3,75 0,8 2, ,8 0, Ruang Bilas 3 0,7 0,5 0,1 2,50 1,50 3 3,75 0,8 2, ,8 0, Toilet Ruang Ganti 1 0,7 0,5 0, ,75 0,8 2, ,8 0, Toilet Ruang Ganti 2 0,7 0,5 0, ,75 0,8 2, ,8 0, Toilet Ruang Ganti 3 0,7 0,5 0, ,75 0,8 2, ,8 0, Ruang Dapur 0,7 0,5 0,1 7,10 3,48 3,10 24,708 0,8 2, ,43 0, Toilet Laki Laki 0,7 0,5 0,1 3,40 3, ,88 0,8 2, ,8 0, Toilet Perempuan 0,7 0,5 0,1 3,40 3, ,88 0,8 2, ,8 0, Koridor Lily Jasmine 0,7 0,5 0,1 27 3,40 3,5 91,8 0,8 2, ,8 0, Koridor Lily Jasmine 0,7 0,5 0,1 27 3,40 3,5 91,8 0,8 2, ,8 0, Ruang Meeting ( Lily ) 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0, Ruang Meeting ( Jasmine ) 0,7 0,5 0,1 18,4 5,3 3 97,52 0,8 2, ,8 0,8-29 n armatur LED 12,5 W

100 80 Tabel 4.2 Jumlah Titik Armatur Pada Ruangan Lantai 2 No Ruangan rp rw rm p (m) l (m) t (m) A (m 2 ) tb h E k ɳ d n armatur TL 1x36 W 1 Ruang Tamu 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0, Toilet Laki Laki 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0,8-2 3 Toilet Perempuan 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0,8-2 4 Ruang Peralatan 0,7 0,5 0, ,8 2, ,9 0,60 0, Ruang Meeting ( Lotus ) 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0, Koridor Balroom 0,7 0,5 0,1 14 5, ,8 2, ,8 0, Balroom 0,7 0,5 0, ,8 9, ,8 0, Ruang Cuci Piring 0,7 0,5 0, ,8 2, ,56 0, n armatur LED 12,5 W

101 81 Tabel 4.3 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai 3 No Ruangan rp rw rm p (m) l (m) T (m) A (m 2 ) tb h E K ɳ d n armatur TL 1x36 W 1 Ruang Meeting ( Rose ) 0,7 0,5 0,1 11 8,5 3 93,5 0,8 2, ,8 0, Koridor Wing A 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0, Koridor Wing B 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0, Kamar Swich 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0,8-5 5 Toilet 0,7 0,5 0,1 4 2, ,8 2, ,69 0,33 0,8 1-6 Kamar 301 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0,8-3 7 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0,8-1 8 Kamar 302 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0,8-3 9 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 303 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 304 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 305 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 306 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 307 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 308 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 309 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 310 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 3,75 0,8 2, ,8 0,8-3 n armatur LED 12,5 W

102 82 Lanjutan Tabel 4.3 No Ruangan Rp rw rm p (m) l (m) T (m) A (m 2 ) tb h E k ɳ d n armatur TL 1x36 W 25 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 311 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 312 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 313 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 314 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 315 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 316 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 317 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 318 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0,8-1 n armatur LED 12,5 W

103 83 Tabel 4.4 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai 4 No Ruangan rp rw rm p (m) l (m) T (m) A (m 2 ) tb h E k ɳ d n armatur TL 1x36 W 1 Koridor Wing A 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0, Koridor Wing B 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0, Kamar Swich 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0,8-5 4 Toilet 0,7 0,5 0,1 4 2, ,8 2, ,69 0,33 0,8 1-5 Kamar 319 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0,8-3 6 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0,8-1 7 Kamar 320 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0,8-3 8 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0,8-1 9 Kamar 321 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 322 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 323 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 324 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 325 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 326 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 327 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 328 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0,8-3 n armatur LED 12,5 W

104 84 Lanjutan Tabel 4.4 No Ruangan rp rw rm p (m) l (m) T (m) A (m 2 ) tb h E k ɳ d n armatur TL 1x36 W 24 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 329 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 330 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 331 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 332 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 333 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 334 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 335 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 336 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0,8-1 n armatur LED 12,5 W

105 85 Tabel 4.5 Jumlah Armatur Pada Ruangan Lantai 5 No Ruangan rp rw rm p (m) l (m) t (m) A (m 2 ) tb h E k ɳ d n armatur TL 1x36 W 1 Koridor Wing A 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0, Koridor Wing B 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0, Kamar Swich 0,7 0,5 0, ,8 2, ,8 0,8-5 4 Toilet 0,7 0,5 0,1 4 2, ,8 2, ,69 0,33 0,8 1-5 Kamar 337 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0,8-3 6 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0,8-1 7 Kamar 338 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0,8-3 8 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0,8-1 9 Kamar 339 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 340 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 341 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 342 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 343 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 344 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 345 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 346 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0,8-3 n armatur LED 12,5 W

106 86 Lanjutan Tabel 4.5 No Ruangan rp rw rm p (m) L (m) T (m) A (m 2 ) tb h E k ɳ d n armatur TL 1x36 W 24 Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 347 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 348 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 349 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 350 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 351 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 352 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 353 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0, Kamar 354 0,7 0,5 0,1 6,65 3,7 3 24,605 0,8 2, ,8 0, Toilet 0,7 0,5 0,1 3 2,5 3 7,5 0,8 2, ,8 0,8-1 n armatur LED 12,5 W

107 87 No Tabel 4.6 Perbandingan Jumlah Lampu/Armatur Hasil Penghitungan Dengan Data Lapangan Pada Lantai 1 Ruangan Jumlah Lampu Hasil Data Lapangan Jumlah Titik Lampu Hasil Penghitungan LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W 1 Teras Lobi Lobi Receptionis Toilet Tamu Laki - Laki Toilet Tamu Perempuan Koridor Anggrek - Iris Ruang Meeting ( Anggrek ) Ruang Meeting ( Tulip ) Ruang Meeting ( Iris ) Koridor Restoran Restoran Lobi Kolam Renang Lobi Ruang SPA Koridor Ruang Fitnes Ruang Fitnes Ruang SPA Ruang Ganti Laki Laki Ruang Bilas Ruang Bilas Ruang Bilas Toilet Ruang Ganti Toilet Ruang Ganti Toilet Ruang Ganti Ruang Ganti Perempuan Ruang Bilas Ruang Bilas Ruang Bilas Toilet Ruang Ganti Toilet Ruang Ganti Toilet Ruang Ganti Ruang Dapur Toilet Laki - Laki Toilet Perempuan Koridor Lily Jasmine Koridor Lily Jasmine Ruang Meeting ( Lily ) Ruang Meeting ( Jasmine )

108 88 No Tabel 4.7 Perbandingan Jumlah Titik Lampu/Armatur Hasil Penghitungan Dengan Data Lapangan Pada Lantai 2 Ruangan Jumlah Lampu Hasil Data Lapangan Jumlah Titik Lampu Hasil Penghitungan LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W 1 Ruang Tamu Toilet Laki Laki Toilet Perempuan Ruang Peralatan Ruang Meeting ( Lotus ) Koridor Balroom Balroom Ruang Cuci Piring

109 89 No Tabel 4.8 Perbandingan Jumlah Titik Lampu/Armatur Hasil Penghitungan Dengan Data Lapangan Pada Lantai 3 Ruangan Jumlah Lampu Hasil Data Lapangan Jumlah Titik Lampu Hasil Penghitungan LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W 1 Ruang Meeting ( Rose ) Koridor Wing A Koridor Wing B Kamar Swich Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet 1-1 -

110 90 No Ruangan Lanjutan Tabel 4.8 Jumlah Lampu Hasil Data Lapangan Jumlah Titik Lampu Hasil Penghitungan LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W 26 Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet 1-1 -

111 91 No Tabel 4.9 Perbandingan Jumlah Titik Lampu/Armatur Hasil Penghitungan Ruangan Dengan Data Lapangan Pada Lantai 4 Jumlah Lampu Hasil Data Lapangan Jumlah Titik Lampu Hasil Penghitungan LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W 1 Koridor Wing A Koridor Wing B Kamar Swich Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet 1-1 -

112 92 No Ruangan Lanjutan Tabel 4.9 Jumlah Lampu Hasil Data Lapangan Jumlah Titik Lampu Hasil Penghitungan LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W 25 Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet 1-1 -

113 93 No Tabel 4.10 Perbandingan Jumlah Titik Lampu/Armatur Hasil Penghitungan Ruangan Dengan Data Lapangan Pada Lantai 5 Jumlah Lampu Hasil Data Lapangan Jumlah Titik Lampu Hasil Penghitungan LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W 1 Koridor Wing A Koridor Wing B Kamar Swich Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet 1-1 -

114 94 No Ruangan Lanjutan Tabel 4.10 Jumlah Lampu Hasil Data Lapangan Jumlah Titik Lampu Hasil Penghitungan LED 12,5 W TL 1x36 W LED 12,5 W TL 1x36 W 25 Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Toilet 1-1 -

115 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Berikut adalah jumlah titik penerangan dan KKB, untuk setiap ruangan pada Swiss- Belhotel Borneo Lantai 1 Sampai Lantai 5 : Jumlah Beban dan Total Beban Lantai 1 1. Jumlah beban dan total beban pada Ruang Meeting Anggrek adalah sebagai berikut : Lampu LED x 12,5 watt dengan cos ⱷ 0,8 P S = Cos ⱷ = 11 x 12,5 0,8 = 172 VA Kotak kontak 200 VA = 2 x 200 = 400 VA Jumlah Beban dan Total Beban Lantai 2 1. Jumlah beban dan total beban pada Ruang Tamu adalah sebagai berikut : Lampu LED x 12,5 watt dengan cos ⱷ 0,8 P S = Cos ⱷ = 36 x 12,5 0,8 = 562 VA Kotak kontak 200 VA = 5 x 200 = 1000 VA

116 Jumlah Beban dan Total Beban Lantai 3 1. Jumlah beban dan total beban pada Ruang Meeting (Rose) adalah sebagai berikut : Lampu LED x 12,5 watt dengan cos ⱷ 0,8 P S = Cos ⱷ = 28 x 12,5 0,8 = 437 VA Kotak kontak 200 VA = 5 x 200 = 1000 VA Jumlah Beban dan Total Beban Lantai 4 dan Lantai 5 1. Jumlah beban dan total beban pada Kamar Swich adalah sebagai berikut : Lampu LED x 12,5 watt dengan cos ⱷ 0,8 P S = Cos ⱷ = 5 x 12,5 0,8 = 78 VA Kotak kontak 200 VA = 7 x 200 = 1400 VA Jadi dari hasil perhitungan, maka diperoleh hasil jumlah beban dan total beban untuk ruangan pada Lantai 1 Sampai Lantai 5 seperti pada Tabel 4.11 Sampai Tabel Sedangkan untuk hasil perbandingan antara hasil perhitungan dengan data lapangan seperti pada Tabel 4.16 Sampai Tabel 4.20:

117 97 Tabel 4.11 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Pada Lantai 1 No Ruangan Jumlah Lampu LED TL 12,5 W 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak 200 VA Beban Lampu ( VA ) LED TL 12,5 W 1 X 36 W Daya Kotak Kontak 200 VA Jumlah Beban ( VA ) 1 Ruang Meeting ( Anggrek ) Ruang Meeting ( Tulip ) Ruang Meeting ( Iris ) Koridor Lily Jasmine B Ruang Meeting ( Lily ) Ruang Meeting ( Jasmine ) Teras Lobi Lobi Receptionis Restoran Ruang Dapur Lobi Kolam Renang Koridor Anggrek Iris Toilet Tamu Laki Laki Toilet Tamu Perempuan Ruang Fitnes Ruang Ganti Laki Laki Ruang Bilas 1,2, Toilet Ruang Ganti 1,2, Lobi Ruang SPA

118 98 Lanjutan Tabel 4.11 No Ruangan Jumlah Lampu LED TL 12,5 W 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak 200 VA Beban Lampu ( VA ) LED TL 12,5 W 1 X 36 W Daya Kotak Kontak 200 VA Jumlah Beban ( VA ) 21 Ruang SPA Koridor Ruang Fitnes Koridor Restoran Toilet Laki Laki Toilet Perempuan Koridor Lily Jasmine A Ruang Ganti Perempuan Ruang Bilas 1,2, Toilet Ruang Ganti 1,2, Jumlah

119 99 Tabel 4.12 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Pada Lantai 2 No Ruangan Jumlah Lampu LED TL 12,5 W 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak 200 VA Beban Lampu ( VA ) LED TL 12,5 W 1 X 36 W Daya Kotak Kontak 200 VA Jumlah Beban ( VA ) 1 Koridor Balroom Balroom Ruang Meeting ( Lotus ) Ruang Tamu Ruang Peralatan Ruang Cuci Piring Toilet Laki Laki Toilet Perempuan Jumlah

120 100 Tabel 4.13 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Pada Lantai 3 No Ruangan Jumlah Lampu LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak 200 VA Beban Lampu LED 12,5 W ( VA ) TL 1 X 36 W Daya Kotak Kontak 200 VA Jumlah Beban ( VA ) 1 Kamar Swich Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Swich Koridor Wing A Koridor Wing B Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar R. Meeting (Rose) Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar

121 101 Lanjutan Tabel 4.13 No Ruangan Jumlah Lampu LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak 200 VA Beban Lampu LED 12,5 W ( VA ) TL 1 X 36 W Daya Kotak Kontak 200 VA Jumlah Beban ( VA ) 22 Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Jumlah

122 102 Tabel 4.14 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Pada Lantai 4 No Ruangan Jumlah Lampu LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak 200 VA LED 12,5 W Beban Lampu ( VA ) TL 1 X 36 W Daya Kotak Kontak 200VA Jumlah Beban ( VA ) 1 Kamar Swich Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Swich Koridor Wing A Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Koridor Wing B Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar

123 103 Lanjutan Tabel 4.14 No Ruangan Jumlah Lampu LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak 200 VA Beban Lampu LED 12,5 W ( VA ) TL 1 X 36 W Daya Kotak Kontak 200 VA Jumlah Beban ( VA ) 21 Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Jumlah

124 104 Tabel 4.15 Jumlah Beban dan Total Beban Setiap Ruangan Pada Lantai 5 No Ruangan Jumlah Lampu LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak 200 VA Beban Lampu LED 12,5 W ( VA ) TL 1 X 36 W Daya Kotak Kontak 200 VA Jumlah Beban ( VA ) 1 Kamar Swich Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Swich Koridor Wing A Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Koridor Wing B Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar

125 105 Lanjutan Tabel 4.15 No Ruangan Jumlah Lampu LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak 200 VA Beban Lampu LED 12,5 W ( VA ) TL 1 X 36 W Daya Kotak Kontak 200 VA Jumlah Beban ( VA ) 21 Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Jumlah

126 106 No Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan Tabel 4.16 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan Tiap Ruangan Pada Lantai 1 Ruangan Jumlah Beban dan Total Beban LED 12,5 W Data Lapangan Jumlah TL Kotak 1 X 36 W Kontak 200 VA Total Daya ( VA ) Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan Jumlah LED TL Kotak 12,5 W 1 X 36 W Kontak 200 VA Total Daya 1 Ruang Meeting ( Anggrek ) Ruang Meeting ( Tulip ) Ruang Meeting ( Iris ) Koridor Lily Jasmine B Ruang Meeting ( Lily ) Ruang Meeting ( Jasmine ) Teras Lobi Lobi Receptionis Restoran Ruang Dapur Lobi Kolam Renang Koridor Anggrek Iris Toilet Tamu Laki Laki Toilet Tamu Perempuan Ruang Fitnes ( VA )

127 107 No Ruangan Lanjutan Tabel 4.16 Jumlah Beban dan Total Beban LED 12,5 W Data Lapangan TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak 200 VA Total Daya ( VA ) Jumlah Beban dan Total Beban LED 12,5 W Hasil Penghitungan TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak 200 VA Total Daya 17 Ruang Ganti Laki Laki Ruang Bilas 1,2, Toilet Ruang Ganti 1,2, Lobi Ruang SPA Ruang SPA Koridor Ruang Fitnes Koridor Restoran Toilet Laki - Laki Toilet Perempuan Koridor Lily Jasmine A Ruang Ganti Perempuan Ruang Bilas 1,2, Toilet Ruang Ganti 1,2, Jumlah ( VA )

128 108 No Tabel 4.17 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan Tiap Ruangan Pada Lantai 2 Ruangan Jumlah Beban dan Total Beban LED 12,5 W Data Lapangan TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak Total Daya ( VA ) Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan Total Daya 200 VA 200 VA 1 Koridor Balroom Balroom Ruang Meeting ( Lotus ) Ruang Tamu ( Free Fungtion ) Ruang Peralatan Ruang Cuci Piring Toilet Laki Laki Toilet Perempuan Jumlah LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak ( VA )

129 109 No Tabel 4.18 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan Tiap Ruangan Pada Lantai 3 Ruangan Jumlah Beban dan Total Beban LED 12,5 W Data Lapangan TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak Total Daya ( VA ) Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan Total Daya 200 VA 200 VA 1 Kamar Swich Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Swich Koridor Wing A Koridor Wing B Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Ruang Meeting ( Rose ) Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak ( VA )

130 110 No Ruangan Lanjutan Tabel 4.18 Jumlah Beban dan Total Beban LED 12,5 W Data Lapangan TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak Total Daya ( VA ) Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan Total Daya 200 VA 200 VA 18 Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak ( VA )

131 111 No Ruangan Lanjutan Tabel 4.18 Jumlah Beban dan Total Beban LED 12,5 W Data Lapangan TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak Total Daya ( VA ) Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan Total Daya 200 VA 200 VA 36 Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Jumlah LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak ( VA )

132 112 No Tabel 4.19 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan Tiap Ruangan Pada Lantai 4 Ruangan Jumlah Beban dan Total Beban LED 12,5 W Data Lapangan TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak Total Daya ( VA ) Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan Total Daya 200 VA 200 VA 1 Kamar Swich Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Swich Koridor Wing A Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Koridor Wing B Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak ( VA )

133 113 No Ruangan Lanjutan Tabel 4.19 Jumlah Beban dan Total Beban LED 12,5 W Data Lapangan TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak Total Daya ( VA ) Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan Total Daya 200 VA 200 VA 17 Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak ( VA )

134 114 No Ruangan Lanjutan Tabel 4.19 Jumlah Beban dan Total Beban LED 12,5 W Data Lapangan TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak Total Daya ( VA ) Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan Total Daya 200 VA 200 VA 35 Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Jumlah LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak ( VA )

135 115 No Tabel 4.20 Perbandingan Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan dan Data Lapangan Tiap Ruangan Pada Lantai 5 Ruangan Jumlah Beban dan Total Beban LED 12,5 W Data Lapangan TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak Total Daya ( VA ) Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan Total Daya 200 VA 200 VA 1 Kamar Swich Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Toilet Kamar Swich Koridor Wing A Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Koridor Wing B Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak ( VA )

136 116 No Ruangan Lanjutan Tabel 4.20 Jumlah Beban dan Total Beban LED 12,5 W Data Lapangan TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak Total Daya ( VA ) Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan Total Daya 200 VA 200 VA 17 Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak ( VA )

137 117 No Ruangan Lanjutan Tabel 4.20 Jumlah Beban dan Total Beban LED 12,5 W Data Lapangan TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak Total Daya ( VA ) Jumlah Beban dan Total Beban Hasil Penghitungan Total Daya 200 VA 200 VA 35 Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Kamar Toilet Kamar Jumlah LED 12,5 W TL 1 X 36 W Jumlah Kotak Kontak ( VA )

138 Menentukan Pengaman dan Penghantar Untuk menentukan pengaman dan luas penampang pengahntar yang digunakan untuk suatu beban, maka terlebih dahulu harus diketahui arus nominall beban yang dilayani. Selanjutnya untuk mengetahui luas penampang, menghitung KHA yaitu : S Arus Nominal untuk tegangan 1ɸ : In = V line netral Arus Nominal untuk tegangan 3ɸ : In = S 3 x V line line KHA : 125 % x In Keterangan : V line - netral = Tegangan 1 ( V ) V line line = Tegangan 3 ( V ) S = Daya Semu ( VA ) In = Arus Nominal ( A ) Dengan mengetahui kemampuan hantar arus maka dengan melihat tabel KHA dapat ditentukan luas penampang penghantar yang akan digunakan Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 1 Pengaman dan pengahantar yang akan digunakan setiap sirkit akhir pada lantai 1 adalah: Group 1 : Ruang Meeting ( Anggrek ) 10 lampu LED dengan cos ⱷ 0,8 P S = Cos ⱷ = 11 x 12,5 0,8 = 172 VA

139 119 2 Kotak Kontak ( 2 x 200 VA ) = 400 VA Jadi total daya pada group R adalah : S ( VA ) = VA = 572 VA Besar arus nominal dan KHA : S In ( A ) = V line netral = = 2,6 A Dari hasil penghitungan arus nominal diperoleh In = 2,6 A berdasarkan Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 4 A sedangkan yang terpasang di lapangan adalah MCB 1 fase 6 A. KHA = 125 % x In = 125 % x 2,6 = 3,2 A Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 3,2 A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 1,5 mm 2 sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 2,5 mm 2.

140 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 2 adalah: Pengaman dan pengahantar yang akan digunakan setiap sirkit akhir pada lantai 2 Group 4 : Ruang Tamu 36 lampu LED dengan cos ⱷ 0,8 P S = Cos ⱷ = 36 x 12,5 0,8 5 Kotak Kontak ( 5 x 200 VA ) = 1000 VA = 562 VA Jadi total daya pada group S adalah : S ( VA ) = VA = 1562 VA Besar arus nominal dan KHA : S In ( A ) = V line netral = = 7,1 A Dari hasil penghitungan arus nominal diperoleh In = 7,1 A berdasarkan Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 10 A sedangkan yang terpasang di lapangan adalah MCB 1 fase 10 A.

141 121 KHA = 125 % x In = 125 % x 7,1 = 8,8 A Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 8,8 A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 1,5 mm 2 sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 2,5 mm Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 3 adalah: Pengaman dan pengahantar yang akan digunakan setiap sirkit akhir pada lantai 3 Group 13 : Ruang Meeting ( Rose ) 28 lampu LED dengan cos ⱷ 0,8 P S = Cos ⱷ = 28 x 12,5 0,8 5 Kotak Kontak ( 5 x 200 VA ) = 1000 VA = 437 VA Jadi total daya pada group T adalah : S ( VA ) = VA = 1437 VA

142 122 Besar arus nominal dan KHA : S In ( A ) = V line netral = = 6,5 A Dari hasil penghitungan arus nominal diperoleh In = 6,5 A berdasarkan Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 10 A sedangkan yang terpasang di lapangan adalah MCB 1 fase 10 A. KHA = 125 % x In = 125 % x 6,5 = 8,1 A Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 8,1 A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 1,5 mm 2 sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 2,5 mm Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 4 dan Lantai 5 Pengaman dan pengahantar yang akan digunakan setiap sirkit akhir pada lantai 4 dan lantai 5 adalah: Group 1 : Kamar Swich 10 lampu LED dengan cos ⱷ 0,8 P S = Cos ⱷ = 5 x 12,5 0,8 = 78 VA

143 123 7 Kotak Kontak ( 7 x 200 VA ) = 1400 VA Jadi total daya pada group R adalah : S ( VA ) = VA = 1478 VA Besar arus nominal dan KHA : S In ( A ) = V line netral = = 6,7 A Dari hasil penghitungan arus nominal diperoleh In = 6,7 A berdasarkan Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 10 A sedangkan yang terpasang di lapangan adalah MCB 1 fase 10 A. KHA = 125 % x In = 125 % x 6,7 = 8,3 A Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 8,3 A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 1,5 mm 2 sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 2,5 mm 2. Adapun untuk hasil perbandingan antara penghitungan dengan data lapangan, pengaman dan penghantar sirkit akhir pada ruangan Lantai 1 Sampai Lantai 5 dapat dilihat pada Tabel 4.21 Sampai Tabel 4.25:

144 124 Gro Up Jumlah Lampu dan Kotak Kontak TL 1 x 36 W LED 12,5 W Jumlah Kotak Kontak Tabel 4.21 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir pada lantai 1 TL 1 x 36 W Total Seluruh Beban ( VA ) LED 12,5 W Daya Kotak Kontak Total Daya ( VA ) R S T In ( A ) Pengaman ( MCB 1 ɸ A) Data Lapangan Hasil Penghitung an Penghantar (NYM mm 2 ) Data Lapangan , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, ,5 1, , ,5 1, ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1,5 Hasil Penghitung an

145 125 Lanjutan Tabel 4.21 Jumlah Lampu dan Kotak Kontak Total Seluruh Beban ( VA ) Total Daya ( VA ) In ( A ) Pengaman ( MCB 1 ɸ A) Penghantar (NYM mm 2 ) Gro Up TL 1 x 36 W LED 12,5 W Jumlah Kotak Kontak TL 1 x 36 W LED 12,5 W Daya Kotak Kontak R S T Data Lapangan Hasil Penghitung an Data Lapangan Hasil Penghitung an , ,5 1, ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, ,5 1, ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1,5 Total ` Total Fasa R+S+T = 19898

146 126 Gro Up Jumlah Lampu dan Kotak Kontak TL 1 x 36 W LED 12,5 W Jumlah Kotak Kontak Tabel 4.22 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir pada lantai 2 TL 1 x 36 W Total Seluruh Beban ( VA ) LED 12,5 W Daya Kotak Kontak Total Daya ( VA ) R S T In ( A ) Pengaman ( MCB 1 ɸ A) Data Lapangan Hasil Penghitung an Penghantar (NYM mm 2 ) Data Lapangan , ,5 1, , , ,5 1, , ,5 1, ,5 1, ,5 1, , ,5 1, , ,5 1,5 Total Total Fasa R+S+T = 8966 Hasil Penghitung an

147 127 Gro Up Jumlah Lampu dan Kotak Kontak TL 1 x 36 W LED 12,5 W Jumlah Kotak Kontak Tabel 4.23 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir pada lantai 3 TL 1 x 36 W Total Seluruh Beban ( VA ) LED 12,5 W Daya Kotak Kontak Total Daya ( VA ) R S T In ( A ) Pengaman ( MCB 1 ɸ A) Data Lapangan Hasil Penghitung an Penghantar (NYM mm 2 ) Data Lapangan , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1,5 Hasil Penghitung an

148 128 Gro Up Jumlah Lampu dan Kotak Kontak TL 1 x 36 W LED 12,5 W Jumlah Kotak Kontak TL 1 x 36 W Total Seluruh Beban ( VA ) LED 12,5 W Daya Kotak Kontak Lanjutan Tabel 4.23 Total Daya ( VA ) R S T In ( A ) Pengaman ( MCB 1 ɸ A) Data Lapangan Hasil Penghitung an Penghantar (NYM mm 2 ) Data Lapangan , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1,5 Total Total Fasa R+S+T = Hasil Penghitung an

149 129 Gro Up Jumlah Lampu dan Kotak Kontak TL 1 x 36 W LED 12,5 W Jumlah Kotak Kontak Tabel 4.24 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 4 TL 1 x 36 W Total Seluruh Beban ( VA ) LED 12,5 W Daya Kotak Kontak Total Daya ( VA ) R S T In ( A ) Pengaman ( MCB 1 ɸ A) Data Lapangan Hasil Penghitung an Penghantar (NYM mm 2 ) Data Lapangan , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1,5 Hasil Penghitung an

150 130 Gro Up Jumlah Lampu dan Kotak Kontak TL 1 x 36 W LED 12,5 W Jumlah Kotak Kontak TL 1 x 36 W Total Seluruh Beban ( VA ) LED 12,5 W Daya Kotak Kontak Lanjutan Tabel 4.24 Total Daya ( VA ) R S T In ( A ) Pengaman ( MCB 1 ɸ A) Data Lapangan Hasil Penghitung an Penghantar (NYM mm 2 ) Data Lapangan , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1,5 Total Total Fasa R+S+T = Hasil Penghitung an

151 131 Gro Up Jumlah Lampu dan Kotak Kontak TL 1 x 36 W LED 12,5 W Jumlah Kotak Kontak Tabel 4.25 Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Pada Lantai 5 TL 1 x 36 W Total Seluruh Beban ( VA ) LED 12,5 W Daya Kotak Kontak Total Daya ( VA ) R S T In ( A ) Pengaman ( MCB 1 ɸ A) Data Lapangan Hasil Penghitung an Penghantar (NYM mm 2 ) Data Lapangan , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1,5 Hasil Penghitung an

152 132 Gro Up Jumlah Lampu dan Kotak Kontak TL 1 x 36 W LED 12,5 W Jumlah Kotak Kontak TL 1 x 36 W Total Seluruh Beban ( VA ) LED 12,5 W Daya Kotak Kontak Lanjutan Tabel 4.25 Total Daya ( VA ) R S T In ( A ) Pengaman ( MCB 1 ɸ A) Data Lapangan Hasil Penghitung an Penghantar (NYM mm 2 ) Data Lapangan , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1, , ,5 1,5 Total Total Fasa R+S+T = Hasil Penghitung an

153 Pengaman dan Penghantar Cabang Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 1 Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar cabang, maka harus diketahui terlebih dahulu jumlah beban setiap fasa pada lantai 1. Fasa R1 In fasa R1 = S V line netral = = 8,9 A Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 8,9 A berdasarkan Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 10 A sedangkan yang terpasang di lapangan adalah MCB 1 fase 20 A. KHA = 125 % x In = 125 % x 8,9 = 11,1 A Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 11,1 A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 1,5 mm 2 sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 4 mm 2.

154 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 2 Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar cabang, maka harus diketahui terlebih dahulu jumlah beban setiap fasa pada lantai 2. Fasa R In fasa R1 = S V line netral = = 19,3 A Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 19,3 A berdasarkan Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 20 A sedangkan yang terpasang di lapangan adalah MCB 1 fase 20 A. KHA = 125 % x In = 125 % x 19,3 = 24,1 A Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 24,1 A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 2,5 mm 2 sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 4 mm 2.

155 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 3 Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar cabang, maka harus diketahui terlebih dahulu jumlah beban setiap fasa pada lantai 3. Fasa R1 In fasa R1 = S V line netral = = 20 A Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 20 A berdasarkan Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 20 A sedangkan yang terpasang di lapangan adalah MCB 1 fase 20 A. KHA = 125 % x In = 125 % x 20 = 25 A Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 25 A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 2,5 mm 2 sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 4 mm 2.

156 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada Lantai 4 dan Lantai 5 Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar cabang, maka harus diketahui terlebih dahulu jumlah beban setiap fasa pada lantai 4 dan lantai 5. Fasa R1 In fasa R1 = S V line netral = = 20 A Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 20 A berdasarkan Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 1 fase 20 A sedangkan yang terpasang di lapangan adalah MCB 1 fase 20 A. KHA = 125 % x In = 125 % x 20 = 25 A Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 25 A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 2,5 mm 2 sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 4 mm 2. Adapun untuk hasil perbandingan antara penghitungan dengan data lapangan, pengaman dan penghantar cabang dari Lantai 1 Sampai Lantai 5 dapat dilihat pada Tabel 4.26 Sampai Tabel 4.30:

157 155 Tabel 4.26 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada lantai 1 Group fasa Total Beban ( VA ) In ( A) Data Lapangan Pengaman MCB 1 ɸ ( A ) Hasil Penghitungan Data Lapangan Penghantar ( NYM mm 2 ) Hasil Penghitungan R , ,5 S T , ,5 R , ,5 S ,5 T , ,5 R 787 3, ,5 S ,5 T , ,5 Tabel 4.27 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada lantai 2 Group fasa Total Beban ( VA ) In ( A ) Data Lapangan Pengaman MCB 1 ɸ ( A ) Hasil Penghitungan Data Lapangan Penghantar ( NYM mm 2 ) Hasil Penghitungan 1 R , ,5 S ,5 T , ,5 Tabel 4.28 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada lantai 3 Group fasa Total Beban ( VA ) In ( A ) Data Lapangan Pengaman MCB 1 ɸ ( A ) Hasil Penghitungan Data Lapangan Penghantar ( NYM mm 2 ) Hasil Penghitungan R ,5 S , ,5 T , ,5 R , ,5 S , ,5 T , ,5 R , ,5 S , ,5 T , ,5

158 156 Tabel 4.29 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada lantai 4 Group fasa Total Beban ( VA ) In ( A ) Data Lapangan Pengaman MCB 1 ɸ ( A ) Hasil Penghitungan Data Lapangan Penghantar ( NYM mm 2 ) Hasil Penghitungan R ,5 S , ,5 T , ,5 R , ,5 S , ,5 T , ,5 R , ,5 S , ,5 T , ,5 Tabel 4.30 Pengaman dan Penghantar Cabang Pada lantai 5 Group fasa Total Beban ( VA ) In ( A ) Data Lapangan Pengaman MCB 1 ɸ ( A ) Hasil Penghitungan Data Lapangan Penghantar ( NYM mm 2 ) Hasil Penghitungan R ,5 S , ,5 T , ,5 R , ,5 S , ,5 T , ,5 R , ,5 S , ,5 T , ,5

159 Pengaman dan Penghantar Group Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 1 Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar group, maka harus diketahui terlebih dahulu jumlah beban setiap cabang pada lantai 1. Group 1 In Group 1 = = S 3 x V line line fasa R1+fasa S1+fasa T1 3 x 380 = x 380 = 14,8 A Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 14,8 A berdasarkan Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 3 fase 16 A sedangkan yang terpasang di lapangan adalah MCB 3 fase 32 A. KHA = 125 % x In = 125 % x 14,8 = 18,5 A Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 18,5 A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 2,5 mm 2 sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 6 mm 2. Untuk pengaman dan penghatar group data lapangan beban nya adalah Penerangan, lift dan AC, sedangakan untuk hasil perhitungan hanya menghitung pengaman dan penghantar untuk beban instalasi penerangan.

160 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 2 Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar group, maka harus diketahui terlebih dahulu jumlah beban setiap cabang pada lantai 2. Group 1 In Group 1 = = S 3 x V line line fasa R1+fasa S1+fasa T1 3 x 380 = x 380 = 13,6 A Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 13,6 A berdasarkan Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 3 fase 16 A sedangkan yang terpasang di lapangan adalah MCB 3 fase 32 A. KHA = 125 % x In = 125 % x 13,6 = 17 A Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 17 A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 1,5 mm 2 sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 6 mm 2. Untuk pengaman dan penghatar group data lapangan beban nya adalah Penerangan, lift dan AC, sedangakan untuk hasil perhitungan hanya menghitung pengaman dan penghantar untuk beban instalasi penerangan.

161 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 3 Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar group, maka harus diketahui terlebih dahulu jumlah beban setiap cabang pada lantai 3. Group 1 In Group 1 = = S 3 x V line line fasa R1+fasa S1+fasa T1 3 x 380 = x 380 = 19,7 A Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 19,7 A berdasarkan Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 3 fase 20 A sedangkan yang terpasang di lapangan adalah MCB 3 fase 32 A. KHA = 125 % x In = 125 % x 19,7 = 24,6 A Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang didapat KHA = 24,6 A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 2,5 mm 2 sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 6 mm 2. Untuk pengaman dan penghatar group data lapangan beban nya adalah Penerangan, lift dan AC, sedangakan untuk hasil perhitungan hanya menghitung pengaman dan penghantar untuk beban instalasi penerangan.

162 Pengaman dan Penghantar Group Pada Lantai 4 dan Lantai 5 Dalam menentukan besar pengaman dan penghantar group, maka harus diketahui terlebih dahulu jumlah beban setiap cabang pada lantai 4 dan lantai 5. Group 1 In Group 1 = = S 3 x V line line fasa R1+fasa S1+fasa T1 3 x 380 = x 380 = 17,5 A Dari hasil penghitungan arus nominal maka diperoleh In = 17,5 A berdasarkan Tabel 2.6 maka pengaman yang digunakan adalah MCB 3 fase 20 A sedangkan yang terpasang di lapangan adalah MCB 3 fase 32 A. KHA = 125 % x In = 125 % x 17,5 = 21,8 A Dari hasil penghitungan luas penampang penghantar yang diperoleh KHA = 21,8 A, berdasarkan Tabel 2.9 maka penghantar yang digunakan kabel NYM 2,5 mm 2 sedangkan yang terpasang dilapangan adalah kabel NYM 6 mm 2. Untuk pengaman dan penghatar group data lapangan beban nya adalah Penerangan, lift dan AC, sedangakan untuk hasil perhitungan hanya menghitung pengaman dan penghantar untuk beban instalasi penerangan. Adapun untuk hasil perbandingan antara penghitungan dengan data lapangan, pengaman dan penghantar group dari Lantai 1 Sampai Lantai 5 dapat dilihat pada Tabel 4.31 Sampai Tabel 4.35:

163 161 Tabel 4.31 Pengaman dan Penghantar Group Pada lantai 1 Group Total Beban Group ( VA ) In ( A ) Pengaman MCB 3ɸ ( A ) Penghantar ( NYM mm 2 ) Data Lapangan Hasil Penghitungan Data Lapangan , , , , , ,5 Hasil Penghitungan Tabel 4.32 Pengaman dan Penghantar Group Pada lantai 2 Group Total Beban Group ( VA ) In ( A ) Pengaman MCB 3ɸ ( A ) Penghantar ( NYM mm 2 ) Data Hasil Data Lapangan Penghitungan Lapangan , ,5 Hasil Penghitungan Tabel 4.33 Pengaman dan Penghantar Group Pada lantai 3 Group Total Beban Group ( VA ) In ( A ) Pengaman MCB 3ɸ ( A ) Penghantar ( NYM mm 2 ) Data Lapangan Hasil Penghitungan Data Lapangan , , , , , ,5 Hasil Penghitungan

164 162 Tabel 4.34 Pengaman dan Penghantar Group Pada lantai 4 Group Total Beban Group ( VA ) In ( A ) Pengaman MCB 3ɸ ( A ) Penghantar ( NYM mm 2 ) Data Lapangan Hasil Penghitungan Data Lapangan , , , , , ,5 Hasil Penghitungan Tabel 4.35 Pengaman dan Penghantar Group Pada lantai 5 Group Total Beban Group ( VA ) In ( A ) Pengaman MCB 3ɸ ( A ) Penghantar ( NYM mm 2 ) Data Lapangan Hasil Penghitungan Data Lapangan , , , , , ,5 Hasil Penghitungan

165 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Setelah melaksanakan Studi Instalasi Penerangan di Swiss-Belhotel Borneo Samarinda dari Lantai 1 Sampai Lantai 5, maka diambil simpulan sebagai berikut : 1. Hasil perhitungan jumlah titik lampu pada Swiss-Belhotel Borneo Samarinda dari Lantai 1 Sampai Lantai 5 adalah 867 titik lampu sedangakan yang terpasang dilapangan adalah 801 titik lampu. 2. Total daya yang terpasang pada Swiss-Belhotel Borneo Samarinda dari Lantai 1 Sampai Lantai 5 adalah VA sedangkan daya untuk data lapangan adalah VA. 3. Kapasitas pengaman group yang digunakan pada Swiss-Belhotel Borneo Samarinda dari Lantai 1 sampai lantai 5 hasil perhitungan menggunakan MCB 3ɸ ( A ) = 20, 16, 6, sedangkan yang terpasang dilapangan adalah MCB 3ɸ ( A ) = Besar penghantar group yang digunakan pada Swiss-Belhotel Borneo Samarinda dari Lantai 1 Sampai Lantai 5 hasil perhitungan menggunakan ( NYM mm 2 ) = 2,5 & 1,5, sedangkan yang terpasang dilapangan adalah ( NYM mm 2 ) = Penggunaan pengaman dan penghantar untuk data lapangan dengan hasil perhitungan terlihat perbedaan, untuk data lapangan menggunakan pengaman dan penghantar tidak sesuai dengan bebanya, karena di lapangan mengantisipasi apabila ada penamabahan beban sehingga tidak terjadi pengantian pengaman dan penghantar, sedangkan untuk hasil perhitungan menggunakan pengaman dan penghantar sesuai dengan beban nya.

166 Saran-saran 1. Agar pencahayaan sesuai dengan peruntukan ruangan maka sebaiknya penggunaan lampu disesuaikan dengan hasil perhitungan sehingga setiap sudut ruangan mendapatkan cahaya secara merata. 2. Penggunaan pengaman dan penghantar agar di sesuaikan dengan kegunaan atau kebutuhan, seperti kebutuhan beban sehingga pemasangan pengaman tidak boleh disamakan pada beban yang berbeda. 3. Perawatan panel serta komponen didalamnya supaya dilakukan secara rutin dalam arti bahwa pada setiap bulan hendaknya dilakukan inspeksi sehingga pemeriksaan tidak hanya dilakukan pada keadaan terjadi gangguan.

167 DAFTAR PUSTAKA Sumardjati, P., Yahya, S., Mashar, A., & Soleh, M. (2008). Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta: Macan Jaya Raya Cemerlang. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2011, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta, Harten, P.V., & Setiawan, E. (1981). Instalasi Listrik Arus Kuat 1. Bandung: Bina Cipta. Harten, P.V., & Setiawan, E. (1985). Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Bina Cipta. P4TK BMTI. (2014). Teknik Penerangan Listrik. Bandung. Rusmadi, D. (2005). Belajar Instalasi Listrik. Bandung: Pionir Jaya. Muhaimin, (2001). Teknologi Pencahayaan. Bandung: PT Refika Aditama.

168 LAMPIRAN

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 5 LANDASAN TEORI 2.1. Satuan-satuan Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara lain: 1. Satuan untuk intensitas cahaya (I) adalah kandela (cd) Intensitas cahaya adalah

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA PEDOMAN INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2010 PENCAHAYAAN Dalam aspek kehidupan penerangan menempati porsi yang sangat penting Sumber cahaya adalah matahari Cahaya buatan adalah cahaya

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik diperlukan sebagai sumber energi untuk pengoperasian berbagai peralatan yang dibutuhkan di suatu gedung. Salah satu pemanfaatan sumber listrik pada gedung

Lebih terperinci

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA KEGIATAN BELAJAR 1 MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA Lembar Informasi Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 023/PRT/1978, pasal 1 butir 5 tentang instalasi listrik, menyatakan

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM JETri, Volume 5, Nomor 2, Februari 2006, Halaman 1-20, ISSN 1412-0372 STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM Chairul Gagarin Irianto Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Perangkat Lunak Perencanaan Pencahayaan Buatan Pada Ruangan

Rancang Bangun Perangkat Lunak Perencanaan Pencahayaan Buatan Pada Ruangan Rancang Bangun Perangkat Lunak Perencanaan Pencahayaan Buatan Pada Ruangan Anggoro Suryo Pramudyo pramudyo3@yahoo.com Suhendar suhendar@ft-untirta.ac.id Fauzan Azima fauzan.azima88@gmail.com Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1. Sistem Kelistrikan Dalam mengevaluasi kelistrikan yang ada di gedung PT Sambuja Lestari di jalan Pluit Raya, Jakarta Utara hal yang harus diperhitungkan adalah jumlah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Mekanikal dan Elektrikal Dalam suatu bangunan atau gedung terdapat 1 unsur yang tidak kalah pentingnya selain arsitektur dan struktur, yaitu sistem mekanikal dan elektrikal.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan... ii Halaman Pengesahan... iii Abstrak... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... x BAB I (Pendahuluan)... 1 Latar

Lebih terperinci

STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA )

STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA ) STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA ) OLEH NAMA : OCTO PANTAS M. GULTOM NIM : 050422021 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dasar teori yang dijadikan landasan dalam pemasangan dan perencanaan intalasi listrik adalah standarisasi dan peraturan dasar teknik instalasi listrik, teknik dan sistem penerangan

Lebih terperinci

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK KEGIATAN BELAJAR 1 FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK Lembar Informasi Selain menguasai persyaratan, perancangan dan memiliki pengetahuan tentang peralatan instalasi, hal yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pembahasan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB III METODE PEMBAHASAN BAB III METODE PEMBAHASAN Tujuan dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk dapat memanfaatkan energi listrik semaksimal dan seefisien mungkin, serta aman dan andal. Pembahasan dalam penulisan ini

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk 1 Oleh: Dedy Syah Putra 1, Ghiri Basuki Putra, S. T., M. T 2 2 Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S. SOAL DAN PEMBAHASAN SEKOLAH : SMK Negeri Nusawungu MAPEL : MIPLBS KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik Oleh : Siswanta, S.Pd 1. Syarat-syarat instalasi listrik adalah...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Topik : INSTALASI PENERANGAN B. Kompetensi : Hal 1 dari 5 Setelah melakukan praktik, mahasiswa dapat menggambar benda secara piktorial, simbol-simbol teknik elektro, instalasi penerangan dan tenaga,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Petunjuk teknis sistem pencahayaan buatan dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi para perancang dan pelaksana pembangunan gedung didalam

Lebih terperinci

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

MODUL III INTENSITAS CAHAYA MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

Lebih terperinci

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah)

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah) 1 PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah) Disusun Oleh : EVARISTUS RATO NIM : 13.104.1011 Program Studi : Teknik Elektro Jurusan

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD)

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) Nurhani Amin Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: nhanie.lieben@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG Nugroho Utomo ( L2F008072) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto,SH, Tembalang,

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Disusun oleh: IKSAN SANTOSO NIM. 0910633053-63 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALUASI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PADA BANGUNAN KANTOR 25 LANTAI. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat

TUGAS AKHIR EVALUASI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PADA BANGUNAN KANTOR 25 LANTAI. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat TUGAS AKHIR EVALUASI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PADA BANGUNAN KANTOR 25 LANTAI Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN 4.1 Analisis dan Pembahasan Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, maka diperlukan pemeriksaan terhadap instalasi listrik tersebut. Hal

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK

STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK Putra Arif Dermawan Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura putra.pad16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kelistrikan Sistem kelistrikan yang baik dan efisien perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi antara satu sama lainnya sesuai dengan ketentuan yang ada. Didalam

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR Perencanaan Instalasi Listrik Di Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT.Salim Ivomas Pratama

TUGAS AKHIR Perencanaan Instalasi Listrik Di Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT.Salim Ivomas Pratama TUGAS AKHIR Perencanaan Instalasi Listrik Di Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT.Salim Ivomas Pratama Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK Tujuan utama dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk pemanfaatan energi listrik semaksimal dan seefisien

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Cahaya Cahaya adalah Suatu sumber cahaya memancarkan energi, sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak.perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang- gelombang

Lebih terperinci

Bab 11 Standar Pencahayaan

Bab 11 Standar Pencahayaan Bab 11 Standar Pencahayaan Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 114 Kebutuhan Iluminansi berdasarkan aktivitas visual No Kerja Visual Iluminansi (lux) 1 Penglihatan biasa 100

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG

PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG Ashydiq Chenny S 1, Drs., Ir. Moch Dhofir, MT. 2, Ir. Hery Purnomo, MT 1 Mahasiswa Teknik Elektro, 2 Dosen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK PADA GEDUNG TALAVERA SUITE JAKARTA

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK PADA GEDUNG TALAVERA SUITE JAKARTA SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK PADA GEDUNG TALAVERA SUITE JAKARTA Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam melengkapi gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Slamet Ariyanto

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2 STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI Moethia Faridha 1, Ifan 2 1 Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan MAAB 2 Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN Oleh : Dedy Haryanto, Edy Karyanta, Paidjo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN ABSTRAK KUAT PENERANGAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 35 HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini adalah salah satu bagian penting dari laporan ini yang berisi datadata yang diperlukan untuk mengerjakan tugas akhir ini. Bagian ini diawali dengan hasil pengumpulan

Lebih terperinci

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya SNI 0405000 Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya 6. Ruang lingkup 6.. Bab ini mengatur persyaratan PHB yang meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk

Lebih terperinci

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta - Circuit Breaker (CB) 1. MCB (Miniatur Circuit Breaker) 2. MCCB (Mold Case Circuit Breaker) 3. NFB (No Fuse Circuit Breaker) 4. ACB (Air Circuit Breaker) 5. OCB (Oil

Lebih terperinci

Konservasi energi pada sistem pencahayaan

Konservasi energi pada sistem pencahayaan Standar Nasional Indonesia Konservasi energi pada sistem pencahayaan ICS 91.160.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Pendahuluan... ii 1 Ruang Iingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori dan kajian pustaka instalasi penerangan dan hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan instalasi penerangan gedung,

Lebih terperinci

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000 INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000 34 Instalasi pemanfaatan tenaga listrik adalah instalasi listrik milik pelanggan atau yang ada di sisi pelanggan. Definisi umum : 1. Yang dimaksud

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: Manusa putra D

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: Manusa putra D PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG DINAS TEKNIS - KUNINGAN

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG DINAS TEKNIS - KUNINGAN SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG DINAS TEKNIS - KUNINGAN Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam melengkapi gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Dadi

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK KOMPONEN INSTALASI LISTRIK HASBULLAH, S.PD, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2009 KOMPONEN INSTALASI LISTRIK Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian instalasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa terampil membuat perencanaan instalasi penerangan rumah bertingkat. 2. Mahasiswa terampil melakukan pemasangan instalasi

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 3 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 3 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 3 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa terampil membuat perencanaan instalasi penerangan rumah tinggal. 2. Mahasiswa terampil melakukan pemasangan instalasi penerangan.

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat melakukan pemasangan KWH meter 2. Mahasiswa dapat melakukan penyambungan kabel twist dari tiang listrik

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik didalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

Analisa Instalasi Listrik Pada Rusunawa Dengan Metode Studi Deskriptif Kasus Rusunawa Universitas Islam Lamongan

Analisa Instalasi Listrik Pada Rusunawa Dengan Metode Studi Deskriptif Kasus Rusunawa Universitas Islam Lamongan Jurnal JE-Unisla Vol 2 No 1 Maret 2017 ISSN : 2502-0986 11 Analisa Instalasi Listrik Pada Rusunawa Dengan Metode Studi Deskriptif Kasus Rusunawa Universitas Islam Lamongan Ulul Ilmi 1, Sukardi 2 1) Program

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000 REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000 Fajar Septiansyah (091321076) Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan

Lebih terperinci

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL) Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) 1. Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) Instalasi motor listrik membutuhkan pengaman beban lebih dengan tujuan menjaga dan melindungi motor listrik dari gangguan beban lebih

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT Desy Kristyawati [1], Rudi Saputra [2] Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Jl. Margonda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN INSTALASI

BAB III PERANCANGAN INSTALASI BAB III PERANCANGAN INSTALASI 3.1 Tujuan Perencanaan Tujuan perencanaan adalah untuk untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam merealisasikan ide atau gagasan yang akan dicapai berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE. penulisan ini adalah perencanaan instalasi sebuah Gedung Clubhouse.

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE. penulisan ini adalah perencanaan instalasi sebuah Gedung Clubhouse. 34 BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE Tujuan utama dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk pemanfaatan energy listrik semaksimal dan seefisien mungkin, serta aman dan andal.

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK Pedoman Umum 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN BAB II DASARDASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN II.. Syaratsyarat Umum Dalam melakukan perencanaan suatu instalasi baik itu instalasi rumah tinggal, kantorkantor, pabrikpabrik ataupun alatalat transport,

Lebih terperinci

Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru

Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Industri (SNTIKI 7 ISSN : 2085-9902 Pekanbaru, 11 November 2015 Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer

Lebih terperinci

PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik

PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik Implementasi Rumah PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik JB. Praharto, 1, Fitrizawati 2, Febri Ariwibowo 1, Fakultas Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo Abstract Event of a fire due to electrical

Lebih terperinci

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN PERMASALAHAN Intensitas penerangan yang kurang dapat

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. Oleh : Eko Widiarto Dosen Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto. SH, Tembalang Semarang

Lebih terperinci

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Manusa putra D

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Manusa putra D PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK OLEH: DRS. SUKIR, M.T JURUSAN PT ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Dasar Sistem Pengendali Elektromagnetik. Materi dasar sistem pengendali elektromagnetik

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LPORN PRKTIKUM INSTLSI PENERNGN Kelompok : 10 Nama Praktikan : 1. inun Nidhar 2. Jeffry Manatar Kelas Dosen Pembimbing : 2E : P. Janus, MT. Tanggal Penyerahan : 3 Mei 2013 Ir. Benhur Nainggolan, MT TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebelumnya, terdapat beberapa penelitian yang dilakukan mengenai analisis sistem suplai daya instalasi listrik tenaga. Sehingga, dalam upaya

Lebih terperinci

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK RANCANG BANGUN PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED FORWARD REVERSE MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20DR-A Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLUMBING (MEP) PADA GEDUNG FARMASI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

PERENCANAAN SISTEM MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLUMBING (MEP) PADA GEDUNG FARMASI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN PERENCANAAN SISTEM MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLUMBING (MEP) PADA GEDUNG FARMASI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TUGAS AKHIR Disusun Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE I. TUJUAN 1. Agar praktikan dapat menginstalasi lampu pijar dengan hubungan seri-paralel (DIM). 2. Agar praktikan dapat menginstalasi penerangan satu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PADA PT. TELKOMSEL BSD-TANGERANG

TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PADA PT. TELKOMSEL BSD-TANGERANG TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PADA PT. TELKOMSEL BSD-TANGERANG Disusun Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu Disusun Oleh : NAMA : ALIF GHAZALI NIM :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keperluan pencahayaan ruangan menempati urutan terbesar kedua setelah sistem tata udara. Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya alam untuk membangkitkan listrik adalah

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning suatu

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A

RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A Ikhsan Sodik Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik

Lebih terperinci

BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN

BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN BAB 1 BESARAN DAN HUKUM PENERANGAN A. Besaran Penerangan 1. Flux Cahaya Flux cahaya adalah energi yang diradiasikan keluar dari suatu sumber cahaya setiap detiknya dalam bentuk gelombang cahaya. Jadi flux

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember Peraturan Umum Instalasi

DAFTAR PUSTAKA. [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember Peraturan Umum Instalasi DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember 2000. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000(PUIL 2000). Jakarta. [2] Mohammad Hasan Basri. 2008. Rancang Bangun Diagram Satu Garis Rencana Sistem

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN DAYA LISTRIK GEDUNG KULIAH 1 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

ANALISA KEBUTUHAN DAYA LISTRIK GEDUNG KULIAH 1 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA ANALISA KEBUTUHAN DAYA LISTRIK GEDUNG KULIAH 1 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

EVALUASI POWER PLANT UNTUK PEMASTIAN KEHANDALAN SISTEM OPERASIONAL LOKATOR DI KAMAL BANDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG

EVALUASI POWER PLANT UNTUK PEMASTIAN KEHANDALAN SISTEM OPERASIONAL LOKATOR DI KAMAL BANDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG EVALUASI POWER PLANT UNTUK PEMASTIAN KEHANDALAN SISTEM OPERASIONAL LOKATOR DI KAMAL BANDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

PRAKTIKUM I N S T A L A S I L I S T R I K

PRAKTIKUM I N S T A L A S I L I S T R I K PRAKTIKUM I N S T A L A S I L I S T R I K FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS UDAYANA KATA PENGANTAR Modul Pratikum Instalasi Listrik merupakan bahan ajar panduan praktikum mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang diperoleh,

BAB IV ANALISIS DATA. menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang diperoleh, BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Analisis Intensitas Konsumsi Energi Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dibutuhkan data penunjang guna menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang

Lebih terperinci

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH :

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH : PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DAN TAMAN DI AREAL KAMPUS USU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TENAGA SURYA (APLIKASI PENDOPO DAN LAPANGAN PARKIR) Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MODUL SURYA 50 WP SEBAGAI ENERGI CADANGAN PADA RUMAH TINGGAL

RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MODUL SURYA 50 WP SEBAGAI ENERGI CADANGAN PADA RUMAH TINGGAL RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MODUL SURYA 50 WP SEBAGAI ENERGI CADANGAN PADA RUMAH TINGGAL LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

RANCANGAN ILUMINASI PADA RUANG BACA DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA (BAPERASDA) TUGAS SARJANA. Rilpani Orien Meliala

RANCANGAN ILUMINASI PADA RUANG BACA DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA (BAPERASDA) TUGAS SARJANA. Rilpani Orien Meliala RANCANGAN ILUMINASI PADA RUANG BACA DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA (BAPERASDA) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SISTIM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI TIGA PHASA (APLIKASI MINI PLANT PTKI) NAMA : MURSYID NIM :

SISTIM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI TIGA PHASA (APLIKASI MINI PLANT PTKI) NAMA : MURSYID NIM : SISTIM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI TIGA PHASA (APLIKASI MINI PLANT PTKI) O L E H NAMA : MURSYID NIM : 005203014 PROGRAM DIPLOMA IV TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan lainnya, membutuhkan penerangan. Baik penerangan / pencahayaan alami (pada

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

TEKNIKA VOL. 2 NO

TEKNIKA VOL. 2 NO ANALISA KONSERVASI ENERGI PENCAHAYAAN PADA GEDUNG KULIAH DI UNIVERSITAS IBA Bahrul Ilmi, Reny Afriany Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas IBA, Palembang Email: bahrul.ilmii@yahoo.com

Lebih terperinci

MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK

MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK 117 Berdasarkan kondisinya : 1. Mentah, merupakan bahan dasar yang masih perlu diolah untuk dijadikan bahan setengah jadi atau bahan jadi (siap pakai).

Lebih terperinci