HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DENGAN TAHAPAN KOMUNIKASI INTIM PADA DEWASA AWAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DENGAN TAHAPAN KOMUNIKASI INTIM PADA DEWASA AWAL"

Transkripsi

1 HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DENGAN TAHAPAN KOMUNIKASI INTIM PADA DEWASA AWAL Indri Putriani Rani Agias Fitri, S.Psi., M.Psi Universitas Bina Nusantra Kampus Kijang Jalan Kemanggisan Ilir No. 45 Kemanggisan Palmerah Jakarta Barat Abstract Personality aspect is an aspect that can not be discharged in an individual. Same as communication aspect, which is important in a relationship, including in marriage relationship. The purpose of this study is to determine whether there is a correlation between Extrovert and Introvert personality type with intimate communication phases in early adulthood. This study belongs to the type of correlation research. In this study, the result showed that there is a positive relationship between personality type Extrovert with two phases intimate communication, namely sharing the self and becoming one. Meanwhile, there is a negative relationship between personality type Introvert with two phases intimate communication, namely sharing the self and becoming one. (IP) Keywords: personality, stages of intimate communication, early adulthood Abstrak Aspek kepribadian merupakan suatu aspek yang tidak dapat dilepaskan dalam diri seorang individu. Sama halnya dengan aspek komunikasi yang tergolong penting dalam sebuah hubungan, termasuk dalam hubungan pernikahan. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert dengan tahapan komunikasi intim pada dewasa awal. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian korelasional. Dalam penelitian ini, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bersifat positif antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan dua tahapan komunikasi intim, yaitu sharing the self dan becoming one. Sementara itu, terdapat hubungan yang bersifat negatif antara tipe kepribadian Introvert dengan dua tahapan komunikasi intim, yaitu sharing the self dan becoming one. (IP) Kata Kunci: tipe kerpibadian, tahapan komunikasi intim, dewasa awal

2 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa (Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 Tentang Perkawinan). Di Indonesia, berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata masyarakat Indonesia menikah pada usia yang termasuk dalam kategori dewasa awal (early adulthood) (Indarini, 2011). Seorang individu dapat digolongkan berusia dewasa awal, ketika memasuki usia antara 17 hingga 45 tahun (Erikson dalam Lahey, 2009). Sejalan dengan data yang diperoleh, menurut Noler, dkk (2001), bagi individu yang berada dalam periode usia dewasa awal, terdapat satu tahapan yang perlu mereka dilalui, yaitu menikah. Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh, 80% kasus perceraian di Indonesia terjadi pada suami dan istri yang berusia muda, yakni dibawah usia 25 tahun (Kementrian Agama Republik Indonesia, 2014). Jika dikaitkan dengan pemaparan di atas, data tersebut menunjukan mayoritas kasus perceraian terjadi di periode usia dewasa awal. Selain itu, menurut Nasaruddin yang menjabat sebagai Wakil Menteri Agama menyatakan bahwa kebanyakan perceraian terjadi di usia rumah tangga muda, yakni di bawah lima tahun (Kami, 2013). Tidak jauh berbeda, Booth, dkk, dalam Lauer & Lauer (2000) menyatakan, bahwa semakin muda usia seseorang ketika menikah maka semakin besar peluang untuk terjadinya perceraian, khususnya di lima tahun pertama usia pernikahan. Pada dasarnya, usia lima tahun pertama pernikahan dapat dikatakan penting. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan, dikatakan bahwa usia lima tahun pertama pernikahan dapat mencerminkan kehidupan pernikahan di 13 tahun mendatang (Huston dalam Ekasari, 2012). Dikatakan pula, suami dan istri yang sulit mengatasi perubahan rasa cinta, kasih sayang, dan juga keyakinan lebih mungkin untuk bercerai dibandingkan suami dan istri yang dikatakan stabil. Jika berfokus pada kasus perceraian yang terjadi di Indonesia, menurut Badan Urusan Peradilan Agama dalam Purwadi (2012), tercatat adanya peningkatan angka perceraian dari tahun 2005 hingga 2010 sebesar 70 %. Data lain yang cukup mengejutkan, menurut Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN dalam Nawawi (2013), tingkat perceraian di Indonesia masuk peringkat tertinggi se-asia Pasifik. Dari kasus perceraian yang terjadi di Indonesia, terdapat beberapa faktor yang disinyalir menjadi penyebab perceraian yaitu, ketidakharmonisan yang mencakup perselingkuhan dan komunikasi, dan masalah ekonomi (Musdalifah, 2012). Sementara itu, menurut Amato dan Previti (2003), masalah kepribadian dan kurangnya komunikasi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perceraian, yaitu dengan persentase 7.8% dan 7.4%. Salah satu faktor yang menjadi penyebab perceraian yang telah disebutkan diatas, merupakan suatu aspek yang penting dalam hubungan pernikahan, yaitu komunikasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Burleson & Denton (1997) terhadap 60 pasangan, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara keterampilan komunikasi pasangan dengan kepuasan pernikahan. Selain itu, menurut Larson & Holman dalam Lauer & Lauer (2000) dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Filsinger, dkk dalam Schneewind & Gerhard (2002), kemampuan komunikasi merupakan prediktor yang kuat bagi kualitas, kepuasan dan stabilitas hubungan suami dan istri. Sementara itu, menurut Adnamazida (2012), hancurnya suatu rumah tangga dapat disebabkan oleh komunikasi yang buruk di antara suami dan istri. Pemaparan tersebut menunjukkan bahwa aspek komunikasi dapat dikatakan penting dalam suatu hubungan pernikahan. Namun, dalam proses komunikasi yang terjadi di dalam sebuah hubungan tidaklah selamanya dapat berjalan dengan lancar. Dapat pula terjadi perbedaan komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin maupun tipe kepribadian masing-masing individu. Menurut Hedges (1993), individu dengan tipe kepribadian Ekstrovert dikatakan lebih ekspresif, terbuka, mudah untuk berbicara dan mengutarakan perasaanya serta komunikatif. Sedangkan sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian Introvert cenderung tertutup, pemalu, tidak banyak mengungkapkan perasaannya, dan juga dikatakan kurang komunikatif (Hedges, 1993). Dari pemaparan tersebut, dapat tercermin perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh individu dengan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert yang dapat pula membedakan komunikasi di antara individu tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Opt dan Loffredo (2000), dikemukakan hasil bahwa terdapat perbedaan komunikasi yang dimiliki oleh individu berdasarkan teori kepribadian Jung. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa seseorang Introvert memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam hal communication apprehension dibandingkan dengan seseorang yang Ekstrovert. Communication apprehension adalah keengganan seseorang untuk berbicara dalam konteks group, meeting, dyadic, dan juga public.

3 Sementara itu, unsur tipe kepribadian maupun komunikasi merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dalam diri individu, termasuk dalam diri individu yang berusia dewasa awal dan telah terikat dalam hubungan pernikahan. Jika hasil penelitian Opt & Loffredo (2000) mengenai perbedaan tipe kepribadian yang dapat membedakan kemampuan komunikasi seorang individu diterapkan dalam konteks pernikahan, perbedaan tipe kepribadian yang dimiliki oleh suami dan juga istri dapat pula membedakan komunikasi intim yang ditampilkan berdasarkan empat tahapan yang terdapat di dalamnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh individu dengan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert yang berdampak pada perbedaan tahapan komunikasi intim yang ditampilkan melalui tahap sharing the self, affirming the other, becoming one, dan juga transcending one. Karena tidak tertutup kemungkinan dengan karakteristik tipe kepribadian Ekstrovert yang lebih terbuka dan komunikatif (Hedges, 1993), dapat mempengaruhi tahapan komunikasi intim yang dicapai dengan individu yang memiliki tipe kepribadian Introvert, dimana mereka cenderung tertutup dan juga kurang komunikatif (Hedges, 1993). KAJIAN PUSTAKA Kepribadian (personality) adalah suatu pola watak yang relatif permanen dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualitas bagi perilaku seseorang (Feist & Feist, 2009). Menurut Allport dalam Friedman & Schustack (2006), kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan penyesuaian unik dirinya terhadap lingkungan. Sehingga, dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu pola yang bersifat relatif permanen dan juga unik, sehingga dapat menentukan individualitas dan penyesuaian seorang individu dengan lingkungannya. Menurut Jung, terdapat dua kondisi di dalam kepribadian seorang individu, yaitu alam sadar (conscious) dan alam bawah sadar (unconscious) (Sujanto, Lubis, dan Hadi, 1984). Menurut Jung dalam Suryabrata (2002), alam sadar (conscious) terdiri dari fungsi jiwa (function) dan sikap jiwa (attitudes). Fungsi jiwa (function) terdiri dari thinking, feeling, sensing, dan intuiting (Feist & Feist, 2009). Sementara itu, sikap jiwa (attitudes) dapat digolongkan kedalam tipe kepribadian Ekstrovert maupun tipe Introvert (Suryabrata, 2002). Seorang individu dengan tipe kepribadian Ekstrovert yang lebih dominan, akan menggunakan energi yang dimilikinya ke dunia luar, sehingga individu tersebut memiliki orientasi yang objektif. Sedangkan seseorang yang didominasi tipe kepribadian Introvert, akan menggunakan energi yang dimilikinya kembali ke dalam dirinya sendiri. Sehingga individu tersebut memiliki orientasi yang lebih subjektif. (Feist & Feist, 2009). Terdapat beberapa karakteristik yang umumnya dimiliki oleh individu dengan tipe kepribadian Ekstrovert, yaitu individu tersebut dikatakan ekspresif, terbuka, ramah, mudah untuk berbicara dan mengutarakan perasaan, serta komunikatif (Hedges, 1993). Sebaliknya, individu dengan tipe kerpibadian Introvert dikatakan cenderung memiliki karakteristik yang tertutup, pemalu, tidak banyak mengungkapkan perasaannya, dan juga kurang komunikatif (Hedges, 1993). Sementara itu, menurut Hybels & Weaver (2001), komunikasi merupakan suatu proses yang terjadi dimana seorang individu berbagi informasi, ide, dan perasaannya. Proses tersebut juga melibatkan aspek bahasa tubuh, ciri khas pribadi, dan gaya yang dapat menambah arti dari pesan yang disampaikan. Sedangkan menurut Hovland, dkk dalam Miller (2005), komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu mengirimkan suatu stimulus yang umumnya verbal dan akan dimodifikasi oleh individu lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses terjadi dimana seorang individu mengirimkan stimulus atau berbagi informasi, ide, dan perasaannya kepada orang lain yang melibatkan aspek verbal dan juga non-verbal. Jika berfokus pada proses komunikasi yang terjadi di dalam hubungan pernikahan, terdapat suatu jenis komunikasi yang khas, yaitu komunikasi intim. Menurut Pearson dalam Paruntu (1998), komunikasi intim adalah suatu komunikasi interpersonal yang terjadi pada dua orang yang terlibat dalam hubungan yang bersifat intim. Satir dalam Paruntu (1998), mengemukakan terdapat empat tahap yang idealnya dilalui agar komunikasi intim tersebut dapat terjadi. Sementara itu, Pearson (1985) menjelaskan bahwa terdapat empat tahapan yang berkaitan dengan perkembangan hubungan intim yang dapat meningkatkan komunikasi intim pada pasangan. Ke empat tahap yang dimaksud oleh Satir dalam Paruntu (1998) dan Pearson (1985) adalah sharing the self, affirming the other, becoming one, dan transcending one. Sharing the self sama halnya dengan self disclosure. Sharing the self merupakan hal yang penting dalam membangun hubungan personal yang dekat. Self disclosure dalam konteks ini harus bersifat terbuka, pribadi, dan langsung. Umumnya, individu sering menyamakan aspek self disclosure dengan komunikasi intim, hal tersebut di karena keduanya bersifat serupa atau identik (Pearson, 1985). Sehingga, peran self disclosure atau keterbukaan diri sangat penting di dalam sebuah komunikasi yang bersifat intim. Untuk tahapan yang kedua, yaitu affirming

4 the other, dapat dikatakan memiliki kesamaan dengan aspek empati (empathy). Individu perlu memahami bahwa individu lain merupakan seorang individu yang unik dan juga penting. Selain itu, dalam tahapan ini juga seseorang mampu untuk menempatkan dirinya pada posisi orang lain (Pearson, 1985). Tahapan selanjutnya adalah becoming one. Ketika dua orang individu menjadi suatu kesatuan dengan orang lain, akan muncul suatu aspek yang disebut dengan bonding atau ikatan. Ikatan tersebut terbentuk berdasarkan dua kepribadian yang berbeda. Seseorang yang telah menikah, ada kalanya terlihat serupa, memiliki perilaku yang sama, dan juga berbicara dengan cara yang sama. Meskipun hal tersebut tidak selalu terjadi, namun, pada dasarnya setiap pasangan mengembangkan cara-cara yang spesial dalam berkomunikasi di dalam hubungan mereka (Pearson, 1985). Tahapan yang terakhir adalah transcending one. Aspek transcending one dalam sebuah hubungan yang bersifat intim, menyerupai aktualisasi diri dalam pekermbangan pribadi seseorang. Ketika seorang individu benarbenar merasa aman dalam hubungannya, individu tersebut mampu mendapatkan dan memberikan hal yang disebut kebebasan dan juga kesamaan. Setiap pasangan yang memiliki perasaan aman dalam hubungannya, dapat memahami hubungan dan juga memiliki kebebasan atau tidak bergantung kepada pasangannya dalam mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri. (Pearson, 1985). Jika dikaitkan dengan subjek dalam penelitian ini, yaitu individu dalam rentang usia dewasa awal (early adulthood), menurut Levinson dalam Mönks (2006), kriteria agar seseorang dapat dikategorikan kedalam dewasa awal adalah ketika seorang individu berusia antara 17 sampai dengan 45 tahun. Padangan Levinson tersebut sejalan dengan pandangan yang dikemukakan oleh Erik Erikson dalam Lahey (2009). Erikson menyatakan bahwa fase dewasa awal (early adulthood) dimulai pada usia 17 tahun dan berakhir pada usia 45 tahun. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan pandangan yang dikemukakan oleh Levinson dan juga Erikson, yaitu seseorang yang dinyatakan berada dalam kategori usia dewasa awal adalah seorang individu yang berusia antara 17 hingga 45 tahun. Erik Erikson juga menekankan, bahwa pada tahap tersebut, tugas yang perlu dilalui oleh individu dalam fase tersebut, yaitu intimacy skill (Howe, 2012). Menurut Lahey (2009), terdapat tantangan yang perlu dilewati oleh individu dalam fase ini, yaitu membuat komitmen dalam sebuah hubungan percintaan dan melepaskan diri dari orang tua. Disisi lain, menurut Erikson dalam Howe (2012), yang dimaksud dengan intimacy adalah kemampuan seseorang untuk berbagi dirinya dengan orang lain tanpa merasa kehilangan identitas dirinya sendiri. Namun, jika seorang individu tidak memiliki kemampuan dan pengalaman intimacy tersebut, dapat mengakibatkan munculnya persaan terisolasi dan tidak berdaya yang dapat mempengaruhi tahap perkembangan selanjutnya. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan permasalahan yang peneliti kemukakan sebelumnya, penelitian ini berfokus pada : Apakah terdapat hubungan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert dengan tahapan komunikasi intim pada dewasa awal? TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert dengan tahapan komunikasi intim pada dewasa awal. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang tergolong dalam jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang di desain untuk mengidentifikasi hubungan antara variabel yang ingin diteliti (Bordens & Abbot, 2008). Dalam penelitian ini terdapat hipotesis yang akan di uji, yaitu ingin mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert dengan setiap tahapan dalam komunikasi intim. Untuk dapat melakukan uji hipotesa tersebut, diperlukan data yang diperoleh melalui responden yang memenuhi karakteristik dalam penelitian. Terdapat 53 orang responden yang turut serta dalam penelitian. Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini, yaitu pria atau wanita yang berusia dalam periode dewasa awal yakni antara tahun. Karakteristik selanjutnya adalah telah menikah selama 1-5 tahun, berdomisili di wilayah Jabodetabek, tinggal bersama dengan suami atau istrinya, serta minimal telah lulus SMA atau sederajat. Teknik sampling yang digunakan adalah Non probability sampling dalam bentuk purposive sampling dan accidental sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dipilih dengan cermat, sehingga relevan dengan struktur peneliian, dimana pengambilan sampel

5 dengan mengambil orang-orang yang dipilih oleh peneliti menurut ciri-ciri dan karakteristik tertentu (Djarwanto, 1998). Sedangkan accidental sampling adalah pemilihan sampel atau responden atas dasar kesediaan dan keinginan dari responden untuk turut serta dalam penelitian, serta memiliki karakteristik yang dikehendaki oleh peneliti (Shaughnessy, dkk 2006). Sementara itu, instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert adalah alat ukur Personal Style Inventory versi bahasa Indonesia yang telah diterjemahkan oleh profesional dari sebuah lembaga konsultan Psikologi di Indonesia. Awalnya, Personal Style Inventory merupakan alat ukur yang dikonstruk oleh R. Craig Hogan dan David W. Champagne (1997) berdasarkan teori tipe kepribadian Carl Gustav Jung. Sedangkan untuk mengukur variabel tahapan komunikasi intim, digunakan skala tahapan komunikasi intim yang pada awalnya dikonstruk oleh Hazizah (2012). Alat ukur Personal Style Inventory terdiri dari 8 item Ekstrovert dan 8 item Introvert. Sedangkan untuk alat ukur tahapan komunikasi intim, terdiri dari 45 item yang disebar dalam dimensi 4 tahapan komunikasi intim. Sehingga, peneliti menjadikan kedua alat ukur tersebut dalam sebuah kuesioner penelitian yang disebarkan kepada calon responden yang telah memenuhi karakteristik dalam penelitian dengan cara menemui langsung calon responden dan juga menyebarkannya melaui surel maupun jejaring sosial. Selain itu, peneliti juga meminta kesediaan suami ataupun istri dari responden yang peneliti temui untuk turut serta dalam penelitian ini. Hal tersebut bertujuan untuk memperbanyak jumlah responden dalam penelitian ini semata. Dari data yang diperoleh, dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan aplikasi Statistical Package for the Sosial Sciences (SPSS) versi 22, yang nantinya hasil yang diperoleh tersebut dapat dilakukan analisa lebih lanjut. Teknik uji korelasional yang digunakan adalah Spearman Correlation. Teknik Spearman Correlation dapat digunakan untuk data yang tidak berdistribusi dengan normal (Priyatno, 2013). HASIL DAN BAHASAN Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, diperoleh data yang dapat menggambarkan karakteristik yang dimiliki dai 53 responden dalam penelitian ini. Berikut akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1. Data Responden Kategori Data Responden Persentase Usia 31 tahun (22,6%) Jenis Kelamin Laki-laki (54,7%) Usia Pernikahan 1 Tahun (28,3%) Tempat Tinggal Jakarta Timur (30,2%) Pendidikan S1 (62,3%) Jumlah Anak 1 Orang (66,0%) Tipe Kepribadian Ekstrovert (63,2%) Tahapan Komunikasi Affirming the other (58,5%) Dari data yang dijabarkan dalam tabel di atas, perolehan data menunjukkan mayoritas responden dalam penelitian ini berusia 31 tahun, yakni dengan persentase sebesar 22,6%. Untuk jenis kelamin, dari 53 responden, responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih mendominasi dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin perempuan. Sementara itu, mayoritas responden telah menikah dengan usia pernikahan yakni 1 tahun, dengan persentase sebesar 28,3%. Untuk wilayah tempat tinggal, wilayah Jakarta Timur menempati urutan tertinggi di antara 9 wilayah lainnya. Selanjutnya, untuk jenjang pendidikan terakhir yang dimiliki oleh responden, mayoritas memiliki pendidikan terakhir Strata 1 atau S1, dengan persentase sebesar 62,3%. Data lain yang dikontrol dalam penelitian ini adalah jumlah anak yang setiap responden miliki. Berdasarkan data yang diperoleh, mayoritas responden telah memiliki 1 orang anak dari pernikahannya. Terakhir, untuk variabel tipe kepribadian dan tahapan komunikasi intim, mayoritas responden memiliki tipe kepribadian Ekstrovert dan mencapai tahapan komunikasi intim yang kedua, yaitu affirming the other. Sementara itu, dalam penelitian ini terdapat hipotesa yang hendak di uji. Hipotesa tersebut adalah ingin menguji ada atau tidaknya hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan empat

6 tahapan komunikasi intim dan tipe kepribadian Introvert dengan empat tahapan dalam komunikasi intim. Berdasarkan hasil uji hipotesa yang dilakukan, diperoleh hasil yang dijabarkan pada tabel di bawah ini. Tipe Kepribadian Tahapan Komunikasi Intim Tabel 2. Hasil Uji Hipotesa Nilai Signifikansi Koefisien Korelasi Hasil Ekstrovert Sharing the self 0,040 0,283 Ho ditolak Affirming the 0,096 0,231 Ho diterima other Becoming one 0,020 0,319 Ho ditolak Transcending one 0, 170 0,191 Ho diterima Introvert Sharing the self 0,030-0,298 Ho ditolak Affirming the 0,073-0,248 Ho diterima other Becoming one 0,014-0,334 Ho dilotak Transcending one 0,183-0,186 Ho diterima Berdasarkan data yang dijabarkan pada tabel di atas, dapat diperoleh hasil bahwa untuk uji hipotesa tipe kepribadian Ekstrovert dengan sharing the self, diperoleh hasil Ho di tolak, yang berarti terdapat hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan sharing the self. Selanjutnya, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan affirming the other, hal tersebut mengindikiasikan bahwa Ho di terima. Sementara itu, diketahui bahwa terdapat hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan becoming one, dan diperoleh pula hasil bahwa Ho diterima untuk tipe kepribadian Ekstrovert dan transcending one yang mengindikasikan bahwa tidak terdapat hubungan di antara keduanya. Sedangkan untuk tipe kepribadian Introvert, berdasarkan uji hipotesa yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara tipe kepribadian Introvert dengan sharing the self. Selanjutnya, untuk uji hipotesa tipe kepribadian Introvert dengan affirming the other, diketahui bahwa Ho diterima. Hal tersebut berarti tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian Introvert dengan affirming the other. Sementara itu, berdasarkan uji hipotesa yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara tipe kepribadian Introvert dengan becoming one. Dan untuk uji hipotesa yang terakhir, diperoleh hasil bahwa Ho diterima, hal tersebut memiliki arti bahwa tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian Introvert dengan transcending one. Untuk memperkaya hasil penelitian ini, peneliti juga melakukan analisa tambahan berupa tipe kepribadian pada masing-masing pasangan suami istri beserta tahapan komunikasi intim yang dicapai oleh keduanya. Berikut ini adalah hasil analisa tambahan tersebut Tabel 3. Tipe Kepribadian Per Pasangan Tipe Kepribadian Jumlah Persentase Ekstrovert - Ekstrovert 9 Pasangan 42,9% Introvert Introvert Ekstrovert Introvert 4 Pasangan 8 Pasangan 19,0% 38,1% Dari data yang dijabarkan pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 9 pasangan dengan tipe kepribadian Ekstrovert Ekstrovert, 4 pasangan dengan tipe kepribadian Introvert Introvert, dan 8 pasangan dengan tipe kepribadian Ekstrovert Introvert. Mayoritas pasangan dalam penelitian ini memiliki tipe kepribadian Ekstrovert Ekstrovert, yakni dengan persentase 42,9%. Sementara itu, untuk hasil analisa tambahan tahapan komunikasi intim per pasangan, diperoleh hasil sebagai berikut.

7 Tabel 4. Tahapan Komunikasi Intim Per Pasangan Tahapan Komunikasi Jumlah Pasangan Persentase Sharing the Self 8 Pasangan 38,1% Affirming the Other 7 Pasangan 33,3% Becoming One 5 Pasangan 23,8% Transcending One 1 Pasangan 4,8% Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel di atas, dapat disimpulkan terdapat 8 pasangan yang memiliki nilai Z score tertinggi pada tahapan sharing the self, 7 pasangan memiliki nilai Z score tertinggi pada tahap affirming the other, 5 pasangan memiliki nilai Z score tertinggi pada tahapan becoming one, dan 1 pasangan memiliki nilai Z score tertinggi pada tahapan terakhir, yaitu transcending one. Dapat dikatakan mayoritas pasangan dalam penelitian ini berada di tahapan komunikasi intim sharing the self, dengan persentase 38,1%. Untuk hasil analisa tambahan per pasangan yang terakhir, berikut ini adalah hasil analisa per pasangan berdasarkan tipe kepribadian dan tahapan komunikasi intim per pasangan. Tabel 5. Tipe Kepribadian dan Tahapan Komunikasi Intim Per Pasangan Tipe Kepribadian Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Ekstrovert-Ekstrovert 2 (9,5%) 3 (14,3%) 3 (14,3%) 1(4,8%) Introvert-Introvert 1 (4,8%) 2 (9,5%) 1 (4,8%) 0 Ekstrovert-Introvert 5 (23,8%) 2 (9,5%) 1 (4,8%) 0 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel di atas, tahapan terbanyak yang dicapai oleh pasangan dengan tipe kepribadian Ekstrovert-Ekstrovert adalah tahap ke 2 dan ke 3, yaitu affirming the other dan becoming one. Sementara itu, untuk pasangan dengan tipe kepribadian Introvert- Introvert, mencapai tahapan komunikasi dengan total terbanyak pada tahap 2, yaitu affirming the other. Untuk pasangan dengan tipe kepribadian gabungan, yaitu Ekstrovert-Introvert, memiliki total tahapan komunikasi intim terbanyak yaitu pada tahap pertama, sharing the self. Disisi lain, terdapat 1 pasangan yang memiliki nilai Z score tertinggi tahapan ke empat yaitu transcending one. Pasangan tersebut memiliki tipe kepribadian Ekstrovert-Ekstrovert. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisa hasil yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bersifat positif atau searah antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan dua dari empat tahapan komunikasi intim, yaitu tahapan sharing the self dan becoming one. Disisi lain, berdasarkan hasil uji hipotesa yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan tahapan affirming the other dan transcending one. Sementara itu, terdapat hubungan yang bersifat negatif atau tidak searah antara tipe kepribadian Introvert dengan dua dari empat tahapan komunikasi intim, yaitu tahapan sharing the self dan becoming one. Hasil uji hipotesa juga menunjukkan bahwa diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian Introvert dengan tahapan affirming the other dan transcending one. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisa tambahan yang dilakukan per pasangan, diperoleh hasil bahwa mayoritas pasangan dalam penelitian ini memiliki tipe kepribadian Ekstrovert Ekstrovert. Sementara itu untuk tahapan komunikasi intim, mayoritas pasangan berada di tahapan sharing the self. Terdapat pula 1 pasangan dengan tipe kepribadian Ekstrovert Ekstrovert yang mencapai tahapan komunikasi intim yang terakhir, yakni transcending one. Sementara itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat saran yang dapat peneliti berikan berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Untuk para peneliti lain, yang tertarik mengenai topik mengenai teori tipe kepribadian dan komunikasi, dapat mempergunakan teori tipe kepribadian lain. Dengan begitu, dapat lebih memperkaya hasil penelitian mengenai tipe kepribadian dan komunikasi yang belum terlalu banyak.

8 Bagi penelitian selanjutnya, yang tertarik untuk meneliti topik yang berkaitan dengan komunikasi intim atau komunikasi dengan pasangan, disarankan dapat mencari teori lain yang lebih komprehensif dan baru. Untuk penelitian selanjutnya, dapat mempertimbangkan golongan usia pernikahan yang berbeda. Dengan begitu, dapat mengetahui apakah terdapat kaitan antara ke empat tahapan dalam komunikasi intim dengan usia pernikahan. Saran praktis bagi para pasangan muda agar dapat mencapai tahapan komunikasi intim yang terakhir, yaitu transcending one adalah dengan meningkatkan keterbukaan dari masing-masing pihak yakni suami maupun istri. Ketika tercipta keterbukaan, maka akan terbentuk rasa percaya. Oleh karena itu perlu diciptakan kenyamanan satu sama lain. Untuk individu yang memiliki tipe kepribadian yang berbeda dengan suami atau istrinya, seperti Ekstrovert dan Introvert, diharapkan perbedaan karakteristik tersebut dapat dijadikan sarana untuk saling melengkapi. Diharapkan pula setiap individu dapat mengambil karakteristik positif yang dimiliki oleh suami atau istri mereka. Jika seorang istri dengan tipe kepribadian Introvert mengalami kesulitan terbuka, maka pihak suami dengan tipe kepribadian Ekstrovert dapat membantu untuk dapat lebih terbuka, begitu pula sebaliknya. Sehingga, rasa saling membantu dan mendukung satu sama lain menjadi hal yang penting kehadirannya. REFERENSI Adnamazida, R. (2012). 7 faktor penyebab perceraian. Diakses pada 29 April 2013 dari Bordens K. S., & Abbott, B. B. (2008). Research Design and Methods, (7th ed). New York: MC- Graw Hill. Burleson, B. B. & Denton, W.H. (1997). The Relationship Between Communication Skill and Marital Satisfaction: Some Moderating Effect. Journal of Marriage and The Family, 59(4), Diakses pada 27 September 2013 dari database ProQuest Research Library. Djarwanto, P. S. (1998). Statistik Induktif. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Ekasari, E. (2012). 7 Cobaan yang Buat Pernikahan di Tahun Pertama Berat. Diakses pada 15 April 2014 dari Feist, Jess & Feist, G.J. (2009). Theories of Personality, (7th ed). New York: McGraw Hill Education Friedman, H. S. & Schustack, M. W. (2006). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga. Hajizah, Y. N. (2012). Hubungan antara Komunikasi Intim dengan Kepuasan Pernikahan pada Masa Pernikahan 2 Tahun Pertama.Skripsi tidak diterbitkan. Depok: Jurusan Psikologi Universitas Indonesia Hedges, P. (1993). Understanding Your Personality With Myers-Briggs and More. London: Press Sheldon. Howe, T. R. (2012). Marriages & Families In The 21st Century A Bioecological Approach. India: Wiley-Blackwell Hybels, S. & Weaver, R. L. (2001). Communicating Effectively (6th ed). New York: McGraw Hill. Indarini, N. (2011). Kebanyakan Bermotif Ekonomi, Nikah Muda Tanpda Proses Pacaran. Diakses pada 9 Maret 2014 dari Kami, I. M. (2013). Wamenag: Dulu Perceraian Aib Besar, Sekrang Jadi Kebanggaan. Diakses Pada 4 Maret 2014 dari Kementrian Agama Republik Indonesia. (2014). Wamenag; Optimalkan Fungsi Pencegahan Perceraian. Diakses pada 14 April 2014 dari Lahey, B. B. (2009). Psychology: An Introduction (10th ed). New York: McGraw Hill. Lauer, R. H. & Lauer, J. C. (2000). Marriage and Family: The Quest For Intimacy (4th ed). United States of America: McGraw-Hill. Miller, K. (2005). Communication Theories Perspective, Procesess, and Context (2nd ed). Singapore: McGraw Hill Mönks, dkk. (2006). Psikologi Perkembangan, pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Musdalifah. (2012). Menyelamatkan Keluarga Indonesia. Diakses pada 8 Maret 2014 dari

9 Nawawi, Q. (2013). Duh, Angka Perceraian di Indonesia Tertinggi di Asia Pasifik. Diakses pada 13 Maret 2014 dari Noller, P., Feeney, J. A., Peterson, C. (2001). Personal Relationship Across the Lifespan. New York: Psychology Press. Opt, S.K & Loffredo, D. A. (2000). Rethinking Communication Apprehension: A Myers-Briggs Perspective. The Journal of Psychology134 (5), Diakses pada 5 Desember 2013 dari database ProQuest Research Library. Paruntu, A. S. M. (1998). Hubungan Antara Komunikasi Intim dengan Kepuasan Perkawinan. Skripsi tidak diterbitkan. Depok: Jurusan Psikologi Universitas Indonesia. Pearson, J. C. (1985). Gender and Communication. USA: Wm. C. Brown Company Publishers. Priyatno, D. (2013). Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom Purwadi, D. (2012). Angka Perceraian Pasangan Indonesia Naik Drastis 70 Persen.Diakses pada 29 April 2013 dari Schneewind, K. A & Gerhard, A. K. (2002). Relationship Personality, Conflict Resolution, and Marital Satisfaction in the First 5 Years of Marriage. Family Relation, 51 (1), Diakses pada 3 November 2013 dari database ProQuest Research Library. Shaughnessy, J. J., Zechmeister, E. B., & Zechmeister, J. S. (2006). Research Methods in Psychology (8th ed). New York: McGraw Hill. Sujanto, A., Lubis, H., Hadi, T. (1984). Psikologi Kepribadian. Surabaya: Aksara Baru. Suryabrata, S. (2002). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Undang-Undang Republik Indoneia No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 Tentang Perkawinan. Diakes pada 11 April 2014 dari RIWAYAT PENULIS PERSONAL DETAILS Full Name Sex : Indri Putriani : Female Place, Date of Birth : Jakarta, July 15 th, 1992 Nationality Marital Status Religion Address : Moslem : Indonesian : Single : Jalan Bambu II No. 92 RT/RW 008/006 Srengseng Kembangan, West Jakarta Mobile : Phone : (021) indri.putriani@yahoo.com EDUCATIONAL BACKGROUND : SD 13 State Elementary School, West Jakarta, Indonesia : SMP 134 State Junior High School, West Jakarta, Indonesia : SMA 85 State Senior High School, West Jakarta, Indonesia 2010-present : Binus University Major of Faculty of Psychology ORGANIZATIONAL EXPERIENCE Member of Event Division of Garage Sale Faculty of Psychology, Binus University for Period 2010

10 Member of Event Division of Inaction Faculty of Psychology, Binus University for Period 2011 Member of Event Division of Malam Keakraban Faculty of Psychology, Binus University for Period 2011 WORKING EXPERIENCE Part time as laboratory assistant at the department of Psychology Bina Nusantara University for Period My duties are to teach practicum class of Pengantar dan Aplikasi Psikodiagnostik. Part time in a research at Bina Nusantara University which contribution with TIRI institutions for Period My duties are to create test items based on some competence refers to integrity and distributed questionnaires in pilot test 1 and 2 to see validity and consistency of test items. Internship as assistant Psychologist at Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta for Period July September SKILLS Computer Ability Microsoft Office (Microsoft Word, Microsoft Excel, Microsoft Power Point) Languages Indonesia and English

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tipe Kepribadian Kepribadian (personality) adalah suatu pola watak yang relatif permanen dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualitas bagi perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini, terdapat dua buah variabel yang ingin diteliti. Variabel yang pertama

Lebih terperinci

Bordens K. S., & Abbott, B. B. (2008). Research Design and Methods, (7th ed). New York: MC-Graw Hill. Brown, T., dkk. (2011). Predictors of Empathy in

Bordens K. S., & Abbott, B. B. (2008). Research Design and Methods, (7th ed). New York: MC-Graw Hill. Brown, T., dkk. (2011). Predictors of Empathy in DAFTAR PUSTAKA Adnamazida, R. (2012). 7 faktor penyebab perceraian. Diakses pada 29 April 2013 dari http://www.merdeka.com/gaya/7-faktor-penyebab-perceraian.html. Aliyah, P. (2013). Hubungan Tipe Kepribadian

Lebih terperinci

TIPE KEPRIBADIAN DAN TAHAPAN KOMUNIKASI INTIM PADA DEWASA AWAL

TIPE KEPRIBADIAN DAN TAHAPAN KOMUNIKASI INTIM PADA DEWASA AWAL ISSN: 2087-1236 Volume 6 No. 3 Juli 2015 humaniora Language, People, Art, and Communication Studies humaniora Vol. 6 No. 3 Hlm. 291-432 Jakarta Juli 2015 ISSN: 2087-1236 ISSN 2087-1236 humaniora Language,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL

BAB 4 ANALISIS HASIL BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Data Responden Dalam penelitian diperoleh data dari 70 orang responden. Namun, hanya terdapat 53 responden yang datanya dapat dipergunakan untuk dilakukan analisa. Berikut ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian & Teknik Sampling 3.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa dan siswi Pesantren X dengan rentang usia 13-17 tahun yang duduk di

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah menjalani usia pernikahan selama 5 tahun pertama yang berjumlah 100 responden. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan awal terbentuknya kehidupan keluarga. Setiap pasangan yang mengikrarkan diri dalam sebuah ikatan pernikahan tentu memiliki harapan agar pernikahan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HUMOR STYLES DAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA DEWASA MADYA DI JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA HUMOR STYLES DAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA DEWASA MADYA DI JAKARTA HUBUNGAN ANTARA HUMOR STYLES DAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA DEWASA MADYA DI JAKARTA Liliana Binus University Kampus Kijang, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah, Jakarta Barat 11480, Telp.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai variasi nilai, baik itu kejadian, situasi, perilaku maupun karakteristik

Lebih terperinci

Profil Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Wanita Karir Usia Tahun Yang Belum Menikah

Profil Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Wanita Karir Usia Tahun Yang Belum Menikah Profil Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Wanita Karir Usia 26-29 Tahun Yang Belum Menikah Catri Damayanti Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi.¹ Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Secara umum kepribadian (personality) suatu pola watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi perilaku

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini difokuskan pada pasangan yang sudah menikah dengan proses pacaran dan proses ta aruf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Selain itu, bab ini juga berisikan saran, baik saran metodologis maupun saran praktis

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena menurut data dari Pengadilan Tinggi tahun 2010, Bandung menempati

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Edwina Renaganis Rosida 1, Tri Puji Astuti 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis dari hasil. Dalam sub bab ini akan dijabarkan terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Interpersonal Sebagaimana diungkapkan Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membina hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan dalam pandangan orang dewasa mengenai pernikahan. Hal ini didukung

Lebih terperinci

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi INTUISI 7 (1) (2015) INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi HUBUNGAN ANTARA ADULT ATTACHMENT STYLE DENGAN KOMITMEN PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL Binti Khumairoh

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Purpose of Life pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi di Universitas X Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DALAM TA ARUF DAN KEPUTUSAN MENIKAH KELOMPOK TARBIYAH PKS CABANG POLOKARTO

HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DALAM TA ARUF DAN KEPUTUSAN MENIKAH KELOMPOK TARBIYAH PKS CABANG POLOKARTO 47 HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DALAM TA ARUF DAN KEPUTUSAN MENIKAH KELOMPOK TARBIYAH PKS CABANG POLOKARTO Aji Anung Aryanto Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Dewina Pratitis Lybertha, Dinie Ratri Desiningrum Fakultas Psikologi,Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Univesitas

BAB 3 METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Univesitas BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Univesitas Bina Nusantara. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai kesimpulan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian, diskusi mengenai hasil penelitian berdasarkan hasil analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial ditakdirkan untuk berpasangan yang lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan bahwa pernikahan adalah salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA Ade Tri Wijayanti, Endang Sri Indrawati Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Profil Subjek Penelitian Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus University angkatan 2011 dan angkatan 2012 dengan hasil yang mengisi 124 orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu dimensi humor styles dan kepuasan

Lebih terperinci

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KONFLIK PERAN PEKERJAAN-KELUARGA DAN FASE PERKEMBANGAN DEWASA PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Terdapat enam variabel dalam penelitian ini, yaitu faktor kepribadian yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka dan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan tipe penelitian survei, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka dan bertujuan

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN KESENJANGAN KONSEP PERAN SUAMI ISTRI

PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN KESENJANGAN KONSEP PERAN SUAMI ISTRI 1 2 3 PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN KESENJANGAN KONSEP PERAN SUAMI ISTRI Novi Qonitatin Fakultas Psikologi Universitas Dipoengoro qonitatin_novi@yahoo.co.id ABSTRAK Perkawinan merupakan kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai salah satu dari lima agama yang diakui di Indonesia, sangat menekankan tentang bagaimana seorang muslim seharusnya menjalankan pernikahan. Namun sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KETIDAKPASTIAN DAN KONSEP DIRI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KOMUNIKASI PRIA PADA TAHAP PERKENALAN DENGAN WANITA

HUBUNGAN TINGKAT KETIDAKPASTIAN DAN KONSEP DIRI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KOMUNIKASI PRIA PADA TAHAP PERKENALAN DENGAN WANITA HUBUNGAN TINGKAT KETIDAKPASTIAN DAN KONSEP DIRI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KOMUNIKASI PRIA PADA TAHAP PERKENALAN DENGAN WANITA S K R I P S I Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan Antara Penyesuaian Perkawinan dengan Kepuasan Perkawinan. B. Identifikasi Variabel Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1 Lembang. Pemilihan SMA Negeri 1 Lembang karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang telah menerapkan kurikulum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai pengertian Kemampuan Memecahkan Masalah sosial dan rasa Humor, faktorfaktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN RIMA AMALINA RAHMAH Langgersari Elsari Novianti, S.Psi., M.Psi. 1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang diolah dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK Perkawinan saat ini diwarnai dengan gaya hidup commuter marriage. Istri yang menjalani

Lebih terperinci

Salatiga, 25 Januari Kepada Yth.

Salatiga, 25 Januari Kepada Yth. Salatiga, 25 Januari 2017 Kepada Yth. Dengan hormat, Berdasarkan informasi perihal lowongan pekerjaan di perusahaan yang Bapak/ Ibu pimpin, melalui surat lamaran ini saya ingin mengajukan diri untuk bergabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DOSEN DAN MAHASISWA DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

HUBUNGAN EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DOSEN DAN MAHASISWA DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA HUBUNGAN EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DOSEN DAN MAHASISWA DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Lisu Purnama Sari, Dra. Lisa Ratriana Chairiyati, M.Si Universitas

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, definisi yang akan dijelaskan secara lebih mendalam oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, definisi yang akan dijelaskan secara lebih mendalam oleh BAB 2 LANDASAN TEORI Pada penelitian ini, definisi yang akan dijelaskan secara lebih mendalam oleh peneliti berkaitan dengan 3 hal, yaitu intensitas komunikasi melalui fitur blackberry messenger, kepribadian

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat derajat Self-Disclosure pada pasangan suami istri yang telah menikah 0-5 tahun di Gereja X Bandung. Penelitian ini menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diuji adalah: 1. Variable (X): Materialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

ABSTRACT Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT This research entitled Relation between Work Interfering with Family and Marital Satisfaction of working husband/wife at Bandung, the purpose of this research is to obtain an overview about how

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III. 1. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 23 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Bagian pertama berisi permasalahan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel tergantung : Kepuasan perkawinan. Variabel bebas : a. Self-esteem b. Penghargaan suami B. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional

Lebih terperinci

APLIKASI PENJUALAN, PEMBELIAN DAN RETUR PADA PT GLORIA CIPTA KARYA

APLIKASI PENJUALAN, PEMBELIAN DAN RETUR PADA PT GLORIA CIPTA KARYA APLIKASI PENJUALAN, PEMBELIAN DAN RETUR PADA PT GLORIA CIPTA KARYA Ivan Alexander, David Presly Cornelius, Fredick Soputra, Abdul Aziz Program Studi Teknik Informatika, Universitas Bina Nusantara Email

Lebih terperinci

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA Maya Marsiana Kowira mayamarsiana@gmail.com Dosen Pembimbing: Moondore Madalina Ali, B.Sc.,M.Sc., Ph.D Binus University:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tugas seorang individu yang berada pada tahap dewasa awal menurut Erikson (Desmita, 2005) adalah adanya keinginan untuk melakukan pembentukan hubungan

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian

Bab 3. Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3. 1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3. 1. 1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel 1 : Persepsi Stres Definisi Operasional : Tinggi rendahnya persepsi terhadap stres

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai

Lebih terperinci

Bab 3 Desain Penelitian

Bab 3 Desain Penelitian Bab 3 Desain Penelitian Bab ini akan menjabarkan variabel penelitian (definisi operasional dan hipotesis), responden penelitian, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kasus perceraian bisa terjadi pada siapa saja, menurut Kepala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kasus perceraian bisa terjadi pada siapa saja, menurut Kepala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus perceraian bisa terjadi pada siapa saja, menurut Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kemenag Muharam Marzuki Angka perceraian di Indonesia lima tahun terakhir

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: conflict resolution style, dewasa awal, pacaran. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: conflict resolution style, dewasa awal, pacaran. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perceraian disebabkan salah satunya oleh penyelesaian konflik yang tidak konstruktif. Sebagai tindakan preventif sebelum menikah, diperlukan adanya penyelesaian konflik yang konstruktif sehingga

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN Efitri Novalina Siboro*, Iwan Rusdi ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU ** Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman e-issn :

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman e-issn : JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman 15-21 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR DOMINAN PENYEBAB PERNIKAHAN USIA DINI di KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dari skala kepuasan perkawinan dan keterbukaan diri peneliti melakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY 1 RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY Brian Shendy Haryanto, Sri Hartati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro brianlagiapa@gmail.com

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan pribadi, sedangkan manusia sebagai makhluk sosial yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar mahasiswa strata satu adalah individu yang memasuki masa dewasa awal. Santrock (2002) mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil penelitian ini

BAB V PENUTUP. dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil penelitian ini BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis statistik nonparametrik dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe kepribadian, domisili, jenis kendaraan Profil Responden Berdasarkan Usia

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe kepribadian, domisili, jenis kendaraan Profil Responden Berdasarkan Usia BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Berikut ini akan dijelaskan perihal profil dari para responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe kepribadian, domisili, jenis kendaraan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen Komunikasi ISSN:

Prosiding Manajemen Komunikasi ISSN: Prosiding Manajemen Komunikasi ISSN: 2460-6537 Hubungan antara Komunikasi Interpersonal dengan Kinerja Anggota Transmania Bandung dalam Program Transmania Broadcast Session 2017 Relationship between Interpersonal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari

Lebih terperinci

Abstrak. viii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. viii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara Trait Extraversion dan dimensi-dimensi Self-Disclosure pada remaja pengguna Twitter di SMA Negeri X Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja akhir merupakan masa yang telah mengalami penyempurnaan kematangan secara fisik, psikis dan sosial. Masa remaja akhir berada direntang usia 18-21

Lebih terperinci

Perbedaan Communication Privacy Management di Media Sosial Twitter pada Remaja dengan Tipe Kepribadian Extravert dan Introvert

Perbedaan Communication Privacy Management di Media Sosial Twitter pada Remaja dengan Tipe Kepribadian Extravert dan Introvert Perbedaan Communication Privacy Management di Media Sosial Twitter pada Remaja dengan Tipe Kepribadian Extravert dan Introvert Anya Cahyaning Tiyarestu Rudi Cahyono Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah

Lebih terperinci

Selviana Elisa. Dibimbing Oleh : Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si.

Selviana Elisa. Dibimbing Oleh : Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si. Studi Mengenai Gambaran Attachment Style Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Angkatan 2014 Dalam Menjalin Relasi Dengan Civitas Akademika Selviana Elisa Dibimbing Oleh : Drs. Amir

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMAN UNGGULAN BERDASARKAN NILAI UN DI DKI JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMAN UNGGULAN BERDASARKAN NILAI UN DI DKI JAKARTA HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMAN UNGGULAN BERDASARKAN NILAI UN DI DKI JAKARTA Agnes Resti Paramita Antonina Pantja Juni Wulandari S.Sos.,

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci