BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, definisi yang akan dijelaskan secara lebih mendalam oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, definisi yang akan dijelaskan secara lebih mendalam oleh"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada penelitian ini, definisi yang akan dijelaskan secara lebih mendalam oleh peneliti berkaitan dengan 3 hal, yaitu intensitas komunikasi melalui fitur blackberry messenger, kepribadian ekstrovert dan introvert serta dewasa muda awal. 2.1 Intensitas Komunikasi Melalui Fitur Blackberry Messenger Komunikasi Menurut Devito (2009), komunikasi didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan satu orang atau lebih dalam hal mengirim dan menerima pesan yang terhalang oleh gangguan, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Gangguan yang dapat terjadi pada saat berkomunikasi terdiri dari 3 hal, yaitu: 1. Gangguan secara fisik, yaitu suara-suara yang ada disekitar pengirim dan penerima pesan yang keras dan menggangu. Hal ini dapat membuat pesan yang ingin disampaikan komunikator (pihak yang mengirimkan pesan) kepada komunikan (pihak yang menerima pesan) menjadi terganggu. 2. Gangguan psikologis, yaitu prasangka dan bias yang terjadi pada penerima pesan serta adanya pikiran yang sempit. 3. Gangguan semantik, misalnya: pengirim pesan menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh penerima pesan. Keadaaan seperti ini, digolongkan mengalami gangguan secara semantik. 10

2 Selain itu, menurut Supratiknya (1995), komunikasi mempunyai dua definisi yaitu secara luas dan sempit. Komunikasi dalam arti luas adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik secara verbal maupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Sementara itu, komunikasi dalam arti sempit diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima. Setiap terjadinya aktivitas komunikasi antar pribadi, pastilah kedua belah pihak saling mengirimkan lambang-lambang yang mempunyai makna tertentu. Lambang-lambang tersebut bisa dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan, gesture (bahasa tubuh), ekspresi dan ungkapan tertentu (Johnson dalam Supratiknya, 1995). Disisi lain, perlu diketahui pula bahwa aktivitas komunikasi juga dapat memberikan dampak atau efek bagi pelakunya yang meliputi 3 aspek, yaitu dampak secara intelektual atau kognitif, contohnya: berkomunikasi dapat menambah pengetahuan tentang berbagai hal yang sebelumnya belum diketahui, dampak afektif yaitu berkomunikasi dapat mengetahui sikap-sikap yang tidak baik, menyatakan emosi dan perasaan yang dirasakan dan efek psikomotor yaitu dengan komunikasi dapat mengetahui gerakangerakan baru perihal cara melempar dan menendang bola yang baik (Devito,2009). 11

3 Menurut Devito, (2009) sifat komunikasi terbagi dalam 2 jenis yaitu: 1. Komunikasi secara langsung, artinya komunikasi yang dilakukan dengan saling bertatap muka antar pihak-pihak yang terlibat dalam suatu aktivitas komunikasi tanpa menggunakan perantara media. 2. Komunikasi secara tidak langsung, artinya komunikasi yang dilakukan dengan tidak bertemu secara langsung atau bertatap muka antar pihak-pihak yang terlibat dalam suatu aktivitas komunikasi, melainkan aktivitas komunikasi dilakukan dengan menggunakan perantara media komunikasi, seperti: handphone, , yahoo messenger & blackberry messenger Intensitas Komunikasi Intensitas komunikasi merupakan istilah atau terminology yang disarikan dari social penetration theory (Devito, 2009). Teori ini menjelaskan bahwa diri individu terdiri dari sejumlah lapisan seperti pengalaman, pengetahuan, ide, sikap, pemikiran dan tingkah laku. Sementara itu, definisi intensitas komunikasi yaitu tingkat kedalaman dan keluasan pesan yang muncul dalam aktivitas komunikasi yang dilakukan antar individu (Devito, 2009). Menurut Devito (2009), untuk dapat mengukur intensitas komunikasi antar individu dapat ditinjau dari enam aspek, yaitu: 1. Frekuensi berkomunikasi. Frekuensi berkomunikasi terkait dengan tingkat keseringan seseorang dalam melakukan aktivitas komunikasi. 12

4 2. Durasi yang digunakan untuk berkomunikasi. Durasi yang digunakan untuk berkomunikasi merujuk pada lamanya waktu yang digunakan pada saat melakukan aktivitas komunikasi. 3. Perhatian yang diberikan saat berkomunikasi. Perhatian yang diberikan saat berkomunikasi diartikan sebagai fokus yang dicurahkan oleh partisipan komunikasi pada saat berkomunikasi. 4. Keteraturan dalam berkomunikasi Keteraturan dalam berkomunikasi menunjukkan kesamaan sejumlah aktivitas komunikasi yang dilakukan secara rutin dan teratur. 5. Tingkat keluasan pesan saat berkomunikasi & Jumlah orang yang diajak berkomunikasi Tingkat keluasan pesan saat berkomunikasi mempunyai arti ragam topik maupun pesan yang dibicarakan pada saat berkomunikasi dan jumlah orang yang diajak berkomunikasi berkaitan dengan kuantitas atau banyaknya orang yang diajak untuk berkomunikasi pada saat melakukan aktivitas komunikasi. 6. Tingkat kedalaman pesan saat berkomunikasi Tingkat kedalaman pesan saat berkomunikasi merujuk pada pertukaran pesan secara lebih detail yang ditandai dengan kejujuran, keterbukaan dan sikap saling percaya antar partisipan pada saat berkomunikasi. 13

5 Penjelasan perihal enam aspek untuk mengukur intensitas komunikasi sejalan dan diperkuat melalui penelitian sebelumnya yang dilansir oleh kesimpulan.com, (2009) perihal intensitas komunikasi atasan dan bawahan untuk menumbuhkan motivasi kerja. Dalam laporan penelitian akademis tersebut, dijelaskan bahwa untuk dapat mengukur intensitas komunikasi antar pribadi dapat terlihat dari enam aspek yang telah peneliti jelaskan sebelumnya. Terkait dengan Intensitas komunikasi, Menurut Supratiknya (1995), suatu aktivitas dan proses komunikasi dapat dikatakan mempunyai intensitas yang mendalam apabila komunikasi tersebut berada pada taraf pertama yaitu hubungan puncak yang merupakan taraf tertinggi dari lima taraf komunikasi yang dilakukan antar pribadi. Berikut penjelasan perihal kelima taraf komunikasi: 1. Taraf kelima yaitu basa-basi, hal ini merupakan taraf komunikasi yang paling dangkal, biasanya terjadi pada dua orang yang hanya bertemu secara kebetulan. Jadi pada taraf ini tidak terjadi komunikasi yang sebenarnya, hal ini disebabkan karena setiap pihak yang terlibat dalam aktivitas komunikasi tidak membuka diri kepada yang lain. 2. Taraf keempat yaitu membicarakan orang lain, pada taraf ini sudah mulai saling memberikan tanggapan dalam suatu aktivitas komunikasi, tetapi tetap masih dalam taraf komunikasi yang dangkal, dikarenakan komunikasi yang berlangsung tidak membahas diri sendiri dan masih belum terbuka. 14

6 3. Taraf ketiga yaitu menyatakan pendapat dan gagasan, pada taraf ketiga ini terlihat sudah mulai membuka diri namun pengungkapan diri tersebut masih berada pada taraf pikiran. 4. Taraf kedua yaitu taraf hati atau mengungkapkan perasaan. Pada taraf ini aktivitas komunikasi yang berlangsung sudah memasuki tahap membuka diri dalam hal menceritakan kekurangan diri sendiri kepada orang lain, jujur terhadap diri sendiri maupun pada orang yang diajak berkomunikasi serta berani untuk mengekspresikan perasaan yang dirasakan. Maka pada taraf ini hubungan pertemanan maupun persahabatan antar sesama akan terasa lebih akrab dan dekat. 5. Taraf yang terakhir atau taraf pertama yaitu hubungan puncak. Pada taraf ini ditandai dengan sikap jujur, terbuka dan saling percaya antar sesama dalam hal ini antara komunikator (pihak yang mengirimkan pesan) maupun komunikan (pihak yang menerima pesan). Jadi tidak ada perasaan takut, khawatir dan merasa bahwa kepercayaan yang telah diberikan itu disia-siakan dengan begitu saja. Pada taraf kelima inilah atau yang disebut sebagai hubungan puncak, dapat dikatakan bahwa suatu komunikasi telah memasuki tahapan intensitas komunikasi yang mendalam (Supratiknya, 1995) Fitur Blackberry Messenger Fitur BBM (Blackberry Messenger) adalah aplikasi pesan cepat khusus untuk pemilik smartphone blackberry dengan tata letak gaya chatting dan karakter yang tidak terbatas, sehingga fitur BBM 15

7 memudahkan penggunanya untuk dapat berkomunikasi, bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya (Id.blackberry.com, 2010). 2.2 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert, Kepribadian Kata kepribadian atau yang sering disebut sebagai personality dalam bahasa inggris, sesungguhnya kata tersebut berasal dari bahasa yunani kuno prosopon atau persona, yang memiliki arti topeng. Topeng ini sering digunakan dalam pertunjukkan teater untuk mewakili karakteristik kepribadian tertentu. Berdasarkan penjelasan tersebut, kepribadian dalam ranah ilmiah dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat internal, relatif permanen, menuntun, mengarahkan dan mengorganisir aktivitas manusia (Alwisol, 2008). Secara umum, kepribadian juga mempunyai lima ciri secara definisi yang memiliki nilai persamaan, yaitu 1. Kepribadian bersifat umum artinya kepribadian dapat menunjukkan sifat umum dari seseorang dalam hal pikiran, kegiatan dan perasaan yang berpengaruh secara sistematik terhadap tingkah laku individu tersebut. 2. Kepribadian secara khas artinya kepribadian dapat menjelaskan sifat khas dari setiap individu dan hal tersebut yang membedakan dirinya dengan orang lain. 3. Kepribadian relatif permanen mempunyai arti bahwa kepribadian digunakan untuk dapat menjelaskan serta menggambarkan sifat 16

8 setiap individu yang relatif permanen atau menetap dan cenderung tidak mudah untuk berubah. 4. Kepribadian bersifat kesatuan memiliki arti kepribadian dipakai untuk memandang diri sebagai unit-unit yang membentuk satu kesatuan yang utuh 5. Kepribadian dapat berfungsi baik atau buruk, karena kepribadian adalah cara setiap individu memandang keberadaannya di dunia dan hal itu dapat terlihat dari bagaimana individu tersebut akan lebih cenderung untuk menampilkan diri sebagai pribadi yang baik, positif dan kuat atau sebaliknya, individu akan lebih memilih untuk menampilkan dirinya sebagai pribadi yang lemah dan tidak baik (Alwisol, 2008) Stuktur Kepribadian Menurut Jung (dalam Alwisol, 2008), kepribadian atau psyche adalah mencangkup keseluruhan pikiran, perasaan dan tingkah laku. Pada dasarnya kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Selain itu, kepribadian atau psyche ialah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari, sehingga jiwa manusia pada dasarnya terdiri dari 2 alam yaitu alam sadar (kesadaran) dan alam tidak sadar (ketidaksadaran). Alam sadar berfungsi sebagai penyesuian terhadap dunia luar, sedangkan alam tak sadar berfungsi sebagai penyesuaian terhadap dunia dalam. Struktur kesadaran terbagi dalam 2 jenis, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa. fungsi jiwa menurut Jung (dalam Alwisol, 17

9 2008) terbagi dalam 4 dimensi, yaitu pikiran (thinking), perasaan (feeling), pengindraan (sensing) dan intuisi (intuition) serta sikap jiwa terbagi dalam 2 jenis, yaitu ekstrovert dan introvert. Stuktur ketidaksadaran pada setiap manusia menurut Jung (dalam Suryabrata, 2002), terbagi dalam 2 jenis, yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran pribadi berisi halhal dan peristiwa yang dialami serta diperoleh individu selama hidupnya, seperti: ingatan, hal-hal yang tertekan dan emosi-emosi yang dirasakan, sedangkan aspek ketidaksadaran kolektif mengandung isi yang diperoleh selama pertumbuhan jiwa seluruhnya yaitu pertumbuhan jiwa melalui generasi terdahulu Ekstrovert dan Introvert Pembahasan perihal ekstrovert dan introvert dalam ranah psikologi kepribadian, dikaji secara mendalam oleh 2 orang tokoh psikologi yaitu Carl Gustav Jung dan Hans Eysenk. Menurut Jung dalam (Suryabrata, 2002) yang pertama kali mengembangkan konsep ekstrovert dan introvert, Jung melihat kedua hal ini sebagai perbedaan aspek sikap yang dimiliki oleh setiap manusia dalam kepribadiannya. Menurut Jung, Ekstrovert diartikan sebagai individu yang dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu segala sesuatu yang berasal dari luar dirinya dan introvert adalah individu yang dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu segala sesuatu yang berasal dari dalam dirinya (Suryabrata, 2002). 18

10 Sementara itu, menurut Eysenk (dalam Alwisol, 2008), konsep ekstrovert dan introvert dijadikan dasar untuk dapat melihat perbedaan tipe kepribadian manusia atau dapat dikatakan secara konsep masih seiring sejalan dengan yang dikemukan oleh Carl Jung, namun yang menjadi perbedaannya adalah Eysenk melihat bahwa introvert dan ekstrovert merupakan bagian dari dimensi affective yang dimiliki oleh setiap individu (Suryabrata, 2002). Berdasarkan penjelasan ekstrovert dan introvert dari kedua tokoh psikologi Carl Gustav Jung dan Hans Eysenk. Peneliti lebih cenderung untuk memilih dan menggunakan penjelasan serta kriteria ekstrovert dan introvert dari sisi Carl Gustav Jung, karena menurut peneliti, teori perihal ekstrovert dan introvert yang dikemukakan oleh Jung sangat sesuai dengan penelitian ini dan perlu diketahui juga bahwa dari kedua aspek sikap tersebut, pada dasarnya dimiliki oleh setiap individu, namun Jung juga menjelaskan bahwa salah satu dari kedua aspek sikap tersebut akan terlihat lebih dominan pada diri seseorang jika dibandingkan dengan aspek sikap lainnya (Alwisol, 2008) Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Karakteristik kepribadian individu dengan aspek sikap ekstrovert adalah mempunyai sifat terbuka, mudah untuk bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain, sedangkan karakteristik individu yang introvert adalah lebih menyukai aktivitas individual, kurang pandai dalam bersosialisasi dan bergaul dengan orang lain serta 19

11 memiliki sifat tertutup (Hwu, 2007). Selain itu, menurut Hedges, (1993) yang mengembangkan teori tipologi Jung menyatakan bahwa terdapat perbedaan karakteristik yang lebih kompleks antara orang yang bertipe ekstrovert dengan introvert, yaitu: Karakteristik orang dengan tipe kepribadian ekstrovert: 1. Perhatiannya tertuju pada dunia diluar dirinya. 2. Mendapatkan energi melalui orang lain. 3. Menyaring isi pikiran, perasaan dan ide dari orang lain. 4. Cenderung berkomunikasi secara lisan. 5. Minatnya menyebar. 6. Bicara terlebih dahulu baru berpikir. 7. Ekspresif dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru. 8. Terbuka dan suka berteman. 9. Tidak canggung dan ramah. 10. Suka bekerja sama dengan orang lain. Karakteristik orang dengan tipe kepribadian introvert: 1. Perhatiannya tertuju pada dunia dalam dirinya. 2. Mendapatkan energi dari dalam dirinya. 3. Menyaring ide dan isi pikiran dari dalam diri. 4. Cenderung berkomunikasi secara tulisan. 5. Minatnya mendalam. 6. Berpikir terlebih dahulu baru berbicara. 7. Mengalami kesulitan perihal menjalin hubungan sosial dengan orang lain. 8. Mempunyai sifat tertutup. 20

12 9. Pemalu dan sulit beradaptasi dengan lingkungan yang baru. 10. Lebih senang bekerja sendiri. Dari penjelasan karakteristik ekstrovert maupun introvert yang telah dijelaskan sebelumnya, maka sesungguhnya dapat terlihat perbedaan yang cukup signifikan atau sangat bertolak belakang antar kedua aspek sikap tersebut. Menurut Hedges (1993), dijelaskan pula perihal kekuatan dan kelemahan dari masing-masing tipe kepribadian baik ekstrovert maupun introvert, yaitu: Kekuatan individu dengan tipe introvert: 1. Bekerja sendirian. 2. Berpikir sendirian. 3. Tidak impulsif dan rileks. 4. Mempunyai arah dan tujuan yang jelas. 5. Bekerja dengan ide-ide. Kekuatan individu dengan tipe ekstrovert: 1. Berinteraksi dengan orang disekitarnya. 2. Menggunakan musyawarah kelompok dalam menyelesaikan masalah. 3. Menyertakan orang lain dalam membuat dan mengambil suatu keputusan. 4. Mengerti apa yang orang - orang disekitarnya inginkan. Kelemahan individu dengan tipe introvert: 1. Kurang pengetahuan tentang dunia diluar dirinya. 2. Kurang perhatian dengan keadaan disekitarnya. 21

13 3. Tidak menyumbangkan pendapatnya pada saat memutuskan suatu keputusan. Kelemahan individu dengan tipe ekstrovert: 1. Lebih menyukai mengerjakan tugas tugas yang berkelompok dibandingkan tugas individu & perhatiannya tergantung pada dunia luar dirinya. 2. Tidak mempunyai arah dan tujuan yang sudah terencana diawal Gaya Komunikasi Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Gaya Komunikasi adalah suatu ciri khas yang dimiliki setiap individu dan hal inilah yang membedakan antara orang yang satu dengan yang lain (Soemirat, Ardianto, & Suminar dalam Aprillia, 2006). Perbedaan gaya komunikasi antar individu dapat terlihat dari ciri-ciri atau model dalam berkomunikasi, tata cara berkomunikasi, cara berekspresi dalam berkomunikasi dan tanggapan yang diberikan atau ditunjukkan pada saat berkomunikasi (Soemirat, Ardianto, & Suminar dalam Aprillia, 2006). Ditinjau dari aspek kepribadian ekstrovert dan introvert, maka terdapat perbedaan dalam hal gaya komunikasinya. Orang yang ekstrovert cenderung menggunakan model komunikasi secara lisan, artinya individu yang memiliki kepribadian ekstrovert lebih menyukai komunikasi melalui kata-kata yang langsung diucapkan pada saat bertemu langsung dengan lawan bicaranya dibandingkan komunikasi secara tertulis. Ditinjau dari tata cara dan ekspresi dalam berkomunikasi, para individu yang memiliki kepribadian ekstrovert 22

14 lebih terlihat ekspresif dan cenderung kurang memperhatikan susunan atau alur dalam berkomunikasi. Selain itu, dalam memberikan respon terhadap suatu komunikasi, orang yang mempunyai kepribadian ekstrovert cenderung lebih ramah menghindari NATO (Not Action Talk Only) yang dapat terlihat melalui perilaku tidak hanya berbicara tetapi dengan segera mengambil suatu tindakan (Liaw, 2005). Perbedaan ditunjukkan orang-orang yang memiliki tipe kepribadian introvert, yaitu cenderung menggunakan model komunikasi secara secara tertulis, artinya para introvert tidak terlalu menyukai komunikasi melalui kata-kata yang diucapkan secara langsung pada saat bertemu lawan bicaranya dan lebih memilih untuk berkomunikasi secara tertulis. Selain itu, individu yang memiliki kepribadian introvert kurang terlihat ekspresif tetapi sangat memperhatikan susunan atau alur dalam berkomunikasi dan cenderung proses komunikasi terlihat berjalan sangat lambat pada saat memberikan respon terhadap suatu proses komunikasi karena orang dengan tipe kepribadian introvert lebih memilih untuk merenungkan dan menganalisis setiap informasi yang diterimanya (Liaw, 2005). 2.3 Perkembangan Dewasa Muda Awal Menurut Santrock (2010), seorang yang memasuki status sebagai mahasiswa pada umumnya tergolong dalam masa perkembangan dewasa muda awal dengan rentan usia antara 18 tahun 25 tahun. Setiap orang 23

15 dalam tahapan usianya, memiliki ciri-ciri perkembangan yang dapat secara nyata melalui tugas-tugas perkembangan. Dalam konteks tahapan perkembangan dewasa muda awal dalam hal ini mahasiswa, menurut Santrock (2010) seorang yang berada dalam tahapan dewasa muda awal memiliki tugas perkembangan meliputi 3 dimensi, yaitu: Perkembangan fisik, kognitif dan psikososial Perkembangan Fisik 1. Puncak dan penurunan secara fisik Status fisik puncak dicapai antara rentang usia tahun, terutama pada usia tahun. Kesehatan dan kebugaran tubuh juga mengalami puncaknya pada usia tersebut. Tetapi disisi lain penurunan kualitas kondisi fisik juga terjadi pada tahapan perkembangan ini yaitu pada masa dewasa muda awal. 2. Nutrisi dan perilaku makan Pada tahapan perkembangan dewasa muda awal rentan terhadap kelebihan berat badan yang disebabkan karena perilaku pola makan yang tidak teratur serta melibatkan faktor genetik, psikologis dan lingkungan. Akhirnya untuk mendapatkan berat badan yang ideal, para dewasa muda awal melakukan program untuk menurunkan berat badan atau yang biasa disebut dengan diet. Diet dipandang sebagai salah satu cara atau solusi yang dapat dilakukan untuk dapat memperoleh bentuk tubuh yang ideal. Tapi sering kali, proses diet yang dilakukan oleh para dewasa muda awal kurang sehat, karena tidak memperhatikan nutrisi dan asupan makanan yang 24

16 diperlukan tubuh. sehingga pola diet yang dilakukan pada umumnya yaitu dengan cara mengurangi pola makan. 3. Olahraga Pada tahap perkembangan dewasa muda awal, salah satu hal yang dipandang penting untuk dilakukan secara rutin untuk menjaga kebugaran dan kesehatan badan adalah dengan melakukan berolahraga secara teratur, karena dengan berolahraga dapat mendatangkan efek positif bagi setiap individu yang melakukannya agar dapat terhindar dari resiko penyakit jantung dan penyakit lainnya. 4. Ketergantungan dan Pemulihan Salah satu hal yang juga kerap kali dihadapi oleh para dewasa muda awal adalah resiko terhadap ketergantungan alkohol maupun obat-obatan. Hal ini harus dihindari dan cara yang dapat ditempuh untuk dapat pulih dari ketergantungan tersebut adalah dengan mendapatkan dukungan sosial baik dari keluarga, saudara, sahabat dan lingkungan. Melalui cara tersebut, diharapkan proses pemulihan dapat berlangsung dengan lebih cepat dan hasilnya menjadi lebih optimal Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif pada dewasa muda awal juga mengalami perubahan yaitu pikiran dan penilaian moral semakin kompleks dan diperhadapkan dengan pilihan antara pekerjaan atau pendidikan. Selain itu, Menurut Piaget (dalam Santrock, 2010), pada 25

17 tahap early young adulthood ini berada dalam tahap kognitif postformal thought. Cara berpikir orang dewasa biasanya sudah fleksibel, terbuka, adaptif, dan individualistik. Hal ini dapat terlihat dan ditandai dengan kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian, ketidakstabilan dan sesuatu yang bersifat kontradiktif Perkembangan Psikososial Dimensi terakhir yang mengalami perkembangan seiring dengan perubahan pada dimensi fisik dan kognitif adalah psikososial. Pada dewasa muda awal, perkembangan psikososial dapat dijelaskan sebagai berikut diperhadapkan dengan keputusan tentang relasi/hubungan intim dan gaya hidup serta trait kepribadian relatif stabil, tetapi perubahan kepribadian dipengaruhi oleh periode kehidupan dan peristiwa. Menurut Erikson (dalam Alwisol, 2008) pada tahapan perkembangan dewasa muda diperhadapkan oleh dua pilihan, yaitu tahap intimacy vs isolation. Intimacy adalah kemapuan untuk dapat menyatukan identitas diri dengan identitas orang lain tanpa mengalami ketakutan kehilangan indentitas. Sementara itu, isolation adalah ketidakmampuan untuk dapat bekerja sama dengan orang lain melalui berbagai intimacy yang sebenarnya. Pada tahapan perkembangan sosial yang terjadi pada dewasa muda awal juga rentan terhadap kesendirian, artinya para dewasa muda yang memilih untuk hidup sendiri dan tidak menikah dan membangun sebuah keluarga. Kesendirian telah menjadi gaya hidup sebagian dari dewasa muda. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, 26

18 diantaranya aktivitas kerja yang sangat padat dan tipe orang yang sangat mencintai pekerjanya (worker holic) sehingga hal tersebut menyita waktu, tenaga dan perhatian dari para kaum dewasa muda awal. Issue lain yang sangat mendominasi dan kerap kali mengancam kehidupan para dewasa muda awal yang khususnya sudah berkeluarga adalah perceraian. Perceraian kerap kali dianggap sebagai suatu solusi yang terbaik ketika terjadi konflik atau masalah dalam suatu keluarga khususnya antara suami dan istri. Padahal jika dipikirkan lebih mendalam, bercerai dapat memberikan dampak yang negatif bagi orangtua maupun anak. Pada akhirnya anak menjadi pihak yang paling dirugikan dari perceraian orangtuanya. 2.4 Kerangka berpikir dan Hipotesis Penelitian Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dalam penelitian ini akan dijelaskan secara lengkap dan mendalam pada (lampiran 1) Hipotesis Penelitian Ha : Terdapat perbedaan intensitas komunikasi melalui fitur blackberry messenger antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Ho : Tidak terdapat perbedaan intensitas komunikasi melalui fitur blackberry messenger antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada mahasiswa Universitas Bina Nusantara. 27

BAB 1 PENDAHULUAN. hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, pola interaksi sosial antar individu dalam hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe kepribadian, domisili, jenis kendaraan Profil Responden Berdasarkan Usia

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe kepribadian, domisili, jenis kendaraan Profil Responden Berdasarkan Usia BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Berikut ini akan dijelaskan perihal profil dari para responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe kepribadian, domisili, jenis kendaraan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Secara umum kepribadian (personality) suatu pola watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi perilaku

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tipe Kepribadian Kepribadian (personality) adalah suatu pola watak yang relatif permanen dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualitas bagi perilaku

Lebih terperinci

: Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert. Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a, 6b, 7b, 8b.

: Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert. Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a, 6b, 7b, 8b. LAMPIRAN 80 Lampiran 2 : Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert Tabel 4.13 Penjelasan Item-Item Alat Ukur Personal Style Inventory Tipe Kepribadian No item Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikis dan fisik yang saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku yang kompleks dan dinamis dalam setiap individu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan data utama serta ditunjang oleh

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan data utama serta ditunjang oleh BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan data utama serta ditunjang oleh hasil analisa data tambahan yang telah dibahas pada bab 4, maka dapat disimpulkan beberapa hal terkait

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial ABSTRAK Pada dasarnya setiap perusahaan tidak akan pernah terlepas dari stakeholder. Salah satu stakeholder eksternal perusahaan yang berperan penting dalam keberhasilan suatu perusahaan adalah pelanggan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berpikir adalah kegiatan yang tidak mungkin untuk dihindari. Karena halhal sederhana yang akan dilakukan nantinya merupakan hasil dari proses pemikiran. Begitu juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intimacy (Keintiman) 2.1.1 Definisi Intimacy Menurut Erikson (dalam Valentini, & Nisfiannoor, 2006) intimacy sebagai kemampuan untuk berkomunikasi dan juga berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95

Lebih terperinci

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR Personality Questionaire PANDUAN PENGISIAN MBTI NO. A 1. Isilah dengan jujur & refleksikan setiap pernyataan yang ada ke dalam keseharian Anda 2. JANGAN terlalu banyak berpikir,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010). BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal Burgoon dan Ruffner (1978) kecemasan komunikasi interpersonal adalah kondisi ketika individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

Fitri Saraswati / Ike Devi Sulistyaningtyas

Fitri Saraswati / Ike Devi Sulistyaningtyas PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI TERHADAP TINGKAT KEINTIMAN KOMUNIKAS INTERPERSONAL (Kasus penggunaan Smartphone Blackberry Pada Mahasiswa Universitas Atma Jaya Program Studi Ilmu Komunikasi

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 51 GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman dalam tulisan ilmiah yang berjudul

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman dalam tulisan ilmiah yang berjudul BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep digunakan sebagai dasar penelitian yang menentukan arah suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Peneliti Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk menelaah data yang telah diperoleh peneliti dari informan maupun dari lapangan. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepribadian merupakan sebuah pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan berperilaku relatif stabil dan dapat diperkirakan, juga dapat diartikan sebagai pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh manusia untuk saling berinteraksi atau berhubungan baik dengan manusia lainnya. Komunikasi sangat erat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesepian tanpa adanya teman cerita terlebih lagi pada remaja yang cendrung untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesepian tanpa adanya teman cerita terlebih lagi pada remaja yang cendrung untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu tidak akan pernah dapat hidup sendirian, mereka selalu membutuhkan orang lain untuk dapat diajak berteman atau pun bercerita dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian. BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian Bab ini adalah bagian dari sebuah tahapan penelitian kualitatif yang akan memberikan pemaparan mengenai beberapa temuan dari semua data yang ada. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja akhir merupakan masa yang telah mengalami penyempurnaan kematangan secara fisik, psikis dan sosial. Masa remaja akhir berada direntang usia 18-21

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Sebagian besar ahli Pendidikan Matematika menyatakan bahwa masalah merupakan soal (pertanyaan) yang harus dijawab

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian & Teknik Sampling 3.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa dan siswi Pesantren X dengan rentang usia 13-17 tahun yang duduk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORETIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Agus (2003) komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian makna

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk memperoleh gambaran mengenai kebutuhan intimacy melalui wawancara mendalam. Berdasarkan hasil analisis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi,

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, BAB V PENUTUP A. Simpulan Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai makhluk biologis dan makhluk sosial. Pada proses akulturasi budaya kaum urban dalam keluarga beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sumber kepribadian seseorang. Di dalam keluarga dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang dapat membentuk kepribadian seserang. Tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan dengan individu lain merupakan bagian yang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

Carl Jung. Analytical Psychology. Asumsi

Carl Jung. Analytical Psychology. Asumsi Carl Jung Analytical Psychology Asumsi Fenomena yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis (Occult) yang diturunkan oleh leluhur bisa dan memang berpengaruh pada kehidupan manusia Manusai bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia terlahir memiliki kesamaan dan perbedaan antara satu dengan lainnya, dan hal tersebut yang menjadikan manusia sebagai makluk yang unik. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang sifat ekstrovert pernah dilakukan oleh Iftitah Ika Kusumawardhani. Dalam penelitian ini Iftitah membahas sifat ekstrovert pada tokoh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelajaran Bahasa disampaikan kepada para siswa mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar, menengah sampai pendidikan tinggi bertujuan untuk meningkatkan nasionalisme,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, internet menjadi salah satu inovasi teknologi komunikasi yang banyak digunakan. Kehadiran internet tidak hanya menjadi sekadar media komunikasi, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial, secara kodrati manusia hidup bersama dengan orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang banyak di hadapi oleh remaja adalah interaksi sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja melakukan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan media bahasa dan diabadikan untuk kepentingan estetis (keindahan). Didalam karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist & Feist, 2006), remaja

Lebih terperinci

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN Kajian pemakaian bahasa dalam SMS (Short Message Service) mahasiswa program studi pendidikan bahasa, sastra indonesia dan daerah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT 1. Pengertian Burnout Burnout yaitu keadaan stress secara psikologis yang sangat ekstrem sehingga individu mengalami kelelahan emosional dan motivasi yang rendah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu mengalami masa peralihan atau masa transisi. Yang dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi 7 TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan suatu cara untuk memengaruhi individu agar si pemberi pesan (sender) dan si penerima pesan (receiver) saling mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia, yaitu logos dan eros (kualitas kemanusiaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia, yaitu logos dan eros (kualitas kemanusiaan yang bersifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jung menyatakan, bahwa terdapat dua prinsip dan aspek yang utuh dalam diri manusia, yaitu logos dan eros (kualitas kemanusiaan yang bersifat universal). Logos adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diantaranya adalah ilmu bersosialisasi, ilmu kepemimpinan dan cara berbicara dimuka umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diantaranya adalah ilmu bersosialisasi, ilmu kepemimpinan dan cara berbicara dimuka umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kampus adalah tempat menimba ilmu pengetahuan sekaligus tempatsosialisasi bagi mahasiswa.banyak hal yang dapat ditawarkan oleh sebuah perguruan tinggi kepada mahasiswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami rasa kesepian dalam dirinya, yang menjadi suatu pembeda adalah kadarnya, lamanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial ditakdirkan untuk berpasangan yang lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan bahwa pernikahan adalah salah

Lebih terperinci

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Effendy (2009: 5), komunikasi adalah aktivitas makhluk sosial. Dalam praktik komunikasi

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke:

KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke: KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke: Jaringan Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Gufroni Sakaril, Drs, MM Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Organisasi Informal Mengapa Organisasi Informal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling membantu dan mengadakan interaksi. berbagai sarana komunikasi salah satunya adalah Blackberry.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling membantu dan mengadakan interaksi. berbagai sarana komunikasi salah satunya adalah Blackberry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi memegang peranan penting bagi kehidupan suatu perusahaan, baik swasta maupun negeri. Komunikasi sangat penting untuk menjalin hubungan kerjasama

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I

Psikologi Kepribadian I MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 11 61101 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci