Sintesis Nanokatalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Untuk Mengubah Metanol Menjadi Hidrogen untuk Bahan Bakar Kendaraan Fuel Cell

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sintesis Nanokatalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Untuk Mengubah Metanol Menjadi Hidrogen untuk Bahan Bakar Kendaraan Fuel Cell"

Transkripsi

1 Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN Edisi Khusus, Agustus 2009 Sintesis Nanokatalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Untuk Mengubah Metanol Menjadi Hidrogen untuk Bahan Bakar Kendaraan Fuel Cell Liherlinah, Mikrajuddin Abdullah (a), dan Khairurrijal Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesa 10, Bandung 40132, Indonesia a) din@fi.itb..ac.id Diterima Editor : 20 Mei 2009 Diputuskan Publikasi : 28 Mei 2009 Abstrak Katalis nanostruktur CuO/ZnO/Al 2 O 3 telah dipelajari sebagai katalis komersial untuk produksi hidrogen pada kendaraan proton exchange membrane (PEM) fuel cell. Katalis nanostruktur ini dapat disintesis menggunakan metode simple heating, penumbuhan dalam zeolit, dan penumbuhan dalam silika. Dengan memvariasikan temperatur pemanasan dan durasi waktu, diharapkan menghasilkan nanopartikel dengan ukuran nm. Kondisi optimum untuk material dengan kristalinitas yang besar, dengan ukuran yang kecil telah diselidiki dengan memvariasikan temperatur pemanasan o C dengan durasi waktu menit. Penelitian selanjutnya, material ini berpotensial digunakan dalam methanol steam reforming (MSR) untuk mengubah methanol menjadi hidrogen. Kata Kunci: Simple heating, reforming, nanokatalis. 1. Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan yang cukup pesat dewasa ini., memberikan dampak yang cukup signifikan dalam perkembangan teknologi. Salah satu contohnya adalah dalam masalah nanokatalis. Sejak konsep katalis ditemukan, banyak orang berlomba-lomba untuk membuat katalis. Dewasa ini, katalis sangatlah dibutuhkan dalam produksi hidrogen sebagai sumber energy alternatif. Konversi yang rendah dan kehadiran CO pada outputnya menyebabkan beberapa pakar mencari solusi permasalahan katalis. Beberapa solusi pun bermunculan, salah saatunya adalah dengan memfabrikasi katalis baru dengan metode yang baru. Nanokatalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 adalah suatu katalis yang digunakan untuk mengubah methanol menjadi hidrogen melalui methanol steam reforming. Pada mulanya katalis ini dibuat menggunakan kristal Cu(NO 3 ) 2.3H 2 O, Zn(NO 3 ) 2.4H 2 O, Al(NO 3 ) 3.9H 2 O dengan perbandingan komposisi tertentu. Katalis ini memiliki ukuran yang kecil dan temperatur proses yang rendah. Katalis yang efektif untuk MSR adalah katalis yang berbasiskan Cu, seperti Cu/ZnO, Cu/ZnO/Al 2 O 3, Cu/Al 2 O 3, Cu/Mn/Al 2 O 3, Cu/Zn/Zr/Al 2 O 3, Cu/CeO 2. Baru-baru ini, katalis Pd/ZnO dilaporkan mampu menjadi katalis yang cukup efektif dan stabil untuk MSR. Katalis pada umumnya memiliki tiga komponen; aktif, support dan promotor. Katalis MSR CuCuO/ZnO/Al 2 O 3 dikatakan berbasis Cu, karena komponen aktif dari katalis ini adalah Cu. Komponen aktif inilah yang paling bertanggung jawab pada reaksi yang terjadi. Sedangkan komponen support berfungsi sebagai komponen yang memperluas luas permukaan komponen aktif. Pada katalis CuCuO/ZnO/Al 2 O 3, Al 2 O 3 berperan sebagai support yang memperluas permukaan Cu. Sedangkan ZnO berperan sebagai promotor yang berfungsi untuk mengurangi proses sintering pada Cu. Kelemahan CuCuO/ZnO/Al 2 O 3 sebagai katalis MSR adalah tingginya kadar CO yang dihasilkan dan rendahnya stabilitas untuk pemakaian jangka panjang. Salah satu penyebab dari berkurangnya stabilitas katalis adalah terjadinya sintering pada partikel-partikel logam yang mengakibatkan menyusutnya luas permukaan aktif dari katalis Katalis yang serupa dalam hal aktivitas dan selektivitas dengan katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 namun lebih stabil dan tahan lama adalah katalis yang didasarkan pada paladium. Dalam sebuah paper katalis ini didesain sebagai Pd-Zn/oxide support. Katalis ini difabrikasi dalam bentuk bubuk. Selektivitas CO 2 dalam MSR dengan katalis Cu/Zn/Al sangat tinggi (kehadirannya 99%), sedangkan dengan katalis Pd-Zn. Tingginya aktivitas MSR, dengan tingginya aktivitas CO2 didokumentasikan dengan baik untuk katalis Pd-Zn, yang pertama kali ditemukan oleh Iwasa et. al. Sekarang diselidiki secara ekstensif untuk sistem fuel cell portabel. Literatur yang menyinggung performansi MSR dari sistem katalitik Pd-Zn, adalah katalis yang disusun Pd yang disupport oleh ZnO dan juga komposisi Pd-ZnO yang disupport alumina. Sejumlah katalis berbasis Pd pada methanol steam reforming telah diuji (Pd/SiO 2, Pd/Al 2 O 3, Pd/La 2 O 3, Pd/Nb 2 O 5, Pd/Nd 2 O 3, Pd/ZrO 2, Pd/ZnO). Selektivitas untuk steam reforming secara anomali tinggi pada katalis ZnO. Katalis yang lain untuk methanol steam reforming adalah alloy Cu-Zr amorf dengan sejumlah kecil emas, perak, nikel, dan paladium untuk menjelaskan efek komposisi logam pada reaksi dan selektivitas steam 90

2 J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust reforming. Telah ditemukan bahwa selektivitas reforming meningkat dengan penambahan emas dan perak, tetapi selektivitas berkurang dengan penambahan nikel dan paladium. Untuk menyelesaikan permasalahan katalis tersebut banyak cara digunakan. Diantaranya adalah mengganti komponen aktif Cu dengan Pd, mensintesis katalis berbasis Cu namun dengan promotor oksida metal yang berbeda, atau bahkan mensintesis katalis berbasis Cu dengan cara yang berbeda. Cara terakhir inilah yang akan ditempuh. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang fisika material, nanokatalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 dapat disintesis dengan metoda yang berbeda-beda. Konversi katalis yang paling tinggi sampai saat ini masih berkisar antara 20-30%. Dalam makalah ini akan dibahas sintesis nanokatalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 dengan menggunakan metode simple heating, penumbuhan dalam zeolit, dan penumbuhan dalam silika. Temperatur pemanasan dan waktu pemanasan yang rendah diharapkan dapat menghasilkan katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 dengan ukuran butir yang kecil. 2. Teori Nanokatalis Penelitian awal katalis dimulai tahun 1823 oleh Dulong dan Thenard melalui dekomposisi NH 3 dengan logam-logam, yang kemudian ditulis sesuai urutan keaktifannya: Fe, Cu, Ag, Au, dan Pt. Tahun 1825 Faraday melakukan sintesis ammonia dengan katalis Pt. Phillips (1831) mengajukan paten proses pembuatan H 2 SO 4 melalui oksidasi SO 2 dengan udara menggunakan Pt. Penelitian lebih lanjut oleh Faraday (1834) melalui oksidasi H 2 dengan O 2, N 2 O, NO dengan Pt, menyimpulkan bahwa reaksi dapat berlangsung bila digunakan Pt yang bersih. Beberapa tahun kemudian, Berzelius (1836) melakukan studi ekstensif tentang katalis. Pada saat itu orang belum mengetahui tentang molekul. Dalam suatu jurnal, ia menyatakan: Many bodies have the property of exerting on other bodies an action which is very different from chemical affinity. By mean of this action they produce decomposition in bodies, and form new compounds into the composition of which they don t enter. This New power, hitherto unknown, is common both in organic and inorganic nature I shall call it catalytic power. I shall also call catalysis for the decomposition of bodies by this force. Pernyataan tersebut yang kemudian menjadi definisi pertama katalis. Pada dasarnya, seluruh argumen yang dikemukakan oleh Dulong dan Thenard, Faraday, Phillips, Berzelius, Sabatier, Ostwald, maupun Perrin adalah benar. Selain definisi yang disebutkan di atas, definisi lain tentang katalis diantaranya: [1] Katalis mempercepat reaksi yang menurut termodinamika dapat berlangsung. [2] Katalis mempercepat reaksi mencapai kesetimbangan, tetapi tidak mengubah kesetimbangan. [3] Untuk reaksi paralel, katalis tertentu hanya mempercepat satu reaksi saja. Katalis memiliki peran mempercepat reaksi kimia. Peran ini berkaitan dengan sifat reaksi, kinerja, dan deaktivasi katalis. Untuk mengendalikan suatu reaksi kimia diperlukan pemahaman tentang sifat-sifat reaksi tersebut. Secara umum sifat reaksi berkatalis dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sifat termodinamik dan sifat kinetik. 2.1 Sifat Termodinamika Katalis Sifat termodinamik reaksi berkatalis dikuantifikasikan dengan perubahan energi bebas Gibbs reaksi ( G) dan perubahan entalpi reaksi ( H). Perubahan energi bebas Gibbs merupakan suatu ungkapan konversi kesetimbangan (X maks ), sebagai salah satu dasar pertimbangan kelayakan reaksi, sebagai penentuan target dan kondisi reaksi, dan menentukan reversibilitas reaksi. Perubahan energi bebas Gibbs standar pada temperatur T dapat ditentukan dengan formula: G = RT ln K (1) o T a dengan R adalah tetapan gas dan K a adalah harga tetapan kesetimbangan reaksi. Entalpi reaksi merupakan kalor yang dibebaskan atau diserap oleh reaksi. Jika reaksi tersebut menghasilkan kalor ( H bernilai negatif) maka reaksi dikatakan eksoterm. Sedangkan jika reaksi tersebut membutuhkan kalor ( H bernilai positif) maka reaksi dikatakan endoterm. Hubungan antara entalpi suatu reaksi terhadap temperatur dituliskan dengan persamaan van t Hoff: o δ (ln K) HT = (2) 2 δt RT P Baik perubahan energi bebas Gibbs maupun perubahan entalpi reaksi, keduanya berperan penting untuk memprediksi berlangsungnya suatu reaksi. 2.2 Sifat Kinetik Katalis Sifat kinetik reaksi berkatalis meliputi mekanisme reaksi, yang perilakunya ditinjau dengan menggunakan persamaan laju reaksi, r = ZC exp( E / RT ) f (3) reakt a dengan r adalah laju reaksi, Z adalah jumlah tumbukan, C adalah konsentrasi reaktan. exp (-E a /RT) adalah fraksi tumbukan dengan energi E a dan f o adalah fraksi tumbukan dengan orientasi yang tepat. Persamaan (3) menyatakan reaksi dapat dipercepat dengan peningkatan f o dan penurunan E a. Hal tersebut dapat dilakukan dengan lokalisasi reaksi di katalis. Dengan meningkatkan konsentrasi reaktan (di permukaan katalis), dapat meningkatkan ketepatan orientasi (f o ). Katalis juga berinteraksi dengan sedikitnya satu reaktan membentuk senyawa aktif, sehingga menurunkan E a. o

3 J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust Eksperimen Rancangan Penelitian ini dibagi menjadi empat tahap, yaitu: [1] Pembuatan katalis dengan metode simple heating. Pada penelitian ini akan dibuat lima sampel dengan temperatur pembuatan dan durasi waktu yang berbeda. [2] Pembuatan katalis dengan metode penumbuhan dalam zeolit. Penggunaan metode ini didasarkan pada ukuran poros zeolit sekitar 10 nm. Dengan perendaman yang relatif lama (~24 jam) diharapkan partikel prekursor terserap memasuki sela-sela poros zeolit, sehingga didapatkan partikel katalis dengan ukuran yang setara dengan ukuran poros zeolit. [3] Pembuatan katalis dengan metode penumbuhan dalam silika. Penggunaan metode ini didasarkan pada melting point glasswool yang berkisar 2000 o C yang tahan pada perlakuan panas dari reaktor MSR. Dengan menggunakan glasswool dan PEG diharapkan akan didapatkan ukuran partikel katalis yang lebih halus dan lebih kecil dari dua metoda di atas. [4] Karakterisasi setiap sampel yang dibuat, (a) morfologi struktur menggunakan SEM dan (b) kristalinitasnya menggunakan XRD. 3.1 Metoda Simple Heating Metoda simple heating adalah salah satu metoda sintesis nanopartikel menggunakan media kontinu. Akar pemikiran metoda ini adalah nanopartikel yang tidak menggumpal dapat disintesis melalui reaksi kimia pada fasa kedua dari media kontinu, selama kehadiran media kontinu tersebut dapat dipertahankan hingga akhir proses. Dengan demikian, nanopartikel dapat diperoleh ketika media kontinu tersebut dihilangkan di ujung proses sintesis. Pada metoda ini, larutan polimer (pada penelitian ini digunakan poly ethilen glikol) digunakan sebagai media kontinu. Untuk mensintesis katalis, seluruh prekursor katalis dicampur dan direaksikan dengan larutan polimer tersebut. Kemudian untuk mendekomposisi polimer, seluruh larutan tersebut dipanaskan hingga suhu tertentu. Setelah polimer dihilangkan, maka nanopartikel yang saling terpisahkan akan terbentuk. Diagram alir proses fabrikasi katalis menggunakan simple heating dilukiskan dalam Gbr. 1. Grafik waktu pemanasan terhadap temperatur untuk setiap sampel diperlihatkan dalam Gbr. 2. Setting temperatur dilakukan secara linear, dimulai dari temperatur ruangan sampai temperatur yang diinginkan ( o C). Selanjutnya temperatur akan turun dengan normal secara eksponensial selama 2-3 jam. 3.2 Metoda Penumbuhan dalam Zeolit Penggunaan metoda ini untuk sintesis katalis didasarkan pada ukuran poros zeolit yang kurang dari 50 nm. Dengan perendaman yang relatif lama (24 jam) diharapkan material prekursor memasuki (terserap) ke dalam sela-sela poros zeolit. Untuk menghilangkan sisasisa nitrat dan air, rendaman tersebut kemudian dipanaskan pada furnace. Diagram alir proses fabrikasi katalis menggunakan metode penumbuhan dalam zeolit dilukiskan dalam Gbr. 3. Cu(NO 3 ) 2.6H 2 O + H 2 O Cu(NO 3 ) 2.4H 2 O + H 2 O Cu(NO 3 ) 2.9H 2 O + H 2 O Pengadukan dan pemanasan pada 100 o C pada suhu > 500 o C Nanopartikel Polietilen glikol M n = Gambar 1. Flowchart sintesis katalis dengan metode simple heating. Suhu Waktu Gambar 2 Profil temperatur pemanasan untuk setiap sampel katalis Untuk sintesis dalam zeolit, profil suhu pemanasan sama dengan Gbr Metoda Penumbuhan dalam Silika Silika yang digunakan dalam metoda ini adalah dari glasswool. Walaupun bahan ini bersifat karsinogenik, glasswool biasa digunakan sebagai isolator panas dan isolator akustik (peredam). Glasswool merupakan 90% silika amorf, material yang tidak terbakar, efek reduksi noise yang bagus dan memiliki parameter yang ditunjukkan pada Tabel 1.

4 J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust Cu(NO 3 ) 2.6H 2 O + H 2 O Cu(NO 3 ) 2.4H 2 O + H 2 O Cu(NO 3 ) 2.9H 2 O + H 2 O Zeolit kasar partikel hanya mengandung satu kristallites. Dengan demikian, ukuran kristalinitas yang diprediksi dengan metode Scherrer juga merupakan ukuran partikel. Ukuran grain sendiri (ukuran partikel yang tampak dari luar) dapat diamati dengan SEM. Perendaman selama 24 jam Cu(NO 3 ) 2.6H 2 O + H 2 O Cu(NO 3 ) 2.4H 2 O + H 2 O Cu(NO 3 ) 2.9H 2 O + H 2 O Polietilen glikol M n = glasswoll pada suhu > 500 o C Pengadukan dan pemanasan pada 100 o C Nanopartikel pada suhu > 500 o C Gambar 3. Flowchart sintesis dengan metode penumbuhan dalam zeolit Tabel 1. Parameter silika dari glasswool Parameter Nilai Ketebalan 25 ~ 100 mm Kerapatan 16 ~ 64 kgm -3 Konduktivitas termal 0,0349 ~ 0,049 W/m o C Daya serap akustik 0,8 ~ 1,1 Resistansi termal 0,66 ~ 3,0 m 2 K/W Penggunaan metoda ini untuk mensintesis katalis didasarkan pada tingginya temperatur leleh glasswool (sekitar 2000 o C). Dengan menggunakan glasswool dan PEG diharapkan partikel katalis yang terbentuk akan lebih halus dan lebih kecil dari dua metoda yang digunakan di atas. Diagram alir proses fabrikasi katalis menggunakan metode penumbuhan dalam silika dilukiskan dalam Gbr. 4 Grafik waktu pemanasan terhadap temperatur untuk sampel diperlihatkan dalam Gbr Karakterisasi Katalis Karakterisasi katalis yang sering dilakukan adalah menentukan luas permukaan dan kristalinitasnya. Metode yang sering digunakan orang sebagai alternatif dalam menentukan ukuran partikel nano adalah metode Scherrer. Ukuran kristallin ditentukan berdasarkan pelebaran puncak difraksi sinar-x yang muncul. Metode ini sebenarnya memprediksi ukuran kristallin dalam material, bukan ukuran partikel. Jika satu partikel mengandung sejumlah kristallites yang kecilkecil maka informasi yang diberikan metode Scherrer adalah ukuran kristallin tersebut, bukan ukuran partikel. Untuk partikel berukuran nanometer, biasanya satu Nanopartikel Gambar 4 Flowchart sintesis dengan metode penumbuhan dalam silika Berdasarkan metode Scherrer, makin kecil ukuran kristallites maka makin lebar puncak difraksi yang dihasilkan. Kristal yang berukuran besar dengan satu orientasi menghasilkan puncak difraksi mendekati sebuah garis vertikal. Kristallites yang sangat kecil menghasilkan puncak difraksi yang sangat lebar. Lebar puncak difraksi tersebut memberikan informasi tentang ukuran kristallites. Hubungan antara ukuran kristallites dengan lebar puncak difraksi dapat diaproksimasi dengan persamaan Scherrer D Kλ / B cosθ (4) B dengan D adalah diameter (ukuran kristallites), λ adalah panjang gelombang sinar-x yang digunakan, θ B adalah sudut Bragg, B adalah FWHM satu puncak yang dipilih, dan K adalah konstanta material yang nilainya kurang dari satu. Nilai yang umumnya dipakai untuk K adalah 0,9. 4. Hasil dan Diskusi Semua sampel tersebut dikarakterisasi dengan menggunakan SEM, seperti terlihat pada Gbr. 5. Selain sintering, proses pembentukan kristal juga terjadi pada saat pemanasan. Kristalisasi ini semakin baik dengan semakin tingginya temperatur pembuatan. Hasil SEM sampel E menunjukkan morfologi yang lebih baik

5 J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust dibanding dengan sampel lainnya (ukuran yang lebih seragam). Sifat ini dikonfirmasi juga dengan hasil XRD. (A) (B) (A) (B) (C) (D) (C) (D) (E) (F) (E) (F) Gambar 6 Hasil Fitting LogNormal masing-masing sampel katalis. Gambar 5 Bayangan SEM masing-masing sampel katalis Hasil fitting ukuran partikel menggunakan program Origin8 diperlihatkan pada Gbr. 6. Dari fitting tersebut diperoleh distribusi ukuran partikel rata-rata seperti pada Tabel 2. Untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap morfologi kristal ditunjukkan dengan pola SEM. Pengaruh temperatur dapat menyebabkan fenomena kenaikan ukuran partikel, yang ditunjukkan pada Table 2. Tampak bahwa ukuran partikel semakin berkurang dengan meningkatnya temperatur pemanasan (yang ditunjukkan oleh sampel E). Hasil XRD untuk semua sampel, seperti pada Gbr. 7, cocok dengan database pada pdf (powder diffraction file).kandungan CuO dalam katalis cocok dengan pdf # Pdf # juga cocok untuk menganalisis kandungan ZnO dalam sampel. Sedangkan pdf # dan pdf # sangat pas untuk menganalisis kandungan Al 2 O 3. Semua kecocokan ini sesuai dengan perbandingan puncak-puncak sampel dengan database pdf yang berasal dari program JCPDS. Berdasakan gambar hasil fitting Lorentzian beberapa sampel katalis (sampel A sampai dengan sampel E), dapat kita kelompokkan kurva sampel pada temperatur yang berbeda, dengan durasi waktu yang sama. Dari Gbr. 8 tampak bahwa semakin tinggi temperatur, ukuran kristallites semakin besar. Tabel 2 Pengaruh temperature terhadap ukuran partikel Sampel Suhu ( o C) Lama (menit) Ukuran partikel rata-rata (nm) A B C D E Dem ikian pula untuk sampel dengan durasi waktu 60 menit, menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur, ukuran kristallitas semakin besar.. Selektivitas katalis hanya berpengaruh pada sifat termodinamik dan sifat kinetik, sedangkan katalis hanya berpegaruh pada sifat kinetik. Sifat kinetic reaksi berkatalis dipengaruhi oleh jumlah tumbukan, fraksi tumbukan, dan luas permukaan. Dengan ukuran kristallites yang besar, luas permukaan semakin besar, sehingga selektivitas semakin tinggi. Dengan tingginya selektivitas diharapkan kinerja katalis akan semakin tinggi. Kebergantungan kristalinitas terhadap temperatur pemanasan ini dapat dijelaskan dengan teori Avrami. Kenaikan kristalinitas yang disebabkan oleh temperatur pemanasan dapat dijelaskan menggunakan perumusan kinetika kristalisasi:

6 J. Nano Saintek. Edisi Khusus, Agust n ϕ = 1 exp( Kt ) (5) c dimana ϕ c adalah fraksi volume kristallites yang ditentukan pada waktu t. K dan n adalah parameter yang sesuai. K bergantung teerhadap temperatur. Menurut teori, n haruslah bilangan bulat dari A sampai E. (A) (B) (C) (D) Intensitas [satuan sembarang] D A B C E (E) (F) 2θ Gambar 8 Hasil Fitting Gabungan Beberapa Sampel XRD pada durasi waktu 30 menit (atas) dan 60 menit (bawah) Gambar 7. Pola XRD masing-masing sampel katalis. Sumbu tegak adalah inensitas dalam satuan sembarang. 5. Kesimpulan Katalis nanostruktur CuO/ZnO/Al 2 O 3 dapat disintesis dengan menggunakan metode simple heating, penumbuhan dalam zeolit, dan penumbuhan dalam silika. Dengan CuO bertindak sebagai komponen dasar (aktif) katalis, ZnO bertindak sebagai komponen promotor, dan Al 2 O 3 bertindak sebagai komponen support. Komposisi precursor, temperature, dan waktu pemanasan dari sintesis katalis berakibat pada kristalinitas ukuran partikel katalis. Hasil XRD dengan menggunakan metoda simple heating didapat bahwa semakin tinggi temperatur, ukuran kristallites semakin besar (ditunjukkan oleh gambar 5,35 dan 5,36). Dengan ukuran kristallites yang besar, luas permukaan semakin besar, sehingga selektivitas semakin tinggi. Dengan tingginya selektivitas diharapkan kinerja katalis akan semakin tinggi. Hasil SEM menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur pembuatan dan semakin lama waktu pemanasan maka semakin kecil ukuran partikel (hal ini ditunjukkan oleh sampel E) Ucapan Terima Kasih Penelitian ini dibiayai oleh Riset KK ITB Tahun Referensi [1] J. Agrell, H. Birgersson, and M. Boutonnet, J. Power Sources 106, 249 (2002). [2] A.R. Marully, Tugas Akhir Sarjana Fisika, ITB (2006). [3] M. Abdullah, Khairurrijal, A.R. Marully, Liherlina, dan M. Sanny, J. Nano Saintek. 1,1 (2008). [4] Liherlinah, M. Sanny, A.R. Marully, M. Abdullah, dan Khairurrijal, J. Nano Saintek. 1, 22 (2008). [5] M. Abdullah dan Khairurrijal, J. Nano Saintek. 1, 28 (2008). [6] M. Abdullah, Y. Virgus, Nirmin, dan Khairurrijal, J. Nano Saintek. 1, 33 (2008). [7] M. Abdullah dan Khairurrijal, J. Nano Saintek. 2, 1 (2009). [8] M. Sanny, Tugas Akhir Sarjana Fisika, ITB (2008). [9] M. Abdullah, Pengantar Nanosains, Bandung: Penerbit ITB (2009) [10] Liherlinah, Tuhas Akhir Sarjana Fisika, ITB (2009).

Desain Prototipe Reaktor Steam Reforming Menggunakan Ultrasonik Nebulizer

Desain Prototipe Reaktor Steam Reforming Menggunakan Ultrasonik Nebulizer Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-88 Vol. 1 No.1, Februari 28 Desain Prototipe Reaktor Steam Reforming Menggunakan Ultrasonik Nebulizer Liherlinah, Muhammad Sanny, Ahmad Rifki Marully, Mikrajuddin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesa Katalis Dalam penelitian ini, katalis disintesis menggunakan metode impregnasi kering. Metode ini dipilih karena metode impregnasi merupakan metode sintesis yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

Pembuatan Nanopartikel CeO 2 dengan Metode Simple Heating : Efek Penambahan Massa Polyethyleneglycol (PEG) Terhadap Ukuran Kristal yang Terbentuk

Pembuatan Nanopartikel CeO 2 dengan Metode Simple Heating : Efek Penambahan Massa Polyethyleneglycol (PEG) Terhadap Ukuran Kristal yang Terbentuk Pembuatan Nanopartikel CeO 2 dengan Metode Simple Heating : Efek Penambahan Massa Polyethyleneglycol (PEG) Terhadap Ukuran Kristal yang Terbentuk Ida Sriyanti Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unsri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 disintesis dengan metode kopresipitasi dengan rasio fasa aktif Cu, promotor ZnO, penyangga dan Al 2 O 3 yaitu

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Edisi Khusus, Agustus 009 Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor Indah Nurmawarti, Mikrajuddin Abdullah (a), dan Khairurrijal Kelompok Keahlian Fisika

Lebih terperinci

Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN Vol. 1 No.1, Februari 2008

Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN Vol. 1 No.1, Februari 2008 Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Vol. 1 No.1, Februari 008 Sintesis dan Pengujian Katalis Nanokristallin Cu/ZnO/Al O 3 Dengan Metode Pemanasan Dalam Larutan Polimer Untuk Aplikasi Konversi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 33 Bab IV Hasil dan Pembahasan Pada bab ini dilaporkan hasil sintesis dan karakterisasi dari senyawa yang disintesis. Senyawa disintesis menggunakan metoda deposisi dalam larutan pada temperatur rendah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI Dari hasil percobaan dan uji sampel pada bab IV, yang pertama dilakukan adalah karakterisasi reaktor. Untuk mewakili salah satu parameter reaktor yaitu laju sintesis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD 9 Hasil XRD HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan difraktometer sinar-x bertujuan untuk mengetahui fasa kristal yang terdapat dalam sampel, mengetahui parameter kisi dan menentukan ukuran kristal.

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CuO/ZnO/AL 2 O 3 SECARA KOPRESIPITASI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CuO/ZnO/AL 2 O 3 SECARA KOPRESIPITASI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CuO/ZnO/AL 2 O 3 SECARA KOPRESIPITASI Ikram F. Sasahan, Dra Nurhayati Bialangi, dan Rahkmawaty A Asui Jurusan Pendidikan Kimia, F MIPA Universitas Negeri Gorontalo 2013

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakteristik katalis Pembuatan katalis HTSC ITB didasarkan pada prosedur menurut dokumen paten Jennings 1984 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riset nanoteknologi mengalami perkembangan yang pesat, baik di bidang material dan manufaktur, elektronik, energi (Lieber dan Wang, 2007), sains, dan pengobatan (Das

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh waktu annealing terhadap diameter dan jarak antar butir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh waktu annealing terhadap diameter dan jarak antar butir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh waktu annealing terhadap diameter dan jarak antar butir katalis Au Perubahan morfologi katalis telah dilihat melalui pengujian SEM, gambar 4.1 memperlihatkan hasil

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini diulas dalam tiga subbab. Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam, yaitu SEM-EDS, XRD dan DRS. Karakterisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya baru

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam pembuatan lapisan film tebal CuFe O 4 yaitu dengan menggunakan screen printing (penyablonan). Teknik screen printing merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUJIAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) Pengujian struktur kristal SBA-15 dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction dan hasil yang di dapat dari pengujian

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Fabrikasi BCNO/SiO 2 Nanokomposit Phosphor untuk Aplikasi Lampu LED Putih

Fabrikasi BCNO/SiO 2 Nanokomposit Phosphor untuk Aplikasi Lampu LED Putih LOGO Fabrikasi BCNO/SiO 2 Nanokomposit Phosphor untuk Aplikasi Lampu LED Putih Ferry Iskandar, Mikrajuddin Abdullah, Khairurrijal, Bebeh W. Nuryadin, dan Ea Cahya Septia M. KK Fisika Material Elektronik,

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 29 BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian XRD Hasil Pengeringan Pada pengujian XRD material TiO 2 hasil proses sol-gel hanya sampai proses pengeringan ini, akan dibandingkan pengaruh perbedaan molaritas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen dengan membuat lapisan tipis Au di atas substrat Si wafer, kemudian memberikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1 REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1 Oleh: Dyah Fitasari 1409201719 Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, S.Si, M.Sc Suprapto, M.Si, Ph.D LATAR BELAKANG Sikloheksanon Sikloheksanon Oksim

Lebih terperinci

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Oleh : Ferlyna Sari 2312 105 029 Iqbaal Abdurrokhman 2312 105 035 Pembimbing : Ir. Ignatius Gunardi, M.T NIP 1955

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI Santi Dewi Rosanti, Dwi Puryanti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau

Lebih terperinci

Kelompok B Pembimbing

Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 PENELITIAN Semester II 2007/2008 SINTESIS DAN UJI AKTIVITAS Cu/Zn/Al 2 O 3 UNTUK KATALIS REFORMASI KUKUS METANOL SEBAGAI PENYEDIA HIDROGEN SEL TUNAM (FUEL CELL) Kelompok B.67.3.20 Michael Jubel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut. Konsentrasi Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

Diterima tanggal 19 September 1998, disetujui untuk dipublikasikan 5 April 1999

Diterima tanggal 19 September 1998, disetujui untuk dipublikasikan 5 April 1999 JMS Vol. 4 No. 1, hal. 13-19 April 1999 Penggunaan Differential Thermal Analysis (DTA) Pada Penentuan Aktivitas Dan Reaktivitas Katalis Fe 2 O 3, Co 3 O 4, NiO, CuO, dan LaMO 3 (M=Fe, Co, dan Ni) Untuk

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PADA PROSES SONIKASI TERHADAP MORFOLOGI PARTIKEL DAN KRISTALINITAS NANOPARTIKEL Fe 3 O 4

PENGARUH SUHU PADA PROSES SONIKASI TERHADAP MORFOLOGI PARTIKEL DAN KRISTALINITAS NANOPARTIKEL Fe 3 O 4 PENGARUH SUHU PADA PROSES SONIKASI TERHADAP MORFOLOGI PARTIKEL DAN KRISTALINITAS NANOPARTIKEL Fe 3 O 4 Hari Gusti Firnando, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus Unand Limau Manis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam skala nanometer. Material berukuran nanometer memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam bidang sintesis material, memacu para peneliti untuk mengembangkan atau memodifikasi metode preparasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

Pembuatan Jaring Serat Komposit PET/TiO2 Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi

Pembuatan Jaring Serat Komposit PET/TiO2 Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Edisi Khusus, Agustus 2009 Pembuatan Jaring Serat Komposit PET/TiO2 Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi Ade Yeti Nuryantini (a), Mikrajuddin Abdullah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik,

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik, menghasilkan berbagai penemuan baru khususnya dalam bidang elektronika. Salah satu teknologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan yang ekstensif pada bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya emisi polutan-polutan berbahaya seperti SOx, NOx, CO, dan beberapa partikulat yang bisa mengancam

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Anorganik Program Studi Kimia ITB. Pembuatan pelet dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan di Laboratorium Kimia Fisik

Lebih terperinci

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung? Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Chapter 8 Kinetika Kimia Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

tekanan reaktor Pada penelitian ini menggunakan persamaan desain untuk dan harus memenuhi persamaan: 50

tekanan reaktor Pada penelitian ini menggunakan persamaan desain untuk dan harus memenuhi persamaan: 50 CH4I (2) Reaksi Permukaan 4 3 CH I+I CH I+HI (3) 3 2 CH I+I CH I+HI (4) 2 CH I+I CHI+HI (5) CHI+I CI+HI (6) Desorpsi CI C+I (7) 2 2 HI H +2 I (8) Untuk persamaan di atas, konsentrasi spesies pada fasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber energi merupakan masalah yang harus segera diselesaikan oleh masing-masing negara termasuk Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan suatu teknologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon. 3 Pasta dimasukkan ke ujung tabung hingga penuh dan padat. Permukaan elektrode dihaluskan menggunakan ampelas halus dan kertas minyak hingga licin dan berkilau (Gambar 2). Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas 36 III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sintesis material, beberapa hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. Perbaikan kinerja

Lebih terperinci

Simulasi Geometri Nanoserat Hasil Pemintalan Elektrik

Simulasi Geometri Nanoserat Hasil Pemintalan Elektrik Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Edisi Khusus, Agustus 2009 Simulasi Geometri Nanoserat Hasil Pemintalan Elektrik Sahrul Saehana (a), Mikrajuddin Abdullah, dan Khairurrijal (b) Kelompok

Lebih terperinci

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ERFAN PRIYAMBODO NIM : 20506006

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak dikembangkan penelitian tentang nanopartikel spinel ferrit. Hal ini dikarenakan bidang aplikasinya yang sangat luas yaitu dalam sistem penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan nanoteknologi telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan peneliti. Nanoteknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai teknologi perancangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan nasional dewasa ini dan semakin dirasakan pada masa mendatang adalah masalah energi. Perkembangan teknologi, industri dan transportasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan nanoteknologi tersebut berbagai aspek persoalan dapat kita selesaikan (Anonim A, 2012). Pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM Pada bab sebelumnya telah diperlihatkan hasil karakterisasi struktur kristal, morfologi permukaan, dan komposisi lapisan.

Lebih terperinci