Desain Prototipe Reaktor Steam Reforming Menggunakan Ultrasonik Nebulizer

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Desain Prototipe Reaktor Steam Reforming Menggunakan Ultrasonik Nebulizer"

Transkripsi

1 Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN Vol. 1 No.1, Februari 28 Desain Prototipe Reaktor Steam Reforming Menggunakan Ultrasonik Nebulizer Liherlinah, Muhammad Sanny, Ahmad Rifki Marully, Mikrajuddin Abdullah (a) dan Khairurrijal Laboratorium Sintesis dan Fungsionalisasi Nanomaterial KK Fisika Material Elektronik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 1 Bandung 4132 (a) din@fi.itb.ac.id Diterima Editor : 2 Februari 28 Diputuskan Publikasi : 12 Februari 28 Abstrak Saat ini, produksi hidrogen dari methanol dapat dilakukan melalui rute proses dekomposisi, partial oxidation, dan steam reforming. Methanol steam reforming telah diselidiki sangat efektif dalam mengkonversi methanol menjadi hidrogen. Dalam paper ini akan dilaporkan desain prototipe reaktor methanol steam reforming menggunakan ultrasonik nebulizer. Keberadaan Ultrasonik nebulizer digunakan untuk mengkonversi metanol dan air fasa liquid menjadi droplet-droplet metanol dan air (dengan bantuan nitrogen sebagai carrier gas) yang memiliki ukuran beberapa mikron. Metode pembentukan droplet ini sangat berguna dalam mengalirkan metanol dan air ke dalam bed catalyst. Ketika temperatur operasi reaktor pada 2 C, didapatkan konversi hidrogen dari metanol dan air 76 %. Perbandingan pencapaian konversi hidrogen berdasarkan eksperimen ini juga menunjukkan kesesuaian dengan perhitungan teoritis konversi termodinamik methanol steam reforming. Kata kunci : methanol steam reforming, ultrasonik nebulizer, bed catalyst 1. Pendahuluan Fuel cell pertama kali diperkenalkan oleh William Grove pada tahun Meskipun fuel cell telah ada sejak tahun 1839, namun diperlukan 12 tahun hingga akhirnya NASA mendemonstrasikan aplikasi fuel cell pada penerbangan luar angkasa. Sebagai suatu hasil kesuksesan ini, pada tahun 196-an, industri mulai mengakui potensi komersial dari fuel cell. Namun hasil tersebut masih mengalami hambatan teknis dan biaya investasi yang tinggi fuel cell secara ekonomi tidak kompetitif terhadap teknologi energi yang ada. Sejak tahun 1984, Kantor Teknologi Transportasi Departemen Energi A.S telah mendukung riset dan perkembangan teknologi fuel cell, dan sebagai hasilnya, ratusan perusahaan di dunia sekarang bekerja membuat teknologi fuel cell. Teknologi fuel cell merupakan sumber pembangkit tenaga masa depan [1][1]. Fuel cell merupakan devais elektrokimia yang mengkonversi energi kimia secara langsung menjadi energi listrik. Salah satu bahan bakar yang sangat menjanjikan untuk fuel cell adalah hidrogen. Saat ini, partial oxidation, auto-thermal reforming of hydrocarbons, water-gas shift (WGS) reaction, and steam reforming merupakan rute proses utama untuk menghasilkan hidrogen. Namun, keempat rute tersebut masih membawa masalah, operasional yang tinggi dan adanya carbon monoxide (CO) sebagai gas produk sampingan pada proses reaksi dalam beberapa ppm. Salah satu solusi alternatif untuk mengurangi kadar CO dalam produk reaksi adalah dengan memilih dan memodifikasi katalis atau dengan mengembangkan teknik sintesis katalis yang baru [2]. Berdasarkan data literatur, banyak studi menyatakan bahwa katalis yang komersial pun sensitif terhadap racun sulfur dan chloride. Hal ini akan mempengaruhi kinerja katalis dalam hal pengembangan aktivitas, stabilitas, dan resistansi terhadap racun [3]. Untuk memproduksi hidrogen dengan konversi yang tinggi tidaklah mudah. Salah satu masalah yang menghambat adalah penyimpanan hidrogen pada kendaraan. Mengingat hidrogen mudah terbakar, maka menyimpan hidrogen pada tabung bertekanan tinggi di kendaraan sangatlah berisiko dan tampaklah bukan pilihan yang baik. Namun demikian, cara terakhir yang masih bisa ditempuh adalah dengan membawa bahan baku hidrogen (bukan hidrogennya), yang kemudian bahan baku tersebut diubah secara in-situ (pada kendaraan) menjadi hidrogen. Bahan baku yang dimaksud adalah campuran metanol dan air yang keduanya diuapkan lalu direaksikan dengan bantuan katalis melalui rute proses methanol steam reforming. Dengan menggunakan cara tersebut, bahan bakar yang diisikan ke tangki kendaraan hanyalah campuran metanol dan air. Ini akan mempermudah distribusi pada stasiun pengisian bahan bakar dan memperkecil risiko terbakarnya hidrogen (karena penggunaan tangki bertekanan tinggi). Selain murah, pada MSR, konversi metanol air menjadi hidrogen tinggi (8%). Inilah alasan utama rute proses MSR lebih diunggulkan daripada rute proses yang lainnya. 2. Teori Dasar Nanokatalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Secara umum ada dua tipe katalis yang telah digunakan secara komersial. Pertama, high temperature shift catalyst, yang memuat oksida-oksida besi dan 22

2 J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 1, Feb cromium, yang beroperasi pada temperatur 4-5 C, serta mengurangi konsentrasi CO pada produk reaksi 2-5%. Kedua, low temperature shift catalyst, yang terdiri dari copper, zinc oxide, dan alumina, beroperasi secara normal pada 2-4 C, serta mengurangi kandungan CO yang ada pada produk sekitar ~1%. Katalis pada umumnya memiliki tiga komponen; aktif, support dan promotor. Katalis SRM CuCuO/ZnO/Al 2 O 3 dikatakan berbasis Cu, karena komponen aktif dari katalis ini adalah Cu. Komponen aktif inilah yang paling bertanggung jawab pada reaksi yang terjadi. Sedangkan komponen support berfungsi sebagai komponen yang memperluas luas permukaan komponen aktif. Pada katalis CuCuO/ZnO/Al 2 O 3, Al 2 O 3 berperasn sebagai support yang memperluas permukaan Cu. Sedangkan ZnO berperan sebagai promotor yang berfungsi untuk mengurangi proses sintering pada Cu. Kelemahan CuCuO/ZnO/Al 2 O 3 sebagai katalis SRM adalah tingginya kadar CO yang dihasilkan dan rendahnya stabilitas untuk pemakain jangka panjang. Salah satu penyebab dari berkurangnya stabilitas katalis adalah terjadinya sintering pada partikel-partikel logam yang mengakibatkan menyusutnya luas permukaan aktif dari katalis. Untuk menyelesaikan permasalahan ini banyak cara digunakan. Di antaranya adalah mengganti komponen aktif Cu dengan Pd, mensintesis katalis berbasis Cu namun dengan promotor oksida metal yang berbeda, atau bahkan mensintesis katalis berbasis Cu dengan cara yang berbeda. Cara terakhir inilah yang akan ditempuh. Reaktor Methanol Steam Reforming Pada dasarnya penyimpanan hidrogen ada dua cara, pertama adalah dalam tabung bertekanan, dan yang kedua adalah menggunakan logam hidrida atau carbon nano tube (CNT). Mengingat cara pertama masih sangat beresiko apabila dibawa dalam kendaraan, dan cara yang kedua juga sampai saat ini masih sangat mahal, maka muncullah alternatif yang ketiga. Cara yang terakhir ini adalah dengan membawa bahan baku hidrogen (bukan hidrogennya), yang kemudian bahan baku tersebut diubah secara in situ (pada kendaraan) menjadi hidrogen. Bahan baku yang dimaksud adalah campuran methanol dan air. Methanol dinyatakan sebagai bahan bakar cair paling baik dan sesuai, karena memberikan ratio hydrogen carbon yang tinggi dalam kehadirannya pada ikatan karbon, dan berpotensi memiliki kapasitas produksi yang tinggi [4]. Gas hidrogen dapat dihasilkan melalui methanol steam reforming, berdasarkan persamaan reaksi: CH OH ΔH ΔG 3 r r 2 H ( g ) 2 ( g ) ( g ) = 9.64 kj / mol = kj / mol + CO Methanol steam reforming merupakan suatu reaksi yang paling disukai dibandingkan dengan dekomposisi methanol dan partial oxidation of methanol. Hal ini disebabkan konsentrasi gas hidrogen yang dihasilkan mencapai di atas 8% sedangkan konsentrasi gas CO yang terbentuk relatif rendah. Reaksi methanol steam reforming ini dapat dipercepat dengan bantuan (1) katalis dan karena reaksinya endotermik, maka pembakaran katalitik harus dilakukan. Efisiensi konversi secara umum bergantug pada suhu reaksi seperti dilukiskan pada Gbr. 1. Konversi [%] Suhu [K] Gambar 1. Kebergantungan persentase konversi hidrogen terhadap suhu. Data diambil dari [5] kemudian grafik dibuat ulang dari data tersebut Ultrasonik nebulizer Ultrasonik nebulizer merupakan suatu alat yang menggunakan transduser piezo elektrik yang berosilasi pada frekuensi tinggi (biasanya MHz). Gelombang yang mengenai cairan menghasilkan dropletdroplet. Pada pengoperasiannya, cairan dialirkan dalam kristal, membentuk lapisan tipis cairan antara permukaan kristal dan lubang. Pembangkitan listrik kristal tersebut menyebabkan vibrasi permukaan kristal yang terjadi pada frekuensi yang tinggi. Adanya gaya vibrasi pada cairan yang melalui lubang, mengubah cairan menjadi droplet dengan laju rata-rata L/menit. Ukuran dropletdroplet tersebut ditentukan oleh frekuensi gelombang ultrasonik yang dibangkitkan. Gambar 2 adalah skema pembangkitan aerosol dalam ultrasonik nebulizer. Gambar 3 adalah alat ultrasonik nebulizer yang digunakan dalam penelitian ini. Gambar 2. Ilustrasi vibrasi cairan menjadi dropletdroplet di dalam ultrasonik nebulizer Ukuran partikel-partikel droplet bergantung pada ρ, dan frekuensi tensi permukaan ( T ), kerapatan fluida ( ) ( f ). Hubungan ketiga besaran tersebut secara matematis ditulis melalui persamaan: d h T =.73 2 ρ f 1 3 (2)

3 J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 1, Feb Untuk air, T=.729N/m, ρ=1kg/m 3, and f=2.4mhz, menghasilkan ukuran partikel droplet sekitar 1.7 mikron. Cu(NO 3 ) 2 3H 2 O + H 2 O Zn(NO 3 ) 2 4H 2 2O + H 2 O Al(NO 3 ) 3 9H 2 2O + H 2 O PEG, Mw = 2 k, Campur dan Aduk Suhu 1 o C Pemanasan Akhir (> 5 o C) Nanokatalis Gambar 3. Ultrasonik nebulizer untuk mengkonversi metanol dan air fasa liquid menjadi droplet-droplet metanol dan air 3. Eksperimen Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : 1. Sintesis nanokatalis dengan metoda simple heating. Pada penelitian ini akan dibuat 5 sampel katalis dengan variasi suhu pembuatan dan durasi waktu. 2. Karakterisasi setiap sampel katalis, ukuran partikel menggunakan SEM dan kristalinitas menggunakan XRD. 3. Mendesain reaktor methanol steam reforming berbasis ultrasonik nebulizer. 4. Uji aktivasi katalis pada reaktor tersebut dilakukan untuk mencari hubungan antara temperatur proses dan besarnya konversi metanol menjadi H 2. Sintesis nanokatalis Prekursor yang digunakan untuk membuat katalis adalah Cu(NO 3 ) 2.3H 2 O, Zn(NO 3 ) 2.4H 2 O, Al(NO 3 ) 3.9H 2 O, PEG (polyethylene glycol dengan berat molekul rata-rata 2 k). Pada penelitian ini akan dibuat tiga sampel katalis dengan perbandingan mol Cu:Zn:Al = 2:1:.1 untuk semua sampel. Perbandingan tersebut diterapkan untuk membandingkan hasil dari Firmansyah [5] yang menggunakan perbandingan mol yang sama namun metoda pembuatan katalisnya berbeda dengan penelitian ini. Dari perbandingan mol ini akan didapat masa setiap garam nitrat yang diperlukan. Garam-garam tersebut dilarutkan dalam aquades, yang kemudian di tuang ke dalam PEG. Campuran tersebut kemudian diaduk sambil dipanaskan hingga suhu kira-kira 1 o C. Untuk memudahkan pengadukan, penambahan aquades secukupnya dibutuhkan. Pengadukan dilakukan hingga seluruh PEG terlarut. Hasilnya dituang ke cawan crusable untuk selanjutnya dipanaskan hingga temperatur yang diinginkan. Temperatur pemanasan ini haruslah di atas temperatur dekomposisi PEG, yaitu sekitar 5 o C. Diagram alir proses fabrikasi katalis menggunakan simple heating dilukiskan dalam Gbr. 4. Gambar 4. Diagram alir pembuatan katalis dengan metode pemanasan prekursor di dalam larutan polimer Waktu yang dibutuhkan untuk pemanasan untuk semua sampel bervariasi. Grafik suhu pemanasan terhadap waktu ditunjukkan dalam Gbr. 5. Mula-mula suhu naik secara linier sampai nilai yang diinginkan selama setengah jam, kemudian suhu diturunkan kembali ke suhu kamar secara alamiah dalam waktu satu jam. Gambar 5. Skema variasi temperatur dalam sintesis nanokatalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Karakterisasi sampel katalis Sampel katalis yang telah dibuat kemudian dikarakterisasi. Jenis karakterisasi yang dilakukan meliputi morfologi dengan SEM dan struktur kristal dengan XRD. Karakterisasi dengan SEM (Scanning Electron Microscopy) bertujuan untuk melihat ukuran partikel pada katalis. Tidak seperti mikroskop optik, SEM menggunakan elektron untuk melihat suatu objek. SEM memiliki perbesaraan hingga 3. kali yang sudah tidak terjangkau lagi oleh mikroskop optik. Dengan demikian partikel yang berukuran 1-9 meter dapat terlihat. Karakterisasi XRD ini dilakukan untuk menentukan kristalinitas partikel katalis. Keluaran dari XRD adalah difraktogram yang berbeda untuk setiap bahan yang berbeda. Difraktogram didapat dari difraksi sinar-x yang ditembakkan pada range sudut 2 theta antara

4 J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 1, Feb sampai 9. Kurva yang didapat adalah antara intensitas sinar-x hasil difraksi terhadap 2 theta. Interpretasi hasil difraktogram dilakuakan dengan cara membandingkan hasil yang didapat dengan difraktogarm dalam database pdf (powder diffraction file). Desain reaktor methanol steam reforming Untuk mengkonversi methanol dan air menjadi hidrogen, diperlukan desain reaktor methanol steam reforming. Dalam mendesain reaktor ini, setidaknya memerlukan sebuah ultrasonik nebulizer, sebuah heater dan pipa yang berisi katalis, dan sebuah kondensor. Ini merupakan teknik yang sangat berguna untuk memproduksi hidrogen. Desain reaktor ini dapat dilihat pada Gbr. 6. Sebuah heater diperlukan dalam pembakaran katalitik, dengan temperatur pemanasan 2-3 C. Hal ini dilakukan karena pada temperatur tersebut, konversi metanol menjadi hidrogen tinggi (8%). Untuk menyaring metanol dan air yang tidak bereaksi maka digunakan condensor. Gambar 6. Prototipe reaktor methanol steam reforming untuk konversi metanol-hidrogen 4. Hasil dan Diskusi Katalis dibuat dengan memvariasikan temperatur akhir pemanasan dan durasi waktu proses pemanasan campuran homogen. Tabel 1. Variasi temperatur akhir pemanasan dan durasi waktu selama proses pemanasan sampel berlangsung No. Sampel Temperatur Pemanasan ( C) 1 Sampel Sampel Sampel Sampel Durasi Waktu (menit) 5 Sampel Hasil karakterisasi SEM untuk masing-masing sampel ditunjukkan pada Gbr 2. Pada gambar tersebut terlihat dengan jelas bahwa nanopartikel katalis telah terbentuk dengan diameter berkisar antara nm walaupun ukurannya tidak seragam. Juga diamati bahwa ukuran rata-rata partikel... dengan bertambahnya suhu pemanasan. Juga tampak pada Gbr. 7, terlihat bahwa semakin lama waktu pemanasan, morfologi nanopartikel katalis terlihat semakin seragam. Hasil karakterisasi XRD untuk masing-masing sampel ditunjukkan pada Gbr. 8. kristalinitas yang direpresentasikan oleh fungsi puncak difraksi meningkat dengan naiknya suhu pemanasan. Gambar 7. Foto SEM untuk Sampel 1-5 (dari kiri ke kanan)

5 J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 1, Feb S am p le S am p le S am p le 3 1 Sample Sample Gambar 8. Hasil XRD untuk tiap-tiap sampel katalis Pengoperasian reaktor methanol steam reforming dimulai dengan persiapan heater dan pipa yang berisi katalis untuk pembakaran katalitik. Sebuah pipa berisi nanokatalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 yang telah dibuat dengan metode simple heating pada 6 C dan durasi waktu 3 menit..232 gram katalis ditambahkan dalam 2.26 gram glasswool dan dilarutkan dalam 2 ml alkohol. Kemudian larutan tersebut dipanaskan sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer. Selanjutnya, larutan tersebut dikeringkan dengan menggunakan oven untuk menghilangkan alkohol pada ujung proses. Pemanasan pipa yang berisi katalis dilakukan pada temperatur 2 C. Ketika temperatur bed catalis mencapai 2 C, 1 l/menit gas nitrogen dialirkan selama ½ jam, sehingga dalam pipa hanya berisi nitrogen. Selanjutnya hidrogen dialirkan selama 2 jam, dengan tujuan untuk mereduksi oksida yang ada dalam komponen aktif katalis. Reaksi tersebut mengubah CuO menjadi Cu menurut persamaan reaksi CuO + H 2 Cu + H 2O (3) Setelah komponen aktif terbentuk, aliran hidrogen dimatikan. Kemudian nebulizer diaktifkan dan 1 l/menit gas nitrogen dialirkan selama 2 jam. Gas nitrogen ini bertindak sebagai carrier gas untuk membawa cairan metanool dan air (1:1) menjadi droplet-droplet. Droplet tersebut mengalir dalam bed katalis yang telah dipanaskan pada 2 C. Di daerah ini pun terjadi proses penguapan droplet menjadi campuran uap air dan metanol. Ketika uap tersebut melakukan kontak dengan permukaan katalis, reaksi reforming terjadi. Gas yang dihasilkan pun akan mengalir ke kondensor. Seperti pada Gbr. 9. Uap metanol dan air yang tidak bereaksi akan ditampung dalam conical flask, sementara gas hidrogen dan CO 2 mengalir dalam pipa yang berbeda. Besarnya metanol dan air yang bereaksi ditunjukkan pada Tabel 2.

6 J. Nano Saintek. Vol. 1 No. 1, Feb Tabel 2. yang bereaksi dalam methanol steam reforming berbasis ultrasonik nebulizer Temperatur bed catalyst Waktu Proses mula-mula di nebulizer di conical flask 2 C 2 jam 1 ml 75 ml 6.6 ml 18.4 ml 23 C 2 jam 1 ml 3 ml 25 ml 45 ml 26 C 2 jam 1 ml 16.1 ml 27.2 ml 56.7 ml 29 C 2 jam 1 ml 33.1 ml 31.8 ml 35.1 ml 32 C 2 jam 1 ml 28.5 ml 28 ml 43.5 ml yg bereaksi Selama pembakaran katalitik pada suhu 2 o C, hanya 18.4 ml gas metanol dan air yang bereaksi dan hanya 6.6 ml metanol dan air yang tersisa dalam conical flask. Dari data tersebut didapatkan bahwa konversi metanol dan air yang bereaksi dalam reaktor tersebut pada 2 C adalah 56.1 %. Hasil ini bersesuaian dengan perhitungan teoritis konversi termodinamik methanol steam reforming pada 2 C. Sedangkan pada 23 C, metanol dan air yang bereaksi adalah 64.3 % dan pada 26 C, metanol dan air yang bereaksi adalah 67.8 %. Hal ini kurang bersesuaian dengan perhitungan teoritis. Namun jika dilihat dari besarnya konversi tersebut, maka konversinya terus meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur. methanol dan air menjadi droplet metanol dan air. Konversi metanol dan air yang bereaksi pada reaktor ini adalah 73.6%. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada ITB atas bantuan dana melaui riset KK ITB 28. Daftar Pustaka [1] T. V Choudhary. and D. W. Goodman. Catal. Today. 77, 65 (22). [2] H. Purnama, Technischen Universitat Berlin (23). [3] A. Luengnaruemitcahai, O. Somchai, and E. Gulari, Catal. Commun. 4, 215 (23). [4] J. Agrell, H. Birgersson, M. Boutonnet. J. Power Sources 16, 249 (22). Gambar 9. Desain reaktor methanol steam reforming barbasis nebulizer 5. Kesimpulan dan Saran Katalis nanostruktur CuO/ZnO/Al 2 O 3 telah berhasil dibuat dengan menggunakan metoda simple heating, dengan Cu bertindak sebagai komponen aktif, Al 2 O 3 bertindak sebagai komponen support, sedangkan ZnO bertindak sebagai promotor. Variasi Temperatur akhir pemanasan, dan waktu pemanasan akhir pada sintesis katalis Cu/Zn/Al 2 O 3 tidak berpengaruh pada ukuran partikel dan kristalinitas katalis. Hidrogen dapat diproduksi via methanol steam reforming berbasis ultrasonik nebulizer. Pemanfaatan ultrasonik nebulizer dilakukan untuk mengkonversi cairan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah

Lebih terperinci

Sintesis Nanokatalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Untuk Mengubah Metanol Menjadi Hidrogen untuk Bahan Bakar Kendaraan Fuel Cell

Sintesis Nanokatalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Untuk Mengubah Metanol Menjadi Hidrogen untuk Bahan Bakar Kendaraan Fuel Cell Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Edisi Khusus, Agustus 2009 Sintesis Nanokatalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Untuk Mengubah Metanol Menjadi Hidrogen untuk Bahan Bakar Kendaraan Fuel Cell Liherlinah,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 disintesis dengan metode kopresipitasi dengan rasio fasa aktif Cu, promotor ZnO, penyangga dan Al 2 O 3 yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesa Katalis Dalam penelitian ini, katalis disintesis menggunakan metode impregnasi kering. Metode ini dipilih karena metode impregnasi merupakan metode sintesis yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN Vol. 1 No.1, Februari 2008

Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN Vol. 1 No.1, Februari 2008 Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Vol. 1 No.1, Februari 008 Sintesis dan Pengujian Katalis Nanokristallin Cu/ZnO/Al O 3 Dengan Metode Pemanasan Dalam Larutan Polimer Untuk Aplikasi Konversi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas 39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung. Analisis distribusi ukuran partikel dilakukan di UPT. Laboratorium

Lebih terperinci

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Oleh : Ferlyna Sari 2312 105 029 Iqbaal Abdurrokhman 2312 105 035 Pembimbing : Ir. Ignatius Gunardi, M.T NIP 1955

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1. 3 Percobaan 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Daftar peralatan untuk sintesis,

Lebih terperinci

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama :

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama : BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama : a. Uji kerja pemanas, pada penelitiaan ini akan dilihat kemampuan pemanas dan konsistensi

Lebih terperinci

Kelompok B Pembimbing

Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 PENELITIAN Semester II 2007/2008 SINTESIS DAN UJI AKTIVITAS Cu/Zn/Al 2 O 3 UNTUK KATALIS REFORMASI KUKUS METANOL SEBAGAI PENYEDIA HIDROGEN SEL TUNAM (FUEL CELL) Kelompok B.67.3.20 Michael Jubel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen dengan membuat lapisan tipis Au di atas substrat Si wafer, kemudian memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas 36 III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI Dari hasil percobaan dan uji sampel pada bab IV, yang pertama dilakukan adalah karakterisasi reaktor. Untuk mewakili salah satu parameter reaktor yaitu laju sintesis

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO SKRIPSI TK091383 PEMBUATAN HIDROGEN DARI GLISEROL DENGAN KATALIS KARBON AKTIF DAN Ni/HZSM-5 DENGAN METODE PEMANASAN KONVENSIONAL ZAHRA NURI NADA 2310100031 YUDHO JATI PRASETYO 2310100070 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

Pembuatan Nanopartikel CeO 2 dengan Metode Simple Heating : Efek Penambahan Massa Polyethyleneglycol (PEG) Terhadap Ukuran Kristal yang Terbentuk

Pembuatan Nanopartikel CeO 2 dengan Metode Simple Heating : Efek Penambahan Massa Polyethyleneglycol (PEG) Terhadap Ukuran Kristal yang Terbentuk Pembuatan Nanopartikel CeO 2 dengan Metode Simple Heating : Efek Penambahan Massa Polyethyleneglycol (PEG) Terhadap Ukuran Kristal yang Terbentuk Ida Sriyanti Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unsri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CuO/ZnO/AL 2 O 3 SECARA KOPRESIPITASI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CuO/ZnO/AL 2 O 3 SECARA KOPRESIPITASI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CuO/ZnO/AL 2 O 3 SECARA KOPRESIPITASI Ikram F. Sasahan, Dra Nurhayati Bialangi, dan Rahkmawaty A Asui Jurusan Pendidikan Kimia, F MIPA Universitas Negeri Gorontalo 2013

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut :

Secara umum tahapan-tahapan proses pembuatan Amoniak dapat diuraikan sebagai berikut : PROSES PEMBUATAN AMONIAK ( NH3 ) Amoniak diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H 2) dan Nitrogen (N 2) dengan rasio H 2/N 2 = 3 : 1. Disamping dua komponen tersebut campuran juga berisi inlet dan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite

Lebih terperinci

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi Irfan Nursa*, Dwi Puryanti, Arif Budiman Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibayar oleh umat manusia berupa pencemaran udara. Dewasa ini masalah lingkungan kerap

Lebih terperinci

Pembuatan Jaring Serat Komposit PET/TiO2 Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi

Pembuatan Jaring Serat Komposit PET/TiO2 Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Edisi Khusus, Agustus 2009 Pembuatan Jaring Serat Komposit PET/TiO2 Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi Ade Yeti Nuryantini (a), Mikrajuddin Abdullah, dan

Lebih terperinci

Fabrikasi BCNO/SiO 2 Nanokomposit Phosphor untuk Aplikasi Lampu LED Putih

Fabrikasi BCNO/SiO 2 Nanokomposit Phosphor untuk Aplikasi Lampu LED Putih LOGO Fabrikasi BCNO/SiO 2 Nanokomposit Phosphor untuk Aplikasi Lampu LED Putih Ferry Iskandar, Mikrajuddin Abdullah, Khairurrijal, Bebeh W. Nuryadin, dan Ea Cahya Septia M. KK Fisika Material Elektronik,

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO Cicik Herlina Yulianti 1 1) Dosen Fakultas Teknik Prodi Elektro Universitas Islam Lamongan Abstrak Pengembangan material kristalin berukuran nano merupakan suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA Oleh : M Isa Anshary 2309 106

Lebih terperinci

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT)

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT) 1 Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan metode untuk penumbuhan material carbon nanotubes (CNT) di atas substrat silikon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakteristik katalis Pembuatan katalis HTSC ITB didasarkan pada prosedur menurut dokumen paten Jennings 1984 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya baru

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik,

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik, menghasilkan berbagai penemuan baru khususnya dalam bidang elektronika. Salah satu teknologi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel surya merupakan suatu piranti elektronik yang mampu mengkonversi energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan dampak buruk terhadap

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU Presiden RI Kegiatan Pokok RKP 2009: b. Pengembangan Material Baru dan Nano Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU Presiden RI Kegiatan Pokok RKP 2009: b. Pengembangan Material Baru dan Nano Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gas hidrogen banyak dimanfaatkan di berbagai industri, seperti dalam industri minyak dan gas pada proses desulfurisasi bahan bakar minyak dan bensin, industri makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam pembuatan lapisan film tebal CuFe O 4 yaitu dengan menggunakan screen printing (penyablonan). Teknik screen printing merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. JENIS-JENIS PROSES Proses pembuatan metil klorida dalam skala industri terbagi dalam dua proses, yaitu : a. Klorinasi Metana (Methane Chlorination) Reaksi klorinasi metana terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Paduan Fe-Al merupakan material yang sangat baik untuk digunakan dalam berbagai aplikasi terutama untuk perlindungan korosi pada temperatur tinggi [1]. Paduan ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: 1. Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan, waktu pemanasan dan lama pengadukan.

Lebih terperinci

Pembuatan Katalis Cu/ZnO/Al 2 O 3 untuk Proses Steam Reforming Metanol menjadi Hidrogen sebagai Bahan Bakar Alternatif

Pembuatan Katalis Cu/ZnO/Al 2 O 3 untuk Proses Steam Reforming Metanol menjadi Hidrogen sebagai Bahan Bakar Alternatif Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7, No. 3, hal. 98-104, 2010 ISSN 1412-5064 Pembuatan Katalis Cu/ZnO/Al 2 O 3 untuk Proses Steam Reforming Metanol menjadi Hidrogen sebagai Bahan Bakar Alternatif

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad 21, persediaan minyak dan gas bumi semakin menipis. Sementara kebutuhan akan energi semakin meningkat, terutama dirasakan pada negara industri. Kebuthan

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI Oleh AHMAD EFFENDI 04 04 04 004 6 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 PEMBUATAN

Lebih terperinci

Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP

Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH 2311105008 RAHMASARI IBRAHIM 2311105023 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP. 19500428 197903 1 002 LABORATORIUM TEKNIK REAKSI KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara. Sebagai negara berkembang, Indonesia melakukan swasembada diberbagai bidang, termasuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metodologi

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metodologi 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2010 April 2011 di Laboratorium SBRC-LPPM IPB Bogor, Laboratorium & Technical Service Pertamina, Puslabfor Mabes

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA

PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA Pembimbing:» Prof. Dr. Ir. Sugeng Winardi, M.Eng» Dr. Widiyastuti, ST. MT Penyusun:» Wahyu Puspitaningtyas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini salah satu jenis material aplikasi yang terus dikembangkan adalah komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan atau lebih

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

LOGO MERITIA ARDYATI DANY PRATAMA PUTRA Oleh: Pembimbing: Ir. Minta Yuwana, MS Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.

LOGO MERITIA ARDYATI DANY PRATAMA PUTRA Oleh: Pembimbing: Ir. Minta Yuwana, MS Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M. LOGO Oleh: MERITIA ARDYATI 2308 100 132 DANY PRATAMA PUTRA 2308 100 159 Pembimbing: Ir. Minta Yuwana, MS Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng Laboratorium Elektrokimia dan Korosi Jurusan Teknik Kimia FTI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci