Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. sering terlewatkan, dalam sejarah arsitektur dunia (Curtis, 1988:10). India

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. sering terlewatkan, dalam sejarah arsitektur dunia (Curtis, 1988:10). India"

Transkripsi

1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang India merupakan suatu wilayah yang menduduki peranan penting, namun sering terlewatkan, dalam sejarah arsitektur dunia (Curtis, 1988:10). India merupakan salah satu negara yang mengalami modernisasi dalam tempo yang singkat, dan proses tersebut meliputi pula modernisasi dalam bidang arsitektur. Sebagai bagian dari garis politik pasca-kemerdekaan, India dengan cepat menyerap arsitektur Modern, melalui berbagai proyek yang ditangani baik oleh pakar arsitek negara Barat maupun oleh arsitek India yang mempelajari dan menerapkan ilmu arsitektur Barat. Proses tersebut menjadikan India sebagai lokasi yang unik, di mana terjadi pertemuan antara arsitektur Modern dan arsitektur tradisional India yang memiliki sejarah panjang. Pertemuan dua jenis arsitektur tersebut mengerucut pada kesadaran akan pentingnya suatu arsitektur India modern yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan masa, sekaligus mempertahankan karakter dan jiwa India. Kesadaran tersebut banyak melahirkan inovasi baru dalam arsitektur India, baik dengan munculnya gagasan, karya, maupun tokoh-tokoh arsitektur yang penting. Balkrishna Vithaldas Doshi (lahir tahun 1927) adalah seorang arsitek berkebangsaan India. Lahir di Pune, Doshi menempuh pendidikan arsitektur 1

2 pertamanya pada tahun 1947 di Sir J.J. College of Architecture, Bombay. Pada tahun 1951, karena tidak puas dengan pendidikan arsitektur di negaranya sendiri, Doshi berangkat ke London dan kuliah malam di North London Polytechnic. Di samping itu, ia belajar secara mandiri di perpustakaan RIBA.Pada saat yang sama dengan kedatangan Doshi ke London, tengah diselenggarakan persiapan konferensi internasional arsitektur modern (CIAM). Sebagai seorang berkebangsaan India, Doshi menjadi pusat perhatian orang-orang. Orang-orang tersebut ingin tahu lebih banyak mengenai rencana besar Le Corbusier untuk membangun Chandigarh. Doshi memutuskan untuk bekerja sebagai magang yang tidak dibayar selama delapan bulan di atelier Le Corbusier di Ahmadabad dan Paris. Le Corbusier meyadari bahwa Doshi memiliki bakat dan kemampuan yang cukup patut diperhitungkan, dan sejak 1951 hingga 1957, Doshi bekerja kepada dan bersama sang pakar Perancis. Waktu kerja yang lama ini membekas cukup dalam pada hidup berarsitektur Doshi. Hal yang sama terjadi dalam masa kerja untuk waktu yang tidak terlalu lama bersama Louis Isadore Kahn. Singkatnya, Doshi banyak terpengaruh oleh gaya arsitektur kedua pakar tersebut.selanjutnya, dari 1958 hingga 1959, Doshi mendapat beasiswa untuk belajar di Chicago, Amerika Serikat. Sepulangnya dari sana, ia mendirikan biro arsitektur Vastu-Shilpa di Ahmadabad, yang tepatnya bertempat di salah satu karyanya yang paling terkenal, yaitu Sangath. Sebagai perluasan kegiatan profesionalnya, Doshi membentuk biro baru, yaitu Stein Doshi Balla, yang beroperasi hingga baru-baru ini. 2

3 Melalui karya-karyanya, Balkrishna Doshi dikenal sebagai seorang arsitek dengan perhatian yang sangat besar akan India, tanah kelahirannya. Karyakarya Doshi yang sudah matang memiliki karakter India yang sangat kuat. Pada masa awal karier arsitekturnya, kendati karakter India yang khas tersebut belum begitu terlihat pada karya-karyanya, Doshi sudah membuat ikrar bahwa arsitektur yang akan diujudkannya harus berorientasi pada negara India (Doshi, 1954; dalam Curtis, 1988). Karya-karya awal Doshi banyak terpengaruh oleh interaksinya dengan Le Corbusier dan Louis Kahn, dua orang arsitek Modern. Meskipun awalnya adalah seorang pengusung universalisme, Le Corbusier yang pada saat itu sudah berada dalam fase akhir masa berkaryanya ternyata menaruh perhatian yang cukup besar terhadap India sebagai konteks berkaryanya. Adapun Louis Kahn sejak awal bukanlah pengusung International Style. Di bawah pengaruh kedua tokoh besar ini, Doshi perlahan-lahan mematangkan gaya arsitekturnya. Ia mulai mencoba menampilkan karakter arsitektur India tradisional dalam bentukan yang modern. Aspek iklim sudah sejak awal menjadi pertimbangan dalam rancangannya. Lambat laun ia mulai menilai karyanya dengan lebih kritis dan menyimpulkan bahwa, lepas dari segala usahanya untuk membawa karakter India ke dalam arsitekturnya, karya-karya tersebut masih belum dapat menampilkan jiwa India yang sesungguhnya. Doshi semakin serius menggali contoh-contoh arsitektur India masa lampau, memilah mana saja dari contoh-contoh tersebut yang dapat dimanfaatkan kembali untuk menjawab persoalan saat ini, dan mengolahnya dalam format yang modern. Ia juga menekuni berbagai konsepsi India tradisional, 3

4 mulai dari perancangan kota hingga spiritualisme Hindu. Hingga saat ini, Balkrishna Doshi dikenal sebagai salah satu arsitek India yang paling penting. Selain produktif menghasilkan karya-karya arsitektur berupa objek fisik, Balkrishna Doshi juga produktif menelurkan sejumlah gagasan mengenai arsitektur. Kendati kebanyakan gagasan tersebut bersifat abstrak, dan tidak secara spesifik menunjukkan metoda-metoda praktis untuk diterapkan secara langsung dalam arsitektur, gagasan-gagasan Doshi tersebut tetap menunjukkan intensi untuk menemukan ekspresi arsitektur India modern yang tetap berjatidiri (Curtis, 1988:8-9). Sebagian besar perhatian Doshi antara lain tercurah pada isu mengenai bagaimana arsitektur India modern seharusnya menyatukan pengetahuan lampau dan situasi-situasi kontemporer, aspek-aspek lokal dan aspek-aspek universal, yang tradisional dan yang modern. Upaya penyatuan tersebut memunculkan sejumlah gagasan ikutan: kesadaran Doshi akan pentingnya memahami karakter anti-rigid kebudayaan India, posisi penting spiritualisme, serta kesimpulan Doshi mengenai konsep hidup yang dirayakan. Di satu sisi, gagasan-gagasan tersebut merupakan bagian yang cukup besar (bahkan mungkin paling besar) dalam tulisan-tulisan Balkrishna Doshi. Gagasan-gagasan tersebut diakui memang berada dalam aras yang sangat abstrak dan paradigmatis. Di sisi lain, terdapat pula bagian lain dari tulisan-tulisan Doshi yang lebih konkrit, yang berupa deskripsi serta refleksi Doshi atas karya-karya arsitekturnya. Adalah wajar untuk mengharapkan adanya relasi antara ide-ide paradigmatis dengan deskripsi karya-karya tersebut, di mana deskripsi karya diharapkan dapat memberi gambaran mengenai implementasi gagasan-gagasan 4

5 abstrak tersebut ke dalam ranah arsitektur formal-fisikal. Namun, sejauh ini data menunjukkan bahwa kedua tipe utama tulisan-tulisan Doshi tersebut merupakan bagian yang lebih banyak menunjukkan keterpisahan daripada keterkaitan. Doshi lebih banyak berbicara mengenai gagasan-gagasan abstraknya sebagai pemikiran yang berdiri sendiri di luar konteks penerapan pada karyanya, dan lebih banyak pula berbicara mengenai karya-karyanya sebagai suatu objek arsitektur yang berdiri sendiri di luar konteks pengejewantahan gagasan-gagasan abstraknya. Dengan kata lain, tidak terdapat kaitan yang eksplisit antara tulisan-tulisan Doshi mengenai gagasan-gagasan pada aras paradigmatis dan deskripsi serta refleksi Doshi mengenai karya-karyanya. Adalah ideal apabila dapat ditemukan relasi antara kedua hal tersebut. Penemuan pokok pemikiran paradigmatis Balkrishna Doshi yang paling utama, yang disertai dengan analisis mengenai implentasi paradigma pokok tersebut ke secara konkrit dalam arsitektur formal-fisikal, akan memberikan masukan yang sangat berharga bagi dunia keilmuan arsitektur, khususnya arsitektur India. Namun, sebagaimana disebutkan sebelumnya, tidak ada bukti spesifik langsung dari Doshi mengenai hubungan eksplisit antara kedua tataran tersebut (abstrak dan konkrit). Hubungan tersebut hanya dapat dicari dengan melibatkan interpretasi peneliti, dengan resiko terlalu banyak subjektivitas peneliti yang akan tercampur dalam interpretasi, serta resiko munculnya hubungan yang sesungguhnya tidak ada namun dipaksakan untuk ada. Objektivitas dalam penelitian ini akan terjaga secara maksimal dengan meminimalkan interpretasi peneliti serta memaksimalkan penggunaan data eksplisit yang bersumber langsung dari Balkrishna Doshi. 5

6 Sebagai konsekuensinya, hanya terdapat dua macam studi yang dapat didasarkan pada sebanyak mungkin data tertulis. Studi jenis pertama adalah studi mengenai karya-karya Doshi. Studi tersebut memiliki kelemahan utama, yaitu tidak mudahnya menemukan benang merah antar-karya, yang disebabkan oleh kecenderungan Doshi untuk lebih banyak mendeskripsikan karya sebagai objekobjek individual yang berdiri secara terpisah. Studi jenis kedua adalah studi mengenai gagasan-gagasan Doshi dalam tataran abstrak saja, tanpa mencari implementasi gagasan-gagasan tersebut dalam ranah fisik. Studi ini memiliki sejumlah kelebihan. Pertama, data yang memuat pemikiran Doshi dalam tataran abstrak tersedia dalam jumlah yang memadai. Kedua, penyisiran awal terhadap data-data tersebut menunjukkan adanya relasi yang cukup jelas antar-gagasan, dan dengan demikian terdapat potensi yang cukup besar untuk merumuskan benang merah antar-gagasan tersebut. Ketiga, studi mengenai gagasan diharapkan dapat memberi masukan yang lebih berharga dan lebih berjangka panjang daripada studi mengenai karya, meskipun studi mengenai gagasan serta implementasinya ke dalam karya tentu paling berharga dan paling ideal. Oleh karena itu, diputuskan untuk membatasi fokus penelitian pada aras paradigmatis pemikiran Balkrishna Doshi, yaitu dengan mengkategorikan pemikiran-pemikiran tersebut ke dalam sejumlah abstraksi yang paling utama, serta kemudian merumuskan sejumlah abstraksi tersebut ke dalam suatu konsepsi yang paling pokok dan hakiki. Secara singkat, penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsepsi arsitektur Balkrishna Doshi, dalam batas aras paradigmatis. Melalui analisis terhadap gagasan-gagasan dan karya-karya Doshi, diharapkan 6

7 dapat dihasilkan temuan mengenai pandangan Doshi yang paling pokok dan hakiki. Temuan tersebut diharapkan dapat memperkaya dan menyumbangkan pengetahuan baru bagi ranah keilmuan arsitektur, baik arsitektur secara umum maupun arsitektur India secara khusus. 1.2 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian dalam usulan tesis ini adalah seperti apakah konsepsi arsitektur Balkrishna Doshi, yang didapatkan melalui kajian paradigma Doshi mengenai arsitektur India. Diturunkan rumusan ikutan sebagai berikut: 1. Seperti apa saja abstraksi Balkrishna Doshi mengenai arsitektur? 2. Bagaimana abstraksi-abstraksi tersebut dapat dirumuskan menjadi suatu konsepsi utama Balkrishna Doshi mengenai arsitektur? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui seperti apa saja abstraksi Balkrishna Doshi mengenai arsitektur. 2. Mengetahui bagaimana abstraksi-abstraksi tersebut dapat dirumuskan menjadi suatu konsepsi utama Balkrishna Doshi mengenai arsitektur. 7

8 1.4 Kerangka Penelitian Metoda Penelitian (Design Method) Penelitian yang diajukan direncanakan menggunakan metoda induktifkualitatif. Sifat induktif dan kualitatif dari penelitian merupakan konsekuensi dari tujuan penelitian, yaitu menemukan konsepsi arsitektur Balkrishna Doshi melalui kajian paradigma Doshi tentang arsitektur India. Proses untuk mendapatkan temuan tersebut dilakukan melalui perumusan konsepsi yang bersifat umum dari sejumlah abstraksi yang bersifat khusus. Oleh karena itu, proses tersebut bersifat induktif. Di lain pihak, temuan dari proses tersebut merupakan makna/hakikat yang bersifat pribadi menurut Doshi, sehingga temuan tersebut bersifat kualitatif Teknik Penelitian (Design Technique) Penelitian yang diajukan menggunakan analisis isi (content analysis) sebagai teknik penelitian. Analisis isi dianggap sebagai teknik yang paling tepat untuk melaksanakan penelitian ini atas dasar pertimbangan sebagai berikut: 1. Analisis isi merupakan teknik untuk penelitian yang hanya memanfaatkan data dalam bentuk tertulis. Hal ini sesuai dengan ketersediaan data dalam penelitian yang diusulkan, di mana sebagian besar data berbentuk teks. 2. Analisis isi tidak hanya mampu membantu menemukan hakikat/makna dari konten termanifestasi (konten tampak/tersurat) dari teks, tetapi juga 8

9 hakikat/makna dari konten laten (konten terpendam/tersirat). Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang diusulkan, yaitu menemukan hakikat/esensi konsepsi Balkrishna Doshi mengenai arsitektur pada tataran paradigmatis. 3. Analisis isi dapat dilakukan baik dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif, dan baik dalam bentuk deduktif maupun induktif. Salah satu tipe analisis isi, yaitu analisis isi kualitatif konvensional (Conventional Qualitative Content Analysis), memiliki bentuk yang sangat sesuai dengan rencana penelitian. Analisis isi semacam ini bersifat sepenuhnya induktif dan kualitatif, dan umumnya digunakan dalam penelitian yang bertujuan memunculkan teori baru. Oleh karena itu, analisis isi kualitatif konvensional sesuai dengan karakter induktif-kualitatif penelitian seperti telah disebutkan sebelumnya. Perlu diperhatikan sejumlah hal berkaitan dengan pemilihan analisis isi sebagai metoda penelitian sebagai berikut: Pembentukan kategori merupakan fase yang paling krusial dalam analisis isi. Berhasil-tidaknya fase kodifikasi (coding) serta kualitas kesimpulan yang dihasilkan bergantung pada kelayakan kategorikategori yang dibentuk. Oleh karena itu, fase ini selayaknya mendapatkan perhatian penuh. Proses inferensi dalam analisis isi harus dihindarkan semaksimal mungkin dari interpretasi pribadi peneliti. Masuknya subjektivitas 9

10 peneliti merupakan resiko yang cukup tinggi, terlebih ketika menganalisis konten laten. Untuk meminimalkan hal tersebut, sejumlah taktik dapat dipinjam dari fenomenologi, seperti triangulasi. Dengan alasan yang sama, yaitu menghindari interpretasi subjektif dari peneliti, semua bentuk data harus berupa teks tertulis dengan sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Baik deskripsi mengenai gagasan dan pandangan maupun deskripsi mengenai karya arsitektur Balkrishna Doshi harus disajikan dalam bentuk teks tertulis yang sedapat mungkin bersumber dari Doshi. Data yang bersumber dari person selain Doshi dapat digunakan untuk memperkuat analisis, namun tidak untuk melakukan analisis utama. Dokumen grafis seperti gambar atau foto tidak boleh digunakan sebagai data langsung, disebabkan tingginya kadar interpretif dalam analisis data grafis. Kendati demikian, data grafis tersebut dapat digunakan untuk memperjelas atau memperkuat analisis terhadap data tekstual Rancangan Penelitian (Research Design) Penelitian dibagi ke dalam sejumlah tahap sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan analisis isi. Secara umum, metoda analisis isi terbagi ke dalam sejumlah fase sebagai berikut: 1. Perumusan pertanyaan dan tujuan penelitian. 10

11 2. Unitisasi, yaitu pemecahan data ke dalam satuan-satuan yang mengandung substansi minimal yang utuh. Tahap ini tidak harus mendahului/dapat dilakukan bersamaan dengan tahap kategorisasi. 3. Kategorisasi, yaitu pembentukan kategori-kategori yang akan digunakan untuk memilah-milah unit data dalam tahap kodifikasi (coding). 4. Kodifikasi, yaitu proses menyortir unit-unit data ke dalam kategorikategori yang sudah dibentuk dalam proses unitisasi. 5. Inferensi, yaitu pencarian pola-pola yang bermakna serta perumusan abstraksi yang paling pokok. 6. Positioning, yaitu perujukan hasil inferensi terhadap teori atau penelitian terdahulu. Dalam hal ini, hasil inferensi diposisikan terhadap khazanah keilmuan mengenai arsitektur secara umum dan arsitektur India secara khusus. 1.5 Lingkup dan Batasan Pada penelitian ini, dilakukan pembatasan sebagai berikut: 1) Lokus penelitian, dalam hal ini arsitek yang diamati, adalah Balkrishna Doshi. 2) Fokus penelitian adalah konsepsi Balkrishna Doshi mengenai arsitektur, pada tataran paradigmatis. 11

12 3) Objek yang dianalisis adalah data berupa arsip, baik berujud data tekstual maupun berujud data grafis berupa gambar, sketsa, dan diagram. Untuk mencegah masuknya interpretasi subjektif dari peneliti, analisis utama hanya dilakukan dengan berdasar pada data tekstual. Data grafis hanya digunakan untuk memperjelas atau memperkuat analisis terhadap data tekstual. Untuk menjamin kesahihan analisis, data tekstual dibatasi pada dokumen yang merupakan pernyataan langsung dari Balkrishna Doshi. Data yang berujud pernyataan dari person lain hanya digunakan untuk memperjelas atau memperkuat analisis. Substansi data tekstual tersebut dapat berupa observasi dan refleksi Doshi atas suatu topik tertentu, gagasan dan pandangan Doshi mengenai arsitektur, dan deskripsi Doshi atas karya-karya arsitekturnya, sejauh deskripsi tersebut mampu menunjang proses perumusan abstraksi dan konsepsi pada tataran paradigmatis. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Mengembangkan dan memperkaya khazanah keilmuan arsitektur umumnya dan keilmuan mengenai arsitektur India khususnya b) Memperkaya kepustakaan mengenai tokoh pakar arsitektur dengan menyumbangkan pengetahuan baru pandangan khas seorang tokoh, yaitu Balkrishna Vithaldas Doshi. 12

13 c) Menyumbangkan pengetahuan baru bagi para akademisi arsitektur serta menyumbangkan alternatif strategi desain bagi para praktisi arsitektur masa kini. 1.7 Keaslian Penelitian Sebelum diusulkannya tesis ini, telah terdapat sejumlah penelitian arsitektur lain yang mengambil topik mengenai tokoh bidang arsitektur. Berikut ini merupakan penelitian yang berupa tesis yang terdapat di Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada: 1) Kajian Ekspresi Formal Bangunan Gereja Karya Y.B. Mangunwijaya, oleh Ummul Mustaqimah, tahun Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ekspresi formal yang menonjol pada 4 (empat) bangunan gereja karya Y.B. Mangunwijaya, melihat keterkaitan antar aspek formal tersebut (bentuk, ruang, fungsi, teknik, dan konteks), serta mencari tahu latar belakang munculnya ekspresi formal tersebut. Penelitian rasionalistik ini bersifat deskriptif-kualitatif, dengan pendekatan induktif. Objek penelitian adalah 4 (empat) bangunan gereja karya Y.B. Mangunwijaya, yaitu Gereja Maria Fatima Sragen, Gereja Maria Assumpta, Gereja St. Theresia Salam, dan Gereja St. Albertus Jetis. Data yang dikumpulkan berupa data grafis berupa foto, gambar, dan sketsa, baik data grafis yang merupakan rekaman atas kondisi terbangun karya-karya tersebut maupun data grafis yang 13

14 merupakan arsip rancangan asli; data tekstual berupa kepustakaan; dan data verbal berupa hasil wawancara. Fokus penelitian ditujukan pada aspek formal dari keempat karya tersebut, yaitu bentuk, ruang, fungsi, teknik, dan konteks, serta keterkaitan antar seluruh elemen aspek formal tersebut. Dilakukan 2 (dua) model analisis, yaitu analisis grafis dan analisis deskriptif. Analisis grafis dilakukan terhadap data yang berupa gambar, foto, dan sketsa, sementara analisis deskriptif dilakukan baik terhadap data grafis maupun terhadap data tekstual dan verbal. Hasil dari kajian terhadap elemen-elemen formal karya sang arsitek dikonfirmasikan dengan data mengenai pribadi Y.B. Mangunwijaya untuk merumuskan latar belakang munculnya ekspresi formal tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Ekspresi formal yang muncul pada keempat bangunan gereja karya Y.B. Mangunwijaya adalah a) pemilihan dan pengolahan bahan untuk mempertegas karakter bentuk bangunan b) adanya ruang-ruang terbuka, dan c) adanya struktur yang diekspos. 2) Aspek formal yang paling menonjol pada keempat bangunan gereja karya Y.B. Mangunwijaya tersebut adalah bentuk, ruang, dan teknik, dan bahwa terdapat keterkaitan yang kuat antara aspek-aspek tersebut. 3) Latar belakang munculnya ekspresi formal tersebut adalah penghargaan Y.B. Mangunwijaya terhadap potensi lokal. 2) Daniel Libeskind: Kajian Teori, Metoda, dan Aplikasi Perancangan, oleh Bonifacio Bayu Senasaputro, tahun Penelitian ini bertujuan 14

15 untuk mengetahui bagaimana teori, prinsip, dan metoda dari pemikiran Daniel Libeskind, seorang arsitek yang digolongkan ke dalam paham Dekonstruksi, serta melihat bagaimana teori, prinsip, dan metoda tersebut diterapkan dalam aplikasi karya-karya arsitekturalnya. Penelitian ini menggunakan metode content analysis. Data yang digunakan ialah arsip berwujud teks, gambar, dan diagram. Penelitian dilakukan dalam dua bagian besar: 1) Konsepsi teoretik, di mana dilakukan eksplorasi terhadap karya-karya teoretis Libeskind yang berupa teks dan terhadap karya-karya eksperimentalnya. Prosedur ini menghasilkan konsepsi untuk teori, prinsip, dan metoda pemikiran Libeskind. 2) Verifikasi terhadap temuan teori, prinsip, dan metoda tersebut dalam aplikasi 5 bangunan karya Libeskind, yaitu Jewish Museum, Felix Nussbaum Haus, Bremen Concert Hall, Victoria & Albert Museum, dan Denver Art Museum. Hasil penelitian ini adalah ditemukannya teori Daniel Libeskind berupa lines, 4 (empat) konsep berupa space, trajectory, elements, dan context, serta 11 metode dan 11 prinsip utama. Ditemukan pula bahwa arsitektur Dekonstruksi a la Libeskind adalah dekonstruksi terhadap teks. Karya Libeskind memiliki karakter menerus yang sangat kuat, yang diwujudkan dalam bentukan dan struktur. 3) Bernard Tschumi: Teori, Metoda, dan Aplikasi, oleh Prima Widia Wastuty, tahun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa teori, prinsip, dan metode Bernard Tschumi, serta 15

16 bagaimana teori, prinsip, dan metode tersebut diterapkan dalam aplikasi karya-karyanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis. Data yang dianalisis berujud teks, gambar, dan diagram. Penelitian dilakukan dalam dua bagian besar: 1) Konsepsi teoretik, di mana dilakukan eksplorasi terhadap karya-karya teoretis Tschumi yang berupa teks dan terhadap karya-karya eksperimentalnya. Prosedur ini menghasilkan konsepsi untuk teori, prinsip, dan metoda pemikiran Tschumi. 2) Verifikasi terhadap temuan teori, prinsip, dan metoda tersebut dalam aplikasi 5 bangunan karya Tschumi, yaitu Parc de la Villette, Glass Video Gallery, Le Fresnoy National Studio for Contemporary Arts, Rouen Concert Hall and Exhibition Hall, dan The Expansion of Museum of Modern Art. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1) Ditemukan 3 teori Tschumi, yaitu space, event, dan movement yang disjunctive; 2) ditemukan pula concept, context, dan content yang qualify dan disqualify; 3) ditemukan 11 prinsip Tschumi, dan 4) ditemukan 13 metode Tschumi. Penelitian yang diusulkan ini dapat dibandingkan dengan penelitianpenelitian terdahulu sebagai berikut. Yang pertama, penelitian ini dan penelitianpenelitian terdahulu seluruhnya mengambil tokoh di bidang arsitektur sebagai lokus. Kendati demikian, sejauh dilacak oleh penulis, belum ada peneliti yang mengajukan tesis dengan mengambil Balkrishna Doshi sebagai tokoh arsitektur 16

17 yang dipilih. Dengan demikian, dari sisi pemilihan tokoh, usulan penelitian ini memiliki keaslian. Yang kedua, penelitian ini direncanakan akan berfokus pada konsepsi arsitektur Balkrishna Doshi, dan direncanakan akan menggunakan metode analisis isi (content analysis). Dalam hal ini, usulan penelitian ini memiliki keunikan dibandingkan dengan penelitian lainnya. Penelitian oleh Prima Widia Wastuty (2007) dan Bonifacio Bayu Senasaputro (2008) juga menggunakan metoda analisis isi (content analysis), namun keduanya secara spesifik mencoba menemukan teori, metoda, dan aplikasi arsitektur dua tokoh arsitek, yaitu Bernard Tschumi dan Daniel Libeskind. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara penelitian yang diusulkan dan kedua penelitian tersebut. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Ummul Mustaqimah (2002), meskipun juga mengambil tokoh arsitek, yaitu Y.B. Mangunwijaya, lebih berfokus pada ekspresi dan aspek formal dari karya-karya sang arsitek, dan tidak menggunakan content analysis sebagai metoda penelitiannya. Usulan penelitian ini juga berbeda secara mendasar dari penelitian Wastuty dan Senasaputro dalam hal pemilihan tokoh bidang arsitektur yang diambil sebagai objek. Tokoh yang dianalisis Wastuty, yaitu Bernard Tschumi, dan tokoh yang dianalisis Senasaputro, yaitu Daniel Libeskind, merupakan arsitek yang digolongkan ke dalam aliran Dekonstruksi. Adapun tokoh yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Balkrishna Doshi, yang secara umum dianggap tidak termasuk dalam jajaran arsitek Dekonstruksi. Oleh karena itu, temuan yang diharapkan dihasilkan pun memiliki perbedaan. Di antara temuan 17

18 Senasaputro adalah Dekonstruksi a la Daniel Libeskind yang khas, yang dapat ditandai perbedaannya dari arsitek Dekonstruksi lainnya, yaitu dekonstruksi terhadap teks. Adapun Wastuty menemukan sekian banyak teori, prinsip, dan metoda yang khas Bernard Tschumi, yang juga merupakan Dekonstruksi a la Tschumi. Kedua temuan tersebut menempatkan arsitek yang menjadi objek penelitian dalam kerangka aliran arsitektur tertentu. Di lain pihak, penelitian yang diajukan tidak mengkerangkakan arsitektur Balkrishna Doshi secara spesifik. Dari sudut pandang pemilihan tokoh, usulan penelitian ini justru mendekati penelitian Mustaqimah. Mustaqimah memilih Y.B. Mangunwijaya sebagai objek penelitiannya. Karya-karya Mangunwijaya memiliki kesamaan gagasan dengan Balkrishna Doshi, yaitu dalam usaha untuk menyatukan tradisi setempat dengan modernitas global. Sebagai contoh, dalam merancang keempat gereja yang dianalisis dalam penelitian Mustaqimah, Mangunwijaya banyak memanfaatkan elemen-elemen arsitektur tradisional Indonesia khususnya Jawa dengan cara yang-cara yang segar. Hal ini tidak mengherankan mengingat mengingat keempat gereja tersebut didirikan di wilayah Jogja-Jawa Tengah. Arsitektur Mangunwijaya banyak menampilkan rasa tradisional, namun tujuan utama arsitekturnya tetap universal dan global, tidak lagi diikat oleh tujuan-tujuan yang sifatnya lokal belaka. Kehadiran elemen lokal-tradisional dalam karya-karya Mangunwijaya tidak lagi berupa tempelan, melainkan menyatu dan dilebur melalui cara-cara yang baru, modern, dan universal. Dapat dikatakan bahwa, pada karya-karya arsitektur Mangunwijaya, terjadi peleburan/penyatuan antara arsitektur yang lama dan arsitektur yang baru, dan ini merupakan salah satu tema 18

19 pokok dalam pemikiran Balkrishna Doshi. Oleh karena itulah dapat dikatakan bahwa penelitian Mustaqimah memiliki kedekatan dengan usulan penelitian ini dalam hal toh arsitektur yang menjadi objek penelitian. Kendati demikian, dari sudut pandang tujuan penelitian, usulan penelitian ini memiliki perbedaan yang cukup besar dengan penelitian Mustaqimah. Mustaqimah hanya berfokus pada satu bagian saja dari arsitektur Mangunwijaya, yaitu ekspresi formal. Adapun aspek formal yang menonjol, keterkaitan antaraspek formal tersebut, serta latar belakang munculnya ekspresi formal tersebut lebih merupakan temuan ikutan dari tujuan utama penelitian, yaitu ekspresi formal itu sendiri. Adapun usulan penelitian ini mencoba menghasilkan temuan yang lebih holistik, yaitu konsepsi arsitektur secara umum menurut Balkrishna Doshi melalui kajian paradigma arsitek bersangkutan. Hal ini tentu memerlukan kajian pada keseluruhan pemikiran abstrak Doshi, dan bukan pada ekspresi formal pada karya-karya arsitekturnya. Oleh karena itulah, usulan penelitian ini terbedakan dari penelitian Mustaqimah. 19

20 Tabel 1.1 Perbandingan antara Usulan Penelitian dan Penelitian-Penelitian Terdahulu Sumber: Pribadi, 2014 No Judul Tahun Peneliti Lokus Fokus Karya Metode Temuan Daniel Libeskind: Kajian Teori, Metoda, dan Aplikasi Perancangan Bernard Tschumi: Teori, Metoda, dan Aplikasi Kajian Ekspresi Formal Bangunan Gereja Karya Y.B. Mangunwijaya Konsepsi Balkrishna Doshi mengenai Arsitektur pada Tataran Paradigmatis Bonifacio Bayu Senasaputro Prima Widia Wastuty Ummul Mustaqimah Mario Lodeweik Lionar Daniel Libeskind Bernard Tschumi Y.B. Mangunwijaya Balkrishna Vithaldas Doshi Teori, prinsip, metode, dan aplikasi Teori, prinsip, metode, dan aplikasi Ekspresi dan aspek formal (bentuk, ruang, fungsi, teknis, konteks) Pandangan Doshi mengenai arsitektur d Jewish Museum Felix Nussbaum Haus Bremen Concert Hall Victoria & Albert Museum Denver Art Museum Parc de la Villette Glass Video Gallery Le Fresnoy National Studio for Contemporary Arts Rouen Concert Hall and Exhibition Hall The Expansion of Museum of Modern Art Gereja Maria Fatima Sragen Gereja Maria Assumpta Gereja St. Theresia Salam Gereja St. Albertus Jetis Studio Arsitektur Sangath Gandhi Labour Institute IIM Bangalore Perumahan Aranya Hussain-Doshi Gufa Content Analysis Content Analysis RasionalistikInduktif Content Analysis Teori: lines Konsep: space, trajectory, elements,context 11 metoda 11 prinsip utama Teori: space, event,movement, yang disjunctive Konsep:concept, context, content yang qualify dan disqualify 11 prinsip utama 13 metoda Ekspresi formal: perlakuan bahan, ruang terbuka, & struktur ekspos Aspek formal terkuat: bentuk, ruang, dan teknik Latar belakang: kepedulian arsitek akan potensi lokal Abstraksi Konsepsi 20

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Arsitektur merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sekarang ini sering

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Arsitektur merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sekarang ini sering BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sekarang ini sering diperbincangkan dan menjadi topik utama dalam kehidupan masyarakat. Hal yang menjadi fokus

Lebih terperinci

memiliki lokalitas kuat, yaitu kedekatannya dengan alam dan arsitektur asli Amerika (antara lain rumah pertanian, padang rumput dan memori peradaban

memiliki lokalitas kuat, yaitu kedekatannya dengan alam dan arsitektur asli Amerika (antara lain rumah pertanian, padang rumput dan memori peradaban 2 memiliki lokalitas kuat, yaitu kedekatannya dengan alam dan arsitektur asli Amerika (antara lain rumah pertanian, padang rumput dan memori peradaban suku Indian) dan hidup dalam masa transisional menuju

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Gaya Arsitektur Dekonstruksi (Materi pertemuan 3)

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Gaya Arsitektur Dekonstruksi (Materi pertemuan 3) PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Gaya Arsitektur Dekonstruksi (Materi pertemuan 3) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Arsitektur

Lebih terperinci

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge -

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. memanfaatkan lingkungan seperti pemanfaatan limbah peti kemas.

BAB V KAJIAN TEORI. memanfaatkan lingkungan seperti pemanfaatan limbah peti kemas. BAB V KAJIAN TEORI 5.1. Kajian Teori Penekanan / Tema Desain Penekanan tema desain dalam project Rumah Susun Kontainer di Semarang adalah Arsitektur Metabolist. 5.2. Kajian Teori Permasalahan Dominan Project

Lebih terperinci

Pertama, penulis bermaksud mengembangkan konsep pemikiran,

Pertama, penulis bermaksud mengembangkan konsep pemikiran, 114 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengkaji permasalahan dan memperoleh makna yang lebih mendalam sesuai dengan kondisi lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang 1.1.1. Latarbelakang Pengadaan Proyek Perkembangan negara Jepang yang sangat maju dalam waktu yang singkat merupakan titik pandang tersendiri baik bagi dunia Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik BAB I PENDAHULUAN Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik penelitian. Latar belakang masalah berisi pemaparan mengenai isu konseptual employee engagement dan isu kontekstualnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Metode yang digunakan dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah dengan menjelaskan secara deskriptif mengenai obyek rancangan dan juga permasalahan

Lebih terperinci

GALERI ARSITEKTUR JAKARTA

GALERI ARSITEKTUR JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GALERI ARSITEKTUR JAKARTA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik oleh : RACHADIAN HADIWIBOWO L2B 005 194

Lebih terperinci

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian Penelitian tentang karakteristik organisasi petani dalam tesis ini sebelumnya telah didahului oleh penelitian untuk menentukan klasifikasi organisasi petani yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya tipografi Swiss yang dikenal dengan International Typographic Style

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya tipografi Swiss yang dikenal dengan International Typographic Style BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya desain Eropa dan Amerika telah lama menjadi kiblat para desainer grafis terutama type foundry di dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini dimulai pada masa revolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek 1.1.1. Gagasan Awal Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini. Pendidikan yang berkualitas sangat bermanfaat untuk menentukan

Lebih terperinci

Women and Child Center di Semarang

Women and Child Center di Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan jaman di abad modern dimana dunia hampir tiada batas, gaya hidup wanita perkotaan pun ikut berubah. Hal ini dapat dilihat dari emansipasi

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang

BAB VIII PENUTUP. Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang BAB VIII PENUTUP Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang telah disajikan pada Bab V, Bab VI, dan Bab VII. Pada bab ini juga dicantumkan saran yang ditujukan kepada Pemerintah

Lebih terperinci

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia Anusapati SENI PATUNG DALAM WACANA SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA 1* Anusapati Patung dan aspek-aspek utamanya Di dalam ranah seni klasik/tradisi, pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur. BAB I PENDAHULUAN I.1. Deskripsi Proyek Judul : Topik : Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara Ekspresionisme Tema : Pengolahan Bentuk Kampus yang Ekspresif dalam Menaungi Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Perkembangan arsitektur dan urbanisme

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Perkembangan arsitektur dan urbanisme 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Perkembangan arsitektur dan urbanisme Pada tahun 1960-an, arsitektur, perencanaan, arsitektur lansekap dan profesi lainnya saling menyalahkan satu sama lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, menurut Pradja. AL (2008, hlm. 24) menyatakan bahwa: (Praja, 2008) Pendidikan merupakan usaha agar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Perkembangan dunia kesenirupaan saat ini sudah sangat pesat sekali dengan inovasi bahan dan media dari karya seni rupa yang sudah beragam dan kadang tidak

Lebih terperinci

PEDOMAN STRUKTUR DAN SUBSTANSI SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN PTK PRODI PGSD JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI

PEDOMAN STRUKTUR DAN SUBSTANSI SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN PTK PRODI PGSD JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI 1 PEDOMAN STRUKTUR DAN SUBSTANSI SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN PTK PRODI PGSD JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI A. DEFINISI Penelitian Tindakan pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI. A. Tujuan dan manfaat perancangan. 1. Tujuan perancangan

BAB II METODOLOGI. A. Tujuan dan manfaat perancangan. 1. Tujuan perancangan BAB II METODOLOGI A. Tujuan dan manfaat perancangan 1. Tujuan perancangan a. Untuk membuat karya, maksudnya adalah membuat hasil karya seni yang didasari dari ide atau gagasan dan dapat di aplikasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai pengalaman psikologis pada remaja yang mengalami perceraian orangtua. Untuk mengetahui hasil dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Arsitektur Post Modern (Materi pertemuan 2)

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Arsitektur Post Modern (Materi pertemuan 2) PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Arsitektur Post Modern (Materi pertemuan 2) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Arsitektur post

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Proses kajian yang digunakan dalam merancang Green Park Mall di

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Proses kajian yang digunakan dalam merancang Green Park Mall di BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Proses dan Metode Umum Proses kajian yang digunakan dalam merancang Green Park Mall di Gresik dilakukan dengan metode penelitian yang bersifat analisa kuantitatifkorelatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek DPR RI secara resmi mengesahkan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional ( UU sisdiknas ) yang sebelum disahkan UU ini mengundang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah Negara dengan latar belakang budaya yang majemuk. mulai dari kehidupan masyarakat, sampai pada kehidupan budayanya. Terutama pada budaya keseniannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. 3 Neo Vernakular : suatu bentuk yang mengacu pada bahasa setempat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. 3 Neo Vernakular : suatu bentuk yang mengacu pada bahasa setempat dengan Tengah. 3 Neo Vernakular : suatu bentuk yang mengacu pada bahasa setempat dengan Sentra Usaha Kecil Menengah Di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Neo - Vernakular BAB I PENDAHULUAN 1.1. PEMAHAMAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN CONCEPT CONTEXT DAN CONTENT PADA KARYA BERNARD TSCHUMI

HUBUNGAN CONCEPT CONTEXT DAN CONTENT PADA KARYA BERNARD TSCHUMI LANTING Journal of Architecture, Volume 1, Nomer 2, Agustus 2012, Halaman 117-123 ISSN 2089-8916 HUBUNGAN CONCEPT CONTEXT DAN CONTENT PADA KARYA BERNARD TSCHUMI Prima Widia Wastuty Dosen Program Studi

Lebih terperinci

yaitu (1) bagaimana distribusi tenaga guru SLTPN di Kabupaten Serang, (2) bagaimana pola mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang, (3)

yaitu (1) bagaimana distribusi tenaga guru SLTPN di Kabupaten Serang, (2) bagaimana pola mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang, (3) BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian yang penulis lakukan dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan sebagaimana dijelaskan pada bab I. Data dan informasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian akan dilakukan yaitu di Kelompok Bermain Bunga Nusantara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dalam penelitian yang mengangkat topik mengenai peran Feng Shui dalam penamaan toko, peneliti mengambil objek penelitian yaitu tanggapan dan respon dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

KATEGORI METODOLOGI DESAIN

KATEGORI METODOLOGI DESAIN Pertemuan ke - 3 KATEGORI METODOLOGI DESAIN Secara umum metode desain dapat dibagi dalam dua kelompok : 1. Metode Desain Konvensional A. Metode Evolusi Kria atau Metode Vernakular B. Metode Merancang dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-kota Yogyakarta merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Ada tujuh sekolah

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESORT DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESORT DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESORT DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : ARI PUJI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga

Lebih terperinci

Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme. (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian)

Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme. (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian) Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian) Seiring dengan perkembangan paradigma interpretivisme dan metodologi penelitian lapangan (f ield

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri ikut serta dalam munculnya berbagai permasalahan kebutuhan akan hunian, terutama pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam budaya sejarah dan peninggalan yang saat ini merupakan asset identitas dari Bangsa Indonesia. Untuk menjaga kekayaan yang dimilikinya

Lebih terperinci

Kementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di

Kementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek Menurut catatan sejarah umat manusia yang sempat terungkap tentang keberadaan dan perkembangan perpustakaan menunjukkan bahwa perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Penelitian ini melibatkan empat orang dosen sebagai validator yang terdiri dari dosen biokimia serta dosen yang berpengalaman di bidang literasi

Lebih terperinci

KAJIAN INTERDISIPLIN DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN SENI RUPA: SUBSTANSI KAJIAN DAN IMPLIKASI METODOLOGIS

KAJIAN INTERDISIPLIN DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN SENI RUPA: SUBSTANSI KAJIAN DAN IMPLIKASI METODOLOGIS KAJIAN INTERDISIPLIN DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN SENI RUPA: SUBSTANSI KAJIAN DAN IMPLIKASI METODOLOGIS Oleh: Eko Sugiarto Dosen Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang email

Lebih terperinci

Rancangan Penelitian Kualitatif

Rancangan Penelitian Kualitatif Rancangan Penelitian Kualitatif Asumsi Utama Penelitian Kualitatif 1. Peneliti memfokuskan pada proses. 2. Memperhatikan pemaknaan terhadap sesuatu. 3. Peneliti merupakan instrumen utama. 4. Melibatkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR TEORI

BAB II DASAR-DASAR TEORI BAB II DASAR-DASAR TEORI 2.1 Pengertian College 2.1.1 Definisi College College merupakan suatu institusi pendidikan tinggi yang lebih tertuju pada pendidikan ilmu pengetahuan dan seni. Dalam arti luas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Cepat atau lambat, Kota Semarang akan menjadi salah satu kota metropolis di Indonesia, jika mengingat perdagangan dan perekonomian global yang sudah berjalan di Indonesia

Lebih terperinci

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan kota metropolitan kedua setelah Jakarta dan saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota yang sudah maju di bidang industri, maupun perdagangan.

Lebih terperinci

Modul 3 TOPIK 2 : Metode Perancangan Arsitektur Sub-Topik 3 : KONSEP

Modul 3 TOPIK 2 : Metode Perancangan Arsitektur Sub-Topik 3 : KONSEP Modul 3 TOPIK 2 : Metode Perancangan Arsitektur Sub-Topik 3 : KONSEP CONCEPT (KONSEP) GAGASAN yang memiliki KARAKTER KHUSUS dan merupakan PEMIKIRAN SPESIFIK sebagai hasil dari suatu pemahaman (Snyder Catanese

Lebih terperinci

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra. Orientasi penelitian sastra yang masih terbatas menghasilkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis dimana yang ditekankan adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Konsep diri merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas individu. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, maka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Permukiman, perkotaan dan lansekap suatu daerah terbentuk sebagai hasil dari sistem kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik Minimalis merupakan salah satu seni kontemporer yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. Musik Minimalis merupakan salah satu seni kontemporer yang ada pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Musik Minimalis merupakan salah satu seni kontemporer yang ada pada saat ini yang berangkat dari sebuah gaya eksperimental dengan konsep minimal namun hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk seni. Berbagai produk seni yang khas dapat ditemukan di hampir seluruh daerah

Lebih terperinci

Pusat Seni dan Arsitektur Kontemporerm di Bandung

Pusat Seni dan Arsitektur Kontemporerm di Bandung LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Pusat Seni dan Arsitektur Kontemporerm di Bandung Penekanan Desain Arsitektur Morphosis Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

Bab 3 Mengapa Lesson Study?

Bab 3 Mengapa Lesson Study? Bab 3 Mengapa Lesson Study? A. Bagaimana Pengetahuan Berkembang? Dalam suatu pertemuan, sejumlah guru melakukan diskusi tentang masalah pembelajaran matematika SMP. Salah seorang guru mengemukakan pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap universitas berusaha bersaing untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas swasta terkemuka

Lebih terperinci

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Proses Penyesuaian Diri di Lingkungan Sosial pada Remaja Putus Sekolah. Metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab Metode Penelitian ini terdiri atas delapan pokok bahasan. Pokok

BAB III METODE PENELITIAN. Bab Metode Penelitian ini terdiri atas delapan pokok bahasan. Pokok BAB III METODE PENELITIAN Bab Metode Penelitian ini terdiri atas delapan pokok bahasan. Pokok bahasan kesatu membicarakan rancangan penelitian; kedua, membicarakan tentang lokasi penelitian; ketiga membicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERUMUSAN MASALAH. berkembang baik perusahaan maupun instansi pemerintah. Teknologi dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERUMUSAN MASALAH. berkembang baik perusahaan maupun instansi pemerintah. Teknologi dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN PERUMUSAN MASALAH Di era modern sekarang ini teknologi informasi maupun komunikasi semakin canggih. Informasi seperti berita nasional maupun internasional ataupun

Lebih terperinci

GENDHUK

GENDHUK GENDHUK N A L A N A N D A N A 04.08-11.08.17 Nala Nandana lahir di Bandung, 1985. menempuh pendidikan di Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung dan berkesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. http://www.linkedin.com/company/pt-jasa-raharja-persero- diakes pada tanggal 24 April 2014

BAB I PENDAHULUAN. http://www.linkedin.com/company/pt-jasa-raharja-persero- diakes pada tanggal 24 April 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Negara berkembang Indonesia terus mengalami perkembangan dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang pembangunan. Pembangunan menandakan majunya suatu

Lebih terperinci

MUSIK BAB I PENDAHULUAN

MUSIK BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modernisme mendorong segala aspek kehidupan manusia diukur melalui angka-angka, rasionalitas, efektifitas. Pemikiran ini juga hadir dalam bidang arsitektur. Sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini kata modern merupakan kata yang tidak asing lagi didengar, terutama dalam dunia arsitektur. Hal ini yang kemudian memunculkan sebuah arsitektur yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 3: TINJAUAN TEMA

BAB 3: TINJAUAN TEMA BAB 3: TINJAUAN TEMA 3.1. Pengertian Umum Arsitektur Kontemporer Bersumber dari blog AMI (Arsitektur Muda Indonesia http://wahana-arsitekturindonesia.blogspot.co.id/2009/05/arsitektur-kontemporer.html)

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA 3.1 Alasan Pemilihan Tema Rencana pengembangan suatu bangunan atau suatu site, tentu tidak akan dengan begitu saja merubah secara keseluruhan baik fisik bangunan atau keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi tolak ukur kualitas dari lulusannya. Kompetensi lulusan yang baik dari lembaga pendidikan yang terpercaya

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan jarak bukan suatu hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai penjuru

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

PAMERAN ARSITEKTUR INTERNASIONAL VENICE BIENNALE 2014 ARCHITECTURE INTERNATIONAL EXHIBITION VENICE BIENNALE 2014

PAMERAN ARSITEKTUR INTERNASIONAL VENICE BIENNALE 2014 ARCHITECTURE INTERNATIONAL EXHIBITION VENICE BIENNALE 2014 PAMERAN ARSITEKTUR INTERNASIONAL VENICE BIENNALE 2014 ARCHITECTURE INTERNATIONAL EXHIBITION VENICE BIENNALE 2014 PAVILIUN INDONESIA KETUKANGAN: KESADARAN MATERIAL, BAWAH SADAR ARSITEKTURAL INDONESIA PAVILION

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,

Lebih terperinci

BAB IV ELABORASI TEMA

BAB IV ELABORASI TEMA BAB IV ELABORASI TEMA 4.1 Umum Arsitektur Modern Islami adalah gagasan dan karya arsitektur yang sesuai dengan pandangan dan kaidah-kaidah Islam tentang arsitektur dan tidak terbatas pada masjid saja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

Penelitian di Bidang Manajemen

Penelitian di Bidang Manajemen Penelitian di Bidang Manajemen Frans Mardi Hartanto Fmhartanto@gmail.com Bandung Manajemen - Ilmu Hibrida yang Multidisipliner 1 Ilmu manajemen adalah hasil perpaduan dari berbagai ilmu yang berbeda namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Galeri adalah selasar atau tempat, dapat pula diartikan sebagai tempat yang memamerkan karya seni tiga dimensional karya seorang atau sekelompok seniman atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dan berlangsung secara terus menerus dari generasi ke generasi. Pendidikan merupakan sesuatu yang universal, bersifat umum karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode BAB 3 METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Pusat Olahraga Aeromodelling di Malang ini, metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode ini berisi tentang paparan atau

Lebih terperinci

Desa Mandiri Berbasis Ecovillage

Desa Mandiri Berbasis Ecovillage BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Revolusi industri yang terjadi pada tahun 1750-1850 menyebabkan terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi,

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kesehatan mental menurut pandangan orang Melayu Riau, sehingga menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kesehatan mental menurut pandangan orang Melayu Riau, sehingga menggunakan 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai konsep kesehatan mental menurut pandangan orang Melayu Riau, sehingga menggunakan metode kualitatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 1 PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 Pendahuluan Oleh: Bambang Prihadi*) Implementasi Kurikulum 2013 dicirikan dengan perubahan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Dimana biasanya anak mulai memasuki dunia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif, dimana penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif, dimana penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif, dimana penelitian dilakukan untuk mengembangkan apa yang ada di balik peristiwa, latar belakang pemikiran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Latar atau tempat penelitian ini berlokasi di desa Limehe Timur

BAB III METODE PENELITIAN. Latar atau tempat penelitian ini berlokasi di desa Limehe Timur 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskriptid Obyek Penelitian 3.1.1 Latar penelitian Latar atau tempat penelitian ini berlokasi di desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo. Desa Limehe Timur dipilih karena minimnya

Lebih terperinci