1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara
|
|
- Yandi Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut, baik dalam satu unit maupun dalam suatu kesatuan permukiman, memiliki kaidah tersendiri yang didasarkan atas perenungan dan refleksi dari berbagai aspek. Manifestasi dari refleksi pemikiran masyarakat tradisional memunculkan beragam keunikan hasil karya rumah tradisional yang erat kaitannya dengan keragaman suku dan kebudayaan yang khas. Indonesia merupakan negara multikultural dan Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah provinsi di Indonesia yang memiliki beragam suku dan kebudayaan khas. Beberapa etnis terbesar yang mendiaminya adalah etnis Bugis, etnis Makassar, etnis Mandar, dan etnis Toraja. Etnis-etnis yang menduduki kawasan tersebut masing-masing memiliki rumah dengan ciri khas tersendiri. Namun, selain menampakkan perbedaan, etnis ini juga memiliki beberapa persamaan bentuk rumah karena adanya kedekatan batasan wilayah. Etnis Toraja memiliki bentuk rumah yang paling beda jika dibandingkan dengan ketiga etnis yang lain. Tulisan dan bahasa yang digunakan etnis Bugis dan Makassar hampir sama, dan seringkali aspek budayanya dianggap mirip dan beberapa titik wilayah keduanya memiliki budaya telah berakulturasi antara etnis Bugis dan Makassar. 1
2 Rumah Tradisional di Sulawesi Selatan umumnya berbentuk rumah panggung. Etnis Bugis dan Makassar memiliki bentuk rumah yang tampak mirip, namun berbeda. Begitu pula dengan rumah mandar yang sekarang telah masuk ke dalam Provinsi Sulawesi Barat. Sedangkan rumah Toraja juga bertiang, namun memiliki bentuk yang relatif berbeda dibanding ketiga rumah tersebut. Bulukumba merupakan salah satu wilayah di Sulawesi Selatan yang lokasinya berada sekitar 230 km dari Ibukota Makassar. Bulukumba diketahui sebagai salah satu wilayah yang termasuk dalam etnis Makassar (wilayah lainnya adalah Jeneponto, Takalar, dan Bantaeng). Namun etnis Bugis pun telah melebur ke dalam wilayah-wilayah etnis Makassar sehingga disebut Suku Bugis-Makassar. Sehingga bahasa yang digunakan oleh masyarakat Bulukumba adalah bahasa Makassar dan bercampur Bugis, dengan menggunakan dialek Konjo. Ada pula beberapa kata yang merupakan kata khusus digunakan di daerah Bulukumba dan tidak digunakan di daerah Bugis-Makassar yang lain. Salah satu bukti wujud fisik dari suatu kebudayaan yang dihasilkan oleh masyarakat tradisional di Sulawesi Selatan khususnya wilayah Bulukumba adalah arsitektur rumah tradisional Kajang. Komunitas Kajang telah menempati wilayah Kecamatan Kajang semenjak abad ke-15 dan menganut kepercayaan Patuntung. Desa Tanah Toa yang artinya adalah tanah tertua merupakan salah satu desa dalam kawasan Kajang yang dipandang sebagai desa yang masyarakatnya teguh menjalankan kepercayaan tersebut dan hingga saat ini tetap menjalankan tradisi. Diketahui bahwa saat ini kondisi di beberapa dusun telah memutuskan untuk menerima bantuan 2
3 pembangunan dari luar berupa jalan aspal, listrik, dan bantuan pemerintah lainnya. Dusun yang menerima pembaruan tersebut di antaranya yaitu Balagana Dusun Jannaya, Dusun Sobbu dan sebagian dusun lain yang ada di Desa Tana Toa. Sejak saat itu, difungsikan suatu gerbang kawasan, sehingga membagi dua kawasan adat yaitu Ilalang Embayya (di dalam batas pagar/ gerbang) dan Ipantarang Embayya (di luar batas pagar/ gerbang). Pembagian ini lebih dikenal dengan istilah Kajang luar dan Kajang dalam. Dusun- dusun yang menerima pembangunan dari luar dinamakan Kajang luar dan yang tidak menerima pembangunan tersebut dinamakan Kajang dalam. Rumah tradisional Kajang adalah salah satu warisan budaya yang masih tetap dipertahankan keasliannya oleh beberapa masyarakat meskipun di tengah gempuran modernitas. Untuk menjaga warisan budaya tersebut maka diperlukan kesadaran masyarakat baik masyarakat keturunan langsung dari komunitas adat tersebut maupun masyarakat Nusantara atau masyarakat luar untuk mengetahui urgensi akan pengetahuan tentang keaslian rumah tradisional yang dapat diamati melalui tanda dan simbol arsitektural yang terdapat di rumah tradisional Kajang serta makna yang terkandung dalam rumah tersebut. Tanda dan simbol tersebut mengandung pesan khusus dari pendahulu yang diwujudkan di dalam fisik bangunan rumah tinggal. Sehingga rumah tradisional Kajang sebagai produk warisan budaya arsitektural yang krusial, patut untuk diketahui dan dijaga kebertahanannya sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya dan arsitektur Nusantara. Tanda dan simbol dalam suatu wujud bangunan rumah tradisional Kajang perlu untuk diketahui dan dilestarikan. 3
4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, bahwa secara makro, kawasan Kecamatan Kajang adalah wilayah yang masyarakat dulunya memiliki rumah panggung, namun masuknya modernisasi ke wilayah tersebut menyebabkan kecenderungan masyarakat untuk mengikuti gaya bangunan rumah tinggal dari luar sehingga beberapa masyarakat mengubah bentuk rumah sehingga nampak sama dengan rumah modern umumnya yang terbuat dari batu. Desa Tana Toa merupakan salah satu bagian dari wilayah Kecamatan Kajang yang berusaha mempertahankan aturan adat di tengah gencarnya pengaruh dari luar. Penelitian terdahulu mendeskripsikan bahwa terdapat beberapa dusun di desa ini yang masih mempertahankan wilayahnya agar tidak tersentuh oleh pembaruan dari luar. Namun masuknya pembaruan tersebut di beberapa dusun (jalan aspal jalur masuknya kendaraan bermotor, listrik dan program bantuan pemerintah lainnya) mempengaruhi sebagian masyarakat untuk mengubah gaya hidup, seperti mengikuti bentuk rumah tinggal modern dari luar baik sebagian maupun keseluruhan. Salah satu dusun yang berupaya membentengi diri dari pengaruh luar adalah Dusun Benteng, yang juga merupakan tempat tinggal Ammatoa (pemimpin adat). Sehingga terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan di desa ini yang menyebutkan adanya keseragaman susunan rumah dan tatanan lingkungan rumah yang masih belum banyak berubah/ tetap dipertahankan. Namun penelitianpenelitian tersebut belum ada yang secara khusus membahas tentang tanda dan 4
5 simbol serta pesan yang disampaikan yang terkandung di rumah tradisional tersebut. Sehingga hal ini merupakan salah satu celah pengetahuan (gap of knowledge) yang menarik untuk diteliti. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan beberapa uraian dan fakta-fakta yang telah diungkapkan sebelumnya terkait penelitian ini, maka pertanyaan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Apa saja tanda dan simbol arsitektural yang terdapat di rumah tradisional Kajang? 2. Apa makna-makna yang terkandung dalam tanda dan simbol arsitektural rumah-rumah tradisional Kajang? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan untuk: 1. Merumuskan tanda dan simbol arsitektural yang terdapat di rumah tradisional Kajang. 2. Mengetahui makna-makna yang terkandung dalam tanda dan simbol arsitektural dalam rumah-rumah tradisional Kajang. 1.5 Sasaran Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, maka upaya yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran penelitian ini: 5
6 1. Memilah elemen rumah dan susunan rumah yang asli untuk dibahas tanda dan simbolnya dari bagian yang hanya merupakan penambahan. 2. Mengkodifikasi tanda dan simbol tersebut ke dalam kode arsitektural dalam teori acuan yaitu kode teknikal, kode sintaktik dan kode semantik. 3. Merangkum makna dari tanda dan simbol arsitektural yang diperoleh dari informasi responden serta informan penting di dusun tersebut. 1.6 Manfaat penelitian Penelitian ini dihararapkan dapat memberi manfaat: 1. Bagi ilmu pengetahuan arsitektur bangunan tradisional; Sebagai rujukan tambahan untuk memperkaya pengetahuan tentang budaya dan teknologi arsitektur Nusantara khususnya kekhasan dan keunikan arsitektur rumah tradisional Kajang. 2. Bagi warga desa dan pemerintah daerah setempat; a. Bagi warga Desa Tana Toa, Kajang. Mengedukasi tradisi dan warisan budaya tanda dan simbol arsitektural, sehingga dapat dilestarikan oleh komunitas adat Kajang. b. Budaya arsitektur tradisional Kajang dapat diperkenalkan kepada masyarakat luas, wisatawan dan peneliti lainnya. 3. Bagi peneliti dalam pengembangan keilmuan arsitektur; Hasil riset sebagai referensi untuk program pengembangan penelitian yang lebih rinci mengenai kekhasan dan keragaman arsitektur tradisional Nusantara selanjutnya. 6
7 1.7 Keaslian Penelitian Untuk menunjukkan keaslian penelitian, maka dilakukan peninjauan dan perbandingan penelitian-penelitian yang terkait. Aspek yang dibahas berhubungan dengan rumah tradisional yang berada di Nusantara pada umumnya, maupun yang ada di Makassar dan Bulukumba yang berada dekat dengan lokasi yang akan diteliti serta penelitian yang berada di Kawasan Kajang itu sendiri. Penelitian arsitektur tentang bentuk rumah dan ruang yang erat kaitannya dengan budaya, lingkungan permukiman, religi dan keadaan sosial telah dilakukan dalam beberapa penelitian arsitektur tradisional Nusantara. Adapun ikhtisar beberapa penelitian tersebut di antaranya adalah: 1) Penelitian mengenai rumah tinggal tradisional dan lingkungannya yang berlokasi di Bali oleh Adiputra (1999) menghasilkan temuan adanya hubungan antara kekhasan pada karakteristik arsitektural desa adat dengan sistem sosial budaya spesifik masyarakatnya. 2) Kemudian oleh Radja (2000) mengkaji tentang keragaman rumah tradisional Makassar, yang menghasilkan temuan berupa faktor keseragaman maupun faktor keanekaragaman rumah seperti perbedaan fungsi ruang, arah dan orientasi. 3) Temuan mengenai elemen-elemen peruangan yang masih tetap bertahan walaupun rumah telah mengalami perkembangan, dilakukan oleh Hadi (2000), yang juga membahas tentang proses pembentukan rumah yang bertolak dari kenyataan adat kebiasaan masa lalu, seperti: paham religi/ kepercayaan dan kosmologi, keadaan sosial, serta 7
8 4) Penelitian Hardiyatno (2000) tentang simbol-simbol pada masjid kerajaan di Jawa yang terfokus pada kajian tekstual yang menghasilkan kesimpulan bahwa masjid kerajaan tidak hanya difungsikan sebagai bangunan ibadah tetapi juga memiliki makna eksistensi kerajaan budaya Jawa jaman dulu. Penelitian arsitektural dalam kawasan adat Kajang telah mulai dilakukan sejauh ini oleh beberapa peneliti, di antaranya oleh: 1) Arifin (2013) bahwa perubahan ruang hunian oleh gaya hidup dan gender komunitas Ammatoa Kajang Sulawesi Selatan yang menghasilkan temuan tentang adanya makna ruang di rumah tinggal Kajang yang menandakan penghargaan terhadap perempuan. Penelitian ini menemukan penjelasan tentang makna khusus pada spasial/ ruang, namun lebih mengkhususkan pada konsep gendernya. Penelitian ini lebih meneropong kepada aspek pengaruh gaya hidup terhadap keinginan mempertahankan bentuk rumah. 2) Penelitian lain tentang arsitektur Kajang, juga dilakukan oleh Osman (2000) yang mengungkapkan karakteristik rumah tinggal dan lingkungannya serta aturan tatanan hunian yang berkaitan dengan proses bermukim serta kebertahanannya, juga menuturkan bahwa tidak terjadi perubahan wujud rumah tinggal di kawasan adat. Disebutkan beberapa elemen bangunan yang memiliki makna, namun tidak dibahas mendalam. 3) Kemudian oleh Takwim (2013) menjelaskan Ajaran Pasang Ri Kajang sebagai kearifan lokal dalam pemanfaatan dan penataan ruang secara makro. Belum ditemukan penelitian yang secara khusus membahas masalah tanda dan simbol yang ada pada satuan terkecil hingga kompleks 8
9 di rumah tradisional Kajang dan menguraikan pesan yang ada di balik tanda dan simbol tersebut. Tabel 1.1. Perbandingan antara usulan penelitian dan penelitian terdahulu No. Penulis, Tahun 1 I Gusti Ngurah Tri Adiputra (1999) 2 Waluya Hadi (2000) 3 Abdul Mufti Radja (2000) 4 Sri Hardiyatno (2000) 5 Mimi Arifin, (2013) 6 Supriadi Takwim (2013) Judul Penelitian Rumah Tinggal Tradisional dan Lingkungannya di Desa Adat Pengotan, Bangli Perkembangan rumah ara desa ara kabupaten bulukumba Keragaman Rumah Tradisional Makassar Simbol-simbol pada masjid kerajaan di Jawa Perubahan Ruang Hunian Oleh Gaya Hidup dan Gender Komunitas Ammatoa Kajang Sulawesi Selatan Kearifan Lokal Suku Kajang Dalam Penataan Ruang Metode Penelitian Paradigma rasionalistik, dan metode naturalistik Metode fenomenologi dan ditekankan dengan proses induktif Pendekatan kualitatif rasionalistik pengolahan data secara induksi dan pembahasan dengan teknik ekplanasi Pendekatan rasionalistik dengan metoda eksplorasi tekstual, teoretik Metode fenomenologi dilanjutkan degan metode retrospektif kualitatif Temuan Penelitian Menunjukkan adanya hubungan antara kekhasan pada karakteristik arsitektural desa adat pengotan dengan sistem sosial budaya spesifik masyarakatnya. Rumah Ara terbentuk bertolak dari kenyataan adat kebiasaan masa lalu, seperti: paham religi/ kepercayaan dan kosmologi, keadaan sosial. Perubahan rumah panggung, seperti; orientasi arah rumah, dan pola penataan ruang, Keseragaman rumah terdiri atas proses mendirikan rumah, bentuk rumah, dan fungsi ruang. Keragaman rumah tradisional Makassar terdiri atas perbedaan fungsi ruang dalam, arah perletakan tanggga, orientasi rumah, dan pemakaian material. Ungkapan fisik dan setting mesjid di Jawa menunjukkan pengaruh kuat dari budaya bangunan ibadah sebelum Islam. Masjid di Jawa selain sebagai fasilitas ibadah, juga memiliki makna simbolik untuk memperkuat eksistensi raja dan kerajaan (nilai budaya Jawa yang telah ada sebelumnya. Makna ruang pada rumah tinggal Kajang Dalam menandakan penghargaan terhadap perempuan. Kontak masa lalu (habitus lama) berpengaruh dalam memodifikasi gaya hidup (habitus baru) yang berdampak pada keinginan mempertahankan bentuk rumah. Faktor ekonomi mempengaruhi perubahan gaya hidup, dan cara mempertahankan hidup. Ajaran Pasang ri Kajang dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan pesan berupa pengetahuan lokal, seperti nilai Kamase-mase yang mengangkat 9
10 7 Wiwik Wahidah Osman (2000) 8 Suci Qadriana Ramadhani (2015) (Sumber: Survei, 2015) Karakteristik dan Aturan Adat Pada Tatanan Rumah Tinggal dan Permukiman Ammatoa Kajang, Bulukumba. Tanda dan simbol arsitektur rumah Kajang, Dusun Benteng, desa Tanah Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan Kualitatif metode fenomenologi kualitatif rasionalistik tentang kebersahajaan dan pemanfaatan ruang dengan asas secukupnya kemudian didialogkan dengan teori perencanaan yang mempertimbangkan aspek budaya lokal dalam perencanaan. Mengungungkapkan Karakteristik rumah dan lingkungannya serta aturan tatanan hunian yang berkaitan dengan proses bermukim serta kebertahanannya. Serta penjelasan tentang perubahan wujud rumah tinggal dan permukiman di kawasan Adat (Dusun Benteng, Dusun Sobbu dan Dusun Transisi tidak terjadi). Mengungkapkan tentang tanda dan simbol pada rumah Kajang dalam Kawasan adat Dusun Benteng. Tanda dan simbol tersebut melekat pada kode arsitektural rumah, yaitu kode teknikal (makna elemen rumah secara terpisah), kode sintaktik (hubungan tanda-tanda dalam hal keruangan atau hubungan antar ruang), dan kode semantik (makna penanda pada elemen dan keruangan rumah secara kompleks) 10
BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI
BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta, atau yang disingkat DIY, memiliki keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Timur, dikenal dengan keragaman suku asli
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Suku Dayak Provinsi Timur, dikenal dengan keragaman suku asli pedalamannya. Jika kita mendengar Timur, pastilah teringat dengan suku Dayak dan rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur, mesjid merupakan konfigurasi dari
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Pentingnya Pengetahuan Arsitektur Mesjid Mesjid merupakan tempat untuk melaksanakan ibadah kaum muslimin menurut arti yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian. Keberagaman budaya inilah yang membuat Indonesia dikenal oleh negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Sulawesi Selatan dan Barat terdapat empat etnik dominan dan utama, yakni Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki ragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arti kata Vernakular itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu verna yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu bangsa yang memiliki berbagai macam etnis yang tersebar di pelosok Nusantara yang salah satunya etnis Minangkabau yang berpusatkan di Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian sebuah komunitas atau dalam arti yang lebih luas lagi sebuah masyarakat tidak bisa dibatasi sebagai sekumpulan individu yang menempati wilayah geografis
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Masyarakat Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ciri khas dan budaya yang unik. Rumah tinggal berbentuk panggung, aksara khusus, dan catatan kuno yang disebut lontaraq.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-
BAB I. PENDAHULUAN Bab Pendahuluan terdiri dari subbab (I.1) Latar Belakang; (I.2) Pertanyaan Dan Tujuan Penelitian; (I. 3) Manfaat Penelitian; (I. 4) Keaslian Penelitian; (I. 5) Batasan Penelitian; dan
Lebih terperinciCiri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal
Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh beberapa negara di seluruh dunia. Negara menggunakan pariwisata sebagai penyokong ekonomi dan juga devisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan dalam berbagai bidang kini semakin terasa di Indonesia. Kemajuan teknologi telah membawa suatu pengaruh yang cukup signifikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya yang berupa fisik Salah satunya adalah arsitektur tradisional. Rumah tradisional
Lebih terperinciImplementasi Model Pendidikan Keluarga Pada Masyarakat Adat Kajang
Implementasi Model Pendidikan Keluarga Pada Masyarakat Adat Kajang Wilayah atau komunitas Masyarakat Adat Suku Kajang menjadi objek penyelenggaraan labsite pendidikan keluarga tahun 2016, seperti apa harapannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasionalisme adalah rasa cinta dan bangga terhadap tanah air. Lebih khusus lagi, nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat memiliki keragaman adat dan budaya, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mempunyai wadah berkumpulnya tokoh-tokoh seniman dan budayawan. Garut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku bangsa yang mendiaminya dan memiliki
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI
BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini kata modern merupakan kata yang tidak asing lagi didengar, terutama dalam dunia arsitektur. Hal ini yang kemudian memunculkan sebuah arsitektur yang disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Gelebet, dalam bukunya yang berjudul Aristektur Tradisional Bali (1984: 19), kebudayaan adalah hasil hubungan antara manusia dengan alamnya. Kelahirannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciLandasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul memiliki banyak industri kerajinan yang dapat ditawarkan menjadi objek wisata alternative meliputi bermacam wisata alam, budaya, pendidikan dan lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan
HALAMAN JUDUL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan pengaruh di kalangan penduduk di Indonesia umumnya (hlm. 213). Tradisi sebagai salah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN LITERATUR
BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting
Lebih terperinciPrakata: Prof. Ir. ANTARIKSA, M.Eng., Ph.D
Cara pandang dan metode penelitian berbasis fenomenologi ini dapat dimanfaatkan untuk meneliti dan memahami fenomena kampung-kampung vernakular di Timor yang sangat kaya dengan nuansa budaya lokal. Studi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,
Lebih terperinci, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.
Lebih terperinciMUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan kemajemukan dilihat dari berbagai aspek segi dan dimensi. Dari kemajemukan yang banyak ini, Indonesia mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam arus perubahan besar yang mempengaruhi segala dimensi kehidupan masyarakat, terutama kehidupan
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi
BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan salah satu tempat kehidupan manusia yang kompleks. Di dalamnya, kota mencakup seluruh kegiatan manusia dan mewadahinya ke dalam ruang-ruang tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH
41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah
Lebih terperinciTengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi dalam penelitian ini mengacu pada tujuan yang telah ditentukan yaitu untuk mengetahui konsep, makna atau nilai dan pengaruh dari perilaku dan tradisi budaya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.
53 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Masjid merupakan salah satu bangunan yang penting dalam agama Islam. Selain fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, masjid juga digunakan sebagai tempat kegiatan umat Islam
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian tentang arsitektur rumah tradisional di Desa Pinggirpapas, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Arsitketur tradisional Madura
Lebih terperinciWALIKOTA PALANGKA RAYA
1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN BANGUNAN BERCIRIKAN ORNAMEN DAERAH KALIMANTAN TENGAH DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarana komunikasi yang paling penting sesama masyarakat adalah bahasa. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah merupakan kekayaan budaya nasional sejak dahulu kala. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam rempah-rempah yang disediakan dari
Lebih terperincilib.archiplan.ugm.ac.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kota dewasa ini telah menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sangat cepat. Tingkat pertumbuhan itu dapat dilihat dari makin bertambahnya bangunan-bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal akan kemajemukan suku bangsanya, terdapat lebih dari 654 komunitas lokal atau sub suku bangsa dari 19 suku bangsa tersebar di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memang diberkahi kekayaan potensi pariwisata yang luar biasa. Menyebar luas dari Sabang sampai Merauke, keanekaragaman potensi wisata Indonesia bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan induk dari beberapa bentuk cabang seni yang ada di Indonesia, diantaranya seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama dan seni sastra. Menurut
Lebih terperinciSTUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR
STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR Oleh : SEVINA MAHARDINI L2D 000 456 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN
Lebih terperinciPUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG 1.1. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa bisa dilihat kemajuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Kraton Yogyakarta merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang ada di Kota Yogyakarta. Keberadaan Kraton Yogyakarta itu sendiri menjadi salah satu unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari ujung Utara sampai Selatan dan Timur sampai ke Barat baik kebudayaan asli dari bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini kegiatan pariwisata telah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia pada umumnya, yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu. Sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. manusia akan alam, menjadi suatu refleksi pribadi, yang kemudian di sharingkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alam merupakan bagian yang integral dengan hidup manusia. Pengalaman manusia akan alam, menjadi suatu refleksi pribadi, yang kemudian di sharingkan kedalam komunitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di perkotaan yang sangat cepat seringkali tidak memperhatikan kebutuhan ruang terbuka publik untuk aktivitas bermain bagi anak. Kurangnya ketersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.500 pulau dan dihuni 931 kelompok etnik, mulai dari Aceh di Sumatera
Lebih terperinciPUSAT KEBUDAYAAN ISLAM DI YOGYAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KEBUDAYAAN ISLAM DI YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : SINTA AMBARUKMI
Lebih terperincimenghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan makanan pokok umum bagi masyarakat di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia makan merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi setiap manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan, karena makan merupakan sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan ragam budaya, suku bangsa, dan tradisi. Setiap propinsi memiliki ciri khas yang berbeda, yang tercermin pada pola
Lebih terperinciKEARIFAN LOKAL PASANG RI-KAJANG SEBAGAI KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN ADAT AMMATOA SUKU KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA
KEARIFAN LOKAL PASANG RI-KAJANG SEBAGAI KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN ADAT AMMATOA SUKU KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA Hamka Program Pasca Sarjana Arsitektur Lingkungan Binaan-Universitas Brawijaya, Malang E-mail:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara
Lebih terperinciKRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR
KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR 3609100043 Latar Belakang Memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak dan beragam Selama ini pengembangan pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak semata-mata mengakibatkan permusuhan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya, melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Karakteristik Fisik Eksisting Ruang Publik Yaroana Masigi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah pada studi ini, maka didapatkan kesimpulan, sebagai berikut: 1. Karakteristik
Lebih terperinci