Pengaruh Program Pilihanku Untuk Meningkatkan Efikasi Diri. Dalam Keputusan Pemilihan Korps Karbol AAU
|
|
- Sri Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pengaruh Program Pilihanku Untuk Meningkatkan Efikasi Diri Dalam Keputusan Pemilihan Korps Karbol AAU The self-efficacy in deciding to choose the corps is low. This causes Karbol unable to take the decision about the corps to choose. This research was aimed to know the influence of program Pilihanku to the self-efficacy in deciding to choose corps. This research used quasiexperiment with untreated control group design with pretest and posttest. The experiment group consists of 35 soldiers and 35 others are in the control group. Self-efficacy scale for corps choice was used as the instrument of the research. The data was analyzed by ANAVA mixed design. The result showed the significant increasing (F =35,09; p<0.05) in the experiment group.this result indicated the higher selfefficacy of Karbol in deciding to choose their corps. The self-efficacy score is higher in the experiment group than in the control group. Keywords: self-efficacy, decision, choosing the corps, training, Karbol Efikasi diri dalam keputusan pemilihan korps masih rendah, hal ini mengakibatkan Karbol menjadi kurang mampu untuk mengambil keputusan korps yang akan dipilih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program Pilihanku terhadap efikasi diri dalam pengambilan keputusan korps. Desain yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan untreated control group design with pretest and posttest. Sebanyak 35 Karbol Tk. II menjadi kelompok eksperimen dan 35 menjadi kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah skala efikasi diri dalam pemilihan korps. Uji statistik yang digunakan adalah Anava Mix Desain. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan signifikan (F= 35,094;p<0,05) pada kelompok eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan efikasi diri dalam keputusan pemilihan korps, skor efikasi diri dalam keputusan pemilihan korps kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Kata Kunci : Efikasi diri dalam keputusan pemilihan korps, Pelatihan, Karbol AAU Dunia militer berbeda dengan sipil, di militer dikenal istilah korps. Korps adalah segolongan perwira kecabangan yang mempunyai syarat bidang pendidikan tertentu dan rencana jenjang penugasan yang sama. Korps menunjukkan salah satu bidang karier dan tugas di lingkungan TNI (PP no
2 39 Tahun 2010). Setiap anggota TNI, khususnya perwira akan bertugas pada bidang yang sesuai dengan korpnya. Ada 10 korps di TNI AU, yaitu Penerbang, Navigator, Teknik, Elektronika, Perbekalan, Administrasi, Pasukan, Polisi Militer, Khusus, dan Kesehatan. Korps-korps tersebut akan diperoleh para taruna setelah selesai pendidikan. Pendidikan di AAU dilaksanakan selama empat tahun dan dalam kesehariannya para taruna dipanggil dengan nama karbol. Karbol adalah sebutan bagi taruna yang telah melekat sejak tahun 1960 an. Pada awalnya karbol merupakan nama panggilan dari tokoh pejuang dan pendiri TNI AU yaitu Abdulrahman Saleh. Penggunaan istilah karbol disahkan melalui skep Kasau nomor 179/VII/2000 tanggal 18 Juli Diharapkan dengan pemberian nama tersebut para Karbol dapat meneladani Abdulrahman Saleh dalam sikap, ketekunannya pada materi ajaran dan latihan, sehingga para taruna dapat mahir dan terampil di bidang tugasnya masing-masing. Pendidikan di AAU terbagi dalam tiga majoring, yaitu: aeronautika (AE), elektro (Lek) dan teknik manajemen industri (TMI). Seluruh lulusan AAU akan mendapatkan korps dasar sesuai majoringnya yaitu Tek (AE), Adm (TMI), dan Lek (Lek). Sebelum dibagikan korps, mereka akan diikutkan seleksi sekbang, bagi yang tidak lolos akan diberikan korps selain penerbang dan navigator. Proses pembagian ditentukan melalui sidang penentuan korps dengan melihat kebutuhan, kondisi perwira, hasil pendidikan, serta minat. Minat menjadi penerbang pada waktu lalu sangat tinggi, namun saat ini minat itu menurun. Menurunnya minat adalah akibat adanya kejenuhan menjadi siswa, kehidupan ekonomi penerbang tidak lebih baik dari korps
3 lain, banyak jabatan yang bisa diduduki non penerbang (Widyaningrum, 2006). Penyebab lain penurunan tersebut adalah tidak percaya diri untuk mendapatkan korps penerbang. Menjadi penerbang tidaklah mudah, mereka harus menempuh pendidikan yang lebih lama dari kecabangan lain. Menjadi penerbang saat ini tidak harus ke melalui TNI atau PLP Curug, mereka dapat ke sekolah penerbangan yang lain. Di Indonesia sudah ada 13 sekolah penerbangan, hal itu memungkinkan seseorang untuk memilih sekolah lain untuk bisa menjadi seorang penerbang. Wawancara kepada karbol pada tanggal 19 dan 20 Desember 2012, kepala psikologi dan data di AAU, menunjukkan permasalahan yang sering dialami oleh karbol adalah berkaitan dengan pemilihan korps. Selanjutnya penulis membagi permasalahan tersebut ke dalam empat hal. Pertama adalah pemahaman diri dan kepercayaan diri. Para karbol belum mengetahui potensi dirinya, belum yakin akan kemampuan dirinya sehingga kurang yakin akan pilihannya. Contohnya apabila memilih penerbang, maka mereka akan ikut dalam pendidikan selama 16 bulan. Kegagalan di tengah pendidikan mengharuskan kembali ke korps awal dengan konsekuensi mengikuti pendidikan kecabangan periode berikutnya. Kedua adalah berkaitan dengan perencanaan karir. Berdasarkan wawancara kepada 20 orang karbol tingkat III, 15 orang belum mempunyai perencanaan pilihan korps yang jelas, tiga orang akan menurut saja, dan dua orang memilih korps dasar. Ketiga adalah berkaitan dengan peran orang tua. Pada awal masuk, orang tua seringkali memberikan masukan kepada mereka untuk masuk
4 TMI, walaupun mereka belum mengetahui apa yang akan dipelajari di TMI, belum yakin mampu untuk mengikuti pendidikan di TMI. Orang tua lebih banyak mengharapkan anak untuk bisa masuk korps Adm atau Kal. Keempat adalah masih belum mengetahui mengenai proses penentuan korps. Kebanyakan dari karbol hanya mengetahui bahwa mereka akan mendapatkan korps sesuai dengan majoringnya, dan bisa ikut seleksi sekolah penerbang. Pemahaman mengenai adanya faktor lain yang akan dilihat, seperti prestasi mereka selama mengikuti pendidikan di AAU dan piihan minat sebagai salah satu dasar penentuan korps mereka nantinya belum mereka ketahui. Data yang ada menunjukkan bahwa 50 % lebih karbol berkonsultasi berkaitan dengan pemilihan korps. Mereka berkonsultasi mengenai pilihan yang akan diambilnya. Data karbol yang datang berkonsultasi ke bagian psikologi disajikan pada tabel 1. Tahun Jumlah Karbol Tabel 1 Data Konsultasi Karbol Permasalahan Pemilihan Korps dan Karir Kesimpulan dari wawancara dan data adalah berkaitan dengan kepercayaan diri, evaluasi diri, pengetahuan mengenai karir, belum bisa memilih tujuan, belum mampu membuat rencana dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan karir sesuai
5 dengan pilihannya yang membuat karbol menjadi ragu dan tidak percaya diri dalam menentukan pilihan korps. Pemilihan korps menjadi suatu hal yang cukup penting dan sering menjadi permasalahan bagi perwira. Hal tersebut terjadi karena pemilihan korps akan berpengaruh terhadap karir mereka kedepan. Ada banyak faktor penyebab permasalahan dalam pemilihan karir, salah satunya adalah berkaitan dengan efikasi diri (Nauta & Kahn, 2007, Borgen & Betz, 2008). Bandura dalam teori kognitif mengartikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang mengenai kemampuannya untuk sukses dalam melaksanakan satu tugas yang diberikan (Creed, Patton, & Prideaux, 2006; Luzzo, 1996). Baron dan Byrne (1997) mengartikan efikasi diri sebagai evaluasi kemampuan diri atau kompetensi dalam melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi suatu masalah. Efikasi diri merupakan bagian dari konsep diri yang merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk menanggani tugas secara efektif dan melakukan tindakan yang diperlukan (Baron dan Byrne, 1991). Pada dasarnya efikasi diri tidak berkaitan langsung dengan kemampuan, namun efikasi diri merupakan penilaian mengenai apa yang dapat dilakukan, tanpa terkait dengan kemampuan yang dimiliki. Menurut Bandura (1997) efikasi diri merupakan keyakinan seseorang akan kapabilitasnya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan rangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan pencapaian tertentu (Bandura, 1997). Sebagai sebuah keyakinan, maka efikasi diri diri merupakan indikator penting dalam penentuan karir (Bandura, 1997; Sullivan & Mahalik. 2000; Brown & Lent. 2005; Creed,
6 Patton, & Prideaux. 2006). Hal itu terjadi karena efikasi diri mempengaruhi kemampuan dalam pengambilan keputusan termasuk dalam keputusan karir (Osipow, Carney, & Barak, 1976; Osipow, 1987; Betz et al, 1996). Keputusan karir adalah proses untuk memilih bermacam alternatif karir dan untuk menentukan keputusan yang paling tepat dengan mempertimbangkan segala macam resiko (Gati, Krausz, & Osipow, 1999). Menurut Brown & Associates (2002) pengambilan keputusan karir adalah proses yang tidak hanya berkaitan dengan keputusan karir tetapi juga meliputi membuat komitmen untuk mencapai tindakan yang dibutuhkan. Selanjutnya menurut Tiedman & O`Hara (dalam Sharf, 1992) pembuatan keputusan karir merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk membantu menyadari faktor yang melekat pada saat mengambil keputusan, sehingga pada akhirnya akan mampu membuat pilihan dengan tepat yang didasari pengetahuan dan informasi eksternal yang sesuai. Efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir adalah sebab awal dibuatnya keputusan, dan berkaitan dengan perilaku karir (Sullivan dan Mahalik, 2000, Creed, Patton & Prideaux, 2006). Berkaitan dengan pengambilan keputusan karir, efikasi diri diartikan sebagai keyakinan seseorang untuk dapat sukses dalam menilai diri dengan tepat, mengumpulkan informasi bidang kerja, menyeleksi tujuan, membuat perencanaan karir, dan memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan karir (Taylor & Betz, 1983, Creed, Patton & Prideaux, 2006). Sebagai sebuah keyakinan pada diri individu, maka tingkat efikasi diri seseorang berbeda-beda, perbedaan efikasi diri pada setiap individu terletak pada tiga
7 komponen, yaitu magnitude, strength dan generality (Bandura, 1997). Efikasi diri yang tinggi akan membuat seseorang menjadi aktif mencari informasi dan lebih positif dalam mengambil sebuah keputusan, meningkatkan komitmen terhadap karir, menurunkan kesulitan individu dalam membuat keputusan karir, meningkatkan kejelasan dalam memilih jurusan, harapan terhadap hasil, intensi eksplorasi karir dan efikasi diri (Chung, 2006). Rendahnya efikasi diri akan membuat orang menjadi merasa mudah cemas, tertekan, cenderung lebih pasif dan negatif dalam situasi pengambilan keputusan karir (Wang, 2010). Ada dua faktor yang mempengaruhi efikasi diri, yaitu faktor internal dan eksternal. Intelegensi, kepribadian, pengetahuan tentang dunia kerja merupakan faktor internal, sedangkan jenis pekerjaan, pendidikan orang tua, status sosial ekonomi keluarga, harapan orang tua, pekerjaan yang didambakan orang tua, stigma masyarakat terhadap pilihan jurusan, gender dan pengaruh teman sebaya merupakan faktor eksternal atau faktor sosial (Santrock, 2003; Ackerman & Beir, 2003; Rogers, Albion & Forgarty, 2005; Keller & Whiston, 2008; Germeijs & Verschuren, 2009; Tang 2009; Nawas & Gilani, 2011). Menurut Bandura (1997) efikasi diri dapat diperoleh, dipelajari dan dikembangkan dari empat sumber informasi, yaitu : pengalaman tentang keberhasilan pribadi (mastery experience), pengalaman orang lain (vicarious experience). bujukan lisan (verbal persuasion), kondisi emosional (physiological state and emotional arousal). Lebih lanjut Bandura (1997) menjelaskan bahwa dalam membentuk efikasi diri akan melalui empat
8 proses, yaitu : Pertama, proses kognitif seseorang dalam menetapkan tujuan yang hendak dicapainya dipengaruhi kemampuan diri, dan fungsi kognitif akan memungkinkan seseorang untuk memprediksi kejadian-kejadian yang dialaminya yang akan berakibat pada masa depannya. Kedua, proses motivasional seseorang sebagian besar dihasilkan melalui kognitif. Kognitif seseorang memotivasi mereka sendiri dan menjadi tindakan antisipasi mereka melalui pemikiran ke masa depan. Ketiga, proses afektif yaitu keyakinan seseorang akan kemampuan dalam mengatasi masalah memegang peranan penting dalam mengatur status emosi. Keempat, seleksi yang berlangsung sepanjang kehidupan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa efikasi diri dalam keputusan pemilihan korps merupakan keyakinan seorang karbol terhadap kemampuan diri, pemahaman untuk memperoleh kesuksesan dalam menyelesaikan tugas, pengumpulan informasi, menyeleksi tujuan, perencanaan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pengambilan keputusan pemilihan korps. Apabila efikasi diri Karbol rendah, maka ia akan mengalami kebimbanggan dalam memutuskan pilihan korps dan akan dapat berdampak pada karir mereka. Karir merupakan sesuatu hal yang cukup penting, oleh karena itu telah banyak penelitian yang dilakukan berkaitan dengan karir. Beberapa program telah dibuat dan digunakan untuk intervensi permasalahan karir. Intervensi yang digunakan dalam program tersebut antara lain dengan konseling karir individual (Sangganjanavanich & Magnuso, 2011), model portofoio (Dowd, 2010), konseling karir kelompok (Austin, Wagner, &
9 Dahl, 2004), klub karir dengan penugasan secara individual (Wessel, Christian & Hoff, 2003), interview (Kuijpers & Scheerens, 2006; Scott & Ciani, 2008; Amundson, orgen, Iaquinta, Butterfield, & Koert, 2010), workshop (Hirschi & Lage, 2007). Intervensi lain yang juga efektif adalah dengan pelatihan. Penggunaan pelatihan dapat memberikan pengalaman, mengidentifikasi dan mengeksplorasi kemampuan diri, membuat perencanaan, memunculkan pengetahuan rasional mengenai piihan karir, dan pada akhirnya akan muncul kamampuan untuk mengambil keputusan karir (Krumboltz & Hamel, 2000; Teuscher, 2003; Hoelsche, Havward, Ertl, & Goddet, 2008; Wang, Zhang & Shao, 2010). Hasil penelitian Birle, Bonchis, Roman, Crisan (2012) membuktikan bahwa pelatihan karir terbukti efektif dalam mengurangi kesulitan dalam pengambilan keputusan karir pada siswa sekolah menengah. Penelitian yang dilakukan oleh Gilliespi (2001) menghasilkan kesimpulan bahwa pelatihan dalam komunitas berpengaruh pada efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir, locus of control dan kematangan karir. Penelitian Nota dan Soresi (2003) memberikan kesimpulan bahwa penggunaan pelatihan asertivitas, menjadikan kelompok eksperimen mempunyai kemampuan mencari informasi yang dibutuhkan dalam rangka menentukan keputusan menjadi lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Selanjutnya dari hasil analisis data penelitian Mulyana (2009) juga menunjukkan efikasi diri mahasiswa terhadap pengambilan keputusan meningkat secara signifikan setelah diberikan pelatihan perencanaan karir.
10 Pelatihan merupakan upaya sistematis untuk mengembangkan SDM baik perorangan, kelompok dan kemampuan keorganisasian yang diperlukan untuk mengurus tugas dan keadaan sekarang, dan memasuki masa depan serta menanggulangi masalah serta persoalan yang timbul (Lynton dan Pareek, 1992). Pelatihan perencanaan karir ditujukan untuk mengetahui kesiapan, kekuatan, kelemahan dari berbagai dimensi yang berhubungan dengan pengambilan keputusan pekerjaan serta mengetahui tentang diri, bagaimana dapat mengubah, mengembangkan diri dengan disertai konsep diri yang positif. Menurut Leigh (2006) ada empat manfaat yang dapat diambil dari adanya pelatihan perencanaan karir, yaitu: Pertama, memberikan kesempatan untuk membangun jaringan yang lebih luas. Kedua, memungkinkan untuk berlatih, mengidentifikasikan, mendiskusikan, merencanakan, mengksplorasi tujuan karir mereka. Ketiga, pendekatan kolaboratif memungkinkan untuk belajar memecahkan berbagai permasalahan yang akan dihadapi didunia kerja. Keempat, akan mendapatkan berbagai pengalaman untuk dapat konsisten dalam menentukan tujuan karirnya Mc Mahon & Merman (dalam Craig, 1987) mendefinisikan perencanaan karir sebagai suatu proses dimana individu menjadi sadar akan dirinya sendiri, kesempatan yang dimiliki, tuntutan, pilihan, dan konsekwensi dalam berkarir. Waddel & Bauer (2005) menjelaskan perencanaan dan pengembangan karir sebagai suatu proses adaptasi yang bersifat dinamis dalam rangka mengembangkan pengalaman, pengetahuan, dan identitas keprofesionalan. Perencanaan karir mempunyai tujuan untuk
11 mendapatkan kecocokan, baik dalam segi pekerjaan maupun pemilihan pelatihan yang sesuai dengan pekerjaan, membantu merencanakan aktivitas karir untuk meningkatkan kualitas karir, membantu untuk membuat keputusan karir yang lebih efektif, membantu untuk memahami dirinya serta lingkup pekerjaannya, membantu individu untuk mendapatkan kepuasan kerja (Holland, 1973). Perencanaan karir berkaitam erat dengan keyakinan diri dalam pengambilan keputusan karir, menetapkan harapan dan tujuan karir, dan pengalaman kerja (Creed & Rogers, 2010). Selanjutnya Bluestin (1998) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi arah pilihan minat karir adalah perencanaan karir. Perencanaan karir oleh Splet dan Pietrofesa (1975) disusun ke dalam tujuh sesi, yaitu wawancara karir, eksplorasi diri, eksplorasi bidang minat karir, analisa potensi dan rencana karir, analisa masalah karir dan problem solving, pembuatan keputusan karir serta menyusun jadwal kegiatan. Pembuatan rencana karir membuat seseorang menjadi percaya diri, membuka wawasan tentang pilihan karir, mempunyai sasaran perkembangan pribadi, mampu merencanakan masa depan, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam proses pencapaian tujuan, hal itu terjadi karena seseorang akan selalu terlibat dalam proses pembuatan keputusan karir (Ball, 1997). Menurut Wang, Zhang & Shao, (2010) pelatihan perencanaan karir juga akan menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi, mengatasi kecemasan dalam pengambilan keputusan karir, membantu dalam mengevaluasi diri, mengumpulkan informasi karir, menetapkan tujuan, serta membuat rencana untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
12 Metode experiental learning digunakan dalam program yang akan dibuat. Metode ini menjadikan peserta dapat terlibat langsung dalam proses belajar, berusaha mengkonstruksi sendiri pengalaman baru yang didapat sehingga membentuk suatu pengetahuan. Experiential learning tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep tetapi juga merupakan pintu gerbang untuk pengembangan keterampilan (Silberman, 2006). Penggunanaan metode ini diharapkan akan mampu untuk mempengaruhi efikasi diri dari para peserta. Pelatihan adalah suatu metode pembelajaran yang bertujuan mengubah aspek kognitif, afektif serta hasil ketrampilan dan keahlian (Kirkpatrick, dalam Salas & Bowers, 2001). Selanjutnya, kognisi seseorang berperan penting dalam pembentukan efikasi diri. Penelitian Mitchell (dalam Greenberg, 2000) menyimpulkan bahwa efikasi diri melibatkan proses kognisi yang besar sebelum sampai kesimpulan yang benar. Hal itu terjadi karena kemampuan kognitif yang tinggi akan mampu mengadaptasi tujuan sehingga dapat meningkatkan efikasi dirinya, sedangkan individu dengan kemampuan kognitif yang rendah kurang mampu mengadaptasi tujuan sehingga dapat menghambat efikasi dirinya (Bell dan Kozlowski, 2002). Program Pilihanku sebagai sebuah pelatihan perencanaan karir akan berusaha membuka wawasan mengenai manajemen karir individu dan memfokuskan individu untuk membuat tujuan karir yang sesuai. Menurut Robbins (2001) efikasi diri akan muncul jika seseorang memiliki orientasi tujuan. Berdasarkan penjelasan di atas, dalam penelitian ini akan
13 menggunakan pelatihan dengan membuat modul yang diberi nama program Pilihanku. Program Pilihanku merupakan sebuah program pelatihan perencanaan karir yang diberikan kepada karbol dalam upaya peningkatan efikasi diri dalam pengambilan keputusan pemilihan korps. Diharapkan dengan program yang dibuat akan dapat mempengaruhi efikasi diri Karbol dalam pengambilan keputusan pemilihan korpsnya. Program Pilihanku Gambar 1 Alur pikir penelitian Mampu meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan pemilihan korps Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji program Pilihanku dalam meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan pemilihan korps Karbol Akademi Angkatan Udara Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan. Secara praktis, penelitian ini dapat membantu pihak lembaga, dalam hal ini adalah AAU sebagai penyelenggara pendidikan dalam rangka meningkatkan efikasi diri peserta didiknya khususnya pada saat pengambilan keputusan korps, sehingga diharapkan para Karbol semakin yakin dengan keputusan yang akan diambilnya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah program Pilihanku mampu meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan pemilihan korps Karbol Akademi Angkatan Udara.
yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional
yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan
Lebih terperincimengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan
mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan -kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan
Lebih terperincikarir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai
2 Masa remaja merupakan masa bagi individu untuk mulai membuat rencana karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai membuat keputusan karir (Bardick, Bernes, Magnusson,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu
Lebih terperinciPelatihan PLANS untuk Meningkatkan Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir
GADJAH MADA JOURNAL OF PROFESSIONAL PSYCHOLOGY VOLUME 1, NO. 1, APRIL 2015: 1 17 ISSN: 2407-7801 Pelatihan PLANS untuk Meningkatkan Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir Difa Ardiyanti 1, Asmadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,
Lebih terperinciEfektivitas Pelatihan Perencanaan Karir terhadap Peningkatan Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir
JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA VOLUME 10, NO. 1, APRIL 2015: 70 88 Efektivitas Pelatihan Perencanaan Karir terhadap Peningkatan Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir Nurlaely Izzawati dan Lisnawati
Lebih terperinciPENGARUH PELATIHAN PERENCANAAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI TERHADAP PILIHAN BIDANG MINAT KARIR PSIKOLOGI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNESA
Jurnal Psikologi Teori & Terapan 2015, Vol. 5, No. 2, 81-90, ISSN: 2087-1708 PENGARUH PELATIHAN PERENCANAAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI TERHADAP PILIHAN BIDANG MINAT KARIR PSIKOLOGI PADA MAHASISWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier
Lebih terperincidiri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi self efficacy Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan dalam mencapai
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian dari Scapinello (1989) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Contoh peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat. Keputusan-keputusan yang diambil remaja adalah keputusan mengenai masa depannya. Akan tetapi kemampuan
Lebih terperinciremaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.
I. Pendahuluan Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) menyatakan bahwa remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia bukan sekedar untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan namun juga untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Efikasi Diri A. Efikasi Diri Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam teori sosial kognitif atau efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilakukan seorang remaja. Menurut Havighurst (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir. dalam berbagai keadaan (Bandura,1997).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karir 1. Pengertian Efikasi Pengambilan Keputusan Karir Bandura (1997) merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan konsep efikasi diri
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas
BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI SMKN 8 JAKARTA
31 HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS XI SMKN 8 JAKARTA Iman Setiyanto 1) Dra. Louise B. Siwabessy, M.Pd 2) Dr. Gantina Komalasari, M.Psi 3) Abstrak Tujuan penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil keputusan dalam berbagai hal (Santrock, 2002). Menurut Papalia dan Olds (2009:8), masa remaja adalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Self Directed Learning 1. Pengertian Self Directed Learning Knowles (1975) menjelaskan bahwa Self Directed Learning adalah sebuah proses dimana individu mengambil inisiatif, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S Winkel 1987 dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran salah satu kemampuan pokok
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy adalah keyakinan diri individu tentang kemampuannya dan juga hasil yang akan individu peroleh dari kerja kerasnya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja, dalam hal ini pelajar dipandang sebagai generasi muda yang memegang peranan penting sebagai generasi penerus dalam pembangunan masyarakat, bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, maka perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, maka perubahan yang terjadi juga semakin banyak. Salah satunya dalam bidang teknologi, banyaknya teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai prestasi dalam pendidikan. Pendidikan merupakan faktor penting individu untuk mencapai kesiapan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI SELF-EFICACY
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI SELF-EFICACY A. Pengertian Self-Efficacy Terminologi self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh seorang tokoh behavioris bernama Albert Bandura pada tahun 1981 (Bandura,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di
Lebih terperinciEFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract
EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan era globalisasi, setiap orang diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambah kualitas sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara perusahaan-perusahaan di Indonesia semakin ketat. Dunia perekonomian berjalan dengan sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG
1 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG Muhammad Antos Riady Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Self-efficacy Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep Self efficacy pertama kali
Lebih terperinciPELATIHAN EFIKASI DIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA SMA
PELATIHAN EFIKASI DIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Magister Profesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian meningkat. Pertumbuhan pesat ini menciptakan persaingan yang ketat antara berbagai pihak. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu sebagai salah satu sumber daya yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi mungkin agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Afiatin, T., Sonjaya, J. A., & Yopoina. (2013). Mudah dan Sukses Menyelenggarakan Pelatihan. Yogyakarta: Kanisius.
DAFTAR PUSTAKA Afiatin, T., Sonjaya, J. A., & Yopoina. (2013). Mudah dan Sukses Menyelenggarakan Pelatihan. Yogyakarta: Kanisius. Ancok, D. (2002). Outbond Management Training: Aplikasi Ilmu Perilaku dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun
Lebih terperinciEfektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk Meningkatkan Internal Locus Of Control Siswa dalam Belajar
Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Volume 3 Number 2 December 2017. Page 8-14 p-issn: 2443-2202 e-issn: 2477-2518 Homepage: http://ojs.unm.ac.id/index.php/jppk Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta
Lebih terperinciBAYU ADHY TAMA K
PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN SISWA KELAS X SMA NEGERI PUNUNG TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL Oleh: BAYU ADHY TAMA K3109019
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Self-efficacy Bandura (1977, 1978), mengatakan self-efficacy adalah kepercayaan seseorang atas kemampuannya untuk melakukan suatu tugas spesifik pada level kinerja
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011: 81). Berdasarkan definisi di atas, dijelaskan bahwa dukungan sosial adalah penerimaan seseorang
Lebih terperinciPENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.
PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd ABSTRAK Banyak peserta didik yang masih belum percaya dengan kemampuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi oleh dunia bisnis yang semakin kompleks. Ditandai dengan adanya perubahan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah serangkaian proses progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1980: 2). Manusia selalu dinamis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kedokteran merupakan ilmu yang mempelajari penyakit dan cara-cara penyembuhannya. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta
Lebih terperinciPEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN
PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN (Penelitian Pada Siswa Kelas X SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan Tahun Ajaran 2013/2014)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini didukung pula dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan tanggung jawab yang diemban seorang guru bimbingan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan dan tanggung jawab yang diemban seorang guru bimbingan dan konseling dalam kegiatan konseling cenderung mengantarkannya pada keadaan stres. Bahkan ironisnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa transisi ini, remaja mengalami perubahan dalam aspek fisik, mental, spiritual,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan karir untuk mengembangkan selfefficacy
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian tentang program bimbingan karir untuk mengembangkan selfefficacy karir peserta didik Kelas X MAN 1 Bandung tahun ajaran 2011/2012 menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Mahasiswa pada umumnya diakhir perkuliahan akan diwajibkan untuk mengerjakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa pada umumnya diakhir perkuliahan akan diwajibkan untuk mengerjakan tugas akhir, salah satunya adalah skripsi. Hal tesebut dilakukan untuk memenuhi syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, banyak terjadi perubahan dan perkembangan di berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini sangat menarik perhatian, khususnya dengan adanya peraturan baru terkait dengan kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah guna meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah anak berkebutuhan khusus semakin mengalami peningkatan, beberapa tahun belakangan ini istilah anak berkebutuhan khusus semakin sering terdengar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan tempat di mana dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, baik menghasilkan suatu barang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pemecahan Masalah Matematika Pemecahan masalah berarti keikutsertaan dalam suatu tugas yang metode pemecahannya tidak diketahui sebelumnya. Masalah merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah ditetapkannya standar kurikulum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya (www.ui.ac.id). Oleh
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Universitas merupakan salah satu institusi yang mempersiapkan sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya (www.ui.ac.id). Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya MEA di tahun 2016 dimana orang-orang dengan kewarganegaraan asing dapat bekerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teoritis 1. Self-Efficacy a. Pengertian Self-Efficacy Self-efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau
Lebih terperinciCici Wijayanti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Faculty of Educational Science and Teacher s Training Siliwangi University ABSTRACT
The Application of Cooperative Learning Model Type of Group Project on Enviroment Pollution Concept (Experiment Study at 10 th Grade Students of Madrasah Aliyah Public School Tasikmalaya 2012/2013) Cici
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai bidang. Salah satu bidang yang ikut mengalami perubahan adalah pendidikan. Dewasa ini masyarakat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara mengajar 2.1.1 Pengertian Cara mengajar Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini berjudul kontribusi self-efficacy terhadap produktivitas kerja pada karyawan bagian sales marketing di dealer resmi mobil X Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang ini, semakin banyak individu yang menempuh pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi (PT) adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah pengangguran lulusan pendidikan tinggi di Indonesia semakin hari semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai 626.600 orang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan yang merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah atas. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya sekedar untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik saja, namun juga mahasiswa mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karir menjadi titik penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang terutama bidang industri dan perdagangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin, kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan
Lebih terperincikelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara 1. Pengertian Kecemasan Berbicara Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan kekhawatiran yang mengeluh bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Lebih terperinciINTUISI 8 (3) (2016) INTUISI JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI.
INTUISI 8 (3) (16) INTUISI JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR Puspita Adhi Kusuma
Lebih terperinci