Interview dilakukan dengan guru BK (Bimbingan Konseling) kelas XII dan guru BKK (Bursa Kerja Khusus) di SMK tersebut. Hasilnya didapatkan informasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Interview dilakukan dengan guru BK (Bimbingan Konseling) kelas XII dan guru BKK (Bursa Kerja Khusus) di SMK tersebut. Hasilnya didapatkan informasi"

Transkripsi

1 Pendahuluan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dirancang untuk menyiapkan siswanya mampu bekerja setelah lulus sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut pasal 15 UU No.20 tahun 2003 mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu (PP No.19 Tahun 2005). SMK diharapkan dapat menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah (medium level worker) yang berperan dalam perkembangan industri, berkualitas dari segi ketrampilan kerja dan diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri (Siregar, 2011). Menurut Kurikulum Dikmenjur, (2008) pendidikan SMK mendidik dan melatih siswanya untuk menjadi produktif, ulet dan gigih dalam berkompetisi, mampu beradapatasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) usia muda antara tahun di Indonesia mencapai 5,3 juta orang atau sekitar 19,9%, yang tergolong cukup tinggi diantara negara di Asia Pasifik lainnya (Riska, 2012). Ironinya, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga yang mempersiapkan lulusan siap kerja justru menyumbangkan pengangguran paling tinggi diantara jenjang pendidikan lainnya. Pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan menurut Badan Pusat Statistik tahun 2013 menunjukkan untuk lulusan SMK sebesar 11,19%, lulusan SMA 9,74%, lulusan SMP 7,6%, lulusan Diploma 6,01%, lulusan Perguruan Tinggi 5,5%, dan lulusan SD 3,51% dari jumlah penganggur, (BPS, 2013). Hal tersebut menunjukkan belum tercapainya program pembangunan pendidikan oleh pemerintah pada siswa SMK. Preliminary studi dilakukan peneliti di salah satu SMK swasta di Surakarta pada tanggal 9 September SMK ini telah memiliki akreditasi A oleh Kemendiknas. SMK ini memiliki empat kejuruan, yaitu akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, dan teknik komputer jaringan. Berdasarkan Data Alumni Penelusuran Tamatan Siswa SMK tersebut tahun ajaran 2012/2013, menunjukkan bahwa hanya 15,3% siswa yang bekerja setelah lulus sekolah, 18,5% siswa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan 66,1% siswa tidak melapor ke sekolah. Data tersebut menunjukkan masih sedikitnya lulusan yang langsung bekerja setelah lulus sekolah.

2 Interview dilakukan dengan guru BK (Bimbingan Konseling) kelas XII dan guru BKK (Bursa Kerja Khusus) di SMK tersebut. Hasilnya didapatkan informasi bahwa pihak sekolah berusaha mendorong dan menyiapkan siswanya untuk langsung bekerja setelah lulus sekolah. Siswa diberi pelatihan di sekolah serta magang di tempat kerja supaya memiliki pengalaman di lapangan kerja. Sekolah melalui program Bursa Kerja Khusus juga berusaha mencarikan dan menyalurkan siswa pada peluang karir yang tersedia di dunia kerja. Menurut guru BP tersebut, siswa tidak segera bekerja dikarenakan kebanyakan siswa kurang realistis dalam mencari pekerjaan. Siswa pilih-pilih pekerjaan dengan gaji tinggi namun tidak diimbangi dengan usaha untuk mengembangkan kemampuannya. Siswa kurang berusaha mencari serta melamar peluang pekerjaan yang tersedia. Interview dilakukan terhadap 5 siswa, sebagai perwakilan siswa kelas XII pada tiap kejuruan di SMK tersebut pada tanggal 11 September Mereka menyatakan belum siap untuk langsung bekerja setelah lulus sekolah. Peluang kerja bagi lulusan SMK yang disediakan sekolah dianggap tidak sesuai dengan harapan mereka. Mereka kurang yakin bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dengan kemampuan yang telah diperoleh di SMK. Mereka belum mempunyai rencana dan gambaran yang jelas tentang pekerjaan atau pendidikan lanjutan setelah lulus sekolah. Hal tersebut menunjukkan adanya permasalahan keyakinan pada siswa terhadap kemampuannya untuk bekerja sesuai dengan harapanya sekalipun telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan di SMK. Assessment lanjutan ditujukan guna mengetahui keyakinan siswa untuk bekerja setelah lulus sekolah. Survey dengan menggunakan angket dilakukan terhadap seluruh siswa kelas XII di SMK Batik 1 surakarta pada bulan Febuari 2014 menjelang kelulusan sekolah. Hasilnya menunjukkan bahwa dari 284 siswa sebanyak 43% siswa kurang yakin bisa mendapatkan pekerjaan setelah lulus sekolah. Sebanyak 56% siswa merasa ragu dengan pengetahuan dan ketrampilan mereka untuk mendapatkan pekerjaan Dalam survey tersebut ditemukan data bahwa terdapat 52% siswa ingin bekerja setelah lulus sekolah, sebanyak 12% siswa ingin meneruskan studi, dan sebanyak 24% siswa yang ingin kuliah sambil bekerja. Siswa yang ingin bekerja lebih dikarenakan faktor tidak ada biaya untuk meneruskan pendidikan. Siswa yang ingin meneruskan pendidikan kebanyakan merasa tidak yakin kemampuannya bisa digunakan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Siswa yang ingin kuliah sambil bekerja mempunyai keraguan dengan kemampuannya untuk mendapatkan pekerjaan namun tidak ada biaya untuk meneruskan pendidikan. Ketika diminta untuk menjelaskan lebih lanjut, secara umum para siswa belum mampu untuk menjelaskan rencana dan tujuannya, belum

3 memiliki gambaran yang jelas tentang pekerjaan atau pendidikan yang akan dituju, dan belum yakin telah mengetahui kemampuan diri serta bidang pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Berdasarkan hasil preliminary studi peneliti terhadap siswa kelas XII di SMK tersebut, diketahui bahwa banyak siswa mengalami permasalahan keyakinan untuk siap bekerja setelah lulus SMK. Para siswa yang tidak yakin bisa bekerja setelah lulus SMK disebabkan karena adanya anggapan bahwa kemampuannya belum cukup untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan harapannya. Para siswa tersebut cenderung menunjukkan perilaku sebagai berikut: (1) siswa belum membuat rencana dan tujuan yang jelas setelah lulus sekolah, (2) siswa belum melakukan eksplorasi diri terkait minat dan potensinya untuk karir masa depan, (3) siswa belum melakukan pencarian informasi pekerjaan dan pendidikan lanjutan yang sesuai dengan minat dan potensinya. Sistem diklat kejuruan (SMK) tidak dapat terlepas dari aspirasi untuk cepat mendapatkan pekerjaan setelah lulus sekolah dan faktor ekonomi orang tua yang kurang mampu membiayai pendidikan ke perguruan tinggi (Santosa, 2008). Bardick, Bernes, Magnusson & Witko (2006) mengungkapkan bahwa dalam pengambilan keputusan karir, siswa yang memilih bekerja setelah lulus sekolah menengah biasanya berasal dari tingkat sosial ekonomi bawah. Fitzgerald & Betz (1994) menyatakan bahwa situasi sosio-kultural dan ekonomi pada individu yang kurang beruntung menyebabkan mereka melihat pekerjaan sebagai sumber pendapatan daripada sumber realisasi-diri. Menurut Lent & Brown (1996), situasi yang membatasi peluang individu untuk membuat pilihan karir seperti keterbatasan ekonomi, pendidikan, dukungan keluarga atau kondisi lainya yang menghalangi untuk mendapatkan minat karir tertentu atau tujuan karir tertentu menyebabkan seseorang memiliki keyakinan kemampuan diri (self eficacy) yang rendah. Individu dengan faktor keterbatasan lingkungan atau hambatan (barriers) tersebut cenderung mengeliminasi peluang kerja yang menguntungkan baginya karena keyakinan diri yang rendah pada kemampuan diri (self efficacy) dan harapan akan hasil (outcome expectation) yang berhubungan dengan karir. Lent & Brown (1996) menyatakan perspektif Sosial Cognitif Career Theory (SSCT) bisa digunakan sebagai framework untuk menjelaskan dinamika perkembangan karier pada individu dengan kondisi sosial ekonomi yang kurang beruntung. Perspektif teori karier sosial kognitif berakar pada teori sosial kognitif yang dikemukakan Bandura (1986) yang menyatakan bahwa perilaku individu merupakan hasil interaksi timbal balik antara determinan person yang meliputi faktor kognitif dan faktor personal lainnya, behavior (perilaku), dan environment (lingkungan).

4 Melalui perspektif tersebut, permasalahan perilaku siswa yang tidak segera bekerja setelah lulus sekolah (behavior) bisa dijelaskan sebagai akibat dari pengaruh ketidakyakinan siswa akan kemampuannya untuk bisa mendapatkan pekerjaan atau karir yang diinginkan (person:faktor kognitif). Siswa yang tidak yakin dengan kemampuannya untuk mendapatkan pekerjaan atau karier yang diinginkan (kognitif) disebabkan oleh perilaku siswa yang kurang melakukan tindakan pencapaian karir (eksplorasi karir, tidak membuat rencana karir dengan jelas, kurang mencari informasi karir) (behavior) dan lingkungan sekolah yang terbatas dalam menyediakan informasi (environment). Perilaku siswa yang kurang melakukan tindakan pencapaian karir (behavior) berpengaruh terhadap keterbatasan informasi peluang kerja yang tersedia bagi lulusan SMK hanya dari sekolah. Informasi peluang kerja yang disediakan di sekolah terkadang tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki siswa. Hal lain yang juga dianggap kendala adalah terkadang mensyaratkan ketrampilan tambahan (seperti memiliki SIM A/ SIM C), pekerjaan berada di luar kota tempat tinggal, syarat minimal SMK namun juga menerima pelamar kerja lulusan yang lebih tinggi seperti D3 atau S1 untuk jenis pekerjaan yang sama. Persyaratan pekerjaan dianggap sebagai suatu hambatan bagi siswa. Hal tersebut membuat para siswa beranggapan bahwa peluang pekerjaan dan karir yang tersedia bagi lulusan SMK cenderung tidak sesuai dengan harapannya. Anggapan tersebut turut membuat siswa merasa tidak yakin bahwa ketrampilan yang didapatkan selama bersekolah di SMK bisa digunakan untuk mendapatkan pekerjaan yang diharapkan (kognitif). Keterbatasan kondisi keluarga untuk membiayai pendidikan lebih lanjut juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keyakinan siswa untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Siswa tersebut cenderung melakukan tindakan eliminasi peluang pekerjaan. Memiliki pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan belum cukup membuat seseorang mampu melakukan suatu tugas (Bandura, 1997). Individu seringkali mengetahui cara untuk melakukan suatu tugas namun tidak melakukannya dengan optimal karena pengaruh dari persepsi keyakinan diri yang rendah terhadap motivasi dan performansinya. Hal tersebut nampak dari perilaku siswa SMK yang sudah menempuh program pendidikan untuk bisa bekerja setelah lulus sekolah namun tidak yakin akan kemampuannya untuk bisa mendapatkan karir yang diharapkan. Bandura (1986) menyebut keyakinan diri ini sebagai efikasi diri.

5 Menurut Bandura (1997), efikasi diri merupakan persepsi individu terhadap fungsi diri dalam situasi tertentu. Efikasi diri merupakan kepercayaan individual akan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai hasil tertentu dengan berhasil (Bandura, 1986). Efikasi diri bukan suatu ukuran dari keterampilan yang dimiliki individu tetapi sebuah keyakinan tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam berbagai kondisi dengan kemampuan yang dimiliki. Siswa SMK rata-rata berusia tahun yang tergolong pada usia remaja. yang salah satu tugas kehidupannya adalah mempersiapkan masa depan, terutama karir (Santrock, 2003). Menurut Super (dalam Brown & Lent, 2013), tugas perkembangan karir remaja adalah mengembangkan ide-ide tentang pekerjaan dan konsep diri supaya dapat membuat keputusan untuk memasuki jenjang pendidikan yang tepat, telah mengambil langkah-langkah untuk menguasai keahlian serta adanya kristalisasi pilihan-pilihan pekerjaan, dan memformulasikan pendapatnya mengenai bidang pekerjaan yang cocok. Remaja berada pada peralihan tahap perkembagan karir eksplorasi menuju transisi. Pada tahap perkembangan transisi, siswa SMK yang tergolong pada usia remaja tersebut diharapkan mampu untuk mulai mempersempit pilihan karir mereka dan mulai mengarahkan tingkah laku agar dapat bekerja pada bidang karir tertentu (Brown & Associates, 2002). Eksplorasi karir dan komitmen perencanaan karir merupakan dua tugas utama perkembangan karir remaja (Fuhrmann, 1991). Eksplorasi karir melibatkan aktivitas individu dalam menilai diri sendiri dan berusaha mendapatkan informasi dari lingkungan eksternal untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan, masuk kerja dan penyesuaian karir (Bluestein, 1989). Remaja yang melakukan eksplorasi diri secara akurat akan mampu mengenal diri yang sebenarnya (kebutuhan, kemampuan, minat, dan nilai) (Pietrofesa & Splete, 1975) sehingga dapat mengorganisasikan dan mengekspresikannya dalam konteks sosial dengan cara menggabungkan antara tuntutan lingkungan dengan pilihan pribadinya (Rice & Dolgin, 2002). Eksplorasi diri yang akurat akan membuat remaja mampu membuat perencanaan yang sesuai dengan keadaan dirinya (Pietrofesa & Splete, 1975). Perencanaan karir melibatkan individu pada aktivitas tertentu untuk mendapatkan pengetahuan tentang pekerjaan yang ingin diperolehnya (Bluestein, 1989). Hasil dari proses eksplorasi dan perencanaan karir adalah komitmen pilihan karir (Bluestein, 1990). Individu yang merencanakan aktivitas eksplorasi karir secara efektif cenderung lebih rasional dalam memilih karir dan biasanya mencapai kepuasan kerja yang lebih besar (Bluestein, 1990).

6 Menurut Luzzo (1993), keyakinan seseorang atas kemampuan yang dimiliki (efikasi diri) berperan penting dalam mempengaruhi pengambilan keputusan karir, motivasi untuk melakukan eksplorasi karir dan melakukan tugas-tugas terkait karir. Semakin tinggi efikasi diri individu maka semakin besar usaha, ketekunan dan ketabahannya, memiliki minat yang kuat dan memiliki komitmen yang kuat serta mempertinggi usahanya dalam menghadapi kegagalan dengan memulihkan perasaan telah mengalami kegagalan dan menambah ketrampilan (Pajares & Schunk, 2002). Sebaliknya, individu yang efikasi dirinya rendah tidak mempunyai kepercayaan bahwa mereka dapat mempengaruhi secara positif terhadap situasi tersebut (Jex, dkk., 2001). Individu dengan efikasi diri yang rendah menunjukkan perilaku seperti menghindari kegiatan eksplorasi, mudah menyerah, dan gagal mencapai potensi karir dalam pekerjaan mereka (Gashue, Schalan, Pantzer, & Clarke, 2006; O Brien, Bikos, Epstein, Flores, Duktein, Kamatuka, 2000). Dengan demikian efikasi diri dibutuhkan siswa SMK yang berada pada tahap perkembangan remaja untuk mencapai tugas perkembangannya dalam membentuk identitas diri yang positif melalui eksplorasi karir dan komitmen perencanaan karir. Wardhani (2011), menemukan bahwa banyak lulusan SMK sering mengalami kesulitan dan cenderung mudah frustrasi untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dapat mendukung perkembangan karir masa depan mereka. Efikasi diri terutama yang berkaitan dengan kesiapan bekerja (perceived employability self-efficacy) menjadi penting untuk dimiliki siswa SMK yang diharapkan mampu bekerja setelah lulus sekolah. Hal ini karena individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi memiliki motivasi yang kuat untuk bertindak lebih gigih dan terarah (Bandura & Locke, 2003), serta memiliki ketahanan untuk mencapai tujuan dan mengatasi kegagalan (Heslin & Kehle, 2006). Efikasi diri yang berkaitan dengan kesiapan untuk bekerja (perceived employability self-efficacy) sangat dibutuhkan bagi siswa SMK yang diharapkan langsung bekerja setelah lulus sekolah. Efikasi diri kesiapan kerja berperan dalam peningkatan ketrampilan kesiapan kerja (employability skills) dan keberhasilan siswa yang baru lulus sekolah untuk mendapatkan pekerjaan (Fugate, Kinicki, & Asford, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Anthony (2006) menemukan bahwa efikasi diri kesiapan bekerja berhubungan dengan kesiapan siswa perempuan yang berlatar belakang sosial ekonomi menengah kebawah dalam bekerja (work readiness). Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa efikasi diri berperan dalam persiapan bekerja ketika siswa menghadapai kesulitan dan tantangan dalam pencarian kerja dan mengelola pekerjaan yang sudah didapatkan. Penelitian sebelumnya

7 yang dilakukan oleh McIntye (1999) menunjukkan bahwa efikasi diri kesiapan bekerja (employability self efficacy) mampu menjadi prediktor intensi bekerja (employment intentions), yang meliputi perencanaan individu untuk menyiapkan dan mendapatkan pekerjaan. Penelitian McIntye (1999) ini dilakukan pada 189 siswa yang terdiri dari 44 remaja putus sekolah, 96 siswa Sekolah Menegah Atas alterntif, dan 49 lulusan S1 yang berusia tahun (rata-rata 17,8 tahun). Penelitian yang dilakukan Huang (2014) terhadap 220 mahasiswa di Taiwan menemukan bahwa keyakinan terhadap kemampuan untuk bekerja (perceived employaility) menjadi mediator mekanisme kepribadian hardiness dan efikasi diri pengambilan keputusan karir. Penelitian yang dilakukan oleh Vos, Hauw, & Van Der Heidjen (2011) menemukan bahwa persepsi terhadap kemampuan bekerja berpengaruh terhadap kepuasan karir dan persepsi daya jual diri (perceived marketability) pada karyawan. Efikasi diri kesiapan bekerja (perceived employability self-efficacy) merupakan keyakinan individu terhadap kemampuannya dalam menghadapi segala situasi yang berkaitan dengan kegiatan untuk mempersiapkan (preparing), mendapatkan (obtaining), dan mengelola (maintaining) pekerjaan, serta berperilaku sesuai kebutuhan perkembangan karirnya (Betz, 1992; Daniels, 1998). Efikasi diri yang berkaitan dengan kesiapan bekerja ditentukan pada simulasi situasi bekerja, dimana beberapa kompetensi dan ketrampilan yang berkaitan dengan pencarian pekerjaan, performansi, dan pengelolaan kerja dapat dilakukan. Efikasi diri kesiapan bekerja meliputi keyakinan kemampuan interpersonal, keyakinan dalam mengumpulkan informasi pekerjaan dan mengatasi hambatan dalam mencari pekerjaan, keyakinan untuk persisten, dan keyakinan dalam penetapan tujuan (goal setting), (Daniels 1998). Menurut Brady (2009), kesiapan kerja merupakan kemampuan dan perilaku untuk mendapatkan dan mepertahankan pekerjaan yang mengacu pada faktor-faktor pribadi individu. Kesiapan kerja membuat orang mampu menyesuaikan diri dengan pekerjaannya, karena individu tersebut memiliki seperangkat keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan untuk segala jenis pekerjaan (Wagner, 2006). Lebih jauh lagi cabarello & walker (2010), mengartikan kesiapan kerja dengan kemampuan seorang lulusan untuk memiliki perilaku dan sifat-sifat yang membuatnya sukses dalam melakukan pekerjaan apapun di lingkungan kerja. Individu yang siap kerja memiliki orientasi kerja positif dan motivasi kerja, yang diimbangi dengan pencarian kerja yang cukup dan ketrampilan mengelola pekerjaan. Keterampilan tersebut tercermin melalui aktivitas pencarian kerja, kebiasaan kerja, performansi kerja, resolusi konflik,

8 ketrampilan interpersonal, dan perilaku kerja positif (Farley, Bolton & Little, 1990). Memiliki keyakinan diri dalam kesiapan bekerja merupakan integrasi dari pemahaman atas keyakinan yang didapatkan individu terhadap kemampuannya mengawali dan melakukan tugas-tugas dalam bekerja tersebut. Intervensi yang bisa mengakomodasi keterampilan yang dibutuhkan siswa kejuruan untuk memasuki dunia kerja dan meningkatkan efikasi adalah program pengembangan karir (Keim & Strauser, 2000). Program pengembangan karir hendaknya juga memperhatikan konteks yang unik pada individu seperti hambatan sosial ekonomi supaya mampu menyiapkan individu dewasa menghadapi tantangan karir dengan sukses (Byrn-Winston & Winston, & Fouad, 2006; Savickas, 2000). Hackett & Byars (1996) dan Gainor & Lent (1998) menemukan bahwa program intervensi yang meningkatkan efikasi diri mampu memberikan perubahan positif terhadap pilihan karir dan harapan (expectation) pada subjek dengan latar belakang kurang beruntung. Individu yang kurang beruntung cenderung kurang memiliki efikasi diri disebabkan oleh belajar dari pengalaman mereka, kurangnya role model, kurangnya pencapaian, atau faktor-faktor keterbatasan lainnya (Harmon, 1994). Hal tersebut menunjukkan perlunya program bimbingan karir yang berguna untuk meningkatkan efikasi diri kesiapan bekerja bagi siswa SMK yang memiliki latar belakang sosial ekonomi menengah kebawah. Kurikulum bimbingan dan konseling di sekolah sudah mengakomodasi bimbingan karir untuk siswa namun pelaksanaan program bimbingan tersebut belum sepenuhnya optimal, hal ini terlihat dari pemberian materi karir yang hanya diberikan sebatas garis besarnya saja sehingga siswa masih kekurangan informasi dan ketrampilan dalam merencakan karir (Syahrini, 2012). Usaha untuk melakukan pendampingan pada siswa sangat penting untuk dilakukan. Jika siswa tidak merencanakan dan berperilaku sesuai dengan tujuan setelah lulus dari sekolah, atau jika tidak direncanakan dengan baik, maka terdapat konsekuensi kegagalan pada siswa dimasa depan (Trusty, Niles, & Carney, 2005). Pelayanan dalam mendorong perkembangan karir pada anak dan remaja yang perlu dilakukan adalah untuk mengenali kebutuhan mereka sehingga menjadi lebih adaptif, tangguh, dan proaktif pada situasi saat ini dan kemungkinan karir masa depan mereka (Brown & Lent, 2005). Bimbingan karir merupakan program yang dirancang untuk memfasilitasi perkembangan karir, terutama pengelolaan karirnya. Bimbingan karir dapat dilakukan secara individual dan kelompok kecil, antara klien dan konselor, yang menggunakan alat-alat khusus dengan tujuan

9 membantu individu untuk mendapatkan pengetahuan akan dirinya (self-knowledge), pengetahuan lingkungan kerjanya, dan mengembangkan ketrampilan yang mengantarkan individu menghadapi masa transisi dari sekolah ke dunia kerja Peneliti menggunakan bimbingan karir sebagai cara untuk meningkatkan efikasi diri kesiapan bekerja. Herr & Cramer (1996) mendefinisikan bimbingan karir (career guidance) sebagai suatu program sistematis mengenai informasi-informasi yang terkoordinasi dengan konselor, serta pengalaman-pengalaman yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan karir individu dan khususnya pengelolaan karir. Hasil penelitian Arifah (2005) pada siswa SMK kelas XII menunjukkan bahwa bimbingan karir memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan kemandirian siswa dalam memilih jurusan atau karir setelah lulus dari SMK. Peneliti menggunakan bimbingan karir sebagai cara untuk meningkatkan efikasi diri kesiapan bekerja. Herr & Cramer (1979) menyebutkan bahwa terdapat empat pendekatan dalam menyampaikan bimbingan karir, yaitu: (1) Kursus, workshop, dan seminar yang memberikan pengalaman kelompok terstruktur dalam perencanaan karir (2) Kegiatan konseling kelompok yang secara umum kurang terstruktur dan lebih menekankan pada aspek afeksi dalam perkembangan manusia dan karirnya (3) Konseling individu yang menekankan pada pendekatan yang beragam dalam mengatasi kecemasan terkait dengan permasalahan tentang karir (4) Program penempatan yang mengarahkan pada perencanaan karir dan proses pengambilan keputusan Pendekatan intervensi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bentuk workshop bimbingan karir. Workshop sebagai suatu bentuk pembelajaran yang memberikan pengalaman terstruktur mengenai perencanaan karir diharapkan mampu memfasilitasi pengembangan karir individu (Cramer & Herr, 1979). Interaksi yang berlangsung dibatasi oleh situasi tertentu yang diarahkan oleh fasilitator sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran tersebut. Situasi pembelajaran ini mempengaruhi peran, dan atau aturan, dan atau target yang hendak dicapai dalam kondisi yang terstruktur. Pengalaman terstruktur dalam suatu proses pembelajaran merupakan suatu intervensi dalam proses kelompok yang melibatkan seperangkat instruksi khusus untuk diikuti oleh peserta. Instruksi ini menentukan alternatif perilaku pada waktu-waktu tertentu dalam kelompok belajar

10 tersebut. Dalam kondisi pembelajaran terstruktur tersebut, fasilitator atau trainer akan menginstruksikan tugas-tugas yang akan dicapai. Tugas-tugas tersebut melibatkan situasi belajar yang dinamis, dimana peserta akan terlibat dalam kondisi-kondisi tertentu dan pengalamanpengalaman tertentu dalam menghadapi kendala maupun peluang dalam menyelesaikan tugas tersebut. Dengan adanya bentuk pembelajaran yang terstruktur, peserta dapat memfokuskan pada tugas-tugas tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Situasi pembelajaran yang terstuktur mampu melibatkan peserta untuk fokus secara penuh dalam tugas-tugas yang diberikan dalam sesi-sesi tertentu. Gasser (2010) mengungkapkan penelitiannya bahwa intervensi karir dalam bentuk workshop dapat membantu individu dalam transisi karir mereka. Subjek penelitian Gesser menunjukkan sikap positif terhadap konseling karir yang disampaikan dalam bentuk workshop. Kusumaningrum (2012) dalam penelitiannya menemukan metode workshop bimbingan karir dapat meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir pada mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir. Bimbingan karir pada penelitian ini menggunakan empat prinsip proses psikologis utama pada efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (1977). Pertama proses kognitif, yaitu seseorang mempunyai pengertian lebih terhadap efikasi akan membayangkan sukses yang memberikan pedoman-pedoman positif dan mendukung untuk mencapainya. Kedua, proses motivasi, yaitu seseorang memotivasi diri dan memandu tindakannya yang bersifat antisipatif melalui latihan dari pemikiran sebelumnya. Ketiga, proses afektif, yaitu kepercayaan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatasi masalah yang memegang peranan penting dalam mengatur status emosi. Individu percaya bahwa dirinya mampu mengendalikan ancaman-ancaman tidak akan terganggu pola pikirnya. Keempat, proses pilihan, yaitu efikasi diri seseorang dapat mempengaruhi pilihan lingkungan dan aktivitasnya. Individu akan menghindari situasi dan aktivitas yang dianggap melebihi kemampuannya. Bimbingan karir pada penelitian ini juga menggunakan empat sumber efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (1997). Bandura (1997) menyatakan bahwa efikasi diri dapat ditingkatkan melalui empat sumber: (1) Pengalaman sebelumnya, merupakan sumber yang paling kuat mempengaruhi efikasi diri. Pengalaman sukses dan prestasi dimasa lalu akan meningkatkan efikasi sedangkan pengalaman gagal akan menurunkan efikasi diri. (2) Pengalaman orang lain. Efikasi diri dipengaruhi oleh pengalaman orang lain yang dijadikan sebagai model. efikasi diri akan meningkat apabila orang lain yang memiliki kesamaan dengannya berhasil. Namun apabila

11 orang yang dijadikan pembanding tersebut gagal, maka akan menurunkan keyakinan terhadap kemampuan dan semangat dalam usahanya. (3) Persuasi verbal. Efikasi diri dapat diperoleh, diperkuat, atau dilemahkan oleh melalui persuasi sosial. Persuasi yang positif dapat membantu seseorang untuk tetap tegar menghadapi kesulitan. Melalui evaluasi umpan balik yang secara positif difokuskan pada kemampuan seseorang untuk meningkatkan efikasi dirinya. (4) Kondiri emosi. Sumber efikasi diri yang diperoleh dari kondisi emosi berkaitan dengan situai penuh tekanan atau tidak. Seseorang akan mencapai keberhasilan jika tidak mengalami pengalamanengalaman yang menekan. Kondisi emosi seperti cemas, depresi, stres, dan kondisi suasana hati (mood) akan mempengaruhi keyakinan efikasi. Ketika seseorang mengalami ketakutan dan pikiran-pikiran negatif tentang kemampuan mereka, reaksi afeksi tersebut dengan sendirinya dapat menurunkan persepsi efikasi dirinya. Berdasarkan hasil preliminary studi yang dilakukan peneliti melalui angket dan wawancara terhadap guru BK, guru BKK serta 5 siswa kelas XII di salah satu SMK swasta di Surakarta menemukan adanya permasalahan keyakinan kesiapan siswa untuk bekerja setelah lulus sekolah. Hal tersebut menunjukkan perlunya bimbingan karir untuk meningkatkan efikasi diri kesiapan bekerja bagi para siswa di SMK tersebut untuk menghadapi masa transisi dari sekolah ke dunia kerja. Kesuksesan mengelola masa transisi pada fase kehidupan bekerja sangat penting bagi masa depan remaja karena akan berpengaruh terhadap perkembangan karir dan manajemen kehidupan mereka (Scherer, 2004). Sebaliknya, kurangnya keberhasilan pada masa transisi tersebut menyebabkan lamanya masa menganggur atau mendapatkan pekerjaan yang berkualitas rendah. Hal tersebut juga menyebabkan mundurnya fase transisi dewasa, seperti ketergantungan finansial, pernikahan, dan fase menjadi orang tua (Reitzle & Silbereisen 2000). Salah satu model pengembangan karir yang mengakomodasi kondisi sosial ekonomi adalah The Integrative Contextual Model Of Career Development (ICM), (Lapan 2004 dalam Turner & Conkel 2010). Program Pengembangan Karir berdasarkan model kontekstual (ICM) berangkat dari perspektif teori perkembangan karier (Carier Development) dan teori karir sosial cognitif (Social Cognitive Carier Theory) (Brown & Lent, 2013). Menurut teori ICM, individu mengembangkan pendekatan yang adaptif, tangguh, dan proaktif pada situasi sekarang dan kemungkinan karir masa depan dengan mempelajari dan menggunakan ketrampilan pengembangan karir spesifik yang dapat menjamin kesuksesan akademis dan karir mereka. Ketrampilan pengembangan karir dalaman teori ICM terdiri dari; (a) eksplorasi diri dan karir; (b)

12 mengenal kesesuaian manusia dengan lingkungan; (c) goal setting; (d) sosial, prososial dan kesiapan kerja; (e) belajar regulasi diri; (f) penggunaan pendukung sosial secara konsisten untuk mengatasi hambatan pada individu dan karir. Menurut Lapan (dalam Turner & Conkel, 2010) keenam ketrampilan tersebut menjadi faktor penting yang saling berhubungan untuk meningkatkan perkembangan karir. Penelitian yang dilakukan oleh Turner & Conkel (2010) terhadap siswa yang tinggal di kota pinggiran menunjukkan bahwa intervensi berdasar teori ICM secara signifikan mampu menaikkan efikasi yang berhubungan dengan karir dan bidang akademis. Intervensi ini juga meningkatkan tipe attribusi diri yang positif, penguatan identitas vokasional, kristalisasi minat karir, dan lebih banyak pendekatan proaktif yang diekspresikan. Penelitian ini dilakukan pada 142 siswa kelas 7 & 8 Sekolah Menengah Pertama dengan metode konseling kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 7 13 siswa. Terdiri dari 6 sesi, masing-masing disampaikan selama satu jam selama 6 hari. Turner & Concel (2010) membagi materi bimbingan karir ICM kedalam 2 treatment terpisah yang terdiri dari 6 sesi. Treatment pertama menggunakan tes minat Holland yang memuat materi eksplorasi diri dan karir, mengenal kesesuaian manusia dengan lingkungan, dan pengenalan goal setting. Treatment ini dilakukan dalam 2 sesi yang masing-masing berdurasi satu jam. Treatment kedua dilakukan dengan menggunakan tes WAI (Work Adjustment Inventory) untuk mengantarkan siswa belajar materi ketrampilan sosial, prososial dan kesiapan kerja. Siswa kemudian diajak berdiskusi untuk belajar regulasi diri dan mengenali penggunaan pendukung sosial secara konsisten untuk mengatasi hambatan pada individu dan karir. Treatment kedua ini dilakukan dalam 4 sesi dengan durasi masing-masing 1 jam. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji coba terhadap Modul bimbingan karir Menuju Sukses dalam meningkatkan efikasi diri kesiapan bekerja pada siswa SMK. Modul bimbingan karir Menuju Sukses disusun dengan memodifikasi program bimbingan karir hasil penelitian Turner & Conkel (2010) yang menggunakan teori ICM. Terdapat 4 sesi dalam Modul bimbingan karir Menuju Sukses. Sesi pertama memuat materi eksplorasi diri dan karir serta kesesuaian anatara manusia dan lingkungan. Sesi kedua memuat materi mengenal ketrampilan sosial, prososial dan kesiapan kerja. Sesi ketiga memuat materi goal setting. Sesi keempat memuat materi mengenali penggunaan pendukung sosial secara konsisten untuk mengatasi hambatan pada individu dan karir.

13 Menurut Russell (dalam Ahmad et al., 2009), supaya modul layak digunakan sebaiknya dilakukan konstruksi dengan berbagai langkah yaitu menetapkan target, menetapkan tujuan modul, menetapkan material, instrumen dan penyusunan aktifitas, mengembangkan aitem pengukuran untuk menganalisa dan menentukan performansi peserta, uji coba modul dan validasi modul. Uji coba modul dilakukan untuk mengetahui hasil implementasi dari modul apakah bisa memberikan perubahan positif pada subjek. Uji coba modul merupakan hal penting karena menentukan pencapaian tujuan pembuatan modul (Russell dalam Ahmad et al., 2009). Menurut Noah dan Ahmad (dalam Ahmad et al 2011), modul yang baik harus memiliki validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgment. Validitas logis merupakan bagian dari validitas isi yang menunjuk pada sejauh mana aitem merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk melakukan validitas logis peneliti dapat memanfaatkan blue print yang memuat cakupan isi dan indikator keprilakuan dari atribut yang diukur dan mengacu pada kaidah penulisan aitem. Validasi modul yang dilakukan oleh peneliti adalah validasi empirik. Menurut Azwar (2012) validitas empirik menunjuk pada pengertian bahwa estimasi validitas termaksud dinyatakan oleh suatu angka atau koefisien, atau yang analisanya dilakukan terhadap data yang diperoleh secara empirik, yaitu dari skor sekelompok subjek yang dikenai tes tersebut. Menurut Cronbach (dalam Azwar, 2012), validasi dilakukan terhadap interpretasi data yang diperoleh oleh prosedur tertentu Berikut merupakan kerangka pemikiran penelitian: Permasalahan efikasi kesiapan siswa SMK untuk bekerja setelah lulus sekolah (1) siswa belum membuat rencana dan tujuan setelah lulus sekolah (2) siswa belum melakukan eksplorasi diri terkait karir (3) siswa belum melakukan pencarian informasi karir Uji Modul workshop bimbingan karir Menuju Sukses melalui 4 proses efikasi Bandura: 1. proses kognitif 2. proses afeksi 3. proses motivasi 4. proses seleksi Modul workshop bimbingan karir Menuju Sukses dapat meningkatkan Efikasi kesiapan bekerja pada siswa SMK 1. siswa mampu membuat perencanaan karir 2. siswa mampu melakukan eksplorasi karir 3. siswa mampu melakukan pencarian informasi karir Gambar 1 Gambar Alur Penelitian

14 Berdasarkan landasan teori tersebut maka diajukan tujuan penelitian yaitu melakukan uji modul bimbingan karir Menuju Sukses untuk meningkatkan efikasi diri kesiapan bekerja pada siswa SMK. Validasi isi dilakukan dengan meminta penilaian dari para ahli untuk mengetahui kesesuaian teori dengan cakupan isi modul. Validasi empirik dilakukan dengan mengujicobakan modul untuk mengetahui apakah modul bisa memberikan perubahan positif sesuai dengan tujuan pembuatan modul ketika diterapkan pada siswa SMK. Uji coba modul juga ditujukan untuk mendapatkan feedback guna perbaikan modul kedepan. Uji coba modul dilakukan di dua SMK, dimana pada satu sekolah akan diberikan perlakuan workshop bimbingan Karir Menuju Sukses dan di sekolah lain tidak. Hipotesis uji coba modul dalam penelitian ini adalah ada peningkatan efikasi diri kesiapan bekerja pada subjek yang mendapatkan perlakuan workshop bimbingan Karir Menuju Sukses dibandingkan dengan subjek yang tidak mendapatkan perlakuan workshop bimbingan Karir Menuju Sukses. Efikasi diri kesiapan bekerja pada kelompok eksperimen setelah mendapatkan perlakuan workshop bimbingan Karir Menuju Sukses lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok konrol yang tidak mendapatkan perlakuan workshop bimbingan Karir Menuju Sukses. Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberi wawasan secara mendalam pada ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan dalam bidang karir. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu para psikolog untuk menyiapkan siswa SMK dalam menjalani masa transisinya dari sekolah ke dunia kerja setelah lulus sekolah. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada aspek psikologis yang berupa keyakinan siswa SMK untuk siap bekerja. Siswa yang memiliki keyakinan dengan kemampuannya untuk siap bekerja setelah lulus sekolah diharapkan bisa suskes memasuki dunia kerja.

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai 2 Masa remaja merupakan masa bagi individu untuk mulai membuat rencana karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai membuat keputusan karir (Bardick, Bernes, Magnusson,

Lebih terperinci

yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional

yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG 1 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG Muhammad Antos Riady Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilakukan seorang remaja. Menurut Havighurst (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) guna mendukung proses pembangunan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius. I. Pendahuluan Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) menyatakan bahwa remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang sarjana merupakan gerbang awal bagi mahasiswa untuk memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu universitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia bukan sekedar untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan namun juga untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karir berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karir menjadi titik penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat. Keputusan-keputusan yang diambil remaja adalah keputusan mengenai masa depannya. Akan tetapi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap universitas berusaha bersaing untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas swasta terkemuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan tanggung jawab yang diemban seorang guru bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan tanggung jawab yang diemban seorang guru bimbingan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan dan tanggung jawab yang diemban seorang guru bimbingan dan konseling dalam kegiatan konseling cenderung mengantarkannya pada keadaan stres. Bahkan ironisnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik dalam bidang teknologi, ekonomi, sosial-budaya, dan tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya (www.ui.ac.id). Oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya (www.ui.ac.id). Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Universitas merupakan salah satu institusi yang mempersiapkan sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya (www.ui.ac.id). Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematangan Karir Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas mengenai latar belakang masalah; tujuan penelitian dan pengembangan; spesifikasi produk; pentingnya penelitian dan pengembangan; asumsi dan keterbatasan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, pendidikan semakin menjadi suatu kebutuhan yang tidak terelakkan. Pendidikan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h. 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h. 12) menyatakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai bidang. Salah satu bidang yang ikut mengalami perubahan adalah pendidikan. Dewasa ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD dan SMP, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMA dan perguruan tinggi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. SD dan SMP, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMA dan perguruan tinggi. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan tonggak penting pembangunan manusia. Melalui pendidikan, dapat dibentuk sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam rangka menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi sebagian orang dianggap sebagai status yang dapat menghidupkan atau mematikan seseorang. Karir

Lebih terperinci

PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.

PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M. PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd ABSTRAK Banyak peserta didik yang masih belum percaya dengan kemampuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja, dalam hal ini pelajar dipandang sebagai generasi muda yang memegang peranan penting sebagai generasi penerus dalam pembangunan masyarakat, bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini didukung pula dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Di dalam dunia kerja, seseorang dituntut untuk mampu dalam beradaptasi, baik untuk bekerja secara individu maupun tim, menambah nilai perusahaan, dan bahkan

Lebih terperinci

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK SELF-EFFICACY SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA BIMBINGAN KONSELING SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN, YOGYAKARTA

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK SELF-EFFICACY SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA BIMBINGAN KONSELING SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN, YOGYAKARTA Bimbingan Pribadi Sosial Untuk BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK SELF-EFFICACY SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA BIMBINGAN KONSELING SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN, YOGYAKARTA Atifah Hanum Casmini Abstrak Adanya saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi, sosial, budaya masyarakat dewasa ini semakin pesat. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Contoh peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (http://wajahpendidikan.wordpress.com/pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (http://wajahpendidikan.wordpress.com/pentingnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era yang serba maju seperti saat ini, kita dituntut untuk dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan

mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan -kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi seperti sekarang ini satu hal yang dijadikan tolak ukur keberhasilan perusahaan adalah kualitas manusia dalam bekerja, hal ini didukung oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis sesuai dengan perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, khususnya dalam bidang lapangan kerja membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan berkembang pesat. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan tersisihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini disebabkan tidak sebandingnya lapangan pekerjaan yang tersedia dengan banyaknya orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, keadaan ekonomi di Indonesia sedang meningkat, pertumbuhan ekonomi di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat membawa perubahan bagi pola kehidupan manusia. Saat ini, hampir semua pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi yang semakin berkembang, perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang semakin kompeten dan berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2) HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur. Maka semakin dirasakan pentingnya dunia usaha. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Diri 2.1.1 Pengertian Harga Diri Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah ditetapkannya standar kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya sekedar untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik saja, namun juga mahasiswa mampu

Lebih terperinci

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karir merupakan salah satu aspek perkembangan individu yang bersifat sangat kompleks karena mengandung penggabungan dari banyak faktor dan bercirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dihadapkan pada karakterisktik siswa yang beraneka ragam dalam kegiatan pembelajaran. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajar secara lancar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dalam pemilihan karir. Dengan adanya masalahmasalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dalam pemilihan karir. Dengan adanya masalahmasalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia sepanjang hayatnya berusaha untuk memperoleh kehidupan yang layak sesuai dengan kodrat dan martabat kemanusiaannya, oleh karena itu manusia berhak mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan, menurut Kamus Bahasa Indonesia, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel Tergantung : Penerimaan Diri 2. Variabel Bebas : Pelatihan Konsep Diri B. Definisi Operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia perlu untuk bekerja. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Perilaku menyontek merupakan fenomena yang sudah lama ada dalam dunia pendidikan. Masalah menyontek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan siswa diharapkan akan memperoleh kemampuan, pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana mewujudkan proses belajar sepanjang hayat, menyentuh semua sendi kehidupan, semua lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci