mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan"

Transkripsi

1 mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan -kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk menentukan dan membuat keputusan sendiri. Hal ini dapat terlihat pada saat seorang remaja yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas kelas akhir yang sudah memulai memikirkan jenjang kelanjutan studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius. Menurut Super (dalam Brown & Associates, 2002) ada lima tahapan dalam perkembangan karir. Tahap pertama (Pertumbuhan: Usia 0-14 tahun), tahap ini meliputi empat subtahap yakni keingintahuan, fantasi, minat, dan kapasitas. Berawal dari tingkah laku anak yang dimotivasi oleh kebutuhan dan rasa ingin tahu, kemudian mulai menunjukkan minat terhadap berbagai pekerjaan hingga memilih pekerjaan yang paling dekat dengan minat. Tahap kedua (Eksplorasi: Usia tahun), terdiri dari tiga sub tahap: (a) usia tahun, remaja mulai mengkristalisasikan pilihan pekerjaan, (b) usia tahun remaja mulai mempersempit pilihan karir mereka dan mulai mengarahkan tingkah laku agar dapat bekerja pada bidang karir tertentu, dan (c) usia tahun, komitmen remaja masih sangat rendah dan sangat dipengaruhi oleh pengalaman kerja yang akan didapatkan. Tahap ketiga (penetapan: Usia tahun), tahap ini seorang dewasa muda mulai membangun posisi di tempat kerja dengan mengadopsi budaya kerja organisasi dan menampilkan kerja yang memuaskan, tahap selanjutnya mulai menguatkan memperkuat posisi, membina hubungan baik dengan rekan kerja serta, serta kebiasaan kerja yang produktif. Tahap keempat (pemeliharaan: Usia tahun), seseorang mempertahankan apa yang sudah dicapai sejak mulai bekerja, melanjutkan pekerjaan dengan selalu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan serta menemukan inovasi baru dalam menjalankan rutinitas. Tahap kelima (penurunan: Usia di atas 65 tahun) sese orang mengalami penurunan energi dan minat pada pekerjaan, mulai mengalami perlambatan, mengurangi pekerjaan dan menyerahkan kepada rekan kerja yang lebih muda serta mulai mempersiapkan masa pensiun. Melihat tahapan perkembangan karir di atas, usia SMA masuk rentang tahun, masa ini dapat digolongkan sebagai masa remaja dengan tugas perkembangan 2

2 yang masuk dalam tahapan eksplorasi. Tahapan eksplorasi ini dapat digambarkan yaitu: remaja mulai mengambil langkah-langkah untuk menguasai keahlian dengan kristalisasi pilihan-pilihan pekerjaan (Gati, Krausz, & Osipow, 1996) ; mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan (Santrock, 2002); masuk pada tahap membuat keputusan karir (Creed, Patton, & Prideaux, 2006); serta membuat rencana karir dengan mencari informasi terkait dengan karir yang diminati (Susilowati, 2009). Sarwono (2005), mengamati gejala yang sama dari tahun ke tahun di Indonesia, yaitu lulusan tingkat pendidikan menengah umum tidak tahu akan meneruskan kemana. Tidak semua remaja pada tingkat pendidikan menengah umum dapat dengan mudah membuat keputusan karir, banyak diantaranya mereka mengalami fase keraguan sebelum mantap pada suatu jalur karir (Creed, Patton, & Prideaux, 2006). Keraguan tersebut termanifestasi sebagai kesulitan-kesulitan yang dihadapi individu dalam memutuskan karir (Gati, Krausz, & Osipow, 1996). Kurangnya informasi mengenai program pendidikan, lapangan kerja yang akan dihadapi serta penghasilan yang akan diperoleh menambah kekhawatiran remaja dalam pengambilan keputusan karir (Gati & Amir, 2010). Penyebab hambatan pemilihan karir lainnya dikarenakan kurangnya informasi tentang diri dan dunia karir, minat karir yang tersebar luas, hingga kesulitan personal dalam pembuatan keputusan pilihan karir (Argyropoulou, Sidiropoulou-Dimakakaou & Besevegis, 2007). Fenomena menarik juga di temui di lembaga bimbingan belajar X di Yogyakarta. Lembaga bimbingan belajar ini masih diminati oleh siswa yang masuk kelas tinggi (Kelas VI, Kelas IX, dan Kelas XII). Akan tetapi bimbingan belajar masih fokus pada persiapan akademik saja, sedangkan siswa terutama kelas XII SMA membutuhkan banyak informasi terkait dengan beberapa jurusan yang ada di Perguruan Tinggi. Alasan siswa mengikuti bimbingan belajar salah satunya adalah mempersiapkan untuk kelulusan ujian nasional dan mempersiapkan masuk di perguruan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan tim konselor Detection, selama periode tahun menunjukkan bahwa 167 siswa kelas XII masih belum memiliki kesiapan untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas yang meliputi: tidak 3

3 mengetahui informasi mengenai jurusan di Perguruan Tinggi, belum menentukan jurusan yang sesuai dengan minatnya, masih bingung mau melanjutkan jurusan di Perguruan Tinggi, masih belum yakin dengan pilihan yang akan dipilih, dan belum membuat rencana pilihan mengenai jurusan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 15 siswa yang melakukan konseling menunjukkan bahwa 11 dari 15 siswa (73,33 %) siswa belum memiliki pilihan dan menentukan jurusan di Perguruan Tinggi. Keluhan yang sering muncul dari siswa adalah mereka belum siap untuk memilih jurusan dan tidak tahu akan memilih jurusan apa di Perguruan Tinggi. Diperkuat juga Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Syahraini (2011) kepada siswa kelas XI di kota Yogyakarta menunjukkan hasil bahwa 57,76% mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan untuk memilih jurusan. Permasalahan lain terkait pengambilan keputusan karir juga terjadi pada siswa yang mengikuti kegiatan Crash Program di lembaga bimbingan belajar X tersebut, 100 dari siswa yang mengikuti program tersebut 55% siswa mengaku belum memiliki bayangan untuk memilih jurusan di Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan yang membuat siswa tersebut belum bisa memilih jurusan, diantaranya adalah siswa belum banyak memiliki informasi tentang jurusan di perguruan tinggi, siswa belum yakin apakah jurusan yang akan dipilih sesuai dengan kemampuan dirinya, dan ketidaksesuaian antara keinginan orang tua dan keinginan siswa. Permasalahan tersebut membuat siswa belum bisa mengambil keputusan untuk memilih jurusan di Perguruan Tinggi. Peneliti juga melakukan screening dengan menggunakan angket yang disebar kepada kelas XI di 4 sekolah Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta. Angket berisi sejumlah pertanyaan untuk melihat apakah siswa sudah memiliki pilihan jurusan di Perguruan Tinggi. Jumlah siswa yang mengisi angket adalah 157 siswa, dari jumlah siswa yang mengisi angket 43% persen belum memiliki pilihan di Perguruan Tinggi. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan sementara bahwa masih banyak siswa SMA kelas XII masih belum bisa mengambil keputusan karir terkait pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi. Hal ini tidak sejalan dengan tahapan perkembangan karir menurut Super (Brown & Associa tes, 2002) pada usia remaja 4

4 15-19 tahun memasuki tahapan perkembangan eksplorasi karir dan idealnya akan memiliki banyak informasi sehingga sudah bisa menentukan pilihan karirnya. Idealnya karir merupakan salah satu bagian dari kehidupan yang memiliki pengaruh pada kebahagiaan manusia, oleh karenanya ketepatan dalam memilih dan menentukan pilihan karir menjadi titik penting dalam perjalanan hidup manusia (Germeijs & Verschueren, 2007). Dengan demikian pengambilan keputusan karir merupakan suatu hal yang penting karena karir seseorang akan menentukan berbagai segi kehidupan (Santrock, 2002). Banyak dari siswa kelas XII yang mengaku kesulitan dalam memilih jurusan, hal ini menyebabkan siswa merasa cemas dan bingung harus melakukan apa ketika tidak bisa memilih jurusan di Perguruan Tinggi. Pengambilan keputusan karir merupakan tahapan yang yang harus dihadapi oleh siswa. Pengambilan keputusan karir adalah proses memilih karir dan membentuk komitmen untuk mengimplementasikan pilihan karir tersebut (Brown, 2002). Pemilihan karir menjadi tugas individu yang melibatkan pengambilan keputusan dengan resiko yang sudah pasti dan jelas atau keputusan yang masih belum pasti (Greebank, 2009). Ketidakpastian sebagai suatu kondisi dengan resiko kesalahan dapat terjadi bila konsekuensi dari keputusan tersebut tidak dipahami secara utuh atau peluang hasil yang diharapkan dari keputusan tersebut tidak pasti. Gati, Krausz, & Osipow (1996), menyatakan bahwa keputusan karir adalah suatu proses yang digunakan seseorang untuk menentukan keputusan yang paling tepat dengan mempertimbangkan segala resiko. Sementara itu, Brown & Associate (2002) menyatakan bahwa pengambilan keputusan karir adalah proses yang tidak hanya berkaitan dengan keputusan karir tetapi meliputi membuat komitmen untuk mencapai tindakan yang dibutuhkan. Pengambilan keputusan karir dalam hal pendidikan dan pelatihan itu sendiri yakni memilih jurusan di Perguruan Tinggi, memilih program studi, atau peluang mengikuti pelatihan yang akan diikuti dalam rangka mencapai kompetensi secara keseluruhan (Sampson, Reardon, Peterson, & Lenz, 2004). Salah dalam memilih jurusan akan berdampak terhadap kehidupan individu di masa mendatang (Germeijs & Verschueren, 2007), yakni: 5

5 a. Problem psikologis, memilih jurusan yang tidak sesuai dengan minat diri, seperti pilihan orang tua, mengikuti teman atau trend dapat menurunkan daya tahan terhadap tekanan, konsentrasi, dan daya juang. b. Problem relasional, misalnya agresif karena kompensasi dari inferioritas di pelajaran, seperti merasa tidak nyaman, tidak percaya diri, menjadi pendiam, menarik diri dari pergaulan, lebih senang mengurung diri di kamar, dan takut bergaul. c. Problem akademis, seperti prestasi yang tidak optimal, kesulitan dalam memahami materi dan memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk mandiri dalam belajar, banyak mengulang mata kuliah yang berdampak pada bertambahnya waktu dan biaya serta dapat mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat kehadiran yang berujung pada rendahnya nilai indeks prestasi. Salah satu dampak dari pemilihan pendidikan yang kurang tepat adalah fenomena Drop out atau putus sekolah ditingkat Perguruan Tinggi (Susilowati, 2009). Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 18 Januari 2014 kepada 5 mahasiswa yang akhirnya memilih pindah jurusan karena merasa tidak cocok dengan jurusan yang dipilih. Mereka memilih untuk pindah jurusan karena tidak bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, jarang masuk kuliah, dan berakibat nilainya tidak maksimal. Alasan mereka tidak cocok dengan jurusan yang dipilih karena merasa salah memilih jurusan. Beberapa faktor yang membuat individu belum mampu mengambil keputusan karir disebabkan antara lain karena mereka tidak membuat target karir, mengalami kebingungan dan berada dalam kondisi kurang nyaman ketika dalam membuat sebuah target (Germeijs, Verschueren, & Soenens, 2006 ). Kesulitan dalam mengambil keputusan karir bisa terjadi, antara lain ketika individu mulai mengambil keputusan dan harus memilih keputusan yang paling tepat (Gati, Krauzs, dan Osipow, 1996). Kesulitan yang muncul pada awal proses pengambilan keputusan dapat disebabkan karena kurangnya kesiapan yang dimiliki oleh individu yaitu kesiapan terkait dengan informasi terkait jurusan dan analisis diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja dalam pengambilan keputusan terhadap pilihan karir adalah faktor dalam diri dan faktor dari luar diri. Faktor dalam 6

6 diri yang mencakup inteligensi, kepribadian, prestasi, aspirasi, dan pengetahuan tentang wawasan karir. Faktor dari luar diri mencakup jenis pekerjaan dan penghasilan orang tua, pendidikan tertinggi orangtua, status sosial ekonomi keluarga, harapan orangtua terhadap pendidikan anak, pekerjaan yang didambakan dan dicita-citakan orang tua terhadap anaknya, stigma masyarakat terhadap pilihan jurusan, gender, serta pengaruh teman sebaya (Albion & Forgarty, 2005; Germeijs & Verschueren, 2009; Keller & Whiston, 2008; Nawaz & Gilani, 2011; Santrock, 2003; Tang, 2009). Natalie, Kosine, Steger, & Duncan (2008), menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung informasi yang adekuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Sejalan dengan pendapat di atas Gati, Krausz, & Osipow (1996), menyatakan bahwa agar efektif dalam membuat keputusan karir, individu harus memiliki informasi mengenai analisis diri, lingkungan karir yang akan dipilih, serta mengintegrasikan keduanya sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan karir. Permasalahan dalam pengambilan keputusan pemilihan studi lanjut dianalisis berdasarkan teori dari Bandura. Konsep ( reciprocal determinism) menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan person, environment, dan behavior. Person di sini terkait dengan pengetahuan informasi tentang analisis diri dan wawasan karir yang dimiliki oleh siswa. Environment terkait dengan orangtua, lingkungan sekitar, dan teman sebaya. Behavior adalah bagaimana siswa dapat melakukan pengambilan keputusan pemilihan studi lanjut yang dipengaruhi oleh person dan environment. Pengetahuan dan informasi tentang karir serta analisis diri berpengaruh terhadap kesiapan siswa dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas penting untuk dilakukan usaha pendampingan pada siswa untuk mempersiapkan diri agar bisa mengambil keputusan secara tepat. Dengan demikian diharapkan ada satu alat intervensi yang digunakan untuk membantu siswa agar bisa melakukan pengambilan keputusan dengan tepat. Splete dan Pietrofesa (1975) mengungkapkan bahwa pemahaman diri, 7

7 pengetahuan tentang karir, dan penetapan tujuan serta rencana karir merupakan tiga faktor penting dalam pengambilan keputusan. Teori proses pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Pietrofesa dan Splete (1975). Dalam teori tersebut dijelaskan ada lima hal penting dalam membuat sebuah keputusan, yaitu: pemahaman akan proses pengambilan keputusan karir, analisis diri, wawasan karir, analisis potensi dan pilihan karir, dan eksekusi (memilih, merencanakan, dan bertindak). Pengambilan keputusan karir merupakan proses yang bertahap meliputi, (1) penilaian terhadap diri sendiri, (2) mengeksplorasi berbagai kemungkinan, (3) menyusun rencana karir, (4) melakukan tindakan, dan (5) mengevaluasi hasil. Splete dan Pietrofesa (1975) mengungkapkan bahwa terdapat lima faktor penting dalam proses pengambilan keputusan karir, yakni: 1. Memahami proses pengambilan keputusan karir Proses pengambilan keputusan karir menekankan pada pentingnya proses kognitif dalam menggabungkan pengetahuan tentang diri sendiri dan pengetahuan tentang karir yang ingin ditekuni. Menurut Katz (dalam Splete dan Pietrofesa, 1975) proses pengambilan keputusan karir melibatkan pemikiran yang logis tentang kemungkinan resiko yang dihadapi saat membuat sebuah keputusan karir. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan karir yaitu : (a) Faktor psikologis dan sosiologis, (b) Kesiapan dalam membuat sebuah keputusan karir, (c) Aspirasi, (d) Persepsi. 2. Pemahaman diri Pemahaman diri yang dimaksud mencakup sikap, kemampuan, bakat, kebutuhan, kepribadian, minat, dan gaya hidup. Pemahaman individu atas dirinya (kelebihan dan kekurangan diri) akan membantu individu dalam pengambilan keputusan karir. Menurut Friel dan Carkhuff (dalam Splete dan Pietrofesa, 1975), langkah pertama untuk pengembangan karir seseorang adalah mengeksplorasi dan memahami diri. 8

8 3. Pengetahuan tentang karir Informasi karir meliputi pengetahuan yang dimiliki individu terkait pekerjaan, tugas-tugas yang dilakukan dalam setiap pekerjaan, persyaratan kerja, pendidikan, serta training atau pelatihan khusus yang dibutuhkan dalam setiap pekerjaan. Informasi tentang karir dapat diperoleh melalui berbagai sumber seperti : (1) informasi audio visual (film, kaset, radio, televisi, majalah, surat kabar, tabloid), (2) pengalaman (orang yang sudah memil iki pengalaman kerja di bidang tertentu, study tour), (3) mengikuti program-program pengembangan karir (workshop), (4) pengalaman kerja praktek, (5) informasi dari internet, (6) guru di sekolah, konselor karir. 4. Mempertimbangkan alternatif pilihan karir dan dampaknya Hasen (dalam Splete dan Pietrofesa, 1975) mengungkapkan bahwa individu harus mengidentifikasi alternatif pilihan karirnya dan meramalkan kemungkinan sukses atau tidaknya. Setiap alternatif pilihan karir harus dipertimbangkan dampaknya supaya seseorang merasa nyaman dengan pilihannya. Menurut Friel dan Carkhuff (dalam Splete dan Pietrofesa, 1975), ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan karir, yakni aspek fisik, emosional, dan intelektual. Individu dituntut untuk dapat berpikir secara realistis dalam mempertimbangkan berbagai macam alternatif pilihan karir dan memilih karir yang memiliki dampak negatif paling kecil serta dampak positif yang paling besar untuk dirinya. 5. Memilih, merencanakan dan bertindak Apabila individu memahami proses pengambilan keputusan, memahami dirinya, mencari informasi tentang karir, dan mempertimbangkan segala macam kemungkinan dampak yang terjadi atas pilihan karirnya, maka individu telah dianggap siap untuk menentukan pilihan karirnya dan membuat rencana untuk menggapai pilihan karirnya. Intervensi yang telah dilakukan sehubungan dengan karir menggunakan model yang bervariasi. Program-program intervensi ini terbukti cukup memberikan efek positif dalam merencanakan, memilih, dan menentukan karir (Brown & McPartland, 2005; Mau, 2000). Intervensi tersebut antara lain: Konseling karir 9

9 Individual (Sangganjanavanich & Magnuson, 2011), Konseling karir kelompok (Austin, Wagner, & Dahl, 2004; Lestari, 2010), model portofolio (Dowd, 2010), klub karir dengan menggunakan penugasan secara individual (Wessel, Christian & Hoff, 2003), Interview (Amundson, Borgen, Iaquinita, Butterfield, & Koert, 2010; Kuijpers & Scheerens, 2006), Kelas kursus (Fouad, Cotter, & Kantamneni, 2009; Reese & Miller, 2006; Scoot & Ciani, 2008), Workshop (Hirschi & Lage, 2007), dan Pelatihan (Krumboltz & Hamel, 2000; Notta & Soresi, 2003; Wang, Zhang, & Shao, 2010). Pada dasarnya, berbagai intervensi karir tersebut menggunakan variabel yang sama yaitu, perencanaan karir untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan karir, hanya saja dirancang dengan teknik berbeda Pelatihan kelompok merupakan salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir, sebab melalui interaksi antar anggota kelompok peserta dapat merasakan pengalaman positif; mengidentifikasikan dan mengeksplorasi kemampuan diri; membuat perencanaan; membangun pengetahuan rasional mengenai pilihan karir; serta belajar mengambil keputusan karir (Krumboltz & Hamel, 2000; Teuscher, 2002; Wang, Zhang, & Shao, 2010). Dalam perspektif sosial kognitif yang dikemukakan Bandura (1986), pembelajaran melalui pengamatan dikenal dengan istilah observational learning. Pelatihan dengan metode observational learning ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan dalam pengambilan keputusan karir melalui empat tahapan belajar, yakni attentional processes, retention processes, production processes, dan motivational processes. Dalam pelatihan, peserta akan diajak untuk mengamati berbagai perilaku orang lain melalui video dan pengamatan langsung melalui berbagai aktivitas. Dengan mengamati, peserta akan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang nantinya dapat digunakan untuk membentuk pola perilaku baru Pelatihan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelatihan pengambilan keputusan yang mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Pietrofesa dan Splete (1975). Dalam teori teori tersebut dijelaskan ada lima hal penting dalam membuat sebuah keputusan, yaitu: Memahami proses pengambilan keputusan karir, pemahaman diri seseorang, pengetahuan tentang karir, mempertimbangkan alternatif 10

yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional

yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius. I. Pendahuluan Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) menyatakan bahwa remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai

karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai 2 Masa remaja merupakan masa bagi individu untuk mulai membuat rencana karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai membuat keputusan karir (Bardick, Bernes, Magnusson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas

Lebih terperinci

Pengaruh Program Pilihanku Untuk Meningkatkan Efikasi Diri. Dalam Keputusan Pemilihan Korps Karbol AAU

Pengaruh Program Pilihanku Untuk Meningkatkan Efikasi Diri. Dalam Keputusan Pemilihan Korps Karbol AAU Pengaruh Program Pilihanku Untuk Meningkatkan Efikasi Diri Dalam Keputusan Pemilihan Korps Karbol AAU The self-efficacy in deciding to choose the corps is low. This causes Karbol unable to take the decision

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Populasi di Indonesia pada tahun 2010 mencapai angka lebih dari 237 juta jiwa dan 99,49 juta terdiri dari usia 15-19 tahun yang artinya penduduk usia remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja, dalam hal ini pelajar dipandang sebagai generasi muda yang memegang peranan penting sebagai generasi penerus dalam pembangunan masyarakat, bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah media penghantar individu untuk menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu solusi atau upaya yang dibuat agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga BAB I PE DAHULUA 1.1. Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di mana pun dan kapan pun individu berada. Penelitian Levinson (1985) menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang bisa ditempuh oleh siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan manusia merupakan kekuatan yang akan berperan sebagai kunci pembuka sebagai terwujudnya masa depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilakukan seorang remaja. Menurut Havighurst (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik secara fisik, psikologis, dan sosial. Secara sosial, perkembangan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat. Keputusan-keputusan yang diambil remaja adalah keputusan mengenai masa depannya. Akan tetapi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karir merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan dewasa, oleh karena itu perlu adanya persiapan saat seseorang berada pada usia remaja yaitu, terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan dan karier yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju dan berkembang, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi. Mereka bingung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui, untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penididikan nasional sendiri telah dirumuskan melalui Undang-undang No

BAB I PENDAHULUAN. penididikan nasional sendiri telah dirumuskan melalui Undang-undang No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari asa ke masa lebih banyak bersifat klasikal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karier merupakan salah satu komponen paling penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karier merupakan salah satu komponen paling penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Karier merupakan salah satu komponen paling penting dalam kehidupan seorang manusia. Karier juga dapat menjadi penentu kebahagiaan seseorang, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ketika memilih jurusan. Pengambilan keputusan akan dilalui oleh setiap individu dalam memilih jurusan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan memutuskan tentang masa depannya baik mengenai jurusan yang akan diambil di sekolahnya (IPA atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan tersisihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi sebagian orang dianggap sebagai status yang dapat menghidupkan atau mematikan seseorang. Karir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya

BAB I PENDAHULUAN. individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja untuk memenuhi kebutuhan adalah hal penting yang dilakukan individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya semaksimal mungkin. Mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga komputer yang kini sudah mencapai generasi ke-lima (Ivan, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. juga komputer yang kini sudah mencapai generasi ke-lima (Ivan, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menunjukkan banyak teknologi yang mempermudah aktivitas manusia. Sebagai contoh, telepon, mesin fax, internet, juga komputer yang kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-cita bangsa Indonesia yang disebutkan dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya dan kegiatan sehari-hari ini merupakan manifestasi karier seseorang. Sungkawaningsih

Lebih terperinci

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa. Sekolah juga sebagai salah satu wadah untuk mewujudkan pembentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun BAB I PENDUHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun 2003 tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Konsep diri yang dimiliki remaja akan mengalami perkembangan secara terus menerus. Semakin luas pergaulan remaja dalam mengenal lingkunganya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK

2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembuatan keputusan karir dapat mengakibatkan seseorang mengalami gejala depresi (Walker & Gary, 2012). Gejala depresi muncul akibat disfunctional pemikiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman,

Lebih terperinci

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karir merupakan salah satu aspek perkembangan individu yang bersifat sangat kompleks karena mengandung penggabungan dari banyak faktor dan bercirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia jumlah anak yang memiliki perilaku yang bermasalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia jumlah anak yang memiliki perilaku yang bermasalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia jumlah anak yang memiliki perilaku yang bermasalah bahkan sampai menjurus ke arah kriminal cukup tinggi. Data dari Yayasan Sekretariat Anak Merdeka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematangan Karir Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut perubahan sangat pesat, serta muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. Di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Masa pra-dewasa merupakan periode penting untuk merencanakan dan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Masa pra-dewasa merupakan periode penting untuk merencanakan dan BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masa pra-dewasa merupakan periode penting untuk merencanakan dan menentukan masa depan seseorang (Code & Bernes, 2006; Germeijs & De Boeck, 2002; Santrock, 2011; Tien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang karakteristik, perilaku dan permasalahan yang berkaitan dengan abnormalitas, sosial, budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah periode transisi dari perkembangan manusia fisik dan mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan biologis (yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jenjang perguruan tinggi merupakan salah satu gerbang menuju dunia kerja untuk para pelajar yang memutuskan melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan. Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang sarjana merupakan gerbang awal bagi mahasiswa untuk memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu universitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja yaitu ketika sudah menginjak usia 14-18 tahun. Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersifat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simpulan dan rekomendasi penelitian. Simpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan pada siswa. Menurut sebagian siswa UN merupakan proses biasa yang wajib dilalui oleh siswa kelas 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terus mengalami perkembangan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan menuju suatu kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keterampilan unggul, sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada masa ini sangatl dibutuhkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Rachmat Al Fajar F 100 950 017 /

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,

BAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya sekedar untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik saja, namun juga mahasiswa mampu

Lebih terperinci

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh) Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima01/01/2013 Direvisi12/01/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 hlm. 310-316 USAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan tempat di mana dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, baik menghasilkan suatu barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Muhibbu Abivian, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini selain menimbulkan kemudahan dalam berinteraksi, juga berdampak pula terhadap perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson disebut dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat membawa perubahan bagi pola kehidupan manusia. Saat ini, hampir semua pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rentang kehidupan manusia, terdapat tahap-tahap perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal. Masa remaja merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nisa Fadilah, 2014 Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nisa Fadilah, 2014 Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk hidup manusia harus bekerja untuk dapat mempertahankan hidupnya, karena dengan bekerja segala yang berhubungan dengan kebutuhan sandang, pangan,

Lebih terperinci