mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan
|
|
- Hadian Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) berpendapat bahwa remaja memiliki kebutuhan -kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk menentukan dan membuat keputusan sendiri. Hal ini dapat terlihat pada saat seorang remaja yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas kelas akhir yang sudah memulai memikirkan jenjang kelanjutan studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius. Menurut Super (dalam Brown & Associates, 2002) ada lima tahapan dalam perkembangan karir. Tahap pertama (Pertumbuhan: Usia 0-14 tahun), tahap ini meliputi empat subtahap yakni keingintahuan, fantasi, minat, dan kapasitas. Berawal dari tingkah laku anak yang dimotivasi oleh kebutuhan dan rasa ingin tahu, kemudian mulai menunjukkan minat terhadap berbagai pekerjaan hingga memilih pekerjaan yang paling dekat dengan minat. Tahap kedua (Eksplorasi: Usia tahun), terdiri dari tiga sub tahap: (a) usia tahun, remaja mulai mengkristalisasikan pilihan pekerjaan, (b) usia tahun remaja mulai mempersempit pilihan karir mereka dan mulai mengarahkan tingkah laku agar dapat bekerja pada bidang karir tertentu, dan (c) usia tahun, komitmen remaja masih sangat rendah dan sangat dipengaruhi oleh pengalaman kerja yang akan didapatkan. Tahap ketiga (penetapan: Usia tahun), tahap ini seorang dewasa muda mulai membangun posisi di tempat kerja dengan mengadopsi budaya kerja organisasi dan menampilkan kerja yang memuaskan, tahap selanjutnya mulai menguatkan memperkuat posisi, membina hubungan baik dengan rekan kerja serta, serta kebiasaan kerja yang produktif. Tahap keempat (pemeliharaan: Usia tahun), seseorang mempertahankan apa yang sudah dicapai sejak mulai bekerja, melanjutkan pekerjaan dengan selalu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan serta menemukan inovasi baru dalam menjalankan rutinitas. Tahap kelima (penurunan: Usia di atas 65 tahun) sese orang mengalami penurunan energi dan minat pada pekerjaan, mulai mengalami perlambatan, mengurangi pekerjaan dan menyerahkan kepada rekan kerja yang lebih muda serta mulai mempersiapkan masa pensiun. Melihat tahapan perkembangan karir di atas, usia SMA masuk rentang tahun, masa ini dapat digolongkan sebagai masa remaja dengan tugas perkembangan 2
2 yang masuk dalam tahapan eksplorasi. Tahapan eksplorasi ini dapat digambarkan yaitu: remaja mulai mengambil langkah-langkah untuk menguasai keahlian dengan kristalisasi pilihan-pilihan pekerjaan (Gati, Krausz, & Osipow, 1996) ; mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan (Santrock, 2002); masuk pada tahap membuat keputusan karir (Creed, Patton, & Prideaux, 2006); serta membuat rencana karir dengan mencari informasi terkait dengan karir yang diminati (Susilowati, 2009). Sarwono (2005), mengamati gejala yang sama dari tahun ke tahun di Indonesia, yaitu lulusan tingkat pendidikan menengah umum tidak tahu akan meneruskan kemana. Tidak semua remaja pada tingkat pendidikan menengah umum dapat dengan mudah membuat keputusan karir, banyak diantaranya mereka mengalami fase keraguan sebelum mantap pada suatu jalur karir (Creed, Patton, & Prideaux, 2006). Keraguan tersebut termanifestasi sebagai kesulitan-kesulitan yang dihadapi individu dalam memutuskan karir (Gati, Krausz, & Osipow, 1996). Kurangnya informasi mengenai program pendidikan, lapangan kerja yang akan dihadapi serta penghasilan yang akan diperoleh menambah kekhawatiran remaja dalam pengambilan keputusan karir (Gati & Amir, 2010). Penyebab hambatan pemilihan karir lainnya dikarenakan kurangnya informasi tentang diri dan dunia karir, minat karir yang tersebar luas, hingga kesulitan personal dalam pembuatan keputusan pilihan karir (Argyropoulou, Sidiropoulou-Dimakakaou & Besevegis, 2007). Fenomena menarik juga di temui di lembaga bimbingan belajar X di Yogyakarta. Lembaga bimbingan belajar ini masih diminati oleh siswa yang masuk kelas tinggi (Kelas VI, Kelas IX, dan Kelas XII). Akan tetapi bimbingan belajar masih fokus pada persiapan akademik saja, sedangkan siswa terutama kelas XII SMA membutuhkan banyak informasi terkait dengan beberapa jurusan yang ada di Perguruan Tinggi. Alasan siswa mengikuti bimbingan belajar salah satunya adalah mempersiapkan untuk kelulusan ujian nasional dan mempersiapkan masuk di perguruan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan tim konselor Detection, selama periode tahun menunjukkan bahwa 167 siswa kelas XII masih belum memiliki kesiapan untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas yang meliputi: tidak 3
3 mengetahui informasi mengenai jurusan di Perguruan Tinggi, belum menentukan jurusan yang sesuai dengan minatnya, masih bingung mau melanjutkan jurusan di Perguruan Tinggi, masih belum yakin dengan pilihan yang akan dipilih, dan belum membuat rencana pilihan mengenai jurusan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 15 siswa yang melakukan konseling menunjukkan bahwa 11 dari 15 siswa (73,33 %) siswa belum memiliki pilihan dan menentukan jurusan di Perguruan Tinggi. Keluhan yang sering muncul dari siswa adalah mereka belum siap untuk memilih jurusan dan tidak tahu akan memilih jurusan apa di Perguruan Tinggi. Diperkuat juga Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Syahraini (2011) kepada siswa kelas XI di kota Yogyakarta menunjukkan hasil bahwa 57,76% mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan untuk memilih jurusan. Permasalahan lain terkait pengambilan keputusan karir juga terjadi pada siswa yang mengikuti kegiatan Crash Program di lembaga bimbingan belajar X tersebut, 100 dari siswa yang mengikuti program tersebut 55% siswa mengaku belum memiliki bayangan untuk memilih jurusan di Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan yang membuat siswa tersebut belum bisa memilih jurusan, diantaranya adalah siswa belum banyak memiliki informasi tentang jurusan di perguruan tinggi, siswa belum yakin apakah jurusan yang akan dipilih sesuai dengan kemampuan dirinya, dan ketidaksesuaian antara keinginan orang tua dan keinginan siswa. Permasalahan tersebut membuat siswa belum bisa mengambil keputusan untuk memilih jurusan di Perguruan Tinggi. Peneliti juga melakukan screening dengan menggunakan angket yang disebar kepada kelas XI di 4 sekolah Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta. Angket berisi sejumlah pertanyaan untuk melihat apakah siswa sudah memiliki pilihan jurusan di Perguruan Tinggi. Jumlah siswa yang mengisi angket adalah 157 siswa, dari jumlah siswa yang mengisi angket 43% persen belum memiliki pilihan di Perguruan Tinggi. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan sementara bahwa masih banyak siswa SMA kelas XII masih belum bisa mengambil keputusan karir terkait pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi. Hal ini tidak sejalan dengan tahapan perkembangan karir menurut Super (Brown & Associa tes, 2002) pada usia remaja 4
4 15-19 tahun memasuki tahapan perkembangan eksplorasi karir dan idealnya akan memiliki banyak informasi sehingga sudah bisa menentukan pilihan karirnya. Idealnya karir merupakan salah satu bagian dari kehidupan yang memiliki pengaruh pada kebahagiaan manusia, oleh karenanya ketepatan dalam memilih dan menentukan pilihan karir menjadi titik penting dalam perjalanan hidup manusia (Germeijs & Verschueren, 2007). Dengan demikian pengambilan keputusan karir merupakan suatu hal yang penting karena karir seseorang akan menentukan berbagai segi kehidupan (Santrock, 2002). Banyak dari siswa kelas XII yang mengaku kesulitan dalam memilih jurusan, hal ini menyebabkan siswa merasa cemas dan bingung harus melakukan apa ketika tidak bisa memilih jurusan di Perguruan Tinggi. Pengambilan keputusan karir merupakan tahapan yang yang harus dihadapi oleh siswa. Pengambilan keputusan karir adalah proses memilih karir dan membentuk komitmen untuk mengimplementasikan pilihan karir tersebut (Brown, 2002). Pemilihan karir menjadi tugas individu yang melibatkan pengambilan keputusan dengan resiko yang sudah pasti dan jelas atau keputusan yang masih belum pasti (Greebank, 2009). Ketidakpastian sebagai suatu kondisi dengan resiko kesalahan dapat terjadi bila konsekuensi dari keputusan tersebut tidak dipahami secara utuh atau peluang hasil yang diharapkan dari keputusan tersebut tidak pasti. Gati, Krausz, & Osipow (1996), menyatakan bahwa keputusan karir adalah suatu proses yang digunakan seseorang untuk menentukan keputusan yang paling tepat dengan mempertimbangkan segala resiko. Sementara itu, Brown & Associate (2002) menyatakan bahwa pengambilan keputusan karir adalah proses yang tidak hanya berkaitan dengan keputusan karir tetapi meliputi membuat komitmen untuk mencapai tindakan yang dibutuhkan. Pengambilan keputusan karir dalam hal pendidikan dan pelatihan itu sendiri yakni memilih jurusan di Perguruan Tinggi, memilih program studi, atau peluang mengikuti pelatihan yang akan diikuti dalam rangka mencapai kompetensi secara keseluruhan (Sampson, Reardon, Peterson, & Lenz, 2004). Salah dalam memilih jurusan akan berdampak terhadap kehidupan individu di masa mendatang (Germeijs & Verschueren, 2007), yakni: 5
5 a. Problem psikologis, memilih jurusan yang tidak sesuai dengan minat diri, seperti pilihan orang tua, mengikuti teman atau trend dapat menurunkan daya tahan terhadap tekanan, konsentrasi, dan daya juang. b. Problem relasional, misalnya agresif karena kompensasi dari inferioritas di pelajaran, seperti merasa tidak nyaman, tidak percaya diri, menjadi pendiam, menarik diri dari pergaulan, lebih senang mengurung diri di kamar, dan takut bergaul. c. Problem akademis, seperti prestasi yang tidak optimal, kesulitan dalam memahami materi dan memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk mandiri dalam belajar, banyak mengulang mata kuliah yang berdampak pada bertambahnya waktu dan biaya serta dapat mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat kehadiran yang berujung pada rendahnya nilai indeks prestasi. Salah satu dampak dari pemilihan pendidikan yang kurang tepat adalah fenomena Drop out atau putus sekolah ditingkat Perguruan Tinggi (Susilowati, 2009). Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 18 Januari 2014 kepada 5 mahasiswa yang akhirnya memilih pindah jurusan karena merasa tidak cocok dengan jurusan yang dipilih. Mereka memilih untuk pindah jurusan karena tidak bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, jarang masuk kuliah, dan berakibat nilainya tidak maksimal. Alasan mereka tidak cocok dengan jurusan yang dipilih karena merasa salah memilih jurusan. Beberapa faktor yang membuat individu belum mampu mengambil keputusan karir disebabkan antara lain karena mereka tidak membuat target karir, mengalami kebingungan dan berada dalam kondisi kurang nyaman ketika dalam membuat sebuah target (Germeijs, Verschueren, & Soenens, 2006 ). Kesulitan dalam mengambil keputusan karir bisa terjadi, antara lain ketika individu mulai mengambil keputusan dan harus memilih keputusan yang paling tepat (Gati, Krauzs, dan Osipow, 1996). Kesulitan yang muncul pada awal proses pengambilan keputusan dapat disebabkan karena kurangnya kesiapan yang dimiliki oleh individu yaitu kesiapan terkait dengan informasi terkait jurusan dan analisis diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja dalam pengambilan keputusan terhadap pilihan karir adalah faktor dalam diri dan faktor dari luar diri. Faktor dalam 6
6 diri yang mencakup inteligensi, kepribadian, prestasi, aspirasi, dan pengetahuan tentang wawasan karir. Faktor dari luar diri mencakup jenis pekerjaan dan penghasilan orang tua, pendidikan tertinggi orangtua, status sosial ekonomi keluarga, harapan orangtua terhadap pendidikan anak, pekerjaan yang didambakan dan dicita-citakan orang tua terhadap anaknya, stigma masyarakat terhadap pilihan jurusan, gender, serta pengaruh teman sebaya (Albion & Forgarty, 2005; Germeijs & Verschueren, 2009; Keller & Whiston, 2008; Nawaz & Gilani, 2011; Santrock, 2003; Tang, 2009). Natalie, Kosine, Steger, & Duncan (2008), menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung informasi yang adekuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Sejalan dengan pendapat di atas Gati, Krausz, & Osipow (1996), menyatakan bahwa agar efektif dalam membuat keputusan karir, individu harus memiliki informasi mengenai analisis diri, lingkungan karir yang akan dipilih, serta mengintegrasikan keduanya sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan karir. Permasalahan dalam pengambilan keputusan pemilihan studi lanjut dianalisis berdasarkan teori dari Bandura. Konsep ( reciprocal determinism) menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan person, environment, dan behavior. Person di sini terkait dengan pengetahuan informasi tentang analisis diri dan wawasan karir yang dimiliki oleh siswa. Environment terkait dengan orangtua, lingkungan sekitar, dan teman sebaya. Behavior adalah bagaimana siswa dapat melakukan pengambilan keputusan pemilihan studi lanjut yang dipengaruhi oleh person dan environment. Pengetahuan dan informasi tentang karir serta analisis diri berpengaruh terhadap kesiapan siswa dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas penting untuk dilakukan usaha pendampingan pada siswa untuk mempersiapkan diri agar bisa mengambil keputusan secara tepat. Dengan demikian diharapkan ada satu alat intervensi yang digunakan untuk membantu siswa agar bisa melakukan pengambilan keputusan dengan tepat. Splete dan Pietrofesa (1975) mengungkapkan bahwa pemahaman diri, 7
7 pengetahuan tentang karir, dan penetapan tujuan serta rencana karir merupakan tiga faktor penting dalam pengambilan keputusan. Teori proses pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Pietrofesa dan Splete (1975). Dalam teori tersebut dijelaskan ada lima hal penting dalam membuat sebuah keputusan, yaitu: pemahaman akan proses pengambilan keputusan karir, analisis diri, wawasan karir, analisis potensi dan pilihan karir, dan eksekusi (memilih, merencanakan, dan bertindak). Pengambilan keputusan karir merupakan proses yang bertahap meliputi, (1) penilaian terhadap diri sendiri, (2) mengeksplorasi berbagai kemungkinan, (3) menyusun rencana karir, (4) melakukan tindakan, dan (5) mengevaluasi hasil. Splete dan Pietrofesa (1975) mengungkapkan bahwa terdapat lima faktor penting dalam proses pengambilan keputusan karir, yakni: 1. Memahami proses pengambilan keputusan karir Proses pengambilan keputusan karir menekankan pada pentingnya proses kognitif dalam menggabungkan pengetahuan tentang diri sendiri dan pengetahuan tentang karir yang ingin ditekuni. Menurut Katz (dalam Splete dan Pietrofesa, 1975) proses pengambilan keputusan karir melibatkan pemikiran yang logis tentang kemungkinan resiko yang dihadapi saat membuat sebuah keputusan karir. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan karir yaitu : (a) Faktor psikologis dan sosiologis, (b) Kesiapan dalam membuat sebuah keputusan karir, (c) Aspirasi, (d) Persepsi. 2. Pemahaman diri Pemahaman diri yang dimaksud mencakup sikap, kemampuan, bakat, kebutuhan, kepribadian, minat, dan gaya hidup. Pemahaman individu atas dirinya (kelebihan dan kekurangan diri) akan membantu individu dalam pengambilan keputusan karir. Menurut Friel dan Carkhuff (dalam Splete dan Pietrofesa, 1975), langkah pertama untuk pengembangan karir seseorang adalah mengeksplorasi dan memahami diri. 8
8 3. Pengetahuan tentang karir Informasi karir meliputi pengetahuan yang dimiliki individu terkait pekerjaan, tugas-tugas yang dilakukan dalam setiap pekerjaan, persyaratan kerja, pendidikan, serta training atau pelatihan khusus yang dibutuhkan dalam setiap pekerjaan. Informasi tentang karir dapat diperoleh melalui berbagai sumber seperti : (1) informasi audio visual (film, kaset, radio, televisi, majalah, surat kabar, tabloid), (2) pengalaman (orang yang sudah memil iki pengalaman kerja di bidang tertentu, study tour), (3) mengikuti program-program pengembangan karir (workshop), (4) pengalaman kerja praktek, (5) informasi dari internet, (6) guru di sekolah, konselor karir. 4. Mempertimbangkan alternatif pilihan karir dan dampaknya Hasen (dalam Splete dan Pietrofesa, 1975) mengungkapkan bahwa individu harus mengidentifikasi alternatif pilihan karirnya dan meramalkan kemungkinan sukses atau tidaknya. Setiap alternatif pilihan karir harus dipertimbangkan dampaknya supaya seseorang merasa nyaman dengan pilihannya. Menurut Friel dan Carkhuff (dalam Splete dan Pietrofesa, 1975), ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan karir, yakni aspek fisik, emosional, dan intelektual. Individu dituntut untuk dapat berpikir secara realistis dalam mempertimbangkan berbagai macam alternatif pilihan karir dan memilih karir yang memiliki dampak negatif paling kecil serta dampak positif yang paling besar untuk dirinya. 5. Memilih, merencanakan dan bertindak Apabila individu memahami proses pengambilan keputusan, memahami dirinya, mencari informasi tentang karir, dan mempertimbangkan segala macam kemungkinan dampak yang terjadi atas pilihan karirnya, maka individu telah dianggap siap untuk menentukan pilihan karirnya dan membuat rencana untuk menggapai pilihan karirnya. Intervensi yang telah dilakukan sehubungan dengan karir menggunakan model yang bervariasi. Program-program intervensi ini terbukti cukup memberikan efek positif dalam merencanakan, memilih, dan menentukan karir (Brown & McPartland, 2005; Mau, 2000). Intervensi tersebut antara lain: Konseling karir 9
9 Individual (Sangganjanavanich & Magnuson, 2011), Konseling karir kelompok (Austin, Wagner, & Dahl, 2004; Lestari, 2010), model portofolio (Dowd, 2010), klub karir dengan menggunakan penugasan secara individual (Wessel, Christian & Hoff, 2003), Interview (Amundson, Borgen, Iaquinita, Butterfield, & Koert, 2010; Kuijpers & Scheerens, 2006), Kelas kursus (Fouad, Cotter, & Kantamneni, 2009; Reese & Miller, 2006; Scoot & Ciani, 2008), Workshop (Hirschi & Lage, 2007), dan Pelatihan (Krumboltz & Hamel, 2000; Notta & Soresi, 2003; Wang, Zhang, & Shao, 2010). Pada dasarnya, berbagai intervensi karir tersebut menggunakan variabel yang sama yaitu, perencanaan karir untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan karir, hanya saja dirancang dengan teknik berbeda Pelatihan kelompok merupakan salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir, sebab melalui interaksi antar anggota kelompok peserta dapat merasakan pengalaman positif; mengidentifikasikan dan mengeksplorasi kemampuan diri; membuat perencanaan; membangun pengetahuan rasional mengenai pilihan karir; serta belajar mengambil keputusan karir (Krumboltz & Hamel, 2000; Teuscher, 2002; Wang, Zhang, & Shao, 2010). Dalam perspektif sosial kognitif yang dikemukakan Bandura (1986), pembelajaran melalui pengamatan dikenal dengan istilah observational learning. Pelatihan dengan metode observational learning ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan dalam pengambilan keputusan karir melalui empat tahapan belajar, yakni attentional processes, retention processes, production processes, dan motivational processes. Dalam pelatihan, peserta akan diajak untuk mengamati berbagai perilaku orang lain melalui video dan pengamatan langsung melalui berbagai aktivitas. Dengan mengamati, peserta akan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang nantinya dapat digunakan untuk membentuk pola perilaku baru Pelatihan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelatihan pengambilan keputusan yang mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Pietrofesa dan Splete (1975). Dalam teori teori tersebut dijelaskan ada lima hal penting dalam membuat sebuah keputusan, yaitu: Memahami proses pengambilan keputusan karir, pemahaman diri seseorang, pengetahuan tentang karir, mempertimbangkan alternatif 10
yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional
yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan
Lebih terperinciremaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.
I. Pendahuluan Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) menyatakan bahwa remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperincikarir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai
2 Masa remaja merupakan masa bagi individu untuk mulai membuat rencana karir dengan eksplorasi dan mencari informasi karir yang diminati serta mulai membuat keputusan karir (Bardick, Bernes, Magnusson,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas
Lebih terperinciPengaruh Program Pilihanku Untuk Meningkatkan Efikasi Diri. Dalam Keputusan Pemilihan Korps Karbol AAU
Pengaruh Program Pilihanku Untuk Meningkatkan Efikasi Diri Dalam Keputusan Pemilihan Korps Karbol AAU The self-efficacy in deciding to choose the corps is low. This causes Karbol unable to take the decision
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Populasi di Indonesia pada tahun 2010 mencapai angka lebih dari 237 juta jiwa dan 99,49 juta terdiri dari usia 15-19 tahun yang artinya penduduk usia remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja, dalam hal ini pelajar dipandang sebagai generasi muda yang memegang peranan penting sebagai generasi penerus dalam pembangunan masyarakat, bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah media penghantar individu untuk menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu solusi atau upaya yang dibuat agar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga
BAB I PE DAHULUA 1.1. Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di mana pun dan kapan pun individu berada. Penelitian Levinson (1985) menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang bisa ditempuh oleh siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan manusia merupakan kekuatan yang akan berperan sebagai kunci pembuka sebagai terwujudnya masa depan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilakukan seorang remaja. Menurut Havighurst (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik secara fisik, psikologis, dan sosial. Secara sosial, perkembangan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa ketika pengambilan keputusan meningkat. Keputusan-keputusan yang diambil remaja adalah keputusan mengenai masa depannya. Akan tetapi kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karir merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan dewasa, oleh karena itu perlu adanya persiapan saat seseorang berada pada usia remaja yaitu, terkait dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan dan karier yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju dan berkembang, pendidikan menjadi salah satu faktor kesuksesan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi. Mereka bingung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui, untuk menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penididikan nasional sendiri telah dirumuskan melalui Undang-undang No
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari asa ke masa lebih banyak bersifat klasikal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karier merupakan salah satu komponen paling penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Karier merupakan salah satu komponen paling penting dalam kehidupan seorang manusia. Karier juga dapat menjadi penentu kebahagiaan seseorang, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperincidiri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan ketika memilih jurusan. Pengambilan keputusan akan dilalui oleh setiap individu dalam memilih jurusan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan memutuskan tentang masa depannya baik mengenai jurusan yang akan diambil di sekolahnya (IPA atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan tersisihkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi sebagian orang dianggap sebagai status yang dapat menghidupkan atau mematikan seseorang. Karir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja untuk memenuhi kebutuhan adalah hal penting yang dilakukan individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya semaksimal mungkin. Mungkin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga komputer yang kini sudah mencapai generasi ke-lima (Ivan, 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menunjukkan banyak teknologi yang mempermudah aktivitas manusia. Sebagai contoh, telepon, mesin fax, internet, juga komputer yang kini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-cita bangsa Indonesia yang disebutkan dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya dan kegiatan sehari-hari ini merupakan manifestasi karier seseorang. Sungkawaningsih
Lebih terperinci2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa. Sekolah juga sebagai salah satu wadah untuk mewujudkan pembentukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun
BAB I PENDUHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun 2003 tentang sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Konsep diri yang dimiliki remaja akan mengalami perkembangan secara terus menerus. Semakin luas pergaulan remaja dalam mengenal lingkunganya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara
Lebih terperinci2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembuatan keputusan karir dapat mengakibatkan seseorang mengalami gejala depresi (Walker & Gary, 2012). Gejala depresi muncul akibat disfunctional pemikiran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman,
Lebih terperinci2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karir merupakan salah satu aspek perkembangan individu yang bersifat sangat kompleks karena mengandung penggabungan dari banyak faktor dan bercirikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia jumlah anak yang memiliki perilaku yang bermasalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia jumlah anak yang memiliki perilaku yang bermasalah bahkan sampai menjurus ke arah kriminal cukup tinggi. Data dari Yayasan Sekretariat Anak Merdeka
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematangan Karir Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut perubahan sangat pesat, serta muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. Di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Masa pra-dewasa merupakan periode penting untuk merencanakan dan
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masa pra-dewasa merupakan periode penting untuk merencanakan dan menentukan masa depan seseorang (Code & Bernes, 2006; Germeijs & De Boeck, 2002; Santrock, 2011; Tien,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang karakteristik, perilaku dan permasalahan yang berkaitan dengan abnormalitas, sosial, budaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah periode transisi dari perkembangan manusia fisik dan mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan biologis (yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jenjang perguruan tinggi merupakan salah satu gerbang menuju dunia kerja untuk para pelajar yang memutuskan melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan. Selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang sarjana merupakan gerbang awal bagi mahasiswa untuk memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu universitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja yaitu ketika sudah menginjak usia 14-18 tahun. Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersifat
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simpulan dan rekomendasi penelitian. Simpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan pada siswa. Menurut sebagian siswa UN merupakan proses biasa yang wajib dilalui oleh siswa kelas 6
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terus mengalami perkembangan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan menuju suatu kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Setiap warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keterampilan unggul, sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada masa ini sangatl dibutuhkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Rachmat Al Fajar F 100 950 017 /
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya sekedar untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik saja, namun juga mahasiswa mampu
Lebih terperinciUSAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)
Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima01/01/2013 Direvisi12/01/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 hlm. 310-316 USAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan tempat di mana dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, baik menghasilkan suatu barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini selain menimbulkan kemudahan dalam berinteraksi, juga berdampak pula terhadap perubahan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson disebut dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat membawa perubahan bagi pola kehidupan manusia. Saat ini, hampir semua pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rentang kehidupan manusia, terdapat tahap-tahap perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal. Masa remaja merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nisa Fadilah, 2014 Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk hidup manusia harus bekerja untuk dapat mempertahankan hidupnya, karena dengan bekerja segala yang berhubungan dengan kebutuhan sandang, pangan,
Lebih terperinci