HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA RELAWAN TAGANA DI JAKARTA. Rizka Mutia Kartika.
|
|
- Yanti Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA RELAWAN TAGANA DI JAKARTA Rizka Mutia Kartika ABSTRACT The aim of the research was to investigate the relationship between big five personality with prosocial behavior in TAGANA volunteers in Jakarta. The subjects were 130 TAGANA volunteers in Jakarta. The research used NEO Five-Factor Inventory and prosocial behavior scale. Data analysis used Spearman correlation technique. The result is the extravertion was significantly correlated with prosocial behavior (r = 0,355, p = 0,000). Openness to experience was significantly correlated with prosocial behavior (r = 0,216, p = 0,014). Agreeableness was significantly correlated with prosocial behavior (r = 0,340, p = 0,000). Conscientiousness was significantly correlated with prosocial behavior (r = 0,400, p = 0,000). In conclusion, the results of this study indicate that there is a significant positive relationship between big five personality with prosocial behavior in TAGANA volunteers in Jakarta. The positive relationship indicates that the two variables have an unidirectional relationship.(rmk) Keywords: Big Five Personality, Prosocial Behavior ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kepribadian big five dengan perilaku prososial pada relawan TAGANA di Jakarta. Subjek penelitian ini adalah 130 relawan TAGANA di Jakarta. Penelitian ini menggunakan NEO Five- Factor Inventory dan skala perilaku prososial. Analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi Spearman. Hasilnya adalah extravertion secara signifikan berkorelasi dengan perilaku prososial (r = 0,355, p = 0,000).Openness to experience secara signifikan berkorelasi dengan perilaku prososial (r = 0,216, p = 0,014). Agreeableness secara signifikan berkorelasi dengan perilaku prososial (r = 0,340, p = 0,000). Conscientiousness secara signifikan berkorelasi dengan perilaku prososial (r = 0,400, p = 0,000). Kesimpulannya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepribadian big five dengan perilaku prososial pada relawan TAGANA di Jakarta. Hubungan positif menunjukan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang searah. (RMK) Kata kunci: Kepribadian Big Five, Perilaku Prososial PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana dengan tingkat yang tinggi (HPLI, 2014). Bencana yang dimaksud adalah bencana alam. Bencana alam merupakan segala jenis bencana yang dimana faktor penyebabnya berasal dari alam (Pusat Pendidikan Mitigasi Bencana, 2014). Berbagai peristiwa bencana alam terjadi di Indonesia seperti gempa bumi di Sumatera Barat, meletusnya Gunung Merapi dan banjir di Jakarta.
2 Gempa bumi yang mengguncang kawasan Sumatera Barat pada tahun 2009 lalu mengundang banyak perhatian dari berbagai masyarakat. Tidak hanya masyarakat di dalam negeri, tetapi juga dunia internasional. Gempa bumi ini menewaskan banyak korban dan mengakibatkan kerusakan pada bangunan-bangunan di kawasan Sumatera Barat. Berbagai relawan nasional maupun internasional berdatangan, tak terkecuali relawan TAGANA (Taruna Siaga Bencana). Sebanyak 15 relawan TAGANA dari Jakarta diterjunkan ke lokasi bencana untuk memberikan bantuan berupa sumbangan dana, bantuan logistik dan melakukan trauma healing (Tagana, 2014). Trauma healing ialah membantu memulihkan trauma pada korban gempa bumi terutama pada anak-anak dengan cara bermain sambil bernyanyi. Selain relawan TAGANA, terdapat pula relawan lain yang turut berpartisipasi untuk membantu korban gempa bumi di Sumatera Barat, yakni relawan dari Mustang 88 FM yang berjumlah 21 orang. Peristiwa meletusnya Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 lalu, menyisakan beragam cerita mengenai dampak yang dialami oleh para korban. Korban tidak lagi memiliki tempat tinggal dan sangat membutuhkan relawan demi mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Dengan adanya hal tersebut, tercatat 150 relawan TAGANA dari Jakarta ikut berpartisipasi. Mereka berpartisipasi untuk membantu mengevakuasi korban bencana dan memberi bantuan berupa fasilitas dapur umum (Tagana, 2014). Terdapat pula tim relawan yang merupakan mahasiswa dari salah satu universitas di Indonesia dengan jumlah kurang lebih 20 orang dan tim relawan dari BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia) yang juga turut berpartisipasi membantu korban meletusnya Gunung Merapi. Selain peristiwa meletusnya Gunung Merapi, relawan TAGANA juga turut membantu para korban banjir di Jakarta yang terjadi diawal tahun Peristiwa banjir di Jakarta mendapat perhatian dari berbagai pihak, terutama pemerintah. Sekretaris Ditjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Andi Asnandar, Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Margowiyono dan Tim Reaksi Cepat (TRC) Kemensos langsung menyebar ke beberapa titik pengungsian untuk melihat dapur umum dengan berkontribusi pada seluruh relawan kemanusiaan TAGANA di Jakarta yang berjumlah orang. Tidak hanya sekedar mengawaki dapur umum, relawan TAGANA juga ikut mengevakuasi warga Jakarta yang terkena banjir dan turut membantu membersihkan rumah warga yang tergenang banjir (Tagana, 2014). Terdapat pula relawan lain yang berkontribusi pada peristiwa banjir di Jakarta, yakni relawan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang berjumlah 50 orang. Relawan tersebut berkontribusi untuk memberikan bantuan berupa perlengkapan mandi dan tidur. Dengan adanya kasus bencana yang telah dikemukakan diatas, terlihat adanya pertumbuhan dari para relawan yang ikut berpartisipasi saat terjadi peristiwa bencana alam khususnya pada relawan TAGANA di Jakarta. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah relawan yang ikut terjun ke lokasi bencana mulai dari peristiwa gempa bumi di Sumatera Barat, meletusnya Gunung Merapi hingga peristiwa banjir di Jakarta. Adanya pertumbuhan tersebut, dapat menggambarkan bahwa setiap orang memiliki niat tanpa mempertimbangkan untung dan rugi ketika terjun menjadi relawan. Himpsi (dalam Gunawan & Sulistyorini, 2007) mengatakan bahwa relawan merupakan seseorang yang memiliki niat untuk membantu individu atau sekelompok individu yang memerlukan bantuan, termotivasi oleh kemauan sendiri dan tidak bermaksud untuk menerima harta atau benda. Basuki (2013) juga menambahkan bahwa relawan adalah seseorang yang secara sukarela menyumbangkan waktu, tenaga, pikiran dan keahliannya untuk menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan serta sadar bahwa tidak akan mendapatkan upah atas sesuatu yang telah disumbangkan. Hal ini juga terjadi pada relawan TAGANA yang memiliki kepedulian dan aktif dalam kegiatan penanggulangan bencana bidang bantuan sosial. TAGANA merupakan perwujudan dari penanggulangan bencana bidang bantuan sosial berbasis masyarakat yang beranggotakan seluruh rakyat Indonesia baik pria maupun wanita (Tagana, 2014). Peran TAGANA disesuaikan dengan UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, pasal 27 yaitu mengamanatkan setiap orang berkewajiban melakukan kegiatan penanggulangan bencana. Selanjutnya, peran TAGANA juga disesuaikan dengan UU 11/2009
3 tentang Kesejahteraan Sosial, pasal 1 ayat 9 yaitu perlindungan sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan sosial (keadaan tidak stabil yang terjadi secara tiba-tiba sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik dan bencana alam). Maraknya organisasi-organisasi sosial yang menyediakan berbagai pelayanan sosial, seperti TAGANA, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), BSMI dan sebagainya patut untuk diberi dukungan dan disambut gembira oleh seluruh warga masyarakat. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat kepedulian relawan yang telah bergabung dan berkontribusi dalam organisasi sosial tersebut untuk mengupayakan pelayanan sosial bagi warga masyarakat yang memerlukan bantuan. Waters & Bortree (2007) mengatakan bahwa terdapat empat komponen yang melandasi hubungan antara relawan dengan organisasinya, yaitu kepercayaan, komitmen, keseimbangan dari kekuatan dan kepuasan. Kontribusi dari relawan yang bergabung dalam organisasi TAGANA dinilai sangat positif. Karena kontribusi relawan berfungsi sebagai pilar penyangga tegaknya mentalitas para korban bencana alam. Hal ini diwujudkan melalui adanya dukungan dalam bentuk perilaku menolong yang diberikan relawan untuk para korban bencana alam tanpa memandang latar belakang, suku, agama maupun ras. Sehingga dengan adanya perilaku menolong dari relawan terhadap korban dapat meringankan beban yang dialami oleh korban bencana alam. Eisenberg, Spinrad, & Sadowsky (dalam Aronson, Wilson & Akert, 2007) mengatakan bahwa kualitas yang ada didalam diri seseorang yang dapat menyebabkan orang tersebut mau menolong orang lain dinamakan altruisme. Nindihong (2013) juga menambahkan bahwa altruisme merupakan salah satu karakteristik yang ada di dalam diri relawan. Myers & Batson (dalam Tanjung, 2014) mengatakan bahwa terdapat tiga komponen didalam hati seseorang yang memiliki kecenderungan altruisme diantaranya ialah empati yaitu kemampuan merasakan apa yang dialami oleh orang lain, sukarela yaitu tidak mengharapkan imbalan, dan keinginan untuk memberikan bantuan kepada orang lain tanpa orang tersebut mengetahui bentuk bantuan yang diberikannya. Adanya karakteristik altruisme dapat mewujudkan ketahanan mental yang kuat selain ketahanan fisik yang ada dalam diri relawan ketika sedang melaksanakan tugasnya. Seperti yang kita ketahui bahwa untuk menjadi seorang relawan bukan pekerjaan yang mudah. Hal ini dikarenakan selain tidak diberi upah atau gaji atas jasa yang telah diberikan, menjadi seorang relawan juga memiliki resiko yang sangat tinggi dari tugas kemanusiaan yang diemban. Dengan demikian, peran karakteristik yang ada didalam diri relawan merupakan faktor utama yang sangat penting supaya relawan mampu melakukan pekerjaan kemanusiaan secara efektif dan dapat berperilaku yang mengarah pada perilaku prososial. Twenge, Ciarocco, & Bartels (2007) mengatakan bahwa perilaku prososial dilakukan untuk kepentingan orang lain dan tidak menguntungkan bagi diri sendiri, serta memerlukan resiko. Serupa dengan pernyataan tersebut, Baron & Byrne (2005) mengatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu tindakan yang dimaksudkan untuk menolong yang menguntungkan bagi orang lain, tanpa memberi keuntungan langsung dan melibatkan resiko bagi orang yang melakukannya. Eisenberg (1989) juga menambahkan bahwa perilaku prososial adalah tindakan yang dilakukan secara sukarela dan dimaksudkan untuk membantu maupun memberi keuntungan kepada individu atau sekelompok individu. Perilaku prososial mencakup berbagai bentuk tindakan-tindakan. Eisenberg & Mussen (1989) mengatakan bahwa perilaku prososial mencakup pada tindakan-tindakan diantaranya ialah berbagi (sharing), kerjasama (cooperative), menyumbang (donating), menolong (helping), kejujuran (honesty), dan kedermawanan (generosity). Bringham (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009) menambahkan bahwa tindakan-tindakan dalam perilaku prososial meliputi menolong, kerjasama, persahabatan, kedermawanan, menyelamatkan dan pengorbanan. Selanjutnya, Wispe (dalam Luthfi, 2009) juga mengatakan bahwa tindakan-tindakan dalam perilaku prososial meliputi simpati (sympathy), kerjasama (cooperation), menolong (helping), menyumbang (donating), dan altruistik (altruism).
4 Eisenberg & Mussen (1989) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perilaku prososial. Selanjutnya, Eisenberg & Mussen (1989) menambahkan bahwa faktor-faktor tersebut diantaranya faktor biologis, budaya masyarakat setempat, pengalaman sosialisasi, proses kognitif, respon emosional, faktor situasional, dan faktor karakteristik individu khususnya kepribadian. Piliavin (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009) juga menambahkan bahwa faktor yang terdapat didalam diri seseorang, yakni kepribadian memiliki kecenderungan terhadap individu untuk berperilaku prososial. Kepribadian merupakan suatu pola yang relatif menetap didalam diri individu yang menghasilkan beberapa ukuran konsisten tentang perilaku (Feist & Feist, 2009). Fieldman (dalam Endah, 2005) mengatakan bahwa terdapat beberapa pendekatan yang dikemukakan para ahli untuk memahami kepribadian, salah satunya dengan menggunakan teori trait. Para peneliti menyetujui teori trait yang mengelompokkan trait menjadi lima besar dengan dimensi bipolar, yang disebut Big Five (Beaumont & Stout, 2003). Penelitian-penelitian mengenai big five factor yang dilakukan oleh para ahli menjadikan big five factor sebagai satu-satunya dimensi kepribadian yang dapat direplikasi dalam bentuk bahasa maupun budaya. McCrae & Costa (1997), big five dapat digunakan dalam berbagai bentuk bahasa, baik dalam bentuk bahasa Inggris maupun bahasa lainnya. Piedmont & Chae (1997) juga berpendapat berbagai penelitian lintas budaya mengenai kepribadian big five ini dilakukan, salah satunya di Korea. Feist & Feist (2009) mengatakan bahwa big five adalah salah satu bentuk kepribadian yang dapat memprediksi dan menjelaskan perilaku individu. Moberg (1999) menambahkan bahwa Big Five atau FFM didasarkan pada kategori sifat individu, yang dapat digunakan untuk mengevaluasi diri sendiri maupun orang lain. Dalam Five Factor Model (FFM), trait kepribadian digambarkan dalam bentuk lima dimensi dasar (McCrae & Costa dalam Pervin, 2005). Kelima dimensi dasar diantanya pertama, neuroticism adalah individu yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir. Kedua, extraversion adalah individu yang memiliki emosi yang positif, energik, senang bergaul, tertarik dengan banyak hal dan ramah dengan orang lain. Ketiga, opennes to experience adalah individu yang memiliki kapasitas untuk menyerap informasi, fokus pada berbagai pikiran maupun perasaan. Keempat, agreeableness adalah individu yang ramah, rendah hati, tidak menuntut, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Kelima, conscientiousness adalah individu yang memiliki kontrol terhadap lingkungan sosial, mengikuti aturan dan norma, terencana, dan memprioritaskan tugas. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, terdapat dua trait kepribadian dari lima trait kepribadian dalam big five yang dikemukakan oleh McCrae & Costa (dalam Pervin, 2005), yaitu extraversion dan agreeableness sama-sama memiliki kepribadian yakni ramah dengan orang lain. Dalam tabel karakteristik skor tinggi dan skor rendah pada dimensi big five, terlihat bahwa agreeableness dan extrovertion memiliki skor tinggi pada karakteristik suka menolong (Moberg, 1999). Artinya, individu yang memiliki karakteristik agreeableness dan extrovertion ialah individu yang suka menolong. Menolong merupakan bentuk yang paling jelas dari perilaku prososial. Eisenberg dan Mussen (1989) menambahkan bahwa menolong merupakan salah satu bentuk tindakan dari perilaku prososial. Maka para relawan TAGANA di Jakarta yang memiliki kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana bidang bantuan sosial, dapat dikatakan memiliki karakteristik yang menonjol baik itu extraversion atau agreeableness maupun keduanya. Pada kenyataannya, tidak semua relawan TAGANA memiliki karakteristik yang menonjol baik itu pada extraversion maupun agreeableness. Hal ini dikarenakan bisa saja relawan tersebut memiliki karakteristik yang menonjol baik itu pada openness to experience, conscientiousness, atau neuroticism. Dengan variasi yang cukup besar, maka peneliti ingin melihat kepribadian big five mana yang memiliki kecenderungan pada relawan TAGANA untuk beperilaku prososial. Dengan demikian, peneliti mengangkat penelitian ini untuk membahas apakah kepribadian big five memiliki hubungan yang signifikan atau tidak signifikan dengan perilaku prososial pada relawan TAGANA di Jakarta.
5 METODE PENELITIAN Penelitian ini mengambil populasi penelitian pada relawan yang bergabung dalam organisasi di Jakarta. Untuk membatasi besarnya jumlah sampel penelitian, maka terdapat karakteristik-karakteristik yang ditentukan sebagai landasan dari kriteria sampel penelitian, yaitu: laki-laki dan perempuan, pendidikan terakhir minimal SMP, memiliki Nomor Induk Anggota (NIA) TAGANA, dan telah mengikuti pelatihan TAGANA, serta Aktif dan pernah menjadi relawan. Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling non-probabilitas (non-probability sampling). Sugiyono (2010) mengatakan bahwa teknik sampling non-probabilitas ialah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas karakteristik dan pertimbangan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2010). Berdasarkan perspektifnya, penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ialah penelitian yang dianalisa secara statistik, yakni berupa angka (Seniati, Yulianto, dan Setiadi, 2011). Penelitian kuantitatif ialah penelitian yang dapat menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul (Sumanto, 1995). Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Marczyk, dkk (2005) mengatakan bahwa penelitian korelasional bertujuan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih. Bordens & Abbott (2005) mengatakan bahwa penelitian korelasional termasuk pada kategori yang lebih besar yang dinamakan sebagai penelitian non-eksperimental. Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan untuk variabel kepribadian big five merupakan alat ukur yang diadaptasi oleh peneliti berupa kuesioner dengan mengadaptasi NEO Five-Factor Inventory dari Costa dan McCrae. NEO Five-Factor Inventory merupakan alat ukur yang menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang biasanya memiliki skala 3, 4, 5, 6 atau 7 (Sugiyono, 2010). Sedangkan dalam pengukuran variabel perilaku prososial, alat ukur yang digunakan berupa kuesioner dengan mengadaptasi aspek-aspek perilaku prososial dari Eisenberg & Mussen (1989) yang dibuat oleh Wulandari pada tahun 2012, yang digunakan untuk meneliti remaja PPA Solo. HASIL DAN BAHASAN Dalam pengambilan data, kuesioner disebarkan kepada 130 responden yang merupakan relawan TAGANA di Jakarta. Gambaran responden dalam penelitian ini digolongkan menurut usia, jenis kelamin dan pendidikan terakhir. Berikut ini adalah gambaran responden berdasarkan usia: Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Usia Persentase ,8% ,8% ,4% Total % Sumber Hasil Olah Data SPSS Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat 23 responden (17,8%) yang berusia tahun, 44 responden (33,8%) yang berusia tahun dan 63 responden (48,4%) yang berusia tahun. Hasil menunjukkan bahwa jumlah responden yang terbesar ialah
6 responden dengan usia tahun, sedangkan yang terkecil ialah responden dengan usia tahun. Berikut ini adalah gambaran pengelompokkan responden berdasarkan jenis kelamin: Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 80 61,5% Perempuan 50 38,5% Total % Sumber Hasil Olah Data SPSS Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat 80 responden (61,5%) yang berjenis kelamin laki-laki, dan 50 responden (38,5%) yang berjenis kelamin perempuan. Hasil menunjukkan bahwa profil responden mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Berikut ini adalah gambaran pengelompokkan responden berdasarkan pendidikan terakhir: Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase SMP 26 20,0% SMA 81 62,3% D3 6 4,6% S ,8% S2 3 2,3% Total % Sumber Hasil Olah Data SPSS Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat 26 responden (20,0%) yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP, 81 responden (62,3%) yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA, 6 responden (4,6%) yang memiliki tingkat pendidikan terakhir D3, 14 responden (10,8%) yang memiliki tingkat pendidikan terakhir S1 dan 3 responden (2,3%) yang memiliki tingkat pendidikan terkahir S2. Hasil menunjukkan bahwa jumlah responden tersebesar ialah responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA. Hasil dari perhitungan korelasi melalui software IBM SPSS Statistics (Version 20) menunjukkan data sebagai berikut: Tabel Korelasi Big Five dan Perilaku Prososial Spearman's rho Prososial Neuro Extrovert Prososial Correlation Coefficient 1,000 Sig. (2-tailed). Correlation Coefficient -,140 Sig. (2-tailed),112 Correlation Coefficient,355 ** Sig. (2-tailed),000
7 Spearman's rho Sumber Hasil Olah Data SPSS Openness Agree Conscien Correlation Coefficient,216 * Sig. (2-tailed),014 Correlation Coefficient,340 ** Sig. (2-tailed),000 Correlation Coefficient,400 ** Sig. (2-tailed),000 Berdasarkan tabel hasil uji korelasi Spearman diatas, dapat dilihat bahwa hubungan antara neuroticism dengan perilaku prososial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,112 dan angka korelasi sebesar -0,140. Berdasarkan kategori korelasi maka dapat diperoleh hasil bahwa korelasi antara neuroticism dengan perilaku prososial masuk kedalam tingkat hubungan yang sangat rendah. Hubungan antara extravertion dengan perilaku prososial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dan angka korelasi sebesar 0,355. Berdasarkan kategori korelasi maka dapat diperoleh hasil bahwa korelasi antara extravertion dengan perilaku prososial masuk kedalam tingkat hubungan yang rendah. Ditinjau dari hubungan antara openness to experience dengan perilaku prososial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,014 dan angka korelasi sebesar 0,216. Berdasarkan kategori korelasi maka dapat diperoleh hasil bahwa korelasi antara openness to experience dengan perilaku prososial masuk kedalam tingkat hubungan yang rendah. Hubungan antara agreeableness dengan perilaku prososial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dan angka korelasi sebesar 0,340. Berdasarkan kategori korelasi maka dapat diperoleh hasil bahwa korelasi antara agreeableness dengan perilaku prososial masuk kedalam tingkat hubungan yang rendah. Sedangkan, hubungan antara conscientiousness dengan perilaku prososial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dan angka korelasi sebesar 0,400. Berdasarkan kategori korelasi maka dapat diperoleh hasil bahwa korelasi antara conscientiousness dengan perilaku prososial masuk kedalam tingkat hubungan yang sedang. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini ditemukan hasil diantaranya, korelasi neuroticism dengan perilaku prososial sebesar -0,140 dan signifikansi sebesar 0,112 (> 0,05). Sehingga, H o diterima dan H a ditolak. Korelasi extravertion dengan perilaku prososial sebesar 0,355 dan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05). Artinya, extravertion memiliki hubungan positif dengan perilaku prososial pada relawan TAGANA di Jakarta dan signifikan, sehingga H o ditolak dan H a diterima. Jadi, semakin tinggi extravertion maka semakin tinggi perilaku prososial, begitupula sebaliknya. Korelasi openness to experience dan perilaku prososial sebesar 0,216 dan signifikansi sebesar 0,014 (< 0,05). Artinya, openness to experience memiliki hubungan positif dengan perilaku prososial pada relawan TAGANA di Jakarta dan signifikan, sehingga H o ditolak dan H a diterima. Jadi, semakin tinggi openness to experience maka semakin tinggi perilaku prososial, begitupula sebaliknya. Korelasi agreeableness dan perilaku prososial sebesar 0,340 dan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05). Artinya, agreeableness memiliki hubungan positif dengan perilaku prososial pada relawan TAGANA di Jakarta dan signifikan, sehingga H o ditolak dan H a diterima. Jadi, semakin tinggi agreeableness maka semakin tinggi perilaku prososial, begitupula sebaliknya. Korelasi conscientiousness dan perilaku prososial sebesar 0,400 dan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05). Artinya, conscientiousness memiliki hubungan positif dengan perilaku prososial pada relawan TAGANA di Jakarta dan signifikan, sehingga H o ditolak dan H a diterima. Jadi, semakin tinggi conscientiousness maka semakin tinggi perilaku prososial, begitupula sebaliknya.
8 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengambilan dan pengolahan data yang dilakukan melalui software IBM SPSS Statistics (Version 20) di dalam penelitian ini, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepribadian big five dengan perilaku prososial pada relawan TAGANA di Jakarta. Selanjutnya, dimensi dari kepribadian big five yang memiliki hubungan positif dengan perilaku prososial dan signifikan adalah extravertion, openness to experience, agreeableness dan conscientiousness yang akan dijelaskan sebagai berikut: Extravertion dengan nilai korelasi sebesar 0,355 dan signifikansi sebesar 0,000. Extravertion dicirikan seperti memiliki emosi yang positif, enerjik, senang bergaul, tertarik dengan banyak hal, juga ramah terhadap orang lain. Seseorang yang memiliki karakteristik extravertion senang bersosialisasi dengan orang banyak. Mereka juga aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan, seperti kegiatan sosial dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam. Serupa dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Mlcak (2012) menunjukkan bahwa extravertion memiliki kecenderungan untuk berperilaku aktif dalam krisis dan situasi emosional. Selain itu, mereka juga termotivasi untuk menghadapi tantangan seperti membantu mengevakuasi korban dilokasi bencana yang rawan dan mengandung resiko tinggi. Openness to experience dengan nilai korelasi sebesar 0,216 dan signifikansi sebesar 0,014. Individu yang memiliki karakteristik openness to experience merupakan individu yang kreatif. Artinya, ketika sedang mengalami kesulitan individu yang openness to experience akan menggunakan berbagai akal untuk dapat mengatasinya. Selain itu, individu yang openness to experience juga memiliki kapasitas dalam menyerap informasi. Sehingga ketika melihat seseorang yang membutuhkan bantuannya, individu yang openness to experience cenderung lebih cepat untuk berperilaku prososial. Penelitian dari Mlcak (2012) juga menyatakan bahwa openness to experience dicirikan sebagai pribadi yang lebih emosional dan secara kognitif berempati pada situasi darurat. Agreeableness dengan nilai korelasi sebesar 0,340 dan signifikansi sebesar 0,000. Mengacu pada teori Costa & Widiger (dalam Moberg, 1999), mengatakan bahwa salah satu skala dalam agreeableness ialah altruism yaitu individu yang memiliki keinginan untuk menolong orang lain. Altruism merupakan salah satu bentuk spesifik dari perilaku prososial (Murhima, 2010). Individu yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi ialah individu yang ramah dengan orang lain. Mereka juga suka menolong orang lain yang membutuhkan bantuan. Hal ini serupa dengan hasil penelitian Timothy (dalam Gufron, 2010) bahwa tipe kepribadian agreeableness ini mengidentifikasikannya dengan perilaku prososial yang mana termasuk didalamnya ialah perilaku yang berorientasi pada altruistik dan rendah hati. Conscientiousness dengan nilai korelasi sebesar 0,400 dan signifikansi sebesar 0,000. Individu yang memiliki conscientiousness yang tinggi merupakan individu yang disiplin dan pekerja keras. Serupa dengan hal tersebut, McCrae & John (dalam Zukauskiene & Malinauskiene, 2009) mengatakan bahwa conscientiousness dikaitkan dengan perilaku proaktif, memiliki kemauan yang kuat untuk mencapai sesuatu, memiliki harga diri yang tinggi, dan memiliki kontrol terhadap keinginannya. Selanjutnya, Zukauskiene & Malinauskiene (2009) berpendapat bahwa kualitas ini tampaknya berharga bagi seseorang yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan sukarelawan. Penelitian dari Mlcak (2012) juga menyatakan bahwa conscientiousness dicirikan sebagai pribadi yang lebih emosional dan secara kognitif berempati pada situasi darurat. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa hubungan yang ada antara extravertion, openness to experience, agreeableness dan conscientiousness memiliki hubungan yang searah dengan perilaku prososial pada relawan TAGANA di Jakarta. Jadi, apabila extravertion, openness to experience, agreeableness dan conscientiousness tinggi maka perilaku prososial akan tinggi, begitupula sebaliknya. Jika extravertion, openness to experience, agreeableness dan conscientiousness rendah maka perilaku prososial akan rendah.
9 Saran dalam penelitian ini terdiri dari saran teoritis dan saran praktis. Saran teoritis dalam penelitian ini ialah untuk penelitian selanjutnya yang serupa disarankan agar lebih memperhatikan item-item pertanyaan untuk masing-masing variabel baik dari segi kuantitas maupun kualitas item pertanyaan agar lebih dapat mengukur apa yang ingin diukur. Perilaku prososial tidak hanya terjadi dikalangan relawan, tetapi juga hampir pada semua kalangan. Oleh sebab itu, dalam penelitian selanjutnya jumlah sampel lebih diperbanyak dengan melibatkan kalangan diluar relawan, sehingga responden dalam penelitian dapat mewakili tujuan yang ingin dicapai didalam penelitian. Peneliti tidak melakukan pengujian tentang perbedaan antara perilaku prososial relawan TAGANA di Jakarta dengan perilaku prososial relawan diluar TAGANA. Ada baiknya, bagi peneliti selanjutnya untuk melihat perbedaan tersebut mengingat perilaku prososial sangat penting dalam kehidupan sosial. Sedangkan, saran praktis dalam penelitian ini ialah TAGANA merupakan organisasi milik Dinas Kementrian Sosial. Untuk menjadi relawan TAGANA dibutuhkan pelatihan khusus seperti cara yang dilakukan saat mengevakuasi korban, memberikan pelayanan dapur umum dan melayani kebutuhan darurat yang diperlukan. Dengan demikian, untuk menjadi relawan TAGANA sangat memprioritaskan segi hardskill dari calon relawan TAGANA. Sedangkan segi softskill, seperti tes kepribadian belum digunakan. Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas kinerja relawan TAGANA agar menjadi lebih baik, sebaiknya softskill juga diperlukan untuk mengetahui karakteristik dari relawan TAGANA. Untuk itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan positif bagi organisasi TAGANA, bahwa karakteristik conscientiousness dapat melahirkan relawan yang mampu bekerja sesuai visi dan misi organisasi. Bagi relawan TAGANA, hendaknya lebih ditingkatkan lagi nilai-nilai sosial khususnya perilaku prososial pada kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan agar dapat mengembangkan jiwa relawan dalam dirinya. REFERENSI Aronson, E., Wilson, T.D., & Akert, R. M. (2007). Social Psychology (6th edition). Singapore: Pearson Prentice Hall. Baron & Byrne. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Basuki, Edi. (2013). Apa itu kerelawanan dan siapa yang disebut relawan. Diunduh pada 19 Februari 2014 dari Beamont & Stout. (2003). Five factor constellations and popular personality types. Psychology 106. Dayakisni, T., & Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial Edisi Revisi. Malang: UMM Press. Eisenberg, N., & Mussen, P.H. (1989). The Root of Prosocial in Children. New York : Cambridge University Press. Endah, Mastuti. (2005). Analisis Faktor Alat Ukur Kepribadian Big Five (Adaptasi dari IPIP) pada Mahasiswa Suku Jawa. Insan, 7 (3), 264. Feist, J., & Feist, J.G. (2009). Theories of Personality. New York: McGraw-Hill Companies, inc. Gunawan & Sulistyorini. (2007). Hubungan antara Spiritualitas dengan Perilaku Prososial Pada Relawan Gempa Bumi. Skripsi S1. Universitas Islam Negeri, Yogyakarta. HPLI. (2014). Himpunan Pemerhati Lingkungan Hidup Indonesia. Diunduh pada 4 September 2014 dari hpli.org McCrae, R.R., & Costa, P.T. (1997). Personality Trait Structure as a Human Universality. Americant Psychologist, 52 (5), Moberg, J.D. (1999). The Big Five and Organizational Virtue. Business Ethics Quarterly. 9 (2),
10 Nindihong. (2013). Karakteristik dan kepribadian seorang relawan. Diunduh pada 25 Juni 2014 dari Pervin, L.A. (2005). Handbook of personality: theory and research. New York: Gilford. Piedmont, R.L., & Chae, J. (1997). Cross-Cultural Generalizability of The Five-Factor Model Of Personality, Development and Validation of The NEO PI-R for Koreans. Journal Of Cross-Cultural Psychology, 28 (2), Pusat Pendidikan Mitigasi Bencana. (2014). Pusat Pendidikan Mitigasi Bencana. Diunduh pada 4 September 2014 dari Tagana. (2014). Taruna Siaga Bencana. Diunduh pada 19 Februari 2014 dari Tanjung, N.S.B. (2014). Pengaruh orientasi religiusitas, locus of control dan faktor demografis terhadap perilaku altruism relawan bencana MRI (Masyarakat Relawan Indinesia). Diunduh pada 10 Juli 2014 dari Twenge, J. M., Ciarocco, N. J., & Bartels J.M. (2007). Social Exclusion Decreases Prosocial Behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 92 (1), Waters, R.D., & Bortree, D. (2007). Measuring the Volunteer Nonprofit Organization Relationship: An Application of Public Relations Theory. The International Journal of Volunteer Administration, 24 (6). Wulandari, Y.W.H. (2012). Empati dan Pola Asuh Demokratis Sebagai Prediktor Perilaku Prososial Remaja PPA Solo. Tesis. Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. RIWAYAT HIDUP Nama : Rizka Mutia Kartika Tempat, tanggal lahir : Banda Aceh, 14 November 1992 Pendidikan : S1 di Binus University, Fakultas Psikologi 2014
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana dengan tingkat yang tinggi (HPLI, 2014).Bencana yang dimaksud adalah bencana alam, yaitu segala jenis bencana
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab terakhir ini, peneliti akan menguraikan mengenai kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta diskusi mengenai hasil-hasil penelitian yang diperoleh dalam
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai variabel dan definisi operasional penelitian. Selain itu, akan diuraikan juga desain penelitian yang digunakan untuk membantu kelancaran didalam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Big Five 2.1.1 Definisi Kepribadian Feist & Feist (2009)mengatakan bahwa kepribadian suatupola yang relatif menetap didalam diri individu yang menghasilkan beberapa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.
Lebih terperinciEMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK
EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK Murhima A. Kau Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo INTISARI Proses perkembangan perilaku prososial menurut sudut pandang Social Learning Theory
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Palang Merah Indonesia adalah organisasi kemanusiaan yang bergerak dalam bidang penanggulangan dan mitigasi bencana alam di Indonesia. Selain itu, Palang Merah Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di mana dapat berkembang dan diperkembangkan (Giri Wiloso dkk, 2012). Sebagai makhluk sosial, manusia
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1. Bahasan
BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara empati dengan kecenderungan perilaku prososial terhadap siswa berkebutuhan khusus
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berubah atau mati!, adalah kalimat yang diserukan oleh para manajer di seluruh dunia untuk menggambarkan keharusan setiap organisasi atau perusahaan untuk terus
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample Kolmogorov- Smirnov
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengetahui tingkat internal locus of control siswa dilakukan dengan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Widodo (2004) mengatakan sebuah penelitian dikatakan jenis penelitian korelasional karena penelitian itu ditujukan untuk melihat atau mengetahui hubungan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 Roy Silitonga, Sri Hartati *) Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB 3 Metode Penelitian
BAB 3 Metode Penelitian 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Terdapat enam variabel dalam penelitian ini, yaitu faktor kepribadian yang terdiri dari
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat
Lebih terperincivii Universitas Kristen Maranatha
Abstract The purpose of this research is to obtain an overview about the contribution of the five factor of personality/trait (extraversion, neuroticism, agreeableness, openness to experience, and conscientiousness)
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk mengetahui pengaruh self-efficacy dan openness terhadap readiness
Lebih terperinci4. METODE PENELITIAN
40 4. METODE PENELITIAN Bab ini terbagi ke dalam empat bagian. Pada bagian pertama, peneliti akan membahas responden penelitian yang meliputi karakteristik responden, teknik pengambilan sampel, jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjelang pergantian tahun 2004, Indonesia dirundung bencana. Setelah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang pergantian tahun 2004, Indonesia dirundung bencana. Setelah Nabire, Papua dan Alor, Nusa Tenggara Timur, Aceh pun tak luput dari bencana. Bencana
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Larangan yang berjumlah 138 orang dalam rentang usia tahun. 1) Deskripsi Subjek Berdasarkan Panti Asuhan
BAB IV ANALISIS DATA 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Deskripsi subjek penelitian ini diuraikan berdasarkan panti asuhan, jenis kelamin dan usia. Subjek penelitian ini adalah anak asuh panti asuhan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penuh keramahan. Namun akhir-akhir ini banyak ahli yang harus berpikir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Indonesia sejak dulu dikenal oleh dunia karena masyarakatnya yang hidup dengan rukun, saling tolong menolong, saling mensejahterakan dan penuh keramahan. Namun
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.
BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (bebas) adalah big five personality yang terdiri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1)
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian yang akan diadakan dapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Definisi Perilaku Prososial Perilaku prososial memiliki arti sebagai sosial positif atau mempunyai konsekuensi positif. Sosial positif ini didasarkan atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial ditakdirkan untuk berpasangan yang lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan bahwa pernikahan adalah salah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif karena menurut Sugiyono (2012) metode penelitian kuantitatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam sejarah penyelenggaraan pemerintahan daerah, tidak berubah dan selalu dibutuhkan. Hal ini bisa dilihat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS ANAK KELAS II A KUTOARJO
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS ANAK KELAS II A KUTOARJO Fonda Desiana Pertiwi, Achmad Mujab Masykur* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Lebih terperinciIJEEM: Indonesian Journal of Environmental Education and Management, Volume 2 Nomor 1 Januari 2017
Corelational Personality: Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism) and Intention to Act With Responsibility Environmental Behaviour ZAIRIN zairin.pamuncak@gmail.com ABSTRACT
Lebih terperinciHUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA BURUH DI PT. INKOSINDO SUKSES
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA BURUH DI PT. INKOSINDO SUKSES Safitri Risky Natalia Psikologi, Jl AA No.7 Kebon Jeruk, 089604115357, safitriwiradilaga@gmail.com (Safitri Risky
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
135 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara kepribadian big five dan motivasi terhadap organizational citizenship behavior pada karyawan Rumah Sakit X Bandung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2. Perilaku prososial. B. Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang terdiri dari dua variabel penelitian yaitu variabel prediktor dan variabel kriterium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tes psikologi adalah suatu pengukuran yang objektif dan terstandar terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk mengukur perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
43 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN ALTRUISME PADA PENDONOR DARAH (PMI) : Siti Sara NPM : : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, M.
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN ALTRUISME PADA PENDONOR DARAH (PMI) NAMA : Siti Sara NPM : 16510617 DOSEN : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, M.Si BAB I PENDAHULUAN Makhluk sosial Altruisme Tolong Menolong
Lebih terperincic. Pengalaman dan suasana hati.
PERILAKU PROSOSIAL Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya. William (1981) membatasi perilaku prososial
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing
67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas X di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Teori Lima Besar (Big Five Model) 1. Sejarah Big Five Model Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan
Lebih terperincimenjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seks pranikah merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS HASIL
BAB 4 ANALISIS HASIL Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisa data yang terdiri atas tiga bagian yaitu profil responden, hasil penelitian dan analisa tambahan. 4.1 Profil Responden 4.1.1
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor LSM di Indonesia kini tengah menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini termasuk perubahan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Difinisi Operasional 1. Identivikasi Variabel. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan variabel big five personality. Dimana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45
44 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Bab dua (kajian pustaka) telah membahas teori yang telah menjadi dasar penelitian. Bab ini akan memaparkan metode penelitian dan bagaimana teori yang dibahas dalam bab kajian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel terikat (Y), yaitu Perilaku Prososial. b. Variabel bebas (X), yaitu Gender
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Variabel variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : a. Variabel terikat (Y), yaitu Perilaku Prososial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting untuk menghasilkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam menghadapi tantangan pembangunan
Lebih terperinciGambaran Kepribadian Dosen-Tetap pada Universitas Swasta Terbaik di Indonesia
Gambaran Kepribadian Dosen-Tetap pada Universitas Swasta Terbaik di Indonesia Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara Email:zamralita@fpsi.untar.ac.id ABSTRAK Dosen adalah salah satu komponen utama
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia
10 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mengulas tentang pelbagai teori dan literatur yang dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah tentang perubahan organisasi (organizational change)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan rela untuk berbuat sesuatu untuk orang lain, tanpa berharap mendapatkan imbalan apa pun, sebaliknya
Lebih terperinciAbstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara big five model s trait dan attachment style. Responden pada penelitian ini berjumlah 63 orang yang dipilih berdasarkan teknik penarikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga, lingkungan teman sebaya sampai lingkungan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang hidup dengan berinteraksi satu sama lain, ia tidak dapat hidup sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain, mereka hidup dengan orang
Lebih terperinciResolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian
Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian Zainul Anwar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang zainulanwarumm@yahoo.com Abstrak. Karakteristik individu atau sering dikenal dengan kepribadian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA HASIL Gambaran Umum Responden Penelitian. Deskripsi data responden berdasarkan usia akan dijeleskan pada tabel dibawah ini:
BAB 4 ANALISA HASIL 4.1 Profil Responden 4.1.1 Gambaran Umum Responden Penelitian Responden penelitian ini adalah mahasiswa yang mempunyai rentang umur 19 sampai 26 tahun, n=79, yang aktif beruniversitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia meskipun dalam kadar yang berbeda. Manusia dimotivasi oleh dorongan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku saling tolong menolong merupakan perilaku yang dimiliki oleh manusia meskipun dalam kadar yang berbeda. Manusia dimotivasi oleh dorongan sosial, bukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi subjek PT. Pusat Bisnis Ponorogo merupakan sebuah perusahaan muda yang berdiri pada tahun 2013. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan pusat perbelanjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Salah satu pengukuran yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari proses mental dan perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia, para
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG Inggit Kartika Sari, Siswati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain. Makhluk sosial
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. komunitas Save Street Child yang ikut mengajar anak-anak jalanan atau
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini sebesar 48 subyek yakni relawan komunitas Save Street Child yang ikut mengajar anak-anak jalanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Remaja pada dasarnya dalam proses perkembangannya membutuhkan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Remaja juga mulai belajar serta mengenal pola-pola sosial salah satunya adalah perilaku
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendifinisikan berbagai kriteria serta mendefinisikan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH
HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Mia Novitaloka 1, Harlina Nurtjahjanti 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.
Lebih terperinciHubungan Antara Faktor Kepribadian Big Five dengan Perilaku Prososial pada Mahasiswa Keperawatan
Hubungan Antara Faktor Kepribadian Big Five dengan Perilaku Prososial pada Mahasiswa Keperawatan Retno Wisudiani ur Ainy Fardana Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Abstract. The study aimed to determine
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk tetap dapat bertahan. Sumber daya manusia memegang peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah sumber daya manusia menjadi sorotan maupun tumpuan bagi suatu organisasi untuk tetap dapat bertahan. Sumber daya manusia memegang peranan utama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa manusia tidak dapat berdiri sendiri dan senantiasa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Juni sampai dengan 6 Juli 2015. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa kelas karyawan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab 4 ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil pengolahan data, dan analisa data hasil penelitian. 4.1. Profil Responden Sampel penelitian berjumlah 100
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan
Lebih terperinciPERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH
PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com
Lebih terperinciBAB V DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 DISKUSI Berdasarkan hasil analisis pada bab IV, maka hipotesis yang menyatakan bahwa empati dan pola asuh demokratis sebagai prediktor perilaku prososial pada remaja
Lebih terperinciMENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL ANAK USIA TAHUN MELALUI TERAPI BERMAIN DI PPA AGAPE IO-847 SALATIGA
MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL ANAK USIA 10-12 TAHUN MELALUI TERAPI BERMAIN DI PPA AGAPE IO-847 SALATIGA INCREASING PROSOCIAL BEHAVIOR OF 10-12 YEARS CHILD THROUGH PLAY THERAPY AT PPA AGAPE IO-847 - SALATIGA,
Lebih terperinciPERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN
Perbedaan Keterampilan Sosial (Afrian Budiarto) 512 PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN DIFFERENCE SOCIAL SKILLS STUDENTS ACTIVE AND PASSSIVE
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Prososial 2.1.1 Pengertian Perilaku Prososial Menurut Kartono (2003) menyatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu perilaku prososial yang menguntungkan dimana terdapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa hidup yang dijalaninya tidak berarti. Semua hal ini dapat terjadi karena orang tersebut
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program studi
Lebih terperinciBAB 3 Metode Penelitian
BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian & hipotesis 3.1.1 Definisi operasional variabel penelitian Variabel penelitian menurut Hatch dan Farhady (dalam Iskandar, 2013) adalah atribut dari objek
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai variabel penelitian, definisi operasional, alat ukur penelitian, populasi, sampel, teknik penentuan sampel, validitas, reliabilitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, artinya penelitian digunakan untuk meneliti suatu fenomena
46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, artinya penelitian digunakan untuk meneliti suatu fenomena yang terjadi
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus
BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Profil Subjek Penelitian Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus University angkatan 2011 dan angkatan 2012 dengan hasil yang mengisi 124 orang.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial Remaja. yang bersifat nyata (Sarwono, 2002).Perilaku merupakan respon individu terhadap
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial Remaja 1. Pengertian Perilaku Prososial Perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh setiap individu dan sesuatu yang bersifat nyata (Sarwono, 2002).Perilaku
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam bermasyarakat, sangat dibutuhkan sikap saling tolong-menolong, perasaan senasib seperjuangan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari:
28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Regresi berguna untuk mencari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mana kaitan (koefisien korelasi) antara suatu variabel dengan variabel lainnya.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional. Menurut Azwar (2010) penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana individu memperoleh ilmu mengenai kepemimpinan yang di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu universitas swasta di Indonesia yang berfokus pada kajian disiplin ilmu manajemen, Universitas Widyatama merupakan tempat dimana individu memperoleh
Lebih terperinciALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai. Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : IKA IRYANA F.100110078 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.
11 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Peranan sumber daya manusia bagi perusahaan tidak hanya dapat dilihat dari hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.
Lebih terperinciAbstrak. viii. Universitas Kristen Maranatha
Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara Trait Extraversion dan dimensi-dimensi Self-Disclosure pada remaja pengguna Twitter di SMA Negeri X Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga memiliki akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, manusia juga memiliki akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Sebagai makhluk sosial, itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan dengan sempurna dan berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia dilengkapi dengan akal
Lebih terperinci