BAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan
|
|
- Ratna Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan rela untuk berbuat sesuatu untuk orang lain, tanpa berharap mendapatkan imbalan apa pun, sebaliknya egoisme menggunakan kepentingan sendiri di atas kepentingan orang lain untuk mengejar kesenangan (Sears dkk,1994). Perilaku altruis didasarkan pada sikap empati yang cukup besar terhadap orang lain. Seseorang yang memiliki perilaku altruis cenderung untuk lebih mau peduli dan memperhatikan orang lain yang membutuhkan suatu pertolongan. Perilaku tolong menolong selalu diajarkan dalam suatu keluarga sejak masa kecil seseorang. Dalam keluargapun, seorang anak diajarkan untuk mau menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan ataupun balasan. Namun di dalam praktiknya, seringkali ajaran orang tua mengenai sikap tolong menolong pun tidak terlaksana dengan seharusnya. Masih banyak orang yang mengharapkan imbalan sebagai balasan atas perlakuannya menolong orang lain. Dalam kehidupan remaja pun tidak jauh berbeda. Menurut Hamidah (dalam Arif, 2010), remaja cenderung egois dan berbuat untuk mendapatkan suatu imbalan (materi). Remaja sering kali meminta upah atau imbalan ketika mereka harus menolong orang lain bahkan kepada orang tuanya sekalipun. Meminta imbalan menimbulkan dampak yang cukup buruk bagi perkembangan sosial remaja, terutama di kota-kota besar. Karena sikap seperti 1
2 ini akan menimbulkan ketidak pedulian remaja terhadap lingkungan sekitarnya. Sikap ini membuat norma-norma di masyarakat mulai pudar, karena remaja lebih mementingkan kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan orang lain. Hal inilah yang menyebabkan kemerosotan moral, etika dan nilai-nilai kesetiakawanan serta sikap tolong menolong, dan yang ada hanyalah sikap egoisme. Kehidupan manusia saat ini banyak dibantu dan dipermudah oleh kemajuan teknologi yang ada. Hal ini menjadi salah satu penyebab kurangnya individu untuk melakukan sosialisasi secara langsung dengan individu yang lain, dan semakin lama membuat manusia menjadi lebih individualis dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Nilai yang ada dalam diri manusiapun berubah ketika seseorang sudah tidak peduli dengan orang lain, sudah tidak ada rasa tolong menolong. Terlebih dalam situasi seperti sekarang, setiap orang mempunyai banyak kesibukan dan aktivitas masing-masing yang menyebabkan sifat individualism menjadi ciri yang nampak dalam masyarakat modern saat ini. Sikap individualisme ini merupakan sikap egoisme dimana seseorang sudah tidak peduli lagi dengan masalah orang lain. Sikap individualisme banyak terjadi pada setiap individu baik dewasa maupun remaja, termasuk para mahasiswa. Dalam penelitian Arif (2010), dijelaskan bahwa remaja saat ini sudah tidak mau memperdulikan orang lain. Sikap ini sering dimunculkan oleh remaja zaman sekarang. Terlebih di kota-kota besar, bahkan remaja pun seolah-olah tidak peduli dengan nilai-nilai masyarakat yang ada. Misalnya saja 2
3 ketika naik bus atau kendaraan umum lain, ada orang tua atau wanita hamil yang harus berdiri berdesak-desakan, sedangkan ada remaja yang mengetahui hal itu namun tetap duduk santai tanpa memperdulikan orang tua atau wanita hamil tersebut. Hal ini menjadi bukti bahwa remaja saat ini tidak lagi memiliki perasaan ingin berkorban untuk orang lain. Bukan hanya di tempat umum, bahkan di sekolah pun. Ketika mengetahui atau melihat temannya yang sedang kesulitan tidak membuat remaja untuk menolong justru menghindar supaya tidak ikut-ikutan terkena masalah dan tidak repot harus menolong orang lain. Sikap kurang peduli terhadap orang lain tidak hanya dilakukan oleh remaja saja namun juga orang dewasa. Peristiwa lainnya, ketika terjadi bencana alam banyak relawan yang dibayar baru mau bekerja, yang acuh tak acuh di lapangan, absent dari tugas yang sudah dijadwalkan Rahmad (dalam Arif, 2010). Ada juga relawan yang mencuri bantuan untuk pengungsi (Ham dalam Arif, 2010), padahal seharusnya seorang relawan menyalurkan bantuan yang dikumpulkan pada pihak-pihak yang berhak menerima seperti korban bencana alam namun relawan justru mengambil bantuan itu untuk dirinya sendiri. Sehingga pertolongan dan bantuan yang diberikan kepada para korban tidak mencapai ke tujuan. Dari berbagai peristiwa relawan bencana yang mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dapat diketahui bahwa individu saat ini sudah tidak peduli dengan individu lain, tidak mau berkorban untuk orang lain, tidak menghormati orang yang lebih tua, menolong individu lain, memperhatikan 3
4 dan membantu individu lain. Contoh lain yaitu ketika terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan raya, sebagian masyarakat lebih banyak yang menonton dari pada memberikan pertolongan, ataupun dalam peristiwa-peristiwa tawuran atau perkelahian antara remaja, masyarakat juga tidak ikut melerai ataupun menolong dengan segara korban yang terluka Susanto (Arif, 2010). Perlu adanya bimbingan dan pendidikan yang lebih kepada para remaja, baik melalui orang tua, guru, maupun lingkungan masyarakat untuk lebih mengembangkan moral. Perlu adanya pendidikan yang melatih dan mendidik remaja agar menjadi orang yang mau peduli terhadap orang lain dan mau menolong orang lain yang mengalami kesulitan dengan sukarela dan iklhas tanpa mengharapkan suatu imbalan apapun. Remaja juga perlu dibimbing agar mampu peduli terhadap penderitaan orang lain dan memiliki sikap altruis. Cohen (Staub, 1978) aspek-aspek perilaku altruis yaitu: keinginan untuk memberi, empati, sukarela tidak mengharapkan imbalan. Perilaku altruis dipengaruhi sikap empati, sehingga seseorang yang altruis mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Salovey dan Mayer (Shapiro, 1999) menjelaskan bahwa kualitas-kualitas emosional yang penting bagi keberhasilan, di antaranya adalah empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan memecahkan masalah pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat. Kecerdasan emosional dapat membantu untuk mengendalikan dan memahami akan perasaan diri sendiri maupun orang lain, dan memampukan untuk mau mengerti orang lain. 4
5 Dari beberapa uraian mengenai perilaku remaja yang tidak lagi peduli kepada orang lain, dapat diketahui bahwa pada saat ini, remaja kurang memiliki sikap altruis. Hal ini dapat dilihat melalui fenomena-fenomena yang terjadi, serta ketidak pedulian remaja dan individu sekarang dalam hubungannya dengan orang lain. Remaja juga masih dikendalikan oleh rasa egois yang tinggi yang membuatnya lebih mementingkan dirinya sendiri daripada kepentingan orang lain. Dalam perilaku altruis, faktor dalam diri yaitu mood atau suasana hati dapat mempengaruhi seseorang untuk menolong. Emosi positif akan meningkatkan perilaku altruis, sedangkan emosi negatif memungkinkan seseorang untuk menolong lebih kecil sehingga sangat penting untuk mengelola dan mengatur emosi dengan baik agar dapat berperilaku altruis (Hunaini, 2012). Membina hubungan merupakan salah satu aspek penting dalam kecerdasan emosional. Bagaimana seseorang mampu berkomunikasi dengan orang lain sehingga mampu membaca situasi yang terjadi pada orang tersebut hal ini akan mempengaruhi seseorang tersebut dalam melakukan tindakan altruis (Hunaini, 2012). Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tanggal 11 Juni 2008 mengenai Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor disebutkan bahwa ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak 5
6 jangka panjang dari pelayanan yang diberikan. Mengacu pada hal tersebut, maka diharapkan mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling memiliki rasa empati yang tinggi dan memiliki perilaku altruis, sehingga nantinya mampu menjadi konselor yang memenuhi standar kompetensi konselor. Untuk dapat mewujudkan ekspektasi kinerja konselor yang sesuai dengan standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dalam penyelenggaraan layanan BK tersebut, maka perlu dipersiapkan sejak awal sehingga nantinya setiap guru pembimbing atau konselor mampu menyelenggarakan layanan BK dengan benar dan tepat. Hal ini dapat dimulai dengan mendidik mahasiswa program studi bimbingan dan konseling untuk mampu menumbuhkan rasa empati yang tinggi dan senantiasa digerakkan oleh motif altruis untuk dapat menolong orang lain atau konseli. Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling dari angkatan yang berbeda, diketahui bahwa dari 4 mahasiswa yang diwawancarai, hanya 1 mahasiswa yang menunjukkan perilaku altruis. Hal tersebut diketahui berdasarkan jawaban yang diberikan sesuai dengan aspek-aspek dari perilaku altruis menurut Cohen (Staub, 1978). Tiga mahasiswa lainnya kurang menunjukkan perilaku altruis pada aspek perilaku memberi yaitu mengenai memberikan bantuan atau pertolongan secara spontan dan aspek sukarela mengenai tujuan memberikan pertolongan. Berdasar penelitian Arif (2010) yang meneliti mengenai Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Intensi Altruisme Pada Siswa SMA N 1 Tahunan 6
7 Jepara, ditemukan hasil bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan intensi altruisme pada siswa SMA, artinya semakin tinggi kecerdasan emosi, maka semakin tinggi pula intensi altruis pada siswa. Penelitian yang dilakukan Hunaini (2012) mengenai Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Perilaku Altruistik Pada Siswa SMA N 1 Bangil ditemukan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan dan berkorelasi positif antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruistik pada siswa SMA N 1 Bangil. Pujiyanti (2009) meneliti tentang Kontribusi Empati Terhadap Perilaku Altruisme Pada Siswa Siswi SMA Negeri 1 Setu Bekasi ditemukan hasil bahwa kontribusi empati signifikan terhadap altruisme dengan p=0,000. Nilai r= 0,710 dan r square= 0,504. Dari latar belakang tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruis pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana. Peneliti melakukan pra penelitian dengan menyebarkan skala kecerdasan emosional dan skala perilaku altruistik kepada 30 mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana dan diperoleh hasil sebagai berikut : 7
8 Tabel 1.1 Kategori Kecerdasan Emosional (Pra Penelitian) Kategori Interval Frekuensi % Sangat Rendah 8 26, Rendah 11 36, Sedang 8 26, Tinggi 3 9,9 Total Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling memiliki skor kecerdasan emosional pada kategori rendah (36,7%). Tabel 1.2 Kategori Perilaku Altruis (Pra Penelitian) Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling memiliki skor perilaku altruis pada kategori rendah (46,7%). Kategori Interval Frekuensi % Sangat Rendah Rendah 14 46, Sedang 8 26, Tinggi 2 6,6 Total Tabel 1.3 Korelasi antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Altruis (Pra Penelitian) EI Altruis Kendall's tau_b EI Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)..146 N Altruis Correlation Coefficient Sig. (2-tailed).146. N
9 Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat hasil korelasi antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruis mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana, didapatkan nilai rxy= 0,192 dengan p= 0,146 > 0,05 maka dapat dikatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional perilaku altruis mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana. Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil yang bertolak belakang dengan penelitian Arif (2010), maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Altruis pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana. 1.2 Rumusan Masalah Adakah hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruis pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruis pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi perkembangan bidang ilmu pengetahuan khususnya mengenai hubungan 9
10 kecerdasan emosional dengan perilaku altruis. Selanjutnya hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu bahan acuan bagi penyusunan materi program pengembangan profesi konselor pada program studi bimbingan dan konseling khususnya yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan emosional serta perilaku altruis pada mahasiswa Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan untuk peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruis pada mahasiswa, sehingga hasil yang diperoleh dapat digunakan demi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam mengembangkan perilaku altruis. 1.5 Sistematika Penelitian Bab I, Pendahuluan yang mencakup tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II Landasan Teori yang mencakup pengertian kecerdasan emosional, aspek kecerdasan emosional, faktor kecerdasan emosional, pengertian altruis, aspek-aspek altruis, faktor-faktor yang mempengaruhi altruis, kajian hasil penelitian, dan hipotesis. Bab III Metode Penelitian yang mencakup jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, uji coba instrumen penelitian, dan teknik analisis data. 10
11 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang mencakup deskripsi subyek penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, analisis korelasi dan pembahasan BAB V Penutup yang berisi, kesimpulan dan saran-saran 11
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA
1 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Disusun oleh : AHMAD ARIF F 100 030
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini perilaku prososial mulai jarang ditemui. Seiring dengan semakin majunya teknologi dan meningkatnya mobilitas, masyarakat terbiasa dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Altruis 2.1.1 Pengertian Altruis adalah suatu bentuk perilaku menolong berupa kepedulian untuk menolong orang lain dengan sukarela tanpa mengharapkan adanya imbalan atau balasan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk. dasarnya ia memiliki ketergantungan. Inilah yang kemudian menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk berdampingan dengan orang lain dan tidak bisa hidup secara individual. Manusia tidak akan mampu hidup sendiri
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa kelas XI SMK Saraswati Salatiga yang populasinya berjumlah 478 siswa. Kelas XI SMK Saraswati
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Nur Asia F 100 020 212 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang dikaruniai banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang dikaruniai banyak kelebihan dibandingkan makhluk lain. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki tersebut antara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah kemampuan untuk
Lebih terperinciTri Windha Isnandar F
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA SMA 1 PURWODADI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: Tri Windha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga, lingkungan teman sebaya sampai lingkungan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang hidup dengan berinteraksi satu sama lain, ia tidak dapat hidup sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain, mereka hidup dengan orang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMK PGRI 1 Salatiga dengan total siswa 90
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMK PGRI 1 Salatiga dengan total siswa 90 dari jurusan tata busana dan ilmu keperawatan. Dengan
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang memiliki aka! budi dan
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang memiliki aka! budi dan kecerdasan. Sebagai manusia seharusnya dalam diri individu ada keinginan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain baik orang terdekat seperti keluarga ataupun orang yang tidak dikenal, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain di sekitarnya. Dalam kehidupannya, manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain baik
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengikuti perkuliahan yang berjumlah 31 mahasiswi.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada mahasiswi program studi Bimbingan dan Konseling yakni dari angkatan 2009 sampai dengan 2013 yang masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia disebut juga sebagai makhluk holistik, yaitu bisa berfungsi sebagai makhluk individual, makhluk sosial, dan juga makhluk religi. Manusia sebagai makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyita waktu sehingga banyak individu yang bersikap. sikap egoisme, dan ini menjadi ciri dari manusia modern, dimana individu
18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, manusia mulai dihadapkan pada kesibukankesibukan yang menyita waktu sehingga banyak individu yang bersikap individualis. Individualisme merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan salah satunya perubahan emosi. Menurut Goleman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya akan melalui beberapa tahap perkembangan, salah satunya yaitu masa remaja. Masa ini merupakan masa peralihan dari masa anak menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siswanto (2007) menjelaskan bahwa agresi merupakan salah satu koping tindakan langsung. Koping dalam tindakan langsung merupakan usaha tingkah laku yang dijalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku agresi, yaitu; agresif fisik (Physical Aggression), agresi verbal (Verbal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku agresif sebagai perilaku atau kecenderungan perilaku yang niatnya untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikologis. Ada empat aspek perilaku
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Subyek Penelitian FKIP UKSW Salatiga merupakan salah satu Universitas swasta di Salatiga yang terletak di Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga Jawa Tengah 50711 Telp. (0298)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di mana dapat berkembang dan diperkembangkan (Giri Wiloso dkk, 2012). Sebagai makhluk sosial, manusia
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN 1.1. Gambaran Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Batang yang terletak di jalan Pemuda Pasekaran No. 160, merupakan salah satu sekolah negeri di Kabupaten Batang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikuti kegiatan di sekolah, peduli terhadap orang lain, berkenan membantu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku siswa SMK saat ini sangatlah kompleks. Perilaku tersebut baik berupa perilaku positif maupun perilaku negatif. Perilaku siswa positif misalnya adalah usaha
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong, sangat ironis jika realitas yang terjadi menunjukan hal yang sebaliknya, perilaku individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk berdampingan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk berdampingan dengan orang lain dan tidak bisa hidup secara individual. Sebagai makhluk sosial hendaknya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan seorang manusia berjalan secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut
Lebih terperinci1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman di era globalisasi yang terus berkembang saat ini ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar bagi kehidupan manusia.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian yang digunakan berjumlah 146 siswa. Tabel 4.1 Subyek Penelitian Sebaran Subyek Penelitian
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP N 9 Salatiga dengan total 241 siswa. Sedangkan berdasarkan taraf kesalahan
Lebih terperinciBAB lv HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sejumlah 30 siswa agar layak dan cukup memenuhi kriteria sampel skripsi.
BAB lv HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas XA Jurusan Perhotelan, karena siswa tersebut memiliki perilaku bullying tertinggi dai banding
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Data Sebaran Responden
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Kristen Salatiga kepada 52 siswa yang terdiri atas 22 siswa kelas X Multimedia dan 30 siswa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.1 Sampel penelitian dilihat dari usia (N=134)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian SMP Mardi Rahayu Ungaran terletak di jalan Diponegoro No. 741, Ungaran, Kabupaten Semarang. Subjek dalam penelitian ada 134 siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan orang lain dalam menjalani kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa pertolongan orang lain dalam menjalani kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa lepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan dengan sempurna dan berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia dilengkapi dengan akal
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA KARANG TARUNA DESA PAKANG NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA KARANG TARUNA DESA PAKANG NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: SATRIA ANDROMEDA F 100 090 041 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitan yang penulis gunakan adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009), penelitian korelasional adalah penelitian yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam berinteraksi dengan orang lain, manusia saling bekerja sama dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan Pramuka yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan Pramuka yang merupakan singkatan dari Praja Muda Karana yang mempunyai arti orang-orang yang berjiwa muda dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam bermasyarakat, sangat dibutuhkan sikap saling tolong-menolong, perasaan senasib seperjuangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selesaikan dalam waktu yang singkat dengan bantuan internet. Informasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, teknologi sudah semakin berkembang. Terutama teknologi komunikasi, segala hal yang kita lakukan dapat kita selesaikan dalam waktu yang singkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak pihak sekarang ini yang mengritik tajam sistem pendidikan di Indonesia. Ada yang merasa bahwa sekolah-sekolah di negeri ini hanya menghasilkan manusia-manusia
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subyek Penelitian SMA Negeri 1 Getasan merupakan Sekolah Menengah Atas yang terletak di perbatasan antara Sumogawe dan Getasan, tepatnya di Jalan Raya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi pada saat ini semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi pada saat ini semakin banyak individu yang mementingkan dirinya sendiri atau berkurangnya rasa tolong menolong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tolong menolong antara sesama. Globalisasi juga berperan membuat hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi pada saat ini semakin banyak individu yang mementingkan dirinya sendiri atau berkurangnya rasa tolong menolong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan mewujudkan potensinya menjadi aktual dan terwujud dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu cenderung mengharapkan dirinya berkembang dan menjadi lebih baik. Perkembangan potensi seseorang tidak terwujud begitu saja apabila tidak diupayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan. Restu dan Yusri (2013) mengungkapkan bahwa mitos yang sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini para remaja yang sedang masa transisi mengalami banyak tantangan. Restu dan Yusri (2013) mengungkapkan bahwa mitos yang sering dipercaya tentang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. Salatiga pada kelas V A dan V B. Populasinya adalah seluruh siswa kelas
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Subyek Penelitian Pengambilan data dilakukan di SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga pada kelas V A dan V B. Populasinya adalah seluruh siswa kelas V
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memerlukan sarana dan prasarana umum yang memenuhi semua aspek kehidupan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Daerah Wonosegoro merupakan wilayah yang perkembangan pembangunannya cukup pesat diantara sekian banyak daerah yang ada di kabupaten
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. komunitas Save Street Child yang ikut mengajar anak-anak jalanan atau
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini sebesar 48 subyek yakni relawan komunitas Save Street Child yang ikut mengajar anak-anak jalanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya (Hurlock, 1993). Sedangkan menurut Brooks (dalam Rahmad, 1985) mengatakan bahwa konsep
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan membandingkan dua kelompok subyek penelitian. Kelompok pertama
Lebih terperinciHUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian SMA N 2 Salatiga merupakan salah satu SMA Negeri di Salatiga yang terletak di jalan Tegalrejo No.79 Salatiga. SMA N 2 Salatiga didirikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. negeri dan swasta se-kota Salatiga Sebanyak 42 orang. Tabel 4.1 Deskripsi jumlah subyek No SMP Guru BK
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis memilih guru BK SMP negeri dan swasta se-kota Salatiga. 4.1.2 Subyek Penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Garmen. Dimana jurusan ini diambil pada saat kelas X. SMK Muhammadiyah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Salatiga. SMK ini terdiri dari 4 jurusan yaitu jurusan tehnik Permesinan, Elektro,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Definisi Perilaku Prososial Perilaku prososial memiliki arti sebagai sosial positif atau mempunyai konsekuensi positif. Sosial positif ini didasarkan atas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian UKSW adalah salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Salatiga. Terletak di jalan Diponegoro No. 52 60 Salatiga yang terdiri
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian SMP Negeri 2 Suruh terletak di Jl. Salatiga-Dadapayam km. 11, desa Cukilan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, telp. 08282806084. Dengan lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Remaja pada dasarnya dalam proses perkembangannya membutuhkan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Remaja juga mulai belajar serta mengenal pola-pola sosial salah satunya adalah perilaku
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Gedung SMP Negeri 1 Gemawang terletak di Jl. Muncar Kecamatan
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Orientasi Penelitian 4.1.1. Sejarah singkat SMP Negeri 1 Gemawang Gedung SMP Negeri 1 Gemawang terletak di Jl. Muncar Kecamatan Gemawang, Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian SMP Negeri 5 Salatiga salah satu jajaran sekolah tingkat menengah pertama tergolong sekolah berfaforit dikawasan kota Salatiga, walaupun
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku psikologi untuk keluarga, Gunarsa (2003) menyatakan bahwa dasar kepribadian seseorang dibentuk mulai masa kanak-kanak. Proses perkembangan yang terjadi dalam
Lebih terperinciTINGKAH LAKU PROSOSIAL
TINGKAH LAKU PROSOSIAL Modul ke: Fakultas Psikologi Dasar tingkah pro-sosial; Tahap-tahap perilaku menolong; Respons terhadap keadaan darurat; Pengaruh internal dan eksternal dalam menolong; Komitmen jangka
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Progdi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan Universitas Kristen
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP- UKSW Salatiga. Jumlah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan. Di kalangan pelajar khususnya pelajar SMP problema sosial moral ini dicirikan
Lebih terperinciTINGKAH LAKU ALTRUISTIK
6 TINGKAH LAKU ALTRUISTIK Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Sejak jaman dahulu manusia hidup bergotongroyong, sesuai dengan pepatah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian SMP Negeri 1 Karanggede merupakan salah satu SMP Negeri di Kabupaten Boyolali yang terletak di jalan Sendang, Kecamatan Karanggede,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. SMP N 3 Pabelan terletak di desa Tukang Kec. Pabelan, kira-kira 7 km dari kota
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian SMP N 3 Pabelan terletak di desa Tukang Kec. Pabelan, kira-kira 7 km dari kota Salatiga dan dikelilingi oleh persawahan. Meskipun terletak
Lebih terperinciHUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEMAMPUAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 CEPU, BLORA
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEMAMPUAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 CEPU, BLORA SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar mengenali kemampuan diri dan lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang pesat merupakan salah satu karya manusia sebagai pemimpin di bumi ini. Memecahkan misteri alam, menemukan sumber energi baru, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. forum diskusi ilmiah, mempraktikkan ilmu pengetahuan di lapangan, dan. juga dibutuhkan pula oleh orang lain (Zuhri, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan salah satu kaum intelektual yang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Di perguruan tinggi, mahasiswa menjalankan tugastugas akademiknya dalam perkuliahan.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian SMK Negeri 2 Salatiga merupakan salah satu SMK Negeri di Salatiga yang terletak di jalan Parikesit RT 002 RW 009, Dusun Warak, Desa
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Saraswati Salatiga. SMK Saraswati Salatiga berdiri pada tahun 1970 dan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia, salah satu faktor yang mendukung bagi kemajuan adalah pendidikan.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. SMP N 1 Bancak terletak di desa Rejosari Kec. Bancak, Jl. Rejosari-
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian SMP N 1 Bancak terletak di desa Rejosari Kec. Bancak, Jl. Rejosari- Bringin Km. 18 Bancak Kab. Semarang telp. 085640268740. SMP N 1 Bancak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membahas mengenai pacaran dalam era globalisasi ini sudah tidak asing lagi. Pacaran sekarang bahkan seolah olah sudah merupakan aktifitas remaja dalam kehidupan sehari
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan IPK dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3. Tabel 4.1
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra yang menjadi anggota lembaga kemahasiswaan periode 2012/2013 berjumlah 49 orang mahasiswa. Deskripsi subjek
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di CV. Griya Wali Sakti, Jalan Raya Demak-Jepara Mijen, Desa Mijen Kecamatan Mijen Kabupaten Demak (59583).
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Salatiga. Surat ijin dari fakultas pada tanggal 26Juli 2013, Diantar ke Progdi
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Perijinan Sebelum pengumpulan data peneliti meminta surat ijin penelitian kepada Dekan Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga memiliki akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, manusia juga memiliki akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Sebagai makhluk sosial, itu
Lebih terperinciBAB V DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 DISKUSI Berdasarkan hasil analisis pada bab IV, maka hipotesis yang menyatakan bahwa empati dan pola asuh demokratis sebagai prediktor perilaku prososial pada remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini yang ditandai dengan kemajuan pola pikir remaja yang tanpa batas, remaja semakin mudah untuk mengetahui berbagai hal di dunia.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di Program studi bimbingan dan konseling FKIP UKSW Salatiga. Subyek dalam penelitian ini ada 234 mahasiswa program studi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Frekuensi jenis Kelamin
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Tabel 1 Frekuensi jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi % Laki-laki 45 45 Perempuan 55 55 100 100% Dari 100 siswa, terdapat 45 siswa wanita dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada usia remaja, dengan berlangsungnya dan memuncaknya proses perubahan fisik, kognisi, afeksi, sosial, moral, dan mulai matangnya pribadi dalam memasuki dewasa awal,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses hidup, manusia selalu membutuhkan orang lain mulai dari lingkungan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai arti bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa adanya kehadiran orang lain dilingkungan sekitarnya. Dalam proses hidup,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan komunikasi saat ini, banyak orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan komunikasi saat ini, banyak orang melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi secara efektif. Suatu kegiatan komunikasi yang dijalankan
Lebih terperinciSkala Sikap Prososial
L A M P I R A N 1 LAMPIRAN 1 Skala Sikap Prososial Petunjuk :Berikut ini terdapat skala psikologi yang berisi beberapa pernyataan. Nama : Jenis Kelamin : Umur: Anda diminta untukmemahami baik-baik setiap
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis memilih SMP Negeri 07 Salatiga sebagai tempat penelitian. Sekolah ini berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa manusia tidak dapat berdiri sendiri dan senantiasa
Lebih terperinci