BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tes psikologi adalah suatu pengukuran yang objektif dan terstandar terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk mengukur perbedaan antar individu atau juga mengukur reaksi individu yang sama pada situasi yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1997). Penggunaan tes psikologi saat ini menjadi suatu bagian yang sangat penting dalam pengukuran terhadap individu. Tes psikologi berperan sebagai alat untuk menggali atribut psikologi individu. Terdapat tujuh jenis tes psikologi yang beragam tergantung tujuan pengukurannya. Pertama, tes intelegensi untuk mengukur kemampuan individu dalam cakupan umum. Kedua, tes bakat untuk mengetahui bakat atau potensi khusus seseorang. Ketiga, tes kreativitas untuk mengukur kapasitas individu untuk menemukan solusi yang tidak biasa dan tidak terduga khususnya dalam memecahkan masalah yang masih samar. Keempat, tes kepribadian untuk mengukur trait, kualitas, atau perilaku yang menunjukkan individualitas seseorang. Kelima, tes prestasi untuk mengukur pencapaian individu setelah mempelajari sesuatu. Keenam, tes inventori minat untuk mengukur kecenderungan seseorang pada aktifitas atau topik-topik tertentu. Dan terakhir, tes neuropsikologi untuk mendapatkan data mengenai keluhan gangguan kognitif (Gregory, 2004). 1

2 2 Hasil tes psikologi digunakan sebagai dasar informasi dalam pengambilan keputusan. Informasi individu yang digali melalui suatu tes psikologi dapat menjadi prediktor yang meramalkan performa individu dalam suatu tugas. Oleh karena itu tes psikologi yang akan dipergunakan harus memenuhi kualitas psikometri yang baik agar dapat diterapkan dalam mengukur suatu atribut psikologi pada individu (Murphy, 2005). Tes psikologi digunakan dalam konteks industri organisasi, pendidikan atau sekolah serta dalam konteks klinis. Dalam konteks industri organisasi tes psikologi memainkan peran yang sangat penting, terutama dalam proses perekrutan dan seleksi karyawan. Tes psikologi yang digunakan diantaranya tes kemampuan kognitif, tes situasional, serta tes kepribadian objektif dan proyektif. Tes psikologi dalam konteks pendidikan berperan untuk memeriksa intelegensi atau IQ, prestasi akademik, kepribadian, minat serta bakat. Dalam konteks klinis peran tes sebagai alat untuk memeriksa orang-orang yang mengalami masalah perilaku untuk kemudian menetapkan keputusan-keputusan terapeutik (Anastasi, 1997). Tes intelegensi digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan individu dalam cakupan umum. Dalam konteks industri organisasi tes intelegensi berperan dalam proses penyeleksian berdasarkan intelegensi. Proses seleksi selanjutnya, menekankan pentingnya tes kepribadian sebagai bagian dalam proses akhir pengambilan keputusan. Tes kepribadian menjadi penting dalam proses perekrutan karyawan karena posisi jabatan tertentu membutuhkan spesifikasi

3 3 orang-orang dengan karakteristik kepribadian tertentu yang tidak hanya dilihat berdasarkan kemampuan umum atau intelegensi (Jewell, 1998). Para psikolog yang tertarik dalam bidang perilaku karir juga berpendapat bahwa kepribadian berhubungan dengan jenis karir yag dipilih seseorang dan bagaimana mereka berfungsi dalam pekerjaan tersebut. Orang dengan karakteristik tertentu akan memilih pekerjaan tertentu dan akan berfungsi dengan lebih baik dalam beberapa pekerjaan dibandingkan pekerjaan yang lain (De Fruyt & Salgado, dalam Pervin, 2005). Dalam konseling sekolah tes kepribadian berfungsi untuk memeriksa dan kemudian mengarahkan serta menangani anakanak berdasarkan karakter pribadinya. Terlihat bahwa dalam bidang-bidang tersebut kepribadian individu menjadi salah satu faktor pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Menurut Gordon W.Allport kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas (Barrick & Ryan, dalam Pervin, 2005). Banyak teori-teori kepribadian yang berkembang dalam menggambarkan perbedaan manusia. Masing-masing teori menggambarkan kepribadian berdasarkan satu perspektif tertentu, sehingga tidak bisa menggambarkan perbedaan manusia secara luas dan menyeluruh. Salah satu pendekatan dalam kepribadian yang diketahui dapat melihat perbedaan individual secara luas ialah Big Five Factor. Big Five Factor mengorganisir perbedaan individu dalam lima dimensi yang luas dan bipolar (John & Srivastava, 1999; McCrae & Costa, 2006). Kelima dimensinya

4 4 berupa unit dasar kepribadian atau trait, yang merupakan kecenderungan umum individu untuk merespons dengan cara tertentu (Pervin, 2005). Sifat atau trait diperlakukan sebagai sesuatu yang benar-benar eksis dalam teori Big Five Factor, yaitu tiap faktor dipandang sebagai struktur psikologi yang dimiliki oleh tiap orang dalam tingkatan yang bervariasi. Sifat tersebut dianggap mempengaruhi secara kausal tiap perkembangan psikologi individual. Dalam teori Big Five Factor, kelima faktornya merupakan disposisional dasar kecenderungan yang dimiliki oleh semua orang (Pervin, 2005). Selama dua dekade terakhir, perkembangan Big Five Factor telah menjadi model paling menonjol untuk menggambarkan struktur sifat kepribadian. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa banyak hal yang mampu diprediksi dan digambarkan oleh trait-trait dalam kepribadian Big Five Factor. Salah satu contohnya dalam bidang pekerjaan. Individu dengan tingkat Extraversion yang tinggi akan memilih dan lebih baik pada pekerjaan sosial dan hiburan dibandingkan dengan individu Introversion (Pervin, 2005). Contoh lainnya dalam penggunaan model Big Five Factor ialah dalam memilih dan merencanakan perawatan psikologi individu (Harkness & Lilienfeld, dalam Pervin, 2005). Pemahaman terhadap kepribadian individual, membuat para terapis mampu untuk mengantisipasi masalah dan merencanakan serangkaian penanganan dalam perawatan psikologi individu (Sanderson & Clarkin, dalam Pervin, 2005). Prinsipnya disini ialah sebagaimana individu dengan kepribadian yang berbeda akan berfungsi lebih baik atau lebih buruk dalam pekerjaan yang berbeda, maka individu juga bisa lebih banyak atau lebih sedikit mendapatkan

5 5 keuntungan dari bentuk perawatan psikologi yang berbeda (Costa & McCrae, dalam Pervin, 2005). Terlihat banyak aspek yang dapat diprediksi dan digambarkan dengan kepribadian Big Five Factor, namun pengembangan alat ukur kepribadiannya masih sedikit. Goldberg (1999) menyatakan bahwa progres ilmiah dalam pengembangan inventori kepribadian masih sangat lambat. Salah satu penyebabnya adalah fakta bahwa inventori kepribadian yang luas berkembang merupakan instrumen hak milik, diantaranya NEO PI-R (Neoriticsm, Extraversion, Openness, Personality Inventory- Revised) dan CPI (California Psychological Inventory), yang mengarah pada sedikitnya pembaharuan karena ketika akan dikembangkan peneliti membutuhkan izin serta biaya dalam penggunaan kuisionernya. Di Indonesia sendiri ketersediaan inventori kepribadian masih sedikit (Halim, 2004). Di kota Medan, peneliti mewawancara psikolog di Biro Psikologi Persona, Sandra Dwi Anita, M.Psi. Sandra mengungkapkan tes kepribadian yang biasa digunakan ialah EPPS, Papi Kostick dan tes grafis seperti Wartegg, DAP, dan Baum. Dalam penggunaannya, pelaksanaan inventori kepribadian harus disertai wawancara dan observasi untuk melihat kesesuaian dan konsistensi hasil tes dengan hasil wawancara. Observasi dan wawancara juga dapat digunakan sebagai antisipasi kecurangan akibat banyaknya alat tes yang bocor dan beredar secara bebas (Sandra, komunikasi personal tanggal 29 November 2012, pukul 14.00)

6 6 Alat ukur kepribadian Big Five yang digunakan di Indonesia adalah NEO PI-R yang dikonstruksikan pada tahun 1992 oleh Costa dan McCrae. Terdiri dari 240 aitem pernyataan-pernyataan pendek berupa self-report pada orang pertama, contoh: Saya benar-benar seperti orang yang kebanyakan saya temui. Dan mengobservasi peringkat pada orang ketiga, contoh: Dia memiliki imajinasi yang sangat aktif. Aitem-aitemnya dievaluasi dengan lima poin skala mulai dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju (McCrae & Costa, 2006). Penggunaan alat ukur kepribadian Big Five maupun pengembangan alatnya masih belum begitu populer di Indonesia. Penelitian alat ukur kepribadian Big Five secara psikometri juga belum banyak dilakukan (Mastuti, 2005). Melihat fenomena tersebut, adaptasi inventori yang memenuhi syarat kedalam bahasa dan budaya indonesia sangat berkontribusi pada perkembangan penelitian alat ukur kepribadian di Indonesia. Pada tahun 1996 Goldberg mengusulkan suatu kolaborasi Internasional untuk mengembangkan inventori kepribadian yang mudah tersedia dan luas. Semua peneliti bebas menggunakan aitem dan menyebarkan penemuan mereka untuk memperbaruinya. Aitem-aitemnya dikembangkan dan kemudian disajikan pada website internet yang dikenal dengan International Personality Item Pool (IPIP) (Gow, 2005). IPIP berisi versi pengganti dari inventori yang luas digunakan. Sebagai contoh, sebuah versi IPIP dari NEO PI-R tersedia. Asosiasi antara versi hak milik (asli) dan IPIP telah dicatat dan hasilnya bentuk pendek dari IPIP NEO dengan NEO PI-R yang asli rentang korelasinya 0,70-0,82. Namun tingginya korelasi

7 7 tersebut tidak berarti bahwa versi IPIP dengan versi aslinya benar-benar setara (Costa & McCrae, dalam Gow, 2005). Selain berisi berbagai versi dari tes Big Five yang berkembang, Goldberg juga mengembangkan beberapa aitem dalam IPIP yang dikenal dengan Big Five Factor Marker yaitu suatu tes untuk mengukur kepribadian berdasarkan Big Five Factor, kelima faktornya yaitu Extraversion vs Introversion, Agreeableness vs Antagonism, Conscientiousness vs Lack of Direction, Emotional Stability vs Neuroticism, dan Intellec atau Openness vs Closedness. Big Five Factor Marker terdiri dari aitem yang berupa pernyataanperyataan pendek. Kesemua aitemnya dapat di download di internet untuk digunakan dalam penelitian. Awalnya pengembangan Big Five Factor Marker oleh Goldberg ini terdiri dari 100 unipolar Big Five Factor Markers yang berisi kata sifat tunggal atau trait-descriptive. Namun kemudian, Goldberg mengusulkan bahwa kata sifat dapat diperbaiki untuk menciptakan aitem-aitem kuesioner yang menyediakan informasi yang lebih kontekstual daripada kata tunggal, tapi tetap masih lebih singkat daripada aitem dalam inventori kebanyakan lainnya (Gow, 2005). Pernyataan-pernyatan dalam Big Five Factor Marker berupa frasa pendek yang menjelaskan perilaku atau behavior-descriptive sehingga ketika digunakan secara luas lebih mudah diterjemahkan dalam bahasa yang berbeda di dunia daripada kata sifat tunggal atau trait-descriptive (Mlacic & Goldberg, 2007). Selain itu aitem yang disajikan juga sederhana sehingga mudah dipahami oleh responden. Masing-masing aitemnya direspon dengan memeringkatkan diri

8 8 mereka pada lima tingkatan, yaitu sangat sesuai, sesuai, netral, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Big Five Factor Marker banyak dilaporkan dalam jurnal-jurnal pengembangan alat ukur. Big Five Factor Marker memiliki aitem yang sedikit, tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan beberapa inventori kepribadian lainnya, aitem-aitemnya yang berupa frasa memudahkan pengerjaan oleh responden. Kesemua aitem singkat dalam Big Five Factor Marker mampu mengukur lima faktor kepribadian Big Five, yaitu Surgency atau Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Emotional Stability atau kebalikan dari Neuroticism, dan Intellec atau Openness (Guenelo & Chernyshenko, 2005). Big Five Factor Marker juga dapat menghemat pelaksanaan pemeriksaan kepribadian. Teori Big Five yang mampu menggambarkan kepribadian secara luas memungkinkan untuk melakukan tes kepribadian hanya sekali saja. Karena praktiknya, pemeriksaan kepribadian menggunakan beberapa alat tes untuk melihat beberapa dimensi kepribadian tertentu. Ini disebabkan oleh satu tes kepribadian biasanya mengukur suatu dimensi kepribadian tertentu. Hal ini diungkapkan oleh Yunita sebagai psikolog di biro psikologi Persona (Yunita Zahra, M.Psi, komunikasi personal tanggal 11 Januari 2013, pukul 13.00). Berdasarkan keluasan Big Five Factor yang mampu menggambarkan dan memprediksi banyak aspek dari traitnya, serta kebutuhan pengembangan inventori kepribadian Big Five di Indonesia, peneliti merasa perlu melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengadaptasi Big Five Factor Marker dari IPIP kedalam versi indonesia.

9 9 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Big Five Factor Marker yang telah diadaptasi kedalam versi Indonesia memiliki validitas konstruk dan reliabilitas yang baik? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: Mengadaptasi Big Five Factor Marker (IPIP) kedalam versi Indonesia dan menguji validitas konstruk serta reliabilitasnya. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dan teoritis berikut: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam bidang psikometri melalui suatu bentuk pelaporan pengadaptasian tes kepribadian beserta pengujian validitas konstruk serta reliabilitasnya. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan alat tes kepribadian berdasarkan teori Big Five Factor yaitu Big Five Factor Marker yang telah diadaptasi dalam versi Indonesia dan memiliki karakteristik psikometri yang baik.

10 10 E. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Menggambarkan tentang peranan teori kepribadian Big Five dalam menjelaskan perbedaan individu, kurangnya pengembangan inventori kepribadian Big Five hingga perumusan masalah, tujuan dan manfaat yang diharapkan dari penelitian. Bab II Landasan Teori Berisi teori Big Five serta tipe-tipe kepribadian Big Five, penjelasan mengenai Big Five Factor Marker serta IPIP, teori mengenai adaptasi alat ukur serta tata cara pengadaptasian, serta teori mengenai karakteristik psikometri yaitu validitas serta reliabilitas. Juga berisi mengenai sumber-sumber error dalam adaptasi. Bab III Metodologi Penelitian Berisi uraian tentang jenis penelitian, karakteristik populasi penelitian serta teknik pengambilan sampelnya. Juga berisi proses pengadaptasian Big Five Factor Marker serta penjelasan tentang teknik dan prosedur yang dilaksanakan dalam pengumpulan data serta analisa data. Bab IV Hasil dan Pembahasan Berisi deskripsi data sampel, hasil analisis validitas konstruk serta reliabilitasnya. Serta berisi pembahasan validitas konstruk dan reliabilitas Big Five Factor Marker dalam versi Indonesia.

11 11 Bab V Kesimpulan dan Saran Berisi rangkuman dari hasil penelitian dan beberapa saran yang diajukan untuk pengembangan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini tes Psikologi bukan merupakan hal yang asing lagi bagi masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam melakukan penilaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kepribadian Big Five 1. Sejarah Perkembangan Kepribadian Big Five Kepribadian telah dikonsepkan dari bermacam-macam perspektif teoritis yang masing-masing berbeda tingkat keluasannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Terdapat banyak cara untuk mempelajari perilaku manusia, salah satunya adalah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang sesuai dengan posisi yang tersedia. Dalam bidang klinis, tes

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang sesuai dengan posisi yang tersedia. Dalam bidang klinis, tes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tes psikologi saat ini telah digunakan hampir dalam setiap bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk mengetahui minat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Salah satu pengukuran yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Salah satu pengukuran yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari proses mental dan perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia, para

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Difinisi Operasional 1. Identivikasi Variabel. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan variabel big five personality. Dimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian yang akan diadakan dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari: 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Regresi berguna untuk mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh dan unik. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya, karena individu

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Terdapat enam variabel dalam penelitian ini, yaitu faktor kepribadian yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian mempunyai peranan yang penting dalam penelitian karena berhasil tidaknya pengujian suatu hipotesis sangat tergantung pada ketepatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Penggunaan tes psikologi semakin berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kegunaan tes. Masyarakat kian menyadari bahwa tes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Creswell (dalam Alsa, 2011, hal. 13), penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk mengetahui pengaruh self-efficacy dan openness terhadap readiness

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 40 4. METODE PENELITIAN Bab ini terbagi ke dalam empat bagian. Pada bagian pertama, peneliti akan membahas responden penelitian yang meliputi karakteristik responden, teknik pengambilan sampel, jumlah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berubah atau mati!, adalah kalimat yang diserukan oleh para manajer di seluruh dunia untuk menggambarkan keharusan setiap organisasi atau perusahaan untuk terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam sejarah penyelenggaraan pemerintahan daerah, tidak berubah dan selalu dibutuhkan. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Teori Lima Besar (Big Five Model) 1. Sejarah Big Five Model Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kota Bandung dengan populasi penduduk kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kota Bandung dengan populasi penduduk kota BAB III METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kota Bandung dengan populasi penduduk kota Bandung. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik accidental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa karena pendidikan dapat mendorong serta menentukan maju mundurnya suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat membuat pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat membuat pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kehidupan sosial saat ini dapat memudahkan penggunanya dalam menjalankan setiap tugas yang diberikan serta dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting untuk menghasilkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam menghadapi tantangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (bebas) adalah big five personality yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab dua (kajian pustaka) telah membahas teori yang telah menjadi dasar penelitian. Bab ini akan memaparkan metode penelitian dan bagaimana teori yang dibahas dalam bab kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pertikaian sangat sering terjadi di Indonesia, ada yang mengatasnamakan kelompok bahkan personal. Tiga hal utama yang dapat menimbulkan pertikaian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit lepas dari belenggu anarkisme, kekerasan, dan perilaku-perilaku yang dapat mengancam ketenangan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Ilmu Psikologi mulai diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1953. Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil pekerjaan yang telah mereka lakukan dan penentu attitude atas suatu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. hasil pekerjaan yang telah mereka lakukan dan penentu attitude atas suatu perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam suatu perusahaan, kepuasan kerja dibutuhkan oleh para karyawan sebagai hasil pekerjaan yang telah mereka lakukan dan penentu attitude atas suatu perilaku

Lebih terperinci

Gambaran Kepribadian Dosen-Tetap pada Universitas Swasta Terbaik di Indonesia

Gambaran Kepribadian Dosen-Tetap pada Universitas Swasta Terbaik di Indonesia Gambaran Kepribadian Dosen-Tetap pada Universitas Swasta Terbaik di Indonesia Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara Email:zamralita@fpsi.untar.ac.id ABSTRAK Dosen adalah salah satu komponen utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan mengenai berbagai macam teknologi yang dapat membantu manusia dalam membuat, menyusun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tes-tes yang sudah ada (Anastasi & Urbina, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tes-tes yang sudah ada (Anastasi & Urbina, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat tes telah digunakan di Cina sejak tahun 2200 sebelum masehi, alat tes digunakan untuk seleksi pegawai negeri dan pada abad ke 19 pemerintah Inggris, Perancis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan kehidupan manusia, bahkan boleh dikatakan bahwa dimana ada manusia, disana ilmu psikologi itu berlaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kepemimpinan memiliki arti peran yang sangat strategis untuk mendorong dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang pemimpin dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia sebagai Homo economicus, tidak akan pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan memaparkan metode penelitian dan bagaimana teori yang dibahas dalam kajian pustaka diaplikasikan dalam penelitian. Bab ini terdiri dari beberapa bagian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internet telah mengubah bisnis organisasi dengan cepat, dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Internet telah mengubah bisnis organisasi dengan cepat, dengan memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet telah mengubah bisnis organisasi dengan cepat, dengan memberikan komunikasi dan akses informasi dan distribusi. Lebih lanjut internet digunakan organisasi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five 35 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five Personality Terhadap Coping Stress Pada Polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan. 11 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Peranan sumber daya manusia bagi perusahaan tidak hanya dapat dilihat dari hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepribadian. konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepribadian. konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone, 2010). BAB II LANDASAN TEORI A. Kepribadian 1. Pengertian Kepribadian Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone,

Lebih terperinci

Analisis Faktor Alat Ukur Kepribadian Big Five (Adaptasi dari IPIP) pada Mahasiswa Suku Jawa

Analisis Faktor Alat Ukur Kepribadian Big Five (Adaptasi dari IPIP) pada Mahasiswa Suku Jawa INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005 Analisis Faktor Alat Ukur Kepribadian Big Five (Adaptasi dari IPIP) pada Mahasiswa Suku Jawa Endah Mastuti Fakultas Psikologi Universitas Airlangga ABSTRAK Perkembangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing 67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas X di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan masuk sebuah sekolah, calon siswa akan diberi tes untuk melihat apakah dia lulus atau tidak

Lebih terperinci

2016 PREDIKSI TINGKAT KEMATANGAN EMOSIONAL SESEORANG MELALUI AKTIVITAS DI MEDIA SOSIAL TWITTER MENGGUNAKAN ALGORITMA C4.5

2016 PREDIKSI TINGKAT KEMATANGAN EMOSIONAL SESEORANG MELALUI AKTIVITAS DI MEDIA SOSIAL TWITTER MENGGUNAKAN ALGORITMA C4.5 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas latar belakang dilaksanakannya penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepribadian terhadap OCB dan pengaruh komitmen afektif terhadap OCB, serta pengaruh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil diskusi yang telah dilakukan. 5.1 Kesimpulan Berikut adalah kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai variabel dan definisi operasional penelitian. Selain itu, akan diuraikan juga desain penelitian yang digunakan untuk membantu kelancaran didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa hidup yang dijalaninya tidak berarti. Semua hal ini dapat terjadi karena orang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pervin (1993) menyatakan bahwa selama bertahun-tahun banyak peneliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pervin (1993) menyatakan bahwa selama bertahun-tahun banyak peneliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Big Five Personality Pervin (1993) menyatakan bahwa selama bertahun-tahun banyak peneliti yang coba merumuskan berbagai teori yang paling tepat dalam menggambarkan kepribadian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Juni sampai dengan 6 Juli 2015. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa kelas karyawan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif karena menurut Sugiyono (2012) metode penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekelompok (peer group) serta kurangnya kepedulian terhadap masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekelompok (peer group) serta kurangnya kepedulian terhadap masalah kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gambaran khas remaja yaitu pencarian identitas, kepedulian akan penampilan, rentan terhadap masalah komersial dan tekanan dari teman sekelompok (peer group)

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I

Psikologi Kepribadian I Modul ke: Psikologi Kepribadian I Fakultas Psikologi Kepribadian dan Konsep-Konsep yang Terkait Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Kepribadian Teori psikologi kepribadian

Lebih terperinci

24/02/2011. Psikologi Klinis. Dr. Sofia Retnowati. Measurement issues. Measurements Source of variation Classification Health measurements

24/02/2011. Psikologi Klinis. Dr. Sofia Retnowati. Measurement issues. Measurements Source of variation Classification Health measurements Pengukuran dalam Psikologi Klinis Dr. Sofia Retnowati Measurement issues Measurements Source of variation Classification Health measurements Measurement e e properties es 1 Pengertian Umum dalam Pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample Kolmogorov- Smirnov

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam metode penelitian ini diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu memperoleh ilmu mengenai kepemimpinan yang di

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu memperoleh ilmu mengenai kepemimpinan yang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu universitas swasta di Indonesia yang berfokus pada kajian disiplin ilmu manajemen, Universitas Widyatama merupakan tempat dimana individu memperoleh

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir dan Konseptual Penelitian.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir dan Konseptual Penelitian. 25 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir dan Konseptual Penelitian. Di dalam menentukan arah dan tujuan kehidupan, manusia kerapkali harus menjalani sebuah

Lebih terperinci

Modul ke: Tes Inventori. Sejarah Tes Inventori, Arti Kepribadian dan Pengukurannya. Fakultas Psikologi. Irma H. Aliyyah, M.Psi.

Modul ke: Tes Inventori. Sejarah Tes Inventori, Arti Kepribadian dan Pengukurannya. Fakultas Psikologi. Irma H. Aliyyah, M.Psi. Modul ke: 01 Oleh: Fakultas Psikologi Tes Inventori Sejarah Tes Inventori, Arti Kepribadian dan Pengukurannya Irma H. Aliyyah, M.Psi. Program Studi Psikologi Kontrak Belajar, Definisi Tes Inventori, Kegunaan,

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik MODUL PERKULIAHAN Pengantar Psikodiagnostik Sejarah, Pengertian, dan Kegunaan Psikodiagnostik Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 B41616AA Mutiara Pertiwi, M.Psi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara sistematis yang hasilnya berguna untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai customer service. Customer service ini berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai customer service. Customer service ini berfungsi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaan besar saat ini tidak sedikit yang membutuhkan tenaga kerja sebagai customer service. Customer service ini berfungsi untuk melayani pelanggan yang

Lebih terperinci

Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pa

Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian 3.1.11 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Azwar (1998) pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 13 Yoanita Fakultas PSIKOLOGI TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG Eliseba, M.Psi Program Studi Psikologi HANS EYSENCK Dasar umum sifat-sifat kepribadian berasal dari keturunan, dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

Lebih terperinci

Adhyatman Prabowo, M.Psi. By PresenterMedia.com

Adhyatman Prabowo, M.Psi. By PresenterMedia.com Adhyatman Prabowo, M.Psi By PresenterMedia.com Suatu proses pengukuran melalui beberapa cara / teknik yg dikombinasikan untuk menganalisa dan memprediksi kemampuan, kepribadian, dan perilaku individu saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Perilaku Makan. Perilaku Makan menurut Notoatmodjo (2007) adalah respon seseorang

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Perilaku Makan. Perilaku Makan menurut Notoatmodjo (2007) adalah respon seseorang 11 BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Makan 1. Pengertian Perilaku Makan Perilaku Makan menurut Notoatmodjo (2007) adalah respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari tingkah laku manusia merupakan salah satu peran ilmu Psikologi. Dalam mempelajari tingkah laku manusia, para psikolog melakukan berbagai jenis pengukuran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia ini, para ahli psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Hidayat (2013) pendidikan adalah suatu upaya sadar yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dianugrahkan tuhan kepada manusia dan diarahkan pada

Lebih terperinci

Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh. Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Reyhan NIM:

Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh. Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Reyhan NIM: PENGARUH TRAIT KEPRIBADIAN, SELF-ESTEEM, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KECEMASAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap

BAB I PENDAHULUAN. relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Palang Merah Indonesia adalah organisasi kemanusiaan yang bergerak dalam bidang penanggulangan dan mitigasi bencana alam di Indonesia. Selain itu, Palang Merah Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

FAKTOR KEPRIBADIAN CONSCIENTIOUSNESS SEBAGAI PREDIKTOR PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

FAKTOR KEPRIBADIAN CONSCIENTIOUSNESS SEBAGAI PREDIKTOR PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FAKTOR KEPRIBADIAN CONSCIENTIOUSNESS SEBAGAI PREDIKTOR PRESTASI BELAJAR MAHASISWA Oleh Sumardjono Padmomartono dan Yustinus Windrawanto Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP Universitas Kristen Satya

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4 PENGUKURAN

PERTEMUAN 4 PENGUKURAN PERTEMUAN 4 PENGUKURAN PENGUKURAN PSIKOLOGI Pengantar Pengertian Karakteristik Tingkat pengukuran Jenis pengukuran Pengantar Perkembangan ilmu pengetahuan baik dari segi keilmuan dan metode pengukuran

Lebih terperinci

Konstruksi Alat Ukur Psikologi

Konstruksi Alat Ukur Psikologi MODUL PERKULIAHAN Konstruksi Alat Ukur Psikologi Pengantar Tes dan Pengukuran Psikologi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 61032 Dian Misrawati, M.Psi Psikolog

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia 10 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mengulas tentang pelbagai teori dan literatur yang dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah tentang perubahan organisasi (organizational change)

Lebih terperinci

DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id Mail :

DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id Mail : ASESMEN DALAM PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id Mail : dita.lecture@gmail.com PENGERTIAN Evaluasi sistematis dan pengukuran faktor psikologis, biologis dan sosial dari

Lebih terperinci

PSIKOMETRI. Pengantar Psikometri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01

PSIKOMETRI. Pengantar Psikometri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01 MODUL PERKULIAHAN PSIKOMETRI Pengantar Psikometri Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 B41616BA Mutiara Pertiwi, M.Psi Abstract Modul ini berisi tentang pengantar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengarahkan proses dan hasil penelitan sedapat mungkin menjadi valid,

BAB III METODE PENELITIAN. mengarahkan proses dan hasil penelitan sedapat mungkin menjadi valid, BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitan sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu mengalami masa peralihan atau masa transisi. Yang dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001).

Lebih terperinci

Psikodiagnostik 1. Marcia Martha Siahay

Psikodiagnostik 1. Marcia Martha Siahay Psikodiagnostik 1 Marcia Martha Siahay Diagnosis berasal dari Greek (jerman) yunani, yaitu Gnosis. Yang berarti knowledge From Eksprience (pengetahuan dari pengalaman) Diagnostik berarti mencari untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan mengambil sampel pada pegawai Dinas Pertanian Tanaman

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan mengambil sampel pada pegawai Dinas Pertanian Tanaman BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian ini akan mengambil sampel pada pegawai Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. 3.2. Jenis Penelitian Menurut Oei (2010:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian Big Five dan citra merek terhadap keputusan pembelian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. asertivitas, pengguna dan bukan pengguna media sosial twitter

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. asertivitas, pengguna dan bukan pengguna media sosial twitter BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu perbedaan asertivitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan Ibukota negara Indonesia. Hampir seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan Ibukota negara Indonesia. Hampir seluruh kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jakarta merupakan Ibukota negara Indonesia. Hampir seluruh kegiatan pemerintahan dan perekonomian dipusatkan di kota ini. Sebagai kota yang mengakomodir semua

Lebih terperinci

ADAPTASI ALAT UKUR KEPRIBADIAN BIG FIVE FACTOR MARKER DARI INTERNATIONAL PERSONALITY ITEM POOL (IPIP) RIZKI FEBRIANTI MAHARANI

ADAPTASI ALAT UKUR KEPRIBADIAN BIG FIVE FACTOR MARKER DARI INTERNATIONAL PERSONALITY ITEM POOL (IPIP) RIZKI FEBRIANTI MAHARANI ADAPTASI ALAT UKUR KEPRIBADIAN BIG FIVE FACTOR MARKER DARI INTERNATIONAL PERSONALITY ITEM POOL (IPIP) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh RIZKI FEBRIANTI MAHARANI 081301028

Lebih terperinci

Influence of Personality and Affective Commitment on Organizational Citizenship Behavior. Abstract

Influence of Personality and Affective Commitment on Organizational Citizenship Behavior. Abstract Influence of Personality and Affective Commitment on Organizational Citizenship Behavior Abstract This study aims to identify situational factors and the disposition of OCB. In this research, personality

Lebih terperinci

vii Universitas Kristen Maranatha

vii Universitas Kristen Maranatha Abstract The purpose of this research is to obtain an overview about the contribution of the five factor of personality/trait (extraversion, neuroticism, agreeableness, openness to experience, and conscientiousness)

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik Modul ke: Pengantar Psikodiagnostik Dasar-Dasar Interpretasi Tes Psikologi Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tes Psikologis menginterprestasikan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA. Pertemuan kedua...

KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA. Pertemuan kedua... KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA Pertemuan kedua... Pengertian Tes Tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku atau hasil belajar siswa (Elliott, 1999) Tes

Lebih terperinci