BAB VII PERANCANGAN VII.1. Desain Taman Tepian Sungai Martapura

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII PERANCANGAN VII.1. Desain Taman Tepian Sungai Martapura"

Transkripsi

1 65 BAB VII PERANCANGAN VII.1. Desain Taman Tepian Sungai Martapura Taman tepian sungai ini dirancang pada luas m 2 dimana di dalamnya terdapat ruang-ruang yang mengakomodasi aktivitas rekreasi aktif dan pasif. Untuk mengakomodasi segala kebutuhan aktivitas pengunjung, taman ini akan dibuat fasilitas-fasilitas penunjang taman. Pada ruang rekreasi pasif terdapat plasa dengan shelter sebagai tempat makan/food corner dimana pengunjung dapat melakukan aktivitas makan dan minum sambil menikmati pemandangan sungai. Pada area ini tidak dikembangkan bangunan yang permanen/tetap, oleh karena itu penjual makanan yang ada hanya diperbolehkan membangun tenda-tenda makanan. Selain itu terdapat pula mini plasa yang diletakkan sculpture berupa art work sebagai aksen taman yang dapat dinikmati pengunjung yang berjalan ataupun duduk-duduk di sekitar plasa, keberadaan sculpture pada taman juga dapat memperkuat karakteristik taman. Tempat pertunjukan atau amphiteater juga terdapat pada ruang ini yang berfungsi sebagai tempat pengunjung menikmati suasana sungai atau pada saat-saat tertentu pengunjung dapat menikmati pertujukan atau festival yang digelar di Sungai Martapura. Ruang ini memiliki proporsi lebih dominan dari ruang rekreasi aktif, ini disebabkan fokus utama yang diinginkan pada taman ini ialah aktivitas rekreasi pasif. Sementara itu, pada ruang rekreasi aktif terdapat lawn tempat bermain anak-anak dan juga berkumpul keluarga. Lawn ini dibentuk bervariasi seperti berbukit-bukit sehingga memberikan rangsangan untuk anak-anak bermain. Selain itu untuk mengakomodasi pengunjung yang berolahraga lari dibuat jogging track. Jogging track ini dibuat satu kesatuan dengan jalur jalan setapak (pathway). Ini dikarenakan aktivitas lari atau jogging tidak dilakukan maksimal satu hari penuh, hanya pada saat-saat tertentu. Pada ruang ini juga terdapat jalur untuk sepeda, ini dikarenakan karakter tapak yang linier serta panjang memungkinkan pengunjung menikmati atau mendapat pengalaman dari tapak melalui sepeda. Jalur sepeda yang dibuat pada taman ialah tipe multi mode yaitu jalur sepeda dan pejalan kaki menjadi satu jalur.

2 66 Pintu masuk ke taman terletak di tengah taman dengan plasa utama sebagai tempat penerima sekaligus interpretasi awal taman. Pada plasa ini juga diletakkan sebuah sculpture model artwork sebagai landmark taman. Selain itu pintu masuk taman juga dapat diakses melalui dermaga, ini untuk mengakomodasi pengunjung yang ingin masuk ke taman melalui jalur sungai. Site plan perancangan taman ini dapat dilihat pada gambar 35. Sedangkan gambar 36, 38 dan 40 merupakan gambar perbesaran site plan. VII.2. Detail Peruntukan Ruang Berdasarkan konsep tata ruang yang telah dibuat, pada tapak dibagi menjadi empat yaitu ruang penerimaan, rekreasi aktif, rekreasi pasif dan penyangga. Pada tabel 8 akan dijelaskan jenis ruang, aktivitas, fungsi dan fasilitas serta persentase kebutuhan ruang dari masing-masing zona. VII.2.1. Rencana Ruang Penerimaan Ruang penerimaan dimaksudkan sebagai ruang penghubung taman dan ruang luar. Ruang ini mempunyai total luas sebesar 2054 m 2 atau 8 % dari total luas taman. Fasilitas yang ada di ruang ini antara lain, plasa penerimaan, dermaga dan lawn dengan artwork. VII.2.2. Rencana Ruang Rekreasi Aktif Ruang rekreasi aktif memiliki proporsi luas sebesar 2557 m 2 atau sekitar 10 % dari luas taman yang direncanakan. Ruang ini berfungsi untuk mengakomodasi seluruh kegiatan rekreasi aktif pengguna pada tapak seperti bermain, bersepeda, selusur sungai dan olahraga. Untuk mengakomodasi aktivitas tersebut akan dikembangkan fasilitas pendukung seperti mounded lawn, mini plasa, boarwalks dan jalur sepeda (multi-mode). VII.2.3. Rencana Ruang Rekreasi Pasif Sementara itu, untuk ruang rekreasi pasif memiliki proporsi luas sebesar 9304 m 2 atau sekitar 38 % dari luas taman. Ruang ini berfungsi untuk mengakomodasi segala aktivitas rekreasi pasif seperti duduk-duduk, melihat-lihat,

3 67 foto-foto, makan dan minum serta merenung. Fasilitas yang akan dikembangkan pada zona ini antara lain, tempat duduk, natural sitting area, amphiteater, foodcourt, dan plasa. Natural sitting area ini merupakan tempat duduk dengan menggunakan gundukan rumput (mound) sebagai setingan alami. Gambar 37, 39 dan 41 merupakan gambar potongan tampak taman dan gambar 42, 43, 44, 45, 46, 47 dan 48 meupakan gambar perspektif. VII.2.4. Rencana Ruang Penyangga Kemudian untuk ruang penyangga memiliki proporsi luas sisanya yakni sebesar m 2 atau 44 % dari luas taman. Pada ruang ini akan dikembangkan ruang ekologis/hijau yang berfungsi sebagai penyangga taman agar dapat berkelanjutan dan memberikan kenyamanan dan keindahan pada taman. Tabel 9. Peruntukan Ruang Taman Tepian Sungai No Zona 1 Rekreasi Aktif 10 % Luas (m 2 Aktivitas Fasilitas Dimensi ) 2557 Aktivitas Jogging track, Lampu taman: rekreasi aktif Jalur sepeda, T=3 meter seperti tempat duduk, Lampu : memancing, lampu taman, Ukuran dan olahraga, tempat sampah jumlah bermain, disesuaikan bersepeda, kebutuhan jogging ditapak (dijelaskan pada sub bab pencahayaan) Tempat duduk: T=0,4 meter, L=0,45 meter, P=0,6 meter Jalur Sepeda/multimode: P=disesuaikan, L=4m, T=0.05m dan bahan disesuaikan kebutuhan

4 68 2 Rekreasi Pasif 38 % 9304 Duduk-duduk, merenung, melihat pemandangan, melihat festival sungai, makanmakan, dll Tempat duduk, amphiteater, lampu, kafe, shelter, tempat sampah dan pedestrian Shelter: Ukuran dan bahan dijelaskan pada sub bab detail desain Amphiteater : Ukuran dijelaskan pada sub bab detail desain Foodcourt: Luas=425 m 2 Tempat duduk: T=0,4 meter, L=0,45 meter, P=0,6 meter 3 Penerimaan 8% 2054 Plaza, lampu taman, tempat sampah, bolard, dek dermaga dan tempat parkir Bolard: T=0.75 m, D=0.1 m Dek dermaga: Ukuran dan jumlah dijelaskan pada sub bab detail desain Tempat parkir: Ukuran dijelaskan pada sub bab detail desain 4 Penyangga 44 % Vegetasi, Lampu Vegetasi: Ukuran, jenis dan jumlah dijelaskan pada sub bab Planting plan Lampu: Ukuran dan jumlah disesuaikan kebutuhan ditapak (dijelaskan pada sub bab pencahayaan)

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18 83 VII.3 Detail Desain VII.3.1 Sirkulasi Sirkulasi yang dirancang pada taman terdiri atas sirkulasi primer/utama dan sekunder. Sirkulasi primer diperuntukkan sebagai jalur pejalan kaki. Sedangkan sirkulasi sekunder ialah jalur yang diperuntukan sebagai jalur sepeda dan pejalan kaki (multi mode). Bentuk sirkulasi diturunkan dari konsep desain. Sirkulasi yang dirancang pada tapak ini diperuntukan untuk memberi kenyamanan dan memberi pengalaman / kesan lebih pengguna pada tapak, sehingga pengguna merasa lebih nyaman dan tidak bosan. Jenis pavment yang digunakan pada tapak dapat dilihat pada gambar 49. Gambar 48. Contoh Jenis Pavement (Sumber : Google.com) VII Sirkulasi Primer/Utama Sirkulasi ini dibuat untuk mengakomodasi pejalan kaki semaksimal mungkin pada tapak. Jalur pejalan kaki taman berada di dalam tapak dengan lebar lebih kurang 3 meter untuk jalur pejalan kaki saja. Oleh karena itu diharapkan pada jalur pejalan kaki dapat mengakomodasi tiga orang pejalan kaki secara bersama dengan perhitungan tiap satu orang membutuhkan lebar pedestrian sebesar 80 cm. Pada pagi dan sore hari jalur ini juga dapat dimanfaatkan sebagai jogging track namun tetap dapat dilalui pejalan kaki, dengan perhitungan orang lari membutuhkan lebar dari pedestrian sebesar 90 cm tiap satu orang. Sehigga jalur ini dapat mengakomodasi masing-masing dua orang lari dan pejalan kaki secara bersamaan. Setiap jalur sirkulasi ini dihubungkan oleh node atau plaza kecil yang berfungsi sebagai tempat transisi pejalan kaki maupun orang yang berolahraga lari untuk beristirahat sejenak. Penggunaan tempat duduk atau bangku dalam jalur ini juga diperlukan sebagai tempat istirahat bagi pengguna / pengunjung.

19 84 Perkerasan yang digunakan untuk jalur sirkulasi ini berupa concrete pavement dengan warna cool gray dengan motif organik dari lengkungan riak air.. Sedangkan pada entrance dibuat pavement yang berbeda karena sebagai penanda sekaligus pembeda area tapak dan luar tapak dan jenis pavement yang digunakan ialah jenis concrete-block warna kuning pale. VII Sirkulasi Sekunder Sirkulasi multi-mode ini merupakan perpaduan sirkulasi untuk pejalan kaki dan sepeda. Karena dua sirkulasi ini digabung maka perlu diperhatikan penanda atau batas agar tetap menjaga kenyamanan dan keamanan pengguna. Ukuran sirkulasi ini sesuai dengan acuan standar ialah 3 meter (Harris & Dines, 1998), namun untuk mengingat kebutuhan ruang sirkulasi pada tapak yang besar maka pada perancangan ini dibuat menjadi 4 m. Ini berdasarkan perhitungan lebar yang dibutuhkan untuk satu sepeda adalah 1,5 m dan lebar untuk dua orang pejalan kaki minimal 1,5 m dengan demikian jalur ini pada taman jalur sirkulasi multi-mode ini dapat digunakan maksimal empat orang pejalan kaki dan dua sepeda berdampingan secara bersamaan. Untuk pavement yang digunakan pada sirkulasi ini sengaja dibuat berbeda dari sirkulasi pejalan kaki, baik bahan maupun warna. Pada sirkulasi ini digunakan bahan concrete dengan permukaan agak kasar untuk mencegah slip pada ban sepeda. Sedangkan untuk warna digunakan warna cerah yaitu kuning pale untuk memberikan kontras dan pembeda. Sebagai pembatas antara jalur sirkulasi dengan area lain digunakan sekumpulan semak sebagai buffer. Selain itu pada sirkulasi ini perlu juga dilengkapi marker atau tanda masing-masing jalur sirkulasi, baik sepeda maupun orang/pejalan kaki. Gambar 50 ialah gambar refrensi untuk penanda pada jalur sepeda.

20 85 Gambar 49. Image Bike Marker (Sumber : Google.com dan Shutterstock.com ) VII.3.2. Board walk/dek Jalur ini dikembangkan untuk memfasilitasi aktivitas pengunjung yang akan melintas/menyusur sungai. Board walk ini berfungsi sebagai dek atau titian layaknya terdapat pada rumah tepi sungai di Banjarmasin dan menggunakan bahan lokal yang tahan air (awet) yakni kayu galam, sehingga dapat memunculkan karakteristik lokal Kota Banjarmasin. Board walk ini juga dilengkapi dengan rail yang berfungsi sebagai pegangan tangan dan juga keamanan pengunjung. Gambar 51 ialah gambar refrensi untuk boardwalk dan gambar 52, 53 dan 54 ialah gambar detail material boardwalk, jalur multimode dan pathway. Gambar 50. Image Board walk atau Dek (Sumber : Google.com)

21

22

23

24 89 VII.3.3 Fasilitas Taman VII Amphiteater Amphiteater merupakan area terbuka yang biasanya digunakan untuk olahraga, konser, pertunjukan teater dan sebagainya. Pada taman ini amphiteater dimaksudkan sebagai area untuk melihat pemandangan ke sungai dan juga melihat suatu pertunjukan yang biasa diselenggarakan di Sungai Martapura pada acaraacara tertentu, seperti jukung festival dan permainan olahraga perahu motor/jetski. Selain itu amphiteater ini juga dapat dijadikan sebagai pusat interaksi masyarakat Kota Banjarmasin. Amphiteater pada taman dirancang berbatasan langsung dengan sungai, hal ini dimaksudkan agar pengguna lebih dapat dekat dengan sungai. Bentuk dari amphiteater ini mengikuti bentukan pola yang telah diturunkan dari konsep desain yang ada. untuk memberikan efek shade dan naunngan pada amphiteater ini dikembangkan shelter dengan bentuk menyesuaikan pola dari amphiteater tersebut. Shelter ini menggunakan bahan utama kain Canvas PVC putih dan rangkanya berupa tiang cetak dari baja. Selain berupa pekerasan yang digunakan sebagai tempat duduk-duduk pengguna, struktur amphiteater ini juga berfungsi sebagai dinding penahan dari erosi tanah. VII Bollard Elemen ini digunakan untuk menghindari kendaraan bermotor masuk ke taman. Bollard diletakkan pada welcome area dan tiap pintu masuk taman. Welcome area taman ini terletak pada bagian tengah taman sedangkan untuk pintu masuk, terdapat 4 akses masuk dan keluar yang masing-masing berbatasan langsung dengan Jalan Piere Tendean. Bollard yang digunakan memiliki tinggi 75 cm dengan diameter 10 cm dan diletakkan dengan jarak 60 cm satu sama lain. Pada sirkulasi multi mode, bollard tetap perlu digunakan agar tidak ada penyalahgunaan jalur yang sering terjadi motor masuk ke dalam jalur sirkulasi.

25 90 VII Railing dan Dermaga Railing merupakan pagar pembatas yang dikembangkan sebagai pegangan tangan pada area boardwalk dan juga diperuntukan sebagai pembatas antara taman dan sungai sehingga pengguna merasa lebih aman. Penggunaan railing ini diletakkan disepanjang jalur sirkulasi yang berbatasan langsung dengan tepian sungai. Railing yang digunakan pada jalur sirkulasi yang melintas sungai dan dek dermaga menggunakan material kayu agar menyatu dengan board walk. Dermaga dibuat sebagai area penerimaan bagi pengguna yang memilih moda transportasi sungai menuju ke dalam taman. Bentuk dermaga ini ialah lingkaran penuh dengan menggunakan material papan kayu galam. Ukuran luas tergantung dengan kebutuhan pada tapak dengan perhitungan setiap satu orang membutuhkan kebutuhan ruang sebesar 20 m 2. VII Rak Sepeda Parkir untuk sepeda dibuat di dalam taman yang berbentuk rak sepeda sederhana yang berada didekat main entrance dan side entrance terutama di node pertemuan antara jalur pejalan kaki dan multi mode. Rak sepeda ini masingmasing lokasi parkir sepeda dapat mengakomodasi sekitar unit sepeda. Tempat parkir ini dibuat untuk dapat mengakomodasi pengguna yang membawa sepeda maupun yang ingin menggunakan sepedanya ke dalam tapak maupun ingin hanya berjalan di tapak. Gambar refrensi rak sepeda dapat dilihat pada gambar 55. Gambar 54. Image Rak Sepeda (Sumber : Google.com) VII Retaining Wall Retaining wall pada taman tepian sungai sangat diperlukan sebagai penahan erosi tanah. Namun tidak hanya itu, dihararapkan juga dinding retaining

26 91 ini dapat menambah nilai keindahan taman. Oleh karena itu pada perancangan ini digunakan jenis retaining wall dari bahan batu bronjol atau gabion wall. Dinding retaining ini memiliki beberapa kelebihan seperti dapat mengurangi arus laju air sungai karena dengan material batu dinding memiliki permukaan yang lebih kasar serta memiliki celah sehingga memberi ruang bagi air dapat masuk ke dalam material tanah dan tersimpan di dalamnya. Air yang masuk ini kemudian menjadi sumber mineral bagi tanaman yang ditanam pada taman. Dengan begitu struktur tanah akan lebih tahan terhadap erosi. Selain itu, pada selang beberapa waktu penggunaan bronjong secara alami dapat merangsang pertumbuhan rumput liar seperti terlihat pada gambar 56. Gambar 55. Contoh Penggunaan Bronjong atau Gabion Wall (Sumber : Google.com) Penggunaan bronjong pada taman menggunakan ukuran rangka 0,9 1 m 2 dengan variasi batu didalamnya berukuran 50 mm 300 mm, ini merupakan ukuran cetakan yang ada pada pasaran. Untuk memperkuat kesan alami pada bronjong dapat juga dimodifikasi dengan menggunakan tanaman penutup tanah seperti rumput Vetiver (Vetiveria zizanoides). Rumput ini dipilih karena memiliki ketahanan pada kondisi kritis. Selain itu dengan penambahan elemen tanaman dapat memperlunak kesan kaku dari dinding. Untuk menjaga keawatan dari retaining wall ini perlu dilakukan pemantauan secara rutin ini disebabkan rawannya pencurian material yang ada pada struktur ini baik dari kawat besi maupun batu. Oleh karena itu pengawasan sangat diperlukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

27 92 VII Tempat Duduk Tempat duduk dibutuhkan pengguna baik individu maupun kelompok yaitu sebagai tempat istirahat sementara, duduk-duduk melihat pemandangan, berkumpul, dan sebagainya. Ukuran tempat duduk dibuat agar memberikan kenyamanan kepada pengguna yaitu tinggi cm, lebar cm dan panjang dudukan 60 cm, ada sandaran belakang dan sandaran tangan (Harris dan Dines, 1998). VII Tempat Parkir Parkir ini difungsikan untuk kendaraan bermotor yang direncanakan pada pada ruang penerimaan baik roda empat/mobil maupun roda dua/motor dengan besar 780 m 2 untuk mobil dan 96 m 2 untuk motor. Sehingga parkir ini hanya dapat mengakomodasi 32 mobil dan 60 motor dengan perhitungan kebutuhan ruang masing-masing untuk mobil sebesar 24 m 2 dan motor sebesar 1,6 m 2. Detail tempat parkir dapat dilihat pada gambar VII.3.4. Elemen Estetik Sculpture atau landmark merupakan elemen estetik taman yang berfungsi sebagai identitas taman dan juga sebagai aksen atau point of interest pada taman yang dapat menambah nilai estetika taman. Sculpture yang digunakan pada taman ini ialah berupa artwork yang memiliki filosofi untuk menguatkan konsep dasar perancangan taman tepian sungai dan karakteristik lokal taman. Sculpture akan dikembangkan pada beberapa spot penting di taman antara lain, seperti pada area penerimaan terdapat artwork dari logam dengan bentuk hasil pengembangan dari tetesan air dan bentuk orang renang yang dikembangkan dari pola lingkaran diletakkan pada plasa dekat area foodcourt. Contoh jenis metal artwork dapat dilihat pada gambar 57.

28 93 Gambar 56. Contoh Metal Artwork (Sumber : Google.com dan Flikr.com ) Model artwork dengan bahan metal/logam ini telah banyak dibuat oleh pengrajin seni patung/sculpture, seperti karya Nyoman Nuarte yang telah banyak dipakai di Jakarta dan kota besar lainnya. Kemudian pada area selatan tapak dikembangkan sculpture dengan bahan light box, elemen ini sengaja dikembangkan untuk memberi sentuhan pecinan. Ide pengembangan sculpture ini terinspirasi dari bentukan dupa yang terdiri dari jejeran batang. Dupa ini sering digunakan masyarakat tionghoa dalam beribadah di dalam Klenteng, dimana pada bagian selatan tapak terdapat Klenteng. Selain sebagai aksen sculpture ini juga berfungsi sebagai lampu taman pada malam hari, sehingga dapat menjadi elemen arstistik yang menarik. Gambar detail material pada dermaga dan plasa dijelaskan pada gambar 58 sedangkan gambar 59, 60, 61, 62, 63, 64 dan 65 merupakan gambar detail untuk hardscape taman ini.

29

30

31

32

33

34

35

36

37 102 VII.3.5. Pencahayaan Pencahayaan sangat dibutuhkan agar dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna pada malam hari. Pencahayaan pada taman juga harus dioptimalkan pada taman yang memiliki aktivitas pada malam hari. Selain untuk keindahan, penerangan pada malam hari juga berfungsi sebagai pencegah kemungkinan penyalahgunaan taman sebagai kegiatan vandalisme dan kejahatan. Pada taman tepian sungai ini digunakan tiga macam pencahayaan, yaitu street light, path light dan spotlight. Street light diletakan dibeberapa titik di area penerimaan, amphiteater dan plasa atau node pertemuan sirkulasi. Contoh tipe-tipe penyinaran menurut Harris dan Dines (1998) dijelaskan pada gambar 66. Ketinggian lampu lebih kurang 10 meter dan berguna sebagai penerang utama. Sedangkan untuk beberapa spot juga diletakkan lampu taman dengan ketinggian 3 meter. Pada jalur sirkulasi taman juga dibutuhkan penerangan dan jenis lampu yang digunakan pada area ini adalah jenis path light dengan ketinggian 60 cm. lampu ini hanya menereangi jalur sirkulasi dengan tinggi atau jarak penyinaran tidak sampai menyilaukan pandangan, sehingga tetap memberikan kenyamanan pengguna pada malam hari. Sedangkan spotlight digunakan sebagai lampu sorot untuk elemen-elemen tertentu yang ingin ditonjolkan seperti sculpture dan pohon atau tanaman. Tipe penyinaran ini digunakan untuk menyinari sculpture yang berada di taman agar dapat memberikan penekanan aksen pada elemen-elemen tersebut di malam hari. Gambar 67 merupakan gambar rencana pencahayaan pada taman. Gambar 65. Contoh Tipe-Tipe Pencahayaan (Sumber : Harris dan Dines, 1998)

38

39 104 VII.3.6. Planting Plan Secara umum vegetasi yang akan direncanakan pada tapak merupakan vegetasi yang dapat beradaptasi dengan lingkungan Kota Banjarmasin. Kemudian berdasarkan konsep tata hijau yang telah dikembangkan serta hasil analisis tapak, vegetasi yang digunakan pada perancangan taman ini dibagi menjadi dua yakni vegetasi untuk fungsi ekologis dan vegetasi untuk arsitektural, tentunya kedua aspek ini harus fungsional. Gambar 68 merupakan gambar planting plan pada perancangan taman tepian Sungai Martapura sedangkan untuk detail penanaman dapat dilihat pada gambar 69 dan 70. VII Vegetasi untuk Fungsi Ekologis Vegetasi ini dioptimalkan sebagai penahan erosi tanah, ini dikarenakan letak taman yang berada pada tepian sungai rawan terjadi erosi. Vegetasi yang digunakan ialah vegetasi yang memiliki kemampuan menutupi permukaan tanah serta perakaran yang kuat seperti rumput paetan (Axonopus compressus), seruni rambat (Widelia biflora), akar wangi (Vetiveria zizanoides), rambai (Baccaurea motleyana), Palem merah (Cyrtostachis rendra) dan kelapa (Cocos nucifera). Sebagian besar tanaman ini merupakan tanaman lokal, selain berfungsi ekologis penggunaan tanaman lokal juga memperkuat karakter lokal dari taman. VII Vegetasi untuk Fungsi Arsitektural Vegetasi berfungsi arsitektural digunakan sebagai pendukung ruang rekreasi pada taman serta untuk memaksimalkan aktivitas pengguna. Vegetasi ini terdiri atas pohon, semak dan groundcover. Untuk pohon, tanaman yang digunakan berfungsi sebagai penaung dan pengarah. Tanaman yang digunakan antara lain, Palem Pinang (Areca catechu), Palem Sadeng (Livistonia rotundifolia), Bunga Kupu-Kupu (Bauhinia purpurea) dan Dadap Merah (Erythrina cristagali). Sementara itu untuk semak, tanaman yang digunakan yang memiliki warna bunga dan daun yang mencolok seperti warna merah dan kuning, seperti Soka (Ixora sp.), Batavia (Jatropha panduriforia), Palem Merah (Cyrtosthacis rendra), Bunga Merak (Caesalpinia pulchirema), Bunga Kanna (Canna sp.), Pisang Hias (Heliconia sp.) serta Talas-talasan (Colocasia ordorata).

40

41

42 109 Kemudian untuk ground cover tanaman yang digunakan seperti Bakung (Crinum asiaticum) dan Pandan (Pandanus amaryllifolius). Karakteristik penggunaan tanaman pada taman dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 10. Daftar Karakteristik Tanaman yang digunakan pada Taman No Nama Tanaman Penaung Penahan Erosi Fungsi Estetika Pembatas Identitas Pereduksi polusi Images 1 Areca catechu (Pinang) 2 Arundinaria pumila (Bambu Jepang) 3 Axonopus compressus (Rumput Paetan) 4 Barringtonia asiatica (Keben) 5 Baccaurea motleyana (Pohon Rambai) 6 Bauhinia purpurea (Bunga Kupu-kupu) 7 Canna sp. (Bunga Kana) 8 Carex morowii (Kucai) 9 Casuarina equistofollia (Cemara laut)

43 Cocos nucifera (Pohon Kelapa) 11 Colocasia ordorata (Talas-talasan) 12 Costus sp. (Pacing) 13 Crinum sp. (Bakung) 14 Cyrtostachis rendra (Palem merah) 15 Ficus lyrata (Biola cantik) 16 Heliconia sp (Pisang hias) 17 Gluta ringhas (Jingah) 18 Livistonia rotundifolia (Palem Sadeng) Ophiopogon sp (Kucai mini) Pandanus amaryllifolius (Pandan) 21 Pterocarpus indicus (Angsana) 22 Rhapis excelsa (Palem wregu)

44 Roystonia regia (Palem Raja) 24 Terminalia catappa (Pohon Ketapang) 25 Veitchia merilii (Palem putri) 26 Vetiveria zizanoides (Akar wangi) 27 Widelia biflora (Seruni rambat)

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V. ANALISIS DAN SINTESIS 41 V. ANALISIS DAN SINTESIS V.1. Analisis V.1.1. Kondisi Fisik V.1.1.1. Lokasi, Luas dan Batas Tapak Tapak berada di pusat kota dan merupakan bagian dari kawasan tepian Sungai Martapura dengan penggunaan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PLAZA

BAB VI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PLAZA 51 BAB VI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PLAZA 6.1 Sirkulasi Tapak. Sirkulasi yang ada adalah sirkulasi kendaraan bermotor, sepeda dan pejalan kaki di bagian luar tapak dan sirkulasi untuk pejalan kaki dan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang didasarkan oleh tema Extending Tradition khususnya yaitu dari

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 23 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Desain Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Pekerjaan yang Dikerjakan oleh Mahasiswa Magang pada Proyek Discovery Hotel

Lampiran 1. Daftar Pekerjaan yang Dikerjakan oleh Mahasiswa Magang pada Proyek Discovery Hotel LAMPIRAN 126 127 Lampiran 1. Daftar Pekerjaan yang Dikerjakan oleh Mahasiswa Magang pada Proyek Discovery Hotel No Judul Gambar Keterangan 1 Guard House Gambar 41 2 Desain pada Gazebo Gambar 54 3 Desain

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1 Site Plan Taman Terapi Berdasarkan konsep tata ruang yang dibuat, ruang pada tapak dibagi ke dalam dua ruang, yaitu ruang terapi dan ruang non terapi. Ruang terapi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BABV LAPORAN PERANCANGAN. D C o H, B. Gb.79 Zoning Site plan. Ruang tapak mempertahankan bentuk kontur yang dipadukan dengan

BABV LAPORAN PERANCANGAN. D C o H, B. Gb.79 Zoning Site plan. Ruang tapak mempertahankan bentuk kontur yang dipadukan dengan iro konsultan.'..isitektur i antar antan ogyakatta BABV LAPORAN PERANCANGAN 5.1 Site plan Tapak dibagi kedalam beberapa Zona bangunan, yaitu : a. Zona kantor b. Zona terapi c. Zona resto dan cafe d. Zona

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

6.1 Peruntukkan Kawasan

6.1 Peruntukkan Kawasan 6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP RANCANGAN BAB V KONSEP RANCANGAN 5.1 Ide Awal Pertimbangan awal saat hendak merancang proyek ini adalah : Bangunan ini mewadahi keegiatan/aktivitas anak yang bias merangsang sensorik dan motorik anak sehingga direpresentasikan

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

VIII. RANCANGAN TAPAK

VIII. RANCANGAN TAPAK VIII. RANCANGAN TAPAK Perancangan adalah tahapan terakhir dari proses studi penelitian ini. Perancangan merupakan pengembangan dari konsep dan perencanaan dari tahapan sebelumnya. Perancangan pada tapak

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1)  ; (2)  (3) 48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 RENCANA TAPAK Pencapaian melalui tapak melalui jalan R. E. Martadinata dapat diakses oleh pejalan kaki, kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi. Jalan dengan lebar 8 m ini, dapat

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Kegiatan Penerima Ruang Kapasitas Indoor & tertutup (m 2 terbuka (m 2 ) ) Plaza 800 org

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan BAB V KESIMPULAN Dari hasil analisis, peneliti menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana kondisi sistem setting dan livabilitas di ruang terbuka publik di Lapangan Puputan dan bagaimana bentuk persepsi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku BAB V KONSEP DASAR 5.1 Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion Park ini mencangkup tiga aspek yaitu: Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku Kriteria dalam behaviour

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini adalah Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. KEL. KEGIATAN FASILITAS KONSEP PERANCANGAN Wisata Bahari Dermaga

BAB V KONSEP PERANCANGAN. KEL. KEGIATAN FASILITAS KONSEP PERANCANGAN Wisata Bahari Dermaga BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. ZONING. KEL. KEGIATAN FASILITAS KONSEP PERANCANGAN Wisata Bahari Dermaga Letaknya harus dekat dengan perairan. Restaurant terapung ini akan Restaurant Terapung Club bahari

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BB V HSL CG 5.1 KOSEP PK 5.1.1 Pengelompokan Fungsi Penerapan konsep tapak dalam rancangan yaitu terlihat jelas dari pemisahan tiap blok massa bangunan maupun ruang luar berdasarkan hirarki fungsi ruang

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Sub Ruang Fungsi Aktivitas Fasiltas Luas (m 2 ) Membeli tiket Memperoleh informasi

PERENCANAAN LANSKAP. Sub Ruang Fungsi Aktivitas Fasiltas Luas (m 2 ) Membeli tiket Memperoleh informasi 72 PERENCANAAN LANSKAP Perencananaan lanskap merupakan pengembangan dari konsep menjadi rencana di dalam tapak. Pada tahap ini, konsep yang telah ditetapkan kemudian dikembangkan dalam bentuk perencanaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

BAB VI DESAIN PERANCANGAN BAB VI DESAIN PERANCANGAN 6.1 Identitas Proyek Desain perancangan Redesain Saung Angklung Udjo merupakan aset bagi wilayah kota Bandung pada umumnya dan khususnya bagi pemilik Objek wisata Saung Angklung

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Pusat Perawatan Kecantikan dan Kebugaran Wanita di Bali ini menerapkan sebuah konsep yang terinspirasi dari metafora kombinasi wanita Bali dari cara berpakaian dan perilakunya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar mengacu kepada tema yang telah diusung yaitu Ekspos Arsitektur untuk Rakyat, dalam tema ini arsitektur haruslah beradaptasi dengan

Lebih terperinci

Bab IV. Konsep Perancangan

Bab IV. Konsep Perancangan Bab IV. Konsep Perancangan 4. 1 Kosep Dasar Konsep dasar perancangan perpustakaan ini adalah bangunan yang memperhatikan kenyamanan penggunanya serta mencerminkan fungsinya baik sebagai bangunan perpustakaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam Konsep Perancangan Concert Hall ini, Dengan Tema Arsitektur Simbolik Maka Masa bangunan harus sesuai dengan Tema yang diambil dan menjadi suatu

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN.

BAB VI HASIL RANCANGAN. BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep yang digunakan dalam perancangan museum olah raga ini adalah Metafora dari Gerakan Shalat, dimana konsep ini merupakan hasil penggabungan antara: Nilai gerakan shalat, yaitu:

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya 87 PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik mengaplikasikan konsep metafora gelombang yang dicapai dengan cara mengambil karakteristik dari gelombang

Lebih terperinci

BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL

BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL 68 BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL 7.1 Tema Desain Desain merupakan tahap setelah perencanaan yang menghasilkan gambar lebih detil. Desain taman vertikal di kluster Pine Forest, Sentul City merupakan implementasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 4.1. Deskripsi Lokasi Perumahan Taman Nirwana terletak di pinggir kota Klaten. Untuk mencapai lokasi dapat dilalui dengan kendaraan bermotor sedang,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar Perancangan Pusat Pemasaran Mebel di Kota Pasuruan ini adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian konsep perancangan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan lanskap di desa Gedongjetis adalah menjadikan kawasan sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata utamanya kebun rambutan,

Lebih terperinci

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Tapak. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

Pokok Bahasan Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Tapak. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Pokok Bahasan Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Tapak Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Instructional Designer Rehulina Apriyanti, ST., MT. Lia Rosmala S., ST., MT. Multimedia

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN ELEMEN STREET FURNITURE Penggal Jalan Puad Ahmad Yani - Bundaran Kalibanteng Semarang

KAJIAN PENATAAN ELEMEN STREET FURNITURE Penggal Jalan Puad Ahmad Yani - Bundaran Kalibanteng Semarang KAJIAN PENATAAN ELEMEN STREET FURNITURE Hermin Werdiningsih ABSTRAKSI Semarang adalah Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah, yang juga merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Sebagai kota besar, keberadaan

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT

KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT LAMPIRAN 120 121 Lampiran 1. Form Kiusioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT Studi ini bertujuan untuk membuat perencanaan lanskap

Lebih terperinci

Konsep Penataan Massa

Konsep Penataan Massa 5.2.1. Konsep Penataan Massa Pembagian Zona dan perletakan massa Vegetasi dan dinding masif berfungsi untuk menghalangi kebisingan dari jalan raya. Mebatasi antara rumah warga dan komplek pesantren Memberikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN COVER HALAMAN PENGESAHAN...

DAFTAR ISI HALAMAN COVER HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN COVER HALAMAN PENGESAHAN... ii CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xviii ABSTRAK... xix BAB

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN VI.1. KESIMPULAN Kegiatan pasar minggu pagi di kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada diminati oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas sebagai sarana relaksasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sentra industri batu marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum dalam Three Dimension Sustainability:

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Sekolah Islam Terpadu memiliki image tersendiri didalam perkembangan pendidikan di Indonesia, yang bertujuan memberikan sebuah pembelajaran

Lebih terperinci