PENGARUH UPAH MINIMUM TERHADAP TRANSISI INDIVIDU DALAM PASAR KERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH UPAH MINIMUM TERHADAP TRANSISI INDIVIDU DALAM PASAR KERJA"

Transkripsi

1 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) Volume 17, No. 1, Januari - Juni (Semester I) 2017, Halaman 1-xx PENGARUH UPAH MINIMUM TERHADAP TRANSISI INDIVIDU DALAM PASAR KERJA Beni Teguh Gunawan (beni.teguhg@gmail.com) Ardhian Kurniawati (dheant85@gmail.com) Informasi Artikel Riwayat Artikel Diterima tanggal 09September 2016 Direvisi tanggal 12 Februari 2017 Disetujui tanggal 13 April 2017 Klasifikasi JEL M31 Kata Kunci Upah minimum; Pasar kerja; Transisi DOI /jrem ID ABSTRACT The increase of minimum wage is usually associated with the phenomenon in the labor market, the decision to enter the labor market, the possibility of the labor force to get job, and being laid off as a result of the increase in the minimum wage. This paper tries to see the impact of minimum wage increases in the Greater Jakarta area at the highest annual rate of increase in 2013 and the lowest in The empirical analysis using Sakernas micro data at the time of a high minimum wage increases in 2013, which reached an average of % increase an individual probability to get into the labor market, lowering the probability of a person tow or kandin crease the risk of lay offs. Otherwise the results shown in the current regime of low minimum wage in creasein 2015, which lowered the interest a person enters the labor market, and increase the possibility of work. The same result from both regimes is the increasing of layoff risk risk. ABSTRAKSI Kenaikan upah minimum selalu menarik untuk dihubungkan dengan fenomena dalam pasar kerja, keputusan untuk masuk pasar kerja, kemungkinan angkatan kerja memperoleh pekerjaan hingga kemungkinan pekerja untuk diberhentikan dari pekerjaan sebagai akibat kenaikan upah minimum. Paper ini berusaha melihat dampak kenaikan upah minimum di wilayah Jabodetabek pada tingkat kenaikan tertinggi pada tahun 2013 dan terendah pada tahun Analisi sempiris menggunakan data mikro Sakernas diperoleh bahwa pada saat kenaikan upah minimum yang tinggi pada tahun 2013 yang mencapai rata-rata 48,10% meningkatkan kemungkinan seseorang untuk masuk ke dalam pasar kerja, menurunkan kemungkinan seseorang untuk bekerja dan meningkatkan risiko PHK. Hasil sebaliknya ditunjukkan pada saat rezim kenaikan upah minimum rendah pada tahun 2015, yang menurunkan minat seseorang masuk pasar kerja, dan meningkatkan kemungkinan bekerja. Satusatunya yang sama pada kedua rezim adalah risiko PHK yang tetap meningkat. 101

2 Beni Teguh Gunawan, Ardhian Kurniawati. : Pengaruh Upah Minimum Terhadap Transisi PENDAHULUAN Kenaikan upah minimum seringkali dihubungkan dengan penyerapan tenaga kerja. Teori ekonomi neoklasik dalam pasar persaingan sempurna menyebutkan bahwa kenaikan upah akan meningkatkan penawaran tenaga kerja, sebaliknya juga menurunkan permintaan tenaga kerja pada sisi perusahaan yang berakibat pada semakin tingginya pengangguran (Blanchard,2012). Menurut Rebitzer dan Taylor(1995) dalamhohbergdan Lay (2015), jika diurai lebih eksplisit, pertambahan upah minimum dapat menambah lapangan kerja disatu sis iatau menyebabkan pemutusan hubungan kerja(phk) disisi lain tergantung pada marginal producto flabor (MPL), jika MPL dianggap lebih tinggi daripada pertambahan upah minimum, umumnya tidak menyebabkan PHK. Kemungkinan yang kedua dengan adanya PHK akan mengurangi tenaga kerja dalam pasar kerja, sehingga pengangguran akan meningkat. Di Indonesia sendiri penelitian sejenis berusaha melihat baik dari sisi permintaan perusahaan maupun dari sisi penawaran tenaga kerja, hasilnya cenderung berbeda antara studi kasus di daerah tertentu maupun jenis industri yang dianalisis sehingga masih menimbulkan perdebatan. Upah minimum seharusnya hanya diperuntukkan bagi tenaga kerja dengan tingkatan terendah, baik tingkat pendidikan maupun pengalaman. Menurut Gianie (2009), upah minimum memberikan pengaruh yang nyata terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah di sektor industri dan perdagangan. Namun, pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah tersebut tidaklah sama atau seragam. Di sektor industri, upah minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan rendah di perkotaan. Sedangkan di sektor perdagangan, upah minimum berpengaruh positif dan juga signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan rendah. Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2015 juga menegaskan bahwa upah minimum diperuntukkan bagi pekerja lajang untuk dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan 1 (satu) bulan. Tujuan dari pemberlakuan upah minimum di negara berkembang adalah untuk melindungi pekerja dari upah rendah dalam rangka untuk memperoleh standar hidup yang layak. Selain sebagai jaring pengaman, upah minimum juga diharapkan dapat memacu produktivitas seorang tenaga kerja (Suprapti,2003). Sebagian besar penelitian tentang pengaruh upah minimum terhadap tenaga kerja sebelumnya lebih banyak menggunakan data agregat dengan fokus pada penyerapan tenaga kerja. Dalam paper ini akan berusaha melihat pengaruh upah minimum terhadap transisi dalam pasar kerja pada tingkatan individu, bagaimana probabilitas seseorang untuk masuk dan keluar dalam pasar kerja. Pengaruh yang dilihat adalah tingkatan individu di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Wilayah Jabodetabek dipilih sebagai daerah sampel karena menurut data Survei Industri yang dilakukan oleh BPS, sebagian besar industri manufaktur di Indonesia terkonsentrasi di wilayah ini, dan 82% pekerja sektor formal berada di daerah sekitar Jakarta (Alatas dan Cameron, 2008). Untuk melihat dampak yang berbeda, akan digunakan dua periode upah minimum dengan kenaikan tertinggi dan terendah antara tahun Kenaikan tertinggi upah minimum terjadi pada tahun 2013 sebesar 48,10% dan terendah pada tahun 2015 sebesar 13,62%. Data mikro yang digunakan adalah Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Agustus untuk tahun 2013 dan 2015 untuk mengetahui dampaknya dalam tahun tersebut. Analisis empiris yang digunakan adalah regresi logit untuk mengetahui transisi masing- masing individu ke dalam pasar kerja dengan kondisi upah minimum yang berlaku. 102

3 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) Volume 17, No. 1, Januari - Juni (Semester I) 2017, Halaman 1-xx Ruang lingkup penelitian ini adalah individu yang bekerja di kabupaten/kota yang sama dengan daerah tempat tinggalnya, sehingga hasil dalam analisis empiris adalah probabilitas seseorang dalam transisi pasar kerja. Ruang lingkup kedua yang digunakan adalah seluruh pekerja yang akan dianalisis merupakan pekerja pada sektor formal, hal ini mengacu pada penelitian Manning dan Bird (2003) yang menemukan bahwa upah minimum di Indonesia hanya dirasakan oleh pekerja formal. 2. KERANGKA TEORI Menurut Killingsworth (2008), komponen yang menjadi pertimbangan seseorang untuk masuk atau tidaknya ke dalam pasar kerja dalam teori money cost, komponen yang menentukan seseorang untuk memutuskan masuk atau tidak ke dalam pasar kerja adalah leisure time L, tingkat konsumsi C, upah W, tingkat harga P, jam kerja T, dan non labor income N. Kombinasi C dan L akan memberikan kepuasan sebesar U, dengan fungsi = (C, L), dengan slope indifference curve (IC) adalah yang menunjukkan seseorang menginginkan kombinasi yang lebih daripada yang kurang, atau dengan kata lain IC bersifat konveks. Konstrain yang dihadapi dalam maksimisasi U adalah adanya budget line (BL). Dalam Grafik 2 diasumsikan individu menemukan bahwa keputusan untuk bekerja lebih baik daripada tidak bekerja ketika titik ekuilibrium berada di Q1 pada tingkat kepuasan u2, selama biaya akomodasi saat bekerja adalah n n, dimana n=n/p. Individu yang tidak bekerja akan berada pada BLn f3 yang merupakan reservation wage padatingkat kepuasan u1, dimana f=(w+n)/p. Kenaikan P akan berdampak pada turunnya n ke tingkat n yang memaksa seseorang untuk mempertahankan kepuasannya di u1 dengan konsekuensi L akan semakin mendekati 0. Grafik 2. Pengaruh Money Cost Terhadap Penawaran Tenaga Kerja Pada tingkat reservation wage tertentu keputusan individu untuk bekerja atau tidak sama kuat. Kondisi yang menggambarkan pasar kerja pada saat seseorang memutuskan untuk menjadi angkatan kerja akan menciptakan perubahan dalam pasar kerja yang membuat pasar kerja melakukan penyesuaian untuk memperoleh keseimbangan umum yang baru. Keseimbangan umum baru yang tercipta adalah bentuk gabungan keseimbangan dari sisi penawaran dan permintaan. Brochu dan Green (2013) memfokuskan pada analisis dampak upah minimum terhadap transisi pasar kerja dengan pendekatan permintaan menggunakan model Mortensen-Pissarides yang menggunakan pendekatan teori dari sisi permintaan. Menurut asumsi neoklasikal, standar yang menggunakan asumsi pasar tenaga kerja yang homogen, kompetitif, dan lingkup pengaturan upah minimum yang berlaku menyeluruh pada semua kelompok pekerja (complete coverage). Jika upah minimum ditetapkan di atas nilai upah rata-rata pasar (above the market clearing wage), dampaknya akan mengurangi jumlah permintaan terhadap 103

4 Beni Teguh Gunawan, Ardhian Kurniawati. : Pengaruh Upah Minimum Terhadap Transisi... tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan dan pada akhirnya akan menurunkan jumlah tenaga kerja (Blanchard, 2012). Jika diurai lebih eksplisit, pertambahan upah minimum dapat menambah lapangan kerja di satu sisi atau menyebabkan pemutusan hubungan kerja(phk) disisi lain tergantung pada +marginal product of labor (MPL), jika MPL dianggap lebih tinggi daripada pertambahan upah minimum, umumnya tidak menyebabkan PHK. Kemungkinan yang kedua dengan adanya PHK akan mengurangi tenaga kerja dalam pasar kerja, sehingga pengangguran akan meningkat. Menurut Card dan Krueger (1995) dalam Gianie (2009), perusahaan yang memiliki kekuasaan monopsoni, dengan diterapkannya upah minimum di atas upah yang dibayarkan pada saat itu, menyebabkan perusahaan dapat meningkatkan profitnya dengan mempekerjakan tenaga kerja lebih banyak ketimbang sebaliknya mengurangi tenaga kerja. Pengertian perusahaan monopsoni adalah perusahaan yang merupakan pembeli tunggal dari input-input yang disediakan. Perusahaan monopsoni menghadapi kurva penawaran tenaga kerja yang upward sloping. Artinya, untuk menambah jumlah tenaga kerja, perusahaan monopsoni harus meningkatkan upah. Sehingga dikatakan perusahaan monopsoni memiliki kemampuan menentukan tingkat penyerapan tenaga kerja dan upah secara sekaligus. Kondisi ini berbeda dengan perusahaan kompetitif yang menghadapi kurva penawaran tenaga kerja yang horizontal. Artinya, perusahaan kompetitif tidak bisa menentukan upah. Ia hanya bisa menambah jumlah tenaga kerja berdasarkan tingkat upah tertentu. Pada perusahaan monopsoni, tingkat upah biasanya berada di bawah tingkat upah pasar (ketika marginal cost sama dengan marginal revenue). Sehingga perusahaan monopsoni cenderung melakukan eksploitasi pekerja. Penetapan upah minimum pada pasar monopsoni dapat meningkatkan baik upah maupun tenaga kerja. Menurut Portugal and Cardoso (2006) dan Dube et al. (2012), jika upah minimum berlaku di pasar, perusahaan yang membayar upah lebih rendah daripada upah pasar mungkin akan mendapatkan keuntungan yang besar pada suatu ketika, namun secara keseluruhan keuntungan mereka akan menurun karena para pekerja akan lebih memilih untuk berpindah ke pekerjaan yang memberikan upah lebih tinggi dan berhenti dari perusahaan, hal demikian akan meninggalkan jabatan yang kosong dan lebih merugikan bagi perusahaan. Oleh karena itu, melihat kemungkinan bekerja di sisi penawaran juga tetap harus melihat kondisi dari sisi permintaan agar tercapai keseimbangan dalam pasar kerja. Analisis dalam studi ini menggunakan pendekatan teori pengangguran yang menggunakan model Mortensen-Pissarides. Model Mortensen-Pissarides menjelaskan heterogenitas pekerja dan perusahaan serta proses matching. Proses matching menunjukkan kesepakatan antara perusahaan untuk mempekerjakan pekerja dan pihak pekerja untuk membantu perusahaan dalam memaksimumkan profit. Upah minimum merupakan komponen dalam proses matching. Asumsikan dalam suatu pasar kerja terdapat sejumlah pencari kerja Un dengan jumlah lowongan yang tersedia sebanyak V. Persamaan1-Un menunjukkan jumlah orang yang bekerja, dan penambahan lowongan sebanyak V menjadi 1 - Un + V merupakan jumlah lowongan yang menunggu pencari kerja untuk diisi. Dengan demikian peluang setiap pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan adalah sebesar p, jumlah lowongan yang telah mengontak pencari kerja sebesar q. Nilai p dan q berada antara 0 dan1. Jika θ adalah rasio antara pencari kerja dan lowongan, maka θ merupakan bilangan kontinyu, sehingga p dan q dapat didifferensialkan terhadap θ, atau dengan kata lain dan, dengan θ memiliki nilai absolut kurang dari 1 (Pissarides, 1985). 104

5 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) Volume 17, No. 1, Januari - Juni (Semester I) 2017, Halaman 1-xx Profit yang dihasilkan dari sebuah lowongan pekerjaan dengan produktivitas y ditunjukkan oleh y - w (y), dimana w(y) adalah tingkat upah. Upah dipilih oleh perusahaan dan pekerja setelah mereka bertemu dan melakukan tawar menawar upah. Menurut Romer (2012), pencari kerja memiliki probabilitas untuk mendapatkan pekerjaan mengikuti fungsi:...(1) demikian pula perusahaan memiliki fungsi untuk pemenuhan lowongan pekerjaannya sebagai berikut:...(2) Kemudian asumsikan model yang sebuah perusahaan yang mempekerjakan hanya satu pekerja. Pekerja dan perusahaan yang telah dipertemukan dalam sebuah proses kesepakatan belum saling mengetahui kemampuan sebenarnya dari masing-masing pihak. Asumsikan produktivitas pekerja sebesar x yang merupakan variabel acak yang diasosiasikan dengan fungsi distribusi F berada pada range, pekerja baru ini akan melalui masa percobaan selama beberapa lama dan dibayar dengan upah minimum m (Brochu et al,2013). Pissarides (2000) menunjukkan bahwa perusahaan memiliki standar produktivitas yang diperoleh secara endogen, misalnya R. Jika x>r maka hubungan perusahaan dan pekerja akan tetap berlanjut, dan pekerja akan memiliki nilai tawar yang lebih tinggi. Profit perusahaan dan upah pekerja memenuhi fungsi w(x), dan w(xm)=m, dimana m adalah upah minimum. Nilai x yang berada antara R dan xm hubungan kerja berlanjut tetapi upah pekerja berada pada upah minimum. Gambaran tersebut adalah pada tenaga kerja yang tidak berpengalaman, dimana perusahaan akan mempekerjakan atau tidak (dengan risiko perusahaan mempekerjakan tanpa mengetahui produktivitas sebenarnya karena tingginya imperfect information) atau memilih untuk memberhentikannya pada saat produktivitas sebenarnya diketahui. Biaya strategi kedua akan meningkat karena pekerja dibayar pada tingkat upah minimum selama masa percobaan. Dengan demikian, ketika upah minimum meningkat perusahaan akan menyeleksi lebih teliti untuk mengurangi tingginya biaya pada saat perekrutan baru maupun pemberhentian pekerja. Penelitian mengenai transisi individu ketika masuk ke dalam pasar kerja dan akhirnya terserap ke dalam lapangan kerja akibat pengaruh upah minimum belum pernah dilakukan sebelumnya. Campoleti (2011) dan Shimer (2012) melakukan penelitian untuk melihat kemungkinan seseorang dari bekerja menjadi tidak bekerja dan dari tidak bekerja menjadi bekerja menemukan bahwa kemungkinan seseorang untuk menemukan pekerjaan cenderung siklis atau periodenya tetap, sedangkan kemungkinan seseorang untuk keluar dari pekerjaan cenderung tidak menentu waktunya. Pissarides (1985) dan Pissarides (2000) melakukan pendekatan teori untuk melihat tingkat keseimbangan antara sisi penawaran dan permintaan tenaga kerja melalui jumlah pencari kerja, lowongan yang tersedia dan negosiasi upah. Brochu dan Green (2013) menggunakan pendekatan Pissarides (1985) untuk melihat lebih komprehensif dengan menyertakan pengaruh upah minimum terhadap transisi dalam pasar kerja menggunakan data individu FLS Kanada tahun , penelitian tersebut menemukan bahwa pada masa rezim kenaikan upah minimum tinggi pekerjaan lebih stabil akan tetapi lebih sulit untuk diperoleh. Penelitian untuk melihat transisi dalam pasar kerja terutama untuk angkatan kerja baru belum pernah dilakukan sebelumnya dengan melihat sisi keputusan seseorang untuk masuk ke dalam pasar kerja. 105

6 Beni Teguh Gunawan, Ardhian Kurniawati. : Pengaruh Upah Minimum Terhadap Transisi... Kondisi Upah Minimum di Indonesia Peraturan upah minimum adalah sebuah sistem pengupahan yang telah digunakan di berbagai negara yang dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum dimaksudkan untuk melindungi pekerja agar upah yang diperoleh cukup untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Kedua, upah minimum dimaksudkan untuk melindungi perusahaan untuk menjaga produktivitas pekerja. Upah minimum pertama di Indonesia sudah diperkenalkan pada tahun 1956, diikuti dengan pembentukan dewan pengupahan nasional pada tahun1969 dan undang-undang upah minimum diterapkan pada awal tahun1970 (Saget,2008). Namun, hingga akhir 1980-an, upah minimum hanya menjadi sebuah simbol yang tidak mengikat atau ditegakkan (Pratomo, 2012). Dibawah tekanan dari kelompok- kelompok domestik dan internasional terhadap pemberlakuan upah dan standar tenaga kerja yang rendah, akhirnya pemerintah Indonesia menerapkan undang-undang upah minimum baru pada tahun 1989 yang menyatakan bahwa upah minimum harus didasarkan pada kebutuhan minimum fisik, biaya hidup, dan kondisi pasar tenaga kerja(rama,2001). Pada tahun 2001, sejalan dengan kebijakan desentralisasi, tanggung jawab untuk penetapan upah minimum diberikan kepada pemerintah provinsi. Artinya, komisi upah kabupaten/kota menghitung kebutuhan hidup setiap tahun berdasarkan data survei tahunan dan mempersiapkan rekomendasi untuk upah minimum kabupaten/kota (Widarti, 2006). Berdasarkan rekomendasi tingkat kabupaten ini, gubernur dan dewan upah provinsi menguraikan rekomendasi untuk (Hohberg&Lay,2015) upah minimum provinsi sebelum gubernur mengumumkan tingkat akhir. Upah minimum secara hukum berlaku untuk semua pekerja/buruh (setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain). Akan tetapi, pada prakteknya, penerapan upah minimum di Indonesia hanya berlaku untuk pekerja formal, dimana upah minimum berdampak terhadap upah sektor informal dan berhubungan negatif terhadap tenaga kerja sektor formal (Bird & Manning, 2003). Ini adalah fakta bahwa studi kasus untuk efek upah minimum dinegara berkembang khususnya di Indonesia hanya berlaku untuk sektor formal. Ada variasi yang cukup tinggi dari waktu ke waktu upah minimum setiap tahun ditetapkan. Akhirnya, upah minimum Indonesia dianggap cukup tinggi untuk mempengaruhi dampak yang signifikan padapasar tenagakerja. 3. METODE PENELITIAN Dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data upah minimum dan data mikro ketenagakerjaan. Data upah minimum yang digunakan adalah tingkatan kabupaten/kota di wilayah Jabodetabek yang bersumber dari BPS maupun dinas yang membidangi ketenagakerjaan. Alasan pemilihan wilayah Jabodetabek karena 82% pekerja sektor formal berada di daerah sekitar Jakarta (Alatas dan Cameron, 2008). Manning dan Bird (2003) dalam Karyati (2012) menyebutkan bahwa pekerja sektor formal merupakan kelompok pekerja yang menikmati kebijakan upah minimum. Pengaruh yang akan dilihat adalah pada tahun saat upah minimum mengalami kenaikan terendah dan tertinggi antara tahun Tahun awal 2011 karena Kota Tangerang Selatan untuk pertama kalinya menetapkan upah minimum pada tahun tersebut. Rata-rata kenaikan tertinggi di Jabodetabek terdapat pada tahun 2013 sebesar 48,10% dan terendah pada tahun 2015 sebesar 13,62%. Hal ini dimaksudkan agar antara kedua kejadian tersebut dapat dibandingkan bagaimana perilaku sampel dan analisis empiris yang diperoleh. Data yang digunakan dalam analisis empiris selain upah minimum kabupaten/ kota di Jabodetabek adalah Survei Angkatan 106

7 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) Volume 17, No. 1, Januari - Juni (Semester I) 2017, Halaman 1-xx Kerja Nasional (Sakernas) BPS periode Agustus tahun 2013 dan Data Sakernas digunakan karena untuk saat ini data survei yang paling komprehensif dan dapat diperoleh setiap tahun. Komponen dalam transisi pasar tenaga kerja adalah keluar masuknya individu dalam angkatan kerja dan bagaimana perilaku individu tersebut dalam pasar kerja. Individu dikatakan sebagai angkatan kerja jika sedang mencari pekerjaan atau disebut pengangguran dan yang individu bekerja. Pada tahap awal data akan diseleksi untuk usia15-65 tahun diluar pelajar, dan ibu rumah tangga yang termasuk usia produktif bukan angkatan kerja. Variabel dependen pertama adalah keputusan seseorang untuk terjun ke dalam angkatan kerja. Dalam variabel ini, individu yang memutuskan untuk masuk ke dalam angkatan kerja diberi kode 1 adalah seseorang yang bukan kelompok angkatan kerja saat periode t dan masuk ke dalam angkatan kerja pada periode t+1. Dari data Sakernas, kode1 diberikan jika seseorang menyatakan mencari kerja selama 8 bulan terakhir dan belum bekerja atau seseorang yang bekerja selama kurang dari 8 bulan terakhir dengan masa pencarian kerja kurang dari 1 bulan. Asumsi penggunaan 8 bulan adalah karena data Sakernas yang digunakan adalah periode Agustus, sehingga pada masa kerja 8 bulan dianggap telah terdampak upah minimum tahun berjalan. Kode 0 diberikan untuk semua individu yang memutuskan untuk tidak masuk kedalam angkatan kerja.variabel dependen kedua adalah pencari kerja pada waktu t yang mulai bekerja pada t+1, periode t+1diperoleh dari individu yang baru bekerja kurang dari 8 bulan yang selanjutnya akan diberi kode 1 dan 0 jika pencari kerja yang tidak berhasil memperoleh pekerjaan yang tepat. Variabel dependen ketiga adalah pekerja yang bekerja pada periode t dan tidak bekerja pada saat t+1 karena pemutusan hubungan kerja (PHK). Kode1 untuk seseorang yang tetap bekerja baik saat t maupun t+1 dan kode 0 untuk perubahan status. Analisis empiris yang digunakan adalah regresi probit untuk melihat perbandingan peluang masing-masing variabel dependen untuk mengetahui pengaruh upah minimum terhadap transisi pasar kerja secara komprehensif, baik pada saat kenaikan upah minimum yang tinggi mau pun rendah. Software yang digunakan untuk menganalisis adalah Stata13. Menurut Hohberg dan Lay (2015), selain upah minimum, variabel kontrol lain yang berpengaruh adalah jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan. Menurut Gianie (2009), pengelompokan pendidikan rendah dan tinggi adalah individu dengan riwayat pendidikan tidak pernah bersekolah hingga SMA dan sederajat menjadi kelompok pendidikan rendah serta perguruan tinggi yang meliputi diploma, sarjana dan pascasarjana ke dalam kelompok pendidikan tinggi. Formulasi model empiris yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah i α α α α α α i α 2 (3) Yit adalah variabel dependen untuk masing-masing kondisi. UMj adalah upah minimum yang berlaku di kabupaten/kota j dalam bentuk persen, yang menggambarkan kenaikan upah minimum dibandingkan periode sebelumnya. D1 adalah dummy pendidikan, bernilai 1 jika berpendidikan tinggi dan 0 jika selainnya. D2 adalah dummy jenis kelamin, bernilai 1 jika berjenis kelamin laki-laki dan 0 jika selainnya. D3 adalah dummy status perkawinan, bernilai 1 jika status perkawinan menikah atau cari dan 0 jikaselainnya. Interpretasi regresi probit berbeda dengan regresi OLS pada umumnya, pada regresi probit nilai koefisien regresi hanya menggambarkan hubungan positif atau negatif antar variabel bebas dan terikat. Interpretasi secara nilai absolut dilakukan melalui marginal effect untuk tiap-tiap titik tertentu. Sedangkan pada variabel dummy, 107

8 Beni Teguh Gunawan, Ardhian Kurniawati. : Pengaruh Upah Minimum Terhadap Transisi... nilai marginal effect merupakan perubahan pada saat nilai 0 ke 1 (Gujarati & Porter,2009) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis empiris memperlihatkan bahwa variabel pertama pada saat kenaikan upah minimum tinggi (tahun2013), pengaruh upah minimum positif dan signifikan (Tabel 2), dimana pada titik kenaikan upah minimum mulai 41,14% akan meningkatkan probabilitas seseorang untuk masuk sebagai angkatan kerja sebesar 0, menjadi sebesar0,7271,atau dengan kata lain sebanyak 72 hingga73 orang akan memutuskan untuk masuk sebagai angkatan kerja dengan kenaikan upah minimum dengan nilai tersebut. Hal yang berbeda ditunjukkan pada peluang seseorang untuk memperoleh pekerjaan pada rezim upah minimum ini, dimana pengaruh upah minimum terhadap peluang memperoleh pekerjaan negatif (Tabel3), yang berarti jika upah minimum naik lebih tinggi maka pencari kerja akan semakin sulit untuk memperoleh pekerjaan. Kemungkinan seseorang untuk memperoleh pekerjaan pada tingkat kenaikan upah minimum sebesar 42,46% atau lebih sebesar 0,716. Relatif masih tinggi, akan tetapi jika upah minimum terus naik probabilitas tersebut akan semakin turun. Kemungkinan untuk terjadi pemutusan hubungan kerja juga tinggi pada masa ini, dimana hubungan upah minimum dan kemungkinan seseorang untuk tetap bekerja negatif (Tabel 4), tetapi kemungkinan tersebut sangat kecil. Pada rezim kenaikan upah minimum rendah, tahun 2015, pergerakan upah minimum menjadi lebih tinggi tidak menarik seseorang untuk masuk kedalam pasar kerja, dimana hubungan keduanya negatif yang berarti bahwa upah minimum yang naik justru mengurangi keinginan seseorang untuk bekerja (Tabel 5). Demikian juga untuk variabel peluang kerja untuk memperoleh pekerjaan juga berbeda dengan pada saat rezimkenaikan upah tinggi. Tabel 6 menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum sebesar 13,1% meningkatkan kemungkinan pencari kerja untuk memperoleh pekerjaan sebesar 0,0032 menjadi 0,6881. Hal yang sama dengan tahun 2013 justru terjadi dengan variabel ketiga, yaitu kemungkinan seseorang untuk tidak mengalami PHK, dengan kenaikan upah minimum yang rendah maupun tinggi tidak membuat seseorang terhindar dariphk. Dengan membandingkan hasil pada saat kenaikan upah minimum tinggi dan rendah tersebut ada beberapa hal yang patut dicermati. Keputusan seseorang untuk masuk kedalam pasar kerja tergantung dengan upah riil pasar yang berlaku, non labor income, dan leisure time (Romer,2012). Pada tahun 2013, kemungkinan seseorang untuk masuk ke dalam pasar kerja lebih tinggi karena kenaikan upah minimum yang mencerminkan upah pasar lebih tinggi sehingga menaikkan upah riil dengan mempertimbangkan inflasi. Upah yang rendah akan membuat kemungkinan seseorang masuk ke dalam pasar kerja lebih rendah karena jika seseorang yang memutuskan untuk bekerja akan mengurangi leisure time yang tidak terkompensasi dengan upah yang diharapkan. Teori ekonomi neoklasikal pada pasar persaingan sempurna telah menjelaskan bahwa semakin tinggi kenaikan upah akan meningkatkan penawaran tenaga kerja dan menurunkanpermintaantenagakerjadisisilain. Titik equilibrium yang tidak tercapai pada fenomena ini akan memperbesar pengangguran. Hal ini terlihat juga pada analisis empiris, dimana kenaikan upah minimum yang tinggi (2013) justru berpengaruh negatif pada kemungkinan pencari kerja untuk terserap ke dalam dunia kerja, dibandingkan dengan rezim kenaikan upah yang lebih rendah pada tahun Sedangkan pada kemungkinan pekerja yang berisiko PHK akibat kenaikan upah minimum, pada dasarnya perusahaan akan berusaha melakukan proses produksi seefisien mungkin 108

9 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) Volume 17, No. 1, Januari - Juni (Semester I) 2017, Halaman 1-xx dengan memperoleh profit setinggi-tingginya dan menekan biaya produksi. Dalam kasus ini, kedua rezim kenaikan upah minimum berdampak sama salah satu penyebabnya kemungkinan adalah adanya perkembangan teknologi tahun 2015 dibandingkan tahun 2013, sehingga perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit, selain kemungkinan variabel-variabel lain yang belum dimasukkan ke dalam model empiris. 5. KESIMPULAN Analisis empiris menggunakan data mikro Sakernas diperoleh bahwa pada saat kenaikan upah minimum yang tinggi pada tahun 2013 yang mencapai rata-rata 48,10% meningkatkan kemungkinan seseorang untuk masuk ke dalam pasar kerja, menurunkan kemungkinan seseorang untuk bekerja dan meningkatkan risiko PHK. Hasil sebaliknya ditunjukkan pada saat rezim kenaikan upah minimum rendah pada tahun 2015, yang menurunkan minat seseorang masuk pasar kerja, dan meningkatkan kemungkinan bekerja. Satu-satunya yang sama pada kedua rezim adalah risiko PHK yang tetap meningkat. Referensi Alatas, V. & Cameron, L., The Impact of Minimum Wages on Employment in a Low-Income Country: A Quasi- Natural Experiment in Indonesia. Industrial Relations & Labor. Bird, K. & Manning, C., Impact of Minimum Wage Policy on Employment and Earnings in the Informal Sector: The Case of Indonesia. Manuscript, Australia National University, Australia. Blanchard, O., Macroeconomics. London: Pearson Prentice-Hall. Brochu, P. & Green, D. A., The Impact of Minimum Wages on Labour Market Transitions. The Economic Journal. Campolieti, M., The Ins and Outs of Unemployment in Canada, The Canadian Journal of Economics. Daouli, J., Demoussis, M., Giannakopoulos, N. & Lambropoulou, N., The Ins and Outs of Greek Unemployment in the Great Depression. MPRA Paper. Gianie, Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah Di Sektor Industri dan Perdagangan. Tesis UI (Not Published). Hohberg, M. & Lay, J., The Impact of Minimum Wages on Informal and Formal Labor Market Outcomes: Evidence From Indonesia. IZA Journal of Labor & Development. Karyati,L.,2012.ImpactofminimumwagepolicyonemploymentinJawaBaratProvince. Tesis UI (Not Published). Pissarides, C. A., Short-Run Equilibrium Dynamics of Unemployment, Vacancies, and Real Wages. The American Economic Review. Pissarides, C. A., Equilibrium Unemployment Theory, 2nd Edition. s.l.:mit Press. Portugal, P. & Cardoso, A. R., Disentangling the Minimum Wage Effect Puzzle: An 109

10 Beni Teguh Gunawan, Ardhian Kurniawati. : Pengaruh Upah Minimum Terhadap Transisi... Analysis of Worker Accessions and Seperations. Journal of the European Economic Association. Pratomo, D. S., Minimum Wage Effects Throughout the Wage Distribution: Evidence from Indonesia. Eur J Econ Admin Sci 2012, pp Rama, M., The Consequences of Doubling the Minimum Wage: The Case of Indonesia. Sage Publications, Inc.. Romer, D., Advanced Macroeconomics. New York: McGraw-Hill. Saget, C., Fixing Minimum Wage Levels in Developing Countries: Common Failures and Remedies. Int Labour Rev 147, pp Suprapti, R. A. E., Kebijakan Pemerintah Mengenai Penetapan Upah Minimum. UI (Not Published). Widarti, D., Role of Minimum Wage in Informal Wage Determination in Indonesia. Technical Report, International Labour Organization, Jakarta. 110

11 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) Volume 17, No. 1, Januari - Juni (Semester I) 2017, Halaman 1-xx Lampiran Tabel 1 Persentase kenaikan upah minimum di wilayah Jabodetabek Provinsi Tahun Jakarta 18,54 43,87 10,96 10,61 Kab. Bekasi 15,90 34,27 22,25 16,04 Kota Bekasi 11,55 47,65 16,28 20,97 Kota Depok 14,57 43,32 17,38 12,85 Kab Bogor 8,30 60,87 9,81 15,51 Kota Bogor 8,81 70,50 17,50 13,00 Kab Tangerang 18,83 44,07 11,00 10,97 Kota Tangerang 18,37 44,27 10,95 11,69 Kota Tangerang Selatan 18,37 44,07 11,00 10,97 Rata-rata 14,81 48,10 14,13 13,62 Tabel 2 Analisis Empiris Upah Minimum 2013 terhadap Variabel Dependen Pertama Variabel Koefisien p value dy/dx* UM13 0, ,000 0, ,14 D1-0, ,000-0, ,191 D2-0, ,000-0, ,588 D3-0, ,000-0, ,353 age -0, ,000-0, ,819 agesq 0, ,000 0, ,095 _cons 3, ,000 n.a n.a *) Marginal effects setelah probit P(Y=1) = 0, X 111

12 Beni Teguh Gunawan, Ardhian Kurniawati. : Pengaruh Upah Minimum Terhadap Transisi... Tabel 3 Analisis Empiris Upah Minimum 2013 terhadap Variabel Dependen Kedua Variabel Koefisien p value dy/dx* X UM13-0, , , ,46 D1 0, , , , D2-0, , ,1445 0, D3 0, , , , age -0, , , agesq 0, , , _cons 7, ,00000 n.a n.a *) Marginal effects setelah probit P(Y=1) = 0, Tabel 4 Analisis Empiris Upah Minimum 2013 terhadap Variabel Dependen Ketiga Variabel Koefisien p dy/dx* X value UM13-0, ,0000-3,92E-05 43,07 D1 0, ,0000 0, , D2-0, ,0000-0, , D3 0, ,0000 0, , age 0, ,0000 0, ,27 agesq -0,0004 0,0000-8,56E ,09 _cons 1, ,0000 n.a n.a *) Marginal effects setelah probit P(Y=1) = 0,

13 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) Volume 17, No. 1, Januari - Juni (Semester I) 2017, Halaman 1-xx Tabel 5 Analisis Empiris Upah Minimum 2015 terhadap Variabel Dependen Pertama Variabel Koefisien p dy/dx* X value UM15-0, ,0000-0, ,487 D1-0, ,0000-0, , D2-0, ,0000-0, , D3-0, ,0000-0, , age -0, ,0000-0, agesq 0, ,0000 0, ,13 _cons 4, ,0000 n.a n.a *) Marginal effects setelah probit P(Y=1) = 0, Tabel 6 Analisis Empiris Upah Minimum 2015 terhadap Variabel Dependen Kedua Variabel Koefisien p value dy/dx* X UM15 0, ,0000 0, ,104 D1-0, ,0000-0, , D2-0, ,0000-0, , D3-0, ,0000-0,1181 0, age -0, ,0000-0, agesq 0, ,0000 0, _cons 4, ,0000 n.a n.a *) Marginal effects setelah probit P(Y=1) = 0,

14 Beni Teguh Gunawan, Ardhian Kurniawati. : Pengaruh Upah Minimum Terhadap Transisi... Tabel 7 Analisis Empiris Upah Minimum 2015 terhadap Variabel Dependen Ketiga Variabel Koefisien p value dy/dx* X UM15-0,0327 0,0000-0, ,844 D1 0, ,0000 0, , D2-0, ,0000-0, , D3-0, ,7180-4,5E-05 0, age 0, ,0000 0, agesq -0, ,0000-1,1E ,41 _cons 1, ,0000 n.a n.a *) Marginal effects setelah probit P(Y=1) = 0,

ANALISIS PENGARUH UPAH DAN PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENCARI KERJA DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH UPAH DAN PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENCARI KERJA DI INDONESIA Journal JOURNAL Of Economic OF ECONOMIC Management MANAGEMENT & Business - Vol. 14, & No. BUSINESS 4, Oktober 2013 385 Volume 14, Nomor 4, Oktober 2013 ISSN: 1412 968X Hal. 385-390 ANALISIS PENGARUH UPAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. of The Republic of Indonesia. Jakarta, 1992, page 18. Universitas Indonesia. Pengaruh upah minimum..., Gianie, FE UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. of The Republic of Indonesia. Jakarta, 1992, page 18. Universitas Indonesia. Pengaruh upah minimum..., Gianie, FE UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap kali perekonomian suatu negara mengalami guncangan (shock), masyarakat langsung terkena imbasnya. Biasanya harga-harga kebutuhan pokok yang mencerminkan tingkat

Lebih terperinci

FENOMENA PENGANGGURAN TERDIDIK DI INDONESIA

FENOMENA PENGANGGURAN TERDIDIK DI INDONESIA FENOMENA PENGANGGURAN TERDIDIK DI INDONESIA Oleh : Devanto Shasta Pratomo E-mail : dede_gsu02@yahoo.com Universitas Brawijaya,Malang, Indonesia ABSTRACT The unemployment in Indonesia shows a relatively

Lebih terperinci

Pendidikan dan Partisipasi Angkatan Kerja Wanita di Indonesia: Analisis Terhadap Hipotesis Kurva-U. Devanto Shasta Pratomo* Universitas Brawijaya

Pendidikan dan Partisipasi Angkatan Kerja Wanita di Indonesia: Analisis Terhadap Hipotesis Kurva-U. Devanto Shasta Pratomo* Universitas Brawijaya Pendidikan dan Partisipasi Angkatan Kerja Wanita di Indonesia: Analisis Terhadap Hipotesis Kurva-U Devanto Shasta Pratomo* Universitas Brawijaya AbSTrAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat eksistensi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Alvi, Eskandar Job Security and Unemployment in an Efficiency-Wage Model. Journal of Labour Research, 19:

DAFTAR PUSTAKA. Alvi, Eskandar Job Security and Unemployment in an Efficiency-Wage Model. Journal of Labour Research, 19: DAFTAR PUSTAKA Alaniz, Enrique., Gindling, T.H., & Terrel, Katherine. 2011. The Impact of Minimum Wages on Wages, Work and Poverty in Nicragua. Labour Economics, 18:45-59 Alatas, Vivi., & Cameron, Lisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan melindungi kondisi ekonomi dari para pekerja berupah rendah (Gramlich,

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan melindungi kondisi ekonomi dari para pekerja berupah rendah (Gramlich, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan upah minimum adalah sebuah kebijakan institusional yang bertujuan melindungi kondisi ekonomi dari para pekerja berupah rendah (Gramlich, 1976; Card dan Krueger,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Danny Nur Febrianica 115020107111012 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat ( United Nations, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat ( United Nations, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat ( United Nations, 2015). Dipandang dari segi ketenagakerjaan,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga Kerja Menurut Sudarso (1991), tenaga kerja merupakan manusia yang dapat digunakan dalam proses produksi yang meliputi keadaan fisik jasmani, keahlian-keahlian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menyajikan kajian pustaka yang berkaitan dengan landasan teoretis mengenai upah minimum, kondisi upah minimum di Indonesia, gambaran deskriptif mengenai penyerapan

Lebih terperinci

ANALISIS PARTISIPASI KERJA PENDUDUK LANJUT USIA DI INDONESIA

ANALISIS PARTISIPASI KERJA PENDUDUK LANJUT USIA DI INDONESIA ANALISIS PARTISIPASI KERJA PENDUDUK LANJUT USIA DI INDONESIA JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Fathin Safirah Sumarsono 125020107111015 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA DAN TINJAUAN KRITIS TERHADAP KEBIJAKAN UPAH MINIMUM 1

SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA DAN TINJAUAN KRITIS TERHADAP KEBIJAKAN UPAH MINIMUM 1 SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA DAN TINJAUAN KRITIS TERHADAP KEBIJAKAN UPAH MINIMUM 1 Edy Priyono Direktur Eksekutif AKADEMIKA, Bekasi (akademika@dnet.net.id) 1. Pendahuluan Dapat dikatakan, bahwa hingga

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyerapan tenaga kerja menjadi salah satu elemen penting dalam tercapainya pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin besar jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting mengingat erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

KURVA PHILLIPS (PHILLIPS CURVE) 1

KURVA PHILLIPS (PHILLIPS CURVE) 1 1. Kurva Phillips Asli Atau Awal KURVA PHILLIPS (PHILLIPS CURVE) 1 Bahan 7 Phillips Curve Pada tahun 1958 A. W. Phillips, kemudian menjadi professor di London School of Economics, mempublikasikan hasil

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Definisi Swalayan Menurut Kotler dan Keller (2007), pasar swalayan adalah satu toko yang cukup besar yang menyediakan seluruh kebutuhan rumah tangga, barang-barang

Lebih terperinci

ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA T E S I S. Oleh BERLA KARO KARO /EP

ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA T E S I S. Oleh BERLA KARO KARO /EP ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA T E S I S Oleh BERLA KARO KARO 077018028/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 ANALISIS PASAR

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 23/05/31/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 5,77 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN PROVINSI MALUKU UTARA FEBRUARI 2016 ISBN : No. Publikasi : 82520.1609 Katalog BPS : 2302003.82 Ukuran Buku : B5 (17,6 x 25 cm) Jumlah Halaman : 27 Naskah : Bidang Statistik Sosial

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam studi ini, yang terdiri dari spesifikasi model, definisi operasional variabel, data dan sumber data, serta metode

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia

BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia Dalam situasi perburuhan yang sifat dan dinamikanya semakin kompleks, upah masih tetap menjadi persoalan utama di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 No. 34/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2017 mencapai 2.469.104 orang, bertambah 86.638 orang dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi pekerja atau buruh dituangkan dalam UU Nomor 13 tahun 2003. Undang- Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PENDUDUK BEKERJA BERDASARKAN SEKTOR PEKERJAAN DAN JAM KERJA MENGGUNAKAN REGRESI PROBIT BIVARIAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENDUDUK BEKERJA BERDASARKAN SEKTOR PEKERJAAN DAN JAM KERJA MENGGUNAKAN REGRESI PROBIT BIVARIAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENDUDUK BEKERJA BERDASARKAN SEKTOR PEKERJAAN DAN JAM KERJA MENGGUNAKAN REGRESI PROBIT BIVARIAT DI PROVINSI ACEH Rizal Rahmad 1, Toni Toharudin 2, Anna Chadijah 3 Prodi Master Statistika Terapan,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 01/05/18/Th.X, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,43 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Februari

Lebih terperinci

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar KABUPATEN WAROPEN TAHUN 2014 Oleh : Muhammad Fajar KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas perstatistikan di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 54/11/31/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 SEBESAR 7,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/03/Th. IV, 20 Maret 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Ulviani (2010) yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Output dan Tingkat Upah

Lebih terperinci

STRUKTUR UPAH [OPISSEN YUDISYUS ESDM ILMU EKONOMI]

STRUKTUR UPAH [OPISSEN YUDISYUS ESDM ILMU EKONOMI] STRUKTUR UPAH Ketimpangan upah mencerminkan dua "fundamental" dari pasar tenaga kerja. Pertama, terdapat perbedaan produktivitas di kalangan pekerja. Semakin besar perbedaan produktivitas, semakin merata

Lebih terperinci

INTERNASIONAL DEFFERENCES IN THE INCOME DISTRIBUTION

INTERNASIONAL DEFFERENCES IN THE INCOME DISTRIBUTION THE WAGE STRUCTURE The Supply and Demand for workers and skill determine the structure of wages in the economy the rewards for work and human capital invesments. Dispersion and inequality in the allocation

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016 No. 76/11/51/Th. X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Agustus 2016 mencapai 2.463.039 orang, bertambah sebanyak 80.573 orang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul Faktor faktor

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul Faktor faktor A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Penelitian yang dilakukan oleh Kholidah Azhar dan Zainal Arifin pada Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul Faktor

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015 No. 36/05/51/Th. IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2015 mencapai 2.458.784 orang, bertambah sebanyak 142.026 orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah

I. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk keterlibatan pemerintah dalam hubungan industrial adalah dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah minimum. Upah minimum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya pekerjaan yang harus dilakukan dimana ada unsur perintah, upah dan waktu. Hubungan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 30/05/12/Th. XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,41 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

Badan Pusat Statistik Jawa Barat dalam Angka Tahun Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat Badan Pusat Statistik Jawa Barat dalam Angka

Badan Pusat Statistik Jawa Barat dalam Angka Tahun Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat Badan Pusat Statistik Jawa Barat dalam Angka DAFTAR PUSTAKA Ajija, Shochrul R, et al. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Penerbit Salemba Empat Badan Pusat Statistik. 2007. dalam Angka Tahun 2006. Serang: BPS Provinsi Badan Pusat Statistik.

Lebih terperinci

ANALISIS TENTANG SETENGAH PENGANGGUR DI INDONESIA: ANTARA SUKARELA DAN KETERPAKSAAN

ANALISIS TENTANG SETENGAH PENGANGGUR DI INDONESIA: ANTARA SUKARELA DAN KETERPAKSAAN ANALISIS TENTANG SETENGAH PENGANGGUR DI INDONESIA: ANTARA SUKARELA DAN KETERPAKSAAN JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Cindy Sangri Kinanti 115020100111061 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016 No. 66/11/36/Th.X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2016 mencapai 5,6 juta orang, naik sekitar 253 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil, makmur yang merata, material dan spiritual berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya dan Studi empiris yang dibahas

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SILABUS

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SILABUS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SILABUS Mata Kuliah : Ekonomi SDM I Kode Mata Kuliah : EKP 50307 Stats Mata Kuliah : Wajib Bobot : 3 SKS Jenjang Studi : S2 Reguler

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 20/05/34/Th. XI, 15 Mei 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

PENGARUH INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) TERHADAP TINGKAT SUKU BUNGA RIIL DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAYLOR RULE

PENGARUH INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) TERHADAP TINGKAT SUKU BUNGA RIIL DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAYLOR RULE PENGARUH INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) TERHADAP TINGKAT SUKU BUNGA RIIL DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAYLOR RULE Oleh : Hendry Wijaya Staf Pengajar STIE Rahmaniyah Sekayu Email : hendrywijaya2001@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,18 persen Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.51/11/31/Th. XIV, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada mencapai 5,37 juta orang, bertambah 224,74 ribu

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015 No. 78/11/51/Th. IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Agustus 2015 mencapai 2.372.015 orang, bertambah sebanyak 55.257 orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA. Population and Worker

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA. Population and Worker PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Population and Worker POPULATION AND WORKER III PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN III POPULATION AND EMPLOYMENT III.1 PENDUDUK a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk

Lebih terperinci

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. penelitian sebelumnya yang dipakai sebagai acuan dalam penulisan laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Metode penelitian, menjelaskan mengenai metode penelitian yang

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR EKONOMI DAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP PELUANG PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PASAR KERJA KOTA PALU

ANALISIS FAKTOR EKONOMI DAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP PELUANG PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PASAR KERJA KOTA PALU ANALISIS FAKTOR EKONOMI DAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP PELUANG PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PASAR KERJA KOTA PALU Sarmiati sarmiati_rhm@yahoo.com (Mahasiswa Program Studi Magister Pembangunan Wilayah Pedesaan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN No. 17/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UPAH MINIMUM UNTUK PEREKONOMIAN YANG BERKEADILAN: TINJAUAN UUD 1945

KEBIJAKAN UPAH MINIMUM UNTUK PEREKONOMIAN YANG BERKEADILAN: TINJAUAN UUD 1945 KEBIJAKAN UPAH MINIMUM UNTUK PEREKONOMIAN YANG BERKEADILAN: TINJAUAN UUD 1945 Devanto Shasta Pratomo Putu Mahardika Adi Saputra Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya ABSTRACT The aim of this

Lebih terperinci

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SEKADAU No.06/11/6109/Th. II, 17 November 2016 KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 SEBESAR 2,97 PERSEN Persentase angkatan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 28/05/73/Th. X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016 Struktur ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Selatan berfluktuasi dari tahun ke tahun.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 71 /11/76/Th.IX, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,35 PERSEN Jumlah penduduk usia kerja di Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dari pergerakan Legal Realism dan berbagai reformis sosial. Grup terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. hukum dari pergerakan Legal Realism dan berbagai reformis sosial. Grup terakhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan upah minimum telah menuai pro dan kontra diantara para ekonom. Pro dan kontra ini disebabkan oleh perbedaan paradigma atau mazhab yang mereka anut. Dalam

Lebih terperinci

49 Analisis Pengaruh Suku Bunga terhadap Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Provinsi Jambi

49 Analisis Pengaruh Suku Bunga terhadap Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Provinsi Jambi ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA TERHADAP KREDIT USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH (BPD) DI PROVINSI JAMBI Isnain Effendi 1 STIE MUHAMMADIYAH JAMBI Monetary policy is one of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional memiliki hakekat mewujudkan masyarakat aman, damai dan sejahtera. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terus berupaya melakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan produksi maupun

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan produksi maupun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik 1. Pengertian Tenaga Kerja Berdasarkan BPS, pekerja atau tenaga kerja adalah semua orang yang biasanya berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro PENGANTAR EKONOMI MAKRO Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Pengertian Ekonomi Makro ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kota Malang. Pemilihan obyek penelitian di Kota Malang adalah dengan pertimbangan bahwa Kota Malang

Lebih terperinci

Perdagangan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Lapangan Kerja *

Perdagangan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Lapangan Kerja * Policy Brief Perdagangan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Lapangan Kerja * Oleh: Haryo Aswicahyono and Pratiwi Kartika Pendahuluan Meningkatnya perhatian terhadap pertumbuhan yang merata telah meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB ILMU EKONOMI 1.2. PENGERTIAN EKONOMI MIKRO

PENDAHULUAN BAB ILMU EKONOMI 1.2. PENGERTIAN EKONOMI MIKRO Teori Ekonomi Mikro PENDAHULUAN BAB 1 1.1 ILMU EKONOMI Secara umum ilmu ekonomi atau ekonomika dapat diartikan sebagai suatu ilmu tentang usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan adanya alat-alat

Lebih terperinci

Variabel, Masalah dan Kebijakan Ekonomi

Variabel, Masalah dan Kebijakan Ekonomi Variabel, Masalah dan Kebijakan Ekonomi Putri Irene Kanny Pokok bahasan pertemuan ke-2 Variabel ekonomi Masalah dasar ekonomi Tujuan dan kebijakan Ekonomi Bentuk-bentuk kebijakan makroekonomi Sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja terus berlanjut, yakni melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pekerja terus berlanjut, yakni melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah untuk memperbaiki sistem pengupahan buruh/ pekerja terus berlanjut, yakni melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

BPS PROVINSI DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 55/11/31/Th.XVI, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 53/11/TH XVI, 6 November 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 10,3 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI STATUS KERJA DI KABUPATEN DEMAK Kishartini 1, Diah Safitri 2, Dwi Ispriyanti 3

MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI STATUS KERJA DI KABUPATEN DEMAK Kishartini 1, Diah Safitri 2, Dwi Ispriyanti 3 ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 711-718 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2013

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 01/05/18/Th.IX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,54 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Februari

Lebih terperinci

Kuliah XII-1-Pasar Faktor Produksi: Tenaga Kerja

Kuliah XII-1-Pasar Faktor Produksi: Tenaga Kerja Kuliah XII-1-Pasar Faktor Produksi: Tenaga Kerja Rus an Nasrudin DIE-FEUI May 14, 2013 1 / 18 Konsep Derived Demand Bagaimana jika kita ubah asumsi Penawaran Keseimbangan 2 / 18 Bacaan Pindyck Ch. 14 3

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016 No. 34/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2016 mencapai 2.382.466 orang, bertambah sebanyak 10.451 orang dibanding

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik bekerja untuk diri sendiri ataupun anggota keluarga yang tidak menerima

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik bekerja untuk diri sendiri ataupun anggota keluarga yang tidak menerima II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Tenaga kerja Pengertian tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja, baik bekerja untuk diri sendiri ataupun anggota keluarga

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/05/18/Th.VII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,05 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM), sumber daya alam (SDA), teknologi, sosial budaya dan lain-lain. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM), sumber daya alam (SDA), teknologi, sosial budaya dan lain-lain. Oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara atau suatu daerah tidak terlepas dari berbagai faktor-faktor yang saling berinteraksi antara lain, sumber daya manusia (SDM), sumber

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran Agregat. Copyright 2004 South-Western

Permintaan dan Penawaran Agregat. Copyright 2004 South-Western Permintaan dan Penawaran Agregat 33 Fluktuasi Ekonomi Jangka Pendek Kegiatan ekonomi berfluktuasi dari tahun ke tahun. Dalam beberapa tahun sebagian besar produksi barang dan jasa naik. Rata-rata selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga kerja. Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja atau

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci