BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat ( United Nations, 2015).

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat ( United Nations, 2015). Dipandang dari segi ketenagakerjaan, banyaknya penduduk merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja di suatu wilayah, namun hanya penduduk yang berusia kerjalah yang mampu menawarkan tenaganya di pasar tenaga kerja (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015). Usia kerja di Indonesia mengikuti standar internasional yang ditetapkan oleh International Labour Organization (ILO) yaitu usia 15 tahun atau lebih. Penduduk usia kerja dibagi menjadi 2 kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja, punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan pengangguran. Adapun kelompok bukan angkatan kerja adalah penduduk yang masih bersekolah, mengurus rumah tangga, pensiunan, dan lain-lain (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015). Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di negara sedang berkembang menjadi semakin serius (Arsyad, 2010: 358). Dengan tidak adanya pekerjaan berarti tidak adanya pendapatan, sehingga pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat menjadi bermasalah. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengangguran adalah besaran upah yang diterima oleh pekerja. 1

2 Upah/gaji bersih adalah penerimaan buruh/karyawan berupa uang atau barang yang dibayarkan perusahaan/kantor/majikan tersebut, penerimaan dalam bentuk barang dinilai dengan harga setempat (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015). Penelitian mengenai pengaruh upah minimum terhadap tingkat pengangguran telah banyak dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri dengan hasil yang bervariasi. Terdapat pengaruh positif signifikan upah minimum terhadap tingkat pengangguran, pengaruh negatif signifikan upah minimum terhadap tingkat pengangguran, dan upah minimum tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran. Penelitian Greer, et al. (2014) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pada saat perekonomian sedang mengalami resesi dan setelah resesi, upah minimum dapat berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengangguran di Amerika Serikat. Sejalan dengan penelitian Greer, et al. ( 2014), hasil penelitian Gorry (2013) menunjukkan bahwa peningkatan upah minimum dapat meningkatkan pengangguran pada pekerja dengan rentang usia tahun di Prancis. Pengaruh serupa tentang pengaruh upah minimum terhadap pengangguran juga ditemukan pada beberapa hasil penelitian di Indonesia, di antaranya penelitian yang dilakukan Panjawa dan Soebagiyo (2014) di Karesidenan Surakarta serta penelitian Putro dan Setiawan (2013) di Kota Magelang. Berlawanan dengan hasil tersebut, penelitian yang dilakukan Mansur, et al. (2014) tentang analisis upah terhadap pengangguran di Kota Manado menunjukkan bahwa upah memberikan pengaruh negatif yang signifikan terhadap pengangguran. Hasil penelitian yang dilakukan Greer, et al. (2014) di beberapa 2

3 negara bagian di Amerika Serikat pada periode perekonomian sebelum resesi dan hasil penelitian Sopianti dan Ayuningsasi (2013) di Bali menunjukkan ba hwa upah minimum tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran. Pengaruh upah minimum terhadap tingkat pengangguran tidak terlepas dari perkembangan angkatan kerja dari tahun ke tahun. Untuk melihat lebih jauh tentang perkembangan Angkatan Kerja (AK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada tahun berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Agustus dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Perkembangan Angkatan Kerja (AK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia Tahun Angkatan Kerja (AK) Tingkat Pengangguran Pengangguran Tahun Bekerja Jumlah AK Terbuka (TPT) Terbuka (orang) (orang) (orang) ( persen) , , , , , , , ,94 Sumber: BPS, Berdasarkan Tabel 1.1, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada tahun semakin meningkat setiap tahun. Namun demikian angka pengangguran semakin menurun, dari kisaran 9,11 persen atau sebanyak orang pada bulan Agustus tahun 2007 menjadi 5,94 persen atau sebanyak orang pada bulan Agustus Meskipun terdapat penurunan TPT, namun pengangguran di Indonesia merupakan salah satu 3

4 permasalahan pembangunan nasional. Diperlukan langkah konkret dari pemerintah utamanya pemerintah daerah untuk mengatasi hal tersebut. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, daerah diberi keleluasaan untuk menyelenggarakan otonomi daerah menurut asas desentralisasi. Dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi dibentuk dan disusun daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, termasuk di antaranya kebijakan dalam ketenagakerjaan. Salah satu kebijakan pemerintah daerah dalam ketenagakerjaan ialah pemberlakuan upah minimum. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum, penetapan upah minimum dilakukan di tingkat provinsi atau di tingkat kabupaten/kotamadya, di mana gubernur menetapkan besaran Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kotamadya (UMK) atas rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi dan rekomendasi bupati/walikota, didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Pulau Jawa terdiri dari 6 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten, dengan populasi penduduk pada tahun 2014 sebanyak ,8 ribu jiwa atau 56,94 persen dari total penduduk Indonesia yaitu sebanyak ,8 ribu jiwa (BPS, 2015). Total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 pada tahun 2014 dari 6 provinsi di Pulau Jawa adalah sebesar Rp4.979,05 4

5 triliun atau 57,88 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yaitu sebesar Rp8.602,83 triliun (BPS, 2016). Besarnya nilai PDRB tersebut memberikan sumbangsih yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan berpengaruh terhadap nilai upah minimum pada masing-masing provinsi. Perkembangan Nilai Upah Minimum Provinsi (UMP) pada 6 provinsi di Pulau Jawa pada kurun waktu tahun adalah sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Nilai Upah Minimum Provinsi (UMP) pada 6 Provinsi di Pulau Jawa Tahun (Rupiah) Provinsi DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Sumber: BPS, 2015 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa besaran UMP di 6 provinsi di Pulau Jawa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Upah Minimum Provinsi tertinggi di Pulau Jawa pada tahun selalu berada di Provinsi DKI Jakarta dengan nilai sebesar Rp ,00 pada tahun 2007 dan mencapai nilai Rp ,00 pada tahun 2014 atau mengalami pertumbuhan sebesar 171,05 persen dalam kurun waktu 8 tahun. Upah Minimum Provinsi terendah di Pulau Jawa pada tahun berada di 2 provinsi yaitu Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur. Pada kurun waktu dan tahun 2012, UMP terendah di Pulau Jawa berada di Provinsi Jawa Timur, sedangkan pada tahun 2011 dan 2013 UMP terendah di Pulau Jawa dimiliki oleh Provinsi Jawa Tengah. 5

6 Posisi Provinsi Jawa Tengah sebagai provinsi dengan penetapan UMP terendah di Pulau Jawa berlanjut pada tahun 2014, dengan nilai UMP Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 sebesar Rp ,00 atau hanya mengalami pertumbuhan sebesar 82 persen dalam kurun waktu 8 tahun. Rendahnya nilai UMP di Provinsi Jawa Tengah dibandingkan dengan provinsi lain yang berada di Pulau Jawa menjadikan motivasi untuk melihat pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) terhadap TPT di Provinsi Jawa Tengah. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pengaruh upah minimum terhadap tingkat pengangguran telah banyak dilakukan sebelumnya, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Terdapat perbedaan penggunaan variabel dan alat analisis yang digunakan oleh peneliti terdahulu, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.3. Tabel 1.3 Penelitian Terdahulu Terkait dengan Tingkat Pengangguran No. Judul dan Penulis Variabel Alat Analisis Hasil 1. The Effect of Minimum Wage and Unemployment across Varying Economic Climates (Greer, et al., 2014) 2. Minimum Wages and Youth Unemployment (Gorry, 2013) a. Pengangguran b. Upah minimum c. Tingkat pendidikan d. Persentase upah minimum e. GDP f. Tingkat pajak a. Upah minimum b. Pengangguran pada pemuda c. Pengalaman Model persamaan regresi berganda Matching Model Upah minimum tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran pada periode sebelum resesi, namun berpengaruh positif signifikan pada saat resesi dan setelah resesi. Variabel lain menunjukkan pengaruh yang bervariasi baik pada saat sebelum resesi, saat resesi maupun setelah resesi. Peningkatan upah minimum meningkatkan pengangguran pada pekerja dengan rentang umur tahun. 6

7 Tabel 1.3 Lanjutan No. Judul dan Penulis Variabel Alat Analisis Hasil 3. Examining Policy Configurations as Conditions for Long- Term Unemployment and Non-Standard Employment in OECD Countries Using Fuzzy-Set Analysis (Lee, 2013) 4. Effects of Raising Minimum Wage: Theory, Evidence and Future Challenges (Marginean dan Chenic, 2013) 5. Determinants of unemployment in Bangladesh: A Case Study (Chowdhury dan Hossain, 2014) a. Perundangundangan perlindungan kerja b. Kerja non standar c. Pengangguran d. Peraturan upah minimum a. Upah minimum b. Pengangguran c. Pasar tenaga kerja Fuzzy-set qualitative comparative analysis Penelitian teoritis dan empiris Rendahnya penerapan peraturan upah minimum menyebabkan tingginya pekerjaan non standar, baik pada kombinasi penerapan perundangan perlindungan kerja yang ketat pada pekerja tetap maupun penerapan perundangan perlindungan kerja yang lemah pada pekerja sementara. Tingkat pengangguran jangka panjang akan tinggi ketika terjadi penerapan perundangan perlindungan kerja yang ketat pada pekerja sementara disertai tingginya tingkat upah minimum. Studi di beberapa negara di Uni Eropa dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa hanya terdapat sedikit pengaruh atau bahkan tidak terdapat respon akibat kenaikan upah minimum terhadap pasar tenaga kerja. Perlu dipertimbangkan pengaruh hal lain seperti inflasi dan keuntungan perusahaan. a. Tingkat Simple Single Tingkat inflasi berpengaruh pengangguran Equation positif signifikan terhadap b. Tingkat Linear tingkat pengangguran, pertumbuhan GDP Regression Model sedangkan pertumbuhan GDP dan tingkat kurs berpengaruh c. Tingkat kurs (SELRM) negatif signifikan terhadap d. Tingkat inflasi tingkat pengangguran. 6. Factors Effecting Unemployment: A Cross Country Analysis (Aurangzeb dan Asif, 2013) a. Tingkat pengangguran b. GDP c. Jumlah penduduk d. Tingkat kurs e. Inflasi a. Analisis regresi berganda; b. Kausalitas Granger; c. Kointegrasi Hasil analisis regresi berganda menunjukkan semua variabel signifikan berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Uji kausalitas Granger menunjukkan tidak terdapat kausalitas dua arah pada setiap variabel. Hasil uji kointegrasi menunjukkan terdapat hubungan jangka panjang di antara variabel pada seluruh model. 7

8 Tabel 1.3 Lanjutan No. Judul dan Penulis Variabel Alat Analisis Hasil 7. Vocational Education in the System of Determinants of Reducing Youth Unemployment: Interregional Comparisons (Blinova, et al., 2015) 8. Efek Peningkatan Upah Minimum Terhadap Tingkat Pengangguran. (Panjawa dan Soebagiyo, 2014) 9. Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Upah Minimum Kota, Tingkat Inflasi dan Beban/Tanggungan Penduduk terhadap Pengangguran Terbuka di Kota Magelang Periode Tahun (Putro dan Setiawan, 2013) 10. Analisis Upah Terhadap Pengaangguran di Kota Manado Tahun (Mansur, et al., 2014) 11. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Inflasi, dan Upah Minimum terhadap Jumlah Pengangguran di Bali. (Sopianti dan Ayuningsasi, 2013). a. Tingkat pengangguran b. Pendidikan a. Tingkat pengangguran b. PDRB c. Inflasi d. Upah Minimum Kab./Kota e. Jumlah penduduk a. Tingkat pengangguran b. PDRB c. Inflasi d. Upah Minimum Kabupaten/ Kota e. Beban/ Tanggungan Penduduk a. Tingkat Pengangguran b. Upah a. Pengangguran b. Pertumbuhan Ekonomi c. Inflasi d. Upah Minimum Analisis regresi berganda Regresi panel data Analisis regresi berganda Analisis regresi linear Analisis regresi berganda Pendidikan memegang peranan penting dalam menurunkan pengangguran di Rusia pada pekerja dengan usia tahun. Upah minimum dan jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengangguran, PDRB berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengangguran, sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran. Variabel PDRB berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengangguran, sedangkan inflasi, UMK, dan beban/tanggungan penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengangguran. Upah berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengangguran. Inflasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pengangguran, sedangkan pertumbuhan ekonomi dan upah minimum tidak berpengaruh terhadap jumlah pengangguran. 8

9 Apabila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mempunyai perbedaan yaitu dalam hal lokasi penelitian, periode penelitian dan variabel yang digunakan serta alat analisis yang digunakan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain yang telah dilakukan oleh Panjawa dan Soebagiyo (2014) adalah terletak pada variabel bebas yang digunakan, yaitu tidak terdapat penggunaan variabel inflasi namun terdapat penambahan variabel Rata-rata Lama Sekolah (RLS), serta lokasi penelitian yang cakupannya diperluas menjadi tingkat provinsi. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putro dan Setiawan (2013) adalah perbedaan variabel yang digunakan dalam penelitian ini memasukkan variabel bebas jumlah AK dan RLS. Perbedaan dengan penelitian ini dengan panelitian yang dilakukan Mansur, et al. ( 2014), yaitu penelitian tersebut hanya menggunakan satu variabel bebas yaitu upah. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Sopianti dan Ayuningsasi (2013) adalah tidak digunakannya variabel inflasi sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang dilakukan di luar negeri, yaitu tidak menggunakan variabel tingkat kurs dan lamanya pengalaman kerja serta terdapatnya perbedaan penggunaan alat analisis. Tidak digunakannya variabel tingkat kurs dikarenakan lingkup penelitian ini hanya berskala provinsi, sedangkan beberapa penelitian di luar negeri dilakukan dengan membandingkan data antarnegara ataupun negara bagian. Terdapat literature gap yang menunjukkan perbedaan pengaruh variabel upah terhadap pengangguran pada penelitian-penelitian sebelumnya, bahwasanya upah 9

10 dapat berpengaruh signifikan baik positif maupun negatif, namun juga dapat tidak berpengaruh secara signifikan. Perlunya dilakukan penelitian mengenai pengaruh upah minimum terhadap TPT di Provinsi Jawa Tengah karena Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan jumlah penduduk yang banyak dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun memiliki upah minimum terendah dibandingkan provinsi lain yang berada di Pulau Jawa. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengidentifikasi celah penelitian berdasarkan kajian penelitian sebelumnya. Terdapat pengaruh yang berbeda yang ditimbulkan oleh UMK terhadap TPT. Nilai UMK terus meningkat namun TPT di 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan maupun kenaikan. Hal ini menimbulkan pertanyaan dengan naiknya nilai UMK apakah berdampak terhadap penurunan TPT di Provinsi Jawa Tengah? Belum diketahui sejauh mana pengaruh UMK terhadap TPT serta pengaruh PDRB, jumlah AK, serta RLS terhadap TPT di Provinsi Jawa Tengah pada periode waktu Pertanyaan Penelitian Untuk memperjelas arah penelitian, disusun pertanyaan penelitian. Pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah Upah Minimum Kabupaten/Kota berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah? 10

11 2. Apakah PDRB berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah? 3. Apakah Angkatan Kerja berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah? 4. Apakah Rata-rata Lama Sekolah berpengaruh terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah? 1.5 Tujuan Penelitian Untuk memperjelas tujuan penelitian, disusun tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. 2. Menganalisis pengaruh PDRB terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. 3. Menganalisis pengaruh Angkatan Kerja terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. 4. Menganalisis pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. 1.6 Manfaat Penelitian Untuk memperjelas manfaat penelitian, disusun manfaat penelitian. Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memberikan gambaran mengenai tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Jawa Tengah pada kurun waktu tahun

12 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini terdiri dari 5 bab. Secara garis besar, penjelasan masingmasing bab adalah sebagai berikut. 1. Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab II Landasan Teori terdiri dari teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, hipotesis, dan model penelitian. 3. Bab III Metode Penelitian terdiri dari desain penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional, dan metode analisis data. 4. Bab IV Analisis terdiri dari deskripsi data, hasil regresi data panel, dan pembahasan. 5. Bab V Simpulan dan Saran terdiri dari simpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran. 12