BAB I PENDAHULUAN. bertujuan melindungi kondisi ekonomi dari para pekerja berupah rendah (Gramlich,
|
|
- Yuliani Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan upah minimum adalah sebuah kebijakan institusional yang bertujuan melindungi kondisi ekonomi dari para pekerja berupah rendah (Gramlich, 1976; Card dan Krueger, 1995; DiNardo et al., 1996; Lee, 1999; Teulings, 2000 dan 2003; Johnson dan Browning, 2001; Dickens dan Manning, 2004; Leigh, 2007). Teori standar neoklasik menjelaskan upah minimum terletak di atas tingkat upah pasar (market clearing wage), dan kenaikan upah minimum akan meningkatkan upah pekerja dan mengurangi kesempatan kerja (menyebabkan pengangguran) terutama untuk para pekerja tidak terampil (Borjas, 2005; Mankiw, 2009). Dalam analisis pasar tenaga kerja model dua sektor (Haris dan Todaro, 1970; Mincer, 1976) observasi upah pekerja dan tingkat kesempatan kerja dalam sebuah pasar persaingan dibedakan menjadi pasar tenaga kerja manufaktur dan pasar tenaga kerja informal pertanian. Welch (1974) dan Mazumdar (1989) membedakan pasar tenaga kerja menjadi sektor formal ( covered sector) sebagai sektor yang dilindungi kebijakan upah minimum dan sektor informal (uncovered sector) yang tidak dilindungi oleh kebijakan upah minimum. Studi sebelumnya menemukan bahwa kenaikan upah minimum meningkatkan upah sektor formal dan menurunkan upah di sektor informal (Harrison dan Lea mer, 1997). Kenaikan upah di sektor formal kemudian memberikan dampak berupa menurunnya jumlah pekerja dan/atau mengurangi jam kerja pekerja sektor ini. Lebih jauh, dalam teori standar dual market, 1
2 penurunan pekerja sektor formal akan meningkatkan arus migrasi pekerja dari sektor formal menuju ke sektor informal. Dengan demikian, penawaran tenaga kerja di sektor informal akan meningkat dan akibatnya tingkat upah sektor informal menurun hingga terletak di bawah upah keseimbangan sektor informal sebelumnya. Meningkatnya penawaran tenaga kerja di sektor informal akan menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru yang lebih besar pada sektor ini (ILO, 1997) dan kesempatan kerja di sektor formal akan menurun (Van der Hoeven dan Van der Geest, 1999). Jika kenaikan upah minimum di satu sisi berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja di sektor formal atau membuat upah pekerja sektor informal berkurang, dan di sisi lain membuat upah pekerja formal di kelas distribusi terbawah meningkat maka kenaikan upah minimum justru dapat memperburuk distribusi upah. Dalam hal ini upah minimum justru gagal sebagai alat redistribusi pendapatan. Namun bila kenaikan upah minimum membuat upah pekerja informal turut naik, dan upah pekerja formal di kelas distribusi terbawah juga naik, maka kenaikan upah minimum dapat memperbaiki distribusi upah. Berdasarkan uraian sebelumnya upah minimum tidak hanya berdampak pada tingkat upah, namun berpengaruh juga pada tingkat partisipasi pekerja, dan jam kerja (Neumark et al., 2004). Literatur tentang pengaruh upah minimum terhadap tingkat upah memberi bukti bahwa pengaruhnya tidak selalu searah. Pada negara maju peningkatan upah minimum meningkatkan upah pekerja, khususnya untuk pekerja yang berupah rendah dan pekerja yang mempunyai tingkat upah sedikit di atas upah minimum (Card dan Krueger,1995; Di Nardo et al.,1996). Neumark et al. (1998) membuktikan bahwa pengaruh peningkatan upah minimum terhadap tingkat 2
3 upah akan lebih kecil jika efek lag dari kenaikan upah minimum diperhitungkan. Bahkan, pengaruh lag kenaikan upah minimum terhadap tingkat upah pekerja dapat menjadikan tingkat upah negatif. Di Nardo et al. (1996) dan Dickens et al. (1999) menemukan bukti bahwa adanya peningkatan upah minimum di negara maju telah menyingkatkan panjang distribusi pendapatan pekerja dalam arti jarak antara nilai rata-rata upah dengan nilai median upah semakin mengecil. Penelitian sebelumnya tentang dampak peningkatan upah minimum terhadap jumlah pekerja juga ambigu. Beberapa peneliti di negara maju menemukan bukti bahwa peningkatan upah minimum berpengaruh negatif terhadap jumlah pekerja (Neumark dan Wascher, 1992, 2000; Currie dan Fallick, 1996; Baker et al., 1999; Abowd et al., 1999; Zavodny, 2000). Bahkan peneliti lainnya menemukan bukti upah minimum berpengaruh positif, atau netral terhadap jumlah pekerja (Card, Kazt, dan Krueger, 1994, 1995, 2000; Dickens et al., 1999; Stewart, 2004). Pengaruh upah minimum yang memberikan dampak penurunan jumlah pekerja akan memengaruhi jam kerja pekerja, karena jam kerja dari pekerja yang masih bekerja akan meningkat menggantikan jam kerja yang hilang dari penurunan sejumlah pekerja akibat dampak upah minimum (Zavodny. 2000). Tidak banyak ditemukan penelitian yang membahas tentang pengaruh upah minimum terhadap jam kerja pekerja. Salah satunya Gramlich (1976) yang memberikan bukti bahwa peningkatan upah minimum menurunkan jam kerja pekerja laki-laki berusia muda dan pekerja berusia dewasa karena mereka berpindah dari pekerjaan penuh waktu ke pekerjaan paruh waktu. Di negara berkembang, literatur tentang upah minimum relatif masih sedikit (Lemos, 2004). Dari jumlah yang terbatas itupun, hasilnya ambigu. Studi tentang 3
4 pengaruh upah minimum terhadap tingkat upah misalnya, memberikan bukti bahwa kenaikan upah minimum telah meningkatkan upah pekerja sektor formal maupun informal, meningkatkan upah hanya di sektor formal, atau meningkatkan upah di sektor informal saja (Lemos, 2004; Chun dan Khor, 2010; Khamis, 2008). Kenaikan upah minimum juga terbukti telah menyingkatkan panjang distribusi upah di pasar tenaga kerja formal dan informal (Maloney dan Nunez, 2003; Lemos, 2004). Kenaikan upah minimum juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tingkat upah di masing-masing kelas distribusi upah (Fajnzylber, 2001; Maloney dan Nunez, 2003). Sementara itu studi tentang pengaruh upah minimum terhadap jumlah pekerja juga memberikan hasil yang tidak seragam. Beberapa penelitian menemukan upah minimum menurunkan jumlah pekerja sektor formal dan informal (Fajnzylber, 2001; Lemos, 2004; Maloney dan Nunez, 2003); ada juga yang menemukan penurunan jumlah pekerja sektor formal, dan ada juga yang hanya meningkatkan jumlah pekerja sektor informal (Carneiro, 2000). Sebaliknya, Saget (2008) menemukan bukti perubahan upah minimum beberapa negara berkembang di Amerika Latin dan Afrika mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan jumlah pekerja sektor informal perkotaan. Di Indonesia, upah minimum dipromosikan pemerintah sejak tahun 80-an dan menjadi sebuah kebijakan pasar tenaga kerja yang penting. Saat ini penentuan nilai upah minimum provinsi/kabupaten/kota/sektoral merupakan wewenang Gubernur sebagai kepala daerah. Penentuan upah minimum di masing-masing provinsi ini memberikan keragaman nilai upah minimum yang lebih luas, sekaligus ketertarikan untuk mengobservasi pengaruh kebijakan ini khususnya terhadap 4
5 variabel ekonomi dan kesejahteraan. Variabel ekonomi yang dimaksud adalah tingkat upah pekerja, jam kerja, dan status pekerja. Ketiga variabel ini merupakan bagian dari indikator kunci pasar tenaga kerja Key Indicators of Labor Market atau KILM yang mengubah ketersediaan dan arus perputaran jumlah pekerja di pasar tenaga kerja. Ini perlu menjadi perhatian karena akan menentukan tingkat pendapatan pekerja. Perubahan tingkat pendapatan akan mengubah kesejahteraan pekerja (Smith, 2003). Dalam penelitian ini tingkat pendapatan diproksi menggunakan pengeluaran per kapita sehingga variabel kesejahteraan yang diperhatikan pada penelitian ini adalah pengeluaran per kapita dan status kesehatan pekerja. Pengeluaran per kapita dan status kesehatan merupakan bagian dari beberapa dimensi pokok yang perlu dipertimbangkan dalam analisis kesejahteraan. Pertumbuhan rata-rata upah minimum Kabupaten/Kota di Indonesia pada tahun adalah sebesar 10,39 persen dan pada tahun tumbuh sebesar 12,81 persen. Namun pada tahun upah minimum tumbuh hanya sebesar 8,66 persen. Data ini menunjukkan pertumbuhan upah minimum selama periode cenderung fluktuatif. Apakah dengan pertumbuhan upah minimum yang demikian masih memberikan dampak positif terhadap pekerja? Beberapa studi tentang upah minimum di Indonesia memberi bukti upah minimum meningkatkan upah bulanan pekerja sektor formal yang berada di bawah upah minimum (Rama, 2000; Chun dan Khor, 2010), sedangkan upah pekerja di sektor informal tidak meningkat (Chun dan Khor, 2010). Secara umum, penelitian tentang dampak ekonomi dan kesejahteraan dari upah minimum ini telah menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum berdampak negatif terhadap upah 5
6 pekerja marjinal di sektor informal dan berdampak positif terhadap upah pekerja marjinal di sektor formal. Upah minimum juga berpengaruh negatif terhadap jumlah pekerja di sektor formal (Rama, 2001; Smeru, 2001; Suryahadi et al., 2003; Pratomo, 2010). Jenis pekerja yang menerima dampak negatif dari peningkatan upah minimum adalah pekerja berusia muda, pekerja tidak terampil dan pekerja perempuan (Smeru, 2001; Bird dan Manning, 2002, Pratomo, 2010). Di sektor industri pengolahan, upah minimum memberikan dampak negatif terhadap jumlah pekerja perusahaan skala kecil, sedangkan untuk perusahaan dengan skala besar dan menengah pengaruhnya positif (Alatas dan Cameron, 2008; Rama, 2001). Penurunan jumlah pekerja di sektor formal telah meningkatkan alokasi pekerja menuju ke sektor informal (Chun dan Khor, 2010; Pratomo, 2010) sehingga memperluas sektor informal Indonesia (Bird dan Manning, 2002). Pada tahun , dengan menggunakan definisi sektor formal sebagai sektor yang terlindungi oleh kebijakan upah minimum (covered sectors) dan sektor informal sebagai sektor yang tidak terlindungi oleh kebijakan upah minimum (uncovered sectors), diperoleh hasil perhitungan dengan data Sakernas jumlah ratarata pekerja sektor formal adalah sebesar 24,41 persen dan di sektor informal sebesar 75,59 persen. Proporsi pekerja sektor informal yang lebih besar dibandingkan dengan pekerja di sektor formal mendorong peneliti untuk memberikan perhatian terhadap pekerja di sektor ini. Sektor informal tidak terikat dengan aturan kebijakan upah minimum, namun beberapa penelitian tentang upah minimum yang relatif baru di beberapa negara berkembang memberikan bukti upah pekerja di sektor informal meningkat 6
7 ketika upah minimum di sektor formal ditingkatkan. Fenomena ini disebut sebagai lighthouse effect 1 (Lemos, 2004; Maloney dan Nunez, 2003; Khamis, 2008; Gindling dan Terrel, 2005). Peningkatan upah pekerja di sektor informal akibat meningkatnya upah minimum dapat terjadi melalui tiga mekanisme ( Khamis, 2008) sebagai berikut. 1. Peningkatan upah minimum menyebabkan realokasi kapital ke sektor informal padat karya yang pada gilirannya meningkatkan upah di sektor informal. 2. Peningkatan upah di sektor formal akan meningkatkan permintaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor informal, yang kemudian akan meningkatkan upah di sektor informal. Model ini juga mengasumsikan bahwa pasar tenaga kerja sektor informal relatif homogen, dan pekerja sektor formal adalah pembeli utama produk-produk sektor informal. 3. Upah minimum digunakan sebagai referensi pembayaran upah yang adil dalam pasar tenaga kerja termasuk di sektor informal. Penelitian yang ada di Indonesia belum membahas tentang pengaruh lighthouse effect tersebut. 1.2 Permasalahan Di Indonesia, sejalan dengan demokrasi dan otonomi daerah, penentuan nilai upah minimum didesentralisasikan kepada Gubernur dengan usulan dari Bupati/Walikota. Penentuan upah minimum sarat dengan kepentingan politis. Beberapa kepala daerah menggunakannya sebagai kebijakan populis demi kemenangan dalam pemilihan kepala daerah. Penentuan upah minimum seharusnya 1 Upah minimum sektor formal menjadi referensi keseluruh perekonomian termasuk untuk sektor yang tidak terikat kebijakan upah minimum secara legal (lihat Maloney dan Nunez: 2004, p. 120). 7
8 berdasarkan pada rasionalitas ekonomi. Jika tidak demikian, kenaikan upah minimum akan menjadi berlebihan dan membahayakan efisiensi ekonomi. Kenaikan upah minimum dapat membawa perubahan pada tingkat upah pekerja, jam kerja, perubahan status pekerja, pengeluaran konsumsi per kapita dan status kesehatan pekerja, dan juga dapat menggeser kedudukan relatif individu pekerja dalam distribusi upah pekerja atau pada distribusi pengeluaran per kapita. Pergeseran kedudukan relatif individu pekerja kearah bawah distribusi akan berdampak menurunkan kemampuan ekonomi pekerja. Pekerja menjadi lebih miskin dari sebelumnya dan semakin rentan untuk jatuh dalam status miskin jika terjadi peningkatan harga. Pertumbuhan upah minimum relatif cepat terutama untuk wilayah-wilayah yang terletak di luar Pulau Jawa. Pertumbuhan upah minimum ini terbukti telah mendorong peningkatan upah pekerja di daerah-daerah tersebut dan mendorong pertumbuhan upah di wilayah-wilayah sekitarnya. Jadi ada difusi spasial dari pertumbuhan upah minimum yang cepat ke daerah-daerah sekitarnya. Upah minimum pada tahun dan tahun tumbuh masing-masing 12,81 persen dan 8,66 persen. Jika dibandingkan dengan tingkat inflasi pada tahun yang sama masing-masing sebesar 11,06 persen dan 6,96 persen, maka pertumbuhan upah minimum telah melampaui pertumbuhan inflasi sebesar 1,75 persen dan 1,90 persen. Bahkan ketika upah minimum meningkat rata-rata sebesar 19,93 persen pada tahun tingkat inflasi tahun 2013 hanya sebesar 8,38 persen. Laju pertumbuhan upah minimum telah melampaui laju pertumbuhan tingkat harga umum sebagai standar dasar dalam meningkatkan upah minimum. Ini berarti beban 2 Terjadi lompatan besar dalam peningkatan upah minimum di Indonesia pada tahun yang dipicu dari keputusan kontroversial peningkatan upah minimum di wilayah DKI Jakarta. 8
9 pengusaha akan makin berat terutama jika produktivitas total ( total productivity) tidak mengalami peningkatan. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut terdapat beberapa pertanyaan penelitian yang dikemukakan sebagai berikut. 1. Bagaimana dampak perubahan nilai upah minimum terhadap upah nominal pekerja (rupiah), jam kerja (jam), status pekerja ( variabel kategorik), pengeluaran per kapita (rupiah), dan status kesehatan (variabel kategorik) di pasar tenaga kerja Indonesia? 2. Apa dampak peningkatan upah minimum tersebut berbeda antara sektor formal atau informal, dan Jawa atau luar Jawa? 3. Bagaimana dampak keterkaitan wilayah sekitar dari kenaikan upah di provinsi tertentu? 4. Bagaimana dampak upah minimum terhadap kedudukan relatif pekerja dalam distribusi upah dan distribusi pengeluaran per kapita pekerja? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. menganalisis dampak peningkatan upah minimum terhadap kenaikan upah pekerja, jam kerja, status pekerja, pengeluaran per kapita pekerja, dan status kesehatan pekerja; 2. menganalisis apakah pekerja formal atau informal dan pekerja Jawa atau luar Jawa yang lebih diuntungkan dari peningkatan upah minimum; 3. menganalisis pengaruh keterkaitan wilayah sekitar terhadap kenaikan upah di provinsi tertentu; 4. menganalisis perubahan kedudukan relatif pekerja dalam distribusi upah dan distribusi pengeluaran per kapita pekerja. 9
10 1.4 Keaslian Penelitian Penelitian ini menggunakan model polinomial seperti yang diusulkan Neumark, Schweitzer dan Wascher (2004) disingkat model NSW et al. (2004), namun pengukuran variabel upah minimum yang digunakan berbeda seperti pendekatan perubahan yang digunakan Card dan Krueger (1995). Model modifikasi disebut sebagai model difference. Dalam penelitian ini model difference akan diaplikasikan bersama dengan model Neumark et al. untuk mengetahui tanda koefisien hasil estimasi pengaruh minimum current dan lag pada kedua model. Secara keseluruhan keaslian penelitian dijelaskan sebagai berikut. 1. Model difference dengan model NSW et al. berbeda karena pengukuran nilai variabel utama yang digunakan dalam model difference yaitu upah, upah minimum, jam kerja, dan pengeluaran per kapita dalam bentuk perubahan absolut atau menggunakan konsep level level dalam persamaan regresinya, sedangkan model NSW et al. menggunakan konsep pertumbuhan. Model difference digunakan untuk mengestimasi dampak kenaikan upah minimum tidak hanya pada sektor formal ke informal, tetapi juga tentang dampak peningkatan upah di sektor informal. 2. Kesejahteraan pekerja tidak diukur dengan menggunakan satu ukuran variabel pengeluaran per kapita, tetapi juga memerhatikan dimensi kesejahteraan yang lainnya seperti kesehatan, aktivitas bekerja individu dan pendidikan. Aktivitas bekerja individu dibuktikan dengan adanya kepemilikan tingkat upah, jam kerja dan status pekerja di pasar tenaga kerja. Ketiga variabel ekonomi tersebut sekaligus juga menunjukkan dimensi kesejahteraan yang berasosiasi dengan keamanan individu secara ekonomi. 10
11 3. Pada model difference ditambahkan variabel pengaruh lag spasial dependen dan dilakukan pengujian atas penambahan variabel pengaruh tersebut dalam model. 4. Hasil estimasi difference digunakan untuk menghitung perubahan kedudukan relatif pekerja dalam distribusi upah dan distribusi pengeluaran per kapita. Distribusi yang diamati adalah distribusi upah dan distribusi pengeluaran per kapita untuk sampel seluruh pekerja. 1.5 Kontribusi Penelitian Penelitian yang mengestimasi tentang dampak ekonomi dan kesejahteraan dari upah minimum belum banyak ditemukan di Indonesia. Pada penelitian ini dampak ekonomis diamati dari tingkat upah, jam kerja dan status pekerja, sedangkan dampak kesejahteraan secara langsung diamati dari perubahan pengeluaran per kapita dan status kesehatan pekerja. Pengamatan dilakukan di setiap kelas distribusi dalam distribusi upah pekerja dan distribusi pengeluaran per kapita. Fokus pengamatan perubahan terutama untuk kelas distribusi pekerja marjinal yang berupah rendah baik di sektor formal maupun sektor informal. Dengan demikian penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi sebagai berikut. Kontribusi Empiris 1. Penelitian ini akan memberikan bukti empiris dari aplikasi model Neumark et al. (2004) dengan menggunakan data Sakernas dan data Susenas di Indonesia. 2. Penelitian ini akan memberikan bukti empiris dampak dari implementasi kebijakan upah minimum terhadap variabel ekonomi dan kesejahteraan pekerja di Indonesia terutama dampak terhadap para pekerja marjinal yang berupah rendah. 11
12 Kontribusi Metodologis 1. Menggunakan variabel dependen perubahan absolut upah dan perubahan absolut pengeluaran per kapita dalam model difference sebagai modifikasi dari model pertumbuhan NSW et al. (2004). 2. Menambahkan variabel pengaruh spasial dalam model difference untuk mengetahui pengaruh keterkaitan spasial terhadap perubahan upah di Provinsi tertentu. 3. Menggunakan variabel kategorik status kesehatan untuk salah satu variabel dependen di model difference, dan penelitian ini juga menggunakan dua sumber data survei Sakernas dan Susenas dalam mengobservasi dampak ekonomi dan kesejahteraan pekerja di Indonesia. Kontribusi Kebijakan 1. Mengevaluasi efektivitas kebijakan upah minimum dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan pekerja, dengan memberikan bukti empiris yang terstruktur dan sistematis tentang dampak upah minimum di Indonesia. 2. Memberikan masukan kepada pemerintah tentang ketepatan upah minimum sebagai alat kebijakan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan pekerja. 12
BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyerapan tenaga kerja menjadi salah satu elemen penting dalam tercapainya pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin besar jumlah angkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. of The Republic of Indonesia. Jakarta, 1992, page 18. Universitas Indonesia. Pengaruh upah minimum..., Gianie, FE UI, 2009
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap kali perekonomian suatu negara mengalami guncangan (shock), masyarakat langsung terkena imbasnya. Biasanya harga-harga kebutuhan pokok yang mencerminkan tingkat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menyajikan kajian pustaka yang berkaitan dengan landasan teoretis mengenai upah minimum, kondisi upah minimum di Indonesia, gambaran deskriptif mengenai penyerapan
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA
ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Danny Nur Febrianica 115020107111012 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum dari pergerakan Legal Realism dan berbagai reformis sosial. Grup terakhir ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan upah minimum telah menuai pro dan kontra diantara para ekonom. Pro dan kontra ini disebabkan oleh perbedaan paradigma atau mazhab yang mereka anut. Dalam
Lebih terperinciDampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan Indonesia
Ringkasan Eksekutif Laporan Penelitian Tim Peneliti SMERU Dampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan Indonesia Laporan dari Lembaga Penelitian SMERU,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyedihkan dalam kehidupan seseorang. Banyak orang mengandalkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketiadaan pekerjaan dapat menjadi kejadian ekonomi yang paling menyedihkan dalam kehidupan seseorang. Banyak orang mengandalkan pendapatan dari pekerjaan untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah sebuah usaha meningkatan taraf hidup masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata yang diukur melalui tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab
Lebih terperinciBAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang
BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga Kerja Menurut Sudarso (1991), tenaga kerja merupakan manusia yang dapat digunakan dalam proses produksi yang meliputi keadaan fisik jasmani, keahlian-keahlian,
Lebih terperinciAnalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran (Studi kasus provinsi-provinsi se-sumatera)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran (Studi kasus provinsi-provinsi se-sumatera) M. Wardiansyah; Yulmardi; Zainul Bahri Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,
Lebih terperinciProfil Pekerjaan yang Layak INDONESIA
Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja
Lebih terperinciMelebihi Batas Pertanian
Presentasi Ekonomika Pertanian dan Perdesaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Yogyakarta, 14 Mei 2013 Melebihi Batas Pertanian Oleh: Ulfa Maulidya Adrian Nalendra Perwira Ade bayu Erlangga Vincentia Anggita
Lebih terperinciPendidikan dan Partisipasi Angkatan Kerja Wanita di Indonesia: Analisis Terhadap Hipotesis Kurva-U. Devanto Shasta Pratomo* Universitas Brawijaya
Pendidikan dan Partisipasi Angkatan Kerja Wanita di Indonesia: Analisis Terhadap Hipotesis Kurva-U Devanto Shasta Pratomo* Universitas Brawijaya AbSTrAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat eksistensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan faktor penting dalam proses pembangunan yakni sebagai penyedia tenaga kerja. Namun dengan kondisi tenaga kerja dalam jumlah banyak belum menjamin bahwa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah
7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor.
VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Dalam jangka pendek peningkatan pendidikan efektif dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian dibanding dengan sektor industri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang
Lebih terperinciINDIKATOR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA FEBRUARI 2015 ISSN: 2088-5679 No. Publikasi: 04120.1501 Katalog BPS: 2032004 Ukuran Buku: 21 cm x 29 cm Jumlah Halaman: 20 + 98 halaman Naskah: Subdirektorat Statistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan
Lebih terperinciMenilai Pekerjaan Layak di Indonesia
Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak Apa itu Pekerjaan Layak? Agenda Pekerjaan Layak, yang dikembangkan Organisasi (ILO) semakin luas diakui sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Dengan melihat pembahasan analisis deskriptif pada Bab III, analisis shift share dan analisis ekonometrika diatas dapat disimpulkan bahwa arah transformasi struktural
Lebih terperinciBAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk keterlibatan pemerintah dalam hubungan industrial adalah dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah minimum. Upah minimum
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara kesetaraan jender dengan proses pembangunan ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara kesetaraan jender dengan proses pembangunan ekonomi merupakan hal penting untuk memutuskan sebuah kebijakan, hal ini karena bagian dari pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari keikutsertaan seluruh komponen masyarakat, tidak terkecuali peranan wanita didalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting dalam kehidupan. Di tangan pendidikanlah masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Melalui pendidikan, masyarakat diberi alat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial terbesar yang dihadapi oleh setiap negara di dunia dan setiap negara berusaha untuk mengatasinya. Kemiskinan adalah faktor yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupaka ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hal ini dapat tercapai bila jumlah supply tenaga kerja yang besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dekade 1970, pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi lebih menitikberatkan pada kemampuan suatu negara untuk mengembangkan outputnya
Lebih terperinciV. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa
72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat ( United Nations, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat ( United Nations, 2015). Dipandang dari segi ketenagakerjaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penduduk yang semakin cepat dan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan beberapa masalah baru dan salah satu masalah tersebut adalah masalah pengangguran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi. Ketika kesempatan kerja tinggi, pengangguran akan rendah dan ini akan berdampak pada naiknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional
Lebih terperincitp :// w ht.g o ps.b w w.id INDIKATOR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA FEBRUARI 2016 ISSN: 2088-5679 No. Publikasi: 04120.1601 Katalog BPS: 2302004 Ukuran Buku: 21 cm x 29 cm Jumlah Halaman: xviii + 98 halaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyediaan pelayanan publik yang lebih efisien, efektif, dan merata serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, pembangunan daerah memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.
Lebih terperinciINDIKATOR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA AGUSTUS 2016 ISSN: 2088-5679 Nomor Publikasi: 04120.1604 Katalog: 2302004 Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman: xxiv + 146 halaman Naskah: Subdirektorat
Lebih terperinciIndonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh
1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam pengelompokkan negara berdasarkan taraf kesejahteraan masyarakat, dimana salah satu permasalahan yang dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi suatu Negara secara umum beroreintasi pada pertumbuhan (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat kegiatan ekonomi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (PEPD) maka ada 3 (tiga) komponen yang memajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Hasil dari pembangunan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Hasil dari pembangunan ekonomi bervariasi, ada yang menguntungkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN STUDI
77 BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN STUDI 5.1. Kesimpulan Penelitian ini membuktikan bahwa tingkat kejahatan suatu daerah di Jawa pada tahun 2007 dapat dijelaskan melalui model ekonomi dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah
16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan
Lebih terperinci5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA
86 5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA Profil kinerja fiskal, perekonomian, dan kemiskinan sektoral daerah pada bagian ini dianalisis secara deskriptif berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini
Lebih terperinciPolicy Brief Globalisasi, Pertumbuhan, dan Disadvantaged Labours di Indonesia: Analisa dan Implikasi Kebijakan. Oleh: Deni Friawan & Carlos Mangunsong
Policy Brief Globalisasi, Pertumbuhan, dan Disadvantaged Labours di Indonesia: Analisa dan Implikasi Kebijakan Oleh: Deni Friawan & Carlos Mangunsong LATAR BELAKANG Globalisasi telah menciptakan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pemikiran Saat ini komitmen global menempatkan masalah kemiskinan sebagai prioritas utama. Begitu pentingnya masalah kemiskinan, sehingga Rencana Kerja
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)
LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS) Oleh: A. Rozany Nurmanaf Adimesra Djulin Herman Supriadi Sugiarto Supadi Nur Khoiriyah Agustin Julia Forcina Sinuraya Gelar Satya Budhi PUSAT PENELITIAN DAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di masa lalu migrasi dari desa ke kota dipandang sebagai sesuatu yang positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja sedikit demi sedikit
Lebih terperinciVIII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan Bab V sampai dengan Bab VII,
VIII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan Bab V sampai dengan Bab VII, dirumuskan beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Undang-undang ketenagakerjaan era otda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada ketidakstabilan dibidang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ketenagakerjaan merupakan aspek mendasar pada kehidupan manusia sebab mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan sosial yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan (Anggraini, 2012). Kemiskinan umumnya
Lebih terperinciKesetaraan Gender dan Pembangunan di Indonesia
Kesetaraan Gender dan Pembangunan di Indonesia Oleh: Chitrawati Buchori and Lisa Cameron Maret 2006 Kesetaraan Gender dan Pembangunan di Indonesia Kemajuan signifikan yang mengarah pada pencapaian keseimbangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik (BPS, 2009).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Kemiskinan Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketenagakerjaan 2.1.1 Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja Menurut Suroto (1992), kesempatan kerja adalah keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan dalam suatu wilayah. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat
Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008
BADAN PUSAT STATISTIK No. 37/07/Th. XI, 1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan ketenagakerjaan disadari bersifat kompleks karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan ketenagakerjaan disadari bersifat kompleks karena mempengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor dengan pola hubungan yang seringkali tidak mudah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis pertumbuhan..., Edi Tamtomo, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tuntutan reformasi di Indonesia, otonomi daerah mulai diberlakukan. Hal ini salah satunya ditandai dengan adanya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan kata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sampai era tahun 1980-an, para analis ketenagakerjaan pada umumnya menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius (Depnakertrans, 2004a).
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Bernardin dan Russel (1993) upah merupakan salah satu bentuk kompensasi langsung, disamping sistem gaji dan pembayaran berdasarkan kinerja. Termasuk dalam kompensasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wewenang pelaksanaan pemerintahan diserahkan kepada daerah itu sendiri secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan penyelenggaraan pemerintahan dikenal ada dua pendekatan yang menghubungkan pemerintah pusat dan daerah yaitu pendekatan secara sentralisasi dan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,
Lebih terperinci