BAB I PENDAHULUAN. hukum dari pergerakan Legal Realism dan berbagai reformis sosial. Grup terakhir ini
|
|
- Sucianty Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan upah minimum telah menuai pro dan kontra diantara para ekonom. Pro dan kontra ini disebabkan oleh perbedaan paradigma atau mazhab yang mereka anut. Dalam Kaufman (2010) dijelaskan bahwa perdebatan pertama tentang upah minimum terjadi antara ekonom ortodoks yang kontra terhadap penerapan upah minimum karena mereka menganut teori harga neoklasik Marshallian/Walrasian, serta didukung oleh penganut dari praktisi hukum konservatif. Di sisi lain pihak yang pro terhadap penerapan upah minimum terdiri dari para ekonom kelembagaan, akademisi hukum dari pergerakan Legal Realism dan berbagai reformis sosial. Grup terakhir ini menjadi heterodoks ke berbagai tingkatan dan membentuk first law and economics movement. Dan pada pertengahan 1930-an ekonom yang mendukung upah minimum ini memperoleh pencapaian yang besar yaitu dengan diterimanya undang-undang untuk program tenaga kerja, yang di dalamnya termasuk diberlakukannya upah minimum di Amerika Serikat. Perdebatan mengenai upah minimum ini berlanjut ketika ekonom neoklasik dari University of Chicago seperti Milton Friedman dan George Stigler kontra terhadap upah minimum (dalam Kaufman, 2010). Hal ini dikarenakan mereka dapat mengadaptasikan teori harga neoklasik ke dalam analisis pasar tenaga kerja. Inti dari teori harga neoklasik adalah keadaan dimana pasar dapat menyesuaikan dirinya sendiri, hal ini dapat dicontohkan dengan keadaan pasar yang kompetitif dan kurva permintaan 1
2 dan penawaran tenaga kerja. Oleh karena itu ekonom penganut mazhab Chicago berpendapat bahwa upah minimum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran, dan menurut mereka upah akan menyesuaikan sesuai dengan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Pada tahun 1990an mazhab Chicago ini mendapat penolakan dari penelitian terbaru yang dilakukan oleh David Card, Alan Krueger, dan Lawrence Kartz (1993). Hasil penelitian mereka mengungkapkan bahwa meningkatnya upah minimum tidak menambah pengangguran hal ini berbanding terbalik dengan apa yang diprediksi oleh ekonom neoklasik. Menurut Stigler (1948) tujuan utama dari penerapan upah minimum ini adalah untuk mengentaskan kemiskinan yang ekstrim. Lalu menurut Sobel (1999) berpendapat bahwa upah minimum memiliki dua tujuan utama yaitu mengeluarkan keluarga dari kemiskinan dan mengubah distribusi pendapatan untuk memperbaiki kondisi rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah. Dengan tujuan dari upah minimum di atas banyak ekonom yang menilai negatif terhadap diberlakukannya kebijakan upah minimum ini. Menurut Neumark dan Wascher (2007) upah minimum adalah instrumen yang salah dan tumpul, hal ini dikarenakan bahwa upah minimum dapat mengurangi lapangan kerja bagi tenaga kerja dengan upah rendah, meningkatkan pengangguran, hanya memiliki manfaat yang kecil terhadap kemiskinan, mengurangi kesempatan latihan bagi tenaga kerja muda, dan mengurangi upah dari tenaga kerja berkemampuan rendah di sektor yang tidak tercakup oleh upah minimum. Terlepas dari perdebatan tentang upah minimum yang belum dapat diselesaikan karena tergantung kepada mazhab yang mereka yakini. Untuk kasus di negara 2
3 berkembang, penetapan upah minimum seperti yang dilakukan di Brazil, penetapan upah minimum dapat mempersempit distribusi pendapatan dan efek upah minimum terhadap distribusi pendapatan tersebut lebih besar daripada yang terjadi di Amerika Serikat (Lemos et al. 2004). Sementara di penerapan upah minimum di Meksiko, upah minimum dijadikan sebagai program stabilitas ekonomi makro dan juga sebagai pengatur tingkat harga di sektor ekonomi mikro, sehingga dengan penurunan upah minimum dapat menyebabkan ketimpangan pendapatan akan semakin tinggi (Fairris et al., 2008) International Labor Organization (ILO) atau Organisasi Buruh Internasional telah mengadakan konvensi mengenai upah minimum, yaitu konvensi ILO nomor 131 yang dilakasanakan pada tahun Konvensi tersebut secara khusus mengatur tentang penerapan upah minimum di negara-negara berkembang. Dalam konvensi tersebut diatur hal-hal apa saja yang harus diperhatikan oleh pihak berwenang dalam penetapan upah minimum, hal-hal tersebut yaitu: a. Kebutuhan dari pekerja dan keluarganya, dengan mempertimbangkan tingkat upah secara umum di negara bersangkutan, biaya hidup, jaminan perlindungan social dan standar kehidupan relative dari kelompok sosial lainnya. b. Faktor ekonomi, termasuk tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat produktivitas, dan kemampuan untuk mencapai dan menjaga tingkat pekerjaan yang tinggi. Untuk penerapan upah di Indonesia menurut Islam dan Nazara (2000), bahwa kenaikan upah minimum tidak menyebabkan kenaikan biaya tenaga kerja yang dapat mengurangi profitabilitas dari perusahaan. Dan juga upah minimum dapat dijadikan 3
4 Dalam Persen patokan untuk dapat mengukur pekerja yang miskin. Lingkungan Indonesia juga menjadi salah satu tantangan dalam penetapan upah minimum ini karena mayoritas angkatan kerja di Indonesia masih dalam kondisi miskin. Dengan keadaan seperti ini penerapan upah minimum di Indonesia harus memperhatikan konvensi nomor 131 dari ILO. Dari grafik 1.1 yang menunjukkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia dari tahun rata-rata sebesar 60%. Hal ini berarti bahwa penentuan UMP harus benar-benar diperhatikan karena melibatkan banyak orang atau tenaga kerja. Walaupun besaran UMP setiap tahunnya mengalami peningkatan tetap saja dalam penentuannya harus memperhatikan komponen hidup layak di daerah. Oleh karena itu pemerintah harus mempunyai suatu peraturan dalam penentuan UMP ini Grafik1. 1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia Tahun Sumber: Worldbank,
5 Selain angka TPAK yang meningkat besaran tingkat UMP di Indonesia juga mengalami peningkatan. Dapat kita lihat pada tabel di atas besaran UMP di enam provinsi di Pulau Jawa dari tahun mengalami peningkatan. Proporsi peningkatan UMP dari ke enam provinsi tersebut memang tidak seragam, hal ini dikarenakan bahwa penentuan upah minimum di Indonesia ditentukan secara regional dimana pemerintah pusat hanya mengatur kriteria jumlah upah minimum. Dari jumlah UMP di Pulau Jawa tahun jumlah paling tinggi memang terdapat di DKI Jakarta yang pada tahun 2014 mencapai Rp 2,441,301 dan UMP paling rendah terdapat di provinsi Jawa tengah yang hanya sebesar Rp 910,000. Dibawah ini tabel UMP di Pulau Jawa periode Tabel 1. 1 Upah Minimum Provinsi di Pulau Jawa Banten 1,042,000 1,170,000 1,325,000 DKI Jakarta 1,529,150 2,200,000 2,441,301 Jawa Barat 780, ,000 1,000,000 Jawa Tengah 765, , ,000 Jawa Timur 745, ,250 1,000,000 D.I. Yogyakarta 892, , ,500 Sumber: Asosiasi Pengusaha Indonesia (2012, 2013, 2014) 5
6 Di Indonesia peraturan mengenai upah minimum provinsi di atur dalam Peraturan Pemerintah nomor 78 Tahun Di dalam peraturan pemerintah tersebut terdapat formula untuk penetapan upah minimum provinsi, dimana formulanya adalah: UMP = UMP tahun berjalan + (UMP tahun berjalan (inflasi + pertumbuhan PDRB)... (1) Dalam formula tersebut penetapan upah minimum memasukan inflasi dan pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB). Menurut PP nomor 78 tahun 2015 tujuan dari formula tersebut adalah terpenuhinya kebutuhan hidup layak dari tenaga kerja. Hal ini dikarenakan dengan dimasukkannya inflasi dan pertumbuhan PDRB ke dalam formula tersebut agar jumlah upah minimum langsung terkoreksi, hal ini dikarenakan tingkat inflasi sama dengan nilai kehidupan layak. Tetapi kontradiksi dalam PP ini adalah komponen hidup layak ditinjau lima tahun sekali. Hal ini berarti bahwa walaupun inflasi dan pertumbuhan terus berubah tetapi komponen hidup layak tidak harus ikut berubah. Untuk penentuan KHL daerah tersebut, pemerintah harus memperhatikan kebutuhan minimum yang diperlukan di daerah tersebut. Kebutuhan minimum yang diperlukan tersebut seperti makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan juga rekreasi dan tabungan. Setelah mengetahui jumlah KHL yang diperlukan tersebut pemerintah dapat menentukan Indeks Harga Konsumen (IHK). Perhitungan IHK dilakukan setiap bulan dan setiap tahun dalam bentuk persentase. Kenaikan atau penurunan IHK ini dapat dijadikan petunjuk naik atau turunnya biaya 6
7 kebutuhan hidup dan sebagai acuan kesejahteraan masyarakat dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi (Charysa, 2013). Selain penentuan KHL, permasalahan lain dalam penentuan pengupahan adalah konflik kepentingan antara pemerintah, pengusaha dan tenaga kerja. Masing-masing pihak tersebut merasa kepentingannya harus didahulukan. Karena adanya konflik kepentingan inilah sehingga menyebabkan ada perusahaan yang tidak mengikuti regulasi jumlah upah minimum yang sesuai dengan peraturan pemerintah (Agustiani, 2007). Walaupun demikian jumlah upah minimum tiap tahunnya tetap saja semakin meningkat. Upah minimum yang setiap tahunnya semakin meningkat dapat mempengaruhi konsumsi yang dikeluarkan oleh tenaga kerja. Dengan meningkatnya pengeluaran konsumsi tanaga kerja dapat meningkatkan PDRB. Peningkatan PDRB ini dapat mengakibatkan kenaikan inflasi. Peningkatan PDRB juga berarti bahwa output yang dihasilkan daerah tersebut meningkat atau produktivitasnya meningkat (Hubbard, 2013). Berikut ini merupakan grafik dari pertumbuhan PDRB, inflasi, dan produktivitas tenaga kerja periode Dari grafik 1.3 kecenderungan inflasi di Jawa Barat dari tahun 2009 sampai tahun 2014 besarannya berfluktuasi. Dimana kenaikan secara drastis terjadi pada tahun 2013, dimana pada tahun tersebut terjadi kenaikan harga BBM karena pemerintah meengurangi subsidi untuk BBM. Harga BBM yang naik seperti contoh harga premium yang naik dari Rp 4.800,- menjadi Rp 6.500,-, hal ini mendorong terjadinya kenaikan inflasi karena menyebabkan harga-harga barang dan jas mengalami kenaikan secara 7
8 Dalam Persen serentak. Kenaikan harga-harga atau inflasi yang diakibatkan oleh naiknya biaya produksi dari produsen disebut dengan cost-push inflation (Mishkin, 2010). Pertumbuhan PDRB di Jawa Barat dari grafik di atas secara umum berada di kisaran enam persen. Grafik 1. 2 Pertumbuhan PDRB, Produktivitas Tenaga Kerja, dan Inflasi Jawa Barat Produktivitas Pertumbuhan Inflasi Sumber: Worldbank, Selain memperhatikan inflasi dan pertumbuhan PDRB penentuan upah minimum juga juga harus melihat produktivitas dari tenaga kerja secara makro. Pertumbuhan produktivitas yang lebih cepat dapat mengurangi tenaga kerja dalam jangka pendek namun demikian dalam jangka panjang menyebabkan tenaga kerja dan upah meningkat (Walsh, 2004). Dari grafik 1.3 diatas dapat kita lihat bahwa produktivitas tenaga kerja di Jawa Barat memiliki trend yang meningkat dari tahun 2009 sampai Menurut Yulianta (2000) bahwa produktivitas tenaga kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap upah yang diberikan kepada tenaga kerja. 8
9 Pemberian upah kepada tenaga kerja juga ditentukan oleh produktivitasnya dan juga tingkat pengembalian dari skill yang mereka miliki (Borjas, 2013). Dengan demikian juga penentuan upah minimum setidaknya harus memperhatikan produktivitas dari tenaga kerja. Berdasarkan permasalahan ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan PDRB, dan Produktivitas terhadap UMP di Jawa Barat. Dalam hal ini penulis terdorong untuk mendalami faktor-faktor yang akan mempengaruhi UMP. Penulis berharap dengan kesimpulan akhir yang dihasilkan dari tulisan ini dapat digunakan untuk mendorong semua pihak terutama pemerintah dan serikat buruh untuk terus memperhatikan dan mencari jalan keluar yang efektif dalam penentuan upah minimum yang diperoleh, sehingga kesejahteraan tenaga kerja dapat terwujud. 1.2 Rumusan Masalah Penentuan UMP menjadi salah satu masalah dalam pembangunan, karena terdapat konflik kepentingan antara pemerintah, pengusaha dan tenaga kerja. Permasalahan penentuan UMP yang terjadi terkait dengan penentuan Komponen Hidup Layak (KHL) dan konflik kepentingan antara pengusaha dan tenaga kerja. Untuk menyelesaikan konflik tersebut, pemerintah mengeluarkan PP yang berkaitan pengupahan yaitu PP No. 78 Tahun PP ini menjembatani kepentingan dari pemerintah, pengusaha, tenaga kerja atau disebut dengan tripartit. Formula penentuan upah yang disebutkan dalam PP tersebut memasukkan variabel inflasi dan 9
10 pertumbuhan ekonomi, yang berkaitan erat dengan Komponen Hidup Layak yang diterbitkan oleh Kementerian Tenaga Kerja. Permasalahan mengenai upah minimum ini di Jawa Barat harus diperhatikan karena Jawa Barat terdapat 8 kabupaten yang memiliki kawasan industri. Hal ini menempatkan Jawa Barat sebagai provinsi dengan kawasan industri paling banyak di Indonesia sehingga didalamnya terdapat banyak tenaga kerja. Permasalahan lainnya dalam kaitannya dengan sistem ketenagakerjaan di Indonesia adalah produktivitas tenaga kerja belum diperhatikan dalam penentuan upah minimum dimana produktivitas tenaga kerja ini secara teori memiliki pengaruh terhadap upah yang diterima oleh tenaga kerja. Dari penjelasan latar belakang secara singkat dalam paragraf di atas, permasalahan penentuan UMP di Jawa Barat menguji formula dari PP nomor 78 Tahun 2015 sebagai penetapan upah minimum di provinsi. Dimana penetapan upah minimum dapat ditentukan melalui faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain inflasi, pertumbuhan PDRB, dan produktivitas tenaga kerja. 1.3 Pertanyaan Penelitian Untuk itu pertanyaan penelitian dari rumusan masalah di atas adalah: a. Apakah inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap UMP di Jawa Barat pada periode ? b. Apakah pertumbuhan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap UMP di Jawa Barat pada periode ? c. Apakah produktivitas tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap UMP di Jawa Barat pada periode ? 10
11 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui apakah inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap UMP di Jawa Barat pada tahun b. Untuk mengetahui apakah pertumbuhan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap UMP di Jawa Barat pada tahun c. Untuk mengetahui apakah produktivitas tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap UMP di Jawa Barat pada tahun Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan. 2. Manfaat praktis a. Bagi Penulis Menambah wawasan penulis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan upah minimum di area regional. b. Bagi Pengambil Kebijakan 11
12 Sebagai masukan yang membangun guna mengetahui bagaimana upah minimum harus ditetapkan. c. Bagi Asosiasi Buruh/Tenaga Kerja Sebagai masukan yang membangun guna mengetahui kenapa pemerintah menggunakan formula penetapan upah minimum sesuai dengan PP nomor 78 tahun Sistematika Penulisan Untuk kejelasan dan ketepatan arah pembahasan dalam skripsi ini penulis menyusun sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang diambil data penelitian yang akan dikemukakan mengenai landasan teori penelitian, penelitian terdahulu, hipotesis penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dengan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12
13 Bab ini akan diuraikan tentang deskriptif objek penelitian, analisis data dan pembahasan penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini serta beberapa saran yang membangun pihak-pihak terkait dalam masalah penentuan upah minimum provinsi. 13
BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciBAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Keadaan pasar kerja yang dualistik dengan kelebihan penawaran tenaga kerja dan
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam situasi perburuhan yang sifat dan dinamikanya semakin kompleks, upah masih tetap menjadi persoalan utama di negara berkembang seperti Indonesia. Keadaan pasar kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Tujuan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Tujuan dari pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bawah garis kemiskinan (poverty line), kurangnya tingkat pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta
Lebih terperinciPemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi. Ketika kesempatan kerja tinggi, pengangguran akan rendah dan ini akan berdampak pada naiknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JAWA TENGAH BULAN NOVEMBER 2010
No.59/12/33/Th.IV, 01 Desember 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JAWA TENGAH BULAN NOVEMBER 2010 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah Bulan November 2010 mengalami kenaikan indeks sebesar 0,52 persen,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil, makmur yang merata, material dan spiritual berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan faktor penting dalam proses pembangunan yakni sebagai penyedia tenaga kerja. Namun dengan kondisi tenaga kerja dalam jumlah banyak belum menjamin bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari keikutsertaan seluruh komponen masyarakat, tidak terkecuali peranan wanita didalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. of The Republic of Indonesia. Jakarta, 1992, page 18. Universitas Indonesia. Pengaruh upah minimum..., Gianie, FE UI, 2009
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap kali perekonomian suatu negara mengalami guncangan (shock), masyarakat langsung terkena imbasnya. Biasanya harga-harga kebutuhan pokok yang mencerminkan tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan antara inflasi dan pengangguran mulai menarik perhatian para ekonom pada akhir tahun 1950an, ketika A W Phillips dalam tulisannya dengan judul The Relationship
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara tidak terlepas dari proses perencanaan yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Bernardin dan Russel (1993) upah merupakan salah satu bentuk kompensasi langsung, disamping sistem gaji dan pembayaran berdasarkan kinerja. Termasuk dalam kompensasi
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.38/08/33/Th.IV, 02 Agustus 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JAWA TENGAH BULAN JULI 2010 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah Bulan Juli 2010 mengalami kenaikan sebesar 1,19
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.
BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN Fakta bahwa Indonesia tidak meratifikasi konvensi ILO No.131 dan No. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Inflasi Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus. kenaikan harga pada satu atau dua barang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada bulan akhir tahun dan bulan awal tahun umumnya kondisi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada bulan akhir tahun dan bulan awal tahun umumnya kondisi di Indonesia khususnya untuk daerah-daerah industri mengalami ketegangan sosial yang akan terus meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sasaran pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai sasaran tersebut maka pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam meningkatkan kesejahteraan tersebut, salah satunya
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No. 948, 2016 KEMENAKER. Hidup Layak. Kebutuhan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 948, 2016 KEMENAKER. Hidup Layak. Kebutuhan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertujuan melindungi kondisi ekonomi dari para pekerja berupah rendah (Gramlich,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan upah minimum adalah sebuah kebijakan institusional yang bertujuan melindungi kondisi ekonomi dari para pekerja berupah rendah (Gramlich, 1976; Card dan Krueger,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang menginginkan adanya perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penduduk yang semakin cepat dan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan beberapa masalah baru dan salah satu masalah tersebut adalah masalah pengangguran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:2000).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi ini mengandung
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO
NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017
Lebih terperinciANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA
ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap, mental dan kelembagaan, ketimpangan, dan mengatasi kemiskinan (Todaro, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan proses dari berbagai dimensi yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap, mental dan kelembagaan, termasuk pula laju perubahaan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan yang lain. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi perkembangan penyerapan tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung semakin membuka penyerapan tenaga
Lebih terperinciEduard Marpaung KSBSI
Eduard Marpaung KSBSI Menurut data BPS 2014 Buruh Informal pada tahun 2014 sekitar 59,38%. Pertumbuhan sektor informal ini tidak banyak berubah dari 10 tahun sebelumnya. Yang hanya terjadi adalah berpindahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Upah masih menjadi salah satu persoalan yang selalu menjadi sorotan terutama di
1 I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Upah masih menjadi salah satu persoalan yang selalu menjadi sorotan terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini mengingat bahwa upah merupakan komponen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga dengan memperhatikan tingkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah pembangunan Indonesia seutuhnya. Kemiskinan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi hendaknya selaras dengan kesejahteran masyarakat. Tetapi manfaat yang diterima tidak semua dirasakan oleh lapisan masyarakat. Hal inilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat ( United Nations, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat ( United Nations, 2015). Dipandang dari segi ketenagakerjaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada masa Orde Baru dilakukan secara sentralistik, dari tahap perencanaan sampai dengan tahap implementasi ditentukan oleh pemerintah pusat dan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara selalu diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia sebagai sebuah negara dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah ketenagakerjaan hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting mengingat erat kaitannya dengan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi.
Judul : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Investasi Terhadap Pengangguran di Provinsi Bali Tahun 1995-2014. Nama : I Nyoman Bayu Dirga NIM : 1215151004 ABSTRAK Pengangguran merupakan suatu ukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum ditujukan untuk mencapai tingkat pengangguran yang rendah (high
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang sering dihadapi oleh suatu negara. Kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara, secara umum ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah suatu proses dimana pemerintah nasional dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membuat suatu kebijakan yang dapat merangsang
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bappenas (2005) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Beberapa faktor..., Desmiwati, FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN Setiap orang yang bekerja berhak atas pengupahan yang adil dan menguntungkan, yang memberikan jaminan kehidupan yang bermartabat baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya, dan jika
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia
BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia Dalam situasi perburuhan yang sifat dan dinamikanya semakin kompleks, upah masih tetap menjadi persoalan utama di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan dan jumlah komposisi tenaga kerja tersebut akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya memenuhi kebutuhannya, seseorang akan melakukan sesuatu kegiatan yang disebut konsumsi. Konsumsi merupakan suatu kegiatan menikmati nilai daya guna dari
Lebih terperinciGAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014
GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN 2013 Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 Statistik Dasar UU NO. 16 TAHUN 1997 (TENTANG STATISTIK) Statistik yang pemanfaatannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan kata
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah atas keperluan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ix HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembangunan daerah, karena wilayah Indonesia terdiri atas provinsi-provinsi, kabupaten/kota serta
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1985-2007 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Periode RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun 2008-2013 beserta semua capaian kinerjanya
Lebih terperinciSTATISTIK DISTRIBUSI
STATISTIK DISTRIBUSI Perdagangan Harga Konsumen Harga Perdagangan Besar Harga Produsen DI SUSUN OLEH: RINO GALANG PRABOWO DIAN PRAVITASARI SRI SISKA WIRDANIYATI GALIH ALAM INDRAYANA WURI PERMADININGTYAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengelola dana masyarakat secara baik dan benar. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana (surplus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perbankan merupakan bidang usaha yang dapat meningkatan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di suatu negara. Oleh karena itu, perbankan diharapkan mampu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar, maka permasalahan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Menurut hasil survei Departemen Perdagangan Amerika Serikat, melalui Biro Sensusnya,
Lebih terperinciANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Lapeti Sari Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Penelitian ini bertujuan antara lain adalah: memberikan gambaran tentang persediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm Ibid., hlm. 10.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang dan jumlah penduduknya besar, Indonesia merupakan satu dari banyak negara yang memiliki masalah mengenai tenaga kerja. Jumlah penduduk yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa diberlakukannya Otonomi Daerah, untuk pelaksanaannya siap atau tidak siap setiap pemerintah di daerah Kabupaten/Kota harus melaksanakannya, sehingga konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan atau mereka yang tergolong angkatan kerja 1 tetapi sedang mencari pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran merupakan masalah yang serius dan merefleksikan kurangnya pemanfaatan tenaga kerja di sebuah negara. Tingginya tingkat pengangguran tidak hanya menghambat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyerapan tenaga kerja menjadi salah satu elemen penting dalam tercapainya pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin besar jumlah angkatan
Lebih terperinciINDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional
Lebih terperinci