BAB IV EVALUASI PENERAPAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ACG. Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-undang PPN Nomor 18 Tahun 2000

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV EVALUASI PENERAPAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ACG. Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-undang PPN Nomor 18 Tahun 2000"

Transkripsi

1 BAB IV EVALUASI PENERAPAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ACG Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-undang PPN Nomor 18 Tahun 2000 disebutkan bahwa Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak. PT ACG merupakan perusahaan advertising yang memiliki jumlah dasar pengenaan pajak (DPP) berjumlah Rp ,-. PT ACG yang bertempat di Jalan Pinang Ranti, Jakarta Timur yang memiliki karyawan kurang lebih 8 orang karyawan tetap dan 33 orang karyawan tidak tetap. Perusahaan ini bergerak dibidang periklanan. PT ACG memberikan layanan jasa berupa pemasangan iklan atau pemasangan billboard. Dimana setiap perusahaan yang ingin menggunakan jasa PT ACG itu dikenakan Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun Pada tahun pajak 2005 PT ACG memiliki pajak keluaran sebesar Rp ,- dan pajak masukan sebesar Rp ,-. Sehingga PT ACG memiliki kurang setor sebesar Rp ,-. Pada Masa Pajak Desember 2005 PT ACG memiliki Pajak Keluaran sebesar Rp ,- dan Pajak Masukan sebesar Rp ,-. 56

2 IV.1 Evaluasi Pajak Keluaran Pengusaha Kena Pajak yang melakukan transaksi penjualan ataupun penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak, karena transaksi tersebut maka Pengusaha Kena Pajak harus memungut Pajak Pertambahan Nilai yang disebut juga dengan Pajak Keluaran atau bisa disebut dengan PPN Keluaran, yang nantinya akan disetorkan ke kas negara. Pada tahun pajak 2005 Pajak Keluaran PT ACG hanya memungut kepada pihak bukan pemungut. dari hasil temuan dan berdasarkan data-data yang diambil menurut SPT Masa tahun berikut ini adalah penjelasan tentang penyerahan dan perolehan yang didapat PT ACG pada tahun Tabel IV.1 Evaluasi Penyerahan dan Perolehan Selama Tahun 2005 pada PT ACG Penyerahan Kepada Bukan Pemungut PPN Bulan DPP PPN Masukan Kurang Bayar/ (Lebih Bayar) Januari 682,739,916 68,273,992 13,750,000 54,523,992 Februari 361,667,184 36,166,718 6,980,755 29,185,963 Maret 241,118,667 24,111,867 24,111,867 April 923,752,217 92,375,222 14,417,160 77,958,062 Mei 62,929,917 6,292,992 1,848,000 4,444,992 Juni 254,117,003 25,411,700 25,411,700 Juli 264,389,309 26,438,931 12,878,755 13,560,176 Agustus 265,544,917 26,554,492 14,061,364 12,493,128 September 444,642,872 44,464,287 44,464,287 Oktober 357,627,500 35,762,750 35,762,750 November 336,765,000 33,676,500 33,676,500 Desember 609,087,926 60,908,793 18,875,000 42,033,793 Jumlah 4,804,382, ,438,244 82,811,034 57

3 Berdasarkan hasil penelitian dan data-data yang didapat dari laporan laba rugi, buku besar, SPT Masa 2005, neraca dan laporan keuangan lainnya serta wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada pihak perusahaan. Maka dengan ini penulis melakukan penelitian dengan cara menggunakan Metode Arus Piutang. 58

4 Tabel IV.2 METODE ARUS PIUTANG (dalam bentuk rupiah) Penerimaan Piutang Dagang 5,639,911,179 Piutang Dagang ,351,447,536 6,991,358,715 Piutang Dagang ,459,645,325 Penjualan Kredit Incl. PPN 5,531,713,390 Pajak Keluaran 502,883,035 Penjualan Excl.PPN 5,028,830,355 Penjualan Tunai 378,670,926 DPP seluruhnya 5,407,501,280 Penyerahan Sebelum Evaluasi 4,803,745,428 Selisih 603,755,852 59

5 Tabel IV.3 Pos-Pos yang Dikoreksi No Uraian Jumlah 1 Pajak Pertambahan Nilai : Dasar Diberikan Koreksi WP melaporkan DPP PPN sebesar Rp ,-. sedangkan menurut perhitungan penjualan DPP menurut SPT/WP Rp dengan pendekatan arus piutang. Ditemukan Rp ,- DPP menurut Pemeriksa Rp sehingga atas DPP PPN menurut SPT Masa PPN Rp dikoreksi positif sebesar Rp ,-. 2 Pajak Keluaran : Koreksi Pajak keluaran sebesar Rp ,- Pajak Keluaran dalam SPT/WP Rp yang disebabkan atas penjualan yang kurang dilaporkan Pajak Keluaran dalam SPT/Pemeriksa Rp yang ada diatas Rp

6 Berdasarkan hasil penelitian penulis yang menggunakan Metode Arus Piutang yang telah dijelaskan diatas, maka ditemukan beberapa masalah dalam PT ACG yaitu: 1) Ada beberapa penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak dilaporkan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil evaluasi, kondisi yang terdapat dalam perusahaan selama tahun 2005, penulis menemukan beberapa masalah dimana terdapat beberapa penyerahan yang tidak dilaporkan oleh PT ACG kepada Fiskus. berdasarkan hasil penyerahan yang diperoleh pada tahun 2005, ada beberapa bulan dalam penyerahan yang tidak dilaporkan oleh PT ACG yaitu pada bulan Maret, April dan September. Dimana pada bulan Maret, April dan September terdapat penyerahan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap pihak bukan pemungut, dimana dalam penyerahan tersebut tidak dilaporkan oleh perusahaan. Berdasarkan SPT Masa 2005 penyerahan yang terdapat pada bulan Maret, April dan September. SPT Masa bulan Maret sebesar Rp ,- bulan April sebesar Rp ,- dan bulan September sebesar Rp ,-. Setelah penulis melakukan penelitian yang menggunakan Metode Arus Piutang, terdapat sejumlah penyerahan yang tidak dilaporkan yang diantaranya: 1. Pada tanggal terjadi penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan antara PT ACG dengan PT AO sebesar Rp ,- dan PPN-nya sebesar Rp ,-. 2. Pada tanggal terjadi penyerahan antara PT ACG dengan PT TMN sebesar Rp ,- dan PPN-nya sebesar Rp ,-. PT TMN memasang spanduk dengan menggunakan jasa PT ACG. 61

7 3. Pada tanggal adanya penyerahan kepada PT ABP sebesar Rp dan PPN-nya Rp ,8. PT ABP menggunakan jasa PT ACG untuk memasang reklame yang nantinya digunakan untuk kepentingan perusahaan. PT ABP memasang reklame untuk memperkenalkan produk yang akan mereka tawarkan kepada masyarakat agar masyarakat melihat dan mengetahui tentang produk yang dibuat oleh PT ABP. 4. Pada tanggal PT AO ingin memasang billboard dengan menggunakan jasa PT ACG. PT ACG memberikan harga pemasangan billboard sebear Rp dan PPN-nya Rp ,-. yang nantinya akan di pasang dipinggir jalan yang terletak di depan kantor PT AO yang berada di Jakarta Selatan, PT AO ini adalah salah satu perusahaan yang membuat suatu produk yang nantinya produk itu akan diperkenalkan kepada masyarakat. 5. Pada tanggal PT AJ menggunakan jasa PT ACG karena ingin membuat logo perusahaan, PT ACG memberikan harga sebesar Rp dan PPN-nya Rp ,-. 6. Pada tanggal PT AO menggunakan jasa PT ACG untuk perijinan reklame sebesar Rp dan PPN-nya Rp ,-. PT ACG diberikan kepercayaan untuk mengurus masalah perijinan reklame PT AO. 7. Pada tanggal PT KI menggunakan jasa PT ACG untuk pembuatan logo perusahaan, PT ACG memberikan harga kepada PT KI sebesar Rp ,- dan PPN-nya Rp ,-. 8. Pada tanggal PT JKP memasang konstruksi reklame kepada PT ACG sebesar Rp ,- dan PPN-nya Rp ,-. PT JKP memasang 62

8 reklame tersebut agar masyarakat mengetahui bahwa PT JKP adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa asuransi, maksud dan tujuan PT JKP membuat dan memasang reklame bertujuan untuk mengenalkan bidang usahanya di bidang jasa asuransi. Berdasarkan dari penjelasan diatas, penyerahan pada bulan Maret, April dan September. Perusahaan tidak melaporkan secara keseluruhan dari hasil penyerahan tersebut, sebab perusahaan khawatir pajak yang dibayarkan nantinya akan terlalu besar. Sehingga dalam hal ini perusahaan tidak ingin mengambil resiko yang terlalu besar. Menurut penulis, melihat keadaan dan status PT ACG sebagai Pengusaha Kena Pajak, sebaiknya PT ACG melakukan kewajibannya untuk melaporkan dan memungut Pajak Pertambahan Nilai dari Pengusaha Kena Pajak pembeli. Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 disebutkan bahwa Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak. Menurut Pasal 3A ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 menjelaskan bahwa Pengusaha Kena Pajak, dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai terutang. Dalam pasal 1 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- 524/PJ./2000 dijelaskan bahwa Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan secara langsung kepada konsumen dan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena 63

9 Pajak kepada pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak yang tidak diketehui identitasnya dapat membuat Faktur Pajak Sederhana. Akibatnya, penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut dicatat sebagai penjualan non-ppn dalam buku besar perusahaan dan tidak dilaporkan atau dicatat dalam SPT Masa PPN bulan Maret, Apil dan September Menurut penulis, jika hal ini dibiarkan maka akan berdampak negative bagi PT ACG yang pada nantinya bila terjadi pemeriksaan oleh pihak Fiskus, atas kondisi yang terjadi tersebut akan diterbitkan surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) sehingga perusahaan akan dikenakan sanksi sebesar 2% per bulan dari pajak yang kurang dibayarkan. Dengan ini penulis memberikan rekomendasi kepada perusahaan agar perusahaan harus dan wajib untuk melaporkan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, karena melaporkan hasil dari penyerahan tersebut memang sudah kewajiban PT ACG yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Penulis berharap agar perusahaan menekankan betapa pentingnya melaporkan Pajak Pertambahan Nilai kepada pihak Fiskus. 2. Pembayaran Uang Muka yang Tidak Dilaporkan. hal ini dikarenakan ketika perusahaan menerima uang muka atas penyerahan jasa kena pajak perusahaan mengganggap, bahwa penyerahan uang muka yang diterima tidak harus dilaporkan sebagai Pajak Pertambahan Nilai, melainkan hanya dicatat sebagai pendapatan saja.perusahaan tidak melaporkan uang muka dari hasil penyerahaan yang dilakukan pada bulan Maret dan November. karena perusahaan 64

10 khawatir pajak yang dibayarkan nantinya terlalu besar, sehingga dalam hal ini perusahaan tidak ingin mengambil resiko yang terlalu besar. penyerahan uang muka yang seharusnya dilaporkan oleh perusahaan, tetapi perusahaan tidak melaporkannya. Seharusnya perusahaan melaporkan pembayaran uang muka kepada Fiskus. Pembayaran uang muka yang tidak dilaporkan terdapat pada bulan Maret dan November. Berdasarkan SPT Masa bulan Maret dan November 2005 (sebelum evaluasi) penyerahan yang dilakukan oleh perusahaan sebesar Rp ,-, dan pada bulan November sebesar Rp ,- setelah penulis melakukan penelitian dan evaluasi. Penulis menemukan beberapa kesalahan yang tedapat pada perusahaan yaitu pembayaran uang muka yang tidak dibuatkan Faktur Pajak, diantaranya : 1. Tanggal PT SD menggunakan jasa PT ACG untuk pembuatan dan pemasangan billboard. PT SD baru menyerahkan uang muka sebesar Rp ,- tetapi PT ACG tidak membuatkan Faktur Pajak Standar tersebut. Penyerahan uang muka yang seharusnya dilaporkan tetapi PT ACG tidak melaporkannya. pembayaran uang muka tersebut seharusnya dimasukan kedalam SPT 1195 pada kolom A1. 2. Tanggal PT MC menggunakan jasa PT ACG untuk pembuatan konstruksi reklame. Pembayaran uang muka baru dibayarkan 45% sebesar Rp ,- dan sisa pembayarannya setelah pembuatan konstruksi reklame selesai. Perusahaan tidak melaporkan pembayaran dimuka, dikarenakan perusahaan khawatir pajak yang ditanggung akan besar nantinya. Sehingga dalam hal ini 65

11 perusahaan tidak melaporkannya, karena perusahaan beranggapan apabila pembayaran dimuka tersebut tidak dilaporkan pajak yang ditanggungnya akan kecil. Pada dasarnya hal seperti itu tidak perlu dilakukan karena akan merugikan perusahaan, yang nantinya perusahaan akan dikenakan sanksi 2% dari dasar pengenaan pajaknya. Akibat dari masalah tersebut diatas, dapat merugikan lawan teransaksinya yang merupakan pemilik dari perusahaan teresbut, karena tidak ada Faktur Pajak sebagai bukti pungutan yang dapat diperhitungkan sebagai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, apabila dalam jangka 1 bulan Pajak Pertambahan Nilai-nya tidak dibayar maka Direktur Jenderal Pajak akan menerbitkan Surat Ketetapan Kurang Bayar ditambah dengan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu dikenakan denda sebesar 2% dari nilai DPP-nya. Menurut Pasal 13 Ayat (4) Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2002,umumnya pekerjaan jasa pemborongan bangunan dan barang tidak bergerak lainnya diselesaikan dalam suatu masa tertentu. Dan sebelum jasa pemborong itu selesai dan siap untuk diserahkan telah diterima pembayaran dimuka sebelum pekerjaan pemborong dimulai atau pembayaran atas sebagian pekerjaan jasa sesuai dengan tahap atau kemajuan penyelesaian pekerjaan. Penulis memberikan rekomendasi kepada perusahaan agar perusahaan melaporkan pembayaran dimuka, dan ada baiknya perusahaan juga membuatkan Faktur Pajak pada saat terjadinya teransaksi dan melakukan pencatatan kepada setiap transaksi. selain itu perusahaan juga harus segera melakukan pembetulan sebelum dilakukannya pemeriksaan kepada pihak Fiskus. Karena apabila 66

12 perusahaan tidak segera melaporkannya maka akan dikenakan sanksi sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak. 3. Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak di pungut Pajak Pertambahan Nilai Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan PT ACG terdapat penyerahan yang tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai. setelah penulis melakukan penelitian berdasarkan data-data yang dikuatkan dengan SPT Masa 2005, laporan laba rugi, buku besar, buku besar penjualan dan neraca. Penulis menemunkan beberapa penyerahan yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai yaitu pada bulan Maret, April, September dan November. Dimana dalam SPT Masa 2005 bulan Maret, Pajak Keluarannya sebesar Rp ,- bulan April sebesar Rp ,-, bulan September sebesar Rp ,- dan bulan November sebesar Rp ,-. Berdasarkan dari hasil penelitian terdapat penyerahan yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai yaitu: 1. Tanggal PT AO mengguankan jasa PT ACG untuk membuat dan memasang billboard yang nantinya akan dipasang dipinggir jalan yang terletak di Jakarta selatan, pemasangan dan pembuatan billboard adalah sebesar Rp ,- dan PPN sebesar ,- tanpa dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, 2. Tanggal PT TMN ingin membuat dan memasang neon box atau neon sign yang nantinya akan dipasang di pinggir papan billboard karena lampu yang 67

13 ada di papan billboard sudah harus diganti karena rusak, dengan biaya sebesar Rp ,- dan PPN sebesar Rp ,6. 3. Tanggal PT SD membuat dan memasang konstruksi reklame Dasar Pengenaan Pajaknya sebesar Rp ,- dan PPN ,-. 4. Tanggal PT JRP memasang dan membuat billboard perusahaan. Dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) sebesar Rp ,- dan PPN Tanggal PT TL memasang dan membuat papan billboard yang nantinya akan dipasang didepan kantornya. Papan billboard tersebut nantinya akan diletakan dipinggir jalan PT TL. PT TL menggunakan jasa PT ACG karena PT TL memberikan kepercayaan kepada PT ACG untuk memasang dan membuatkan papan billboard, PT TL merupakan perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi. Biaya yang harus dikeluarkan oleh PT TL untuk pembuatan papan billboard Dasar Pengenaan Pajak Rp ,- dan Pajak Pertambahan Nilainya sebesar Rp ,-. Dalam pembuatan papan billboard tersebut tidak dikenakan PPN karena PT TL sudah menjadi pelanggan tetap perusahaan. Hal ini disebabkan pada waktu melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Beberapa Pengusaha Kena Pajak pembeli tidak ingin dipungut Pajak Pertambahan Nilai. Menurut perusahaan disatu sisi perusahaan juga tidak mau kehilangan pelanggan, Jika memaksakan untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai kepada Pengusaha Kena Pajak pembeli maka perusahaan akan kehilangan pelanggannya. Oleh karena itu beberapa penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa 68

14 Kena Pajak tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai. Menurut penulis melihat keadaan seperti ini dan melihat status PT ACG sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka PT ACG harus melakukan kewajiban untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai dari Pengusaha Kena Pajak pembeli. Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 disebutkan bahwa Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, Jasa Kena Pajak atau ekspor Barang Kena Pajak. Menurut Pasal 3A ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 menjelaskan bahwa Pengusaha Kena Pajak Wajib melaporkan usahanya untuk segera dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak, dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai terutang. Dalam Pasal 1 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-524/PJ./2000 dijelaskan bahwa Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan secara langsung kepada konsumen dan hasil kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak yang tidak diketahui identitasnya dapat membuat Faktur Pajak Sederhana. Akibatnya, penyerahan Barang Kena Pajak tersebut dicatat sebagai penjualan non-ppn dalam buku besar perusahaan, dan tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN bulan November dalam hal ini tidak terdapatnya bukti pungutan berupa Faktur Pajak Standar. Selain itu PT ACG harus menanggung sendiri Pajak Keluaran yang seharusnya menjadi tanggungan Pengusaha Kena Pajak pembeli. Menurut 69

15 penulis, jika hal ini terus dibiarkan akan berdampak negative bagi perusahaan itu sendiri. Yang pada nantinya apabila terjadi pemeriksaan oleh Fiskus maka perusahaan akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) sehingga perusahaan akan dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2% per bulan dari pajak yang kurang dibayarkan oleh pihak Fiskus. Dalam hal ini penulis memberikan rekomendasi kepada pihak perusahaan agar pihak perusahaan pada waktu melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak harus menekankan kepada setiap pelangganya atau kepada Pengusaha Kena Pajak pembeli untuk tetap membayar Pajak Pertambahan Nilai, karena memang sudah kewajiban yang harus dilakukan kepada Pengusaha Kena Pajak yang sudah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Seharusnya PT ACG memberikan arahan kepada setiap pelanggannya karena bagaimanapun juga Pajak Pertambahan Nilai itu wajib untuk dibayarkan. Jika Pajak Pertambahan Nilai tidak dibayarkan maka akan berdampak negatif terhadap perusahaan dan Pengusaha Kena Pajak pembeli. Dari pihak PT ACG akan dikenakan sanksi berupa bunga, denda, bahkan kenaikan. Sedangkan dari pihak Pengusaha Kena Pajak pembeli Pajak Masukan atas prolehan Barang Kena Pajak tersebut tidak dapat dikreditkan karena tidak terdapat bukti pungutan berupa Faktur Pajak Standar. Seharusnya PT ACG pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, PT ACG dapat menerbitkan Faktur Pajak Sederhana. Hal ini dilakukan agar identitas pembeli dianggap tidak diketahui dan pembeli dianggap sebagai konsumen akhir. Maka nilai Pajak Keluaran yang tercantum dalam Faktur Pajak Sederhana tersebut nantinya akan dimasukan ke dalam SPT Masa PPN 70

16 Januai-Desember 2005 dalam pembetulan II formulir 1195 lampiran A1 pada kolom Faktur Pajak Sederhana. Berdasarkan dari penjelasan diatas, jelas bahwa perusahaan belum mematuhi peraturan-peraturan yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 yang menjelaskan bahwa Pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai PKP wajib untuk melaporkan hasil dari Penyerahan Barang Kena Pajak atau jasa Kena Pajak. Tabel IV.4 Evaluasi Penyerahan atas Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak (dalam bentuk rupiah) Sebelum Evaluasi Setelah Evaluasi No Keterangan Penyerahan Penyerahan Selisih 1 Januari 682,739, ,739, Februari 361,667, ,667,184 0 Keterangan Dalam Tanggal 3 Maret 241,118, ,028, ,909,588 17,20,3,5 & 14 4 April 923,752,217 1,166,927, ,175,623 1,4,17,19 & 11 5 Mei 62,292,917 62,292, Juni 254,117, ,117, Juli 264,389, ,389, Agustus 265,544, ,544, September 444,642, ,320,373 55,677,501 9,15 & Oktober 357,627, ,627, November 336,765, ,758,140 78,993, & Desember 609,087, ,087,926 0 Total 4,803,745,428 5,407,501, ,755,852 PPN 10% 480,374, ,750,128 60,375,585 71

17 IV.2 Evaluasi Pajak Masukan Dalam melakukan teransaksi pembelian, perusahaan mencatat dasar historis sebesar nilai beli barang yang tercantum dalam Faktur Pajak. Pembelian diakui setelah barang yang diterima oleh perusahaan. Perusahaan dalam melakukan teransaksi pembelian Kena Pajak, PT ACG menerima lembar asli Faktur Pajak Standar. Faktur Pajak Standar tersebut merupakan Faktur Pajak Masukan bagi perusahaan. Untuk Faktur Pajak Standar Masukan, terdapat beberapa Faktur Pajak Standar yang diperoleh dari Pengusaha Kena Pajak penjual yang tidak dicoret pada bagian dari kalimat (Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termijin) yang tidak perlu sebagaimana diminta dalam catatan bagian bawah sebelah kiri Faktur Pajak Standar. Dari seluruh perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang diterima PT ACG selama bulan Januari-Desember 2005, teryata Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan kepada PT ACG (Pajak Masukan) hanya sebesar Rp ,-. PT ACG mencatat Pajak Masukan ke dalam jurnal sebagai berikut. 72

18 Tabel IV.5 Evaluasi Pajak Masukan SPT Masa 2005 Sebelum Evaluasi Setelah Evaluasi Perolehan Perolehan No Keterangan PPN 10% DPP PPN 10% DPP Selisih 1 Januari 13,750, ,500,000 14,162, ,625,000 4,125,000 2 Febuari 6,980,755 69,807,550 7,329,793 73,297,928 3,490,378 3 Maret 567,566 5,675,655 5,675,655 4 April 14,417, ,171,600 14,561, ,613,316 1,441,716 5 Mei 1,848,000 18,480,000 2,310,000 23,100,000 4,620,000 6 Juni 0 7 Juli 0 8 Agustus 12,878, ,787,550 13,587, ,870,865 7,083,315 9 September 14,061, ,613,640 14,061, ,613, Oktober 1,855,464 18,554,642 18,554, November 2,187,579 21,875,785 21,875, Desember 18,875, ,750,000 18,875, ,750,000 Total 82,811, ,110,340 89,497, ,976,831 66,866,491 Setelah penulis melakukan verifikasi terhadap laporan laba rugi Januari- Desember 2005, teryata perolehan Barang Kena Pajak yang terdapat pada laporan laba rugi PT ACG sebesar Rp ,-. Berdasarkan hasil penelitian yang dikuatkan dengan dokumen-dokumen berupa SPT Masa 2005, buku besar pembelian, Faktur Pajak, laporan laba rugi dan neraca maka dengan ini penulis menemukan beberapa masalah yang terdapat dalam Pajak Masukan PT ACG, yang diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Terdapatnya perolehan Barang Kena Pajak yang seharusnya dipungut Pajak Pertambahan Nilai, namun tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai. Dalam perolehan Barang Kena Pajak PT ACG tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusahan Kena Pajak penjual. Setelah penulis melakukan evaluasi yang didapat dari data dan hasil wawancara kepada pihak perusahaan. Penulis menemukan saldo yang terdapat dalam laporan laba rugi sebesar 73

19 Rp ,- sedangkan yang terdapat dalam SPT Masa PPN sebesar Rp ,- maka dalam hal ini penulis menemukan selisih sebesar Rp ,- sehingga Pajak Pertambahan Nilai yang belum dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli adalah sebesar Rp Seperti pada bulan Februari, Maret dan April terdapat perolehan Barang Kena Pajak yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, diantaranya : 1. Pada tanggal terdapat perolehan Barang Kena Pajak dari PT CBM sebesar Rp ,- dan PPN-nya sebesar Rp ,-. 2. Tanggal terdapat perolehan Barang Kena Pajak dengan Dasar Pengenaan Pajaknya sebesar Rp ,- dan PPN-nya sebesar Rp ,-. 3. Pada tanggal terdapat perolehan Barang Kena Pajak. sebesar Rp ,- dengan PPN sebesar Rp ,-. 4. Pada tanggal terdapat perolehan Barang Kena Pajak yang dipungut sebesar Rp ,- dan PPN-nya Rp ,-. 5. Pada tanggal terdapat perolehan Barang Kena Pajak, perusahaan membeli peralatan untuk pemasangan reklame dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp ,- dan PPN-nya sebesar Rp ,-. 6. Pada tanggal terdapat perolehan Barang Kena Pajak, perusahaan membeli perlengkapan kantor sebesar Rp dan PPN-nya sebesar Rp ,-. setelah penulis melakukan penelitian penulis mendapatkan jumlah yang seharusnya dibayarkan oleh perusahaan pada bulan Januari sebesar 74

20 Rp ,- Februari sebesar Rp ,- Maret sebesar Rp ,- dan bulan April sebesar Rp ,-. Dalam hal ini seharusnya perusahaan harus membayarkan kekurangan dalam pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. apabila perusahaan tidak ingin dikenakan sanksi oleh pihak Fiskus. Apabila terjadi pemeriksaan oleh pihak Fiskus maka perusahaan akan dikenakan sanksi dari dasar pengenaan pajaknya. Menurut Pasal 1 angka 24 undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean atau impor Barang Kena Pajak. Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-524/PJ./2000, tanda bukti penyerahan atau pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak yaitu bon kontan, faktur penjualan, segi cash register, kuitansi, atau tanda bukti penyerahan atau pembayaran lain yang sejenis sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 2 ketentuan ini dapat diperlukan sebagai Faktur Pajak Sederhana. Menurut Pasal 5 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-524/PJ./2000. Faktur Pajak Sederhana tidak dpaat digunakan oleh pembeli Barang Kena Pajak dan atau penerima Jasa Kena Pajak sebagai dasar pengkreditan Pajak Masukan. Hal ini disebabkannya transaksi yang dilakukan PT ACG kepada Pengusaha Kena Pajak pembeli, terlalu mengabaikan Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya dipungut kepada Pengusaha Kena Pajak pembeli, tetapi PT ACG tidak memungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut kepada Pengusaha Kena Pajak 75

21 pembeli. jadi yang seharusnya itu merupakan kewajiban Pengusaha Kena Pajak pembeli, tetapi PKP pembeli tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar PPN. Akibatnya, Pajak Masukan yang dibayarkan melalui Pengusaha Kena Pajak pembeli lebih kecil dibandingkan jumlah yang seharusnya dibayarkan. Jika dilakukan pemeriksaan, maka PT ACG dapat diterbitkan Surat Teguran bahkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. Hal ini disebenarnya sangat merugikan PT ACG, karena akan dikenakan sanksi sebesar 2% per bulan dari Dasar Pengenaan Pajak. Penulis memberikan rekomendasi kepada perusahaan, agar perusahaan menyerahkan tanda bukti atau pembayaran atas perolehan Barang Kena Pajak yang tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai yang nantinya akan diperlakukan sebagai Faktur Pajak Sederhana. Nilai Pajak Masukan yang tercantum dalam Faktur Pajak Sederhana. Nilai Pajak Masukan yang tercantum dalam Faktur Pajak Sederhana tersebut nantinya dimasukkan kedalam SPT Masa PPN Januari-Desember Pembetulan II formulir 1195 lampiran B4 pada kolom Faktur Pajak Sederhana (tidak dapat dikreditkan). Setelah itu, setiap pembelian yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli harus memperhatikan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun Selain itu PT ACG juga harus lebih bersikap tegas kepada Pengusaha Kena Pajak pembeli agar mereka memenuhi kewajiban untuk membayar Pajak Pertambahan Nilai. 76

22 2. Perusahaan belum mengelompokan antara Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan yang tidak dapat dikreditkan. Menurut perusahaan, pembayar Pajak Pertambahan Nilai selama Januari sampai Desember sebesar RP ,- dan PPN-nya Rp ,- dengan nilai tersebut dianggap dapat dikreditkan semua, tetapi setelah penulis melakukan penelitian yang didasarkan pada dokumen, berupa Faktur Pajak, buku besar pembelian, laporan laba rugi dan neraca. Pajak Masukan tersebut sebesar Rp ,- dan PPN-nya Rp ,1. penulis menemukan ada beberapa Pajak Masukan yang seharusnya tidak dapat dikreditkan tapi perusahaan mengkreditkannya, yaitu terdapat pada bulan Mei, Agustus dan November. Dengan total keseluruhan sebesar Rp ,-. Dalam hal ini perusahaan belum begitu memahami Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan yang tidak dapat dikreditkan. Kriteria umum suatu Pajak Masukan dapat dikreditkan apabila telah memenuhi persyaratan baik formal maupun material berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 18 Tahun Sedangkan dalam Pasal 9 ayat (8), disebutkan bahwa Pajak Masukan yang tercantum dalam Faktur Pajak Sederhana, dan Pajak Masukan yang tercantum dalam Faktur Pajak Standar yang tidak memunuhi ketentuan perundangundangan Pajak Pertambhan Nilai tidak dapat dikreditkan. Menurut perusahaan, hal ini disebabkan fungsi pajak PT ACG kurang memperhatikan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun tanggapan penulis atas keterangan dari Pengusaha Kena Pajak penjual 77

23 merupakan Faktur Pajak Standar yang cacat, dan pihak perusahaan tidak menyadari hal tersebut sebagai sebuah kekeliruan. Akibatnya, karena Faktur Pajak Standar yang diterima tergolong Faktur Pajak Standar cacat, seharusnya perusahaan tidak mengelompokan Pajak Masukan tersebut sebagai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan melainkan sebagai Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan, karena akan berpengaruh dalam pengisian SPT dan Pelaporan Pajak-nya, selama Faktur Pajak tersebut belum diganti maka Faktur Pajak tersebut adalah Faktur Pajak yang tidak dapat dikreditkan. Berdasarkan kondisi yang ada, penulis memberikan rekomendasi kepada perusahaan agar PT ACG meminta Faktur Pajak Standar pengganti kepada Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak Standar, agar Pajak Masukan tersebut dapat dikreditkan dalam SPT Masa Pembetulan. PT ACG juga harus melakukan klasifikasi terlebih dahulu sebelum mengisi SPT Masa. Klasifikasi Pajak Masukan dapat dilakukan dengan menggunakan format kertas kerja. 78

24 3. Terdapatnya Faktur Pajak Standar yang diperoleh dari Pengusaha Kena Pajak penjual yang tergolong Faktur Pajak Standar cacat. Tabel IV.6 Kertas Kerja Evaluasi Pajak Masukan Januari Desember 2005 No No. Faktur Pajak Dasar Pengenaan Pajak PPN Klasifikasi Dibandingkan dengan PK Lengkap Cacat DD TDD EUMVJ X X CZRUJ X X EUMVJ X X Keterangan : DD = Dapat Dikereditkan TDD = Tidak Dapat Dikreditkan Menurut hasil penelitian yang didasarkan pada data dan hasil wawancara yang dilakukan, penulis mendapatkan Faktur Pajak cacat pada bulan Oktober. Penulis beranggapan bahwa PT ACG belum begitu memahami ketentuan-ketentuan yang ada, sehingga Faktur Pajak yang cacat tersebut tidak ada pembetulan kembali yang seharusnya diperbaiki. Karena Faktur Pajak yang cacat sebenarnya merugikan perusahaan, oleh karena itu yang seharusnya dapat dikreditkan tapi tidak dapat dikreditkan. Menurut Pasal 13 Ayat (5) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000, Faktur Pajak wajib diisi dengan benar, lengkap, dan jelas. Benar berarti sesuai dengan Undang-Undang material. Lengkap berarti semua unsur yang tercantum dan lampiran yang diisyaratkan harus lengkap dan ditandatangani. Jelas berarti setiap 79

25 tulisan maupun angka harus jelas sehingga tidak dapat ditafsirkan lain. Dari unsur jelas ini, diantaranya termasuk dengan memberikan coretan pada bagian yang tidak perlu dari kalimat (Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/ Termijin**) sesuai dengan keadaan pada saat pembuatan Faktur Pajak Standar. Jika penyerahan Barang Kena Pajak Dasar Pengenaan Pajaknya adalah Harga Jual, maka baris tersebut yang bukan harga jual harus dicoret, menjadi seperti berikut: (Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/ Termijin**). Hal ini disebabkan karena ada kolom atau baris yang teryata tidak diisi berdasarkan ketentuan yang berlaku, dan tidak memenuhi persyaratan jelas. Faktur Pajak Standar tidak dicoret pada bagian yang tidak perlu dari kalimat (Harga Jual/Penggantian/ Uang Muka/ Termijin), sehingga menjadikan yang terdapat dalam Faktur Pajak Standar menjadi rancu, apakah berupa Harga Jual, Penggantian, Uang Muka atau Termijin. Akibatnya, Faktur Pajak Standar Masukan yang diperoleh itu merupakan Faktur Pajak Standar cacat. Karena Faktur Pajak Standar yang diperoleh tidak lengkap atau cacat, maka Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan. Rekomendasi dari penulis yaitu, perusahaan sebaiknya pada waktu menerima Faktur Pajak dari Pengusaha Kena Pajak penjual, fungsi Pajak PT ACG harus memeriksa kembali kelengkapan dari Faktur Pajak Standar itu. Jika teryata ditemukan Faktur Pajak Standar yang tidak diisi dengan lengkap, PT ACG harus segera meminta Faktur Pajak Standar pengganti kepada Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak Pajak tersebut. 80

26 Setelah penulis melakukan penelitian yang didasarkan pada data-data dan hasil wawancara oleh pihak perusahaan, berikut ini merupakan perincian dari Pajak Keluaran dan Pajak Masukan Masa PPN 2005 Sebelum dan Sesudah Evaluasi. Tabel IV.7 Evaluasi Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Kurang Bayar Uraian Sebelum Evaluasi Setelah Evaluasi Koreksi A. Penyerahan Yang Terutang PPN. - Penyerahan Kepada Bukan Pemungut PPN 4,803,745,459 5,407,501, ,755,821 B. Pajak Keluaran. - Dengan Tarif 10% 480,374, ,750,128 60,375,582 C. Pajak yang dapat diperhitungkan. - Pajak Masukan Dalam Negeri 82,811,034 82,811,034 - Pajak Masukan Dari Masa Tidak Sama - Kompensasi Kelebihan Bulan Lalu Jumlah Pajak Yang Dapat Diperhitungkan 82,811,034 82,811,034 PPN Kurang (Lebih) Dibayar 397,626, ,252,445 53,626,040 IV.3 Evaluasi Penerapan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Berdasarkan penjelasan Pasal 3 UU KUP digariskan bahwa bagi Pengusaha Kena Pajak fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung-jawabkan penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran, pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh 82

27 Pengusaha Kena Pajak dan/ atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai sangat penting untuk Pengusaha Kena Pajak. Karena, Wajib Pajak yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan hasil kegiatan yang berupa Penyerahan Pajak Pertambahan Nilai dan Perolehan Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak harus mengetahui bagaimana prosedur pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, dalam hal ini Pengusaha Kena Pajak tidak hanya melaporkan Pajak Pertambahan Nilai selain itu juga harus menerapkan Pajak Pertambahan Nilai yang sudah diatur dalam ketentuanketentuan yang berlaku. Dimana Dalam hal ini Pengusaha Kena Pajak harus mengetahui bagaimana cara pelaksanaan dan cara pelaporan. Pelaksanaan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai memang wajib bagi setiap Wajib Pajak yang sudah dikukuhkan sebagai PKP. Berdasarkan kondisi-kondisi yang ada PT ACG dalam menerapkan dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai, masih belum begitu mmahami. Karena dari hasil penelitian masih terdapatnya kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam pengisian SPT Masa PPN. Dari data dan hasil wawancara penulis oleh karyawan PT ACG, penulis beranggapan bahwa PT ACG belum begitu menerapkan Pajak Pertambhan Nilai. dengan keadaan seperti ini penulis menemukan beberapa masalah dalam Penerapan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang diantaranya sebagai berikut. 83

28 Tabel IV.10 Evaluasi Pajak Keluaran dan Pajak Masukan Masa Januari-Desember 2005 Sebelum Evaluasi No Bulan Penyerahan PK Perolehan PM 1 Januari 682,739,916 68,273, ,500,000 13,750,000 2 Februari 361,667,184 36,166,718 69,807,550 6,980,755 3 Maret 241,118,667 24,111,867 4 April 923,752,217 92,375, ,171,600 14,417,160 5 Mei 62,929,917 6,292,992 18,480,000 1,848,000 6 Juni 254,117,003 25,411,700 7 Juli 264,389,309 26,438, ,787,550 12,878,755 8 Agustus 265,544,917 26,554, ,613,640 14,061,364 9 September 444,642,872 44,464, Oktober 357,627,500 35,762, November 336,765,000 33,676, Desember 609,087,926 60,908, ,750,000 18,875,000 Tabel IV.11 Evaluasi Pajak Keluaran dan Pajak Masukan Masa Januari-Desember 2005 Setelah Evaluasi No Bulan Penyerahan PK Perolehan PM 1 Januari 682,739,916 68,273, ,625,000 14,162,500 2 Februari 361,667,184 36,166,718 73,297,928 7,329,793 3 Maret 492,350,383 49,235,038 5,675, ,566 4 April 1,147,384, ,738, ,613,316 14,561,332 5 Mei 62,292,917 6,229,292 23,100,000 2,310,000 6 Juni 254,117,003 25,411,700 7 Juli 264,389,309 26,438,931 8 Agustus 265,544,917 26,554, ,870,865 13,587,087 9 September 504,992,922 50,499, ,613,640 14,061, Oktober 357,627,500 35,762,750 18,554,642 1,855, November 505,306,390 50,530,639 21,875,785 2,187, Desember 609,087,926 60,908, ,750,000 18,875,000 84

29 1. SPT Masa PPN merupakan surat yang digunakan oleh PT ACG untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai terutang untuk setiap Masa Pajak. Penulis menemukan beberapa penyimpangan dalam SPT Masa PPN, dalam hal ini penulis menjadi lebih fokus dalam melakukan evaluasi. Penyimpangan yang terjadi pada SPT Masa yaitu kesalahan penulisan SPT Masa yang terdapat pada Formulir Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, salah satu unsur yang terdapat dalam pengisian Surat Pemberitahuan adalah benar, lengkap, dan jelas. Benar berarti, pengisian SPT sudah sesuai penghitungannya menurut Undang-Undang material (Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 dan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2000). Lengkap, berarti seluruh unsur dan lampiran yang diisyaratkan telah diisi dengan lengkap dan SPT tersebut ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya. Jelas, berarti baik tulisan maupun angka yang ada di dalam SPT harus jelas dan terang sehingga tidak dapat ditafsirkan lain. Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undnag Nomor 16 Tahun 2000, Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan SPT atas ketentuan sendiri dengan menyampaikan peryataan tertulis dalam jangka waktu dua tahun sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, dengan syarat Dirjen Pajak belum memenuhi tindakan pemeriksaan. 85

30 Dari hasil yang dilakukan dalam melakukan penelitian, hal ini terjadi karena human error yang dilakukan oleh user (orang yang melakukan input data kedalam SPT). Akibat yang ditimbulkan yaitu data yang terdapat dalam SPT Masa PPN Januari-Desember 2005 menjadi tidak benar, sehingga harus dilakukan kembali pembetulan kedua. Rekomendasi dari penulis, agar perusahaan memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut dengan prosedur yang telah ditentukan dalam ketentuan perpajakan yang berlaku. Perbaikan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa PPN Januari- Desember 2005 pembetulan II. Prosedur yang harus ditempuh yaitu menyampaikan permohonan tertulis kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar sebgai Pengusaha Kena Pajak yang sudah dikukuhkan dengan menggunakan Formulir SPT biasa, dengan mencantumkan kata pembetulan di SPT induk maupun lampiran-lampirannya. Perusahaan juga sebaiknya melakukan pengisian SPT Masa PPN Formulir 1195 lampiran B4. Karena, menurut penulis tidak semua Pajak Masukan dapat dikreditkan karena beberapa Faktur Pajak Standar yang tergolong cacat. Selanjutnya, pengisian SPT Masa PPN dapat dilihat pada kertas kerja pengisian SPT Masa PPN Sebelum SPT Masa PPN disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak, sebaiknya diperiksa kembali. Karena, penulis berpendapat bahwa peran personel yang khusus memeriksa kembali SPT Masa PPN sebelum dilaporkan atau disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak sangat penting dan diperlukan. Personel ini harus terpisah dari bagian penghitungan serta input data, agar kesalahan dalam pengisian SPT dapat diminimalkan. 86

31 2. SPT Masa PPN Pembetulan I Masa Pajak Desember 2005 yang dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak merupakan SPT Masa yang tidak lengkap. Karena dalam hal ini penulis menemukan beberapa kesalahan pengisian. Berdasarkan kondisi-kondisi yang ada, setelah penulis melakukan pengamatan yang didasarkan dan dikuatkan data yang berbentuk dokumentasi seperti hasil wawancara dengan pihak perusahaan. Dengan ini penulis menemukan suatu masalah dalam Penerapan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai. Dimana terdapat kesalahan pengisian SPT 1195, dengan melihat Kondisi pada PT ACG saat ini yaitu SPT Masa Pembetulan I yang telah disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak, merupakan SPT yang tidak lengkap karena, elemen yang terdapat dalam Formulir 1195 Induk lembar kedua dan ketiga belum lengkap diisi. SPT Masa PPN yang telah disampaikan PT ACG ke Kantor Pelayanan Pajak hanya menyampaikan lampiran SPT yang diisi saja. Lempiran SPT Masa PPN lainyang diisyaratkan oleh direktur Jenderal Pajak tidak disampaikan. Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undnag-Undang Nomor 16 Tahun 2000, salah satu unsur yang terdapat dalam pengisian Surat Pemberitahuan adalah benar, lengkap, dan jelas. Benar berarti, pengisian SPT sudah sesuai dengan peghitungannya menurut Undang-Undang material (Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000). Lengkap, berarti seluruh unsur dan lampiran yang diisyaratkan telah diisi dengan lengkap dan SPT tersebut ditandatangani oleh wajib Pajak atau kuasanya. Jelas berarti, baik tulisan maupun angka yang ada ada di dalam Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP- 87

32 215/PJ./2001, Surat Pemberitahuan dinyatakan tidak lengkap apabila memenuhi diantaranya : 1) Elemen Surat Pemberitahuan induk dan lampiran tidak atau kurang lengkap 2) diisi. 3) Surat Pemberitahuan kurang atau tidak dilampiri dengan lampiran yang diisyaratkan termasuk termasuk media elektronik. Perusahaan berpendapat bahwa hal tersebut sudah lama diterapkan di dalam perusahaan. Selama ini perusahaan tidak mengetahui bahwa hal seperti itu merupakan sebuah kekeliruan yang berdampak negatif untuk perusahaan sendiri. Menurut, hal seperti ini disebkan pihak perusahaan sendiri. Menurut penulis, hal ini disebabkan pihak perusahaan kurang memperhatikan ketentuan yang berlaku. Akibatnya, jika saat dilakukan pemeriksaan oleh fiskus, kemudian diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, maka dalam hal ini perusahaan dapat dikenakan sanksi yang lebih besar yaitu dapat berupa kenaikan. Rekomendasi yang dapat diberikan penulis adalah perusahaan sebaiknya melakukan pemeriksaan kembali atas SPT Masa PPN. Perusahaan seharusnya menyampaikan SPT Masa beserta seluruh lampiran yang diisyaratkan. dalam hal ini penulis menyarankan agar perusahaan dalam menyampaikan SPT Masa PPN Pembetulan kedua yang dapat dilihat pada lembar lampiran yang berada dibelakang. 88

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU IV.1 Evaluasi atas Penyerahan Barang Kena Pajak Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan mengelompokkan penjualan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. Divre II, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan BAB IV PEMBAHASAN Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2000 yang merupakan perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Perencanaan pajak dilakukan sebagai usaha perusahaan didalam memenuhi peraturan yang berlaku atas Pajak Pertambahan Nilai. Setelah penulis melakukan evaluasi terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT.DDT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang alat berat yang menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT ACG menerapkan Pajak Pertambahan Nilai sebagai salah satu bentuk,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT ACG menerapkan Pajak Pertambahan Nilai sebagai salah satu bentuk, BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT ACG menerapkan Pajak Pertambahan Nilai sebagai salah satu bentuk, kewajiban perpajakannya karena PT ACG merupakan Wajib Pajak badan yang sudah dikukuhkan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu perusahaan di Jakarta yang bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT IO merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang wajib menjalankan kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan analisa dan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BULAN DESEMBER 2005 PT WASKITA KARYA

BAB IV ANALISIS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BULAN DESEMBER 2005 PT WASKITA KARYA BAB IV ANALISIS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BULAN DESEMBER 2005 PT WASKITA KARYA IV.1 Evaluasi atas Pajak Masukan Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayarkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG 26 Maret 2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran PT. Citra Inti Garda Sentosa (CIGS) dalam melakukan transaksi penjualan ataupun pembelian yang dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas pelaksanaan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai Pada PT SCE, maka dapat disimpulkan PT SCE telah memenuhi kewajiban Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur Bab 4 PEMBAHASAN merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang kegiatan utamanya sebagai distributor langsung untuk atap baja ringan. PT. XYZ menjual asesoris untuk pembuatan atap, dinding

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA Didalam bab ini akan dilakukan analisis atau pembahasan hasil pemeriksaan, keberatan sampai dengan keluarnya

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Jurnal Ilmiah Buletin Ekonomi ISSN: 1410-3842 Volume 17 No.2 September 2013 EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Meta Evelin Samosir Rachmat Kurniawan Ganda Hutapea

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT GEMA NADA PERTIWI

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT GEMA NADA PERTIWI BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT GEMA NADA PERTIWI IV.1 Evaluasi Ketepatan Pemungutan PPN atas Penyerahan Barang atau Jasa Yang Dilakukan PT Gema Nada Pertiwi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Nilai PT TCI. Maka penulis memberi simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Nilai PT TCI. Maka penulis memberi simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.I Simpulan Setelah membahas hasil dari analisis dan menguji kepatuhan kewajiban Perpajakan perusahaan, khususnya penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT TCI. Maka

Lebih terperinci

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama 00BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Perbandingan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Antara Perusahaan Milik Negara (Pemungut) dan Perusahaan Swasta. Pada dasarnya perlakuan untuk Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi BAB 1 JENIS, FUNGSI, DAN KEWAJIBAN PEMBUATAN FAKTUR PAJAK Pendahuluan Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi yang sangat penting dalam pelaksanaan ketentuan pemungutan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust : Put. 43692/PP/M.XV/16/2013 Mahkamaa Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Pajak Masukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT Healthy World adalah perusahaan distributor berupa alat-alat kesehatan untuk keperluan tumah tangga berupa kursi pijat, pijat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 PT. AMK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspor impor barang. Kewajiban perpajakan PT.

Lebih terperinci

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA 1. Pembayaran atau Penyetoran Pajak yang Terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Masa yang Dilakukan Setelah Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran atau Penyetoran Pajak

Lebih terperinci

Halaman Pemberian Hak Cipta Non Eksklusif dari Mahasiswa ke Universitas Bina Nusantara PERNYATAAN NIM :

Halaman Pemberian Hak Cipta Non Eksklusif dari Mahasiswa ke Universitas Bina Nusantara PERNYATAAN NIM : Halaman Pemberian Hak Cipta Non Eksklusif dari Mahasiswa ke Universitas Bina Nusantara PERNYATAAN Dengan ini saya, Nama : Dwi Larasati Putri NIM : 120095091 Judul skripsi : Evaluasi Penerapan dan Perbandingan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak. Kelebihan Pembayaran. Pengembalian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan PPN Keluaran Dalam hal menghitung Pajak Pertambahan Nilai atau PPN khusunya Pajak Keluaran yang diterbitkan dan dipungut oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Faktur Pajak Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI IV.1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai CV.Graha Alfa Sakti adalah sebuah perusahaan penjualan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DENGAN

Lebih terperinci

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ. Putusan : Put-87868/PP/M.VA/99/2017 Nomor Jenis Pajak : Gugatan Masa Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Tergugat Menurut Penggugat Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan CV. Xpress Clean Bersaudara adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pada umumnya. Jasa yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Pertambahan Nilai 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai Menurut Andriani dalam Brotodiharjo,(2009:2) menyatakan: Pajak adalah iuran kepada negara (yang

Lebih terperinci

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap :

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap : : Put-44250/PP/M.VIII/16/2013 Maia Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN JLN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap : Menurut Terbanding

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA TAHUN 2010-2012 Christa Suwandi, Gen Norman T Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh Badan Perbedaan dalam pengakuan pendapatan dan beban antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI ACCOUNT REPRESENTATIVE TINGKAT DASAR BAHAN AJAR Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar Oleh: T i m Widyaiswara Pusdiklat Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 9 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pajak Pertambahan Nilai normal Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi Barang atau jasa yang dikonsumsi di

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010 BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENGISIAN SERTA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) DIREKTUR

Lebih terperinci

PER - 3/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENY

PER - 3/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENY PER - 3/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENY Contributed by Administrator Thursday, 11 February 2010 Pusat Peraturan Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) DALAM BENTUK FORMULIR KERTAS (HARD COPY)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

1

1 0 1 2 3 4 SOAL TEORI KUP Menurut Pasal 1 UU KUP, Penelitian adalah serangkaian kegiatan menilai kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya, termasuk penilaian kebenaran penulisan dan perhitungannya.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Limanindo Kawan Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

Lebih terperinci

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak?

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? Pendahuluan Seorang teman bertanya kepada saya. Dapatkah Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak berlangsung?

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013 PT.KAJ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan di kota Semarang yang berdiri sejak tahun 2009.

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM UU No.18 Tahun 2000 => 42 Th 2009 Tentang Pengenaan PPN dan PPnBM atas BKP dan JKP yang dikonsumsi di dalam negeri Definisi Pajak

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK Yulia Chandra ABSTRAK Restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai merupakan Hak semua Wajib

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Jika kita membahas pengertian dari pajak, banyak ahli yang memiliki pengertian yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri.

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-103678.16/2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah 1. Koreksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Nilai (PPN) yang mulai diberlakukan secara efektif sejak 1 April 1985 telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Nilai (PPN) yang mulai diberlakukan secara efektif sejak 1 April 1985 telah 7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Diantara usaha pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak adalah dengan mengoptimalkan proses dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

: PUT.38579/PP/M.XIII/16/2012. Nomor Putusan Pengadilan Pajak Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai. Tahun Pajak : 2007

: PUT.38579/PP/M.XIII/16/2012. Nomor Putusan Pengadilan Pajak Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai. Tahun Pajak : 2007 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2007 : PUT.38579/PP/M.XIII/16/2012 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam banding ini adalah koreksi

Lebih terperinci

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai PT. MPK merupakan sebuah perusahaan lokal yang bergerak dalam bidang pengembangan

Lebih terperinci

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Faktur a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c. ekspor BKP

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester BAB IV PEMBAHASAN PT. TEIJIN INDONESIA FIBER, Tbk merupakan sebuah perusahaan PMA bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester Chips, Filament Yarn dan Staple Fibre.

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti bahwa pada pendapatan negara sebesar Rp Triliun bersumber

BAB I PENDAHULUAN. terbukti bahwa pada pendapatan negara sebesar Rp Triliun bersumber digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk pembangunan di dalam negara dan membiayai pengeluaran negara. Hal ini terbukti bahwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data PT. Waskita Karya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Kegiatan utama PT. Waskita Karya adalah membangun sebuah

Lebih terperinci

Tabel Nilai Sengketa atas Objek Pajak sampai dengan Surat Banding N o. 1. Koreksi Positif Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut Rp

Tabel Nilai Sengketa atas Objek Pajak sampai dengan Surat Banding N o. 1. Koreksi Positif Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut Rp Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-50514/PP/M.XIA/16/2014 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap

Lebih terperinci

SE - 98/PJ/2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 TENTANG BENTUK, I

SE - 98/PJ/2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 TENTANG BENTUK, I SE - 98/PJ/2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 TENTANG BENTUK, I Contributed by Administrator Wednesday, 06 October 2010 Pusat Peraturan Pajak Online 6 Oktober 2010

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG BENTUK, UKURAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN, DAN TATA

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah singkat perusahaan PT Cahaya Terang Abadi didirikan pada tanggal 30 November 2009 sampai dengan sekarang perusahaan ini bergerak dibidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata secara partisipasi dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional. Adapun definisi pajak menurut

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah gugatan terhadap Keputusan Tergugat Nomor

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 143 TAHUN 2000 (143/2000) TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 27 Desember 2013 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI

Lebih terperinci