Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45 ӧ, 2002: 135). Kegiatan persiapan yang dilakukan adalah memeriksa kelengkapan inventori, apakah sesuai dengan jumlah responden yang telah didata. Selain itu, setiap inventori diperiksa, apakah telah lengkap terisi. Apabila ada bagian yang kosong (belum diisi oleh responden) atau ada kekurangan jumlah inventori yang terkumpul, maka peneliti perlu menemui responden kembali untuk mendapatkan data yang lengkap. Dalam penelitian ini, tidak ditemui kendala dalam persiapan analisis data.

46 34 Seluruh inventori yang dikumpulkan dari responden berada dalam kondisi terisi lengkap. Selain itu, dari 50 inventori yang disebarkan, seluruhnya kembali ke tangan peneliti. Dari masing-masing inventori yang telah diisi oleh responden (subjek penelitian), dilakukan penskoran untuk setiap butir, sesuai dengan 5 Skala Likert yang ditunjukkan dalam Tabel 2. Kemudian skor tersebut direkapitulasi dalam satu tabel yang memuat skor per butir untuk semua responden, total skor per responden, dan total skor per butir. Proses inilah yang disebut dengan tabulasi. Hasil tabulasi instrumen penelitian dapat dilihat dalam Lampiran. Peneliti menggunakan program untuk mendapatkan statistik deskriptif setiap butir dan variabel uji. Skor butir dalam variabel MT, MK, dan FP dikategorikan menggunakan kriteria Konversi Skala Lima (Surapranata, 2005: 112). Tabel 5 menunjukkan kriteria yang digunakan dalam mengkategorikan minat dan faktor penyebab beralihnya minat masyarakat. Sangat tinggi x (M + 1,5SD) Tinggi (M + 0,5SD) x < (M + 1,5SD) Cukup (M 0,5SD) x < (M + 0,5SD) Rendah (M 1,5SD) x < (M 0,5SD) Kurang x (M 1,5SD) Sumber: (Surapranata, 2005: 112) Keterangan: M : rata-rata hitung skor total dalam satu variabel SD : standar deviasi

47 35 Untuk mempersingkat penulisan, variabel minat masyarakat desa Tambe terhadap tari diberi kode. Data mengenai minat masyarakat desa Tambe terhadap tari diperoleh dari inventori yang memuat 12 butir pertanyaan, dengan kode soal MT1 MT12. Tabel 6 menunjukkan statistik deskriptif untuk data variabel minat masyarakat desa Tambe terhadap tari ,80 1, ,76 1, ,32 1, ,04 1, ,18 1, ,72 1, ,86 1, ,34 1, ,58 1, ,22 1, ,24 1, ,34 1, ,40 11,455 Dari Tabel 6, setiap butir dalam penelitian memiliki nilai minimum 1 yang merepresentasikan jawaban sangat tidak setuju dan nilai maksimum 5 yang merepresentasikan jawaban sangat setuju. Banyaknya butir pertanyaan

48 36 untuk variabel adalah 12 butir, sehingga nilai minimum ideal yang mungkin diperoleh adalah 12 dan nilai maksimum ideal sebesar 60. Variabel terdiri dari tiga indikator, yaitu perhatian, keingintahuan, dan kesenangan. Indikator perhatian dinyatakan dalam 4 butir pertanyaan, yaitu MT2, MT3, MT7, dan MT12. Rata-rata hitung dari jawaban 50 responden untuk indikator perhatian berkisar antara 2,32 hingga 3,34. Sesuai dengan pilihan jawaban dalam inventori, nilai tersebut terletak antara pilihan tidak setuju dan netral. Dapat disimpulkan bahwa perhatian masyarakat desa Tambe terhadap tari berada pada tingkat rendah, dengan perincian sebagai berikut. a. MT2 dengan rata-rata hitung 2,76: Masyarakat desa Tambe memiliki kecenderungan yang rendah untuk menonton tari di acara dari awal hingga tarian selesai dipertunjukkan. b. MT3 dengan rata-rata hitung 2,32: Sebagian kecil masyarakat desa Tambe hapal dengan gerakan tari. c. MT7 dengan rata-rata hitung 2,86: Sebagian masyarakat desa Tambe mengetahui alat-alat musik yang mengiringi tari. d. MT12 dengan rata-rata hitung 3,34: Sebagian masyarakat desa Tambe hapal dengan irama musik pengiring tari. Indikator keingintahuan dinyatakan dalam 3 butir pertanyaan, yaitu MT4, MT8, dan MT9. Rata-rata hitung dari jawaban 50 responden untuk indikator perhatian berkisar antara 2,04 hingga 2,58. Sesuai dengan pilihan jawaban dalam inventori, nilai tersebut terletak pada pilihan tidak setuju. Dapat disimpulkan

49 37 bahwa keingintahuan masyarakat desa Tambe terhadap tari berada pada tingkat rendah. Berikut adalah uraian untuk masing-masing butir pada indikator keingintahuan. a. MT4 dengan rata-rata hitung 2,04: Keinginan masyarakat desa Tambe untuk mencari informasi tentang kelompok tari yang disaksikannya dalam acara berada pada tingkat rendah. b. MT8 dengan rata-rata hitung 2,34: Pengetahuan masyarakat desa Tambe akan kelompok tari yang sering disewa sebagai hiburan dalam acara berada pada tingkat rendah. c. MT9 dengan rata-rata hitung 2,58: Hanya sebagian kecil masyarakat desa Tambe yang memiliki keinginan untuk mempelajari tari. Indikator kesenangan dinyatakan dalam 5 butir pertanyaan, yaitu MT1, MT5, MT6, MT10, dan MT11. Rata-rata hitung dari jawaban 50 responden untuk indikator perhatian berkisar antara 2,22 hingga 3,72. Sesuai dengan pilihan jawaban dalam inventori, nilai tersebut terletak pada pilihan tidak setuju, netral, dan mendekati setuju. Dapat disimpulkan bahwa kesenangan yang dirasakan masyarakat desa Tambe terhadap tari berada pada tingkat rendah hingga tinggi. Berikut adalah uraian untuk masing-masing butir pada indikator kesenangan. a. MT1 dengan rata-rata 2,80: Hanya sebagian masyarakat desa Tambe memilih untuk menyewa kelompok tari sebagai hiburan saat menyelenggarakan sebuah acara.

50 38 b. MT5 dengan rata-rata 3,18: Hanya sebagian masyarakat desa Tambe merasakan kepuasan batin saat menyaksikan pertunjukan tari. c. MT6 dengan rata-rata 3,72: Sebagian besar masyarakat desa Tambe merasakan kebanggaan saat menyaksikan pertunjukan tari. d. MT10 dengan rata-rata 2,22: Masyarakat desa Tambe tidak selalu menikmati pertunjukan tari, termasuk saat kualitas penarinya kurang bagus. e. MT11 dengan rata-rata 2,24: Masyarakat desa Tambe tidak selalu menikmati pertunjukan tari, termasuk saat kualitas pemain musiknya kurang bagus. Tabel 7 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian minat masyarakat desa Tambe terhadap tari. Sangat tinggi x % Tinggi 38 x < % Cukup 27 x < % Rendah 15 x < % Kurang x < % Berdasarkan Tabel 7, tampak bahwa minat masyarakat desa Tambe terhadap tari mayoritas berada pada kategori rendah (36%).

51 39 Dalam rangka analisis data hasil penelitian, variabel minat masyarakat desa Tambe terhadap hiburan organ tunggal diberi kode. Data mengenai minat masyarakat desa Tambe terhadap hiburan tunggal diperoleh dari inventori yang memuat 9 butir pertanyaan, dengan kode soal MK13 MK21. Tabel 8 menunjukkan statistik deskriptif untuk data variabel minat masyarakat desa Tambe terhadap hiburan tunggal. Setiap butir dalam penelitian memiliki nilai minimum 1 yang merepresentasikan jawaban sangat tidak setuju dan nilai maksimum 5 yang merepresentasikan jawaban sangat setuju. Banyaknya butir pertanyaan untuk variabel minat masyarakat desa Tambe terhadap hiburan tunggal adalah 9 butir, sehingga nilai minimum ideal yang mungkin diperoleh adalah 9 dan nilai maksimum ideal sebesar ,50 0, ,42 0, ,66 1, ,40 1, ,32 0, ,46 1, ,06 0, ,20 1, ,26 0, ,28 5,969 Variabel MK terdiri atas tiga indikator, yaitu perhatian, keingintahuan, dan kesenangan. Indikator perhatian diwakili oleh butir pertanyaan MK15, MK16, dan MK19. Perhatian masyarakat desa Tambe terhadap hiburan tunggal

52 40 berada pada kategori menengah hingga mendekati tinggi. Uraian untuk masingmasing butir pada indikator perhatian disajikan sebagai berikut. a. MK15 dengan rata-rata hitung 3,66: Sebagian besar masyarakat desa Tambe ikut berdendang saat hiburan tunggal memainkan musiknya. b. MK16 dengan rata-rata hitung 2,40: Sebagian kecil masyarakat desa Tambe menawarkan dirinya untuk menyanyi saat ada hiburan tersebut. c. MK19 dengan rata-rata hitung 3,06: Sebagian masyarakat desa Tambe memilih untuk tinggal lebih lama dalam acara untuk menyaksikan hiburan tunggal. Indikator keingintahuan diwakili oleh butir pertanyaan MK18, MK20, dan MK21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keingintahuan masyarakat desa Tambe terhadap hiburan tunggal berada pada tingkat rendah hingga menengah. Berikut adalah uraian untuk setiap butir pertanyaan di bawah indikator keingintahuan. a. MK18 dengan rata-rata hitung 2,46: Pengetahuan masyarakat desa Tambe akan kelompok tunggal yang sering disewa sebagai hiburan dalam acara berada pada tingkat rendah. b. MK20 dengan rata-rata hitung 3,20: Sebagian masyarakat desa Tambe memiliki keinginan untuk mempelajari cara bermain instrumen tersebut. c. MK21 dengan rata-rata hitung 2,26: Keinginan masyarakat desa Tambe untuk mencari informasi tentang pemain tunggal yang disaksikannya dalam acara berada pada tingkat rendah.

53 41 Indikator kesenangan diwakili oleh butir pertanyaan MK13, MK14, dan MK17. Kesenangan masyarakat desa Tambe terhadap hiburan tunggal berada pada kategori rendah hingga mendekati tinggi. Penjelasan di bawah ini merupakan penjabaran atas masing-masing butir pertanyaan terkait indikator kesenangan. a. MK13 dengan rata-rata hitung 3,50: Sebagian besar masyarakat desa Tambe merasa senang saat hiburan tunggal mulai ditampilkan dalam acara. b. MK14 dengan rata-rata hitung 3,42: Sebagian besar masyarakat desa Tambe merasakan kepuasan batin saat menyaksikan hiburan tunggal. c. MK17 dengan rata-rata hitung 2,32: Masyarakat desa Tambe tidak selalu menikmati pertunjukan hiburan tunggal, termasuk saat kualitas penyanyinya kurang bagus. Tabel 9 berikut menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian minat masyarakat desa Tambe terhadap hiburan tunggal. Sangat tinggi x % Tinggi 29 x < % Cukup 23 x < % Rendah 17 x < % Kurang x < %

54 42 Berdasarkan Tabel 9, minat masyarakat desa Tambe terhadap hiburan tunggal berada pada kategori cukup (32%). Tingkat minat tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat minat masyarakat desa Tambe terhadap tari. Dalam analisis data, variabel faktor penyebab beralihnya minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara diberi kode. Data faktor penyebab peralihan minat diperoleh dari inventori yang memuat 16 pertanyaan, dengan kode soal FP22 FP37. Tabel 10 menunjukkan statistik deskriptif data variabel

55 43 Setiap butir dalam penelitian memiliki nilai minimum 1 yang merepresentasikan jawaban sangat tidak setuju dan nilai maksimum 5 yang merepresentasikan jawaban sangat setuju. Banyaknya butir pertanyaan untuk variabel faktor penyebab beralihnya minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara adalah 16 butir, sehingga nilai minimum ideal yang mungkin diperoleh adalah 16 dan nilai maksimum ideal sebesar 80. Dalam variabel ini, pengkategorian dengan kriteria Konversi Skala Lima akan dilakukan per butir, sehingga dapat diperoleh data mengenai faktor-faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap beralihnya minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal. Tabel 11 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor keberadaan kerabat seorang pemain tunggal terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP22. Sangat tinggi 4, % Tinggi % Cukup % Rendah 1 4 8% Kurang Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa keberadaan kerabat yang merupakan pemain tunggal memberikan pengaruh yang cukup terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara.

56 44 Tabel 12 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor saran dari teman terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP23. Sangat tinggi % Tinggi % Cukup % Rendah % Kurang 1 2 4% Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa saran dari teman memberikan pengaruh yang cukup terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. Tabel 13 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor keberadaan kerabat yang menyewa hiburan tunggal terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP24. Sangat tinggi % Tinggi % Cukup % Rendah % Kurang 1 1 2% Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa keberadaan kerabat yang pernah menyewa hiburan tunggal saat menyelenggarakan acara memberikan pengaruh yang tinggi terhadap peralihan minat masyarakat desa

57 45 Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. Tabel 14 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor kebiasaan di desa tempat tinggal terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP25. Sangat tinggi % Tinggi % Cukup % Rendah % Kurang 1 0 0% Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa kebiasaan di desa Tambe untuk menampilkan hiburan tunggal dalam acara memberikan pengaruh yang sangat tinggi terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. Sangat tinggi % Tinggi % Cukup % Rendah % Kurang 1 1 2% Tabel 15 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor internal terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP26. Tabel tersebut menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat

58 46 menganggap bahwa tunggal merupakan hiburan yang lebih sesuai untuk acara bila dibandingkan dengan tari. Anggapan tersebut sangat mempengaruhi peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal. Tabel 16 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor durasi pertunjukan tunggal terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP27. Sangat tinggi % Tinggi % Cukup % Rendah % Kurang 1 1 2% Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa durasi hiburan tunggal yang lebih panjang apabila dibandingkan dengan durasi pertunjukan tari memberikan pengaruh yang rendah terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. Sangat tinggi % Tinggi % Cukup % Rendah % Kurang 1 0 0%

59 47 Tabel 17 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor ketertarikan pribadi orang lain pada tunggal terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP28. Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat desa Tambe menganggap bahwa banyak orang lebih menyukai hiburan tunggal dibandingkan dengan tari. Hal ini berpengaruh besar terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. Tabel 18 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor sifat modern terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP29. Sangat tinggi % Tinggi % Cukup % Rendah % Kurang 1 1 2% Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa sifat hiburan tunggal sebagai hiburan modern memberikan pengaruh yang cenderung tinggi terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. Meskipun demikian, sebagian besar responden menganggap bahwa modernitas hiburan tunggal memberikan pengaruh yang rendah terhadap peralihan minatnya.

60 48 Tabel 19 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor pandangan bahwa hiburan tunggal tidak membosankan dibandingkan dengan tari Wura Bongi Monca, yang berpengaruh terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP30. Sangat tinggi % Tinggi % Cukup 3 3 6% Rendah % Kurang 1 2 4% Tabel di atas menunjukkan tingginya anggapan masyarakat desa Tambe bahwa hiburan tunggal bukan merupakan hiburan yang membosankan, berbeda dengan pertunjukan tari. Hal ini memberikan pengaruh yang tergolong tinggi terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. Tabel 20 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor kemudahan menikmati hiburan tunggal terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP31. Sangat tinggi Tinggi 4, % Cukup % Rendah % Kurang 1 3 6%

61 49 Berdasarkan tabel di atas, tampak tingginya anggapan masyarakat desa Tambe bahwa hiburan tunggal lebih mudah dinikmati apabila dibandingkan dengan pertunjukan tari. Hal ini memberikan pengaruh yang tinggi terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. Tabel 21 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor dapat menikmati tanpa menaruh perhatian secara khusus terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP32. Sangat tinggi Tinggi % Cukup % Rendah % Kurang 1, 2 4 8% Berdasarkan tabel di atas, tampak adanya anggapan masyarakat desa Tambe bahwa hiburan tunggal dapat dinikmati tanpa perlu menaruh perhatian secara khusus. Anggapan tersebut memberikan pengaruh yang cukup terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. Tabel 22 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor kegemaran bermain musik terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP33. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kegemaran masyarakat desa Tambe dalam bermain musik memberikan pengaruh

62 50 yang cukup terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. Sangat tinggi 4, % Tinggi % Cukup % Rendah 1 3 6% Kurang Tabel 23 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor kesempatan meminta lagu tertentu untuk dibawakan terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP34. Sangat tinggi % Tinggi % Cukup % Rendah % Kurang 1 1 2% Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa kelebihan hiburan tunggal dalam menyediakan kesempatan bagi para tamu undangan untuk meminta lagu tertentu ( ) memberikan pengaruh yang tinggi terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara.

63 51 Tabel 24 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor keberadaan interaksi antara hiburan tunggal dengan tamu terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP35. Sangat tinggi % Tinggi % Cukup % Rendah % Kurang 1 2 4% Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa interaksi panggung antara penyanyi hiburan tunggal dengan para tamu undangan memberikan pengaruh yang cukup terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. Sangat tinggi 4, % Tinggi % Cukup % Rendah Kurang 1 3 6% Tabel 25 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor lagu-lagu yang dibawakan terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP36. Berdasarkan tabel tersebut, tampak bahwa ketertarikan masyarakat desa Tambe terhadap lagu-lagu yang dibawakan oleh kelompok tunggal dalam acara memberikan pengaruh tinggi

64 52 terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. Sangat tinggi % Tinggi 3, % Cukup % Rendah % Kurang Tabel 26 menunjukkan implementasi kriteria Konversi Skala Lima sebagai basis pengkategorian faktor kesempatan untuk bernyanyi terhadap peralihan minat masyarakat, dengan kode butir FP37. Berdasarkan tabel tersebut, adanya kesempatan bagi para tamu undangan untuk ikut bernyanyi atau menyumbangkan lagu saat hiburan tunggal sedang ditampilkan memberikan pengaruh yang cukup terhadap peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. Pada tahun 2014, minat masyarakat terhadap tari mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Informasi tersebut diperoleh dari wawancara pra penelitian terhadap beberapa tokoh seni di desa Tambe, kabupaten Bima. Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil pengolahan data penelitian yang menunjukkan bahwa saat ini, minat masyarakat desa Tambe terhadap tari berada pada tingkatan rendah. Menurut hasil penelitian, minat masyarakat desa Tambe terhadap hiburan

65 53 tunggal melampaui besarnya minat masyarakat desa Tambe terhadap tari. Fakta bahwa tari sempat nyaris menghilang dari tengah masyarakat desa Tambe dan hasil penelitian yang menyatakan bahwa minat masyarakat desa Tambe terhadap hiburan tunggal saat ini lebih besar dibandingkan dengan minat terhadap tari dalam acara, dari sudut pandang makroskopis merupakan wujud peralihan minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal. Peneliti menemukan faktor-faktor penyebab beralihnya minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara, yang terbagi ke dalam faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan aspek-aspek dari luar diri anggota masyarakat desa Tambe yang mempengaruhi beralihnya minat. Berikut ini adalah faktorfaktor eksternal yang mempengaruhi beralihnya minat masyarakat desa Tambe dari tari ke hiburan tunggal dalam acara. 1. Saat ini, masyarakat desa Tambe terbiasa menyewa hiburan tunggal dalam acara. Faktor ini memberikan pengaruh sangat tinggi atas beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 14). Hiburan tunggal memasuki desa Tambe sekitar tahun 2004 dan hingga saat ini terdapat beberapa kelompok hiburan tunggal di desa Tambe, yaitu:,,, dan sebagainya. Sebagai bentuk seni pertunjukan yang baru, hiburan ini mulai mendapatkan perhatian masyarakat, bahkan keberadaannya dalam acara

66 54 telah menguat menjadi kebiasaan di tengah masyarakat. Tari, yang menjadi bagian integral dari prosesi mulai digeser kedudukannya dan digantikan oleh hiburan musik. 2. Tamu undangan mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan lagu kepada kelompok tunggal. Faktor ini memberikan pengaruh tinggi pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 23). Berbeda dengan hiburan tunggal, pertunjukan tari memiliki pola yang tetap, sehingga tidak memungkinkan bagi penikmatnya untuk menyampaikan tertentu, misalnya meminta adanya perubahan gerakan tari atau perubahan lagu pengiring. 3. Koleksi lagu yang diperdengarkan oleh hiburan tunggal sesuai dengan selera masyarakat. Faktor ini memberikan pengaruh tinggi pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 25). Dalam hiburan tunggal, lagu-lagu yang diperdengarkan merupakan pilihan dari kelompok itu sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa kebebasan kelompok penghibur dalam menyajikan materi pertunjukan (keberagaman koleksi lagu) merupakan aspek yang menyebabkan beralihnya minat masyarakat. 4. Kerabat bekerja sebagai pemain tunggal. Faktor kekerabatan ini memberikan pengaruh cukup pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 11). Artinya ada kerabat yang bekerja sebagai pemain tunggal hanya sedikit mempengaruhi beralihnya minat masyarakat.

67 55 5. Ada saran dari teman untuk memilih hiburan tunggal dibandingkan dengan tari. Faktor ini memberikan pengaruh yang cukup tinggi pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 12). Dengan kata lain, saran teman untuk menyewa hiburan tunggal daripada tari hanya cukup mempengaruhi beralihnya minat masyarakat. 6. Hiburan tunggal dapat dinikmati tanpa menaruh perhatian secara khusus atau secara penuh. Faktor ini memberikan pengaruh cukup tinggi pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 21). Untuk dapat menikmati pertunjukan tari, penyelenggara acara dan tamu undangan harus menempatkan perhatian penuh pada para penari. Lain halnya dengan hiburan tunggal yang dapat dinikmati secara visual maupun audio atau keduanya, sehingga penyelenggara dan para tamu tidak perlu terus-menerus menikmati secara visual atau menempatkan perhatiannya pada para pemain tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelebihan ini memberikan pengaruh yang cukup tinggi pada peralihan minat masyarakat. 7. Ada interaksi antara penyanyi hiburan tunggal dengan para tamu undangan. Faktor ini memberikan pengaruh cukup tinggi pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 24). Saat melakukan pertunjukan tunggal, para penyanyi melakukan interaksi dengan tamu undangan dalam bentuk sapaan, ajakan menyanyi, tawaran untuk lagu, maupun perbincangan

68 56 kecil dengan sebagian tamu undangan. Hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh para penari, sehingga menjadi kelebihan hiburan tunggal bila dibandingkan dengan tari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelebihan ini memberikan pengaruh yang cukup tinggi pada peralihan minat masyarakat. 8. Tamu undangan mendapatkan kesempatan untuk menyumbangkan suara atau ikut bernyanyi diiringi oleh kelompok tunggal. Faktor ini memberikan pengaruh cukup tinggi pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 26). Hiburan tunggal memiliki kelebihan dibandingkan dengan pertunjukan tari karena hal ada kesempatan bagi tamu undangan atau penyelenggara untuk terlibat secara aktif, ikut bernyanyi diiringi oleh kelompok tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tampak bahwa kelebihan ini memberikan pengaruh yang cukup tinggi pada peralihan minat masyarakat. 9. Durasi hiburan tunggal lebih panjang dibandingkan dengan durasi pertunjukan tari. Faktor ini memberikan pengaruh rendah pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 16). Pertunjukkan tari berlangsung selama 5 10 menit, sedangkan tunggal berlangsung minimal 2 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan durasi penampilan sangat jauh berbeda memberikan pengaruh sangat sedikit terhadap beralihnya minat masyarakat. Berdasarkan temuan mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut, secara eksternal beralihnya minat masyarakat mendapatkan pengaruh terbesar dari

69 57 kebiasaan masyarakat. Sebagai konsekuensinya, untuk mengembalikan minat masyarakat desa Tambe terhadap tari, dapat dilakukan dengan mulai membiasakan kembali pertunjukan tari dalam acara. Strategi ini hanya dapat terlaksana apabila seluruh sanggar tari bekerjasama dalam menggalakkan kembali pertunjukan tari dalam acara. Upaya konkret yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kesepakatan bahwa tari harus ditampilkan dalam acara, tanpa memperhitungkan ada/tidaknya hiburan tunggal dalam acara yang sama. Aksi ini dapat dimulai dari keluarga para anggota sanggar tari sendiri. Anggota sanggar tari dapat membudayakan pertunjukan tari kembali di lingkungan keluarga masing-masing saat ada anggota keluarga yang akan menyelenggarakan acara. Apabila upaya semacam ini dilakukan secara berulang, maka tari akan kembali menjadi bagian tak terpisahkan dari acara. Selain itu, anggota sanggar tari dapat menjalin kerjasama dengan kelompok hiburan tunggal untuk membudayakan pertunjukan tari kembali di desa Tambe. Misalnya saat sebuah kelompok hiburan tunggal mendapatkan tawaran untuk mempertunjukkan hiburan musik dalam acara Nika, kelompok tersebut menawarkan sistem paket hiburan pada penyewa, dimana di dalamnya ada hiburan tari dan hiburan tunggal. Faktor eksternal kedua yang berpengaruh signifikan terhadap beralihnya minat masyarakat adalah faktor kekerabatan. Faktor ini terkait dengan faktor

70 58 eksternal yang pertama, yaitu kebiasaan masyarakat untuk menyewa hiburan tunggal dalam acara, sehingga untuk mengembalikan minat masyarakat desa Tambe terhadap tari yang dipicu oleh faktor ini, dapat digunakan solusi yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu menggalakkan kembali pertunjukan tari dalam acara. Faktor eksternal ketiga yang pengaruhnya tinggi terhadap beralihnya minat masyarakat adalah kesempatan untuk lagu dan koleksi lagu hiburan tunggal yang sesuai dengan selera masyarakat. Dua faktor tersebut terkait dengan atribut atau fitur dalam hiburan tunggal yang tidak ditemui dalam pertunjukan tari, sehingga sedikit sulit untuk mengalihkan kembali minat masyarakat tanpa mengubah atribut atau fitur dalam tari tersebut, misal musik pengiring, kostum, gerakan tambahan, dan lain-lain. Faktor eksternal keempat yang memberikan sedikit pengaruh adalah kerabat yang bekerja sebagai pemain tunggal, saran teman, tamu dapat menikmati hiburan tanpa perhatian khusus, interaksi antara dengan tamu, dan kesempatan bagi tamu untuk menyumbangkan lagu. Faktor-faktor tersebut terkait dengan kebiasaan masyarakat untuk mengikuti trend serta kelebihan hiburan tunggal dalam hal atribut atau fitur yang tidak dimiliki oleh tari. Oleh karena itu, untuk mengembalikan minat masyarakat pada tari dapat dilakukan upaya-upaya yang telah disebutkan sebelumnya. Di samping faktor-faktor eksternal yang telah disebutkan, terdapat beberapa faktor internal atau yang berasal dari dalam diri anggota masyarakat

71 59 desa Tambe, yang mempengaruhi peralihan minatnya dari tari ke hiburan tunggal dalam acara, yaitu sebagai berikut. 1. Pendapat pribadi bahwa tunggal merupakan hiburan yang lebih sesuai untuk acara. Faktor ini memberikan pengaruh sangat tinggi pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 15). Pada survey pra penelitian, ditemukan anggapan umum bahwa hiburan tunggal lebih sesuai untuk ditampilkan dibandingkan dengan tari apabila ditinjau dari atribut-atribut yang menyertainya, misalnya durasi penampilan,, efek menghibur, dan sebagainya. Peneliti mengasumsikan bahwa pandangan masyarakat tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi beralihnya minat masyarakat. Setelah dilakukan penelitian, terbukti bahwa asumsi tersebut benar. Bahkan, faktor tersebut memberikan pengaruh yang sangat tinggi terhadap peralihan minat masyarakat. 2. Pendapat bahwa banyak orang lebih menyukai hiburan tunggal dibandingkan dengan tari. Faktor ini memberikan pengaruh tinggi pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 17). Artinya, minat masyarakat beralih ke hiburan tunggal karena mereka lebih menyukai hiburan tunggal dibandingkan dengan tari, sehingga terdorong untuk lebih memilih organ tunggal sebagai hiburan. 3. Pandangan bahwa hiburan tunggal merupakan hiburan modern.

72 60 Faktor ini memberikan pengaruh tinggi pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 18). Artinya, masyarakat mengalihkan minatnya ke hiburan tunggal dalam acara karena mereka lebih memilih hiburan modern dibandingkan dengan tari tradisional yang dianggap sudah kuno. 4. Pendapat bahwa hiburan tunggal tidak membosankan. Faktor ini memberikan pengaruh tinggi pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 19). Menurut hasil penelitian, pertunjukan tari dianggap membosankan, sehingga penyelenggara acara dan para tamu undangan lebih menikmati hiburan tunggal di sepanjang acara tanpa merasa jenuh. 5. Pendapat pribadi bahwa hiburan tunggal lebih mudah dinikmati dibandingkan dengan pertunjukan tari. Faktor ini memberikan pengaruh tinggi pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 20). Tidak semua orang dapat menikmati tari sebagaimana menikmati musik, sehingga muncul pendapat individu bahwa hiburan musik lebih mudah dinikmati dibandingkan dengan pertunjukan tari. 6. Kegemaran individu dalam bermain musik di tengah masyarakat desa Tambe. Faktor ini memberikan pengaruh cukup pada beralihnya minat masyarakat (Lihat Tabel 22). Artinya, kegemaran masyarakat desa Tambe dalam bermain musik memberikan pengaruh cukup tinggi pada beralihnya minat masyarakat. Faktor internal yang mendominasi pengalihan minat masyarakat dari tari ke hiburan musik adalah anggapan bahwa tunggal merupakan hiburan yang lebih sesuai untuk ditampilkan dibandingkan dengan tari. Pandangan tersebut merupakan akibat dari faktor eksternal yang mendominasi peralihan

73 61 minat masyarakat, yaitu kebiasaan masyarakat menyewa hiburan tunggal. Dengan mengembalikan kebiasaan masyarakat untuk menyewa hiburan tari atau tari dan tunggal secara bersama-sama, maka pandangan bahwa hiburan tunggal merupakan hiburan yang lebih sesuai akan bergeser, sehingga akan muncul pandangan bahwa hiburan tunggal dan tari sama-sama sesuai untuk ditampilkan dalam acara. Selain faktor internal tersebut, untuk mengalihkan minat masyarakat desa Tambe kembali menuju tari, perlu dilakukan upaya untuk mengubah pandangan masyarakat bahwa tari tersebut membosankan atau kurang dapat dinikmati. Banyaknya masyarakat yang menyukai hiburan tunggal merupakan hal yang sulit diubah karena menyangkut preferensi pribadi tiap anggota masyarakat. Selain itu, tingginya minat masyarakat desa Tambe pada pertunjukan tunggal sebagai hiburan modern tidak dapat dialihkan karena esensi tari sebagai tari tradisional tidak dapat diubah. Selain meningkatkan intensitas dan frekuensi pertunjukan tari, dapat dilakukan perubahan dalam berbagai segi, yaitu dalam hal kostum dan musik pengiring. Hal tersebut diharapkan minat masyarakat desa Tambe akan kembali beralih ke tari. Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa masyarakat desa Tambe terjebak pada budaya latah. Anggota masyarakat desa memiliki kecenderungan untuk mengikuti trend atau mengikuti kebiasaan maupun preferensi orang lain dalam menentukan pilihannya, yang dalam kasus ini berupa hiburan

74 62 tunggal. Selain itu, kelebihan fitur yang dimiliki oleh tunggal merupakan aspek lain yang mempengaruhi peralihan minat masyarakat desa Tambe secara signifikan dari tari ke hiburan tunggal dalam acara.

75 63 1. Faktor eksternal yang memberikan pengaruh sangat tinggi terhadap beralihnya minat masyarakat dari tari ke hiburan musik adalah kebiasaan masyarakat untuk menampilkan hiburan tunggal, yaitu 30% berada pada persentase sangat tinggi dan 30% pada persentase tinggi, serta sisanya: 22% pada persentase cukup, dan 18% pada persentase rendah. 2. Faktor internal yang memberikan pengaruh sangat tinggi terhadap beralihnya minat masyarakat dari tari ke hiburan musik adalah anggapan bahwa tunggal merupakan hiburan yang lebih sesuai untuk ditampilkan dalam acara, yaitu 32% berada pada persentase sangat tinggi dan sisanya: 26% pada persentase tinggi, 18% pada persentase cukup, 22% pada persentase rendah, dan 18% pada persentase kurang. 1. Sanggar-sanggar tari di desa Tambe sebaiknya membiasakan kembali pertunjukan tari di acara, dimulai dari lingkungan kerabat. 2. Sanggar-sanggar tari di desa Tambe dapat melakukan perubahan atribut atau fitur tari, antara lain: musik pengiring dan kostum. 3. Kelompok tunggal di desa Tambe sebaiknya mendorong kerabatnya untuk membiasakan tari di acara.

76 64 4. Sebaiknya dilakukan penelitian serupa secara lebih mendalam terutama bagi penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.

77 65 Alwi, Hasan et.al Jakarta: Balai Pustaka. Arisasangka, Inung K Jakarta: Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia). Diyanti, Siti Rahmah Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Betawi di Jakarta pada Masa Kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia. Gazalba, Sidi Jakarta: Pustaka Antara. Gulӧ, W Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Gunarsa, Singgih D. dan Gunarsa, Yulia Singgih D Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Hadi, Sumandiyo Yogyakarta: Pustaka. Hartoyo, Jimmy Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Hidayat, Robby Malang: Banjar Seni Gantara Gumelar. Humardani Surakarta: STSI Press. Jazuli, Muhammad Semarang: Pusat Penelitian Institut Keguruan Ilmu Pendidikan Semarang. Koentjaraningrat Jakarta: Rineka Cipta. Larasaty, Wulan Persepsi Masyarakat terhadap Pertunjukan Organ Tunggal Malam Hari dalam Acara Pernikahan di Tebo.. Padang: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang. Nazir, Moh Jakarta: Ghalia Indonesia.

78 66 Nurkancana, Wayan dan Sumartana Surabaya: Usaha Nasional. Reigeluth, Charles M New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. Soedarsono Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia. Soekanto Jakarta: Gramedia. Soemardjan, Selo dan Soemardi, Soelaeman Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Soewito, D.S Bogor: Titik Terang. Sudarmanto, Gunawan Yogyakarta: Graha Ilmu. Supriono Jakarta: PT. Gramedia. Surapranata, Sumarna Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Susriyati, Marnili Eni Hubungan Minat Belajar Mata Pelajaran Seni Tari Pada SMA III Yogyakarta.. Yogyakarta: Institut Keguruan Ilmu Pendidikan. Team Jakarta: Balai Pustaka. The Dallas Symphony Orchestra Organ Odyssey. Diakses dari pada 15 Januari Walgito, B Bandung: Remaja Rosdakarya.

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Ari Rahmawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rahmawatiarie21@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

B. Kajian Teoritis dan Metode Penelitian

B. Kajian Teoritis dan Metode Penelitian A. Pendahuluan Pelajaran seni musik di SMP N 1 Turi Sleman termasuk dalam submata pelajaran seni budaya yang bebas dipilih oleh siswa. Setiap tahun jumlah siswa yang mengikuti pelajaran seni musik ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik adalah salah satu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapakan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsurunsur musik,

Lebih terperinci

BENTUK PENYAJIAN TARI RAMPHAK DI SANGGAR RAMPOE BANDA ACEH ABSTRAK

BENTUK PENYAJIAN TARI RAMPHAK DI SANGGAR RAMPOE BANDA ACEH ABSTRAK BENTUK PENYAJIAN TARI RAMPHAK DI SANGGAR RAMPOE BANDA ACEH Ferdi Junanda 1*, Ahmad Syai 1, Tengku Hartati 1 1 Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Dilihat

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV

BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV 5.1 Profil Khalayak Langsung Acara Musik Derings Khalayak langsung acara musik Derings adalah khalayak yang berada dilokasi penayangan acara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka-angka dari hasil penelitian setelah di peroleh dari jawaban kuisioner

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka-angka dari hasil penelitian setelah di peroleh dari jawaban kuisioner BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Pada penelitian skripsi ini, tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan angka-angka

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penyajian, analisis dan interpretasi data diketahui, bahwa tanggapan siswa-siswi SMA Negeri 1 Kupang terhadap tayangan sinetron Cerita SMA pada stasiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah bunyi-bunyian yang berirama 1. Banyak manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah bunyi-bunyian yang berirama 1. Banyak manusia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik adalah bunyi-bunyian yang berirama 1. Banyak manusia tidak menyadari bahwa ketika melakukan aktivitas yang menghasilkan bunyi, manusia sudah mendengar atau sudah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês BAB V KESIMPULAN Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês yang diimplementasikan untuk mengubah bentuk pertunjukan Jêmblungan di atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat menjadikannya sebagai sarana hiburan utama. Hampir di setiap rumah memiliki televisi

Lebih terperinci

LAMPIRAN C. C1 Hasil analisis penilaian permainan oleh ahli materi. C2 Hasil analisis penilaian permainan oleh ahli media

LAMPIRAN C. C1 Hasil analisis penilaian permainan oleh ahli materi. C2 Hasil analisis penilaian permainan oleh ahli media 150 LAMPIRAN C C1 Hasil analisis penilaian permainan oleh ahli materi C2 Hasil analisis penilaian permainan oleh ahli media C3 Hasil analisis penilaian permainan oleh guru matematika C4 Hasil analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal sebagai kedatangan dan penyebaran Agama Islam di Nusantara pada tahun 635-1600 dari Arab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan tradisional adalah kebudayaan yang terbentuk dari keanekaragaman suku-suku di Indonesia yang merupakan bagian terpenting dari kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN LAGU SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN LAGU SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN LAGU SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS A. Hasil Temuan Penelitian Dari hasil mengumpulkan data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia terutama dalam aktivitas bermasyarakat, komunikasi juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu dimana si peneliti ingin mengetahui gambaran suatu hal, tidak menghubunghubungkan

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (WAJIB PILIHAN) (SENI MUSIK)

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (WAJIB PILIHAN) (SENI MUSIK) Satuan Pendidikan : SMP... Mata Pelajaran : SENI MUSIK Kelas : VII Kompetensi Inti : KI.1 Menerima, menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (WAJIB PILIHAN)

Lebih terperinci

Kata kunci: Wayang Topeng, pelatihan gerak, pelatihan musik, eksistensi.

Kata kunci: Wayang Topeng, pelatihan gerak, pelatihan musik, eksistensi. PEMATANGAN GERAK DAN IRINGAN WAYANG TOPENG DESA SONEYAN SEBAGAI USAHA PELESTARIAN KESENIAN TRADISI Rustopo, Fajar Cahyadi, Ervina Eka Subekti, Riris Setyo Sundari PGSD FIP Universitas PGRI Semarang fajarcahyadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Gambaran kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam menjadikan kesenian sebagai salah satu perwujudan jati diri bangsa Indonesia yang memiliki ciri khas. Kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan daerahnya yang sangat bermacam-macam. Banyaknya kebudayaan yang ada di Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi dan analisis data yang diperoleh tentang persepsi masyarakat tentang kesenian kuda lumping dalam pelestarian budaya nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Rebana banyak berkembang di wilayah Jawa Barat. Berdasarkan perkembangannya, kesenian yang menggunakan alat musik rebana mengalami perubahan baik dari segi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009) obyek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. hasil dari kreatufutas masyarakat di Desa Ngalang, kecamatan gedangsari,

BAB V PENUTUP. hasil dari kreatufutas masyarakat di Desa Ngalang, kecamatan gedangsari, 54 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesenian Ledhek merupakan kesenian rakyat yang hadir sebagai suatu hasil dari kreatufutas masyarakat di Desa Ngalang, kecamatan gedangsari, kabupaten Gunungkidul. Kesenian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini industri media penyiaran di Indonesia menunjukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini industri media penyiaran di Indonesia menunjukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini industri media penyiaran di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Seiring berjalannya waktu bidang penyiaran terus memberikan tantangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dimana peneliti hanya memberi gambaran atau uraian atas suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 40 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Identitas Responden Sebelumnya akan dijelaskan dahulu karakteristik responden yang meliputi usia, jumlah anak yang dimiliki, dan pendidikan terakhir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Musik adalah suatu bentuk kesenian universal yang dapat dinikmati

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Musik adalah suatu bentuk kesenian universal yang dapat dinikmati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik adalah suatu bentuk kesenian universal yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Musik adalah suatu hal yang sulit dipisahkan dari kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dalam kehidupan bermasyarakat adalah interaksi atau komunikasi. Komunikasi memiliki peran yang sangat pnting pada era sekarang

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB ARTIKEL OLEH: AJENG RATRI PRATIWI 105252479205 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN PENELITIAN Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengadakan persiapan penelitian sebagai berikut: a. Peneliti meminta persetujuan Kepala SMA Islam Jepara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Seni tradisi merupakan warisan nenek moyang yang masih berkembang di masyarakat dan mengandung nilai-nilai budaya masyarakat sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Pengkajian

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN VOKAL GRUP PADA REMAJA DI BINA SENI VOKAL

PEMBELAJARAN VOKAL GRUP PADA REMAJA DI BINA SENI VOKAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah musik vokal sudah sangat tua. Bahkan beberapa ahli meyakini bahwa manusia sudah mulai menyanyi sebelum mereka mulai berkomunikasi dengan bahasa modern. Musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ludruk merupakan seni kesenian tradisional khas daerah Jawa Timur. Ludruk digolongkan sebagai kesenian rakyat setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI RESPON SISWA SMA N 4 PANGKALPINANG TERHADAP MUSIK TRADISIONAL DAMBUS DAN MUSIK DAMBUS COMBO. Oleh : Kocho Suhanto NIM.

RINGKASAN SKRIPSI RESPON SISWA SMA N 4 PANGKALPINANG TERHADAP MUSIK TRADISIONAL DAMBUS DAN MUSIK DAMBUS COMBO. Oleh : Kocho Suhanto NIM. RINGKASAN SKRIPSI RESPON SISWA SMA N 4 PANGKALPINANG TERHADAP MUSIK TRADISIONAL DAMBUS DAN MUSIK DAMBUS COMBO Oleh : Kocho Suhanto NIM. 06208244052 JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia sangat dikenal dengan keberagaman suku bangsanya, dari Sabang sampai Merauke begitu banyak terdapat suku beserta keberagaman tradisinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metal yaitu Seringai sebagai bahan untuk penelitian. Kebanyakan lirik pada

BAB I PENDAHULUAN. metal yaitu Seringai sebagai bahan untuk penelitian. Kebanyakan lirik pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peneliti mengambil lirik lagu dari sebuah grup band yang beraliran rock / metal yaitu Seringai sebagai bahan untuk penelitian. Kebanyakan lirik pada Seringai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pelaku seni khususnya di bidang seni musik, baik sebagai seorang pengajar, praktisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di Indonesia mulai menunjukan kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di Indonesia mulai menunjukan kemajuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan musik di Indonesia mulai menunjukan kemajuan yang cukup pesat dan berarti, baik musik etnik maupun Barat, dengan ditunjang oleh teknologi informasi

Lebih terperinci

SILABUS PENGALAMAN BELAJAR. Mendengarkan penjelasan guru tentang pengertian musik nusantara

SILABUS PENGALAMAN BELAJAR. Mendengarkan penjelasan guru tentang pengertian musik nusantara 1 Nama Sekolah : VI (Enam) / 1 (Ganjil) : 1. Mengapresiasi karya seni musik. HASIL INDIKATOR ALOKASI WAKTU 1.1 Mengidentifikasi berbagai ragam. 1.2 Menampilkan sikap apresiatif terhadap berbagai musik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ungkapan rasa cinta kepada Tuhan. Dengan kostum jubah dan topi memanjang, penari

BAB V KESIMPULAN. ungkapan rasa cinta kepada Tuhan. Dengan kostum jubah dan topi memanjang, penari BAB V KESIMPULAN Whirling dervish merupakan sebuah kesenian yang diciptakan sebagai ungkapan rasa cinta kepada Tuhan. Dengan kostum jubah dan topi memanjang, penari terus berputar pada satu kaki dan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta penggerak ekonomi masyarakat. Pada tahun 2010, pariwisata internasional tumbuh sebesar 7% dari 119

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON Motivasi menonton menurut McQuail ada empat jenis, yaitu motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda maka ada banyak sekali jenis-jenis belajar yang dilakukan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda maka ada banyak sekali jenis-jenis belajar yang dilakukan setiap orang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar merupakan kegiatan seseorang untuk menggunakan otak mereka dan menyerap ilmu pengetahuan. Karena setiap orang memiliki daya serap yang berbeda maka ada banyak

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran : SMPN 4 Wates : IPS Kelas/Semester : VII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: NI KADEK NOVIA SANTI NIM:

SKRIPSI OLEH: NI KADEK NOVIA SANTI NIM: SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR TARI PUSPAWRESTI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 TAMANBALI BANGLI TAHUN AJARAN 2015/2016 OLEH: NI KADEK NOVIA SANTI NIM: 201209014

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Penelitian Pada pembelajaran yang guru lakukan sebagian besar materi disampaikan dengan metode ceramah. Pembelajaran hanya memberikan rumus dan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI 1.1.1. Judul Perancangan Dalam pemberian suatu judul dalam perancangan dapat terjadinya kesalahan dalam penafsiran oleh pembacanya, maka dari itu dibuatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia Makin berkembangnya pola pikir manusia dari tahun ke tahun, makin berkembang pula kreativitas manusia tersebut.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya yang dilakukan ansambel musik Sopo Nauli dalam mempertahankan keberadaan musik tradisi Batak Toba di Kota Medan, maka sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kondisi geografis Indonesia menyebabkan adanya keanekaragaman,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kondisi geografis Indonesia menyebabkan adanya keanekaragaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang sangat luas, terdiri dari sekitar 500 kota atau kabupaten yang tersebar di seluruh pulau pulau yang ada di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif hanyalah melaporkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Margono (2005: 105),

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Margono (2005: 105), 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Margono (2005: 105), Pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat

BAB I PENDAHULUAN. Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat ini sangat menunjang mobilitas dan gaya hidup konsumen. Konsumen cenderung memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesusastraan adalah salah satu bagian dari ilmu dan juga salah satu kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya memiliki seni drama

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk yang memiliki akal pikiran untuk melakukan inovasiinovasi dalam mencapai tujuan tertentu sesuai yang diinginkannya. Di dalam proses pencapaian

Lebih terperinci

RESPON MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT (BIJB) DI KECAMATAN KERTAJATI KABUPATEN MAJALENGKA

RESPON MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT (BIJB) DI KECAMATAN KERTAJATI KABUPATEN MAJALENGKA Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 2, September 2013 1 RESPON MASYARAKAT TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT (BIJB) DI KECAMATAN KERTAJATI KABUPATEN MAJALENGKA Mitha

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budaya dan juga memiliki berbagai macam kesenian. Keberagaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia terlahir

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN)

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN) SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN) SATUAN PELAJARAN: SMP KELAS : VIII KOMPETENSI INTI : KI 1 : Menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti mengenal penari-penari wayang topeng di Malang, Jawa Timur sejak

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti mengenal penari-penari wayang topeng di Malang, Jawa Timur sejak A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peneliti mengenal penari-penari wayang topeng di Malang, Jawa Timur sejak tahun 1980. Perkenalan itu terjadi ketika peneliti belajar menari di Sanggar Tari Laras Budi

Lebih terperinci

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia kaya akan ragam suku sehingga dari keberagaman tersebut lahirlah banyak kesenian tradisi yang bersifat unik dan khas. Poerwadarminta (2001,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode tradisional yang data penelitiannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Musik Dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Definisi Musik Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARI TARI KLASIK GAYA SURAKARTA MELALUI PENDEKATAN APRESIASI

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARI TARI KLASIK GAYA SURAKARTA MELALUI PENDEKATAN APRESIASI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARI TARI KLASIK GAYA SURAKARTA MELALUI PENDEKATAN APRESIASI Malarsih * Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah pembelajaran tari melalui pendekatan apresiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Budaya maupun kesenian di setiap daerah tentunya berbeda beda.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. LOKASI, POPULASI DAN SAMPLE 1. Lokasi Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Soreang tepatnya beralamat di jalan Ciloa No. 3 Soreang Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian terhadap Bentuk Tari Zahifa pada upacara perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERILAKU JUJUR ANAK USIA DINI MELALUI MEDIA AUDIO-VISUAL PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B DI BA AISYIYAH GRINTING NOGOSARI

PENINGKATAN PERILAKU JUJUR ANAK USIA DINI MELALUI MEDIA AUDIO-VISUAL PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B DI BA AISYIYAH GRINTING NOGOSARI PENINGKATAN PERILAKU JUJUR ANAK USIA DINI MELALUI MEDIA AUDIO-VISUAL PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B DI BA AISYIYAH GRINTING NOGOSARI NASKAH PUBLIKASI Guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak ditemukan berbagai jenis peralatan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak ditemukan berbagai jenis peralatan teknologi BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini banyak ditemukan berbagai jenis peralatan teknologi yang membuat manusia lebih mudah, baik dalam bekerja, memenuhi kebutuhan hidup dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan BAB III METODE PENELITIAN 1. Desain Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan data peneliti menggunakan metode etnomusikologi, studi kasus dan performance studies.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. penyebaran kuesioner, maka dapat disimpulkan bahwa penyiaran karawitan pada

BAB IV PENUTUP. penyebaran kuesioner, maka dapat disimpulkan bahwa penyiaran karawitan pada BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah terkupul melalui pengamatan, observasi, dan penyebaran kuesioner, maka dapat disimpulkan bahwa penyiaran karawitan pada Radio Swara Konco Tani mendapatkan

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 1

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 1 PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 1 1 PROGRAM SEMESTER MATA PELAJARAN : SBK Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi karya seni rupa SENI RUPA Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

Kesulitan Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Limit Fungsi Trigonometri Pada Siswa Kelas Ii Smun 4 Palangka Raya

Kesulitan Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Limit Fungsi Trigonometri Pada Siswa Kelas Ii Smun 4 Palangka Raya 119 ISSN : 189-857 Kesulitan Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Limit Fungsi Trigonometri Pada Siswa Kelas Ii Smun 4 Palangka Raya Atin Supriatin atinatin45@gmail.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET

TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET RESPONSE OF GRADE VII STUDENTS ON THE USE OF LEARNING

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif, dalam

BAB III METODOLOGI. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif, dalam BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif, dalam pengertian bahwa penelitian ini hanya terbatas pada usaha untuk mengungkapkan fakta. Penelitian

Lebih terperinci

SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL

SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL Disusun oleh: Fu adi, S.Sn., M.A Disusun oleh: Fu adi, S.Sn., M.A NIP 19781202 200501

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih kepekaan dan keterampilan melalui media suara. Unsur-unsur musik menurut Jamalus (1998 :

Lebih terperinci

PERHITUNGAN MINGGU / JUMLAH JAM EFEKTIF

PERHITUNGAN MINGGU / JUMLAH JAM EFEKTIF PERHITUNGAN MINGGU / JUMLAH JAM EFEKTIF Mata Pelajaran Kelas/Program Program layanan Semester Tahun Ajaran Seni Budaya III Genap 2016/2017 Mengajar, per minggu untuk setiap kelas 2 jam pembelajaran. HARI

Lebih terperinci

OLEH : YUDHA FAHLEVI AMRI ABSTRAK

OLEH : YUDHA FAHLEVI AMRI ABSTRAK Keberadaan Orkes Melayu Mawardah di Galang OLEH : YUDHA FAHLEVI AMRI ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah keberadaan alat musik dan lagu yang terdapat pada kelompok orkes melayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari

BAB I PENDAHULUAN. Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari masyarakat karena memiliki daya tarik berupa program audio visualnya yang mampu menjangkau

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU PEMBIMBING TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA PRAKTIK KKN-PPL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DI SMK PIRI 1 YOGYAKARTA

PERSEPSI GURU PEMBIMBING TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA PRAKTIK KKN-PPL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DI SMK PIRI 1 YOGYAKARTA PERSEPSI GURU PEMBIMBING TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA PRAKTIK KKN-PPL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DI SMK PIRI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Niken Ayu Larasati 10502247004 ABSTRAK

Lebih terperinci

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP... Mata Pelajaran : Seni Budaya (Seni Rupa) Kelas / Semester : VII (tujuh) / (satu) Standar Kompetensi :. Mengapresiasikan Karya Seni Rupa Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu kesenian bangsawan dan kesenian rakyat. Dalam kesenian rakyat terdapat seorang

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERNYANYI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KEXBOARD DI SD N KALIPENTEN

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERNYANYI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KEXBOARD DI SD N KALIPENTEN UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERNYANYI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KEXBOARD DI SD N KALIPENTEN Diaj ukarl Kepada Fakul tas Bahasa dail Serli Universitas Negerj Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap keaslian budaya Indonesia. Membuka jaringan kerja seni budaya yang bersifat global

Meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap keaslian budaya Indonesia. Membuka jaringan kerja seni budaya yang bersifat global Seni berada pada ujung spektrum kepuasan yang lain dari dari ego, kepemilikan dan kemelekatan. Salah satu nikmat terbesar dalam seni adalah berbagi; berbagi keindahan, berbagi nilai kesejatian masing-masing,

Lebih terperinci