BAB V KESIMPULAN. ungkapan rasa cinta kepada Tuhan. Dengan kostum jubah dan topi memanjang, penari

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN Whirling dervish merupakan sebuah kesenian yang diciptakan sebagai ungkapan rasa cinta kepada Tuhan. Dengan kostum jubah dan topi memanjang, penari terus berputar pada satu kaki dan dalam setiap gerakan maupun kostum yang dikenakan, memiliki makna yang begitu dalam akan penghambaan seorang manusia kepada penciptanya. Berputarnya penari dengan mengayunkan tangannya menjadi sebuah meditasi untuk mengendalikan ego dalam diri serta mengingatkan diri akan kematian. Bahkan bagi para murid Jalaluddin Rumi dan para penganut ajaran sufi, tarian ini merupakan sebuah ritual. Proses pendirian Pondok Rumi berawal dari seorang arsitek bernama Rahman mengalami sebuah kegelisahan dalam dirinya. Kegelisahan tersebut menjadikannya berkeliling dari masjid satu ke masjid lainnya dan mengikuti berbagai acara pengajian. Pencariannya akan islam yang sesungguhnya membawanya bertemu dengan Syekh Hisyam, dan ia pun menjadi murid ulama besar sekaligus seorang sufi yang berasal dari Beirut tersebut. Setelah menjadi murid syekh sufi tersebut dan mahir menari whirling dervish, Rahman diberitahu oleh gurunya bahwa ia akan membawa banyak anak muda untuk bersholawat dan berdzikir bersama melalui whirling dervish ini. Pesan dari gurunya tersebut menjadikan Rahman mendirikan Pondok Rumi dan

2 berkeliling mengajak masyarakat di Jakarta Selatan terutama para pemuda untuk bershalawat dan berdzikir bersama dengan whirling dervish. Dinamika yang dialami Pondok Rumi begitu dinamis, mulai dari banyaknya pemuda yang bergabung menari whirling dervish setiap minggunya,hadirnya Ahmad Dhani yang membutuhkan icon untuk video klip lagunya dan whirling dervish sangat tepat serta cocok sebagai visualisasi dari lagu tersebut kemudian Ahmad Dhani pun meminta Rahman dan Pondok Rumi untuk menari whirling dervish dalam video klip musiknya, sampai pada banyak anggota yang pergi dan meninggalkan Pondok Rumi karena kemarahan Syekh Hisyam dalam sebuah pengajian. Ketenaran Pondok Rumi semakin meningkat, ditambah dengan publikasi Pondok Rumi yang semakin professional melalui jejaring sosial dan situs internet.hal ini membawa Pondok Rumi dibanjiri permintaan untuk menampilkan whirling dervish diberbagai panggung. Pondok Rumi kian menjadi sorotan banyak orang dan permintaan akan whirling dervish pun semakin bervariatif. Rahman sangat bangga akan perkembangan Pondok Rumi yang begitu cepat. Banyaknya permintaan akan pementasan whirling dervish membuat Rahman terus berupaya menjadikan Pondok Rumi lebih professional dan membuat para pengundang puas akan penampilan Pondok Rumi. Rahman pun menambah kesenian lainnya dalam Pondok Rumi seperti grup hadrah, orchestra sholawat, tari saman bahkan grup band musik. Kesenian-kesenian baru ini diciptakan sebagai pendukung penampilan whirling dervish.tidak jarang

3 Pondok Rumi menampilkan whirling dervish dikolaborasikan dengan grup band ataupun orchestra sholawat. Pondok Rumi secara perlahan berubah haluan.tujuan utama didirikannya adalah untuk mengajak para pemuda bersholawat bersama dengan whirling dervish. Akan tetapi banyaknya permintaan untuk menari diatas panggung membawa fokus Pondok Rumi bergeser menjadi bisnis whirling dervish, bagaimana caranya agar para pengundang puas dan tidak kecewa akan penampilan whirling dervish yang dibawakan oleh Pondok Rumi. Modifikasi kostum pun dilakukan agar penampilan whirling dervish memuaskan para hadirin yang menonton. Praktek komodifikasi terjadi pada Pondok Rumi, terlebih apa yang dikomodifikasikan adalah sebuah tarian sakral untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Komodifikasi terus ditutupi dengan dalih memperkenalkan dan mengajak kepada para penonton untuk bersholawat bersama dan menari whirling dervish.sedangkan realitanya, masyarakat ataupun hadirin yang melihat whirling dervish hanya beberapa menit saja sesuai dengan kesepakatan Pondok Rumi dengan si pengundang atau pemilik acara.sehinggga whirling dervish hanya sekedar sebagai selingan atau hiburan dari serangkaian acara yang ada, bukan sebagai acara inti untuk mengajak ataupun menjaring anggota, bahkan cenderung menjadi sebuah tontonan hiburan dari serangkaian acara.

4 Komodifikasi yang dilakukan oleh Pondok Rumi memicu konflik didalam whirling dervish itu sendiri.secara sosiologis, tarian ini memiliki fungsi transenden, dan tarian sufi ini memiliki banyak nilai yang dijunjung tinggi pada proses dan tujuan penciptaannya. Komodifikasi menyebabkan terjadinya pergeseran nilai, yaitu dimana nilai-nilai ibadah berubah menjadi bisnis.sebuah tari terlihat indah karena gerakan dan makna yang terkandung dalam tarian tersebut. Aktifitas Pondok Rumi saat ini telah melunturkan nilai-nilai yang terkandung dalam whirling dervish, dan tujuan akan pelestarian whirling dervish pun berbubah menjadi bisnis whirling dervish. Melihat lebih jauh dari konflik yang terjadi antara komodifikasi dan pergeseran nilai dalam whirling dervish Pondok Rumi, terlihat ruang negosiasi antar keduanya.ruang negosiasi disini merupakan mediator atas tarik ulur yang terjadi dari praktek komodifikasi dengan akibat yang ditimbulkan yaitu pergeseran nilai. Pondok Rumi terlahir dan tumbuh di kota metropolitan sekaligus pusat bisnis Indonesia, mau tidak mau Pondok Rumi harus menyesuaikan diri dengan aturan main pusat bisnis Negara ini. Upaya pelestarian whirling dervish yang dilakukan Pondok Rumi dengan mengadakan pengajian rutin di tiap minggunya membutuhkan dana, sehingga Pondok Rumi harus mempunyai kas agar terus dapat mengadakan pengajian tersebut. Dengan pemasangan tarif pada setiap penampilan whirling dervish lah Pondok Rumi mendapatkan pemasukan dan uang tersebut digunakan untuk keperluan pengajian dan perawatan berbagai alat music seperti hadrah dan juga kostum whirling dervish itu sendiri. Dengan kata lain, komodifikasi yang dilakukan adalah sebagai upaya Pondok

5 Rumi untuk bertahan hidup dan terus menyelenggarakan acara pengajian rutin serta melestarikan whirling dervish di kota Jakarta. Selain itu Pondok Rumi dengan sangat terbuka menerima permintaan penampilan whirling dervish di berbagai mall atau program di televisi, karena menurut Rahman penonton terbanyak program-program televisi adalah kaum muda dan dengan mudah pulapara pemuda banyak ditemukan ditempat-tempat hiburan seperti mall, sehingga tujuan untuk pelestarian whirling dervish akan lebih mudah. Dari praktik komodifikasi serta pergeseran nilai pada whirling dervish Pondok Rumi dan terjadi tarik ulur antar keduanya, dapat dilihat dengan jelas bahwa Pondok Rumi cenderung melakukan komodifikasi bukan karena untuk survival Pondok Rumi, melainkan untuk survival para pengurus pondok rumi, sedangkan para anak-anak dan remaja yang bertugas menari diberbagai panggung mengatasnamakan Pondok Rumi dieksploitasi secara terselubung, terlebih para penari muda tersebut tidak mengerti masalah administrasi dan keuangan yang ada pada Pondok Rumi. Sedangkan ruang negosiasi yang muncul dari terjadinya komodifikasi merupakan suatu bagian kecil yang bersifat positif dari praktik komodifikasi yang dilakukan Pondok Rumi. Refleksi Kritis Riset atas tarian sakral whirling dervish memberikan sebuah refleksi akan hadirnya sebuah tarian ditengah padatnya aktivitas kota. Komodifikasi yang terjadi terhadap tarian sufi ini adalah salah satu bukti bahwa sebuah budaya pun tak lepas dari

6 sorotan sebagian masyarakat untuk diikutsertakan dalam praktek bisnis. Disisi lain, kesenian saat ini pun harus dapatsurvivedengan berbagai cara agar tidak hanya tercatat dalam lembaran sejarah, tetapi terus hadir ditengah masyarakat, dan salah satu caranya adalah dengan berpartisipasi dalam praktek bisnis. Mengikuti jaman yang terus maju dan kian diselimuti oleh globalisasi dan modernisasi, kehadiran sebuah kesenian semakin mengkhawatirkan. Banyaknya masyarakat yang terus mencari cara agar mendapatkan profit besar, mengindikasikan bahwa kedepannya, kesenian khususnya tari baik sakral, tradisional maupun kontemporer akan mengalami sebuah distorsi, dimana banyak sekali masyarakat atau kelompok yang mendalami kesenian tari, tetapi tujuannya untuk dijadikan sebagai sebuah profesi demi mendapatkan keuntungan, bukan dengan tujuan untuk melestarikan, sehingga dalam beberapa tahun kedepan akan semakin banyak komunitas-komunitas kesenian tari salah satunya komunitas whirling dervish tetapi dengan visi misi untuk meramaikan panggung-panggung demi mendapatkan profit yang besar, tidak pada pelestarian ataupun ritual sakral. Riset akan whirling dervish ini sangat jauh dari kesempurnaan. Kedepannya jika akan dilakukan riset lebih lanjut mengenai whirling dervish, akan sangat baik jika mendokumentasikan secara langsung prosesi penampilan whirling dervish diatas panggung, serta melakukan observasi partisipatoris untuk mengetahui secara mendalam proses pengemasan dan pemaketan whirling dervish disetiap tawaran penampilan. Selain itu, data akan sangat bervariatif jika didapatkanlangsung dari para

7 pengundang atau pemilik acara yang menampilkan whirling dervish, karena dari sanalah akan diketahui motif dan alasan mengapa tertarik menjadikan whirling dervish sebagai acara selingan atau bagian kecil dalam sebuah rangkaian acara, baik acara pernikahan, launching produk ataupun penari latar dalam sebuah pertunjukan musik.