FAKTOR IKLIM DAN TANAMAN UBIJALAR: ANALISIS POLA TANAM DAN PROFIT USAHA TANI DI DESA CIKARAWANG IRZA ARNITA NUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR IKLIM DAN TANAMAN UBIJALAR: ANALISIS POLA TANAM DAN PROFIT USAHA TANI DI DESA CIKARAWANG IRZA ARNITA NUR"

Transkripsi

1 FAKTOR IKLIM DAN TANAMAN UBIJALAR: ANALISIS POLA TANAM DAN PROFIT USAHA TANI DI DESA CIKARAWANG IRZA ARNITA NUR DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor Iklim dan Tanaman Ubijalar: Analisis Pola Tanam dan Profit Usaha Tani di Desa Cikarawang adalah benar karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015 Irza Arnita Nur NIM G

4

5 ABSTRAK IRZA ARNITA NUR. Faktor Iklim dan Tanaman Ubijalar: Analisis Pola Tanam dan Profit Usaha Tani di Desa Cikarawang. Dibimbing oleh IMPRON. Ubijalar merupakan salah satu tanaman palawija yang dapat dipakai sebagai makanan pokok dan dapat diolah menjadi bahan makanan olahan. Ubijalar merupakan komoditas unggulan di Desa Cikarawang. Desa Cikarawang memiliki rata-rata curah hujan bulanan 314 mm/bulan, rata-rata suhu bulanan berkisar 25 o C hingga 28 o C, dan rata-rata lama penyinaran matahari 64%. Secara umum di Desa Cikarawang terdapat tiga pola tanam; pola tanam A: ubijalar (bulan Januari-April) ubijalar (bulan Mei-Agustus) padi (bulan September-Desember), pola B: ubijalar (bulan Januari-April) kacang tanah (bulan Mei-Agustus) padi (bulan September-Desember), dan pola tanam C: ubijalar di sepanjang tahun. Terdapat perbedaan produktivitas, biaya produksi dan profitabiltas pada tiga jenis pola tanam tersebut. Hasil analisis menunjukan bahwa suhu, curah hujan dan lama penyinaran matahari mempengaruhi biaya produksi dan profit. Curah hujan yang tinggi, suhu yang rendah, surplus dan run off yang tinggi mengakibatkan produksi serta biaya produksi tinggi. Biaya produksi yang tinggi umumnya terjadi pada periode Januari-April. Hasil survai menunjukan pola tanam A sebagai pola tanam yang paling menguntungkan karena memberikan pendapatan yang paling tinggi. Kata kunci: faktor iklim, pola tanam, profit, ubijalar ABSTRACT IRZA ARNITA NUR. Climate Factor and Sweet Potato: Cropping Pattern Analysis and Farming Profit in Cikarawang. Supervised by IMPRON. Sweet potato is one of the crop that can be used by Indonesian people as a staple or a processed foods. Sweet potato becomes the main commodity in Cikarawang village. Cikarawang has average rainfall of about 314 mm/month, average monthly temperature 25 o C to 28 o C, and average monthly sunshine duration of 64%. Cikarawang has three cropping patterns; cropping pattern A: sweet potato (month January-April) sweet potato (May-August) paddy (September-December), cropping pattern B: sweet potato (January-April) peanut (May-August) paddy (September-December), and cropping pattern C: only plants sweet potato all years. There were differences in productivity, production costs, and profitability in the three types of cropping pattern in Cikarawang. The analysis showed that temperature, rainfall, and sunshine duration affect the production costs and profit. A high rainfall, low temperature, high surplus and runoff caused high production costs. High production mostly commonly occurred in period of January-April. The survey indicated that cropping pattern A is the most profitable resulted from highest profit. Keywords: climate factor, cropping pattern, profit, sweet potato

6

7 FAKTOR IKLIM DAN TANAMAN UBIJALAR: ANALISIS POLA TANAM DAN PROFIT USAHA TANI DI DESA CIKARAWANG IRZA ARNITA NUR Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Geofisika dan Meteorologi DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah Faktor Iklim dan Tanaman Ubijalar: Analisis Pola Tanam dan Profit Usaha Tani di Desa Cikarawang. Penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada kedua orang tua yaitu Ibu Lestari dan Bapak Mochammad Nur Faizien (Alm) yang menjadi inspirasi utama penulis, lalu kepada: 1. Bapak Dr.Ir. Impron, M.Agr.Sc selaku pembimbing yang telah memberikan ide, ilmu, pengarahan, masukan, nasehat, dan tentu saja bimbingan hingga tugas akhir ini terselesaikan. 2. Ibu Dr.Ir. Tania June, M.Sc selaku ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB. 3. Bapak Yon Sugiarto, S.Si, M.Sc dan Bapak Dr. Perdinan, S.Si, M.NRE selaku dosen penguji skripsi. 4. Staff BMKG Dramaga, Bapak Henry atas bantuan data iklim wilayah Bogor. 5. Bapak Ahmad Bastari selaku ketua kelompok tani di Desa Cikarawang 6. Kedua saudaraku mbak Nina Dahliana Nur dan Muhammad Deliar Nur yang selalu aku sayangi. 7. Gembelle (Pipit, Shailla, Yadisti, Anggi, Icanur) dan mbak Desty Dwi Sulistyowati atas dukungan dan semangatnya. 8. Teman sebimbingan (Angga, Fitri Moe, Dewi sul, Aji, Murni, Duwi, Ichakar, Mail, mbak Gina ) atas perjuangan bersamanya. 9. Segenap sahabat GFM 47, GFM 48, GFM 49, penghuni kost Aisyah Family, teman-teman fokma Bahurekso Kendal, Staff Pengajar serta Staff TU Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB yang senantiasa menyemangati dan mendukung penulis, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua dukungannya selama ini. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan, walaupun demikian harapannya semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang memerlukan. Amin Bogor, Januari 2015 Irza Arnita Nur

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 2 Bahan 2 Alat 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Hasil 4 Pembahasan 4 SIMPULAN DAN SARAN 22 Simpulan 22 Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 22 LAMPIRAN 24 RIWAYAT HIDUP 62

13 DAFTAR TABEL 1 Produksi, luas panen dan produktivitas ubi jalar di beberapa Kecamatan wilayah Kabupaten Bogor Luas wilayah menurut tata guna lahan Desa Cikarawang 5 3 Pola tanam petani di Desa Cikarawang 8 4 Tabel neraca air lahan (mm) di daerah Cikarawang 11 5 Perbandingan pendapatan usahatani pada pola tanam A (ubijalar, ubijalar, padi) periode tanam Januari-April, Mei-Agustus, dan September-Desember 17 6 Perbandingan pendapatan usahatani pada pola tanam B (ubijalar, kacang tanah, padi) periode tanam Januari-April, Mei-Agustus, dan September-Desember 18 7 Perbandingan pendapatan usahatani pada pola tanam C (ubijalar, ubijalar, ubijalar) periode tanam Januari-April, Mei-Agustus, dan September-Desember 18 DAFTAR GAMBAR 1 Peta Desa Cikarawang 4 2 Persentase informasi responden petani di Desa Cikarawang 5 3 Rata-rata curah hujan bulanan Dramaga tahun Suhu rata-rata bulanan Cikarawang periode tahun Lama penyinaran matahari rata-rata bulanan Dramaga Bogor periode Nilai ETp bulanan pertahun periode di Desa Cikarawang 12 7 Nilai Surplus dan APWL bulanan di Cikarawang Dramaga periode Nilai Run off bulanan pertahun per periode di Desa Cikarawang 13 9 Hubungan antara curah hujan dan produktivitas ubijalar Hubungan antara suhu dan produktivitas ubijalar Hubungan lantara lama penyinaran matahari dengan produktivitas ubijalar Hubungan antara curah hujan dengan biaya pengeluaran per pola tanam Hubungan antara run off dengan biaya produksi per pola tanam Hubungan surplus neraca air dengan biaya pengeluaran produksi per pola tanam Hubungan antara curah hujan profit petani per pola tanam Hubungan antara suhu dan profit petani per pola tanam Hubungan antara ETp dan profit petani per pola tanam Hubungan antara lama penyinaran matahari dengan profit petani di setiap pola tanam 21

14 DAFTAR LAMPIRAN 1 Curah hujan (mm) bulanan Dramaga periode Jumlah hari hujan periode tahun di Dramaga Bogor 24 3 Estimasi suhu rata-rata ( o C) di daerah Cikarawang 24 4 Lama penyinaran matahari di Dramaga (%) antara pukul Perbandingan penerimaan usahatani pola tanam A (ubijalar, ubijalar, padi) pada periode tanam Januari-April, Mei-Agustus, dan September- Desember 25 6 Perbandingan penerimaan usahatani pola tanam B (ubijalar, kacang tanah, padi) pada periode tanam Januari-April, Mei-Agustus, dan September-Desember 25 7 Perbandingan penerimaan usahatani pola tanam C (ubijalar, ubijalar, ubijalar) pada periode tanam Januari-April, Mei-Agustus, dan September-Desember 26 8 Rata-rata penggunaan biaya usahatani ubijalar pada pola tanam A (ubijalar, ubijalar, padi) 26 9 Rata-rata penggunaan biaya usahatani ubijalar pada pola tanam B (ubijalar, kacang tanah, padi) Rata-rata penggunaan biaya usahatani ubijalar pada pola tanam C (ubijalar, ubijalar, ubijalar) Neraca air lahan di daerah Cikarawang tahun Neraca air lahan di daerah Cikarawang tahun Neraca air lahan di daerah Cikarawang tahun Neraca air lahan di daerah Cikarawang tahun Neraca air lahan di daerah Cikarawang tahun Neraca air lahan di daerah Cikarawang tahun Neraca air lahan di daerah Cikarawang tahun Neraca air lahan di daerah Cikarawang tahun Neraca air lahan di daerah Cikarawang tahun Neraca air lahan di daerah Cikarawang tahun Foto beberapa kegiatan usahatani dan saat wawancara dengan petani Peta wilayah Desa Cikarawang berdasarkan pola tanam Data karakteristik petani, penggunaan input usahatani, penggunaan tenaga kerja, penerimaan, dan pendapatan usahatani di Desa Cikarawang, Bogor pada pola tanam A (ubijalar, ubijalar dan padi) dengan periode tanam bulan Januari-April Data karakteristik petani, penggunaan input usahatani, penggunaan tenaga kerja, penerimaan, dan pendapatan usahatani di Desa Cikarawang, Bogor pada pola tanam A (ubijalar, ubijalar dan padi) dengan periode tanam bulan Mei-Agustus Data karakteristik petani, penggunaan input usahatani, penggunaan tenaga kerja, penerimaan, dan pendapatan usahatani di Desa Cikarawang, Bogor pada pola tanam A (ubijalar, ubijalar dan padi) dengan periode tanam bulan September-Desember Data karakteristik petani, penggunaan input usahatani, penggunaan tenaga kerja, penerimaan, dan pendapatan usahatani di Desa

15 Cikarawang, Bogor pada pola tanam B (ubijalar, kacang tanah dan padi) dengan periode tanam bulan Januari-April Data karakteristik petani, penggunaan input usahatani, penggunaan tenaga kerja, penerimaan, dan pendapatan usahatani di Desa Cikarawang, Bogor pada pola tanam B (ubijalar, kacang tanah dan padi) dengan periode tanam bulan Mei-Agustus Data karakteristik petani, penggunaan input usahatani, penggunaan tenaga kerja, penerimaan, dan pendapatan usahatani di Desa Cikarawang, Bogor pada pola tanam B (ubijalar, kacang tanah dan padi) dengan periode tanam bulan September-Desember Data karakteristik petani, penggunaan input usahatani, penggunaan tenaga kerja, penerimaan, dan pendapatan usahatani di Desa Cikarawang, Bogor pada pola tanam C (ubijalar, ubijalar dan ubijalar) dengan periode tanam bulan Januari-April Data karakteristik petani, penggunaan input usahatani, penggunaan tenaga kerja, penerimaan, dan pendapatan usahatani di Desa Cikarawang, Bogor pada pola tanam C (ubijalar, ubijalar dan ubijalar) dengan periode tanam bulan Januari-April Data karakteristik petani, penggunaan input usahatani, penggunaan tenaga kerja, penerimaan, dan pendapatan usahatani di Desa Cikarawang, Bogor pada pola tanam C (ubijalar, ubijalar dan ubijalar) dengan periode tanam bulan Januari-April 49

16

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra ubi jalar (BPS 2010). Hal ini dapat dilihat dari segi luas tanam, luas panen, produksi, dan hasil per hektar. Ubijalar di Kabupaten Bogor menempati posisi tertinggi kedua setelah Kabupaten Kuningan, seperti yang ditunjukkan di atas (Tabel 1). Desa Cikarawang yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, merupakan salah satu daerah penghasil ubijalar. Produktivitas ubijalar di kecamatan ini pada tahun 2007 dan 2008 sebesar ton ha -1 dan ton ha -1. Produktivitas ubijalar selain dipengaruhi pemeliharaan yang umumnya masih dilakukan secara konvensional juga sangat dipengaruhi oleh faktor iklim setempat seperti suhu lingkungan, lama penyinaran matahari, ETp, dan curah hujan (Arifin 2013). Tabel 1 Produksi, luas panen dan produktivitas ubi jalar di beberapa Kecamatan wilayah Kabupaten Bogor Kecamatan Luas Luas Produksi panen Produktivitas Produksi panen Produktivitas (ton) (Ha) (ton ha -1 ) (ton) (Ha) (ton ha -1 ) Tenjolaya Cibungbulang Ciampea Dramaga Megamendung Sumber: BPS Kabupaten Bogor 2010 Petani di daerah Kecamatan Dramaga lebih banyak memilih untuk menanam komoditas ubijalar, sehingga mempengaruhi kondisi perekonomian di daerah Bogor. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis pola tanam ubijalar di wilayah Desa Cikarawang dengan tujuan melihat seberapa besar faktor iklim yang mempengaruhi produksi ubijalar dan profit petani. Faktor-faktor iklim seperti curah hujan, suhu, lama penyinaran matahari dan ETp akan berpengaruh pada proses pertumbuhan serta produktivitas ubijalar, sedangkan penggunaan pupuk, biaya produksi yang dikeluarkan akan mempengaruhi profit petani, oleh sebab itu dianalisis pengaruh keterkaitan faktor iklim dan profit yang didapatkan petani agar dapat diketahui faktor iklim apa yang paling berpengaruh dan seberapa besar pengaruh faktor iklim terhadap profit petani, sehingga petani dapat menentukan waktu tanam dan pola tanam ubijalar yang menghasilkan profit jika dilihat dari analisis faktor iklim Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menganalisis pola tanam dominan yang sering dilakukan masyarakat Desa Cikarawang dan melihat seberapa besar pengaruh

18 2 faktor iklim di Desa Cikarawang yang berkaitan dengan profit usaha tani ubijalar di lokasi Desa ini. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai profit yang diperoleh petani dari hasil analisis usahatani, dan seberapa besar pengaruh faktor iklim yang mempengaruhi profit usaha tani yang dianalisis berdasarkan pola tanam yang ada di Desa Cikarawang sehingga bagi para petani dapat menentukan waktu tanam ubijalar yang menghasilkan profit jika dilihat dari analisis faktor iklim. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juni 2014 di Desa Cikarawang, Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat dengan koordinat 6º50 LS, 106º70 BT dan di Laboratorium agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor. Bahan Bahan atau data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data curah hujan bulanan stasiun klimatologi klas I Dramaga Bogor dari tahun Data suhu udara bulanan stasiun klimatologi klas I Dramaga Bogor dari tahun Data lama penyinaran matahari bulanan stasiun klimatologi klas I Dramaga Bogor dari tahun Peta wilayah Desa Cikarawang dan peta lahan pertanian ubijalar. 5. Data potensi dan profil Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Bogor. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat PC (Personal Computer) dan perangkat lunak (Software) Microsoft office untuk pengolahan data. Prosedur Penelitian Survai kuesioner di Desa Cikarawang Bogor Kajian fisik lahan dilakukan dengan observasi lapang (Huntington 2000; Mulyoutami Rismawan dan Joshi 2009) mengumpulkan berbagai data dan peta mengenai kondisi lahan pertanian di daerah Cikarawang. Survey dilaksanakan untuk memperoleh data melalui partisipasi aktif dari masyarakat lokal dengan menggunkan sistem wawancara semi terstruktur. Wawancara dilaksanakan dengan membagikan angket berisi kuesioner (kuesioner terlampir) kepada 91 petani

19 secara acak, di Desa Cikarawang Bogor yang merupakan daerah penghasil ubijlar. Kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan seperti : Luas lahan, waktu tanam, biaya sewa lahan, biaya bibit ubijalar, biaya obat-obatan, organik, anorganik, biaya irigasi, biaya tenaga kerja, produksi dan hasil panen, serta harga jual hasil panen. Selain itu pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan permasalahan pertanian yang dihadapi baik dari sisi iklim maupun dari sisi ekonomi sehingga menggambarkan sistem usaha tani ubijalar di Desa Cikarawang. Proses pengolahan data Perhitungan neraca air lahan dipengaruhi fluktuasi dari data curah hujan bulanan dan evapotranspirasi potensial (ETp) bulanan. persamaan penentuan evapotranspirasi menggunakan persamaan Thronthwaite (Palmer dan Harvens 1958) sebagai berikut : 3 ETpi = evapotranspirasi potensial pada bulan i (mm) Ti = suhu pada bulan ke i ( C) I = 12 bulan dari Σ(T i /5) 1,54 A = (6.75 x 10-7 x I 3 ) (7.71 x 10 5 x I 2 ) + ( x 10-2 x I) Nilai neraca air yang lain yang dicari yaitu mencari keadaan air surplus atau tidak dan besarnya run-off yang terjadi. Surplus berarti kelebihan air ketika CH >ETp sehingga: Surplus (S) = CH-Etp Run off merupakan aliran permukaan atau limpasan. Thornthwaite dan Mather (1957) membagi Run off menjadi dua bagian: a) 50% dari surplus bulan sekarang (Sn). b) 50% dari Run off bulan sebelumnya (RO n-1). Sehingga : RO bulan sekarang (Rn) = 50% (Sn+ RO n-1) Khusus run off bualan Januarai, karena RO n-1 belum terisi maka RO n-1 diambil 50% dari surplus bulan Desember. Analisis data Analisis yang dilakukan yaitu menganalisis usahatani hasil pertanian di Desa Cikarawang dari hasil wawancara untuk dapat mengetahui profit petani. Menurut Soekartawi dkk (2002) pendapatan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan total usahatani (Total Farm Revenue) merupakan nilai produk total yang dihasilkan dalam jangka waktu satu musim tanam. Biaya usahatani adalah semua nilai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Profit total usahatani adalah selisih antara penerimaan total dan pengeluaran total. Perhitungan dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut: TR TC Profit TR P = P x Q = Biaya tunai + biaya non tunai = TR TC = total pendapatan petani (Total Revenue) = harga hasil panen (Price) (Rp/kg)

20 4 Q TC Biaya Tunai Biaya non tunai Keuntungan = total produksi (Quantity) = biaya total usahatani (Total Cost) = pengeluaran berupa uang tunai yang dikeluarkan secara langsung oleh petani = pengeluaran petani berupa faktor produksi tanpa mengeluarkan uang tunai = profit petani Selanjutnya analisis data dilakukan dengan cara menghubungkan keterkaitan faktor-faktor iklim seperti curah hujan, suhu, lama penyinaran matahari, dan ETp yang dicari dengan regresi linier untuk mencari tahu seberapa besar pengaruh faktor iklim tersebut terhadap profit yang diperoleh petani. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Cikarawang Kondisi fisik dan topografi Tanah Desa Cikarawang merupakan dataran dan persawahan yang berada pada ketinggian antara 193 m diatas permukaan laut. Desa Cikarawang berbatasan sebelah utara dengan sungai Cisadane, sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Situ Gede kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Batas sebelah selatan yaitu sungai Ciapus, dan batas sebelah barat adalah sungai Ciapus atau sungai Cisadane. Tabel 2 Luas wilayah menurut tata guna lahan Desa Cikarawang tahun 2009 Tata guna lahan persen (%) luas (ha) Pemukiman dan pekarangan 19.37% Sawah 59.84% Ladang 16.45% Jalan 3.50% 7.5 Pemakaman 0.28% 0.6 Perkantoran 0.07% 0.16 Bangunan Pendidikan 0.28% 0.6 Bangunan Peribadatan 0.18% 0.4 Sumber: Potensi Desa Cikarawang 2009 Sumber ://

21 Gambar 1 Peta Desa Cikarawang, Dramaga, Bogor Karakteristik Petani Responden Responden yang diperoleh dari survai wawancara petani di Desa Cikarawang mendapatkan hasil informasi usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan pekerjaan sampingan petani. 5 Gambar 2 Persentase yang menunjukan informasi keadaan petani di Desa Cikarawang, meliputi persentase usia petani, tingkat pendidikan petani, jenis kelamin, dan pekerjaan sampingan petani Umur merupakan faktor yang berpengaruh pada pola pikir dan kemampuan fisik untuk bekerja. Menurut BPS (2011) Usia produktif yaitu usia tahun sedangkan usia non produktif yaitu penduduk dengan kelompok usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas. Umur responden didominasi oleh umur petani yang memiliki rentang umur antara tahun. Rata-rata petani di Cikarawang masih terbatas pendidikannya, dan menggunakan teknologi sederhana diperoleh secara turun temurun dalam kegiatan usahatani. Penyerapan teknologi baru cenderung lebih cepat ditangkap oleh petani yang berpendidikan (Hendayana 2003). Tingkat pendidikan petani responden bervariasi mulai dari SD hingga S1. Sebagian besar petani responden menempuh pendidikan sampai dengan tingkat dasar (SD). Tingkat pendidikan petani yang masih mayoritas hanya mengenyam pendidikan dasar hal ini juga berpengaruh terhadap pekerjaan sampingan yang di lakukan oleh petani di daerah Cikarawang. Mayoritas masyarakat Desa Cikarawang bekerja sampingan sebagai peternak, sebab mereka juga memanfaat kotoran ternak mereka untuk digunakan sebagai pupuk. Kondisi Iklim Karakteristik iklim Cikarawang Karakteristik iklim setempat di Cikarawang berdasarkan hasil perhitungan klasifikasi Oldeman di Desa Cikarawang Bogor selama periode tahun

22 6 memberikan informasi bahwa Desa Cikarawang memilki tipe pola iklim A1 sebab rata-rata bulan basah yang diperoleh sebanyak 10 bulan dan bulan kering nol bulan serta bulan lembab sebanyak dua bulan. Tipe iklim A1 dapat diinterpretasikan bahwa lahan pertanian di Cikarawang sesuai untuk padi terusmenerus tetapi produksi kurang karena pada umumnya radiasi matahari rendah (Dwiyono 2009). Kenyataannya lahan pertanian yang ada di Cikarawang tidak menggunakan pola iklim Oldeman untuk penanamannya. Para petani lebih memilih pola klasifikasi iklim dengan sistem penanaman dengan kebiasaan mereka. Petani di daerah ini justru hanya sekali dalam setahun. Petani menanam padi jika musim penghujan ketika bulan September-Desember, selain itu mereka menanam palawija diantaranya ubijalar dan kacang tanah. Mereka tidak mengandalkan padi ditanam terus menerus sebab banyak faktor yang tidak mendukungnya, diantaranya sistem irigasi yang diatur dari pemerintah daerah pusat sehingga lahan yang mendapatkan irigasi hanya pada waktu tanam padi saja sekali penanaman dalam setahun. Selain itu padi yang ditanam hanya digunakan untuk dikonsumsi petani sendiri, sehingga tidak harus menanam padi di setiap musim tanam walaupun jika dilihat dari klasifikasi iklim Oldeman berpotensi untuk ditanami padi. Curah hujan Unsur iklim yang paling banyak berpengaruh dalam usaha pertanian adalah curah hujan rata-rata (mm) dan suhu rata-rata ( o C). Curah hujan sangat mempengaruhi keberlangsungan usaha pertanian terutama bagi daerah yang mengandalkan hujan sebagai sumber daya air utama. Curah hujan merupakan sumber air utama untuk pertumbuhan awal ubi jalar. Data curah hujan yang diperoleh dari BMKG periode tahun memperlihatkan hasil bahwa curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan curah hujan rata-rata sebesar 412 mm, dan curah hujan rata-rata terendah yaitu pada bulan Juli 184 mm (Gambar 3). curah hujan (mm) Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Sumber : BMKG Dramaga Bogor (2014) Gambar 3 Rata-rata curah hujan bulanan Dramaga tahun Suhu dan evapotranspirasi potensial rata-rata Daerah penelitian Desa Cikarawang diperoleh suhu sekitar dari data BMKG Dramaga yaitu suhu rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober dengan suhu rata-rata o C. Nilai suhu Cikarawang terendah yaitu o C yaitu pada

23 bulan Februari dan suhu rata-rata di Cikarawang yaitu sebesar o C (Lampiran 3). Evapotranspirasi merupakan istilah perpaduan dari evaporasi dan transpirasi. Menurut Asdak (1995) evaporasi adalah banyaknya air yang menguap dari lahan dan tanaman dalam suatu petakan karena panas matahari. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi. Kondisi iklim pada waktu pengukuran evapotranspirasi harus diperhatikan, sebab evapotranspirasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan (Sosrodarsono dan Takeda 1983). Proses hilangnya air akibat evapotranspirasi merupakan salah satu komponen penting dalam hidrologi karena proses tersebut dapat mengurangi simpanan air dalam badan-badan air, tanah, dan tanaman. Sedangkan untuk kepentingan sumber daya air, data ini untuk menghitung kesetimbangan air dan lebih khusus untuk keperluan penentuan kebutuhan air bagi tanaman (ubijalar) dalam periode pertumbuhan atau periode produksi, sehingga data dari evapotranspirasi berguna untuk menentukan kebutuhan air yang diperlukan bagi tanaman. Nilai evapotranspirasi dihitung berdasarkan suhu di Desa Cikarawang yaitu menggunakan rumus Thornthwaite (Palmer dan Havens 1958). Hasil nilai evapotranspirasi yang ada di Tabel 4 menyatakan jika nilai evapotranspirasi terbesar terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 142 mm, untuk nilai evapotranspirasi rata-ratanya yaitu 132 mm. Nilai evapotranspirasi terkecil yaitu di bulan Februari yaitu 117 mm hal ini disebabkan input suhu pada perhitungan di bulan Februari merupakan suhu yang terendah, sehingga menghasilkan nilai ETp terendah di bulan Februari. Hal ini berbanding lurus antara evaporasi dengan suhu. Suhu yang semakin tinggi maka evapotranspirasi semakin besar nilainya begitu pula sebaliknya Suhu ( o C ) Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Sumber : BMKG Dramaga Bogor (2014) Gambar 4 Suhu rata-rata bulanan Cikarawang periode tahun Lama penyinaran matahari Sinar matahari merupakan hal penting dalam proses terjadinya fotosintesis. Proses fotosintesis ini menggunakan lama penyinaran matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai hijau daun. Hasil dari fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Peningkatan lama penyinaran dan cahaya matahari juga berpengaruh dalam mempercepat proses pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya penurunan intensitas lama penyinaran matahari matahari akan memperpanjang masa

24 8 pertumbuhan tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan produksi tanaman hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan lama penyinaran matahari (Stark dan Wright 1985). Gambar 5 memperlihatkan lama penyinaran matahari rendah pada bulan Februari dengan lama penyinaran rata rata sebesar 42 % dan terus naik sehingga mencapai puncak tertinggi pada bulan Agustus dengan lama penyinaran sebesar 85 %, pada bulan September sampai Desember lama penyinaran terus menurun. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi pada bulan Januari hingga April, sedangkan pada bulan Mei hingga Agustus curah hujan rendah dan mulai meningkat pada bulan September hingga Desember. Lama penyinaran matahari (%) Sumber : BMKG Dramaga Bogor (2014) Gambar 5 lama penyinaran rata-rata bulanan Darmaga periode tahun Pola Tanam dan Potensi Unggulan Pertanian Desa Cikarawang Pola tanam yang dilakukan oleh petani berbeda-beda setiap musim tanamnya. Para petani melakukan 3 jenis pola tanam yang berbeda dengan sistem monokultur dan rotasi. Sistem pola tanam monokultur yaitu ditanami dengan ubijalar semua, sedangkan untuk sistem rotasi ditanami dengan ubijalar, kacang tanah dan padi. Tabel 3 memperlihatkan 3 jenis pola tanam yang dilakukan petani yang ada di Cikarawang. Lokasi penanaman berdasarkan pola tanam petani di Desa Cikarawang dapat dilihat pada Lampiran 22. Tabel 3 Pola tanam petani di Desa Cikarawang pola tanam A (ubijalar, ubijalar,padi) B (ubijalar, kacang tanah, padi) C (ubijalar) Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec waktu (bulan) Keterangan : = ubijalar; = padi; = kacang tanah Pada umumnya petani di Desa Cikarawang sangat mengusahakan menanam ubijlar karena permintaan akan ubijalar selalu ada sebab Cikarawang adalah salah satu sentra produksi dan pemasok kebutuhan ubijalar di daerah Bogor. Namun dengan memperhatikan faktor iklim, unsur hara dan pengalaman yang ada mereka melakukan sistem pola tanam rotasi.

25 Budidaya Tanaman Ubijalar di Desa Cikarawang Pola tanam A terbagi atas tiga waktu tanam untuk dua jenis tanaman yaitu ubijalar dan padi. Waktu tanam periode Januari sampai April ditanami oleh ubijalar, periode Mei sampai Agustus ditanami oleh ubijalar lagi dan untuk periode tanam bulan September sampai Desember yaitu padi. Pola tanam B terbagi atas tiga waktu tanam untuk tiga jenis tanaman yaitu ubijalar dan padi serta kacang tanah. Waktu tanam periode Januari sampai April ditanami oleh ubijalar, periode Mei sampai Agustus ditanami oleh kacang tanah dan untuk periode tanam bulan September sampai Desember yaitu padi. Pola tanam C terbagi atas tiga waktu tanam untuk tiga jenis tanaman yaitu monokultur hanya ubijalar. Waktu tanam periode Januari sampai April, periode Mei sampai Agustus dan periode tanam bulan September sampai Desember. Pembudidayaan ubijalar yang dilakukan berdasarkan hasil wawancara dan kondisi pengamatan lapangan dimulai dari : Persiapan lahan Persiapan lahan yakni meliputi pengolahan lahan dan pembuatan guludan hal ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik dan menstabilkan kondisi tanah dari kondisi sebelumnya. Lahan yang sebelum ditanami, maka saat pembuatan guludan, tanah diberikan pupuk kandang untuk menambah unsur hara dalam tanah sehingga diperlukan tambahan modal untuk pembelian pupuk kandang dengan upah setiap tenaga kerja sebesar Rp tumbak -1 (4 m). Upah tenaga kerja pada pengolahan lahan pun dipengaruhi oleh jenis tanaman yang ditanam sebelumnya. Upah pengolahan lahan yang sebelumnya ditanami padi lebih mahal daripada yang ditanami ubi. Pembibitan Varietas yang ditanam oleh petani responden di wilayah penelitian adalah ubijalar varietas AC (kuningan). Alasan utama mayoritas petani menanam varietas AC dikarenakan varietas tersebut lebih cepat dipanen dibandingkan varietas lainnya. Ubi jenis ini dapat dipanen lebih cepat dibandingkan jenis ubi lainnya yaitu dalam kurun waktu bulan. Selain itu, varietas AC juga memiliki beberapa kelebihan antara lain produktivitas tinggi, mudah ditanam, umbi besar, dan kecocokan dengan lahan. Terdapat beberapa cara untuk memperoleh bibit ubi jalar yaitu dengan pengipukan atau melakukan pembibitan sendiri, hasil produksi sebelumnya, atau hasil produksi petani lain yang dianggap bagus. Penanaman Penanaman ubijalar yang dilakukan mayoritas petani di Desa Cikarawang yakni dalam satu luasan lahan hanya ditanami oleh satu jenis tanaman saja yaitu ubi saja tanpa ada tanaman lain yang ditumpangsari hanya sedikit petani yang menggunakan sistem tanam tumpang sari. Pemupukan Pemupukan merupakan kegiatan terpenting dalam berusahatani ubijalar. Petani di lokasi penelitian melakukan pemupukan pada saat pengolahan lahan dan pembongkaran sementara. Pupuk yang banyak digunakan oleh petani di lokasi penelitian dalam bertani ubi jalar antara lain pupuk kandang, pupuk urea dan pupuk phonska, pupuk kimia NPK, sedangkan pupuk TSP, dan KCl jarang 9

26 10 digunakan oleh petani. Pupuk kandang diperoleh petani dari kotoran hewan ternak yang mereka pelihara atau membelinya dari peternak di Desa Cikarawang. Penyiangan tanaman Penyiangan adalah proses pencabutan gulma di sekitar tanaman ubi. Gulma merupakan tanaman lain yang kehadirannya tidak diinginkan dan dapat menggangu pertumbuhan tanaman utama. Penyiangan dilakukan agar tanaman ubi dapat memperoleh unsur hara dan cahaya matahari dalam cukup tanpa tersaingi oleh tumbuhan lain. Penyulaman Penyulaman merupakan proses penanaman kembali tanaman di lahan dikarenakan tanaman sebelumnya tidak tumbuh. Cara penyulaman yakni dengan mencabut tanaman yang mati kemudian mengganti dengan tanaman baru. Penyulaman dilakukan oleh petani pada waktu satu minggu setelah tanam. Pembalikan batang Pembalikan batang atau lebih dikenal petani dengan istilah pengebatan merupakan pengangkatan tanaman ubi dari tanah agar akar-akar kecil yang baru tumbuh tidak menempel di tanah dan hasil fotosintesis seluruhnya difokuskan untuk memperbesar umbi. Pengendalian hama dan penyakit tanaman Di Cikarawang, pengendalian hama penyakit tanaman ubi jalar dilakukan sesuai kondisi hama penyakit yang menyerang tanaman. Pengendalian menggunakan pestisida dilakukan jika tanaman yang diserang sudah cukup banyak, sedangkan jika hanya sedikit hama penyakit yang menyerang hanya dilakukan penanganan dengan memangkas atau mencabutnya. Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman ubi adalah lanas dan ulat. Penyebabnya adalah perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya sehingga hama dan penyakit berkembang. Akibatnya ubi jalar yang sudah mendekati waktu panen menjadi membusuk dan daun umbi pun menjadi banyak berlubang. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan menyemprotkan pestisida sebanyak 50 ml dicampurkan dengan 20 liter air. Panen Ubijalar dapat dipanen pada umur bulan. Pengambilan keputusan waktu panen dipengaruhi oleh permintaan pasar dan juga kebutuhan finansial petani. Jika kebutuhan finansial petani mendesak maka pada umur 3.5 bulan ubi akan langsung dipanen. Rata-rata harga jual ubijalar yaitu Rp kg -1. Petani di Cikarawang biasanya menjual hasil panen langsung di lahannya dengan biaya panen ditanggung oleh poktan atau tengkulak selaku pembeli. Petani menerima penjualan hasil panennya setelah 3-7 hari kemudian. Adapun kegiatan pemanenan antara lain pemetikan daun untuk bibit dan pakan, penggalian ubijalar, pembersihan umbi dari tanah, pengumpulan dalam karung, dan pengangkutan hasil panen ke jalan. Umumnya tengkulak hanya akan membeli umbi dengan kualitas terbaik dan sisanya akan dibiarkan begitu saja di lahan. Sistem penjualan ubijalar dilakukan dengan sistem bukti artinya tengkulak akan memberikan tanda bukti sesuai dengan panen ubijalar pada petani. Upah yang diterima oleh tenaga kerja pemanenan disesuaikan dengan

27 umbi hail panen yang dikerjakan. Setiap satu kilogram umbi dihargai Rp 100 untuk setiap pekerja. Neraca Air Keadaan Desa Cikarawang yang diapit oleh beberapa anak sungai seperti yang telah sungai Ciapus dan sungai Cisadane, namun sungai ini tidak selalu dapat digunakan untuk irigasi. Sebab sistem irigasi di Desa Cikarawang diatur oleh birokrasi pemerintah daerah. Irigasi dengan sungai diberlakukan ketika musim tanam padi saja karena untuk memenuhi kebutuhan air pada padi. Ketika musim tanam padi pun diatur lagi oleh ulu-ulu (nama lokal sebutan pengatur irigasi di Desa Cikarawang), sehingga para petani memanfaatkan hujan untuk memenuhi kebutuhan air sebab curah hujan yang cukup melimpah dan hari hujan yang hampir terjadi setiap hari, hal ini mengakibatkan terjadinya keadaan yang selalu surplus ketersediaan air pada periode tahun (Tabel 4). Surplus yang terjadi pun mengalami perbedaan yang signifikan bulan Juli dan Agustus nilai surplus sangat kecil hanya 57 mm dan 63 mm. Hal ini terjadi karena pada bulan tersebut curah hujan mencapai titik terendah, yaitu 184 mm dan 192 mm. Kelebihan air tanah dapat mengakibatkan terjadinya limpasan. Berdasarkan (Tabel 4), limpasan terjadi di setiap bulan. Input yang berupa curah hujan dikurangi dengan evapotranspirasi menghasilkan nilai surplus. Namun untuk air yang tidak dapat ditampung akan menjadi limpasan. Limpasan terbesar terjadi pada bulan Februari, sebab curah hujan yang terjadi bernilai tinggi dan limpasan terkecil terjadi pada bulan Agustus, sebab curah hujan yang terjadi juga kecil. Tabel 4 Tabel neraca air lahan (mm) di daerah Cikarawang Bulan CH ETp Defisit Surplus Run-off Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Sumber : perhitungan dilakukan dengan data rata-rata bulanan dari tahun ETp neraca air lahan di Desa Cikarawang selama periode memperlihatkan hasil (Gambar 6) dimana rata-rata bulan Februari sering kali menghasilkan nilai ETp yang rendah hal ini karena puncak curah hujan terjadi pada bulan Februari. Nilai ETp maksimum rata-rata terjadi pada bulan Oktober, namun pada bulan November ketika tahun 2004 diperoleh nilai ETp yang terbesar yaitu mm (Lampiran 11), hal ini karena adanya pengaruh suhu yang tinggi 11

28 12 pada periode tersebut. Suhu yang tinggi pada tahun 2004 juga karena adanya pengaruh dari El-nino yang terjadi di Indonesia (Fibrianti 2011). Surplus neraca air yang ada di Desa Cikarawang terlihat pada Gambar 7 menunjukan hasil bahwa garis yang ada diatas nilai nol mm menunjukan surplus, sedangkan garis dengan nilai negatif berarti menggambarkan APWL (Accumulated Potential Water Loss). APWL merupakan akumulasi hilangnya air potensial. Nilai APWL tidak selalu terjadi setiap bulan dan tiap tahun. APWL terjadi jika curah hujan dikurangi ETp bernilai minus dan diakumulasikan (Thornthwaite dan Mather 1957). Sehingga APWL biasanya terjadi jika curah hujan rendah dan nilai ETp tinggi. Nilai surplus selalu terjadi pada bulan Januari, Maret, November, dan Desember. Hal ini karena pada bulan tersebut nilai curah hujan cukup besar dan suhu yang rendah menyebabkan nilai surplus. Surplus yang terjadi akan berdampak pula bada besar kecilnya nilai run off. Nilai run off yang diperoleh selama perbulan pertahun periode dapat dilihat pada Gambar 8 dimana run off selalu terjadi pada bulan Januari. Maret, November dan Desember. Pada bulan tersebut nilai run off tidak bernilai nol, sebab jika nilai run off akan nol pasti terjadi APWL. Run off yang terjadi dipengaruhi dengan curah hujan. Jika curah hujan tinggi pasti run off yang dihasilkan juga tinggi, namun jika curah hujan yang terlalu rendah dapat mengakibatkan nilai run off nol dan APWL. ETp (mm) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Sumber : perhitungan dilakukan dengan data tiap bulan per tahun dari tahun Gambar 6 Nilai ETp bulanan pertahun periode Desa Cikarawang surplus (mm) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des -200 bulan Sumber : perhitungan dilakukan dengan data tiap bulan per tahun dari tahun Gambar Nilai surplus dan APWL (Accumulated Potential Water Loss) bulanan pertahun periode Desa Cikarawang.

29 run off (mm) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des bulan Sumber : perhitungan dilakukan dengan data tiap bulan pertahun dari tahun Gambar 8 Nilai run off bulanan pertahun periode Desa Cikarawang. 13 Kaitan Antara Faktor iklim dan Produksi Ubijalar Kaitan curah hujan dan produksi ubijalar Curah hujan yang terjadi berpengaruh terhadap produksi ubijalar, dimana nilai yang diperoleh terlihat pada Gambar 9 dibawah ini. produksi ubijalar yang terlihat fluktuasi naik dan turun terhadap curah hujan. Rata-rata produksi untuk periode tanam Januari-April dengan curah hujan yang paling tinggi yaitu mm/bulan menghasilkan produksi paling tinggi pula sebesar 18.4 ton/ha, untuk curah hujan waktu tanam Mei-Agustus yaitu mm/bulan menghasilkan ubijalar sebesar 12.25/ha, sedangkan untuk waktu tanam September-Desember dengan curah hujan mm/bulan produktivitasnya yaitu 9 ton/ha. Pada waktu tanam September-Desember terlihat nilai paling kecil produkstivitasnya karena curah hujan meningkat dia akhir hampir masa panen, sehingga menyebabkan banyak umbi yang busuk, oleh karena itu pada periode ini produktivitasnya paling kecil. Produksi/ha (ton) Gambar curah hujan (mm) Hubungan antara curah hujan dengan produktivitas ubijalar Kaitan Suhu dan ETp dengan produksi ubijalar Suhu berbanding lurus dengan ETp, semakin tinggi suhu maka ETp semakin besar, begitu pula sebaliknya. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ETp. ETp sangat dipengaruhi oleh lingkungan (Soedarsono dan Takeda 1983). Suhu juga berpengaruh terhadap produksi ubijalar. Hal ini terlihat pada Gambar 10 menunjukan hubungan yang linear yang berbanding terbalik

30 14 dimana produksi ubijalar dipengaruhi oleh suhu. Kondisi ini diperoleh dimana nilai produksi ubijalar hanya dirata-ratakan berdasarkan waktu penanaman yang ada, yaitu produksi pada bulan Januari-Maret, April-Agustus, dan September- Desember. Bulan Januari-April menghasilkan rata-rata produksi tertinggi yaitu 18 ton/ha dengan suhu 26.5 o C, kemudian bulan April-Agustus sebesar 12 ton/ha dengan suhu 26.9 o C, dan yang paling kecil produksi pada bulan September- Desember yaitu 9 ton/ha dengan suhu 27.1 o C. Suhu disini terlihat berpengaruh terhadap produksi ubijalar, setiap perubahan suhu mengakibatkan perubahan produksi pula, dimana semakin rendah suhu maka produksi ubi jalar akan semakin tinggi. 20 Produksi/ha (ton) suhu ( C ) Gambar 10 Hubungan antara suhu dengan produktivitas ubijalar Kaitan lama penyinaran matahari dengan produksi ubijalar Lama penyinaran yang seharusnya lebih panjang akan menghasilkan panen ubijalar yang lebih tinggi namun hal ini berbeda dengan hasil panen yang dihasilkan di daerah Cikarawang. Periode tanam Januari-April yang memiliki lama penyinaran terendah justru hasil panen paling tinggi, namun untuk lama penyinaran matahari yang paling lama menghasilkan panen yang tidak semaksimal periode sebelumnya, seperti pada Gambar 11 yang menunjukan hubungan produktivitas dan lama penyinaran matahari, menunjukan rata-rata lama penyinaran matahari pada Januari-April sebesar 51% menghasilkan produksi ubijalar 18 ton/ha, periode Mei-Agustus dengan lama penyinaran sebesar 76% produksi yang diperoleh yaitu 12 ton/ha, sedangkan pada September- Desember dengan lama penyinaran matahari 66% produksi ubijalar yang diperoleh sebesar 9 ton/ha. produksi/ha (ton) y = x R² = LPM (%) Gambar 11 Hubungan antara lama penyinaran matahari dan produktivitas ubijalar petani

31 Kaitan Antara Faktor Iklim dan Pengeluaran Biaya Produksi Biaya produksi seperti organik dan anorganik, biaya obat, dan biaya tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh pola tanam. Faktor biaya produksi inilah yang akan mempengaruhi keuntungan petani. Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan juga berpengaruh terhadap curah hujan. Curah hujan yang turun ketika bulan Februari merupakan rata-rata curah hujan maksimum yang turun. Kaitan curah hujan dan pengeluaran biaya produksi Pola tanam A, B, ataupun C yang terlihat menunjukan hasil bahwa periode tanam Januari-April pada pola tanam A memerlukan biaya produksi yang paling besar untuk dikeluarkan (Lampiran 8-10). Biaya tenaga kerja yang diperlukan juga lebih tinggi, baik tenaga kerja dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga sehingga biaya pemeliharaan pun besar. Pemeliharaan terhadap serangan hama dan penyakit juga sangat penting, sebab perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Penyakit tanaman lebih banyak menyerang pada saat musim hujan daripada musim kemarau (Wiyono 2007). Analisis dari hubungan curah hujan dengan biaya produksi pada setiap komoditas perpola tanam dapat dilihat pada Gambar 12 memperlihatkan pengaruh curah hujan terhadap pengeluaran biaya produksi. Pola tanam berbagai komoditas yang ada di Desa Cikarawang pola tanam A yang ditanami oleh ubijalar, ubijalar, dan Padi dengan curah hujan yang tinggi maka biaya pengeluaran pun tinggi, pada pola A periode tanam Januari-April dengan nilai curah hujan sebesar 358 mm maka pengeluaran biaya produksi sebesar Rp , curah hujan periode Mei-Agustus sebesar 244 mm biaya produksi sebesar Rp , namun untuk pola tanam A ketika ditanami padi pada bulan September-Desember biaya pengeluaran lebih sedikit, yaitu Rp , hal ini dikarenakan yang sangat berbeda antara penanaman padi dan ubijalar, serta curah hujan juga berpengaruh pada biaya produksi. Pola tanam B yang ditanami tiga macam komoditas berbeda yaitu ubijalar, kacang tanah, dan padi biaya produksi yang dikeluarkan pun berbeda-beda, namun untuk curah hujan yang tinggi selalu membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi, hal ini disebabkan untuk biaya tenaga kerja, sebab pada musim dengan curah hujan yang tinggi dibutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Pola tanam C yang hanya ditanami ubijalar setiap tahunya memperlihatkan nilai biaya pengeluaran yang berbeda. Biaya pengeluaran justru terbesar pada periode September-Desember dengan nilai curah hujan sebesar 341 mm biaya produksi yang dikeluarkan sebanyak Rp , hal ini dikarenakan biaya untuk pestisida lebih banyak yang dikeluarkan sebab periode ini yang sebaiknya ditanami padi, tanah saat ditanami padi dan tanah bekas tanaman padi yang telah tergenangi dapat memutus rantai OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). 15

32 16 pengeluaran y = 4108.x R² = y = x R² = y = 38566x R² = Gambar 12 Hubungan antara CH dan biaya pengeluaran perpola tanam Kaitan surplus dan run off dengan pengeluaran biaya produksi Curah hujan di Bogor selalu melimpah sebab hampir setiap hari terjadi hujan, sehingga hal ini mengakibatkan keadaan air selalu surplus dan terjadi run off. Run off dan surplus pun mempunyai hubungan yang berbanding lurus, karena keduanya dipengaruhi oleh curah hujan. Biaya produksi yang terbesar pada pola tanam A (Lampiran 8-10). Pengeluaran untuk biaya produksi tiap komoditas perpola tanam dapat di lihat dari gambar dibawah ini, dimana terlihat surplus dan run off juga berpengaruh terhadap pengeluaran biaya produksi disetiap komoditas yang ada di Desa Cikarawang perpola tanam. Dari Gambar 13 terlihat pengaruh surplus dan run off terhadap tiap komoditas perpola tanam. Nilai run off dan surplus yang paling besar menyebabkan biaya produksinya besar pula, hal ini terlihat pada periode tanam Januari-April biaya untuk penggunaan pupuk lebih banyak sebab aliran run off yang besar akan ikut menghanyutkan pupuk yang diberikan Biaya untuk pupuk anorganik urea tertinggi pada periode tanam Januari- April pola tanam A. Pemberian pupuk anorganik dilakukan pada pertengahan periode tanam antara bulan Januari-April, sehingga pemberian pupuk anorganik dilakukan pada bulan Februari. Curah hujan pada waktu ini merupakan rata-rata maksimum curah hujan pada periode Pupuk anorganik yang diberikan sebagian besar akan terbawa bersama run off. Pada periode tanam Mei hingga Agustus, pada pertengahan waktu tanam, curah hujan lebih sedikit sehingga pupuk yang diberikan tidak banyak yang hanyut bersama run off. Jumlah pupuk yang digunakan dipengaruhi oleh curah hujan dan run off yang terjadi di daerah tersebut. Semakin besar curah hujan yang terjadi menyebabkan run off semakin tinggi dan akan membawa sebagian besar pupuk organik bersama aliran run off tersebut (Synder 1998). pengeluara (biaya) y = x R² = y = 9732.x R² = y = 36545x R² = Gambar 13 Hubungan antara run off dan biaya produksi perpola tanam pola A pola B pola C Linear (pola A) Linear (pola B) Linear (pola C) pola A pola B pola C CH (mm) Linear (pola A) Linear (pola B) Linear (pola C) run off (mm)

33 pola A pola B pengeluara y = x R² = y = 24807x R² = y = 10383x R² = pola C Linear (pola A) Linear (pola B) Linear (pola C) surplus (mm) Gambar 14 Hubungan surplus neraca air dengan pengeluaran biaya produksi perpola tanam Kaitan Antara Faktor Iklim dan Profit Petani di Setiap Pola Tanam Profit petani diperoleh dari total pendapatan yang diperoleh dikuramgi dengan total biaya yang dikeluarkan. Profit yang diperoleh petani beberapa dipengaruhi faktor iklim, diantaranya curah hujan, suhu, lama penyinaran dan ETp. Keuntungan petani ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 5 sampai Tabel 7, dimana di tabel ini tertulis nilai keuntungan ubijalar. keuntungan petani yang paling besar rata-rata diperoleh pada periode tanam Januari-April. Tabel 5 Perbandingan keuntungan usaha tani pada polatanam A periode tanam Januari-April, Mei-Agustus, dan September-Desember Keterangan Periode tanam Januari-April (Ubijalar) Nilai Periode tanam Mei-Agustus (Ubijalar) Pendapatan Periode tanam Sep-Des (Padi) Pendapatan (TR) total pendapatan Pengeluaran (biaya) Tunai Non tunai (TC) total pengeluaran Keuntungan (profit) ( )keuntungan (profit)

34 18 Tabel 6 Perbandingan keuntungan usaha tani pada pola tanam B periode tanam Januari-April, Mei-Agustus, dan September-Desember Keterangan Periode tanam Januari-April (Ubijalar) Nilai Periode tanam Mei-Agustus (Kacang tanah) Pendapatan Periode tanam Sep-Des (Padi) Pendapatan (TR) total pendapatan Pengeluaran (biaya) Tunai Non tunai (TC) total pengeluaran Keuntungan (Profit) ( )keuntungan (profit) Tabel 7 Perbandingan keuntungan usaha tani pada pola tanam C periode tanam Januari-April, Mei-Agustus, dan September-Desember Keterangan Periode tanam Januari-April (Ubijalar) Nilai Periode tanam Mei-Agustus (Ubijalar) Pendapatan Periode tanam Sep-Des (Ubijalar) Pendapatan (TR) total pendapatan Pengeluaran (biaya) Tunai Non tunai (TC) total pengeluaran Keuntungan (profit) ( )keuntungan (profit) Kaitan antara curah hujan dan profit petani Gambar 15 memperlihatkan grafik hubungan antara curah hujan dan profit petani. Dimana terlihat hubungan yang linear yang berarti semakin tinggi curah hujan maka profit yang didapat petani lebih banyak. Pola tanam A Januari-April untuk curah hujan sebesar 358 mm nilai profit yang diperoleh yaitu sebesar Rp Curah hujan periode Mei-Agustus sebesar 244 mm profit sebesar Rp , namun untuk pola tanam A ketika ditanami padi pada bulan September-Desember profit yang diperoleh, yaitu Rp , hal ini dikarenakan pendapatan dari hasil produksi yang diperoleh berbeda sehingga profit yanng dihasilkan berbeda. Pendapatan petani pada bulan Januari-April merupakan pendapatan yang paling banyak pada setiap pola tanam, namun karena adanya faktor iklim seperti curah hujan menyebabkan biaya produksi yang

35 dikeluarkan berbeda-beda, besarnya pendapatan yang dperoleh dikurangi biaya pengeluaran akan menghasilkan profit berbeda pula. Pola tanam B yang ditanami tiga macam komoditas berbeda yaitu ubijalar, kacang tanah, dan padi profit yang dihasilkan pun berbeda-beda, namun untuk curah hujan yang tinggi selalu membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi, hal ini disebabkan untuk biaya tenaga kerja, sebab pada musim dengan curah hujan yang tinggi dibutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak, sehingga nilai profit terbesar diperoleh pada periode tanam September-Desember yaitu sebesar Rp Pola tanam C yang hanya ditanami ubijalar setiap tahunya memperlihatkan profit yang berbeda. Profit yang paling besar diperoleh pada periode tanam Januari-April yaitu sebesar Rp , kemudian nilai profit pada periode tanam Mei-Agustus sebesar Rp , dan nilai profit pada September-Desember merupakan nilai terkecil yaitu Rp Nilai profit periode September-Desember sangat kecil hal ini disebabkan biaya pengeluaran justru terbesar pada periode September-Desember dengan nilai curah hujan sebesar 341 mm biaya produksi yang dikeluarkan sebanyak Rp , hal ini juga dikarenakan biaya untuk pestisida lebih banyak yang dikeluarkan sebab periode ini yang sebaiknya ditanami padi namun tetap ditanami ubijalar. Tanah saat ditanami padi dan tanah bekas tanaman padi yang telah tergenangi dapat memutus rantai OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). profit y = 10051x R² = y = 11132x R² = Gambar 15 Hubungan antara CH dan keuntungan perpola tanam Kaitan antara suhu dan ETp terhadap profit petani y = 11668x R² = pola A pola B pola C CH (mm) Suhu dan ETp juga berpengaruh terhadap profit tiap komoditas yang ada di Desa Cikarawang perpola tanam. Dari Gambar 16 terlihat pengaruh suhu dan ETp terhadap tiap komoditas perpola tanam. Pola tanam A nilai suhu dan ETp yang rendah periode Januari-April yaitu 26.5 o C dan 127 mm dengan komoditas ubijalar menghasilkan pendapatan yang paling tinggi Rp (Lampiran 5) sedangkan profit yang diperoleh yaitu sebesar Rp Bulan Mei-Agustus dengan pendapatan yang diperoleh dari komoditas ubijalar yaitu sebesar Rp , dengan suhu 26.9 o C dan ETp 135 mm profit yang dihasilkan yaitu Rp Periode September-Desember yaitu pendapatan dengan komoditas padi yaitu Rp dengan nilai suhu dan ETp nya 27.1 o C dan 204 mm, pada periode ini menghasilkan profit yang paling besar yaitu Rp Linear (pola A) Linear (pola B) Linear (pola C)

36 20 Pola tanam B dan C periode Januari-April, dengan nilai suhu dan ETp sama seperti nilai suhu dan ETp pola tanam A, menghasilkan pendapatan yaitu Rp dan RP , sedangkan profit yang dihasilkan Rp , dan Rp Periode selanjutnya yaitu pada Mei-Agustus nilai suhu dan ETp sama seperti nilai suhu dan ETp pola tanam A ataupun B, dengan menghasilkan pendapatan yaitu Rp dan RP , sedangkan profit yang dihasilkan Rp , dan Rp Periode terakhir yaitu September-Desember dimana nilai suhu dan ETp sama seperti nilai suhu dan ETp pola tanam A ataupun B, dengan menghasilkan pendapatan yaitu Rp dan RP , sedangkan profit yang dihasilkan Rp , dan Rp Nilai-nilai pendapatan petani yang diperoleh menunjukan jika setiap periode tanam dengan suhu yang rendah menghasilkan biomassa yang lebih tinggi yaitu pada periode Januari-April menghasilkan produksi yang lebih tinggi, sehingga pendapatan yang diperoleh petani lebih tinggi, namun hal itu belum tentu menghasilkan profit yang tinggi, sebab profit harus dihitung dengan mengurangkan nilai pendapatan dengan biaya produksi profit y = 4E+06x R² = y = 4E+06x R² = y = -4E+07x R² = Gambar 16 Hubungan antara suhu dan profit petani perpola tanam profit y = x R² = y = -0.6x10-1 R² = y = x R² = Gambar 17 Hubungan antara ETp dan profit petani perpola tanam pola A pola B pola C Linear (pola A) Linear (pola B) Linear (pola C) suhu ( C) pola A pola B pola C Linear (pola A) Linear (pola B) Linear (pola C) ETP (mm) Kaitan antara lama penyinaran matahari dan profit petani Pola A yang terdiri dari komoditas ubijalar, ubijalar, padi rata-rata nilai pendapatanya paling tinggi. Gambar 18 menunjukan nilai hubungan lama penyinaran matahari dengan profit petani. Pola tanam A nilai lama penyinaran matahari sebesar 51% pada periode Januari-April menghasilkan pofit sebesar Rp

37 Periode tanam Mei-Agustus dengan lama peninyaran matahari 76% profit yang diperoleh sebesar Rp Periode tanam September-Desember dengan lama peninyaran matahari 66% profit yang diperoleh sebesar Rp Pola B yang terdiri dari komoditas ubijalar, kacang tanah, memperlihatkan nilai hubungan lama penyinaran matahari dengan profit petani. Pola tanam B nilai lama penyinaran matahari sebesar 51% pada periode Januari-April menghasilkan pofit sebesar Rp Periode tanam Mei-Agustus dengan lama peninyaran matahari 76% profit yang diperoleh sebesar Rp Periode tanam September-Desember dengan lama penyinaran matahari 66% profit yang diperoleh sebesar Rp Pola tanam C yang terdiri dari hanya tanaman ubijalar, untuk periode Januari-April dengan nilai lama penyinaran terendah yaitu 51% profit yang diperoleh Rp , untuk periode Mei-Agustus dengan lama penyinaran tertinggi yaitu 76% profitnya sebesar Rp Periode September- Desember dengan lama penyinaran 66% nilai profitnya sebesar Rp Ketiga pola tanam yaitu pola A, B dan C yang menunjukan nilai lama penyinaran di setiap periode tanam menghasilkan profit yang berbeda-beda. Lama penyinaran matahari di Desa Cikarawang ternyata dipengaruhi juga oleh curah hujan ada di Bogor, hampir disetiap hari turun hujan sebab hari hujannya lebih dari 50% dalam sebulan sehingga lama penyinaran sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan hari hujan. Profit petani dipengaruhi oleh produksi panen ubijalar, sedangkan produksi yang diperoleh berpengaruh terhadap pendapatan. Pendapatan petani ubijalar yang tertinggi terjadi pada pola tanam A periode Januari-April, meskipun lama penyinaran matahari tidak banyak, namun untuk analisis semua komoditas perpola tanam. 21 profit y = x R² = y = x R² = y = x R² = lama penyinaran matahari (%) pola A pola B pola C Linear (pola A) Linear (pola B) Linear (pola C) Gambar 18 Hubungan antara lama penyinaran matahari dengan profit petani di setiap pola tanam

38 22 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Cikarawang merupakan sentra penghasil ubijalar di daerah Bogor. Desa Cikarawang memiliki rata-rata curah hujan bulanan 314 mm/bulan, rata-rata suhu bulanan berkisar 25 o C hingga 28 o C, dan rata-rata lama penyinaran matahari 64%. Secara umum di Desa Cikarawang terdapat tiga pola tanam; pola tanam A: ubijalar (bulan Januari-April) ubijalar (bulan Mei-Agustus) padi (bulan September-Desember), pola B: ubijalar (bulan Januari-April) kacang tanah (bulan Mei-Agustus) padi (bulan September-Desember), pola C: ubijalar di sepanjang tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa suhu dan ETp yang rendah, curah hujan yang tinggi, serta lama penyinaran matahari mempengaruhi produksi dan biaya produksi. Biaya produksi juga dipengaruhi oleh faktor iklim yaitu surplus dan run off, semua faktor iklim tersebut mempengaruhi profit yang dierima oleh petani. Profit yang didapat petani ubijlalar pun selain dipengaruhi besarnya produksi juga dipengaruhi faktor biaya pengeluaran yang rata-rata terjadi pada periode Januari-April, hal ini disebabkan faktor iklim seperti curah hujan, surplus, dan run off yang tinggi. Hasil analisis menunjukan bahwa suhu, curah hujan dan lama penyinaran matahari mempengaruhi biaya produksi dan profit.. Hasil survai menunjukan pola tanam A sebagai pola tanam yang paling menguntungkan karena memberikan pendapatan yang paling tinggi. Saran Petani sebaiknya menggunakan pola tanam A jika ingin mendapatkan keuntungan (profit) yang besar jika dilihat dari faktor iklim suhu, dan dan ETp, selain itu untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan analisis trend. Analisis trend meliputi tahun, fakor-faktor iklim di wilayah penelitian dan produksi pertahun, sehingga hasil trend dapat diketahui faktor iklim yang mempengaruhi produksi dan profit setiap komoditas pertahun perpola tanam. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Nasiona Jawa Barat Luas panen-produktivitas- Produksi Tanaman Ubi Jalardi Jawa Barat. Bandung (ID): Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Bogor Bogor dalam Angka. Bogor (ID): BPS. Asdak C Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Arifin AN, Halide H, Hasanah DN Prediksi Probabilitas Produktovitas Tanaman Pangan di Kota Makassar Berbasis Iklim [Skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.

39 Djaenudin D, Marwan H, Mulyani A, Subagyo H dan Suharta N Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Versi 3,0. Bogor (ID): PusatPenelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian, Deptan. Febrianti E.2011.Penentuan Kalender Tanam Padi Gogo Berdasarkan Neraca Air Pada Lahan Kering (Studi Kasus: Konawe Selatan, Kendari, Sulawesi Tenggara) [skripsi].bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Handoko Klimatologi Dasar. Jakarta (ID): PT Pustaka Jaya. Hendayana R Dampak Penerapan Teknologi terhadap Perubahan Struktur Biaya dan Pendapatan Uahatani Padi. Bogor (ID): Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 14 p. Huntington HP Using traditional ecological knowledge in science: methods and applications. Ecological Applications. 10: Mulyoutami E, Rismawan R, Joshi L Local knowledge and management of simpukng (forest garden) among the Dayak people in East Kalimantan, Indonesia. Forest Ecology and Management. 257: 255. Soedarsono S, dan Takeda K Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta (ID): PT. Pradnya Paramita. Soekartawi Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi Jakarta (ID) : PT Raja Grafindo Persada. Stark JC, dan Wright JL Relationship between foliage temperature and water stress in potatoes. J American Potato. 62: Synder CS Vegetative Filter Srips Reduce Runoff Losses and Help Protect Water Quality. The Potash & Phospate Institut (PPI) and the Potash & Phospate Institute of Canada (PPIC). Palmer WC, Havens AV A graphical technique for determining evapotranspiration by the Thornthwaite method. Department of Meteorology Rutgers University. New Brunswick New Jersey. Thornthwaite CW, dan Mather JR Instruction and Tables for computing potential evapotranspiration and the water balance. Drexel Institute of Technology Laboratory of Climatology. Centerton. New Jersey.10(3). Wiyono S Perubahan iklim dan ledakan hama dan penyakit tanaman. Keanekaragaman Hayati Ditengah Perubahan Iklim. Seminar Sehari Tentang Perubahan Iklim; 2007 Juni 28; Indonesia. 23

40 24 Lampiran 1 Curah hujan (mm) bulanan Dramaga periode Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Min Max rata-rata Lampiran 2 Jumlah hari hujan periode tahun di Dramaga Bogor Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des rata-rata Lampiran 3 suhu rata-rata bulan ( o C ) di daerah Cikarawang tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des rata-rata Sumber : BMKG klas I Dramaga Bogor 2014

41 Lampiran 4 Lama penyinaran matahari di Dramaga (%) antara pukul Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des rata-rata Sumber : BMKG klas I Dramaga Bogor (2014) Lampiran 5 Perbandingan pendapatan usaha tani pola tanam A pada periode tanam Januari-April, Mei-Agustus, dan September-Desember komponen penerimaan periode tanam Jan-Apr (ubijalar) periode tanam Mei-Agu (ubijalar) periode tanam Sep-Des (padi) Hasil panen (kg ha -1 ) Pendapatan : (Rp kg -1 ) produksi panen yang dijual Nilai (Rp ha -1 ) (Rp ha -1 ) Total Pendapatan Lampiran 6 Perbandingan pendapatan usaha tani pola tanam B pada periode tanam Januari-April, Mei-Agustus, dan September-Desember komponen penerimaan periode tanam Jan-Apr (ubijalar) periode tanam Mei-Agu (kacang tanah) periode tanam Sep-Des (padi) Hasil panen (kg ha -1 ) Pendapatan : (Rp kg -1 ) produksi panen yang dijual Nilai (Rp ha -1 ) (Rp ha -1 ) Total pendapatan

42 26 Lampiran 7 Perbandingan penerimaan usaha tani pola tanam C pada periode tanam Januari-April, Mei-Agustus, dan September-Desember komponen penerimaan periode tanam Jan-Apr (ubijalar) periode tanam Mei-Agu (ubijalar) periode tanam Sep-Des (ubijalar) Hasil panen (kg ha -1 ) Pendapatan : (Rp kg -1 ) produksi panen yang dijual Nilai (Rp ha -1 ) (Rp kg -1 ) Total pendapatan Lampiran 8 Rata-rata penggunaan biaya usaha tani ubijalar pada pola tanam A Komponen biaya Periode tanam Jan-Apr Nilai (%) Periode tanam Mei-Agu Nilai (%) Periode tanam Sep-Des Nilai (%) Biaya tunai Pupuk kandang Pupuk NPK Pupuk phoska Pupuk urea TKLK Pestisida Irigasi Bibit Total biaya Biaya non tunai TKDK Sewa lahan Penyusutan Total biaya Total biaya keseluruhan

43 27 Lampiran 9 Rata-rata penggunaan biaya usaha tani ubijalar pada pola tanam B Komponen biaya Periode tanam Jan-April Nilai (%) Periode tanam Mei-Agu Nilai (%) Periode tanam Sep-Des Nilai (%) Biaya tunai Pupuk kandang Pupuk NPK Pupuk phoska Pupuk urea TKLK Pestisida Irigasi Bibit Total biaya Biaya non tunai TKDK Sewa lahan Penyusutan Total biaya Total biaya keseluruhan Lampiran 10 Rata-rata penggunaan biaya usaha tani ubijalar pada pola tanam C Komponen biaya Periode tanam Jan-Apr Nilai (%) Periode tanam Mei- Agu Nilai (%) Periode tanam Sep- Des Nilai (%) Biaya tunai Pupuk kandang Pupuk NPK Pupuk phoska Pupuk urea TKLK Pestisida Irigasi Bibit Total biaya Biaya non tunai TKDK Sewa lahan Penyusutan Total biaya Total biaya keseluruhan

44 28 Lampiran 11 Tabel neraca air lahan (mm) di daerah Cikarawang tahun 2004 Bulan CH ETP APWL Surplus Run-off Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : perhitungan dilakukan dengan data rata-rata bulanan di tahun 2004 Desa Cikarwang Lampiran 12 Tabel neraca air lahan (mm) di daerah Cikarawang tahun 2005 Bulan CH ETP APWL Surplus Run-off Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : perhitungan dilakukan dengan data rata-rata bulanan di tahun 2005 Desa Cikarwang Lampiran 13 Tabel neraca air lahan (mm) di daerah Cikarawang tahun 2006 Bulan CH ETP APWL Surplus Run-off Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : perhitungan dilakukan dengan data rata-rata bulanan di tahun 2006 Desa Cikarwang

45 29 Lampiran 14 Tabel neraca air lahan (mm) di daerah Cikarawang tahun 2007 Bulan CH ETP APWL Surplus Run-off Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : perhitungan dilakukan dengan data rata-rata bulanan di tahun 2007 Desa Cikarwang Lampiran 15 Tabel neraca air lahan (mm) di daerah Cikarawang tahun 2008 Bulan CH ETP APWL Surplus Run-off Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : perhitungan dilakukan dengan data rata-rata bulanan di tahun 2008 Desa Cikarwang Lampiran 16 Tabel neraca air lahan (mm) di daerah Cikarawang tahun 2009 Bulan CH ETP APWL Surplus Run-off Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : perhitungan dilakukan dengan data rata-rata bulanan di tahun 2009 Desa Cikarwang

46 30 Lampiran 17 Tabel neraca air lahan (mm) di daerah Cikarawang tahun 2010 Bulan CH ETP APWL Surplus Run-off Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : perhitungan dilakukan dengan data rata-rata bulanan di tahun 2010 Desa Cikarwang Lampiran 18 Tabel neraca air lahan (mm) di daerah Cikarawang tahun 2011 Bulan CH ETP APWL Surplus Run-off Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : perhitungan dilakukan dengan data rata-rata bulanan di tahun 2011 Desa Cikarwang Lampiran 19 Tabel neraca air lahan (mm) di daerah Cikarawang tahun 2012 Bulan CH ETP APWL Surplus Run-off Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : perhitungan dilakukan dengan data rata-rata bulanan di tahun 2012 Desa Cikarwang

47 31 Lampiran 20 Tabel neraca air lahan (mm) di daerah Cikarawang tahun 2013 Bulan CH ETP APWL Surplus Run-off Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : perhitungan dilakukan dengan data rata-rata bulanan di tahun 2013 Desa Cikarwang

48 32 Lampiran 21 Foto Beberapa kegiatan usahatani dan saat wawancara dengan petani Wawancara dengan petani Desa Cikarawang Wawancara dengan ketua kelompok tani Desa Cikarawang Wawancara dengan petani Desa Cikarawang Pengakutan pupuk kandang oleh petani desa Cikarawang Proses pengolahan lahan di awal tanam oleh petani Desa Cikarawang Sawah petani pola tanam A Desa Cikarawang yang ditanami komuditas ubijalar periode Januari- April

49 33 Lampiran 22 Peta wilayah Desa Cikarawang Sumber : Peta sosial potensi Desa Cikarawang (KPMD.T) oleh Wijiato, SE

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 12 III. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Lokasi Lokasi penelitian terletak di lahan sawah blok Kelompok Tani Babakti di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas, KabupatenBogor. Secara administrasi Desa Mekarjaya

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

Brady (1969) bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, air harus ditambahkan bila 50-85% dari air tersedia telah habis terpakai.

Brady (1969) bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, air harus ditambahkan bila 50-85% dari air tersedia telah habis terpakai. 6 KAT i = KAT i-1 + (CH-ETp) Hingga kandungan air tanah sama dengan kapasitas lapang yang berarti kondisi air tanah terus mencapai kondisi kapasitas lapang. Dengan keterangan : I = indeks bahang KL =Kapasitas

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ;

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ; 5 yang telah tersedia di dalam model Climex. 3.3.3 Penentuan Input Iklim untuk model Climex Compare Location memiliki 2 input file yaitu data letak geografis (.LOC) dan data iklim rata-rata bulanan Kabupaten

Lebih terperinci

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C. KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TALAS DENGAN SISTEM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI Danty Rinjani Aristanti Permadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dantybanana91@gmail.com Suyudi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Musyadik 1), Agussalim dan Pungky Nungkat 2) 1) BPTP Sulawesi Tenggara 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

KUESIONER. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Usahatani untuk Petani Mitra. Untuk Mengetahui Keragaan Usahatani Ubi Jalar Varietas AC dan Varietas Bogor

KUESIONER. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Usahatani untuk Petani Mitra. Untuk Mengetahui Keragaan Usahatani Ubi Jalar Varietas AC dan Varietas Bogor LAMPIRAN 221 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Usahatani untuk Petani Mitra KUESIONER Untuk Mengetahui Keragaan Usahatani Ubi Jalar Varietas AC dan Varietas Bogor Peneliti: Prastiwi H 34052805 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

A. Metode Pengambilan Data

A. Metode Pengambilan Data 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Data Dalam penelitian ini prosedur yang digunakan dalam pengambilan data yaitu dengan mengambil data suhu dan curah hujan bulanan dari 12 titik stasiun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut: Bulan kering (BK): Bulan dengan C

Lebih terperinci

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

X. WATER AND IRRIGATION. Acquaah, George Horticulture. Principles and Practices. Chapter 23, 24

X. WATER AND IRRIGATION. Acquaah, George Horticulture. Principles and Practices. Chapter 23, 24 X. WATER AND IRRIGATION Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices. Chapter 23, 24 AIR DAN TANAMAN Air : bahan dasar semua aktivitas metabolik tanaman Air berperan penting dalam : respirasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN Jonizar 1,Sri Martini 2 Dosen Fakultas Teknik UM Palembang Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 72/11/71/Th. IX, 2 November 2015 ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 2 (Aram 2) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 673.712 ton Gabah Kering

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tata Guna Lahan Tata guna lahan merupakan upaya dalam merencanakan penyebaran penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH

ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) BERDASARKAN METODE PENDUGAAN EVAPOTRANSPIRASI PENMAN DI KABUPATEN GORONTALO Widiyawati, Nikmah Musa, Wawan Pembengo ABSTRAK

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH Wenas Ganda Kurnia, Laura Prastika Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Palu Email: gaw.lorelindubariri@gmail.com

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Yohanes Andika Tj. 2013110060 Al Faisal Mulk 2013110067 M. Ibnu Haris 2014110011 Abstrak Kebijakan asuransi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia selain padi dan jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki arti penting

Lebih terperinci

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang... FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) (Studi Kasus Pada Gapoktan Nusa Bhakti Desa Adinuso Kecamatan Reban Kabupaten Batang) Umi Faidah, Endah Subekti, Shofia

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 20/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

Program Studi Magister Sains Agribisnis, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor b

Program Studi Magister Sains Agribisnis, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor b ARTIKEL Pendapatan Usahatani Ubi Jalar Tumpangsari dengan Jagung Manis di Desa Gunung Malang, Kabupaten Bogor Farm Income of the Intercropping System between Sweet Potato and Sweet Corn in Gunung Malang

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014) No. 75/11/35/Th.XII, 3 November 2014 A. PADI Produksi Padi Provinsi Jawa Timur berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 44/07/71/Th. XVI, 1 Juli 2016 ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (Atap) produksi padi tahun 2015 mencapai 674.169 ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 16/03/71/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) A. PADI Angka Sementara (Asem) produksi padi di Sulawesi Utara tahun 2015 diperkirakan sebesar 674.169 ton

Lebih terperinci

ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER. RAHARDYAN NUGROHO ADI BPTKPDAS

ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER. RAHARDYAN NUGROHO ADI BPTKPDAS ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER RAHARDYAN NUGROHO ADI (dd11lb@yahoo.com) BPTKPDAS Pendahuluan Analisis Neraca Air Potensi SDA Berbagai keperluan (irigasi, mengatur pola

Lebih terperinci

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017 Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA Volume 7, Agustus 2017 IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN April - Juni 2017 Rendahnya kejadian kebakaran hutan Musim panen utama padi dan jagung lebih tinggi dari

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 21/03/71/Th. IX, 2 Maret 2015 ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Sementara (Asem) produksi padi tahun 2014 diperhitungkan sebesar 640.162 ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan kota kecil yang sebagian besar penduduknya bercocok tanam. Luas Kabupaten Nganjuk adalah ± 122.433

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Wilayah Desa Penelitian PUAP

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Wilayah Desa Penelitian PUAP V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Wilayah Desa Penelitian PUAP Desa Purwasari merupakan desa yang terletak di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Secara administratif, desa ini berbatasan dengan Desa Petir

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 47/07/71/Th. XI, 1 Juli 2015 ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 2014 diperhitungkan sebesar 637.927 ton Gabah Kering Giling (GKG).

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT Nohanamian Tambun 3306 100 018 Latar Belakang Pembangunan yang semakin berkembang

Lebih terperinci

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Unsur-unsur Iklim 1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran - 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Puncak Atmosfer ( 100 km ) Tekanan Udara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat. 11 yang akan datang, yang cenderung mengalami perubahan dilakukan dengan memanfaatkan keluaran model iklim. Hasil antara kondisi iklim saat ini dan yang akan datang dilakukan analisis dan kemudian dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2015) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.19/03/35/Th XIV,1 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun ) A. PADI Angka Sementara () produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar 13,15 juta ton Gabah Kering

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA WAKTU TANAM DENGAN HASIL DAN PROFITABILITAS BUDIDAYA KENTANG (Solanum tuberosum l.) DI CIKAJANG, GARUT

HUBUNGAN ANTARA WAKTU TANAM DENGAN HASIL DAN PROFITABILITAS BUDIDAYA KENTANG (Solanum tuberosum l.) DI CIKAJANG, GARUT Available online at: http://journal.ipb.ac.id/index.php/agromet J.Agromet 24 (1) : 9-13, 2010 ISSN: 0126-3633 HUBUNGAN ANTARA WAKTU TANAM DENGAN HASIL DAN PROFITABILITAS BUDIDAYA KENTANG (Solanum tuberosum

Lebih terperinci

ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA No. 47/07/71/Th.IX, 1 Juli 2015 ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA A. PADI Angka Ramalan 1 (Aram 1) produksi padi tahun 2015 diperhitungkan sebesar 664.282 ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci