IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A."

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten Klaten memiliki sejumlah kecamatan salah satunya Kecamatan Delanggu. Secara geografis Kabupaten Klaten terletak di antara ' ' Bujur Timur dan 7 30'-7 45' Lintang Selatan. Secara administrasi kabupaten klaten berbatasan dengan wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (BPS Kabupaten Klaten, 2014) Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi 3 dataran yaitu dataran leren gunung merapi membentang disebelah utara meliputi sebagian kecil wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung. Dataran rendah membujur di tengah meliputi seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung merapi dan Gunung kapur. Dataran gunung kapur yang membujur disebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas. (BPS Kabupaten Klaten, 2014) b. Topografi daerah Kabupaten Klaten diapit oleh gunung merapi dan pegunungan seribu dengan ketinggian antara 76-1,60 m dpl (diatas permukaan laut) yang 1

2 2 terbagi menjadi wilayah lereng gunung merapi di bagian utara area miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan. Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah Kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu 9,72% terletak diketinggian meter dari permukaan air laut, 77,52% terletak di ketinggian meter dari permukaan air laut dan 12,76% terletak di ketinggian meter dari permukaan air laut. Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata Celcius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan januari (350mm) dan curah hujan terendah bulan juli (8mm). Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan, bagian dari sistem Gunung merapi. Wilayah Kecamatan Delanggu memiliki ketinggian 133 meter dari permukaan laut dengan suhu maksimum 32 C dan suhu minimum 22 C. Pada tahun 2006 jumlah hari hujan dengan curah hujan terbanyak adalah 184 hari dengan curah hujan terbanyak adalah 184 hari dengan curah hujan sebanyak 2,367mm per tahun. (BPS Kecamatan Delanggu, 2014) 2. Keadaan Geografis a. Lokasi Daerah Penelitian Kecamatan Delanggu merupakan salah satu Kecamatan yang terdiri dari 16 Desa. Luas wilayah tanah sawah irigasi adalah 842 Ha dan Tanah kering luasnya 635 Ha. Luas Wilayah Kecamatan Delanggu adalah 18,78 km 2. Secara administrasi batas wilayah Kecamatan Delanggu adalah sebagai berikut :

3 3 Sebelah Utara Sebelah Timur : Kecamatan Wonosari : Kecamatan Wonosari Sebelah Selatan : Kecamatan Juwiring Sebelah Barat : Kecamatan Polanharjo Secara umum Kecamatan Delanggu terletak di dataran tinggi dengan tinggi 113 m diatas permukaan laut dengan luas wilayah 18,78 km 2. Kecamatan Delanggu dibagi menjadi 16 desa, yaitu : Desa Bowan, Desa Dukuh, Desa Jetis, Desa Butuhan, Desa Banaran, Desa Karang, Desa Sribit, Desa Krecek, Desa Mendak, Desa Delanggu, Desa Sabrang, Desa Tlobong, Desa Gatak, Desa Kepanjen, Desa segaran dan Desa Sidomulyo. Desa yang terluas tanah sawah adalah Desa Sribit yaitu sebesar 152 Ha, sedangkan desa yang memiliki luas tanah sawah terkecil adalah Desa Segaran yaitu 59,8 Ha. b. Keadaan Tanah dan Tata Guna Lahan Tata guna lahan di Kecamatan Delanggu dibedakan menjadi dua yaitu tanah sawah dan tanah kering. Penggunaan lahan di Kecamatan Delanggu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Delanggu, 2013 No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%) Tanah Sawah Irigasi Teknis Irigasi Setengah Teknis Sederhana Tadah Hujan Lainnya ,46 3,55 6,17 0,00 0,00 Jumlah , Tanah Kering Pekarangan Tegalan/Kebun Lainnya ,82 0,00 0,00 Jumlah ,82 Sumber : Kecamatan Delanggu dalam Angka 2013

4 4 Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terluas di Kecamatan Delanggu adalah berupa lahan sawah yang mencapai 1001 Ha atau sebesar 61,18 persen dari total luas Kecamatan Delanggu. Di Kecamatan Delanggu sebagian besar merupakan sawah irigasi teknis yaitu sebesar 842 Ha atau 51,46 persen. Pemanfaatan lahan tanah kering di Kecamatan Delanggu dan paling banyak adalah untuk pekarangan yaitu sebesar 635 Ha atau 38,82 persen 3. Kondisi Pertanian Keadaan pertanian suatu wilayah dapat dilihat dari potensi produksi pertanian yang dapat diukur dengan luas panen dan besar produksi per hektar. Dengan melihat keadaan pertanian suatu wilayah maka dapat dilihat juga ketersediaan pangan daerah tersebut, serta potensi penganekaragaman pangan dengan berbasis pada tanaman lokal yang akan mendukung ketahanan pangan daerah. Tanaman pangan yang dibudidayakan di Kecamatan Delanggu adalah padi sawah, jagung, ubi kayu, kacang panjang, dan cabe merah. Luas panen dan produksi dari masing-masing jenis tanaman pangan tersebut di Kecamatan Delanggu dapat dilihat pada Tabel 5.

5 5 Tabel 5. Rata-rata Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan di Kecamatan Delanggu 2013 No. Jenis Tanaman Pangan Luas Panen (Ha) Kecamatan Delanggu Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton) 1. Padi Sawah , Jagung 1 9, Ubi Kayu 1 32, Kacang Panjang 11 19, Cabe merah 2 20,00 40 Sumber : Dinas Pertanian Klaten, 2014 Berdasarkan data pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa rata-rata produksi tanaman pangan yang terbesar adalah padi sawah yaitu sebesar ton, hal ini dikarenakan padi sebagai bahan makanan pokok yang digunakan oleh penduduk setiap harinya, disusul cabe merah yaitu 40 ton. Produksi yang paling kecil adalah jagung yaitu sebesar 9 ton, karena lahan untuk menanam jagung lebih sedikit sehingga produksi jagung terkecil. B. Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Pola tanam yang diterapkan petani delanggu desa sribit yaitu padi-padipadi. Pengairan yang digunakan di Kecamatan Delanggu yaitu pengairan irigasi teknis. Teknik budidaya padi kecamatan delanggu desa sribit yaitu persipaan lahan,persemaian, sampai terakhir yaitu panen. Teknik budidaya padi sawah irigasi di Desa Sribit adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Lahan Persiapan lahan bertujuan untuk menjamin tanaman tumbuh secara optimal dan memperlancar aerasi dan drainase dalam tanah. Persiapan lahan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, tanah diolah dengan cara dicangkul. Kegiatan utama tahap ini adalah pembuatan pematang sawah

6 6 (galengan). Pembuatan pematang sawah selain bertujuan sebagai tanda batas kepemilikan sawah juga berguna untuk menahan dan menjaga keberadaan air irigasi pada lahan sawah usahatani padi sawah. Tahap kedua persiapan lahan adalah kegiatan membajak dan menggaru. Petani di daerah penelitian menggunakan traktor dalam melakukan kegiatan membajak dan menggaru karena kedua kegiatan tersebut bisa dilakukan bersamaan untuk menghemat biaya persiapan lahan dan mempercepat waktu pengerjaan. Kegiatan membajak sawah dan menggaru bertujuan untuk membalikan tanah lapisan atas agar berganti dengan tanah lapisan bawah sehingga kandungan mineral serta unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman padi tetap tersedia dan kegiatan menggaru dilakukan dengan tujuan untuk merapikan lahan sawah yang telah dibajak agar lebih mudah untuk ditanami. 2. Persemaian Jenis benih padi yang ditanam petani di daerah penelitian yaitu benih brontoyudo dan rojolele. Benih yang digunakan petani untuk ditanam merupakan benih yang tahan wereng. Benih ini juga bersertifikat yang dibeli dari kios saprodi supaya resiko gagal tumbuh lebih kecil. Pembuatan tempat persemaian ini dilakukan setelah tanah selesai diolah dan luasan untuk tempat persemaian kurang lebih 0,05 luasan areal yang akan ditanami. Pada lahan persemaian tersebut kemudian dibuat bedengan dengan lebar sekitar 1-1,25 m dan panjangnya mengikuti panjang petakan untuk memudahkan pada saat penebaran benih. 3. Pembibitan Lama pembibitan sekitar 14 hari setelah sebar benih (14 HSS). Pencabutan bibit dilakukan setelah bibit berumur hari setelah sebar benih. Bibit yang telah dicabut harus segera ditanam, maksimal 1 hari sejak

7 7 bibit tersebut dicabut agar bibit tersebut tidak layu (kering) atau persentase kehidupannya tinggi. 4. Penanaman Penanaman bibit padi sawah irigasi dilakukan pada pagi hari agar bibit tidak mudah kering atau layu akibat terkena sinar matahari. Jarak tanam padi rata-rata yang digunakan adalah 20 cm x 20 cm, sedangkan jumlah bibit yang dibutuhkan adalah 1-2 bibit untuk setiap lubang tanam. Penyulaman terhadap bibit yang mati atau lubang terlewat tidak ditanam dilakukan kurang dari 14 HST dengan bibit cadangan yang telah ditanam. Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi penggunaan cahaya, dan berpengaruh terhadap cuaca mikro. Selain itu jarak tanam juga mempengaruhi perkembangan hama penyakit dan kompetisi antara tanaman padi dalam penggunaan air dan unsur hara. 5. Pemupukan Pupuk yang digunakan pada usahatani padi sawah desa sribit yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik dan pupuk anorganik yang digunakan oleh petani pada umumnya sama yaitu terdiri dari pupuk kandang (pupuk organik). Pupuk anorganik yang digunakan petani antara lain pupuk urea, phonska, dan pupuk TSP. Pupuk organik diberikan sebagai pupuk dasar. Pemupukan yang dilakukan pada daerah penelitian tediri dari 2 tahap, pemupukan pertama dilakukan hari setelah masa tanam dan pemupukan kedua dilakukan pada hari setelah tanam. 6. Pengendalian Gulma Pengganggu, Hama dan Penyakit Pengendalian gulma dilakukan berdasarkan keberadaan gulma di areal tanaman padi. Pengendalian gulma dilakukan secara rutin untuk mencegah resiko kegagalan pembibitan benih padi. Pengendalian hama juga dilakukan secara rutin agar tidak menurunkan produksi hingga akhirnya menyebabkan

8 8 gagal panen. Hama yang menyerang di daerah penelitian adalah hama tikus. Untuk pengendalian hama, petani di daerah penelitian melakukan penyemprotkan pestisida 7. Pengairan/Irigasi Pengairan bertujuan untuk membasahi tanah supaya tanah tersebut lembab pada daerah perakaran guna memenuhi kebutuhan air bagi tanaman padi. Tersedianya air irigasi memberikan banyak manfaat bagi petani diantaranya membantu menyerap unsur tanah yang dibutuhkan oleh tanaman, membantu proses pengolahan tanah,dan memperbaiki kesuburan tanah. Petani membayar iuran penggunaan air (IPAIR) yang digunakan oleh petani itu sendiri. Di daerah penelitian terdapat kendala yaitu tanah tidak dapat menahan air dalam jangka waktu yang lama. 8. Panen Kegiatan panen yang dilakukan di daerah penelitian dilakukan secara borongan. Dengan sistem ini, semua pengerjaan dikerjakan oleh penebas. Upah tenaga kerja yang dibayarkan berupa upah borongan. Alat-alat yang digunakan dalam pemanenan yaitu sabit dan mesin perontok padi. C. Karakteristik Petani Sampel Karakteristik petani sampel merupakan gambaran umum mengenai latar belakang dan keadaan petani yang berkaitan dengan usahatani padi sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada Tabel 6.

9 9 Tabel 6. Karakteristik Petani Sampel padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu. No. Uraian Petani Padi Sawah 1. Jumlah petani responden (orang) Rata-rata umur petani (tahun) 59,05 3. Rata-rata pendidikan petani (tahun) 8,03 4. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang) 5. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam UT padi (orang) 6. Rata-rata luas lahan sawah yang digarap (ha) 7. Rata-rata pengalaman/pengetahuan untuk UT padi (tahun) 4,05 1,48 0,37 15,83 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014 Jumlah petani responden dalam penelitian yaitu 40 responden. Rata-rata umur petani padi yaitu 59,05 tahun. Rata-rata umur tersebut masih tergolong dalam umur atau usia produktif yang berkisar antara tahun. Petani yang tergolong dalam usia produktif memiliki tenaga dan semangat kerja yang cenderung lebih tinggi karena faktor fisik yang masih mendukung untuk melakukan kegiatan usahatani dan faktor psikologi dimana petani harus memenuhi kebutuhan hidup dan tanggungan keluarga. Pada usia produktif, petani dapat meningkatkan ketrampilan dalam berusahatani dengan menyerap dan mengadopsi teknologi baru dalam kegiatan usahatani dengan harapan petani dapat meningkatkan pendapatan dalam usahataninya, khususnya usahatani padi. Tingkat pendidikan rata-rata petani padi sawah desa sribit yaitu 8,03 yang dapat dikatakan setara dengan SMP. Tingkat pendidikan dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sikap petani dalam pengambilan keputusan kegiatan

10 10 usahatani dan dapat mempengaruhi petani dalam penyerapan informasi dan teknologi baru di bidang pertanian khususnya usaha tani padi. Jumlah rata-rata anggota keluarga petani adalah empat orang. Anggota keluarga yang aktif dalam usaha tani rata-rata berjumlah satu orang yang mana kegiatan usahataninya dikerjakan oleh kepala rumah tangga yaitu suami. Terbatasnya jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani mengakibatkan adanya penggunaan tenaga kerja luar yang nantinya dapat mempengaruhi pendapatan bersih. Lahan sawah garapan petani padi sawah desa sribit rata-rata sebesar 0,37. Pengalaman usahatani petani padi sawah desa sribit adalah 15,83 tahun. Pengalaman usahatani bagi petani sangat penting untuk meningkatkan pendapatan petani. Pengalaman usaha tani padi sawah di desa sribit hasil dari diskusi, penyuluhan dan sosialisasi langsung dari dinas pertanian klaten. D. Analisis Usahatani Padi Sawah Petani Delanggu di Desa Sribit 1. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Sarana produksi yang digunakan pada usahatani padi sawah di Desa Sribit, Kecamatan Delanggu meliputi penggunaan benih padi, pupuk dan obat-obat kimia. Rata-rata sarana produksi dan tenaga kerja usahatani yang digunakan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 7.

11 11 Tabel 7. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 Jenis Sarana Produksi Sarana produksi Per UT Per ha 1. Benih (Kg) 19,16 51,66 2. Pupuk (Kg) - Urea 75,63 203,89 - Phonska 64,38 173,73 - TSP 22,5 60,811 - Kandang 22,5 60, Obat kimia (Botol) - Pestisida 2,363 6,37 Sumber : Analisis Data Primer Penggunaan benih padi pada usahatani petani rata-rata sebesar 51,66 kg/ha. Penggunaan pupuk urea pada usahatani padi petani rata-rata sebesar 203,89 kg/ha. Penggunaan pupuk phonska pada usahatani padi rata-rata sebesar 173,73 kg/ha. Rata-rata penggunaan pupuk TSP pada usahatani padi sebesar 60,811 kg/ha. Untuk menambah kesuburan tanah dan penyediaan unsur hara, petani menggunakan pupuk kandang sebesar 60,813 kg/ha. Pengendalian hama dan penyakit tanaman petani menggunakan rata-rata 6 botol/ha. mengimbanginya dengan penggunaan pupuk kandang, sehingga dapat menekan biaya pupuk dan ikut menjaga kesuburan lahan sawah. Penggunaan sarana produksi pada petani desa sribit belum cukup efisien hal ini karena petani sudah menggunakan sarana produksi melebihi standar oprasional prosedur. Adapun standar oprasional prosedur yang telah ditetapkan yaitu penggunaan benih dalam 1 Ha sebanyak 20 kg, pupuk urea 200 kg, pupuk phonska 300 kg, pupuk TSP 150 kg, pupuk kandang 500 kg

12 12 dan penggunaan pestisida disesuaikan dengan anjuran pabrik dan melihat situasi pada lahan pertanian. Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit, Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (HKP) No Keterangan Penggunaan Kenaga Kerja Per UT Per ha 1. Pengolahan Lahan 5,24 14,91 2. Penanaman 7,46 20,26 3. Pemupukan 2,42 6,55 4. Penyiangan 3,23 8,74 5. Pengendalian Hama dan Penyakit 2,49 6,72 6 Pengairan 2, Pemanenan 7,29 19,71 8 Pengangkutan 3,66 9,87 Jumlah 34,02 92,78 Sumber : Analisis Data Primer Tenaga kerja yang digunakan oleh petani pada kegiatan usahatani dihitung dengan satuan harian kerja pria (HKP) dengan lama kerja enam jam per hari. Upah kerja yang di terima para tenaga kerja berupa uang tersebut rata-rata sebesar Rp ,00/HKP. Tenaga kerja luar yang paling banyak digunakan oleh petani padi sawah Sribit terdapat pada kegiatan pemanenan dan penanaman. Keseluruhan total tenaga kerja yang digunakan petani 93 HKP/ha. 2. Biaya usahatani Konsep biaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan yaitu biaya alat-alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga yang diperhitungkan berdasarkan upah tenaga kerja luar. Penghitungan biaya usaha tani padi sawah Sribit dibagi menjadi tiga antara lain biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain.

13 13 a. Biaya Sarana Produksi Usahatani Padi Sawah Sarana produksi yang digunakan antara lain benih, pupuk dan obat-obat kimia. Keseluruhan biaya yang digunakan petani dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (Rp) No Jenis Biaya Per UT Sarana produksi Per ha 1 Benih , ,35 2 Pupuk - Urea , ,62 - Phonska , ,35 - TSP , ,83 - Kandang , ,45 3 Obat kimia - Pestisida , ,02 Jumlah , ,63 Sumber : Analisis Data Primer Pada Tabel 9, dapat dikatakan bahwa biaya sarana produksi pada kegiatan usahatani rata-rata sebesar Rp ,63/ha/MT. Sarana produksi yang digunakan pada kegiatan usahatani diantaranya yaitu benih padi, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk TSP, pupuk kandang dan obat-obat kimia (pestisida). Biaya sarana produksi yang dikeluarkan petani terbesar terletak pada pupuk phonska. Hal ini dikarenakan adanya harga dari pupuk phonska yang cukup mahal dan digunakan petani secara maksimal dibandingkan pupuk lainnya misalnya pupuk kandang. Pada kegiatan usahatani padi, petani padi berasal dari tenaga kerja luar dan tenaga kerja dari dalam keluarga. Biaya penggunaan

14 14 tenaga kerja baik luar maupun dalam pada usahatani petani pada masa tanam pertama di Desa Sribit dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (Rp) No Jenis Biaya Per UT Biaya tenga kerja Per ha 1 TK Dalam , ,61 2 TK Luar , ,74 Jumlah , ,36 Sumber : Analisis Data Primer Tenaga keja wanita petani per hari mendapatkan upah kerja sebesar Rp ,00/HKW, dan untuk upah tenaga kerja pria sebesar Rp ,00/HKP. Perbandingan antara tenaga kerja pria dan wanita sebesar 7:6. Total biaya tenaga kerja pada usahatani padi sawah desa Sribit sebesar Rp ,36 /ha/mt. b. Biaya Lain-lain Usahatani Padi Sawah Biaya lain-lain pada kegiatan usahatani padi diantaranya biaya penyusutan, IPAIR, transportasi, slametan dan pajak tanah, Biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

15 15 Tabel 11. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015(Rp) No Jenis Biaya Per UT Biaya lain-lain Per ha 1 Penyusutan , ,62 2 Pajak tanah , ,51 3 IPAIR , ,16 4 Transportasi , ,86 5 Selametan - - Jumlah , ,36 Sumber : Analisis Data Primer Biaya penyusutan yang dikeluarkan petani padi desa Sribit sebesar Rp ,62/ha/MT. Alat-alat yang digunakan atara lain cangkul,sabit dan sorok. Nilai penyusutan dimasukkan dalam komponen biaya dikarenakan alat-alat tersebut memiliki umur ekonomis. Biaya yang dikeluarkan untuk pajak tanah pada petani yaitu sebesar Rp ,51/ha/MT. Biaya yang dikeluarkan untuk IPAIR sebesar Rp ,16/ha/MT. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp ,86 /ha/mt. Total keseluruhan biaya lainlain yang harus dikeluarkan petani sebesar Rp ,36/ha/MT. c. Biaya Total Usahatani Padi Sawah Biaya total yang dikeluarkan petani padi sawah desa Sribit dihitung dengan menjumlahkan keseluruhan biaya saprodi, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. Biaya total tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.

16 16 Tabel 12. Rata-rata Biaya Total Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (Rp) No Jenis Biaya Biaya total usaha tani Per UT Per ha 1 Biaya Saprodi , ,63 2 Biaya Tenaga Kerja , ,36 3 Biaya Lain-lain , ,36 Jumlah , ,35 Sumber : Analisis Data Primer Pada Tabel 12, dapat diketahui bahwa biaya total usahatani yang dikeluarkan oleh petani terdiri dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. Biaya yang dikeluarkan petani untuk sarana produksi sebesar Rp ,63 /ha/mt. Biaya untuk membayar upah tenaga kerja yang dikeluarkan petani sebesar Rp ,36/ha/MT. Pengeluaran untuk biaya lain-lain pada usahatani Rp ,36/ha/MT. Dalam satu musim tanam rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi sebesar Rp ,35/ha/MT. Biaya pengeluaran paling besar untuk biaya tenaga kerja, karena selama proses produksi padi banyak menggunakan tenaga kerja baik tenaga kerja luar maupun dalam keluarga. 3. Produksi, Harga, dan Penerimaan Usahatani Padi Sawah Penerimaan usahatani padi diperoleh dari hasil produksi padi dikalikan dengan harga jual padi. Produksi, harga dan penerimaan pada usahatani padi dapat dilihat pada Tabel 13.

17 17 Tabel 13. Rata-rata Produksi, Harga dan Penerimaan Usahatani Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 No Uraian Rata-rata Produksi, Harga dan Penerimaan Per UT Per ha 1 Produksi (Kg) 1.235, ,84 2 Harga (Rp/Kg) 4.200, ,00 3 Penerimaan (Rp) , ,92 Sumber : Analisis Data Primer Produksi padi pada usahatani petani rata-rata sebesar 3.337,84 kg/ha. Harga jual gabah kering panen usahatani padi petani yaitu sebesar Rp ,00/kg. Penerimaan rata-rata petani sebesar Rp ,92/ha. 4. Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Pendapatan rata-rata dan efisiensi usahatani padi. Pendapatan ratarata usahatani padi dapat dihitung dengan mengurangkan antara penerimaan dengan biaya mengusahakan yang sudah dikeluarkan petani. Efesiensi didapatkan dengan menggunakan rumus total penerimaan dibagi dengan total biaya mengusahakan.hasil dari perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini.

18 18 Tabel 14. Rata-rata Pendapatan bersih dan Efisiensi Padi Sawah di Desa Sribit Kecamatan Delanggu MT I Tahun 2015 (Rp) No Uraian Pendapatan Bersih Per UT Per ha 1. Penerimaan , ,92 2. Biaya , ,35 3. Pendapatan , ,57 4. Efisiensi 2,68 Sumber : Analisis Data Primer Pendapatan rata-rata yang diperoleh petani sebesar Rp ,57/ha. Biaya Usahatani yang diperoleh petani sebesar Rp ,35/ha. Penerimaan pada usahatani padi sawah yang diperoleh petani sebesar ,92/ha. Efesiensi usahatani padi sebesar Rp 2,68. Dari penjelasan diatas dapat disimpulan bahwa usahatani padi sawah layak bagi petani. Ini karena R/C lebih dari 1 sehingga usahatani yang dijalankan efisien atau layak.

19 19

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng) BAB II DISKRIPSI DAERAH 2.1 Letak Geografi Kabupaten Klaten termasuk daerah di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Delanggu Dukuh Sribit Lor merupakan salah satu dukuh di Desa Sribit Kecamatan Delanggu yang usahataninya cukup luas. Pola tanam yang

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik, metode ini mempunyai ciri-ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan usahatani. Umur berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI 5.1. Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur Penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 berjumlah 2.168.514 jiwa yang terdiri atas 1.120.550 laki-laki

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Gambaran umum desa penelitian diperoleh dari monografi desa, meliputi letak geografis dan topografis desa, luas lahan dan tata guna tanah, keadaan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. 5.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Wonosobo Secara geografis Kabupaten Wonosobo terletak di provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah sebesar 984,68 km2 pada koordinat 7o21 LS (Lintang Selatan)

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Tebu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus 1. Teknik Budidaya Tanaman Tebu a. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah pada budidaya tanaman tebu dapat dilakukan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor pertanian pula berperan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

Analisis Ekonomi Cara Tanam Cangkul dan Tugal pada Usahatani Jagung Hibrida di Desa Alebo, Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan

Analisis Ekonomi Cara Tanam Cangkul dan Tugal pada Usahatani Jagung Hibrida di Desa Alebo, Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan Analisis Ekonomi Cara Tanam Cangkul dan Tugal pada Usahatani Jagung Hibrida di Desa Alebo, Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan Suharno *), Rusdin *) dan Sumarni Panikkai **) *)Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Deskripsi Umum Wilayah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara Geografis Wilayah Kecamatan Dungaliyo, merupakan salah satu Wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo, yang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Letak Geografis Desa Beji Lor Desa Beji Lor merupakan salah satu desa di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . PENDAHULUAN. Latar Belakang Kesejahteraan dapat dilihat dari tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan pangan. Apabila tidak tercukupinya ketersediaan pangan maka akan berdampak krisis pangan. Tanaman pangan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah Kabupaten grobogan salah satu wilayah yang secara terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Grobogan

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Penggunaan Input Usahatani 6.1.1 Benih Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan) ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan) Dr. Aris Slamet Widodo, SP., MSc. Retno Wulandari, SP., MSc. Prodi Agribisnis,

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN Singgih Kusuma Wardani / 20110220024 Francy Risvansuna

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci