IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Lokasi Usaha Pembenihan yang dijadikan obyek kajian terletak di Kecamatan Cilebar Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Sebelum menjadi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang diorbitkan pada tahun 2009, pengelolaan sudah dimulai pada tahun 1985 dibawah manajemen PT. Cahaya Windu yang berorientasi pada pembesaran udang windu, dengan berjalannya waktu dimana sudah tidak lagi untuk budidaya udang di wilayah pantai utara maka Kelompok Tani Gemah Parahiyangan melakukan usaha perikanan budidaya dengan beralih komoditi yaitu ikan Nila. Unit usaha yang dijadikan obyek kajian adalah Unit usaha yang bergerak di segmentasi pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang memiliki luas lahan m 2 yang terdiri dari kolam, bangunan kantor, rumah jaga, dan gudang sarana produksi Struktur Organisasi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Struktur organisasi Rakyat Kelompok Tani Gemah Parahiyangan adalah sebagai berikut : Nama Ketua Sekretaris Bendahara Penanggung Jawab Teknis Penyedia Sarana Produksi Penjualan / Pemasaran Teknisi / Anggota : H. Kaswandi : Wawan : Euis : Maman : Sobana : Yosep : 5 Orang

2 Analisis Kelayakan Usaha Untuk melihat prospek atau kelayakan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan diperlukan pembahasan yang mencakup aspek-aspek berikut : Fasilitas Produksi dan Peralatan Pelaksanaan usaha pembenihan ikan nila memerlukan ketersediaan fasilitas dan peralatan yang terbagi menjadi dua bagian yaitu fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Fasilitas utama merupakan fasilitas yang secara langsung memberikan dampak terhadap keberhasilan usaha pembenihan sedangkan fasilitas pendukung merupakan fasilitas yang secara tidak langsung memberikan dampak terhadap usaha pembenihan. Fasilitas utama yang terdapat pada Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, diantaranya : a. Kolam pemeliharaan induk Kolam pemeliharaan induk yang digunakan merupakan kolam tanah dengan kedalaman berkisar antara cm. Untuk induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam yang berbeda sehingga memudahkan dalam seleksi induk. Kolam pemeliharaan dan induk terdiri dari beberapa bagian yaitu pematang dengan kemiringan 1:1,5, pintu masuk air dan pintu buang. Untuk memudahkan dalam pengeringan dan pengolahan lahan maka dasar kolam dibuat miring dengan kondisi pada pintu buang lebih dalam daripada pintu masuk. Kemiringan tanah dasar berkisar antara 5-10 o. Hal ini memungkinkan air dalam kolam dapat kering total pada saat dilakukan pembuangan air atau pengeringan. b. Kolam pemijahan dan pemeliharaan larva Kolam pemijahan memiliki fungsi ganda yaitu digunakan juga sebagai kolam pemeliharaan larva. Kolam pemijahan dan pemeliharaan larva berukuran lebih besar daripada kolam pemeliharaan induk. Konstruksi dari tanah, hal ini bertujuan memudahkan dalam pelaksanaan panen larva.

3 31 c. Kolam pendederan 1 dan 2 Kolam pendederan 1 dan 2 merupakan kolam tanah dengan kondisi dan bagian petakan sama dengan kolam pemeliharaan induk yaitu dasar kolam dengan kemiringan 5-10 o, pintu masuk dan pintu buang air. d. Tandon air Tandon air disiapkan untuk memenuhi kebutuhan air pada petakan serta sebagai tempat perlakuan sterilisasi awal sebelum air digunakan sebagai media pemeliharaan. e. Saluran masuk air Saluran masuk air terbagi menjadi 2 yaitu saluran primer dan sekunder sehingga memudahkan dalam pengisian serta pembagian air dalam petakan. f. Saluran buang g. Peralatan mekanisasi budidaya : Pompa. Fasilitas pendukung diantaranya bangunan kantor, rumah jaga, alat transportasi, dan lain-lain seperti yang tercantum pada Lampiran Teknik Pengadaan dan Mutu Bahan Bahan-bahan atau sarana produksi yang digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan nila terdapat beberapa hal teknis penting yang memerlukan perhatian khusus demi mencapai keberhasilan diantaranya : wadah pemeliharaan, air media pemeliharaan, genetika induk, dan proses pemijahan, serta pemeliharaan larva. Selain kegiatan teknis, guna menunjang keberhasilan suatu usaha pembenihan juga perlu mempertimbangkan faktor manajerial Wadah Pembenihan Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara terkontrol (pasangan). Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.

4 32 Pendederan ikan nila dapat dilakukan pada karamba jaring apung, kolam atau tambak serta bak beton. Ada segi positif dari pendederan ikan nila di tambak yaitu pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan di kolam atau di jaring apung. Hal ini diduga karena asupan nutrisi untuk pertumbuhannya lebih banyak yaitu dari plankton, tumbuhan ganggang yang tumbuh pada tanah dasar. Wadah untuk kegiatan budidaya ada umumnya terbuat dari beberapa jenis bahan yaitu : terpal dengan rangka kayu atau bambu, semen, fiber atau kolam tanah. Secara teknis penggunaan berbagai jenis bahan tersebut mempengaruhi produksi yang dihasilkan.wadah yang digunakan pada setiap segmen berbeda-beda, yaitu : Kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan dan pemeliharaan larva, kolam pendederan 1 serta kolam pendederan 2. Wadah pemeliharaan induk yang digunakan merupakan kolam tanah dengan kedalaman berkisar antara cm dengan luas 300 m 2 /unit. Untuk induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam yang berbeda sehingga memudahkan dalam seleksi induk. Kolam pemeliharaan induk terdiri dari beberapa bagian yaitu pematang dengan kemiringan 1:1,5, pintu masuk air dan pintu buang. Untuk memudahkan dalam pengeringan dan pengolahan lahan maka dasar kolam dibuat miring dengan kondisi pada pintu buang lebih dalam dengan pintu masuk. Kemiringan tanah dasar berkisar antara 5-10 o. Hal ini memungkinkan air dalam kolam dapat kering total pada saat dilakukan pembuangan air atau pengeringan. Sebelum pemeliharaan induk diawali dengan pengolahan lahan, hal ini merupakan salah faktor pendukung yang sangat penting. Dengan pengolahan lahan yang baik dan tepat akan mampu meningkatkan daya dukung lahan. Pengolahan lahan yang dilakukan antara lain: pengeringan dasar kolam sampai retak-retak yang bertujuan membuang gas-gas beracun yang terkandung dalam tanah melalui proses oksidasi; pengangkatan lumpur dasar yang bertujuan memperdalam kolam serta membuang bagian tanah yang telah

5 33 membusuk kurang berjalannya kerja bakteri pengurai akibat pemeliharaan sebelumnya; pemupukan menggunakan pupuk organik untuk memulihkan kembali kesuburan lahan, sehingga pakan alami berupa ganggang dan lumut dapat tumbuh. Induk ikan nila yang telah matang gonad akan diseleksi dan dipindahkan dalam kolam pemijahan. Kolam pemijahan dibedakan dengan kolam pemeliharaan induk agar memudahkan dalam memanen larva atau induk. Kolam pemijahan adalah kolam tanah dengan ukuran 400 m 2 /unit, kontruksi tanah bertujuan memudahkan dalam pelaksanaan panen larva. Pengolahan kolam pemijahan sama halnya dengan kolam pemeliharaan induk. Larva yang dipanen dari kolam pemijahan akan dipindahkan pada petakan pendederan 1 dengan tujuan menghasilkan benih berukuran 2-4 cm, yang kemudian dilanjutkan dengan pendederan 2 dengan tujuan menghasilkan benih berukuran 5-7 cm. Kolam pendederan 1 seluas 400 m 2 /unit dan kolam pendederan 2 seluas 400 m 2 /unit merupakan kolam tanah dengan kondisi dan bagian petakan sama dengan kolam pemeliharaan induk yaitu dasar kolam dengan kemiringan 5-10 o, pintu masuk dan pintu buang air. Persiapan lahan kolam pendederan 1 dan 2 diawali dengan pengeringan lahan yang dilanjutkan dengan perbaikan konstruksi berupa pengangkatan lumpur dasar, perbaikan pematang berupa penambalan bocoran dan pendalaman kolam Air Media Pemeliharaan Air media pemeliharaan yang digunakan mulai dari pemeliharaan induk, pemijahan, pendederan 1 sampai dengan pendederan 2 berasal dari sungai Ciwadas. Aliran Sungai Ciwadas bersumber dari waduk Walahar yang ada di daerah Jawa Barat. Sepanjang aliran sungai dimanfaatkan sebagian besar oleh petani sawah dan hanya sebagian kecil termanfaatkan untuk kegiatan perikanan budidaya.

6 34 Dari aliran sungai dimasukkan ke dalam lokasi budidaya melalui saluran pasok. Dari saluran pasok, air media akan ditampung terlebih dahulu pada tandon. Penggunaan tandon dalam kegiatan budidaya penting artinya, dimana pada abad ini ketersediaan air tidak selalu berkelanjutan, selain itu penggunaan tandon dapat meminimalisir hama dan bibit penyakit. Pengelolaan air media yang digunakan selama proses kegiatan budidaya terbagi dalam dua metode yaitu melalui penyaringan air menggunakan waring dan filter bag serta melalui sterilisasi atau suci hama. Melalui proses ini dharapkan air yang digunakan akan memenuhi baku mutu standar air media dalam proses pembenihan ikan nila Pengelolaan Induk Induk merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan pembenihan ikan nila. Induk yang baik akan menghasilkan benih yang baik juga. Induk yang digunakan berasal dari hasil pemuliaan panti benih daerah Sukabumi yang diterima dalam bentuk induk sehingga dipelihara selama 1 sampai 2 bulan untuk memperoleh induk yang baik. Pemeliharaan induk dilakukan pada kolam tanah. Pemijahan pertama dilakukan dengan menyatukan induk jantan dan betina pada satu kolam dan menghasilkan telur sebanyak butir/ekor. Pemijahan dilakukan secara alami tanpa adanya rekayasa lingkungan maupun genetika. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) induk ikan nila. Induk yang digunakan memiliki ciri-ciri bentuk badan normal atau tidak cacat, sisik besar dan tersusun rapi, sehat dan gerakan lincah. Hal ini sesuai dengan pendapat Arie (2004) bahwa induk ikan nila yang berkualitas baik adalah kepala relatif lebih kecil dibanding badan, badan tebal dan berwarna hitam keabu-abuan, gerakan lincah, sehat, dan tidak cacat. Umur induk yang dipijahkan dan ukuran serta bobot total induk yang digunakan telah sesuai dengan SNI induk yaitu umur induk

7 35 jantan 8 bulan dan induk betina 9 bulan, panjang total induk jantan cm dan induk betina cm, sedangan bobot induk jantan seberat gram dan induk betina gram. Sedangkan menurut Sularto, et al (1993) ikan nila mulai dipijahkan setelah berumur 5-6 bulan karena sudah mulai matang kelamin, saat ini biasanya berat calon induk betina mencapai gram dan calon induk jantan gram. Secara kuantitatif induk yang digunakan pada Unit Pembenihan ini telah memenuhi SNI sehingga diduga akan menghasilkan benih dengan kualitas yang baik Pengelolaan Benih Ikan Nila Proses mempersatukan induk jantan dan induk betina dalam rangka memperoleh benih ikan nila disebut sebagai pemijahan. Pada kolam tanah, induk nila jantan membuat sarang pada dasar kolam kemudian mengundang induk nila betina untuk bertelur pada sarang tersebut. Dalam memijahkan ikan nila terdapat perbedaan jumlah antara induk betina dengan induk jantan dimana sex rasio jantan dan betina yang digunakan adalah 3 : 1. Hal ini sesuai dengan pendapat Sularto, et al (1993). Apabila telur-telur ikan nila telah keluar maka induk jantan menyemprotkan spermanya untuk membuahi telur, proses ini disebut sebagai pembuahan eksternal. Setelah dibuahi, induk nila betina akan menyimpan kembali telurnya kedalam mulut. Telur-telur yang dierami dalam mulut induk betina menetas dalam 1-2 hari yang disebut dengan larva. Larva merupakan benih ikan nila dengan umur 1-5 hari. Pada usia 4-5 hari larva-larva mulai terbentuk seperti ikan nila dewasa dan induk betina mulai membiarkan anak-anaknya mencari makan sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan, benih ikan nila pada umur ini mencari makan secara bergerombol. Proses pemijahan ikan nila dilakukan pada kolam pemijahan khusus dimana metode pemijahan dilakukan secara alami tanpa menggunakan tambahan bahan-bahan lain. Induk jantan dan induk

8 36 betina di satukan dalam petakan pemijahan. Sebelum disatukan terlebih dahulu dilakukan seleksi terhadap induk yang telah matang gonad. Proses seleksi dilakukan dengan menangkap dan menampung induk-induk yang telah matang gonad dalam satu wadah berupa hapa. Hal ini bertujuan untuk menghitung kembali jumlah ketersediaan induk yang siap dipijahkan sesuai dengan jumlah paket yang akan digunakan. Pupuk organik digunakan untuk menumbuhkan pakan alami yang akan di gunakan sebagai asupan nutrisi pada awal pemeliharaan benih atau selama pemeliharaan larva. Setelah pakan alami dalam petakan berkurang maka dilanjutkan dengan pemberian pakan buatan berupa crumble atau pellet dengan diameter rendah. Pendederan ikan nila dimulai sejak pemisahan induk dengan benih yang dilakukan setelah umur 5-7 hari dengan ukuran 3-5 mm. Larva hasil pemijahan dipanen menggunakan serok dengan mesh size kecil sehingga tidak ada yang lolos. Dari hasil panen larva akan dilanjutkan dengan proses grading untuk memisahkan antar ukuran benih. Larva akan dipelihara pada proses pendederan 1 sampai dengan pendederan 2. Pada proses pendederan 1, benih ikan yang ditebar berukuran 1,5-1,7 cm dengan padat penebaran 150 ekor/m 2. Pemeliharaan benih pada pendederan 1 bertujuan untuk menghasilkan benih nila berukuran 2-4 cm yang diperoleh dalam kurun waktu 20 hari masa pemeliharaan. Selama proses pemeliharaan dilakukan pemberian pakan dengan kadar protein yang tinggi dengan ukuran disesuaikan dengan bukaan mulut benih. Selanjutnya pada masa ukuran benih telah mencapai 2-4 cm maka dilakukan grading untuk memisahkan benih yang telah mencapai ukuran tebar pada proses pendederan 2. Sedangkan benih yang belum mencapai ukuran akan dipelihara kembali pada pendederan 1. Apabila selama pemeliharaan kondisi pertumbuhan benih kurang baik maka akan dilakukan pembuangan terhadap benih. Sedangkan menurut Amri dan Khairuman (2003)

9 37 bahwa pendederan 1 adalah pemeliharaan benih ikan nila berukuran 1-3 cm yang dipelihara selama 2 minggu sehingga mencapai ukuran 3-4 cm. Pada pendederan 2 bertujuan untuk memperoleh benih berukuran 5-7 cm yang akan diperoleh selama kurun waktu masa pemeliharaan 20 hari. Kegiatan pendederan 2 dilakukan pada kolam tanah dengan padat tebar 100 ekor/m 2 dengan ukuran tebar 2 4 cm. Pendederan 2 dilakukan selama 20 hari dimana setiap 6-7 hari dilakukan sampling dan grading untuk memisahkan benih sesuai ukurannya. Dari hasil pengamatan terhadap penerapan SNI diketahui bahwa secara umum telah memenuhi standar, baik dari segi kuantitas maupun mutu. Namun terdapat ketidaksesuaian dengan SNI yaitu pada hasil benih untuk pendederan dimana berat benih adalah 20 gram/ekor, sedangkan dalam SNI di katakan bahwa sebaiknya benih yang dihasilkan seberat 25 gram/ekor. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan teknisi setempat, bahwa permintaan pasar untuk benih ikan nila adalah berukuran ekor/kg Distribusi Benih Ikan Nila Benih ikan nila hasil pemuliaan di Kelompok Tani ini pada umumnya didistribusikan kepada para pembudidaya tambak di sekitar kawasan Kabupaten Karawang. Namun pada beberapa hasil sering dikirim keluar daerah antara lain Jatiluhur, dan Cirata. Adapun distribusi benih pada tiga bulan terakhir hanya mencakup kawasan Kabupaten Karawang dengan ukuran benih ekor/kg dengan tujuan daerah kecamatan Cilamaya, daerah kecamatan Pedes dan daerah kecamatan Cilebar Aspek Pemasaran Aspek pemasaran antara lain meliputi kondisi permintaan, penawaran, persainganharga dan proyeksi permintaan pasar.

10 38 a. Permintaan Kebutuhan pasar untuk benih ikan nila di daerah Kabupaten Karawang umumnya berukuran ekor/kgdengan tujuan Kecamatan Cilamaya, Kecamatan Pedes dan Kecamatan Cilebar. b. Penawaran Peluang pasar benih ikan nila cukup besar baik di pasar lokal dalam hal ini untuk Kabupaten Karawang maupun di luar Kabupaten Karawang antara lain Jatiluhur dan Cirata. c. Harga Harga jual benih ikan nila ukuran 2-4 cm Rp. 75,-/ekor, sedangkan untuk ukuran 5-7 cm Rp. 165,-/ekor Aspek Keuangan a. Komponen Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya tetap yang dikeluarkan pada saat memulai suatu usaha. Biaya investasi dalam usaha Pembenihan Ikan Nila dikelompokkan menjadi : Tabel 8. Perhitungan biaya investasi No Keterangan Jumlah/ Satuan Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) Umur ekonomis (Thn) Penyusutan (Rp) 1 Perbaikan kolam 32 unit Perbaikan peralatan produksi 1 paket Pengadaan peralatan produksi 1 paket Pengadaan Induk Ikan 304 kg Total Investasi Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa dengan 32 unit kolam memerlukan biaya investasi pada tahun ke 0 sebesar Rp ,- komponen biaya investasi disusutkan selama 1 tahun dan waktu proyek adalah 1 tahun.

11 39 b. Komponen Biaya Operasional. Biaya operasional untuk Usaha Pembenihan Ikan Nila meliputi pembelian pakan induk, pakan larva/benih, obat-obatan dan vitamin, pupuk, kapur, listrik, panen dan tenaga kerja. Tabel 9. Komponen biaya operasional No Komponen Unit Satuan Harga per satuan (Rp) Nilai per periode (Rp) Siklus per Tahun Total per Tahun (Rp) 1 Pakan Induk 547,2 Kg Pakan Larva/Benih kg Obat-obatan dan Vitamin 1 Paket Pupuk, kapur 1 Paket Listrik 1 Paket Panen 1 Paket Tenaga Kerja 5 Org/siklus Jumlah Biaya c. Investasi dan modal kerja Biaya investasi dan modal kerja usaha pembenihan nila sebesar Rp , masing-masing untuk investasi sebesar Rp dan biaya operasional sebesar Rp Biaya investasi dan modal kerja diperoleh dari kredit dengan jangka waktu pengembalian selama 1 tahun dan tingkat suku bunga 16%. d. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Perhitungan hasil diperoleh dari penjualan benih ikan nila dengan harga jual per ekor Rp. 165,- produksi per periode ekor, mempunyai siklus sebanyak 6 kali maka diperoleh pendapatan sebesar Rp per siklus atau Rp ,- per tahun. e. Proyeksi Rugi Laba Dengan menggunakan data dan asumsi yang ada, maka dapat diperhitungkan proyeksi laba-rugi usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, seperti pada Tabel 10. Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan Nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan telah mampu menghasilkan keuntungan Rp ,- dengan profit margin sebesar 6%.

12 40 Tabel 10. Proyeksi Laba Rugi Usaha No. Uraian Tahun Ke-n 1 1 Pendapatan Biaya Operasional Laba Kotor (A) Bunga Kredit Laba Sebelum Penyusutan Biaya Penyusutan Laba Bersih(A-3-4-5) Profit Margin (%) 6 f. Kelayakan Usaha Dari analisis perhitungan komponen-komponen biaya pada Lampiran 2 didapatkan nilai beberapa kriteria kelayakan usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan berikut : 1) NPV Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan discount factor 20% (Lampiran 2) maka nilai NPV Rp ,- selama 1 tahun investasi. Nilai NPV positif (>0) mengindikasikan bahwa usaha layak dikelola oleh Kelompok tani Gemah Parahiyangan. 2) IRR IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil internal. Nilai IRR dari perhitungan NPV; DF 20% diperoleh IRR 29,67% dimana nilai ini lebih besar dari suku bunga bank komersial yang berlaku saat penelitian (16%). IRR lebih besar dari suku bunga bank komersial mengindikasikan bahwa usaha pembenihan ikan nila yang dilaksanakan Kelompok tani Gemah Parahiyangan layak. 3) PBP PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Berdasarkan analisis perhitungan, PBP (usaha) Kelompok tani Gemah

13 41 Parahiyangan 0,94 tahun atau sekitar kurang dari 6 siklus. Total investasi Rp ,- dengan umur ekonomis selama 1 (satu) tahun, maka usaha ini dapat dikembalikan melalui Cash flow selama 0,94 tahun, lebih pendek dari jangka waktu umur ekonomis biaya investasi. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha pembenihan ikan nila layak dikembangkan. 4) B/C Ratio ( BCR) Berdasarkan analisis perhitungan BCR (Lampiran 2) diperoleh nilai BCR sebesar 1,06 (lebih besar dari 1). Nilai BCR lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa Kelompok tani Gemah Parahiyangan layak dilaksanakan bila dilihat dari dampak sosial yang ditimbulkannya maupun dari segi finansialnya. 5) BEP BEP merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Usaha dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga usaha tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga tidak memperoleh laba. Berdasarkan analisis perhitungan BEP (Lampiran 2) dapat diketahui bahwa titik impas didapatkan dari kapasitas produksi minimal ekor per siklus dengan harga jual Rp. 63,- per ekor. Bila dikonversikan dengan luas lahan maka potensi lahan mendukung pengembangan usaha tersebut. 4.3 Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta kondisi eksternalnya yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap

14 42 pengembangan usaha pembenihan ikan nila. Dari hal tersebut dapat diidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancamannya. Hasil analisis tersebut akan digunakan untuk menetapkan posisi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dengan menggunakan matriks internal-eksternal (IE Matriks), dipetakan posisi suatu perusahaan dalam suatu diagram. Setelah mengetahui posisi perusahaan, selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif starategi bisnis ke dalam analisis SWOT. Berikut ini dianalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, yaitu : a. Kekuatan 1) Mutu BenihIkan Nila Baik Benih ikan nila yang dihasilkan mempunyai mutu yang lebih baik dan dapat bersaing di pasaran, hal ini dapat dilihat dari benih yang tidak cacat dan pertumbuhan baik. Hasil tersebut erat kaitannya dengan proses penanganan panen dan pascapanen yang dilakukan, teknologi yang dimiliki sangat mendukung untuk menghasilkannya produk dengan mutubenih ikan nilayang lebihbaik. 2) Jaringan Pemasaran Sederhana Kelompok Tani Gemah Parahiyangan memperoleh induk Nila Gesit dari Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang. Pembenihan dan pendederan dilakukan di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Benih ikan nila hasil pemuliaan di Unit Pembenihan ini pada umumnya didistribusikan kepada para pembudidaya tambak di sekitar kawasan Kabupaten Karawang. Namun pada beberapa hasil sering dikirim keluar daerah antara lain Jatiluhur dan Cirata. 3) Manajer/Ketua Kelompok Profesional Seiring dengan meningkatnya skala usaha dan jumlah unit kegiatan organisasi, maka peran seorang ketua yang profesional merupakan kekuatan bagi pengembangan usaha. Ketua Kelompok

15 43 ini telah lama menekuni usaha pembenihan ikan nila dan telah dikenal baik oleh mitra kerja. Dalam hal ini, Kelompok Tani Gemah Parahiyangan diharapkan mampu menerapkan manajemen korporasi untuk menjalankan sistem usaha agribisnis pembenihan ikan nila. 4) Lokasi Strategik Lokasi Unit Usaha Pembenihan yang terletak di sentra pertambakan usaha pembesaran ikan nila, lokasi yang mudah dijangkau sehingga ketersediaan sarana produksi tidak mengalami kesulitan dan menjadi sebagai salah satu pemasok benih ikan nila di Kabupaten Karawang. 5) Ketersediaan lahan Lahan untuk pembenihan ikan nila masih terbuka luas, potensi lahan yang dimiliki 4 Ha. b. Kelemahan 1) Biaya Produksi Lebih Besar Biaya produksi dalam hal ini pengisian air untuk kebutuhan air dengan pompa baik dengan penggerak motor listrik maupun dengan solar mesin diesel dapat menambah biaya operasional. Dari asumsi tersebut maka biaya pengisian air atau kebutuhan dengan menggunakan pompa lebih besar bila dibandingkan dengan pengisian air dengan menggunakan gaya gravitasi dari saluran pemasok air tawar. 2) Akses Permodalan Lemah Akses permodalan ke perbankan atau penyedia jasa keuangan lainnya masih lemah, sementara modal usaha yang dibutuhkan cukup menyulitkan. Pihak perbankan masih sulit untuk mencairkan dana kepada pembudidaya ikan walaupun dalam bentuk kelembagaan kelompok karena pengalaman masa lalu. Jenis kredit untuk pembudidaya memang sudah tersedia namun

16 44 kenyataan dilapangan, tetap sulit mendapatkan akses ke perbankan. 3) Kemampuan SDM Terbatas Kemampuan SDM masih terbatas baik dalam budidaya, panen, pasca panen dan manajemen usaha. Untuk menjamin kelancaran produksi perlu ditingkatkan keterampilan pembudidaya melalui pelatihan atau magang. Pembudidaya perlu mendapatkan pelatihan teknis maupun manajemen untuk meningkatkan keterampilan teknis dalam mengelola usaha pembenihan tersebut. Masalah keselamatan kerja juga harus mendapatkan perhatian yang serius. Pengamanan tidak hanya diberikan kepada kawasan beserta komoditinya, tetapi juga terhadap pekerja. 4) Produksi Masih Rendah Permintaan benih dari usaha pembesaran menyebabkan pasokan benih tidak kontinu sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pasar. 5) Tingkat Pengembalian Modal Lambat Biaya yang dikeluarkan pada unit usaha pembenihan ikan nila digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Dari perhitungan PBP diperoleh pengembalian modal setelah 0,94 tahun (kurang dari 6 siklus) dengan asumsi unit usaha pembenihan ikan nila pengembalian biaya selama satu tahun (6 Siklus). Bila dilihat kondisi ini dapat disimpulkan untuk tingkat pengembalian modal tergolong lambat. c. Peluang 1) Pangsa Pasar yangpotensial Pangsa pasar dalam negeri masih terbuka luas, mengingat kebutuhan benih ikan nila dalam negeri meningkat terus menerus. Benih ikan nila digunakan untuk konsumsi dengan ukuran baby

17 45 fish dan terbesar untuk skala usaha pembesaran. Pangsa pasar benih ikan nilasaat ini sangat potensial mengingat lokasinya yang strategis dan mutu benih yang baik. 2) Hubungan yang Baik dengan Pembeli Hubungan yang baik antara anggota Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dengan pembeli memberikan manfaat dan nilai tambah dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila yang dikelola sehingga perlu ada keterkaitan usaha utama (core business) antara kedua pihak. Adanya hubungan yang baik tersebut dapat menciptakan kondisi saling membutuhkan. Keterkaitan ini merupakan modal utama untuk menciptakan saling ketergantungan dan saling membutuhkan. Faktor ini menjadi peluang karena antara bidang usaha utama penjual dan pembeli saling melengkapi. Hubungan ini masih sebatas saling percaya, belum dituangkan dalam bentuk kontrak kerjasama. 3) Permintaan Benih Ikan NilaMeningkat Permintaan benih ikan nila cenderung terus meningkat untuk segmentasi usaha pembesaran ikan nila menjadikan ikan nila dengan ukuran konsumsi. Permintaan terbesar adalah untuk pembudidaya pada segmentasi usaha pembesaran untuk menghasilkan ukuran konsumsi lebih khusus pada Keramba Jaring Apung (KJA) daerah Jatiluhur dan Cirata. 4) Kebijakan Pemerintah (Pengadaan) Kebijakan pemerintah dalam pengadaan bantuan kepada pembudidaya baik berupa calon induk maupun induk ikan nila dan sarana produksi menjadi peluang bagi pengembangan usaha Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Dalam pengelolaan unit usaha pembenihan ikan nila peran pemerintah sangat besar dalam mendukung kemajuan dalam bisnis benih ikan nila. Bantuan kepada kelompok-kelompok tani baik berupa pendampingan teknis dan modal usaha telah dilakukan pemerintah baik melalui

18 46 APBN maupun APBD dengan harapan Kelompok tani ini menjadi lebih berkembang dalam mengelola usahanya. 5) Kesempatan bermitra dengan industri pakan Kelompok Tani Gemah Parahiyanganakan berkelanjutan apabila dapat menghasilkan keuntungan, oleh karena itu harus diupayakan kemitraan usaha dengan berbagai industri hilir untuk memperoleh jaminan pasar dengan harga layak. Adanya kesempatan ini harus dimanfaatkan dalam mengembangkan usaha. 6) Dukungan pemerintah daerah maupun Pusat Dukungan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yang kondusif dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila di Kabupaten Karawang merupakan peluang bagi kelompok tani dalam pengembangan unit usahanya. Pendampingan yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan di tingkat Pusat, Provinsi maupun Kabupaten dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila di Provinsi Jawa Barat. d. Ancaman 1) Perubahan Cuaca dan Iklim Perubahan cuaca dan iklim yang semakin sulit diprediksi menjadi ancaman bagi pengembangan usaha karena dapat menyebabkan adanya fluktuasi suhu pada lingkungan pembenihan yang dapat berakibat pada benih mengalami stres bahkan kematian sehingga dapat mengurangi produksi. Apalagi usaha pembenihan ikan nila dilakukan dengan sistem outdoor. 2) Fluktuasi Harga Benih Ikan Nila Harga benih ikan nila sepenuhnya ditetapkan oleh pasar sehingga posisi pembudidaya masih sangat lemah dalam penetapan harga.

19 47 3) Tingkat persaingan usaha Tingkat persaingan usaha pembenihan ikan nila biasanya terjadinya dengan pedagang pengumpul setempat maupun dari luar daerah. Pedagang pengumpul dengan cara tidak sehat akan memberikan pinjaman modal kepada pembudidaya, sehingga petani terikat dengan pedagang pengumpul tersebut. 4) Tingkat Suku Bunga Kredit Tingkat suku bunga kredit untuk produk perikanan yang tinggi merupakan ancaman dalam pengembangan usaha. Unit usaha pembenihan ikan nila membutuhkan modal tidak terlalu besar dalam investasi maupun biaya operasional. Tetapi meskipun demikian pembudidaya dalam mengembangkan usahanya masih tergantung pada pinjaman atau kredit. Dengan kondisi ini, unit usaha pembenihan ikan nila sangat terancam dengan kenaikan tingkat suku bunga. 5) Perubahan Kultur Masyarakat Perubahan Kultur Masyarakat merupakan ancaman dalam perikanan budidaya, semakin berkurangnya minat masyarakat untuk menekuni usaha perikanan budidaya, lahan perikanan budidaya yang beralih fungsi baik menjadi perumahan maupun untuk sarana lainnya Analisis Matriks IFE Faktor yang dianalisis dengan matriks ini adalah faktor-faktor strategik internal perusahaan. Faktor-faktor strategik ini merupakan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan unit usaha. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktorfaktor strategik internal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi.

20 48 Tabel 11. Faktor strategik internal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Faktor strategik internal Bobot (a) Rating (b) Skor (axb) Kekuatan (A) Mutu benih ikan nila baik 0,1338 4,000 0,535 Jaringan pemasaran sederhana 0,1171 4,000 0,468 Ketua profesional 0,1182 3,000 0,355 Lokasi strategik 0,1131 3,000 0,339 Ketersediaan lahan 0,0832 3,000 0,250 Kelemahan (B) Biaya produksi lebih besar 0,0855 2,000 0,172 Akses permodalan lemah 0,0988 2,000 0,198 Kemampuan SDM terbatas 0,0915 2,000 0,183 Produksi masih rendah 0,0856 2,000 0,171 Tingkat pengembalian modal lambat 0,0732 2,000 0,146 Total (A+B) 1 2,817 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 11, mutu benih ikan nila baik diakui sebagai faktor kekuatan paling penting yang dimiliki Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dalam pengembangan usahanya (skor 0,535). Mutu benih ikan nila yang lebih baik dengan penggunaan teknologi proses penanganan panen dan pasca panen terkait dengan jaringan pemasaran yang sederhana (skor 0,468) didukung peran ketua kelompok (skor 0,355) yang memiliki pengalaman dalam bisnis usaha pembenihan ikan nila. Lokasi yang strategik (skor 0,339) adalah lokasi yang mudah dijangkau, sehingga ketersediaan sarana produksi tidak mengalami kesulitan dan menjadikan sebagai salah satu pemasok benih ikan nila di Kabupaten Karawang. Ketersediaan lahan (skor 0,250) merupakan kekuatan yang dimiliki dalam pengembangan usahanya. Faktor kelemahan utama dalam pengembangan usaha adalah lemahnya akses permodalan (skor 0,198). Kemampuan SDM yang

21 49 terbatas, antara lain kemampuan manajerial dan teknis (skor 0,183) merupakan kelemahan yang harus diatasi. Biaya produksi yang dikeluarkan lebih besar (skor 0,172), biaya pengisian air atau kebutuhan dengan menggunakan pompa lebih besar bila dibandingkan dengan pengisian air dengan menggunakan gaya gravitasi dari saluran pemasok air tawar. Tingkat produksi yang masih rendah (skor 0,171) yang ditunjukkan dengan tingginya permintaan tetapi tidak dapat mencukupi permintaan pasar. Tingkat pengembalian modal yang lambat (skor 0,146) menjadi kelemahan juga karena dari satu periode satu tahun (6 siklus) pengembalian modal pada siklus kelima (5). Hasil evaluasi matriks pada Tabel di atas selanjutnya akan digabungkan dengan hasil evaluasi matrik eksternal dan dengan menggunakan Matriks Internal-Eksternal (IE) akan dipetakan posisi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dalam suatu diagram untuk mempermudah perumusan alternatif strategi bisnis Analisis Matriks EFE Faktor yang dianalisis dengan matriks ini adalah faktor-faktor strategik eksternal perusahaan. Faktor-faktor strategik ini merupakan faktor-faktor yang menjadi ancaman dan peluang unit usaha. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktorfaktor strategik eksternal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi. Seperti dimuat pada Tabel 12. Peluang utama yang diakui dalam pengembangan usaha adalah pangsa pasar yang potensial (skor 0,398). Pangsa pasar potensial ini menciptakan hubungan yang baik dengan pembeli (skor 0,320) merupakan peluang yang harus dimanfaatkan dengan tetap menjaga kepercayaan karena kemitraan dijalin belum dituangkan secara tertulis. Permintaan akan benih ikan nila yang meningkat dari tahun ke tahun (skor 0,317) merupakan peluang dalam pengembangan usaha. Demikian juga halnya dengan dukungan pemerintah daerah maupun Pusat (skor 0,301) dan kebijakan pemerintah terutama

22 50 pengadaaan (skor 0,292) baik pengadaan bantuan induk dan sarana produksi merupakan peluang yang harus dimanfaatkan mengingat Kelompok Tani Gemah Parahiyangan menjadi usaha yang perlu dibina. Peluang lainnya yang dapat dimanfaatkan adalah terbukanya kesempatan bermitra dengan industri pakan (skor 0,287). Tabel 12. Faktor strategik eksternal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Faktor strategik eksternal Bobot (a) Rating (b) Skor (axb) A. Peluang Pangsa pasar yang potensial Hubungan yang baik dengan pembeli Permintaan benih ikan nila meningkat Kebijakan pemerintah (Pengadaan) Kesempatan bermitra dengan industri pakan Dukungan Pemerintah Daerah maupun Pusat B. Ancaman Perubahan Cuaca dan Iklim Fluktuasi Harga benih ikan nila Tingkat persaingan usaha Tingkat suku bunga kredit Perubahan kultur masyarakat Total A + B 1 2,497 Ancaman utama dalam pengembangan usaha Kelompok Tani Gemah Parahiyangan adalah perubahan cuaca dan iklim (skor 0,215), maka perlu disiasati atau antisipasi untuk fluktuasi suhu lingkungan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Fluktuasi harga benih ikan nila (skor 0,142) yang sulit diprediksi merupakan ancaman bagi pengembangan unit usaha. Oleh karena itu diharapkan adanya kebijakan pemerintah dalam menetapkan HMR (Harga Minimum Regional) benih ikan nila. Tingginya tingkat suku bunga kredit (skor 0,141) menjadi ancaman bagi pengembangan unit usaha pembenihan

23 51 ikan nila hal ini berhubungan dengan modal yang dibutuhkan untuk biaya operasional dan tingkat persaingan usaha (skor 0,084) dapat dikendalikan jika HMR dari pemerintah sudah menjadi dasar. Perubahan kultur masyarakat (skor 0,063) jika tidak mengalami kerugian dan dapat memenuhi kebutuhan dengan usaha pembenihan ikan nila tidak akan terjadi alih fungsi lahan Matriks IE Matriks IE disusun untuk mengetahui strategik apa yang sebaiknya digunakan. Untuk menentukan strategi tersebut, dipetakan skor rataan dari matriks IFE (2,817) dan EFE (2,497). Total Skor EFI Kuat Rataan Lemah I II III Tinggi Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan 3.0 IV V VI Total Skor EFE Menengah 2.0 Stabilitas Pertumbuhan / Stabilitas Penciutan VII VIII IX Rendah Pertumbuhan Pertumbuhan Likuidasi 1.0 Gambar 3. Matriks IE Strategik Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis IE yang menghasilkan matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan dalam pemilihan alternatif strategik.

24 52 Dalam hal ini, Pemetaan posisi usaha sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi untuk menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi dalam Kelompok Tani Gemah Parahiyangan.Total nilai pada matriks internal 2,817, maka unit usaha pembenihan ikan nila memiliki faktor internal tergolong tinggi untuk melakukan agribisnis benih ikan nila dan total matriks eksternal 2,497 memperlihatkan respon yang diberikan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan kepada lingkungan eksternal tergolong tinggi. Apabila masing-masing total skor dari faktor internal maupun eksternal dipetakan dalam matriks, maka posisi unit usaha saat ini berada pada kuadran kelima. Pada sel ini, strategi pertumbuhan dimaksud melalui konsentrasi integrasi vertikal, dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan cara forward integration (mengambil alih fungsi distributor). Agar dapat meningkatkan kekuatan bisnisnya maka harus dilaksanakan upaya meminimalkan biaya dan operasi yang tidak efisien untuk mengontrol mutu dan distribusi produk. Integrasi vertikal dapat dicapai baik melalui sumberdaya internal maupun eksternal. Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dapat mengembangkan usahanya dengan meningkatkan kelembagaan kelompok, dibina dan dilatih untuk meningkatkan produksinya melalui penyediaan sarana produksi, fasilitasi prasarana produksi seperti sumber air yang kualitas baik dan pengaturan pola pembenihan sehingga ketersediaan benih sepanjang tahun selalu tersedia. Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dapat juga mengembangkan usahanya dengan memproduksi pakan sendiri yang tidak jauh beda dengan mutu pakan pabrikan Analisis Matriks SWOT Penajaman alternatif strategi pengembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dapat dirumuskan berdasarkan analisis Matriks SWOT. Penyusunan formulasi strategi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan. Hasil

25 53 formulasi dikelompokkan menjadi empat kelompok formulasi strategi yang terdiri dari strategi Kekuatan Peluang (S O), strategi Kekuatan Ancaman (S T), strategi Kelemahan Peluang (W O), dan strategi Kelemahan Ancaman (W T). a. Strategi S O Strategi S O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada, melalui beberapa strategi berikut : 1) Membangun kemitraan dengan industri pakan dengan tetap mempertahankan brand image produk 2) Meningkatkan peran ketua dalam mengembangkan usahanya 3) Meningkatkan produksi dan produktivitas benih ikan nila dalam memanfaatkan permintaan benih yang semakin meningkat. b. Strategi S T Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan cara menghindari ancaman, dengan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai berikut: 1) Pengembangan segmentasi usaha dalam menghadapi fluktuasi harga 2) Memanfaatkan peran ketua dalam menghadapi tingkat persaingan usaha 3) Mengembangkan kelembagaan kelompok dalam menghadapi persaingan usaha. c. Strategi W O Strategi ini dilakukan dengan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan. Dalam hal ini unit usaha sebaiknya tetap berproduksi dengan keuntungan, dengan menggunakan strategi berikut : 1) Meningkatkan efisiensi usaha pembenihan ikan nila 2) Meningkatkan kemampuan SDM dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha

26 54 3) Meningkatkan kapasitas lahan untuk meningkatkan produksi dan pengembangan usaha. d. Strategi W T Strategi ini bersifat bertahan, sehingga ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari ancaman melalui beberapa strategi berikut : 1) Menjalin kerjasama dengan stake holder terkait untuk mengatasi masalah permodalan 2) Meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan dan magang Tabel 13. Matriks SWOT 3) Penetapan HMR benih ikan nila dan fasilitas akses permodalan oleh pemerintah. Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W) Faktor Eksternal 1. Mutu benih lebih baik 2. Jaringan pemasaran sederhana 3. Ketua kelompok profesional 4. Lokasi strategik 5. Ketersediaan lahan 1. Biaya produksi lebih besar 2. Akses permodalan lemah 3. Kemampuan SDM terbatas 4. Produksi masih rendah 5. Tingkat pengembalian modal lambat Peluang (O) Strategi SO (agresif) Strategi WO (diversifikasi) 1. Pangsa pasar yang potensial 2. Hubungan yang baik dengan pembeli 3. Permintaan benih meningkat 4. Kebijakan pemerintah (pengadaan) 5. Kesempatan bermitra dengan industri pakan 6. Dukungan pemerintah 1. Membangun kemitraan dengan industri pakan, dengan tetap mempertahankan brand image produk (S1,S3,O1,O2,O3,O4,O5,O6) 2. Meningkatkan peran ketua dalam mengembangkan usaha (S1,S3,S4,S5,O1,O2,O5) 3. Meningkatkan produksi dan produktivitas benih ikan Nila dalam memanfaatkan permintaan benih yang semakin meningkat (S5,O1,O2,O3,O5) 1. Meningkatkan efisiensi usaha pembenihan ikan nila (W2,W3,O1,O2,O5) 2. Meningkatkan kemampuan SDM dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha (W2,W3,O1,O6) 3. Meningkatkan kapasitas lahan untuk meningkatkan produksi dan pengembangan usaha (W1,W3,O1,O3,O4,O6) Ancaman (T) Strategi ST (diferensiasi) Strategi WT (defensif) 1. Pengembangan segmentasi usaha dalam menghadapi fluktuasi harga (S1,S3,S4,S5,T2,T3,T4) 2. Memanfaatkan peran manajer dalam menghadapi tingkat persaingan usaha (S1,S3,T1,T3) 3. Mengembangkan kelembagaan kelompok dalam menghadapi persaingan usaha (S1,S5,T3) 1. Perubahan cuaca dan iklim 2. Fluktuasi harga benih 3. Tingkat persaingan usaha 4. Tingkat suku bunga kredit 5. Perubahan kultur masyarakat 1. Menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait untuk mengatasi masalah permodalan (W1,W2,W3,W4,T2,T3,T4) 2. Meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan dan magang (W3,W4,T1,T3) 3. Penetapan HMR benih ikan Nila dan fasilitas akses permodalan oleh pemerintah (W3,W5,T1,T2)

27 Pemilihan Alternatif Strategi Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi yang diterapkan oleh manajemen usaha, selanjutnya dilakukan pemilihan alternatif strategi paling efektif untuk diimplementasikan. Pemilihan alternatif strategi tersebut dilakukan dengan cara memberikan bobot pada setiap unsur SWOT yang telah diidentifikasi sesuai dengan tingkat kepentingannya. Tingkat kepentingan unsur SWOT diberi bobot 1, 2, 3 dan 4 (Tabel 14). Tabel 14. Tingkat kepentingan unsur SWOT SWOT Peringkat Kekuatan (S) 20 S1. Mutu benih baik 4 S2. Jaringan pemasaran sederhana 4 S3. Ketua profesional 3 S4. Lokasi strategis 3 S5. Ketersediaan lahan 3 Kelemahan (W) 12 W1. Biaya produksi lebih besar 2 W2. Akses permodalan lemah 2 W3. Kemampuan SDM terbatas 2 W4. Produksi masih rendah 2 W5. Tingkat pengembalian modal lambat 2 Peluang (O) 19 O1. Pangsa pasar yang potensial 4 O2. Hubungan yang baik dengan pembeli 3 O3.Permintaan benih meningkat 3 O4. Kebijakan pemerintah (Pengadaan) 3 O5. Kesempatan bermitra dengan industri pakan 3 O6. Dukungan Pemerintah 3 Ancaman (T) 12 T1. Perubahan Cuaca dan Iklim 2 T2. Fluktuasi Harga benih ikan nila 2 T3. Tingkat persaingan usaha 1 T4. Tingkat suku bunga kredit 2 T5. Perubahan kultur masyarakat 1 Keterangan : 1 = Sangat tidak penting 2 = Tidak penting 3 = Penting 4 = Sangat penting Setelah pembobotan terhadap unsur-unsur SWOT dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan skor kepentingan dari setiap alternatif strategik yang diperoleh dalam analisis SWOT berdasarkan

28 56 jumlah akumulasi keterkaitan antar unsur SWOT yang menghasilkan strategik tersebut. Selanjutnya dari hasil penjumlahan itu, masingmasing alternatif strategi diberi peringkat (ranking) yang merupakan urutan strategi terbaik berdasarkan kondisi usaha saat ini. Dari 12 alternatif strategi yang diperoleh dalam analisis SWOT dipilih alternatif strategik untuk diimplementasikan dari 6 (enam) rangking tertinggi, yaitu ranking 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 (Tabel 15). Tabel 15. Penentuan alternatif strategi terbaik Alternatif Strategi SWOT Keterkaitan Kepentingan Ranking Strategi S-O 1. Membangun kemitraan dengan industri pakan dengan tetap mempertahankan brand image produk 2. Meningkatkan peran ketua dalam mengembangkan usaha 3. Meningkatkan produksi benih ikan nila dalam memanfaatkan permintaan benih yang semakin meningkat Strategi W-O 1. Meningkatkan efisiensi usaha pembenihan ikan nila 2. Meningkatkan kemampuan SDM dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha 3. Meningkatkan kapasitas lahan untuk meningkatkan produksi dan pengembangan usaha Strategi S-T 1. Pengembangan segmentasi usaha dalam menghadapi fluktuasi harga 2. Memanfaatkan peran manajer dalam menghadapi tingkat persaingan usaha 3. Mengembangkan kelembagaan kelompok dalam menghadapi persaingan usaha (S1,S3,O1,O2,O3,O4,O5, O6) (S1,S3,S4,S5,O1,O2,O5) (S5,O1,O2,O3,O5) (W2,W3,O1,O2,O5) (W2,W3,O1,O6) (W1,W3,O1,O3,O4,O6) (S1,S3,S4,S5,T2,T3,T4) (S1,S3,T1,T3) (S1,S5,T3) Strategi W-T 1. Menjalin kerjasama dengan stake holder terkait untuk mengatasi masalah permodalan 2. Meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan dan magang 3. Penetapan HMR benih ikan nila dan fasilitas akses permodalan oleh pemerintah (W1,W2,W3,W4,T2,T3,T4) (W3,W4,T1,T3) (W3,W5,T1,T2)

29 57 Berdasarkan analisis tersebut, maka strategi yang paling efektif dilakukan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan adalahmenjalin kemitraan dengan industri pakan dengan tetap menjaga brand image produk (skor 26), meningkatkan peran ketua kelompok dalam pengembangan usaha (skor 23), pengembangan segmentasi usahadalam menghadapi fluktuasi harga (skor 21), meningkatkan kapasitas lahan untuk peningkatan produksi dan pengembangan usaha (skor 17), meningkatkan produksi benih ikan nila dalam menghadapi permintaan benih yang semakin meningkat (16), aktif menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait dalam menghadapi permasalahan permodalan (skor 14) Implementasi Strategi Strategi yang telah dirumuskan pada analisis SWOT tersebut perlu diimplementasikan pada kebijakan usaha. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek produksi, sumber daya manusia (SDM), pemasaran dan pengembangan usaha. Uraian implementasi strategi yang dimaksud adalah : a. Produksi Alternatif strategik yang dapat dilakukan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, antara lain meningkatkan kapasitas produksi dengan ketersediaan lahan yang memadai dan pengembangan segmentasi usaha pembenihan dengan memperhatikan permintaan pasar, sehingga fluktuasi harga dapat terjaga. Selain itu dengan memperhatikan lebih intensif cara penanganan panen dan pasca panen, sehingga produk dapat terjaga mutunya. Kedepan perlu diupayakan induk unggulan agar dapat mencapai target benih yang diharapkan dan tidak terlepas dengan mengadopsi teknologi terkini untuk teknis pembenihan yang baik serta mengejar sertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). b. SDM Implementasi alternatif strategik pada aspek SDM adalah memberdayakan peran manager dalam merencanakan,

30 58 mengorganisasikan, mengaktualisasikan dan mengontrol semua kegiatan pembenihan ikan nila. Untuk itu seorang ketua kelompok tani harus benar-benar dipilih yang terbaik. Aktif menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait dalam menghadapi permasalahan teknis pembenihan ikan nila. Peningkatan kemandirian kelompok harus dan mutlak dilakukan. Kelompok kuat dan mandiri dicirikan dengan kemampuannya memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir, memfasilitasi usaha secara komersial dan berorientasi pasar, serta adanya pemupukan modal usaha, baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha. Untuk terwujudnya kelompok yang kuat dan mandiri,maka diperlukan uluran tangan dari luar, khususnya dari pemerintah dalam bentuk pendampingan, pembinaan dan subsidi guna penguatan modal organisasi. Hal ini disebabkan kemampuan organisasi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan masih lemah, maka perlu dilindungi dan dibina secara khusus. c. Pemasaran Pemasaran merupakan suatu konsep dasar dari proses kegiatan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan agar berkelanjutan, yang ditunjukkan oleh keuntungan. Alternatif strategik yang perlu diimplementasikan terkait pemasaran benih ikan nila adalah dibangunnya kemitraan usaha pemasaran yang merupakan kerjasama usaha dengan pengusaha industri hilir seperti industri pakan yang disertai pemberian bimbingan teknis dan manajemen. Untuk itu diupayakan agar kemitraan dijalankan dengan berlandaskan prinsip-prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling membutuhkan. Kerjasama yang dilaksanakan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan selama ini belum dinyatakan dalam bentuk tertulis dan perlu dijalin kemitraan dengan pabrik pakan.

31 59 d. Pengembangan Usaha Pengembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan merupakan salah satu upaya untuk mendukung program peningkatan produksi benih ikan nila. Dalam hal ini, implementasi Alternatif Strategi adalah pengembangan lahan untuk operasional dan mencari segmentasi usaha sesuai permintaan pasar, terutama menjaga kestabilan dalam menghadapi fluktuasi harga. Strategi pengembangan lanjutan adalah membangun suatu kawasan terpadu yang terdiri dari Kelompok Tani Gemah Parahiyangan sebagai penyedia benih, kelompok pembudidaya pembesaran ikan nila ukuran konsumsi dan industri pakan. Untuk mewujudkan strategi tersebut, maka Kelompok Tani Gemah Parahiyangan masih perlu melakukan konsolidasi ke dalam (internal kelompok), khususnya penguatan manajemen atau kepengurusan kelompok serta kesiapan kontribusi anggota kelompok guna penguatan kelembagaan kelompok dan unit-unit usahanya.

No Keterangan Jumlah Satuan

No Keterangan Jumlah Satuan LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Sarana dan prasarana No Keterangan Jumlah Satuan 1 Potensi Lahan 40.000 m 2 2 Kolam induk 300 m 2 2 unit 3 Kolam pemijahan 400 m 2 3 unit 4 Kolam pendederan I 400 m 2 12 unit 5

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial 1. Mengidentifikasi potensi dan peran budidaya perairan 2. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi PKL Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah tingkat Provinsi yang mempunyai fungsi menyebar luaskan teknologi perbenihan

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M : LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS NAMA KELAS : IMADUDIN ATHIF : S1-SI-02 N.I.M : 11.12.5452 KELOMPOK : G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Oleh : Rangga Ongky Wibowo (10.11.4041) S1Ti 2G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 Kata Pengantar... Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan batasan penelitian Penelitian ini berlokasi di proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai di Dusun Kalangbahu Desa Jawai Laut Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4. LAMPIRAN Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Periode 5 Kolam Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) Melalui berbagai media komunikasi pemerintah selalu menganjurkan kepada masyarakat untuk makan ikan. Tujuannya adalah untuk

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data akan dilakukan disebuah industri pengolahan dengan sub sektor industri pakaian jadi yang berlokasi di Jl. Wader Blok G.II No. 25 RT/RW 010/012

Lebih terperinci

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam. PETUNJUK TEKNIS DEMPOND BUDIDAYA LELE MENGGUNAKAN PAKAN (PELET) TENGGELAM DI KAB I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Usaha Budidaya lele sampe sekarang banyak diminati masyarakat dikarenakan dalam perlakuannya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan. 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika dan kolam percobaan pada Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Jl. Raya 2 Sukamandi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Nila

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Nila II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Nila Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang diintroduksi dari luar negeri. Bibit ikan nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Desa Pabuaran Desa Pabuaran berada di wilayah Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus ) BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus ) 1. SEJARAH SINGKAT Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-manawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar 2007).

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pabrik pupuk organik PT Agrindo Surya Graha yang berlokasi di jalan PLTP Angkrong, Kampung Sunda Wenang, RT 25/ Rw 11,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Waktu dan Tempat

METODE MAGANG. Waktu dan Tempat METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2009 yang bertempat di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Unit Usaha Marihat, Sumatera Utara. Metode

Lebih terperinci

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi 1 Udang Galah Genjot Produksi Udang Galah Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi gaya rumah susun. Setiap 1 m² dapat diberi 30 bibit berukuran 1 cm. Hebatnya kelulusan hidup meningkat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus suatu rantai pasokan udang vaname. Penelitian ini dilaksanakan di berbagai tempat, yaitu pada produsen benih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendukung untuk pengembangan usaha perikanan baik perikanan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendukung untuk pengembangan usaha perikanan baik perikanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu Negara yang memiliki kawasan perairan yang hampir 1/3 dari seluruh kawasannya, baik perairan laut maupun perairan tawar yang sangat

Lebih terperinci

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT UNDERSTANDING POND AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT Soil Profile Soil Triangle Clear plastic liner tube & sediment removal tool Sediment Sampler Soil acidity tester Food web in Aquaculture

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Usaha Pembenihan Ikan Bawal Di susun oleh: Nama : Lisman Prihadi NIM : 10.11.4493 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010 / 2011 PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan bawal merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Kelompok Budi Daya Mitra Gemah Ripah merupakan salah satu kelompok usaha kecil menengah bidang perikanan darat yaitu budi daya udang galah. Kelompok usaha tersebut

Lebih terperinci

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) 1. PENDAHULUAN Kakap Putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak disukai masyarakat dan mempunyai niali ekonomis yang tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 1 Abstrak ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 Zainal Abidin 2 Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian yang akan diangkat pada penelitian ini adalah Perencanaan budidaya ikan lele yang akan berlokasi di Desa Slogohimo, Wonogiri.

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis NAMA : BUNGA DWI CAHYANI NIM : 10.11.3820 KELAS : S1 TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar SNI : 01-6133 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1 3 Definisi...1

Lebih terperinci

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK WADAH BENIH AIR PERLAKUAN BIOFLOK PAKAN BOBOT WADAH / KOLAM WADAH / KOLAM Syarat wadah: Tidak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Perikanan Gurameh. Oleh: Aji Cahya Diputra NIM: Kelas: 11-S1-TI-08. Abstraksi

Peluang Bisnis Perikanan Gurameh. Oleh: Aji Cahya Diputra NIM: Kelas: 11-S1-TI-08. Abstraksi Peluang Bisnis Perikanan Gurameh Oleh: Aji Cahya Diputra NIM: 11.11.5190 Kelas: 11-S1-TI-08 Abstraksi Manusia pada dasarnya memiliki sifat ingin sesuatu yang lebih ketika sudah tercapai keinginan sebelumnya

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS NAMA : SUKAMTO HADI NIM : 11.02.7945 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 PELUANG BISNIS 1. ABSTRAK Pengertian Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) Usaha pembesaran bandeng banyak diminati oleh orang dan budidaya pun tergolong cukup mudah terutama di keramba jaring apung (KJA). Kemudahan budidaya bandeng

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN AGRIBISNIS PRODUKSI SUMBERDAYA PERAIRAN

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN AGRIBISNIS PRODUKSI SUMBERDAYA PERAIRAN Kompetensi Keahlian: KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN AGRIBISNIS PRODUKSI SUMBERDAYA PERAIRAN Agribisnis Peran Agribisnis Rumput Laut Kompetensi Utama Pedagogik Menguasai tugas-tugas guru Memahami

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK Sri Lestari1), Moh. Rifai22) FKIP, Universitas PGRI Madiun email: lestari_sri1986@yaho.co.id 1,2 Abstrak Pelaksanaan

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

Koppontren. Pengembangan Rami

Koppontren. Pengembangan Rami 14 III. METODE KAJIAN 1 Diagram Alir Kajian Kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bahan baku alami (back to nature) dan kebutuhan serat alam selain kapas untuk bahan baku tekstil semakin dirasakan. Rami

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE Disusun oleh: Felik Ferdiawan (10.11.3827) TEKHNIK INFORMATIKA STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 ABSTRAK Ikan lele memang memiliki banyak penggemar, karena

Lebih terperinci

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan keseragaman.induk yang baik untuk pemijahan memiliki umur untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR 45 Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh armada pancing di perairan Puger adalah jenis yellowfin tuna. Seluruh hasil tangkapan tuna yang didaratkan tidak memenuhi kriteria untuk produk ekspor dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. wilayah di Kecamatan Ungaran Barat dalam usaha pengembangan agribisnis sapi

BAB III METODE PENELITIAN. wilayah di Kecamatan Ungaran Barat dalam usaha pengembangan agribisnis sapi 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini merupakan rangkaian studi untuk menganalisis potensi wilayah di Kecamatan Ungaran Barat dalam usaha pengembangan agribisnis sapi perah,

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar SNI : 01-6137 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1 3 Definisi...1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 311 STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Muhammad Alhajj Dzulfikri Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap.

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap. 7 II. LANDASAN TEORI 1. Konsep Pendapatan Pendapatan tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai. Pendapatan tunai merupakan ukuran kemampuan usaha dalam menghasilkan uang tunai.

Lebih terperinci

Sumber : Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2012

Sumber : Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2012 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 17.50 buah pulau, dengan luas laut sekitar 3,5 juta km. Potensi sumberdaya ikannya sangat besar dengan beraneka ragam ikan bernilai ekonomi tinggi.

Lebih terperinci

MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI KAMPUNG LELE, KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH

MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI KAMPUNG LELE, KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH Manajemen budidaya lele dumbo di Kampung Lele... (Willy Nofian Muhammad) MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI KAMPUNG LELE, KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH Willy Nofian Muhammad dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pembangunan pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik, yang tercermin dalam peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar SNI : 01-6141 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar Daftar isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner kajian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategi internal dan eksternal Jaya Printing Garment, Jakarta

Lampiran 1. Kuesioner kajian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategi internal dan eksternal Jaya Printing Garment, Jakarta LAMPIRAN 51 53 Lampiran 1. Kuesioner kajian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategi internal dan eksternal Jaya Printing Garment, Jakarta KUESIONER : BAGI MANAJEMEN PERUSAHAAN KAJIAN KINERJA DAN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2017 Pengadaan Pakan Ikan Tuna Sirip Kuning, Kerapu Sunu Dan Bandeng Pada Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan

Lebih terperinci

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008). 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Peran Kelembagaan Pertanian Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan akan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data 27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama

Lebih terperinci

1.Abstrak. 2.Isi/jenis

1.Abstrak. 2.Isi/jenis 1.Abstrak Lele merupakan ikan marga clarias terkenal dari tubuhnya yang licin panjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor menjadikanya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010 V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Bekasi Utara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah utara Kota Bekasi dengan luas wilayah sekitar

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di CV. Bening Jati Anugerah yang terletak di Desa Parung Kabupaten Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian April sampai dengan Agustus

Lebih terperinci

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Tahap pemasukan data ( The Input Stage ) Tahap pertama setelah identifikasi faktor internal dan eksternal yang dirumuskan menjadi kekuatan, kelemahan, peluang

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI 7.1 Analisis Lingkungan Perusahaan Hasil analisis lingkungan perusahaan dilakukan melalui pengamatan di lapangan dan wawancara secara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa sumberdaya ikan sebagai bagian

Lebih terperinci

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR 26 III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Lokasi, Waktu dan Pembiayaan 1. Lokasi Kajian Kajian tugas akhir ini dengan studi kasus pada kelompok Bunga Air Aqua Plantindo yang berlokasi di Ciawi Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ANALISIS STRATEGI SWOT UNTUK MEMPERLUAS PEMASARAN PRODUK KURMA SALAK UD BUDI JAYA BANGKALAN Moh. Sirat ) 1, Rakmawati) 2 Banun Diyah Probowati ) 2 E-mail : rakhma_ub@yahoo.com dan banundiyah@yahoo.com

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 18 3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Maluku Tenggara dikhususkan pada desa percontohan budidaya rumput laut yakni Desa Sathean Kecamatan Kei

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6483.3-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci