POTRET HULU MIGAS INDONESIA: TITIK NADIR INVESTASI?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTRET HULU MIGAS INDONESIA: TITIK NADIR INVESTASI?"

Transkripsi

1 POTRET HULU MIGAS INDONESIA: TITIK NADIR INVESTASI?

2 HARGA MINYAK DUNIA JATUH Jatuhnya harga minyak dunia menjadi pukulan bagi negara-negara produsen migas, termasuk Indonesia. Hampir seluruh kontraktor migas di Tanah Air memangkas modal dan kegiatan mereka.

3 HARGA MINYAK RENDAH LABA GLOBAL TERJUN BEBAS Laporan keuangan sejumlah perusahaan migas menggambarkan sulitnya bisnis sektor itu sepanjang Sebagian besar mengalami penurunan keuntungan akibat merosotnya harga minyak dunia. 271% 164% 87% 76% 68% 50% 32,5 22% 14% Laba Bersih 3,8 (2014) -6,5 (2015) US$ miliar 6,9-4,4 US$ miliar 14,9 1,9 US$ miliar 16,9 4,7 US$ miliar 3,5 1,1 US$ miliar 16,2 US$ miliar 4,1 3,2 US$ miliar 8,1 7 US$ miliar SEKTOR ENERGI TERBURUK Kerugian yang dialami perusahaan migas sepanjang 2015 membuat sektor energi mencatatkan penurunan laba terburuk dibanding sektor lainnya. Kebutuhan Sekunder -3% Telekomunikasi -52% Lain-lain -33% Energi -67% Material -39% SUMBER: LAPORAN PERUSAHAAN, BLOOMBERG INDEX

4 PENERIMAAN MIGAS MEROSOT TAJAM Penurunan harga minyak menyebabkan anjloknya pendapatan negara. Pada 2015, pemerintah hanya memperoleh US$ 12,9 miliar atau 43% dari total pendapatan kotor migas. Ini pertama kalinya di bawah nilai cost recovery sebesar US$ 13,9 miliar. 70 Pendapatan Kotor Migas (US$ miliar) 50 HARGA MINYAK (2015) Bagi Hasil Kontraktor 64% 30 Bagi Hasil Pemerintah DAMPAK PENURUNAN Pendapatan Kotor Migas 44% Cost recovery 11% 10 Cost Recovery Bagi Hasil Pemerintah 55% Bagi Hasil Kontraktor 64% Tahun Harga minyak (US$/barel) Penurunan PEMICU PENERIMAAN NEGARA ANJLOK Harga minyak dunia terjun bebas. produksi rata-rata 28 persen. Proyek strategis mundur (Banyu Urip, Ridho, Bukit Tua dan North Duri). Penghentian mendadak beberapa fasilitas produksi. SUMBER: SKK MIGAS

5 KKKS PANGKAS ANGGARAN INVESTASI 2015 Turunnya harga minyak dunia memaksa kontraktor migas melakukan efisiensi dan memotong investasi. Tak hanya itu, untuk mengurangi risiko, perusahaan kembalikan blok-blok eksplorasi yang dinilai kurang ekonomis. JENIS PENGHEMATAN ANGGARAN BLOK MIGAS DIKEMBALIKAN Menurut survei Wood Mackenzie, sebagian besar perusahaan migas menghemat dengan memotong anggaran berikut: Pengeluaran tambahan Komitmen eksplorasi : US$354,14 juta Alasan dikembalikan : Tidak ekonomis US$166,5 juta Tidak ekonomis US$157 juta Tidak ekonomis dan kesulitan izin Investasi pre-fid (pre-final Investment Decisions) Anggaran proyek modal besar, seperti EOR (Enhanced Oil Recovery) 15% 17% 14% 30% 24% Anggaran kontraktor Kegiatan eksplorasi US$65 juta Eksplorasi sumur lain US$50 juta Fokus di Blok Palangkaraya US$18,5 juta Tidak menemukan cadangan komersial US$8 juta Berisiko besar - (Tidak ada data) Tidak ekonomis - Eksplorasi sumur lain SUMBER: WOOD MACKENZIE, BLOOMBERG, STANDARD CHARTERED, MORGAN STANLEY, SKK MIGAS, ESDM

6 INVESTASI MIGAS MENURUN Nilai investasi hulu migas di Indonesia terus menurun. Bukan hanya karena jatuhnya harga minyak dunia namun akibat sejumlah faktor lain, seperti iklim investasi yang tak menarik.

7 INVESTASI MENURUN, CADANGAN MIGAS SUSUT Turunnya harga minyak mentah dunia yang terjadi sejak pertengahan 2014 menyebabkan kontraktor migas melakukan efisiensi, termasuk mengurangi belanja investasi. Akibatnya, cadangan migas nasional menurun lantaran minimnya kegiatan eksplorasi. WILAYAH EKSPLORASI DAN CADANGAN BERKURANG Wilayah Eksplorasi Cadangan Minyak (juta barel) Cadangan Gas (TSCF) * 3.741,3 103, ,5 101, ,5 100, ,5 98, ,9 101,2 110 Wilayah kerja (WK) migas aktif 52 WK migas non-konvensional 37 WK proses terminasi 2012 Investasi Eksplorasi Turun (US$ Miliar) 1,3 1,4 1,1 0,5 0, * *) Data sampai November 2016 SUMBER: SKK MIGAS, KEMENTERIAN ESDM Faktor Penyebab Turunnya Investasi Penurunan harga minyak Periode penemuan hingga produksi butuh waktu 15 tahun Kendala pembebasan lahan dan birokrasi perizinan panjang 2016 Return yang diberikan rendah Kendala perpanjangan WK dan kepastian hukum Rasio penggantian cadangan dan keberhasilan eksplorasi rendah

8 INSENTIF FISKAL INDONESIA KURANG KOMPETITIF Wilayah eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) telah mengalami pergeseran dari daratan ke laut dalam. Ini menyebabkan biaya investasi yang dikeluarkan menjadi lebih mahal. Alhasil, negaranegara penghasil migas berlomba memberikan insentif fiskal untuk menarik investasi. Dibandingkan negara lain, wilayah laut dalam Indonesia kurang menarik di mata investor migas dunia. INDONESIA KURANG MENARIK Tingkat pengembalian investor (IRR) setelah keputusan final investasi (FID) 45% % Bagian pemerintah sebelum pajak NPV SUMBER: WOOD MACKENZIE PSC Gross Split Negara Inggris Irlandia Papua Nugini Kanada Mauritania Mozambik Australia Indonesia PSC Indonesia gross split PSC IRR (%) 41,5 40,3 38,2 33,9 32,8 31,0 30,4 24,8 22,3 Bagian pemerintah (%) 40,1 43,2 37,7 58,9 58,7 63,9 64,7 73,9 78,7 10 BESAR DESTINASI LAUT DALAM* Negara Luas Areal Laut Dalam (km 2 ) Kanada Papua Nugini Siprus Pantai Gading Irlandia Australia Norwegia Mozambik Mauritania Inggris Indonesia 0 * Sejak 2016 hanya BP, Chevron, Eni, ExxonMobil, Shell, Statoil & Total

9 PORSI MIGAS PEMERINTAH INDONESIA TERBESAR KEDUA DI DUNIA Selama ini, ada anggapan kekayaan migas Indonesia dikuras kontraktor asing. Namun, data menunjukkan porsi pendapatan migas (government take) yang diterima Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain. Pendapatan tersebut mencakup bagi hasil, pajak dan lainnya. 10 PENERIMA PORSI MIGAS TERBESAR Peringkat 1 Aljazair 2 Indonesia 3 Malaysia 4 Norwegia 5 Libya Porsi Pemerintah 88% 81% 80% 76% 76% Cina 74% 7 Venezuela 72% 8 Kazakhstan 71% 9 India 70% 10 Amerika Serikat 67% SUMBER: RYSTAD ENERGY, WOOD MACKENZIE

10 IKLIM INVESTASI MIGAS ASEAN PERINGKAT INDONESIA TERENDAH Survei Policy Perception Index 2016 yang dirilis Fraser Institute menunjukkan iklim investasi minyak dan gas bumi (migas) di Tanah Air kalah bersaing dibandingkan negara tetangga. Kurang menariknya investasi terlihat dari sepinya peminat lelang wilayah kerja (WK) migas dua tahun terakhir. Myanmar Peringkat* RRR** ( ) Thailand Malaysia Kamboja 67 51% Filipina 72 Tidak ada penemuan dan produksi sejak 2005 Vietnam Indonesia *) D ari 96 yurisdiksi **) R eserve Replacement Ratio: Temuan cadangan terhadap produksi katadatanews katadatanews n Total yang ditawarkan n Total pemenang *) WK konvensional dan non-konvensional Faktor penilaian di antaranya meliputi tingginya pajak; beban dari kewajiban regulasi; ketidakpastian regulasi lingkungan dan peraturan industri hulu migas; hingga kekhawatiran terkait stabilitas politik dan keamanan. SUMBER: KEMENTERIAN ESDM, WOOD MACKENZIE, FRASER INSTITUTE, SKK MIGAS, PEMBERITAAN 17 Brunei Darussalam Lelang WK Sepi Peminat*

11 PERMASALAHAN PERIZINAN HAMBAT INVESTASI MIGAS Izin adalah salah satu penghambat investasi di sektor hulu migas. Selain jumlahnya banyak, alurnya pun panjang. Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian, terdapat 373 jenis perizinan yang tersebar di 19 kementerian/ lembaga (K/L). Bahkan di beberapa K/L jenis perizinan justru bertambah. KERUMITAN PERIZINAN 137 Pengembangan dan Konstruksi 373 JENIS IZIN Bertambah dari 341 (2015) TERSEBAR DI KEMENTERIAN/LEMBAGA Bertambah ESDM Perhubungan Keuangan Nakertrans TNI AL Pertahanan PU KKP 76 (58) 16 (14) 9 (2) 4 (3) 2 (-) 2 (-) 74 (52) 16 (14) Ket: () izin 2015 Tetap Polri 19 Berkurang Kominfo 11 Hukham 4 ATR/BPN 3 Perindustrian 3 BAPETEN 3 Swasta Pemilik 2 Pemkab/kota Pemprov LHK Perdagangan 53 (66) Ket: () izin (35) 36 (40) 11 (12) 117 Survei dan Eksplorasi 10 Pasca-Operasi SUMBER: KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN, SKK MIGAS 109 Produksi Dampak Izin yang Rumit Biaya produksi menjadi mahal Cost recovery membengkak Kegiatan produksi molor

12 11 KONTRAKTOR MIGAS, TERSANGKUT KASUS LAHAN Masalah ini terjadi karena kurangnya koordinasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Sebab, lahan menjadi faktor yang krusial yang diperhitungkan oleh para investor. Sebagai tindak lanjut, kini pemerintah pusat menaruh perhatian lebih dalam penyelesaian masalah lahan. Manhattan Kalimantan Investment Ltd Tarakan Offshore, Kaltim S M elat ak as sa r Pembebasan lahan terhambat Operator Blok Masalah ConocoPhillips Corridor, Sumbar Penutupan jalan oleh penggarap lahan Petrochina International Jabung Ltd Jabung, Riau Hitungan penggantian nilai harapan keuntungan pada Hutan Tanaman Industri Maluku Papua Barat Salamander Energy Bangkanai Ltd Bangkanai, Kalteng Tumpang tindih dengan IUPHHK Gangguan keamanan oleh oknum penggarap lahan kehutanan Laut Jawa PT Chevron Pacific Indonesia Siak, Riau Pengadaan Lahan untuk 12 sumur pengembangan di Rantau Bais EMP Bentu Ltd Bentu, Riau Pengadaan tanah tertunda sebab adanya kasus penyalahgunaan pajak oleh pengguna lahan Mobil Cepu Ltd Cepu, Jatim Tukar guling lahan kas Desa Gayam Sewa lahan EPF terkait kenaikan NJOP JOB Pertamina Petrochina East Java Tuban, Jatim Perpanjangan sewa lahan lokasi 2 sumur Lapindo Brantas Inc Brantas, Jatim Perpanjangan sewa lahan lokasi pipa Pertamina Hulu Energi WMO West Madura Offshore, Laut utara Jatim Sertifikasi tanah pada obyek sita jaminan Harvest Budongbudong Budong-budong, Sulbar Tumpang tindih dengan HGU Kelapa Sawit SUMBER: SKK katadatanews katadatanews

13 PERTUMBUHAN EKONOMI TERANCAM Turunnya minat investasi migas di Indonesia berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Kondisi ini dirasakan oleh daerah-daerah yang mengandalkan keberadaan industri migas.

14 INVESTASI MIGAS TURUN EKONOMI DAERAH MELAMBAT Berkurangnya aktivitas investasi di sektor minyak dan gas bumi (migas) menyebabkan perlambatan ekonomi di sejumlah daerah penghasil. Padahal sektor ini merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi di daerah. Rokan Hilir, Riau 2015:1,0 % 2014: 4,1% Bengkalis, Riau Kampar, Riau 2015:-2,7 2015:1,1 2014: -3,9 2014: 3,4 Siak, Riau 2015:-0,2 2014: -1,0 Tanjung Jabung Timur, Jambi 2015:1,9 2014: 5,8 Musi Banyuasin, Sumatera Selatan 2015:2,3 2014: 4,7 Natuna, Kep. Riau 2015:3,3 2014: 3,5 Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur 2015:-7,6 2014: -1,5 Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur 2015:0,2 2014: 4,4 Sorong, Papua Barat 2015:2,3 2014: 3,1 Pertumbuhan ekonomi SUMBER: BPS, KEMENTERIAN KEUANGAN

15 HARGA MINYAK RONTOK, DANA DAERAH ANJLOK Dampak penurunan harga minyak dunia mulai dirasakan pemerintah daerah. Transfer dana bagi hasil (DBH) yang menjadi tulang punggung anggaran daerah penghasil migas menyusut, bahkan hingga 98 persen. BENGKALIS NATUNA BULUNGAN TARAKAN KUTAI KARTANEGARA DBH* Rp2,6 triliun Rp 1,0 triliun 62% Rp 0,6 triliun Rp 0,1 triliun 77% Rp 0,5 triliun Rp 0,01 triliun 97% Rp 0,5 triliun Rp 0,01 triliun 98% Rp 3,2 triliun Rp 0,7 triliun 78% ROKAN HILIR Rp 1,5 triliun Rp 0,5 triliun SIAK 68% PENAJAM PASER UTARA Rp 0,5 triliun Rp 0,2 triliun 78% Rp 1,4 triliun Rp 0,4 triliun 69% KAMPAR Rp 1,2 triliun Rp 0,4 triliun 68% MUSI BANYUASIN PORSI BAGI HASIL MIGAS Rp 1,7 triliun Rp 0,7 triliun 58% *DBH (Dana Bagi Hasil) Pusat 84,5% Minyak 3,1% 6,2% 6,2% Provinsi Khusus kab/kota penghasil Dibagi rata ke kab/kota lain di provinsi yang sama 6,1% 12,2% 12,2% Gas Pusat 69,5% SUMBER: KEMENTERIAN KEUANGAN

16 EFEK BERGANDA BAGI INDUSTRI PENDUKUNG DAN EKONOMI DAERAH Pertumbuhan ekonomi nasional kian tertekan oleh melemahnya daya saing akibat minat kontraktor migas berinvestasi di Indonesia rendah. Organisasi perusahaan dirampingkan, penerimaan tenaga kerja baru makin terbatas, begitupula pemanfaatan local content yang harus di evaluasi ulang.

17 2015, KALTIM PHK TERTINGGI Jatuhnya harga minyak dan perekonomian yang lesu turut berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai daerah. Provinsi kaya migas seperti Kalimantan Timur dan yang memiliki kawasan industri menjadi daerah yang paling terpukul. 10 PROVINSI DENGAN PHK TERTINGGI Karyawan Karyawan 500 karyawan 537 Karyawan PHK Nasional Karyawan KEPULAUAN RIAU KALIMANTAN TIMUR SUMATERA UTARA Karyawan BANTEN Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan 383 Karyawan JAKARTA SUMBER: KEMENTERIAN TENAGA KERJA JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR BALI

18 PELUANG KERJA SEKTOR MIGAS MAKIN TERBATAS Turunnya minat investasi migas di Indonesia berdampak pada berkurangnya penerimaan tenaga kerja baru di sektor ini. Akibatnya, sarjana dengan kualifikasi teknis di bidang migas terancam tidak bekerja sesuai kapasitasnya. Situasi yang sama juga terjadi di luar negeri seiring efisiensi yang dilakukan oleh banyak perusahaan migas dunia. MAHASISWA PERTAMBANGAN DI INDONESIA 2016 Teknik Perminyakan Teknik Geofisika Teknik Geologi Teknik Pertambangan Investasi Berkurang, Lapangan Kerja Terbatas 20,4 15,6 10, ? Mahasiswa mahasiswa di 9 universitas AKTIVITAS PENGEBORAN GLOBAL MEROSOT mahasiswa di 16 universitas mahasiswa di 31 universitas mahasiswa di 37 universitas n Investasi (US$ miliar) n Tenaga Kerja Penyebab Perusahaan Mengurangi Investasi 3.657rig (Oktober 2014) SUMBER: KEMENTERIAN RISTEKDIKTI, SKK MIGAS, BAKER HUGHES 1.620rig (Oktober 2016) Efisiensi Harga minyak rendah Iklim investasi kurang menarik Selektif berinvestasi

19 EFEK BERGANDA INDUSTRI MIGAS Sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) memiliki efek berganda bagi pertumbuhan perekonomian nasional, mulai dari pemanfaatan produk lokal hingga transaksi melalui perbankan nasional. Sektor ini merupakan salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi nasional mencapai US$ 23,7 miliar pada KONTRIBUSI PDB SEKTOR HULU MIGAS Pengadaan Barang dan Jasa Lokal (US$ Miliar) 5,1 11,5 4,6 9,3 5,5 11,8 2,6 5,3 2,5 3,1 Setiap investasi US$1 JUTA 60% 57% 54% 68% 48% menciptakan nilai tambah US$ 1,6 JUTA n Barang Jasa Rasio kandungan lokal terhadap pengeluaran PDB hulu migas 2016 US$23,7MILIAR Berkontribusi 3,3% terhadap PDB SUMBER: SKK MIGAS, BANK INDONESIA tambahan PDB sebesar US$ 0,7 JUTA penciptaan lapangan kerja ± 100 ORANG Transaksi di Perbankan Nasional (US$ Miliar) 9,3 8,2 12,4 3 9,

20 INDONESIA S OIL AND GAS PRODUCTION Maintaining oil and gas productivity at 2015 level can boost accumulated impact by US$ 120 billion over the next 10 years.

21 CEGAH KRISIS ENERGI, INDONESIA BUTUH INVESTASI BESAR DAN MENDESAK Minat investor untuk menanamkan modalnya di industri hulu migas Indonesia saat ini rendah. Padahal, Indonesia sangat membutuhkan investasi besar-besaran untuk mencegah krisis energi yang mengancam perekonomian nasional.

22 LIFTING MIGAS TERANCAM TERUS MENURUN Dalam lima tahun ke depan sebanyak 25 blok migas akan berakhir masa kontraknya. Jika tidak dipersiapkan proses alih kelolanya dari sekarang, situasi ini berpotensi menurunkan lifting harian migas nasional. POTENSI PENURUNAN LIFTING MINYAK & GAS PORSI LIFTING 25 BLOK MIGAS TERMINASI blok migas 4 blok migas 3 blok migas Offshore North West Java Mahakam Lematang Attaka Jambi-Merang Pendopo & Raja Bula Seram-Non Bula Bentu Segat Rokan Selat Panjang blok migas 6 blok migas Tuban Ogan Komering Sanga-Sanga South East Sumatra B Block Tengah NSO/NSO Ext East Kalimantan Makassar Strait Offshore Area A South Jambi Block B Brantas Salawati Kepala Burung Malacca Strait Ket: Minyak (ribu barel per hari) Gas (juta kaki kubik per hari) SUMBER: KEMENTERIAN ESDM, SKK MIGAS

23 INDONESIA TERANCAM KRISIS ENERGI Pemerintah masih mengandalkan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan migas hingga Salah satu yang diharapkan adalah adanya penambahan produksi dari kegiatan eksplorasi. Persoalannya, rendahnya kegiatan eksplorasi saat ini menyulitkan pemenuhan target tersebut, mengingat butuh waktu lama bagi sebuah lapangan minyak untuk dapat berproduksi. CADANGAN MIGAS RENDAH ADA POTENSI, TAPI BUTUH EKSPLORASI Terbukti 3,3 miliar stb* Minyak Gas 101,2 TSCF Periode produksi Minyak 11 tahun Gas 37 tahun Potensial 3,9 miliar stb 42,8 TSCF Total 7,3 miliar stb 144 TSCF Discovery 5,2 miliar bsm* Eksplorasi awal 16,6 miliar bsm 2,7 miliar barel 14 TCF Ket: *stb (stock tank barrel) *bsm (barel setara minyak) TANTANGAN EKSPLORASI * Ket: n Ditemukan Cadangan n Sumur Kering *) Data November 2016: 10 sumur masih dalam pengeboran UPAYA MEMPERCEPAT EKSPLORASI Pemberian insentif Riset dasar eksplorasi migas Peningkatan eksplorasi 3 kali lipat Pendanaan negara SUMBER: CHEVRON, SKK MIGAS, SKK KOMITE MIGAS, EKSPLORASI PERTAMINA NASIONAL, EP KEMENTERIAN ESDM

24 ANCAMAN EKONOMI DALAM RUEN Pemerintah memproyeksikan pasokan minyak dan gas bumi akan mengandalkan impor besar-besaran dalam beberapa dekade ke depan. Dalam jangka panjang, ketergantungan impor dapat mengancam ketahanan energi dan membebani keuangan negara. PORSI IMPOR MINYAK & GAS BUMI (%) Terhadap target kebutuhan dalam RUEN Minyak 48 Gas DAMPAK IMPOR MIGAS RATA-RATA NILAI IMPOR HARIAN ( ) Minyak mentah & hasil minyak US$ 82 juta per hari Rp 862,7 miliar per hari Gas Melemahkan nilai tukar rupiah / cadangan devisa Kestabilan pasokan tak terjamin Membebani neraca pembayaran dan perdagangan Mengancam ketahanan energi US$ 17,5 juta per hari Rp 183,5 miliar per hari Rata-rata kurs BI Rp10.494/dolar AS ( ) SUMBER: BANK INDONESIA, BPS, PERPRES 22/2017

25 TARGET PASOKAN ENERGI DIPATOK TINGGI Target produksi minyak dan gas bumi (migas) dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) akan sulit tercapai. Tingginya target pasokan tidak didukung oleh produksi yang diproyeksi terus menurun. SELISIH PRODUKSI MIGAS (%) Produksi eksisting dengan target RUEN Surplus/Defisit Minyak 6 1 BERHARAP DARI EOR ± 228 ribu bph tambahan produksi sejak 2020 (Asumsi) Kondisi Riil EOR lapangan fase uji coba lapangan siap produksi (berhenti sementara) lapangan fase rencana pilot project Surplus/Defisit Gas INVESTASI EKSPLORASI MENURUN (US$/MILIAR) 1,3 1,4 1,1 0,5 0, SUMBER: DITJEN MIGAS ESDM, PERPRES 22/2017, SKK MIGAS *data per November 2016

26 BUTUH DANA BESAR UNTUK MENJAGA PRODUKSI Kementerian ESDM menyerahkan pengelolaan delapan blok migas yang masa kontraknya berakhir pada kepada Pertamina. Delapan blok migas ini membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sampai 2021 masih ada 17 blok lain yang akan terminasi. 7. North Sumatra Offshore PHE NSO 15 Oktober ,1 ribu bph 20,2 mmscfd 2. Ogan Komering JOB Pertamina - Talisman Ogan Komering 28 Februari ,1 ribu bph 6,3 mmscfd 8. East Kalimantan Chevron Indonesia Company 25 Oktober ,1 ribu bph 68,1 mmscfd Kebutuhan Dana (US$ JUTA) blok Terminasi 412,3 8 blok US$ 13,26 juta bph : barel per hari mmscfd : juta kaki kubik per hari 5. South East Sumatra CNOOC SES Ltd 5 September ,9 ribu bph 70,9 mmscfd US$ 229,5 juta US$ 1,1 juta 3. Tuban JOB Pertamina- Petrochina East Java Ltd US$ 56,4 juta 4. Sanga-Sanga Virginia Indonesia Company (VICO) 1. Attaka INPEX Corporation 31 Maret ,6 ribu bph n/a US$ 4,9 juta 6. Tengah Total E&P Indonesie Ket: Operator Akhir kontrak Minyak Gas Perkiraan biaya operasi setahun 28 Februari ,4 ribu bph 2,3 mmscfd 7 Agustus ,9 ribu bph 200,2 mmscfd 4 Oktober 2018 n/a n/a SUMBER: KEMENTERIAN ESDM, WOOD MACKENZIE, KATADATA US$ 1,7 juta US$ 105,4 juta n/a

27 ANDALKAN EOR UNTUK PRODUKSI MINYAK Pemerintah mengandalkan penambahan produksi minyak bumi dari kegiatan Enhanced Oil Recovery (EOR) dalam RUEN Upaya ini dilakukan karena minimnya produksi dari lapangan baru. Namun EOR butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk sampai tahap full scale. TARGET PRODUKSI EOR RRR* meningkat: 60% 100% Total (ribu bph) Potensi penambahan produksi dari eksplorasi 699 2,5 miliar barel cadangan yang bisa dipulihkan (2050) *) Reserve Replacement Ratio: Temuan cadangan terhadap produksi UPAYA PEMERINTAH committed produksi Kegiatan EOR 2020 dimulainya kegiatan EOR Menyiapkan 32 lapangan pilot project EOR Menerapkan skema PSC khusus Tahap uji coba Lapangan Kaji 4 ribu bph Lapangan Widuri Lapangan Minas 100 ribu bph Lapangan Tanjung Lapangan Limau ket: bph produksi puncak KONDISI RIIL 85% lapangan berumur tua Butuh 10 tahun untuk sampai puncak produksi US$ 225 juta US$ 500 juta biaya investasi (Lapangan Minas & Duri) SUMBER: CHEVRON, SKK MIGAS, PERTAMINA EP

28 EKSPLORASI MIGAS BERGESER KE LAUT DALAM Aktivitas hulu minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia mulai bergeser dari lapangan onshore yang sudah berumur tua ke daerah lepas pantai dan laut dalam. Sebagian besar potensi cadangan migas tersebut belum tereksplorasi, meski selama tiga tahun terakhir wilayah kerja (WK) migas offshore selalu mendominasi lelang pemerintah. POTENSI HIDROKARBON INDONESIA 70% Cadangan migas di wilayah perairan WK Konvensional yang Ditawarkan n Onshore Onshore-Offshore n Offshore Tantangan Eksplorasi Laut Dalam Biaya investasi mahal Pengeboran 1 sumur senilai US$ juta Cekungan sudah berproduksi (16 wilayah) Cekungan telah ditemukan hidrokarbon, belum berproduksi (7) Cekungan belum dieksplorasi (22) Cekungan telah dibor, belum ditemukan hidrokarbon (15) SUMBER: KEMENTERIAN ESDM, WOOD MACKENZIE, REUTERS, KATADATA Tingkat pengembalian investasi (IRR) rendah IRR proyek di Indonesia lebih rendah dari rerata IRR 30 proyek gas laut dalam global sebesar 55% Periode eksplorasi pendek 10 tahun

29

Indonesia Negeri Kaya Minyak dan Gas?

Indonesia Negeri Kaya Minyak dan Gas? MIKHAEL GEWATI Indonesia Negeri Kaya Minyak dan Gas? Kompas.com - 30/05/2017, 15:17 WIB Aktivitas hulu migas di lepas pantai (Dok SKK Migas ) KOMPAS.com Indonesia adalah negeri yang kaya akan sumber daya

Lebih terperinci

ANALISIS TANTANGAN MIGAS INDONESIA ; PENGUATAN BUMN MIGAS

ANALISIS TANTANGAN MIGAS INDONESIA ; PENGUATAN BUMN MIGAS ANALISIS TANTANGAN MIGAS INDONESIA ; PENGUATAN BUMN MIGAS Biro Riset BUMN Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) Tantangan pengelolaan migas di Indonesia dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal

Lebih terperinci

9 Fenomena Hulu Migas Indonesia, Peluang Memperbaiki Iklim Investasi dengan Kontrak Migas Gross Split

9 Fenomena Hulu Migas Indonesia, Peluang Memperbaiki Iklim Investasi dengan Kontrak Migas Gross Split 9 Fenomena Hulu Migas Indonesia, Peluang Memperbaiki Iklim Investasi dengan Kontrak Migas Gross Split #Kelebihan PSC Gross Split #Model Gross Split Pertama di Dunia April, 2017 Ariana Soemanto, ST, MT

Lebih terperinci

Hutang Pajak Perusahaan Migas Menunggu Keberanian DJP dan KPK. Indonesia Corruption Watch ICW Jakarta, 18 Juli 2011

Hutang Pajak Perusahaan Migas Menunggu Keberanian DJP dan KPK. Indonesia Corruption Watch ICW  Jakarta, 18 Juli 2011 Hutang Pajak Perusahaan Migas Menunggu Keberanian DJP dan KPK Indonesia Corruption Watch ICW www.antikorupsi.org Jakarta, 18 Juli 2011 Pajak Migas - Pengantar Pernyataan KPK, Kamis 14 Juli 2011 (sumber

Lebih terperinci

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017 #energiberkeadilan Jakarta, 8 Agustus 2017 MINYAK DAN GAS BUMI LIFTING Minyak Bumi 779 (2016) 1 802 (2017)

Lebih terperinci

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 1 Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Lifting minyak tahun 2016 diprediksi sebesar 811 ribu barel per hari (bph). Perhitungan ini menggunakan model

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR VERSI PUBLIK PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 10612 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN CNOOC ONWJ LTD OLEH EMP INTERNATIONAL (BVI) LTD I. LATAR BELAKANG 1.1 Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

V E R S I P U B L I K

V E R S I P U B L I K PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 12011 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN INPEX JAWA Ltd OLEH PT PERTAMINA HULU ENERGI I. LATAR BELAKANG 1.1 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

PERMEN ESDM NO. 08 TAHUN 2017 KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT BAGIAN HUKUM DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

PERMEN ESDM NO. 08 TAHUN 2017 KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT BAGIAN HUKUM DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI PERMEN ESDM NO. 08 TAHUN 2017 KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT BAGIAN HUKUM DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI 1 1 I LATAR BELAKANG 2 2 Kondisi Hulu Migas Saat ini 1. Skema PSC Cost Recovery kurang

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2015 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Juta US$ 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia saat ini masuk sebagai negara net importir migas, meskipun sebelumnya sempat menjadi salah satu negara eksportir migas dan menjadi anggota dari Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENGHASIL MIGAS

GAMBARAN UMUM DAERAH PENGHASIL MIGAS IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENGHASIL MIGAS Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari daratan 1.8 juta km 2 dan lautan 7.9 juta km 2. Potensi sumber daya alam Indonesia cukup besar, salah satunya

Lebih terperinci

Panduan Pengguna Untuk Sektor Produksi Energi Fosil Minyak, Gas dan Batubara. Indonesia 2050 Pathway Calculator

Panduan Pengguna Untuk Sektor Produksi Energi Fosil Minyak, Gas dan Batubara. Indonesia 2050 Pathway Calculator Panduan Pengguna Untuk Sektor Produksi Energi Fosil Minyak, Gas dan Batubara Indonesia 2050 Pathway Calculator Daftar Isi 1. Ikhtisar Sektor Produksi Energi Fosil... 3 2. Asumsi... 4 3. Metodologi... 13

Lebih terperinci

ERA BARU MIGAS INDONESIA:

ERA BARU MIGAS INDONESIA: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Temu Netizen ke-8 ERA BARU MIGAS INDONESIA: Investasi dan Kontrak Gross Split Migas Selasa, 20 Februari 2018 1 Realisasi dan Rencana Investasi Sektor Energi dan

Lebih terperinci

HARGA MINYAK RENDAH LABA GLOBAL TERJUN BEBAS

HARGA MINYAK RENDAH LABA GLOBAL TERJUN BEBAS HARGA MINYAK RENDAH LABA GLOBAL TERJUN BEBAS Laporan keuangan sejumlah perusahaan migas menggambarkan sulitnya bisnis sektor itu sepanjang 2015. Sebagian besar mengalami penurunan keuntungan akibat merosotnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dinilai cukup berhasil dari segi administrasi publik, namun dari sisi keuangan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dinilai cukup berhasil dari segi administrasi publik, namun dari sisi keuangan BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. Sejarah Objek Penelitian Keberhasilan proses otonomi daerah dapat dinilai dari tata kelola administrasi dan keuangan di masing-masing pemerintah daerah. Meskipun

Lebih terperinci

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER IATMI 520 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 5 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 1618 November 5. INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER Ir. Oetomo Tri Winarno,

Lebih terperinci

Ringkasan ; Media Briefing Penyimpangan Penerimaan Migas, ICW; Kamis, 19 Juni 2008

Ringkasan ; Media Briefing Penyimpangan Penerimaan Migas, ICW; Kamis, 19 Juni 2008 Ringkasan ; Media Briefing Penyimpangan Penerimaan Migas, ICW; Kamis, 19 Juni 2008 Latar Belakang : 1. Defisit Neraca APBN tiap tahun serta kenaikan harga BBM. Disisi lain indonesia masih menghasilan minyak

Lebih terperinci

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI Andriani Rahayu 1 dan Maria Sri Pangestuti 2 1 Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 Indonesian Institute for

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR:8003 K/80/MEM/2016 TENTANG PENETAPAN DAERAH PENGHASIL DAN DASAR PENGHITUNGAN

Lebih terperinci

KINERJA SEKTOR HULU MIGAS YTD SEPTEMBER 2017 (Q3) Jakarta, 27 Oktober 2017

KINERJA SEKTOR HULU MIGAS YTD SEPTEMBER 2017 (Q3) Jakarta, 27 Oktober 2017 KINERJA SEKTOR HULU MIGAS YTD SEPTEMBER 2017 (Q3) Jakarta, 27 Oktober 2017 1 I. KINERJA UTAMA HULU MIGAS (Q3 2017) 2 2017 SKK Migas All rights reserved Wilayah Kerja Migas Konvensional & NonKonvensional

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No No.116, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kontrak Bagi Hasil Gross Split. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2017 TENTANG KONTRAK

Lebih terperinci

TINJAUAN HASIL LAPORAN EITI SEKTOR MIGAS TAHUN Disampaikan oleh : Direktur Pembinaan Program Migas

TINJAUAN HASIL LAPORAN EITI SEKTOR MIGAS TAHUN Disampaikan oleh : Direktur Pembinaan Program Migas DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI TINJAUAN HASIL LAPORAN EITI SEKTOR MIGAS TAHUN 2012-2013 Disampaikan oleh : Direktur Pembinaan Program Migas Pada Acara Sosialisasi & Seminar EITI Meningkatkan Partisipasi

Lebih terperinci

Sektor Pasokan Energi. Produksi Minyak, Gas dan Batubara. Indonesia 2050 Pathway Calculator

Sektor Pasokan Energi. Produksi Minyak, Gas dan Batubara. Indonesia 2050 Pathway Calculator Sektor Pasokan Energi Produksi Minyak, Gas dan Batubara Indonesia 2050 Pathway Calculator Daftar Isi I. Gambaran Umum Produksi Energi Fosil... 3 II. Asumsi Tetap/Fixed Assumption... 4 2.1. Penemuan Cadangan...

Lebih terperinci

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms) Hubungi Kami 021 31930 108 021 31930 109 021 31930 070 marketing@cdmione.com T ahun 1977-1992 adalah masa kejayaan industri minyak Indonesia dengan produksi rata rata 1,5 juta barrel per hari. Kondisi

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT

STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT William

Lebih terperinci

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13 Meskipun berabad-abad menjajah Indonesia, penguasaan terhadap sumber-sumber minyak bumi, gas alam, dan mineral, tak bisa dilakukan pemerintah kolonial Belanda. Para investor asal Belanda baru benar-benar

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI Amalia Adininggar Widyasanti Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017

PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017 PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN 23 Oktober 2017 1 Minyak Solar 48 (Gas oil) Bensin (Gasoline) min.ron 88 Rp.7 Ribu Rp.100 Ribu 59 2 Progress dan Roadmap BBM Satu Harga Kronologis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT

ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT Moses L. Singgih Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111, Indonesia,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI Jakarta, 6 Februari 2014 I KONDISI HULU MIGAS 2 CADANGAN GAS BUMI (Status

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan alam yang sangat berlimpah. Kekayaan yang terkandung di bumi Indonesia meliputi kekayaan laut berupa hasil ikan dan biota

Lebih terperinci

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1 Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1 Perkembangan Pasar Minyak Dunia Harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan. Pada akhir bulan Oktober harga minyak mentah dunia menembus angka 90 dolar AS per

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional Eksplorasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional Eksplorasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional Eksplorasi dan Produksi (Pertamina EP) merupakan salah satu anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) telah memainkan peran utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) telah memainkan peran utama bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) telah memainkan peran utama bagi pertumbuhan ekonomi di berbagai negara baik dari sisi negara penghasil (produsen) maupun

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, No.305, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Pasca Operasi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15

Lebih terperinci

Executive Summary POTENSI DISINSENTIF FISKAL DALAM PROSES BISNIS HULU MIGAS

Executive Summary POTENSI DISINSENTIF FISKAL DALAM PROSES BISNIS HULU MIGAS Executive Summary POTENSI DISINSENTIF FISKAL DALAM PROSES BISNIS HULU MIGAS POTENSI DISINSENTIF FISKAL DALAM PROSES BISNIS HULU MIGAS Tim Peneliti Tax Centre Departemen Ilmu Administrasi FISIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Jenis metode penelitian deskriptif yang digunakan adalah studi perbandingan (comparative

Lebih terperinci

BIAYA PRODUKSI MINYAK BUMI NKRI COST RECOVERY (2007)

BIAYA PRODUKSI MINYAK BUMI NKRI COST RECOVERY (2007) BIAYA PRODUKSI MINYAK BUMI NKRI COST RECOVERY (2007) Johand Dimalouw Berapa besar biaya produksi minyak bumi (alias minyak mentah alias crude oil)? Apakah benar Cost Recovery (CR) dalam kontrak PSC (Production

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA Lampiran Surat Nomor: Tanggal: RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA 2016 2019 INSTANSI PENANGGUNGJAWAB: KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NO. C. INDUSTRI SUMBER DAYA ALAM DAN JASA KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN IV.1 Prinsip Perhitungan Keekonomian Migas Pada prinsipnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada: - Profil produksi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial, baik sebagai individu ataupun kelompok akan selalu berkomunikasi. Sehingga disadari ataupun tidak,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia masih menjadi sumber energi andalan dan utama. Permintaan terhadap migas menjadi semakin tinggi untuk mengimbangi tingkat kompleksitas

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI RIAU. MASA PERSIDANGAN II TAHUN November 2 Desember 2017

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI RIAU. MASA PERSIDANGAN II TAHUN November 2 Desember 2017 LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI RIAU MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2017-2018 30 November 2 Desember 2017 SEKRETARIAT KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2017 I. LATAR

Lebih terperinci

ReforMiner Quarterly Notes

ReforMiner Quarterly Notes ReforMiner Quarterly Notes ReforMiner Quarterly Notes September 2017 Catatan terhadap Posisi dan Peran Industri Hulu Migas Dalam beberapa waktu terakhir sejumlah pihak menilai dan menyimpulkan bahwa saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1 Hal

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1 Hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1 Hal tersebut menegaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semangat melakukan eksplorasi sumber daya alam di Indonesia adalah UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

Lebih terperinci

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH NAMA : PUTRI MERIYEN BUDI S NIM : 12013048 JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA

Lebih terperinci

Kebijakan Perpajakan Terkait Importasi Barang Migas KKKS

Kebijakan Perpajakan Terkait Importasi Barang Migas KKKS Kebijakan Perpajakan Terkait Importasi Barang Migas KKKS Persen Kontribusi thp Pen Dom & Harga Minyak US$ per Barel Produksi Minyak Bumi ribu BOPD PERAN MIGAS DALAM APBN 100 1800 90 80 1600 70 60 1400

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu sektor energi vital dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu sektor energi vital dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sektor minyak dan gas bumi (migas) di negara Republik Indonesia merupakan salah satu sektor energi vital dalam rangka memenuhi kebutuhan energi nasional

Lebih terperinci

SEMINAR KETAHANAN ENERGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH BISNIS HULU MIGAS

SEMINAR KETAHANAN ENERGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH BISNIS HULU MIGAS SEMINAR KETAHANAN ENERGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH BISNIS HULU MIGAS DR. Ir. Taslim Yunus MM Bogor, 13 Desember 2016 1 2016 SKK Migas All rights reserved Jumlah Wilayah Kerja Migas Konvensional & Non-Konvensional

Lebih terperinci

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM INEFISIENSI BBM Kenaikan harga minyak yang mencapai lebih dari US$100 per barel telah memberikan dampak besaran alokasi dalam APBN TA 2012. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mendorong pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisa faktor..., Esther Noershanti, FT UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisa faktor..., Esther Noershanti, FT UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas kegiatan investasi eksplorasi minyak dan gas yang dilakukan memiliki risiko dimana terdapat kemungkinan tidak ditemukannya sumber minyak dan gas baru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dan banyak negara di dunia masih sangat bergantung dengan kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan akan minyak bumi terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

ANALISIS ASUMSI HARGA MINYAK DAN LIFTING MINYAK APBN 2012

ANALISIS ASUMSI HARGA MINYAK DAN LIFTING MINYAK APBN 2012 ANALISIS ASUMSI HARGA MINYAK DAN LIFTING MINYAK APBN 2012 I. Harga Minyak Asumsi Harga minyak Indonesia dalam APBN dirujuk dalam harga rata-rata minyak mentah Indonesia berdasarkan perhitungan Formula

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAY A MINERAL NOMOR: 3952 K/80/MEM/2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAY A MINERAL NOMOR: 3952 K/80/MEM/2013 TENTANG MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAY A MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAY A MINERAL NOMOR: 3952 K/80/MEM/2013 TENTANG PENETAPAN DAERAH PENGHASIL DAN DASAR PENGHITUNGAN BAG IAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN 2.1. Gambaran Umum Sektor Pertambangan Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam dan mineral sehingga cukup layak apabila sebagaian pengamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara langsung maupun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

HAGI SIEP Houston PENCARIAN CADANGAN MIGAS UPAYA EKSPLORASI, TANTANGAN, DAN REKOMENDASINYA DI INDONESIA. Konsulat Jenderal Republik Indonesia Houston

HAGI SIEP Houston PENCARIAN CADANGAN MIGAS UPAYA EKSPLORASI, TANTANGAN, DAN REKOMENDASINYA DI INDONESIA. Konsulat Jenderal Republik Indonesia Houston HAGI SIEP Houston PENCARIAN CADANGAN MIGAS UPAYA EKSPLORASI, TANTANGAN, DAN REKOMENDASINYA DI INDONESIA Konsulat Jenderal Republik Indonesia Houston 19 November 2016 10900 Richmond Avenue, Houston, TX

Lebih terperinci

Peran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas

Peran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Peran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas Disampaikan Dalam FGD Tranparansi Dana Bagi Hasil (DBH) Industri Ekstraktif Batam, 09 April 2018 1 II DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai teori pembangunan ekonomi, mulai dari teori ekonomi klasik (Adam Smith, Robert Malthus dan David Ricardo) sampai dengan teori ekonomi modern (W.W. Rostow dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dalam tesis ini menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian dimana akan dibahas mengenai potensi sumber daya panas bumi di Indonesia, kegiatan pengembangan panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) LNG Indonesia diproduksi dari tiga kilang utama, yaitu kilang Arun, kilang Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi nasional adalah mencapai masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Pada dasarnya Indonesia memiliki prospek industri minyak bumi yang menjanjikan kedepannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduknya. Berbagai

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

POTENSI MIGAS WILAYAH KERJA PROVINSI KEPRI

POTENSI MIGAS WILAYAH KERJA PROVINSI KEPRI POTENSI MIGAS WILAYAH KERJA PROVINSI KEPRI Kegiatan Evaluasi Perkembangan Lifting dan Optimalisasi Dana Bagi Hasi (DBH) Minyak dan Gas bumi merupakan kegiatan yang berkelanjutan dibidang Minyak dan Gas

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci